SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
(Cerita yang belum tamat)
Lelah tak sedang dirasakan olehnya. Kaki kotor berlumur tanah, yang sudah ia pakai untuk
berjalan 30 menit yang lalu. Jarak antara rumah Dewi dengan puskesmas sebenarnya tidaklah jauh,
namun jalanan persawahan yang baru terguyur hujan tadi malam menjadikannya sedikit licin dan
ditambah dengan berat badan Dewi yang berada dipunggungnya, salah sedikit mereka akan
terjerembab diatas tanah persawahan yang berair.
Fatimah hampir sampai di tepi jalan raya, ia menaiki sebuah tanjakan kecil dan tepat pada saat
itu, Juno tiba dengan sepeda motor bebeknya.
“Jun..Juno.” Nafas Fatimah memburu sembari memanggil Juno.
Juno melihat Fatimah dan Dewi.
“Fatimah? Loh Dewi? Ini ada apa?” Tanya Juno yang langsung turun dari motornya.
“Cepat, ke puskesmas. Badannya panas banget.” Seru Fatimah.
“I..Iya.” Juna mengangkat badan Dewi dan menaikkannya keatas motor. Aku menahan
badannya dari belakang. Kami bertiga pergi menuju puskesmas.
Setelah sampai di depan puskesmas. Perawat yang melihat kami langsung datang membantu
dan membawa Dewi masuk keruang perawatan. Dewi mendapat pertolongan tepat waktunnya.
Aku bernafas lega. Juno menyandarkan punggungnya di dinding.
“Alhamdulillah.” Seruku pelan.
“Iya, Alhamdulillah. Untuk kita gak telat bawa Dewi.” Juna mengusap peluhnya yang
berkeringat.
“Untungnya kamu tadi kebetulan lewat.” Aku duduk disebuah kursi tunggu.
“Iya. Tadi emang rencana mau kerumah Pak Kades. Mau nanya soal kepulangan kamu, Fat.”
Juno ikut duduk disampingku.
Aku tersenyum simpul.
“Apa lagi yang mau kamu tanyakan? Rasanya kemarin sudah jelas.”
Juna menggaruk tengkukknya.
“Gimana ya? Kalau menurut aku...” Seru Juna dengan nada menggantung,
“Apa?”
“Kenapa buru-buru sih, Fat? Em.. anak-anak disekolah itu suka sama loh. Dari cara kamu
ngajarin mereka, ngomelin mereka, yah pokoknya semuanya. Mereka gak mau kalau kamu pergi.”
“Please, Fat. Coba kamu pikirkan lagi.” Sambung Juno.
“Tapi Dewi„kan ada, mungkin besok dia baru bisa pulang kerumah. Lagi pula tugasku
menggantikan guru yang lama juga sudah selesai. Guru baru akan datang minggu depan. Jadi,
semua urusanku disini sudah selesai.”
Juna melipat kedua tangannya.
“Alasan kamu datang kesini apa? Apa cuman sekedar menerima panggilan sebagai relawan?
Setelah selesai, lalu pergi. Apa cuman seperti itu?”
Aku menunduk melihat kedua kakiku yang kotor.
“Aku mencari tantangan. Walaupun aku tidak tahu, arti tantangan yang aku cari itu seperti
apa. Tapi, setelah menginjakkan kaki di desa ini, aku berpikir bahwa semua akan mudah dan akan
selesai dalam satu atau beberapa minggu saja. Tapi ternyata pikiranku salah, tantangan yang selama
ini aku cari, nyatanya justru datang dari diriku sendiri. Ego, kesombongan, dan semuanya, adalah
tantangannya. Dari Dewi, aku belajar banyak hal. Dibalik sikapnya yang acuh, dia tetap
memperhatikan murid-muridnya. Dewi rela begadang sampai pagi, untuk membuat panggung
pentas seni, meskipun sebagai gantinya ia harus jatuh sakit. Aku bahkan baru tahu, jika Dewi rela
meninggalkan posisinya di perusahaan, hanya demi menjadi seorang guru disebuah desa kecil.
Bukan karena honor atau semacamnya, tapi karena rasa kemanusiaan yang ia miliki. Menurutku
Dewi adalah sosok dewi yang sebenarnya.” Sambungku.
Juna tertunduk dan tersenyum.
“Kamu bilang semua urusanmu disini sudah selesai?”
Aku menjawab dengan anggukan menyakinkan.
“Masih ada satu urusan yang belum selesai.”
Aku berpikir.
“Urusan aku sama kamu yang belum selesai.” Seru Juna kembali.
Keheningan mengisi beberapa saat.
Aku bangkit dari tempatku.
“Aku mau pulang, bersih-bersih, trus sekalian siap-siap packing baju.”
Juna meraih tanganku, menahan kepergianku.
“Tunggu sampai Dewi benar-benar sembuh, baru kamu boleh pergi.” Juna melepas tanganku
dan pergi berlalu dari hadapanku.
Keesokan harinya.
Aku berpamitan dengan Pak Kades, Dewi dan Ibunya.
Dewi kini sudah jauh lebih baik. Meski ia belum diperbolehkan turun dari tempat tidur,
setidaknya ia tidak berada di kamar puskesmas lagi.
“Fat? Maafin ya kalau aku ada salah.” Dewi menjabat tanganku.
“Aku juga minta maaf jika selama aku disini bukan membantu tapi justru merepotkan, Bapak
sama Ibu, sama kamu juga Dewi.” Aku memeluk Dewi.
Pak Kades dan Ibunya mengantarkanku sampai kedepan gerbang halaman mereka.
“Mang Didin akan mengantarkan kamu sampai terminal. Tapi kamu yakin, tidak mau diantar
sampai Jakarta? Tidak mau menunggu Juna, dia bisa antar kamu sampai Jakarta.” Usul Pak Kades.
“Iya, Fat. Tunggu Juna sebentar ya. Gak tega lihat kamu naik bis.” Pinta Istri Pak Kades.
“Enggak, Pak, Bu. Terima kasih. Saya sudah biasa naik kendaraan umum. Lebih santai.”
“Ya sudah. Tapi ingat ya? Hati-hati.”
Aku naik keatas motor.
“Mari, Pak, Bu. Assalamu‟alaikum.”
Dan motor Mang Didin membawaku pergi.
1 jam perjalanan dengan Mang Didin, kami sampai di terminal bis.
Aku mengucapkan terima kasih pada Mang Didin. Dan pergi mencari bis yang membawaku
ke Jakarta, pulang kerumah tercinta.
Dengan tiket ditangan, aku bersiap menuju Jakarta. Setelah memilih posisi kursi yang ingin
duduki, pilihanku jatuh pada sebuah kursi dekat jendela bagian kiri, nomor dua dari pintu depan.
Tak ada salahnya membawa pemandangan indah yang kulihat sebagai oleh-oleh untuk orang
rumah, sekedar bahan cerita nanti.
Kenek bis memberi isyarat bahwa bis akan berangkat. Aku merapikan tempat dudukku,
mencari posisi nyaman dalam perjalanan. Bis melaju perlahan menyusuri jalanan pantura. Beberapa
saat setelah kenek menarik tiketku dan menyandarkan punggungku pada sandaran kursi, kelopak
mataku mulai turun. Aku pun terlarut dalam lelap.
Cukup lama, aku tertidur. Jam tangan coklatku menunjukkan pukul 2 siang. Sampai
kurasakan panas sinar matahari yang menembus masuk dari jendela bis. Ah, aku lupa menutup
gordennya. Aku berusaha meraih gorden untuk menutupnya.
“Jangan ditutup. Kita sudah hampir sampai.” Seru seseorang yang suaranya tak asing
kudengar.
Setelah aku menoleh, betapa terkejutnya aku.
“Apa? Belum pernah duduk disamping laki-laki tampan?” Serunya yang ternyata adalah Juna.
“Juna?”
Juna memalingkan mukanya. Ia memandang lurus kedepan.
“Sejak kapan?”
“Dari terminal. Aku duduk di paling belakang.” Sahutnya dengan nada datar.
“Oh..”
“Ada keperluan di Jakarta?” Tanyaku.
“Ada.” Jawabnya.
“Keperluan tugas?”
“Iya.”
“Tugas kelurahan ada yang harus sampai ke Jakarta?”
“Ada.”
“Tugas apa?”
Juna memalingkan wajahnya untuk sesaat dan berseru seraya memandangku.
“Mengurus pemindahan KTP, dari warga Jakarta ke warga desa Lestari.”
Juna kembali memasang tatapan lurus kedepan.
Keheningan itu tercipta kembali sampai kami turun di terminal yang dituju, pemberhentian
akhir dari perjalanan melelahkan.
“Ah, capeknya.” Seru Juna.
“Petugas kelurahan harusnya minta kendaraan dinas dong.”
Juna cemberut.
Aku memanggil taksi.
“Aku duluan ya?” Seraya membuka pintu taksi.
Juna menangguk pelan.
Setelah masuk kedalam taksi, aku membuka kaca jendela mobil.
“Hati-hati di Jakarta ya. Jangan sampai nyasar.”
Juna membuang muka acuh.
“Sebenarnya kamu mau kemana sih?” Tanyaku sekali lagi.
Juna menjawab dengan santai.
“Mengurus pemindahan KTP.”
“Warga Jakarta mau pindah jadi warga Desa Lestari?” Tanyaku.
Juna mengangguk santai.
Aku terkekeh dengan gaya dan sikapnya.
“Oke deh. Good Luck ya. Assalamu‟alaikum.” Mobil taksi melaju pergi dari hadapan Juna.
Samar kudengar Juna menjawab salamku.
“Pacarnya ya, Non?” Tanya supir.
“Bukan, pak. Cuman teman. Teman jauh.” Sahutku.
“Oh, kirain.”
000___000
Taksiku sampai didepan rumah.
Aku mengetuk pintu.
Sesaat kemudian seseorang membuka pintu. Muncul dari balik pintu, Ibu dan dibelakangnya
adik kecilku, Aisyah.
“Assalamu‟alaikum, Bu. Apa kabar?” Aku memeluk Ibu dengan erat.
“Wa‟alaikumsalam, kabar baik. Kamu kok kurusan sih? Coba sini Ibu lihat. Tuh pipi kamu
jadi tirus. Kamu disana nggak dikasih makan ya?”
Aku terkekeh mendengar omelan Ibu.
Aisyah masih meringkuk malu dibelakang kaki Ibu.
“Aisyah, nggak kangen sama kakak?” Tanyaku.
Tangan kanan Aisyah terjulur keluar dan telapak tangannya terbuka.
“Oleh-olehnya buat adek mana?” Pinta dengan nada lugu.
Aku mengangguk mengerti. Kukeluarkan sekerajang jeruk dan apel, oleh-oleh dari Bapak dan
Ibu Kades.
“Wah, banyak sekali.” Seru Aisyah dengan senang.
“Bilang apa?” Tanya Ibu.
“Telima kasih, kak Patimah.”
Aisyah masuk kedalam rumah sambil membawa buah-buahan yang kuberikan padanya.
“Bapak mana, Bu?”
“Sudah berangkat kerja.”
“Oh,..”
“Kemarin ada yang cari kamu. Katanya teman kamu. Tapi Ibu lupa siapa namanya.”
“Siapa, Bu?”
“Perempuan, cantik. Sepertinya orang kaya.”
“Dia bilang ada keperluan apa?”
“Katanya, dia mau ngajak kamu kuliah lagi. Kuliah di Jepang. Kamu bisa sekalian magang
disana.”
“Baru juga selesai wisuda bulan kemarin. Disuruh kuliah lagi. Capek.”
“Siapa yang nyuruh? Ibu „kan cuman menyampaikan amanat dari teman kamu.”
Aku berjalan menuju kamarku.
“Tapi ya, tidak ada salahnya‘kan. Siapa tahu di Jepang sana, ada jawaban dari tantangan yang
selama ini kamu cari. Tantangan itu bisa jadi sesuatu yang modern dan maju. Jepang, bisa jadi
jawabannya.”
Aku membuang nafas.
“Fatimah mau istirahat dulu, Bu.”
T.B.C

More Related Content

What's hot

Cerita seks bokep ngetot tante hot
Cerita seks bokep ngetot tante hotCerita seks bokep ngetot tante hot
Cerita seks bokep ngetot tante hotdesiDesiAmalia
 
Cerita ibu tunggal
Cerita ibu tunggalCerita ibu tunggal
Cerita ibu tunggalBigboy Zam
 
Cerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotCerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotdesiDesiAmalia
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
PELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIKPELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIKmanluqmancool
 
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di RanjangCerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjangchristineong2212
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan Nazdiana Juma'ad
 
Cerita cinta suami isteri
Cerita cinta suami  isteriCerita cinta suami  isteri
Cerita cinta suami isteriHafiz Pk
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Shika Nara
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberZahrotin Niza
 

What's hot (20)

Cerita seks bokep ngetot tante hot
Cerita seks bokep ngetot tante hotCerita seks bokep ngetot tante hot
Cerita seks bokep ngetot tante hot
 
Cerita ibu tunggal
Cerita ibu tunggalCerita ibu tunggal
Cerita ibu tunggal
 
Dgt
DgtDgt
Dgt
 
Cerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hotCerita seks ngentot teteh hot
Cerita seks ngentot teteh hot
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
PELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIKPELARIAN KASIH MEDIK
PELARIAN KASIH MEDIK
 
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di RanjangCerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
Cerita Dewasa Gairah Tyas Yang Binal Di Ranjang
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 
Cerita
CeritaCerita
Cerita
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
Cerpen Pertama - Kasih yang Ku damba kan
 
Df
DfDf
Df
 
Aku tersesat
Aku tersesatAku tersesat
Aku tersesat
 
Cerita cinta suami isteri
Cerita cinta suami  isteriCerita cinta suami  isteri
Cerita cinta suami isteri
 
Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..Cerita tentang hana..
Cerita tentang hana..
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Hujan di bulan desember
Hujan di bulan desemberHujan di bulan desember
Hujan di bulan desember
 

Viewers also liked

Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuong
Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuongNguyên liệu lam banh bong lan ko la nuong
Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuongTài Trần
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajaraidadwiinizuka.blogspot.com
 
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)aidadwiinizuka.blogspot.com
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupaidadwiinizuka.blogspot.com
 
Emotional Intelligence
Emotional IntelligenceEmotional Intelligence
Emotional IntelligenceDr. N. Asokan
 
Instructional Objectives: Bloom's Revised Taxonomy
Instructional Objectives: Bloom's Revised TaxonomyInstructional Objectives: Bloom's Revised Taxonomy
Instructional Objectives: Bloom's Revised TaxonomyDr. N. Asokan
 
Performance Assessment fo students using specific Instructional Objectives
Performance Assessment fo students using specific Instructional ObjectivesPerformance Assessment fo students using specific Instructional Objectives
Performance Assessment fo students using specific Instructional ObjectivesDr. N. Asokan
 
Best PracticesISTEsalem
Best PracticesISTEsalemBest PracticesISTEsalem
Best PracticesISTEsalemDr. N. Asokan
 

Viewers also liked (19)

Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuong
Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuongNguyên liệu lam banh bong lan ko la nuong
Nguyên liệu lam banh bong lan ko la nuong
 
Teori Pembelajaran PPT
Teori Pembelajaran PPTTeori Pembelajaran PPT
Teori Pembelajaran PPT
 
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara AnjingAnalisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
Analisa tentang Kebiasaan Memelihara Anjing
 
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe BelajarTaksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
Taksonomi Benjamin S. Bloom dan Delapan Tipe Belajar
 
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
Kebakaran hutan menurut perpsektif islam (OPINI)
 
Happy Fish Project
Happy Fish ProjectHappy Fish Project
Happy Fish Project
 
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
Pemanfaatan Teknologi Komunikasi Pendidikan dalam Pembelajaran PAI
 
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hariMakna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
Makna Puasa Wajib bagi Kehidupan Sehari-hari
 
Psikologi agama sebagai disiplin ilmu
Psikologi agama sebagai disiplin ilmuPsikologi agama sebagai disiplin ilmu
Psikologi agama sebagai disiplin ilmu
 
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
Kapita Selekta Pendidikan Islam (Gender dalam Perspektif Pendidikan Islam)
 
SPI ppt
SPI pptSPI ppt
SPI ppt
 
Filsafat Pendidikan
Filsafat PendidikanFilsafat Pendidikan
Filsafat Pendidikan
 
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDFMakalah Akhlak Mahmudah PDF
Makalah Akhlak Mahmudah PDF
 
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkupBimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
Bimbingan konseling tujuan fungsi dan ruang lingkup
 
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPT
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPTTujuan Proses Pendidikan Islam PPT
Tujuan Proses Pendidikan Islam PPT
 
Emotional Intelligence
Emotional IntelligenceEmotional Intelligence
Emotional Intelligence
 
Instructional Objectives: Bloom's Revised Taxonomy
Instructional Objectives: Bloom's Revised TaxonomyInstructional Objectives: Bloom's Revised Taxonomy
Instructional Objectives: Bloom's Revised Taxonomy
 
Performance Assessment fo students using specific Instructional Objectives
Performance Assessment fo students using specific Instructional ObjectivesPerformance Assessment fo students using specific Instructional Objectives
Performance Assessment fo students using specific Instructional Objectives
 
Best PracticesISTEsalem
Best PracticesISTEsalemBest PracticesISTEsalem
Best PracticesISTEsalem
 

Similar to MENCARI JAWABAN

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawanbeesingle41
 
Inggit oktaviani
Inggit oktavianiInggit oktaviani
Inggit oktavianiWarnet Raha
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaReza Mahendra
 
Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our taleismintan
 
Tugas cerpen (xii) cita cita
Tugas cerpen (xii) cita citaTugas cerpen (xii) cita cita
Tugas cerpen (xii) cita citaArif Rahman Aja
 
Cerpen: Pengorbanan yang Hakiki
Cerpen: Pengorbanan yang HakikiCerpen: Pengorbanan yang Hakiki
Cerpen: Pengorbanan yang HakikiJasonCundrawijaya
 

Similar to MENCARI JAWABAN (20)

Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot PerawanSepupu Ku Yang Hot Perawan
Sepupu Ku Yang Hot Perawan
 
Cuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermulaCuti sekolah telah bermula
Cuti sekolah telah bermula
 
Inggit oktaviani
Inggit oktavianiInggit oktaviani
Inggit oktaviani
 
Kado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bundaKado terakhir untuk bunda
Kado terakhir untuk bunda
 
T2s2p4
T2s2p4T2s2p4
T2s2p4
 
Semuanya karena winda
Semuanya karena windaSemuanya karena winda
Semuanya karena winda
 
Cerpen -our tale
Cerpen -our taleCerpen -our tale
Cerpen -our tale
 
Semua akan indah pada waktunya
Semua akan indah pada waktunyaSemua akan indah pada waktunya
Semua akan indah pada waktunya
 
Tugas cerpen (xii) cita cita
Tugas cerpen (xii) cita citaTugas cerpen (xii) cita cita
Tugas cerpen (xii) cita cita
 
Cerpen: Pengorbanan yang Hakiki
Cerpen: Pengorbanan yang HakikiCerpen: Pengorbanan yang Hakiki
Cerpen: Pengorbanan yang Hakiki
 
Cerpen
CerpenCerpen
Cerpen
 

MENCARI JAWABAN

  • 1. (Cerita yang belum tamat) Lelah tak sedang dirasakan olehnya. Kaki kotor berlumur tanah, yang sudah ia pakai untuk berjalan 30 menit yang lalu. Jarak antara rumah Dewi dengan puskesmas sebenarnya tidaklah jauh, namun jalanan persawahan yang baru terguyur hujan tadi malam menjadikannya sedikit licin dan ditambah dengan berat badan Dewi yang berada dipunggungnya, salah sedikit mereka akan terjerembab diatas tanah persawahan yang berair. Fatimah hampir sampai di tepi jalan raya, ia menaiki sebuah tanjakan kecil dan tepat pada saat itu, Juno tiba dengan sepeda motor bebeknya. “Jun..Juno.” Nafas Fatimah memburu sembari memanggil Juno. Juno melihat Fatimah dan Dewi. “Fatimah? Loh Dewi? Ini ada apa?” Tanya Juno yang langsung turun dari motornya. “Cepat, ke puskesmas. Badannya panas banget.” Seru Fatimah. “I..Iya.” Juna mengangkat badan Dewi dan menaikkannya keatas motor. Aku menahan badannya dari belakang. Kami bertiga pergi menuju puskesmas. Setelah sampai di depan puskesmas. Perawat yang melihat kami langsung datang membantu dan membawa Dewi masuk keruang perawatan. Dewi mendapat pertolongan tepat waktunnya. Aku bernafas lega. Juno menyandarkan punggungnya di dinding. “Alhamdulillah.” Seruku pelan. “Iya, Alhamdulillah. Untuk kita gak telat bawa Dewi.” Juna mengusap peluhnya yang berkeringat. “Untungnya kamu tadi kebetulan lewat.” Aku duduk disebuah kursi tunggu. “Iya. Tadi emang rencana mau kerumah Pak Kades. Mau nanya soal kepulangan kamu, Fat.” Juno ikut duduk disampingku. Aku tersenyum simpul. “Apa lagi yang mau kamu tanyakan? Rasanya kemarin sudah jelas.” Juna menggaruk tengkukknya. “Gimana ya? Kalau menurut aku...” Seru Juna dengan nada menggantung, “Apa?” “Kenapa buru-buru sih, Fat? Em.. anak-anak disekolah itu suka sama loh. Dari cara kamu ngajarin mereka, ngomelin mereka, yah pokoknya semuanya. Mereka gak mau kalau kamu pergi.” “Please, Fat. Coba kamu pikirkan lagi.” Sambung Juno. “Tapi Dewi„kan ada, mungkin besok dia baru bisa pulang kerumah. Lagi pula tugasku menggantikan guru yang lama juga sudah selesai. Guru baru akan datang minggu depan. Jadi, semua urusanku disini sudah selesai.” Juna melipat kedua tangannya.
  • 2. “Alasan kamu datang kesini apa? Apa cuman sekedar menerima panggilan sebagai relawan? Setelah selesai, lalu pergi. Apa cuman seperti itu?” Aku menunduk melihat kedua kakiku yang kotor. “Aku mencari tantangan. Walaupun aku tidak tahu, arti tantangan yang aku cari itu seperti apa. Tapi, setelah menginjakkan kaki di desa ini, aku berpikir bahwa semua akan mudah dan akan selesai dalam satu atau beberapa minggu saja. Tapi ternyata pikiranku salah, tantangan yang selama ini aku cari, nyatanya justru datang dari diriku sendiri. Ego, kesombongan, dan semuanya, adalah tantangannya. Dari Dewi, aku belajar banyak hal. Dibalik sikapnya yang acuh, dia tetap memperhatikan murid-muridnya. Dewi rela begadang sampai pagi, untuk membuat panggung pentas seni, meskipun sebagai gantinya ia harus jatuh sakit. Aku bahkan baru tahu, jika Dewi rela meninggalkan posisinya di perusahaan, hanya demi menjadi seorang guru disebuah desa kecil. Bukan karena honor atau semacamnya, tapi karena rasa kemanusiaan yang ia miliki. Menurutku Dewi adalah sosok dewi yang sebenarnya.” Sambungku. Juna tertunduk dan tersenyum. “Kamu bilang semua urusanmu disini sudah selesai?” Aku menjawab dengan anggukan menyakinkan. “Masih ada satu urusan yang belum selesai.” Aku berpikir. “Urusan aku sama kamu yang belum selesai.” Seru Juna kembali. Keheningan mengisi beberapa saat. Aku bangkit dari tempatku. “Aku mau pulang, bersih-bersih, trus sekalian siap-siap packing baju.” Juna meraih tanganku, menahan kepergianku. “Tunggu sampai Dewi benar-benar sembuh, baru kamu boleh pergi.” Juna melepas tanganku dan pergi berlalu dari hadapanku. Keesokan harinya. Aku berpamitan dengan Pak Kades, Dewi dan Ibunya. Dewi kini sudah jauh lebih baik. Meski ia belum diperbolehkan turun dari tempat tidur, setidaknya ia tidak berada di kamar puskesmas lagi. “Fat? Maafin ya kalau aku ada salah.” Dewi menjabat tanganku. “Aku juga minta maaf jika selama aku disini bukan membantu tapi justru merepotkan, Bapak sama Ibu, sama kamu juga Dewi.” Aku memeluk Dewi. Pak Kades dan Ibunya mengantarkanku sampai kedepan gerbang halaman mereka. “Mang Didin akan mengantarkan kamu sampai terminal. Tapi kamu yakin, tidak mau diantar sampai Jakarta? Tidak mau menunggu Juna, dia bisa antar kamu sampai Jakarta.” Usul Pak Kades.
  • 3. “Iya, Fat. Tunggu Juna sebentar ya. Gak tega lihat kamu naik bis.” Pinta Istri Pak Kades. “Enggak, Pak, Bu. Terima kasih. Saya sudah biasa naik kendaraan umum. Lebih santai.” “Ya sudah. Tapi ingat ya? Hati-hati.” Aku naik keatas motor. “Mari, Pak, Bu. Assalamu‟alaikum.” Dan motor Mang Didin membawaku pergi. 1 jam perjalanan dengan Mang Didin, kami sampai di terminal bis. Aku mengucapkan terima kasih pada Mang Didin. Dan pergi mencari bis yang membawaku ke Jakarta, pulang kerumah tercinta. Dengan tiket ditangan, aku bersiap menuju Jakarta. Setelah memilih posisi kursi yang ingin duduki, pilihanku jatuh pada sebuah kursi dekat jendela bagian kiri, nomor dua dari pintu depan. Tak ada salahnya membawa pemandangan indah yang kulihat sebagai oleh-oleh untuk orang rumah, sekedar bahan cerita nanti. Kenek bis memberi isyarat bahwa bis akan berangkat. Aku merapikan tempat dudukku, mencari posisi nyaman dalam perjalanan. Bis melaju perlahan menyusuri jalanan pantura. Beberapa saat setelah kenek menarik tiketku dan menyandarkan punggungku pada sandaran kursi, kelopak mataku mulai turun. Aku pun terlarut dalam lelap. Cukup lama, aku tertidur. Jam tangan coklatku menunjukkan pukul 2 siang. Sampai kurasakan panas sinar matahari yang menembus masuk dari jendela bis. Ah, aku lupa menutup gordennya. Aku berusaha meraih gorden untuk menutupnya. “Jangan ditutup. Kita sudah hampir sampai.” Seru seseorang yang suaranya tak asing kudengar. Setelah aku menoleh, betapa terkejutnya aku. “Apa? Belum pernah duduk disamping laki-laki tampan?” Serunya yang ternyata adalah Juna. “Juna?” Juna memalingkan mukanya. Ia memandang lurus kedepan. “Sejak kapan?” “Dari terminal. Aku duduk di paling belakang.” Sahutnya dengan nada datar. “Oh..” “Ada keperluan di Jakarta?” Tanyaku. “Ada.” Jawabnya. “Keperluan tugas?” “Iya.” “Tugas kelurahan ada yang harus sampai ke Jakarta?” “Ada.”
  • 4. “Tugas apa?” Juna memalingkan wajahnya untuk sesaat dan berseru seraya memandangku. “Mengurus pemindahan KTP, dari warga Jakarta ke warga desa Lestari.” Juna kembali memasang tatapan lurus kedepan. Keheningan itu tercipta kembali sampai kami turun di terminal yang dituju, pemberhentian akhir dari perjalanan melelahkan. “Ah, capeknya.” Seru Juna. “Petugas kelurahan harusnya minta kendaraan dinas dong.” Juna cemberut. Aku memanggil taksi. “Aku duluan ya?” Seraya membuka pintu taksi. Juna menangguk pelan. Setelah masuk kedalam taksi, aku membuka kaca jendela mobil. “Hati-hati di Jakarta ya. Jangan sampai nyasar.” Juna membuang muka acuh. “Sebenarnya kamu mau kemana sih?” Tanyaku sekali lagi. Juna menjawab dengan santai. “Mengurus pemindahan KTP.” “Warga Jakarta mau pindah jadi warga Desa Lestari?” Tanyaku. Juna mengangguk santai. Aku terkekeh dengan gaya dan sikapnya. “Oke deh. Good Luck ya. Assalamu‟alaikum.” Mobil taksi melaju pergi dari hadapan Juna. Samar kudengar Juna menjawab salamku. “Pacarnya ya, Non?” Tanya supir. “Bukan, pak. Cuman teman. Teman jauh.” Sahutku. “Oh, kirain.” 000___000 Taksiku sampai didepan rumah. Aku mengetuk pintu. Sesaat kemudian seseorang membuka pintu. Muncul dari balik pintu, Ibu dan dibelakangnya adik kecilku, Aisyah. “Assalamu‟alaikum, Bu. Apa kabar?” Aku memeluk Ibu dengan erat. “Wa‟alaikumsalam, kabar baik. Kamu kok kurusan sih? Coba sini Ibu lihat. Tuh pipi kamu jadi tirus. Kamu disana nggak dikasih makan ya?” Aku terkekeh mendengar omelan Ibu.
  • 5. Aisyah masih meringkuk malu dibelakang kaki Ibu. “Aisyah, nggak kangen sama kakak?” Tanyaku. Tangan kanan Aisyah terjulur keluar dan telapak tangannya terbuka. “Oleh-olehnya buat adek mana?” Pinta dengan nada lugu. Aku mengangguk mengerti. Kukeluarkan sekerajang jeruk dan apel, oleh-oleh dari Bapak dan Ibu Kades. “Wah, banyak sekali.” Seru Aisyah dengan senang. “Bilang apa?” Tanya Ibu. “Telima kasih, kak Patimah.” Aisyah masuk kedalam rumah sambil membawa buah-buahan yang kuberikan padanya. “Bapak mana, Bu?” “Sudah berangkat kerja.” “Oh,..” “Kemarin ada yang cari kamu. Katanya teman kamu. Tapi Ibu lupa siapa namanya.” “Siapa, Bu?” “Perempuan, cantik. Sepertinya orang kaya.” “Dia bilang ada keperluan apa?” “Katanya, dia mau ngajak kamu kuliah lagi. Kuliah di Jepang. Kamu bisa sekalian magang disana.” “Baru juga selesai wisuda bulan kemarin. Disuruh kuliah lagi. Capek.” “Siapa yang nyuruh? Ibu „kan cuman menyampaikan amanat dari teman kamu.” Aku berjalan menuju kamarku. “Tapi ya, tidak ada salahnya‘kan. Siapa tahu di Jepang sana, ada jawaban dari tantangan yang selama ini kamu cari. Tantangan itu bisa jadi sesuatu yang modern dan maju. Jepang, bisa jadi jawabannya.” Aku membuang nafas. “Fatimah mau istirahat dulu, Bu.” T.B.C