Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
UTILITARISME DAN TEORI ETIKA BISNIS
1.
2. Utilitarisme
Teori ini berpendapat bahwa semua hal
yang dikerjakan atau diperbuat dengan
menghasilkan manfaat bagi orang-orang
disekitar merupakan tindakan yang baik.
Teori ini menekankan bahwa suatu
perbuatan dinilai melalui dampak yang
dihasilkan, dari sana akan dapat dilihat
apakah perbuatan tersebut mengandung
nilai baik atau buruk.
3. Menurut Jeremy Bentham (1748-1832),
Utilitarisme sering digambarkan sebagai
bentuk pengambilan keputusan yang
berdasarkan etika dimana pertimbangan
yang dilakukan dalam pengambilan
keputusan adalah dengan melihat apakah
dampaknya memberikan hasil lebih baik
daripada alternatif lainnya.
Sehingga dalam teori ini, setiap keputusan
yang diambil harus dianalisis secara
cermat oleh pengambil keputusan, dimana
alternatif yang paling memberikan dampak
lebih besar bagi pemegang kepentingan
tertentu maka alternatif tersebut perlu
diambil.
4. Ada 2 tipe dalam teori utilitarisme
1. Act Utilitarianism (Utilitarisme Perbuatan)
Fokus dari bahasan utilitarisme perbuatan
adalah penekanan terhadap dampak
keputusan yang diambil secara pribadi
atas perbuatan yang telah dilakukan
sebelumnya dalam jangka pendek.
2. Rule Utilitarianism (Utilitarisme Aturan)
Fokus dari utilitarisme aturan menekankan
kepada dampak yang diperoleh terhadap
kepatuhan akan aturan-aturan yang ada
dalam jangka waktu panjang akan
memberikan hasil yang lebih baik.
5. Contoh:
Ada aturan yang berkata bahwa: Tidak boleh
berbohong pada pelanggan.
Dalam tipe yang pertama dijelaskan bahwa, jika
mempertimbangkan aspek biaya dan keuntungan
untuk jangka pendek maka seorang pengambil
keputusan akan berusaha untuk melakukan tindakan
tidak etis agar tujuannya tercapai.
Dalam tipe yang kedua, penekanan lebih dilaksanakan
pada pertimbangan jangka panjang dimana pengambil
keputusan lebih memikirkan dampak yang mungkin
muncul kedepannya apabila tindakan tidak etis
dilakukan terhadap pelanggannya.
6. Deontologi
Teori ini lebih menekankan kepada
pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan tidak
bisa dinilai baik atau buruk berdasar
tujuannya semata. Tujuan yang baik belum
tentu didapat dari perbuatan baik.
Umat beragama cenderung menganut teori ini,
semua perbuatan yang telah diatur oleh Tuhan
YME mengenai baik atau buruknya merupakan
sebuah keputusan final yang tidak dapat
ditawar-tawar.
7. Teori Hak
Teori ini muncul sebagai bagian dari
deontologi, penekanan pada kewajiban yang
harus dilakukan (deontologi) membuat
kemunculan persepsi terhadap hak terhadap
pelaku kewajiban.
Hak dan kewajiban merupakan sebuah
pemahaman yang berjalan beriringan.
Hak mendasarkan diri atas martabat manusia,
bahwa semua manusia memiliki hak yang
sama.
8. Teori Keutamaan
Teori ini mengesampingkan akibat dari
perbuatan atau bagaimana dampak terhadap
orang lain.
Fokus dari teori ini yaitu melihat bagaimana
sikap, akhlak dan juga perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang.
Teori ini mendefinisikan etika sebagai prilaku
yang baik dari seseorang. Kepribadian menjadi
perhatian utama. Sifat jujur, adil (sikap
kewajaran), dipercaya, dan ulet menjadi ciri-
ciri teori keutamaan.
9. 4 Prinsip dalam teori keutamaan.
1. Kejujuran
Setiap pebisnis diharuskan untuk bersikap
jujur dan terbuka terhadap kebenaran.
Dalam contoh kasus, jika seorang mitra
bertanya mengenai informasi yang
diperlukan untuk proses kelancaran
kerjasama bisnis maka partner bisnisnya
wajib memberitahukan informasi tersebut.
Akan tetapi disini bukan berarti semua
informasi harus disampaikan, beberapa
informasi krusial yang menurut
perusahaan atau mitra bisnis tidak perlu
disampaikan maka ada baiknya informasi
tersebut tetap dijaga kerahasiaannya.
10. 2. Fairness (keadilan, sikap wajar)
Erat hubungannya dengan kesediaan untuk
memberikan kewajaran kepada semua
orang, dan sikap wajar tersebut ditujukan
kepada setiap orang yang terlibat dalam
sebuah transaksi atau perjanjian bisnis.
Contoh kasus dalam insider trading. Kasus
ini memunculkan ketidak adilan bagi
banyak orang. Ketika satu pihak
memperoleh informasi terutama mengenai
saham atau nilai perusahaan dari orang
dalam dan memanfaatkan informasi
tersebut untuk mengambil keuntungan
pribadi maka prinsip keadilan sudah
dilanggar dalam hal ini.
11. 3. Trust (kepercayaan)
Kepercayaan merupakan faktor utama dalam
terjadinya hubungan kerjasama bisnis. Tanpa
adanya kepercayaan, menurut salah satu studi
oleh Fukuyama, bisnis tidak akan dapat
berkembang. Meningkatnya kepercayaan akan
semakin memberikan arah terhadap bisnis
secara global.
Dalam prinsip keutamaan, kepercayaan yang
terjadi merupakan sebuah hubungan timbal
balik antara pihak yang terkait dengan
perjanjian kerjasama bisnis. Akan tetapi
kepercayaan perlu diberikan patokan-patokan
atau aturan-aturan tertentu agar tidak disalah
gunakan.
Misal dalam perjanjian pengiriman barang dari
supplier perlu diberikan batasan waktu, agar
tidak terjadi keterlambatan dalam pengiriman.
12. 4. Keuletan
Dalam keputusan bisnis selalu
mengangdung sebuah resiko, baik kecil
maupun besar. Seorang pebisnis harus
cermat dalam menganalisa setiap
keputusan yang diambil, karena hal
tersebut akan berdampak terhadap
kelangsungan dari bisnis yang
dijalankannya.
Seorang pebisnis juga diharapkan tetap
tangguh dalam menghadapi berbagai
dinamika dalam dunia bisnis. Kegagalan
harus disikapi dengan kesabaran dan sikap
pantang menyerah. Karena dalam dunia
bisnis, kesuksesan tidak dapat diraih
dengan sekejap mata.