Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan kepemimpinan dengan manajemen.
Meringkaskan kesimpulan-kesimpulan dari teori sifat kepemimpinan.
Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama dan keterbatasan pokok dari teori-tori mengenai perilaku.
Menilai teori kontingensi kepemimpinan dengan level pendukung mereka.
1. KepemimpinanBab 12
Sasaran Pembelajaran
Sesudah mempelajari bab ini Anda akan dapat:
Membedakan kepemimpinan dengan manajemen.
Meringkaskan kesimpulan-kesimpulan dari teori sifat
kepemimpinan.
Mengidentifikasi prinsip-prinsip utama dan keterbatasan
pokok dari teori-tori mengenai perilaku.
Menilai teori kontingensi kepemimpinan dengan level
pendukung mereka.
2. Mengontraskan kepemimpinan yang karismatik dengan
transformasional.
Mendefinisikan kepemimpinan yang autentik.
Mendemonstrasikam permainan peran pembimbingan
dalam pemahaman kita mengenai kepemimpinan.
Membahas tantangan-tantangan bagi efektivitas dalam
kepemimpinan.
3. Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk memengaruhi
suatu kelompok menuju pencapaian sebuah visi atau tujuan yang
ditetapkan.
Tidak semua pemimpin adalah para manajer, demikian pula tidak semua
manajer adalah para pemimpin. Para pemimpin dapat muncul dari dalam
kelompok maupun dengan penunjukan secara resmi.
Organisasi memerlukan kepemimpinan yang kuat dan manajemen yang kuat
untuk efektivitas yang optimal. Kita memerlukan para pemimpin untuk
menantang status quo, menciptakan visi masa depan, dan
menginspirasi para anggota organisasi untuk mencapai visi.
4. Teori sifat kepemimpinan (trait theories of leadership) berfokus pada
kualitas dan karakteristik personal. Pencarian atas kepribadian,
sosial, fisik, atau intelektual yang membedakan seorang pemimpin
dengan yang bukan pemimpin menjadi tahap awal dalam riset
kepemiminan.
Sifat-sifat dapat memprediksikan kepemimpinan. Sifat-sifat tersebut juga
melaksanakan tugasnya dengan lebih baik dalam memprediksikan
kemunculan para pemimpin dan penampilan dari kepemimpinan
daripada membedakan di antara para pemimpin yang efektif dengan
yang tidak efektif.
5. Teori mengenai perilaku kepemimpinan (behavioral theories of leadership)
adalah teori-teori yang mengusulkan perilaku spesifik yang mendiferensiasikan
para pemimpin dari bukan para pemimpin.
Dimulai dengan lebih dari ribuan dimensi, studi-studi mempersempit daftar
menjadi dua yang pada dasarnya sangat diperhitungkan sebagai perilaku
kepemimpinan oleh para karyawan:
1. Memprakarsai struktur (intiating structure) adalah sampai sejauh mana
seorang pemimpin akan mendefinisikan serta menstrukturisasi peranan
dan para pekerjanya dalam pencapaian tujuan.
2. Keramahan (consideration) adalah sampai sejauh mana seorang
pemimpin akan memiliki hubungan pekerjaan yang dicirikan oleh rasa
saling percaya, menghormati gagasan dari para bawahannya, dan
menghargai perasaan mereka.
6. Studi-studi mengenai kepemimpinan pada Survey Research Center pada
University of Michigan juga mengidentifikasikan dua tipe perilaku pemimpin:
1. Pemimpin yang berorientasi pada pekerja. Seorang pemimpin yang
menekankan hubungan interpersonal, menempatkan kepentingan pribadinya
dalam kebutuhan dari para karyawan, dan menerima perbedaan individual
antara para anggota.
2. Pemimpin yang berorientasi pada produksi. Seorang pemimpin yang
menekankan pada aspek teknis atau tugas dari pekerjaan.
Ringkasan dari Teori Mengenai Sifat dan Teori Perilaku
Para pemimpin yang memiliki sifat-sifat tertentu dan orang yang memperlihatkan
keramahan dan membangun struktur perilaku akan terlihat lebih efektif.
Beberapa pemimpin mungkin saja memiliki sifat-sifat yang tepat atau
memperlihatkan perilaku yang tepat dan masih gagal. Sama pentingnya antara
sifat dengan perilaku adalah dalam mengidentifikasi para pemimpin yang efektif
atau tidak efektif, mereka tidak dapat menjamin keberhasilan.
7. Model Fiedler
Teori yang menyatakan kelompok efektif bergantung pada kecocokan
yang tepat di antara gaya kepemimpinan dalam berinteraksi dengan
para bawahan dan seberapa besar situasi memberikan kendali dan
pengaruh kepada pemimpin.
Model ini terdiri atas:
1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan. Fiedler menciptakan
kuesioner rekan kerja yang paling tidak disukai (least preferred co-
worker―LPC) untuk mengidentifikasi gaya tersebut dengan mengukur
apakah seseorang berorientasi pada tugas atau hubungan.
2. Mendefinisikan situasi. Tga dimensi kontingensi atau situasional
adalah hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas, kekuatan
posisi.
3. Mencocokkan antara para pemimpin dengan situasi.
4. Evaluasi.
8. Teori-Teori Kontingensi Lainnya
Meskipun teori LPC merupakan teori kontingensi yang paling banyak diteliti,
terdapat tiga teori lain yang layak untuk disebutkan:
1. Teori kepemimpinan situasional. Teori kontingensi yang menitikberatkan
pada kesiapan dari para pengikutnya.
2. Teori jalur–tujuan. Teori yang menyatakan bahwa merupakan tugas dari
pemimpin untuk membantu para pengikut dalam memperoleh tujuan-tujuan
mereka dan untuk menyediakan pengarahan dan atau dukungan untuk
memastikan bahwa tujuan-tujuan mereka sesuai dengan keseluruhan
tujuan dari kelompok atau organisasi.
3. Model pemimpin-partisipasi. Teori mengenai kepemimpinan yang
menyediakan serangkaian aturan untuk menentukan bentuk dan jumlah
pengambilan keputusan secara partisipatif dalam situasi yang berbeda.
9. Teori pertukaran pemimpin–anggota (leader–member exchange [LMX]
theory) adalah teori yang mendukung penciptaan para pemimpin di dalam
kelompok dan di luar kelompok; para bawahan dengan status di dalam
kelompok yang akan memiliki peringkat kinerja yang lebih tinggi, tingkat
perputaran pekerja yang rendah, dan kepuasan kerja yang lebih tinggi.
Teori LMX berpendapat bahwa tahap awal dalam sejarah interaksi di antara
seorang pemimpin dengan seorang pengikut tertentu, pemimpin secara
implisit mengategorikan pengikut sebagai “di dalam” atau “di luar”; hubungan
tersebut relatif stabil dari waktu ke waktu.
10.
11. Kepemimpinan Karismatik
Martin Luther King Jr., Ronald Reagan, Mary Kay Ash (pemilik dari Mary Kay
Cosmetics), dan Steve Jobs (salah satu pemilik dari Apple Computer) sering
kali disebut sebagai para pemimpin yang karismatik.
Teori kepemimpinan karismatik (charismatic leadership theory) adalah teori
kepemimpinan yang menyatakan bahwa para pengikut membuat atribut
kepahlawanan atau kemampuan dalam kepemimpinan yang luar biasa ketika
mereka mengamati perilaku-perilaku tertentu.
Para individu semenjak dilahirkan membawa sifat-sifat yang dapat menjadikan
mereka karismatik. Kepribadian juga terkait dengan kepemimpinan yang
karismatik; para pemimpin yang karismatik cenderung menjadi ekstrover,
percaya diri, dan berorientasi pada pencapaian.
12. Bagaimana Pemimpin yang Karismatik Memengaruhi Pengikutnya?
Mereka menyampaikan visi, yaitu strategi dalam jangka panjang untuk
mencapai sebuah tujuan atau banyak tujuan. Sebuah visi memerlukan
pernyataan visi yang menyertainya, yaitu sebuah penyampaian formal dari visi
atau misi organisasi. Para pemimpin yang karismatik menggunakan pernyataan
visi untuk menanamkan sasaran dan tujuan menyeluruh pada para pengikut.
Pemimpin yang karismatik melibatkan sisi emosi dan sering kali berperilaku
dengan cara yang tidak biasa untuk memperlihatkan keberanian dan keyakinan
mengenai visi. Para pengikut “menangkap” emosi yang disampaikan oleh
pemimpin mereka.
13. Apakah Kepemimpinan Karismatik yang Efektif Bergantung pada Situasi?
Orang-orang lebih mudah menerima kepemimpinan yang karismatik ketika
mereka merasakan adanya suatu krisis, ketika mereka berada di bawah tekanan,
atau ketika mereka mengalami ketakutan mengenai kehidupan mereka. Para
pemimpin yang karismatik dapat mengurangi tekanan bagi para pekerja mereka,
barang kali dikarenakan mereka membuat pekerjaan menjadi terlihat lebih
bermanfaat dan menarik.
Sisi Gelap dari Kepemimpinan Karismatik
Salah satu studi menunjukkan bahwa para CEO yang karismatik dapat
memengaruhi gaji yang lebih tinggi bahkan ketika kinerja mereka biasa saja. Riset
telah menunjukkan bahwa para individu yang narsis terhadap diri sendiri juga
lebih tinggi dalam beberapa perilaku yang dikaitkan dengan kepemimpinan yang
karismatik.
14. Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional menginspirasi para pengikutnya untuk melampaui
kepentingan diri mereka sendiri dan yang berkemampuan untuk memiliki pengaruh
secara mendalam dan luar biasa terhadap para pengikutnya.
… sedangkan pemimpin yang transaksional adalah pemimpin yang
membimbing atau memotivasi para pengikut mereka yang diarahkan menuju
tujuan yang ditetapkan dengan menjelaskan peranan dan tugas yang dibutuhkan.
Kepemimpin yang transaksional dan transformasional saling melengkapi satu
sama lain; mereka tidak saling mempertentangkan pendekatan untuk
menyelesaikan segala sesuatunya. Kepemimpinan yang transformasional
membentuk kepemimpin yang transaksional dan menghasilkan tingkat upaya dari
para pengikut serta kinerja yang melampaui apa yang hanya dapat dilakukan
kepemimpinan transaksional saja.
15.
16. Bagaimana Kepemimpinan Transformasional Bekerja
Para pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka kreatif,
selain itu mereka mendorong para pengikutnya agar menjadi kreatif juga.
Perusahaan-perusahaan dengan para pemimpin yang transformasional
memiliki desentralisasi tanggung jawab yang lebih besar, para manajer
memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk mengambil risiko, dan
rencana kompensasi diarahkan menuju hasil jangka panjang—semuanya
memfasilitasi kewirausahaan perusahaan.
Evaluasi atas Kepemimpinan yang Transformasional
Kepemimpinan transformasional yang menitikberatkan pada individu adalah
perilaku yang memberdayakan para pengikut secara individu untuk
mengembangkan, meningkatkan kemampuan mereka, dan meningkatkan
efektivitas diri.
Kepemimpinan transformasional yang menitikberatkan pada tim menekankan
pada tujuan-tujuan kelompok, berbagi nilai dan kepercayaan, serta upaya-
upaya terpadu.
17. Apakah yang Dimaksud dengan Kepemimpinan
Autentik?
Pemimpin yang autentik adalah pemimpin yang
mengetahui siapakah mereka, mengetahui apa yang mereka
yakini dan nilai, serta bertindak dengan nilai tersebut dan
meyakini secara terbuka dan berterus terang. Para pengikut
mereka akan mempertimbangkan mereka menjadi orang-
orang yang memiliki etika.
18. Kepemimpinan yang Beretika
Etika dan kepemimpinan saling beririsan pada sejumlah titik
waktu. Kepemimpinan yang transformasional memiliki implikasi
etika ketika para pemimpin ini mengubah cara berpikir dari para
pengikutnya. Karisma juga memiliki komponen etika.
Para ahli telah berupaya untuk mengintegrasikan kepemimpinan
yang beretika dan karismatik dengan memajukan gagasan
mengenai kepemimpinan karismatik yang bersosialisasi, yaitu
kepemimpinan yang menyampaikan nilai yang terpusat pada
lainnya (bukan terpusat pada diri sendiri) oleh para pemimpin
yang melaksanakan model perilaku yang beretika.
19. Kepemimpinan yang Melayani
Kepemimpinan yang melayani (servant leadership) adalah gaya
kepemimpinan yang ditandai dengan melampaui kepentingan pemimpin sendiri
dan akan menitikberatkan pada kesempatan untuk membantu para pengikutnya
agar bertumbuh dan berkembang.
Karakteristik perilaku meliputi:
Mendengarkan
Berempati
Membujuk
Menerima pelayanan
Aktif mengembangkan potensial dari para pengikutnya.
Kepemimpinan yang melayani akan menjadi lebih lazim dan lebih efektif dalam
budaya-budaya tertentu. Misal, ketika diminta untuk menggambar citra dari para
pemimpin, orang AS menggambarkan mereka berada di depan kelompok,
memberikan perintah kepada para pengikutnya.
20. Kepercayaan dan Kepemimpinan
Kepercayaan (trust) adalah ekspektasi positif yang orang lain
tidak akan bertindak secara oportunis.
Kepercayaan adalah atribut utama terkait dengan
kepemimpinan; melanggarnya dapat memiliki efek beragam
yang serius terhadap kinerja kelompok.
Para pengikut yang mempercayai seorang pemimpin memiliki
kepercayaan diri bahwa hak dan kepentingan mereka tidak
akan disalahgunakan.
Hanya seorang pemimpin yang dipercayai akan dapat
mendorong para pekerja untuk mencapai melampaui mereka
sendiri terhadap tujuan secara transformasional.
21. Bagaimana Kepercayaan dapat Dikembangkan?
Karakteristik utama yang mengarahkan untuk meyakini bahwa
seorang pemimpin layak untuk dipercayai:
1. Integritas yang mengacu pada kejujuran dan kebenaran.
2. Kebajikan berarti bahwa orang yang dipercaya akan
memikat ketertarikan di hati Anda, bahkan jika Anda tidak
serta merta sejajar dengan mereka.
3. Kemampuan mencakup pengetahuan dan keahlian teknik
dan individu serta interpersonal.
22. Kepercayaan sebagai Sebuah Proses
Kecenderungan untuk mempercayai mengacu pada bagaimana
mungkin pekerja tertentu mempercayai seorang pemimpin.
Beberapa orang lebih cenderung untuk meyakini orang-orang
lain yang dapat dipercaya.
Waktu merupakan komponen terakhir dalam membangun
kepercayaan. Kita dapat mempercayai orang-orang didasarkan
pada pengamatan perilaku mereka selama suatu periode waktu
tertentu.
Para pemimpin perlu untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki
integritas, kebajikan, dan kemampuan dalam situasi di mana
kepercayaan adalah penting—katakan, di mana mereka dapat
berperilaku secara oportunistik atau mengecewakan para
karyawan.
23.
24. Apakah Konsekuensi dari Kepercayaan?
Kepercayaan mendorong
pengambilan risiko.
Kepercayaan
memfasilitasi pembagian
informasi.
Mempercayai kelompok
lebih efektif
Kepercayaan mendorong
produktivitas.
Keuntungan
dari
kepercayaan
25. Pendampingan
Pembimbing (mentor) adalah seorang pekerja senior yang menyokong
dan mendukung pekerja yang kurang berpengalaman, yang disebut
dengan anak didik.
Pendampingan memberikan akses yang tidak disaring terhadap tingkah
laku dari para karyawan, dan anak didik dapat menjadi sumber yang sangat
mengagumkan atas tanda peringatan awal untuk mengidentifikasi
permasalahan organisasional yang potensial.
Anda mungkin akan mengasumsikan bahwa pendampingan berharga bagi
hasil yang objektif seperti misalnya kompensasi dan kinerja pekerjaan,
tetapi riset berpendapat bahwa keuntungan utamanya adalah psikologis.
26. Kepemimpinan sebagai Sebuah Atribut
Teori atribut kepemimpinan (attribution theory of leadership) adalah
teori kepemimpinan yang mengatakan bahwa kepemimpinan
hanyalah sekadar sebuah atribut yang orang-orang akan ambil
mengenai individu lainnya.
Kita membuat asumsi secara demografis mengenai para pemimpin.
Para responden dalam sebuah studi mengasumsikan seorang
pemimpin digambarkan dengan tidak mengidentifikasikan informasi
yang rasial.
Teori atribut menyarankan bahwa apa yang penting adalah
memproyeksikan penampilan untuk menjadi seorang pemimpin dan
bukannya menitikberatkan pada pencapaian aktual.
27. Substitusi dan Menetralisasi Kepemimpinan
Substitusi (subtitutes) adalah atribut seperti pengalaman dan pelatihan,
yang dapat menggantikan kebutuhan akan dukungan atau kemampuan
dari seorang pemimpin untuk menciptakan struktur.
Karakteristik organisasi seperti misalnya tujuan yang dirumuskan secara
eksplisit, aturan dan prosedur yang keras, dan kelompok kerja yang
kohesif dapat menggantikan kepemimpinan yang formal, sementara
bersikap acuh tak acuh terhadap imbalan organisasi dapat menetralisasi
efeknya.
Penetralisasi , yaitu atribut yang menjadikannya tidak mungkin bagi
perilaku pemimpin untuk membuat beberapa perbedaan terhadap hasil
dari pengikut, menjadikan tidak mungkin bagi perilaku pemimpin untuk
membuat beberapa perbedaan terhadap hasil dari pengikut.
28. Kepemimpinan Secara Online
Para pemimpin secara online harus berpikir dengan hati-hati mengenai
tindakan apa yang mereka inginkan dari pesan digital mereka untuk
dijalankan. Mereka akan berhadapan dengan tantangan-tantangan
yang unik, yang terbesar muncul pada pengembangan dan
mempertahankan kepercayaan.
Kepercayaan yang didasarkan pada identifikasi (identification-
based trust) adalah kepercayaan yang didasarkan pada saling
memahami niatan satu sama lain dan menghargai keinginan serta
kehendak orang lain.
Keahlian kepemimpinan yang baik akan segera mencakup kemampuan
yang mendukung, mempercayai, dan menginspirasi dalam
berkomunikasi melalui elektronik dan untuk membaca emosi yang
terkandung dalam pesan dari orang lain secara akurat.
29. Memilih Para Pemimpin
Proses organisasi yang harus dijalankan untuk mengisi posisi dalam
manajemen merupakan latihan dalam mengidentifikasi para pemimpin
yang efektif.
Tes kepribadian dapat mengidentifikasi sifat-sifat yang terkait dengan
kepemimpinan—ekstrover, sifat teliti, dan keterbukaan pada
pengalaman. Para kandidat dengan kecerdasan emosional yang tinggi
akan memperoleh keuntungan, terutama dalam situasi yang memerlukan
kepemimpinan yang transformasional. Pengalaman merupakan alat
prediksi yang buruk atas efektivitas pemimpin, tetapi pengalaman atas
situasi tertentu yang relevan.
30. Pelatihan Para Pemimpin
Bagaimana para manajer dapat memperoleh banyak hasil dengan
anggaran pelatihan kepemimpinan mereka?
1. Pelatihan kepemimpinan akan cenderung lebih berhasil dengan
pengawasan diri sendiri yang tinggi.
2. Organisasi dapat mengajarkan keahlian implementasi.
3. Kita dapat mengajarkan keahlian seperti misalnya membangun
kepercayaan dan pendampingan.
4. Pelatihan perilaku melalui pemodelan latihan-latihan dapat
meningkatkan kemampuan perorangan untuk memperlihatkan
kualitas kepemimpinan yang karismatik.
5. Para keahlian kepemimpinan yang transformasional pemimpin
dapat dilatih sehingga akan mencapai hasil dasar.