SlideShare a Scribd company logo
1 of 87
GEOGRAFI KOTA
PERENCANAAN
KOTA
PEREMAJAAN KOTA
DEFINISI KOTA
DEFINISI KOTA
Menurut PBB, kota dapat didefinisikan sebagai
berikut:
“Tempat dimana konsentrasi penduduk
lebih padat dari wilayah sekitarnya karena
terjadinya pemusatan kegiatan fungsional
yang berkaitan dengan kegiatan atau
aktivitas penduduknya”
DEFINISI KOTA
Permendagri No. 2 Th. 1987, kota didefinisikan
sebagai:
“Pusat permukiman dan kegiatan penduduk
yang mempunyai batasan wilayah administrasi
yang diatur dalam peraturan perundangan,
serta permukiman yang telah memperlihatkan
watak dan ciri kehidupan perkotaan”
DEFINISI KOTA
Selain dua definisi sebelumnya, kota dapat
didefinisikan secara parsial dari aspek-aspek
berikut:
 Fisik
 Demografis
 Sosial
 Statistik
 Ekonomi
 Administrasi
DEFINISI KOTA
ASPEK FISIK
Kota adalah suatu wilayah dengan wilayah
terbangun (built up area) yang lebih padat
dibandingkan dengan area sekitarnya.
DEFINISI KOTA
ASPEK DEMOGRAFIS
Wilayah dimana terdapat konsentrasi
penduduk yang dicerminkan oleh jumlah
dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan keadaan di wilayah
sekitarnya.
DEFINISI KOTA
ASPEK SOSIAL
Suatu wilayah dimana terdapat kelompok-
kelompok sosial masyarakat yang
heterogen (tradisional – modern, formal –
informal, maju – terbelakang, dsb.)
DEFINISI KOTA
ASPEK STATISTIK
Suatu wilayah yang secara statistik
besaran atau ukuran jumlah penduduknya
sesuai dengan batasan atau ukuran untuk
kriteria kota.
DEFINISI KOTA
ASPEK EKONOMI
Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan
usaha yang sangat beragam dengan
dominasi di sektor nonpertanian, seperti
perdagangan, perindustrian, pelayanan
jasa, perkantoran, pengangkutan, dll.
DEFINISI KOTA
ASPEK ADMINISTRASI
Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu
garis batas kewenangan administrasi
pemerintah yang ditetapkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan tertentu.
PERKOTAAN (URBAN)
Kawasan yang mempunyai kegiatan utama
bukan pertanian dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi
membentuk suatu metropolitan.
 URBAN, suatu daerah yang memiliki susana kehidupan modern
 SUB URBAN atau Faubourrgh, suatu area yang lokasinya dekat
pusat kota (city) dengan luas yang mencakup daerah penglaju
(commuters)
 SUB URBAN FRINGE, suatu area yang melingkari suburban dan
merupakan daerah peralihan antara urban dengan rural
 URBAN FRINGE, semua daerah disekitar urban yang mempunyai
sifat-sifat mirip kota
 RURAL URBAN FRINGE, suatu (jalur) daerah yang terletak antara
daerah urban dan daerah rural yang ditandai dengan mixed
landusing
 RURAL, desa
City
Sub Urban
Suburban-fringe
Rural-Urban fringe
Rural
City
Sub Urban
Suburban-fringe
Rural-Urban fringe
Rural
KLASIFIKASI KOTA
KLASIFIKASI KOTA
 Kota dapat dipandang baik sebagai node
(dalam tatanan konstelasi regional) maupun
sebagai area (dalam konteks ruang
perencanaan)
 Kota dapat diklasifikasikan berdasarkan
jumlah penduduknya dan fungsinya.
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN JUMLAH
PENDUDUK
1) Kota Raya : > 1.000.000 jiwa
2) Kota Besar : 500.000 – 1.000.000
jiwa
3) Kota Sedang : 100.000 – 500.000
jiwa
4) Kota Kecil : < 100.000 jiwa
KLASIFIKASI KOTA
BERDASARKAN FUNGSI
(INDONESIA)
 Pusat Kegiatan Nasional (PKN)
 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
TIPE KOTA
Tipe kota ditentukan oleh keadaan dan perkembangan
sejarah termasuk kemajuan kebudayaan dan
teknologi
3 tipe:
1. Tipe kota-kota pada masa lampau (cities of the
past)
2. Tipe kota-kota pada zaman pertengahan (medival
cities)
3. Tipe kota-kota pada zaman modern (modern cities)
 Menurut Grifith Taylor, letak fisiografis kota-kota ditinjau dari sejarah:
1. Kota yang didirikan diatas bukit atau pegunungan Acropolis (Athena,
Roma, Spanyol)
2. Kota dilereng Cuesta (Cuesta Slope Town) dapat dijumpai disepanjang
lembah Cuesta di Eropa barat, London bagian selatan
3. Kota di pintu gerbang pegunungan (mountain corridor towns), terdapat di
Italia utara dan Eropa
4. Kota didaerah plateau (dataran tinggi) di jawa tengah terdapat permukian
Dieng terletak di plateau Dieng
5. Kota didaerah Dome yang tererosi (daerah Sangiran) tetapi belum
berstatus kota
6. Kota bandar (port town) berkembang jika hinterland-nya surplus
7. Kota dekat daerah perairan: kota sepanjang
sungai (river town), di bawah sungai (fall river),
dan kota meander
8. Kota padang pasir (desert town)
9. Kota-kota baru (kota-kota daerah trans) di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
Fungsi Kota
Menurut Harris (Kota-kota di Amerika)
digolongkan menjadi 5 macam:
1. Manufacturing cities
2. Wholesale cities
3. Retail cities
4. Transportation cities
5. Diversified cities
Menurut KNEEDLER: mendasarkan pada fungsinya
dengan memperhatikan kegiatan ekonomi atau
pekerjaan
a. Apabila pekerja industri melebihi 50% - Kta
manufaktur pedagang kecil kurang dari 30%
b. Apabila prosentase buruh dipusat-pusat
manufaktur 30% lebih besar dari pedagang kecil
– Kota industri
Menurut GILLEN, mendasarkan pada occupational structure (struktur
mata pencaharian), pembagiannya:
1. Professional (keahlian khusus)
2. Semi profesisonal (setengah ahli)
3. Proprietors (tuan-tuan tanah, kapitalis)
4. Clerical (pegawai)
5. Skilled workers (buruh ahli)
6. Semi workers (setengah buruh ahli)
7. Domestic service (pembantu RT)
8. Public service (pembantu umum)
9. Unskilled labor (buruh kasar/sudah ahli)
 Unit-unit kegiatan atau pusat-pusat kegiatan di kota
sering menalami perubahan. Keadaan ini sebagai
akibat dari pasang surutnya penduduk dari keadaan
daerah-daerah itu sendiri dan dari perkembangan
kota, sehingga terjadi pola kegiatan antara lain:
1. SENTRALISASI, yaitu timbulnya suatu gejala untuk
mengelompok pada satu titik utama yang akan
menjadi Central Bussines Distric atau nukleus
utama. Daerah ini merupakan pusat keramaian.
Fasilitas yang ada ditempat ini misal Kantor-kantor
pemerintah, Bank, Toko-toko dsb
1. DESENTRALISASI, yaitu timbulnya gejala untuk
menjauhi titik utama (centrifugal-shift). Gejala
desentralisasi ini dapat menimbulkan nukleus-
nukleus baru
2. SEGREGASI, kelompok-kelompok perumahan yang
terpisah satu sama lain karena perbedaan sosial
ekonomi kultural. Segregasi timbul karena:
perbedaan milieu, perbedaan ras, perbedaan
kekayaan, perbendasan fungsi sehingga kelompok-
kelompok tersebut menimbulkan daerah-daerah
ekologis, sosial, kulturil maupun ekonomis
TAHAPAN KOTA
Kota merupakan tempat tinggal penduduk yang heterogen dengan latar belakang budaya yang
berbeda ragam dan aktivitas. Penduduk lebih bersifat ekonomis matriallistis dan mengarah
pada system industri.
Jadi dalam perkembangan sebuah kota berdasarkan tahap:
a.) Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahp kehidupan kota
(kota kecamatan).
b.) Polis yaitu tahap perkembangn kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota
Kabupaten).
c.) Metropolis yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sector industry.
d.) Trianopolis adalah tahap perkembangn kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan
baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas.
STADIA KOTA
STADIA KOTA menurut GRIFFITH TAYLOR
A. STADIA INFANTILE: antara daerah domestik
dan daerah perdagangan tidak nampak
pemisah; batas antara kaya dan miskin tidak
jelas; toko dan rumah pemilik masih menjadi
satu
B. STADIA JUVENILE, nampak bahwa kelompok
perumahan tua mulai tergeser oleh
perumahan baru; mulai ada pemisahan
antara permukiman dengan pertokoan
C. STADIA MATURE, banyak timbul daerah-
daerah baru, seperti daerah industri,
perdagangan, dan permukiman yang sudah
mengikuti rencana tertentu
D. STADIA SENILE, stadia kemunduran kota,
dalam tiap zone terjadi kemunduran karena
kurangnya pemeliharaan yang disebabkan
sumber dana kota sangat kecil atau karena
terjadi perpindahan penduduk kota usia
muda (produktif) ke kota lain
ELEMEN PERKOTAAN
ELEMEN PERKOTAAN
 Sebagai pusat dari berbagai macam kegiatan
ekonomi dan masyarakat, tentunya kota akan
memiliki elemen-elemen yang menyusun kota
tersebut.
 Berbagai ahli planologi memiliki pendapat
mengenai elemen-elemen yang terdapat pada
kota.
ELEMEN PERKOTAAN
MENURUT DOXIADIS
 Alam (nature)
 Individu manusia (Antropos)
 Masyarakat (Society)
 Ruang kehidupan (Shells)
 Jaringan (Network)
ELEMEN PERKOTAAN
MENURUT P. GEDDES
 Place
Adanya tempat-tempat untuk melakukan kegiatan
spesifik.
 Work
Adanya kegiatan-kegiatan spesifik, baik kegiatan
ekonomi maupun kegiatan masyarakat.
 Folk
Ada masyarakat yang menjalankan kegiatan
perekonomian dan kemasyarakatan.
ELEMEN PERKOTAAN
MENURUT KEVIN LYNCH
 Path jalur
 Edge batasan
 District wilayah
 Node simpul
 Landmark cirikhas
ELEMEN PERKOTAAN
MENURUT KUS HADINOTO
 Wisma
 Marga
 Suka
 Penyempurna
ELEMEN PERKOTAAN
Secara umum, elemen yang terdapat pada
perkotaan adalah sebagai berikut:
 Pusat kegiatan/pelayanan
 Kawasan fungsional
 Jaringan
PERENCANAAN KOTA
DAN
MANAJEMEN KOTA
PERENCANAAN KOTA
Lebih memperhatikan pada persiapan dan
antisipasi kondisi kota pada masa yang
akan datang, dengan titik berat pada aspek
spasial dan tata guna lahan.
MANAJEMEN KOTA
Lebih memperhatikan kegiatan yang akan
segera dilakukan dengan titik berat pada
aspek intervensi dan pelayanan publik yang
akan berimplikasi pada kondisi kota secara
keseluruhan.
URGENSI PERENCANAAN
KOTA
Perencanaan kota memiliki urgensi untuk menyelesaikan masalah-masalah klasik
perkotaan sebagai berikut:
 Excessive size
 Overcrowding
 Shortage of urban services
 Slums and squatter settlements
 Traffic congestion
 Lack of social responsibility
 Unemployment & underemployment
 Racial & social issues
 Westernization vs modernization
 Environmental degradation
 Urban expansion and loss of agricultural land
 Administrative organization
URGENSI PERENCANAAN KOTA
 Kota amat penting untuk direncanakan dengan
baik, merujuk pada fakta bahwa saat ini lebih dari
50% penduduk dunia tinggal di kawasan
perkotaan.
 Fakta lain menunjukkan bahwa 50 – 60% GDP
suatu wilayah digerakkan oleh kegiatan ekonomi
di kawasan perkotaan, misalnya melalui kegiatan
industri, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan
fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa city as the
engine of economic growth.
URGENSI PERENCANAAN KOTA
Perencanaan kota juga memiliki urgensi untuk
menata struktur dan relasi sosial
masyarakat, karena berbeda dengan
masyarakat perdesaan yang cenderung
homogen, masyarakat perkotaan adalah
terdiri atas berbagai macam kelas dan etnis
(heterogen). Dalam hal ini, perencanaan kota
juga memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas
sosial.
LANGKAH PERENCANAAN KOTA
 Goal Formulation
 Observation and Survey
 Analysis
 Plan Formulation
 Planning, Designing and Policy
LANGKAH MANAJERIAL KOTA
 Planning
 Policy Decision
 Implementation
 Control and Evaluation
PERENCANAAN TATA RUANG DI
INDONESIA
 TARNAS (Rencana Tataruang Nasional)
 RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)
 RDTR (Rencana Detail Tata Ruang)
 RENSTRA (Rencana Strategis – untuk wilayah
tertentu seperti pesisir, kawasan industri dan
pengembangan ekonomi, dll.)
PERKOTAAN
TATA GUNA LAHAN PERKOTAAN
 Komponen penggunaan lahan di wilayah
perkotaan, terbagi atas kawasan budidaya
dan kawasan lindung.
 Ciri penggunaan kawasan budidaya di
perkotaan adalah mixed use.
 Kawasan lindung perkotaan misalnya ruang
terbuka hijau, ruang terbuka nonhijau, hutan
kota.
PERKEMBANGAN PERKOTAAN
Perkembangan kota (dengan menggunakan
pendekatan morfologi kota) ditekankan pada
bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan
yang tercermin dari jenis penggunaan lahan,
sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan.
PERKEMBANGAN PERKOTAAN
Townscape, urban sprawl, pola jalan, dan
sebagainya, dapat digunakan sebagai
indikator untuk melihat urban form, yakni pola
fisik atau susunan elemen fisik kota.
Kota dapat diklasifikasikan sebagai kota
dengan “bentuk kompak” dan “tidak kompak”
BENTUK KOTA
1. Bujur Sangkar beserta variasinya (Square City)
2. Persegi Panjang beserta variasinya (Rectangular City)
3. Kipas beserta variasinya (Fan Shape City)
BENTUK KOTA
POLA KOTA
1. Menyebar luas (Random)
2. Mengelompok (Aggregate)
3. Teratur (Uniform)
Untuk mengetahui pola dari urban settlement dapat digunakan “Near neighbor statistic”
URBAN SPRAWL
Proses perluasan/perembetan kawasan
terbangun kota ke arah luar sebagai dampak
dari meningkatnya jumlah penduduk dan
kegiatan perkotaan.
URBAN SPRAWL
TEORI STRUKTUR DAN TATA
RUANG PERKOTAAN
 Teori struktur dan tata ruang perkotaan dapat dibagi
berdasarkan jenis pendekatannya. Terdapat dua pendekatan,
yaitu pendekatan ekologis dan pendekatan ekonomi.
 Teori yang didasarkan pendekatan ekologis:
 Concentric zone (Burges)
 Sectoral (Hoyt)
 Multiple Nuclei (Haris Ullman)
 Teori yang didasarkan pendekatan ekonomi:
 Land value theory
 Industrial location
 Central place
TEORI CONCENTRIC ZONE
(BURGESS)
Burgess (1920s)
I. CBD
II. Whole sale
III. Low income housing
IV. Middle income housing
V. High income housing
TEORI SEKTORAL
(HOYT)
Hoyt (1939)
• Settlements in wedge-shaped pattern
instead of rings, due to rent pattern
• High rent residential areas  strategic,
accessible, best location, comfortable
TEORI MULTIPLE NUCLEI
(HARRIS DAN ULLMAN)
Harris & Ullmann (1945)
• Land use pattern is built around several
discrete centers, instead of one
• Other centers have their own functions
• Zones are not created based on distance
from CBD
PERBANDINGAN ANTARA TEORI
SEKTORAL DAN TEORI MULTIPLE
NUCLEI
TEORI PERENCANAAN DENGAN
PENDEKATAN EKONOMI
TEORI LOKASI PERTANIAN
(VON THUNEN)
 Pasar merupakan hal utama yang perlu
dipertimbangkan dalam melakukan budi-daya
komoditas pertanian secara komersial.
 Semakin mudah rusak suatu komoditas pertanian maka
semakin dekat seharusnya ke pasar, sebaliknya
semakin tahan lama suatu komoditas pertanian maka
dapat semakin jauh dari pasar.
 Asumsi yang dipergunakan adalah lahanbersifat
homogen.
TEORI LOKASI INDUSTRI
(WEBER)
Menurut Weber, lokasi suatu industri ditentukan
dengan pertimbangan berbagai faktor industri seperti:
 bahan baku
 tenaga kerja
 transportasi
 pasar
 tenaga ahli dan manajemen
 bahan bakar
 teknologi
 dsb. (sesuai dengan jenis industrinya)
TEORI LOKASI PUSAT
PERMUKIMAN
(CHRISTALLER)
Pusat-pusat permukiman bersifat hierarkis
dimana suatu sistem permukiman terdiri dari
sub-sub permukiman dan seterusnya. Pada
setiap tingkatan hirarkis terdapat berbagai
fasilitas umum dan sosial sesuai tingkatannya
(sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, gedung
pertemuan dan sebagainya).
TEORI LOKASI PUSAT
PERMUKIMAN
(CHRISTALLER)
PEMEKARAN/PERKEMBANGAN KOTA
Daerah Tandus
Hinterland subur
Pegunungan
Pelabuhan expor-impor
Proses kecepatan pemekaran, W1, W2, dst
W1 W2 W3 W4 W5
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
Infrastruktur perkotaan dan perencanaan
perkotaan dikaitkan melalui hal-hal berikut:
 Pengembangan infrastruktur membutuhkan lahan
sehingga harus direcanakan agar efisien;
 Sistem infrastruktur akan menjadi kerangka bagi
pola pemanfaatan ruang kota;
 Sistem jaringan tidak terikat pada batas
administrasi di dalam kota.
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
Jenis-jenis infrastruktur perkotaan:
 transportasi
 energi
 air bersih
 persampahan dan limbah
 telekomunikasi
 dan sebagainya
Pengembangan infrastruktur juga dilakukan paralel dengan
penyediaan fasilitas sosial: meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan,
perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.
INFRASTRUKTUR PERKOTAAN
Beberapa permasalahan pengembangan infrastruktur wilayah
dan kota:
a) Kesulitan dalam praktik untuk memastikan pembangunan
infrastruktur sesuai dengan perencanaan wilayah dan kota.
b) Adanya permasalahan kewenangan, koordinasi, dan
pemberlakukan rencana tata ruang sebagai landasan bagi
pembangunan infrastruktur.
c) Persoalan pendanaan yang timbul akibat pendekatan
sektoral di dalam penganggaran.
d) Persoalan territorial dan jangkauan pelayanan serta sinergi
rencana tata ruang dengan masing-masing sektor
infrastruktur.
e) Kecepatan pembangunan dan pengembangan.
URBANISASI
Fenomena urbanisasi mencakup hal-hal berikut ini:
 Pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat tinggal di
perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional;
 Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan;
 Bertambahnya penduduk bermatapencaharian non-agraris di
perdesaan;
 Tumbuhnya suatu permukiman menjadi kota;
 Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis
suatu kota di kawasan sekitarnya;
 Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke perdesaan;
 Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural
kota ke perdesaan.
URBANISASI
Syarat utama fenomena urbanisasi dapat
berlaku adalah jika laju pertumbuhan
penduduk perkotaan lebih besar daripada
laju pertumbuhan penduduk perdesaan.
Dengan kata lain apabila laju pertumbuhan
keduanya sama, urbanisasi dapat
dikatakan tidak terjadi.
SISTEM PERUMAHAN
PERKOTAAN
Perspektif dasar pembangunan sistem perumahan perkotaan:
 Perumahan sebagai komoditas ekonomi, dilihat hanya dari
sudut pandang supply-demand serta dibiarkan dikelola oleh
pasar;
 Perumahan sebagai kebutuhan dasar, rumah sebagai hak
warga negara sehingga Negara memiliki kewajiban untuk
menyediakan perumahan bagi masyarakat;
 Perumahan di dalam kerangka welfare state, implikasinya
adalah mass production dan prefabrication;
 Perumahan sebagai pemenuhan kebuthan diri sendiri (self
reliance).
SISTEM TRANSPORTASI
PERKOTAAN
ASPEK KEBENCANAAN DALAM
PERENCANAAN PERKOTAAN
 Secara umum, para ahli bersepakat bahwa Risiko bencana
(R) merupakan fungsi dari Bahaya (H), Kerentanan (V), dan
Kapasitas (C)
R = (H x V) / C
 Perencanaan dapat berperan untuk mengurangi kerentanan
ataupun meningkatkan kapasitas terhadap kejadian bencana.
Dalam hal ini, perspektif yang perlu dibangun ialah
perencanaan sebagai cara pengurangan risiko bencana
(mitigasi bencana).
 Perencanaan sendiri dapat berperan di dalam
menentukan item mitigasi bencana struktural (misal:
pembangunan bangunan evakuasi tsunami, banjir kanal, dll)
maupun mitigasi non-struktural (misal: pendidikan
kebencanaan, penguatan komunitas, dll).
ISU KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN PERKOTAAN
 Millennium Development Goals di bidang
kesehatan dan keterkaitannya dengan
perencanaan kota:
 Peningkatan kualitas hidup di kawasan padat
penduduk, termasuk di dalamnya slum upgrading
 Isu penyediaan fasilitas kesehatan perkotaan.
ISU KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN PERKOTAAN
 Isu – isu lingkungan perkotaan
 Kota sebagai sumber emisi yang memperparah kejadian
perubahan iklim  perlunya mitigasi perubahan iklim (berbeda
dengan mitigasi pada konteks bencan), yang dimaksud ialah
usaha pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan
berbagai kegiatan di perkotaan; misalnya usaha mitigasi di sektor
transportasi, industri, persampahan, bangunan, dll.
 Kota sebagai area yang akan terpapar dampak dari
perubahan iklim  perlunya adaptasi perubahan iklim, yang
dimaksud ialah usaha untuk mengurangi dampak negatif yang
mungkin terjadi pada suatu kota; misalnya usaha untuk mengatur
perumahan di tepi pantai agar tidak terpapar kenaikan muka air
laut, dll (dalam hal ini, adaptasi perubahan iklim sangat beririsan
dengan konsep mitigasi pada manajemen bencana).
 Pencemaran udara, air, dan tanah di kawasan perkotaan.
MASA DEPAN PERKOTAAN
 Tantangan dan implikasi masa depan perkotaan (Devas dan
Rakodi, 1992):
 Pertumbuhan kota yang sangat pesat
 Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan prasarana dan
sarana perkotaan
 Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?
 Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik atau buruk ?
 Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?
 Apa dan bagaimana pemerintah melakukan intervensi dalam
pembangunan perkotaan?
 Tantangan akibat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang
terus berlanjut
TEORI INTERAKSI - GRAVITASI
INTERAKSI, merupakan suatu proses yang
sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh
terhadap perilaku dari pihak-pihak yang
bersangkutan melalui kontak langsung atau
berbagai media.
RAVENSTEIN (1855-1889) dalam studinya
mengenai HUKUM MIGRASI menggunakan
model gravitasi.
Th 1929 dalam studi geografi pemasaran dan
studi transportasi yang sekarang banyak
diterapkan pada masalah perpindahana
penduduk, pemiliha lokasi, dll.
HUKUM GRAVITAS, besarnya kekuatan tarik menarik
antara dua benda adalah berbanding terbalik
dengan jarak dua benda pangkat dua (kuadrat)
Contoh; hubungan kelompok produsen dan
konsumen barang-barang menunjukkan adanya
movement. Produsen umumnya terletak di sebuah
tempat tertentu dalam ruang geografi dan
konsumen tersebar dengan pelbagai jarak di sekitar
produsen.
BREAKING POINT
Breaking point atau titik henti,
dapat diterapkan untuk
memilih lokasi yang baik,
misal letak toko, pabrik dsb.
Jab
Jb = ----------------
1 +
Pa
Pb
Jb : breaking point antara tempat a dan b
Jab : Jarak antara tempat a dan b
Pa : jumlah penduduk di tempat a
Pb : jumlah penduduk di tempat b
Istilah Umum
 RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
 RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
 RPJM/P : Rencana Pembangunan Jangka
Menengah/Panjang/Pendek
 RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
CIRI KHAS KOTA-KOTA
ASIA TENGGARA
ASIA TENGGARA
 Semua kota besarAsia Tenggara memiliki ciri
primate cities (kota utama) yang sangat menonjol
(Chong, 1976).
 Semua ibukota negara di Asia Tenggara pastilah:
 Terbesar di negaranya;
 Penduduknya beberapa kali lipat dari jumlah
penduduk di kota kedua;
 Memiliki pelabuhan terbesar;
 Merupakan tempat kedudukan kantor pusat bisnis dan
pemerintahan;
 Sebagai pusat kebudayaan dan sosial;

More Related Content

What's hot

Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2
Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2
Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2niarohania1
 
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alamPertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alamardhy muhfir
 
Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaAdip Wahyudi
 
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docxMonalisaYaya
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiSugeng Budiharsono
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofiFuad Ramadhan
 
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIGEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIAulia Safitri
 
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologi
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologiKumpulan OSN Geografi materi meteorologi
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologigusriranda
 
aspek aspek geografi
aspek aspek geografiaspek aspek geografi
aspek aspek geografiTika Noprija
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Verani Nurizki
 
Soal ksm geografi 2017
Soal ksm geografi 2017Soal ksm geografi 2017
Soal ksm geografi 2017SandriBatubara
 
Ppt landform oleh angin (kelompok 6) revisi
Ppt landform oleh angin (kelompok 6)   revisiPpt landform oleh angin (kelompok 6)   revisi
Ppt landform oleh angin (kelompok 6) revisideyanakanos
 
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJIL
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJILKISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJIL
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJILAmanda Karunia
 

What's hot (20)

Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2
Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2
Struktur keruangan dan perkembangan kota.pptx.2
 
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alamPertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alam
Pertemuan 1 mitigasi bencana alam jenis &amp; karakteristik bencana alam
 
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaanBab 2 pengetahuan dasar pemetaan
Bab 2 pengetahuan dasar pemetaan
 
Geografi Regional Indonesia
Geografi Regional IndonesiaGeografi Regional Indonesia
Geografi Regional Indonesia
 
Geografi : Kota
Geografi : KotaGeografi : Kota
Geografi : Kota
 
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx
1. FORMAT KISI-KISI SOAL.docx
 
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasiPengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
Pengertian ilmu ekonomi wilayah, ruang dan wilayah dan teori lokasi
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
City growth filosofi
City growth filosofiCity growth filosofi
City growth filosofi
 
1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)1. geom konsep dasar)
1. geom konsep dasar)
 
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSIGEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
GEOGRAFI: TEORI INTERAKSI
 
Metoda Von Thunen
Metoda Von ThunenMetoda Von Thunen
Metoda Von Thunen
 
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologi
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologiKumpulan OSN Geografi materi meteorologi
Kumpulan OSN Geografi materi meteorologi
 
Rpp 6 geo hidrosfer
Rpp 6 geo hidrosferRpp 6 geo hidrosfer
Rpp 6 geo hidrosfer
 
aspek aspek geografi
aspek aspek geografiaspek aspek geografi
aspek aspek geografi
 
Peta
PetaPeta
Peta
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
 
Soal ksm geografi 2017
Soal ksm geografi 2017Soal ksm geografi 2017
Soal ksm geografi 2017
 
Ppt landform oleh angin (kelompok 6) revisi
Ppt landform oleh angin (kelompok 6)   revisiPpt landform oleh angin (kelompok 6)   revisi
Ppt landform oleh angin (kelompok 6) revisi
 
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJIL
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJILKISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJIL
KISI-KISI SOAL UAS GEOGRAFI GANJIL
 

Similar to Definisi Kota dan Unsur-Unsurnya

URBAN GEOGRAPHY.pptx
URBAN GEOGRAPHY.pptxURBAN GEOGRAPHY.pptx
URBAN GEOGRAPHY.pptxNosaLin
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIJacqueline Celine
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSyaifOer
 
Geografi (pola keruangan kota)
Geografi (pola keruangan kota)Geografi (pola keruangan kota)
Geografi (pola keruangan kota)Asa Ahya
 
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdfINTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdfAlifFajar16
 
Rangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRiiTarver
 
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptxanifahrizki6
 
interaksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotainteraksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotaabdulshabirmarhadi
 
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptx
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptxppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptx
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptxEmiliaEmilia31
 
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxBAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxDahlia26
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaNashriyah Tsabitah
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaNasron Spd
 
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XII
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XIITata Ruang Kota Geografi Kelas XII
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XIIafilahs
 
Bab 2 teori dan kebijakan
Bab 2   teori dan kebijakanBab 2   teori dan kebijakan
Bab 2 teori dan kebijakandandi rustandi
 
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPebtrian Gian
 

Similar to Definisi Kota dan Unsur-Unsurnya (20)

URBAN GEOGRAPHY.pptx
URBAN GEOGRAPHY.pptxURBAN GEOGRAPHY.pptx
URBAN GEOGRAPHY.pptx
 
pola_keruangan.ppt
pola_keruangan.pptpola_keruangan.ppt
pola_keruangan.ppt
 
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFIPOLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
POLA KERUANGAN KOTA SMA KLS 12 GEOGRAFI
 
Sistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kotaSistem administrasi daerah dan kota
Sistem administrasi daerah dan kota
 
Geografi (pola keruangan kota)
Geografi (pola keruangan kota)Geografi (pola keruangan kota)
Geografi (pola keruangan kota)
 
geografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptxgeografi kelas XII.pptx
geografi kelas XII.pptx
 
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdfINTERAKSI DESA-KOTA.pdf
INTERAKSI DESA-KOTA.pdf
 
Rangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docxRangkuman Pola Keruangan.docx
Rangkuman Pola Keruangan.docx
 
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
02. PPT Geografi XII Interaksi Keruangan Desa dan Kota.pptx
 
interaksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kotainteraksi keruangan desa dan kota
interaksi keruangan desa dan kota
 
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptx
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptxppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptx
ppt KD 3.2 INTERAKSI KERUANGAN DESA DAN KOTA-dikonversi.pptx
 
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptxBAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
BAB 2 INTERAKSI DESA KOTA.pptx
 
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : KotaInteraksi Keruangan Desa-Kota : Kota
Interaksi Keruangan Desa-Kota : Kota
 
Urbanisasi sugiono
Urbanisasi sugionoUrbanisasi sugiono
Urbanisasi sugiono
 
Geografi desa dan kota
Geografi desa dan kotaGeografi desa dan kota
Geografi desa dan kota
 
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XII
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XIITata Ruang Kota Geografi Kelas XII
Tata Ruang Kota Geografi Kelas XII
 
Bab 2 teori dan kebijakan
Bab 2   teori dan kebijakanBab 2   teori dan kebijakan
Bab 2 teori dan kebijakan
 
Struktur spasial desa dan kota
Struktur spasial desa dan kotaStruktur spasial desa dan kota
Struktur spasial desa dan kota
 
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XIIPola keruangan kota Geografi Kelas XII
Pola keruangan kota Geografi Kelas XII
 
Kota baru
Kota baruKota baru
Kota baru
 

Recently uploaded

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfElaAditya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 

Recently uploaded (20)

442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdfTUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
TUGAS GURU PENGGERAK Aksi Nyata Modul 1.1.pdf
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 

Definisi Kota dan Unsur-Unsurnya

  • 3. DEFINISI KOTA Menurut PBB, kota dapat didefinisikan sebagai berikut: “Tempat dimana konsentrasi penduduk lebih padat dari wilayah sekitarnya karena terjadinya pemusatan kegiatan fungsional yang berkaitan dengan kegiatan atau aktivitas penduduknya”
  • 4. DEFINISI KOTA Permendagri No. 2 Th. 1987, kota didefinisikan sebagai: “Pusat permukiman dan kegiatan penduduk yang mempunyai batasan wilayah administrasi yang diatur dalam peraturan perundangan, serta permukiman yang telah memperlihatkan watak dan ciri kehidupan perkotaan”
  • 5. DEFINISI KOTA Selain dua definisi sebelumnya, kota dapat didefinisikan secara parsial dari aspek-aspek berikut:  Fisik  Demografis  Sosial  Statistik  Ekonomi  Administrasi
  • 6. DEFINISI KOTA ASPEK FISIK Kota adalah suatu wilayah dengan wilayah terbangun (built up area) yang lebih padat dibandingkan dengan area sekitarnya.
  • 7. DEFINISI KOTA ASPEK DEMOGRAFIS Wilayah dimana terdapat konsentrasi penduduk yang dicerminkan oleh jumlah dan tingkat kepadatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan di wilayah sekitarnya.
  • 8. DEFINISI KOTA ASPEK SOSIAL Suatu wilayah dimana terdapat kelompok- kelompok sosial masyarakat yang heterogen (tradisional – modern, formal – informal, maju – terbelakang, dsb.)
  • 9. DEFINISI KOTA ASPEK STATISTIK Suatu wilayah yang secara statistik besaran atau ukuran jumlah penduduknya sesuai dengan batasan atau ukuran untuk kriteria kota.
  • 10. DEFINISI KOTA ASPEK EKONOMI Suatu wilayah dimana terdapat kegiatan usaha yang sangat beragam dengan dominasi di sektor nonpertanian, seperti perdagangan, perindustrian, pelayanan jasa, perkantoran, pengangkutan, dll.
  • 11. DEFINISI KOTA ASPEK ADMINISTRASI Suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu garis batas kewenangan administrasi pemerintah yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan tertentu.
  • 12. PERKOTAAN (URBAN) Kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan juga dapat beraglomerasi membentuk suatu metropolitan.
  • 13.  URBAN, suatu daerah yang memiliki susana kehidupan modern  SUB URBAN atau Faubourrgh, suatu area yang lokasinya dekat pusat kota (city) dengan luas yang mencakup daerah penglaju (commuters)  SUB URBAN FRINGE, suatu area yang melingkari suburban dan merupakan daerah peralihan antara urban dengan rural  URBAN FRINGE, semua daerah disekitar urban yang mempunyai sifat-sifat mirip kota  RURAL URBAN FRINGE, suatu (jalur) daerah yang terletak antara daerah urban dan daerah rural yang ditandai dengan mixed landusing  RURAL, desa
  • 14. City Sub Urban Suburban-fringe Rural-Urban fringe Rural City Sub Urban Suburban-fringe Rural-Urban fringe Rural
  • 16. KLASIFIKASI KOTA  Kota dapat dipandang baik sebagai node (dalam tatanan konstelasi regional) maupun sebagai area (dalam konteks ruang perencanaan)  Kota dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah penduduknya dan fungsinya.
  • 17. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK 1) Kota Raya : > 1.000.000 jiwa 2) Kota Besar : 500.000 – 1.000.000 jiwa 3) Kota Sedang : 100.000 – 500.000 jiwa 4) Kota Kecil : < 100.000 jiwa
  • 18. KLASIFIKASI KOTA BERDASARKAN FUNGSI (INDONESIA)  Pusat Kegiatan Nasional (PKN)  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)  Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
  • 20. Tipe kota ditentukan oleh keadaan dan perkembangan sejarah termasuk kemajuan kebudayaan dan teknologi 3 tipe: 1. Tipe kota-kota pada masa lampau (cities of the past) 2. Tipe kota-kota pada zaman pertengahan (medival cities) 3. Tipe kota-kota pada zaman modern (modern cities)
  • 21.  Menurut Grifith Taylor, letak fisiografis kota-kota ditinjau dari sejarah: 1. Kota yang didirikan diatas bukit atau pegunungan Acropolis (Athena, Roma, Spanyol) 2. Kota dilereng Cuesta (Cuesta Slope Town) dapat dijumpai disepanjang lembah Cuesta di Eropa barat, London bagian selatan 3. Kota di pintu gerbang pegunungan (mountain corridor towns), terdapat di Italia utara dan Eropa 4. Kota didaerah plateau (dataran tinggi) di jawa tengah terdapat permukian Dieng terletak di plateau Dieng 5. Kota didaerah Dome yang tererosi (daerah Sangiran) tetapi belum berstatus kota 6. Kota bandar (port town) berkembang jika hinterland-nya surplus
  • 22. 7. Kota dekat daerah perairan: kota sepanjang sungai (river town), di bawah sungai (fall river), dan kota meander 8. Kota padang pasir (desert town) 9. Kota-kota baru (kota-kota daerah trans) di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi
  • 23. Fungsi Kota Menurut Harris (Kota-kota di Amerika) digolongkan menjadi 5 macam: 1. Manufacturing cities 2. Wholesale cities 3. Retail cities 4. Transportation cities 5. Diversified cities
  • 24. Menurut KNEEDLER: mendasarkan pada fungsinya dengan memperhatikan kegiatan ekonomi atau pekerjaan a. Apabila pekerja industri melebihi 50% - Kta manufaktur pedagang kecil kurang dari 30% b. Apabila prosentase buruh dipusat-pusat manufaktur 30% lebih besar dari pedagang kecil – Kota industri
  • 25. Menurut GILLEN, mendasarkan pada occupational structure (struktur mata pencaharian), pembagiannya: 1. Professional (keahlian khusus) 2. Semi profesisonal (setengah ahli) 3. Proprietors (tuan-tuan tanah, kapitalis) 4. Clerical (pegawai) 5. Skilled workers (buruh ahli) 6. Semi workers (setengah buruh ahli) 7. Domestic service (pembantu RT) 8. Public service (pembantu umum) 9. Unskilled labor (buruh kasar/sudah ahli)
  • 26.  Unit-unit kegiatan atau pusat-pusat kegiatan di kota sering menalami perubahan. Keadaan ini sebagai akibat dari pasang surutnya penduduk dari keadaan daerah-daerah itu sendiri dan dari perkembangan kota, sehingga terjadi pola kegiatan antara lain: 1. SENTRALISASI, yaitu timbulnya suatu gejala untuk mengelompok pada satu titik utama yang akan menjadi Central Bussines Distric atau nukleus utama. Daerah ini merupakan pusat keramaian. Fasilitas yang ada ditempat ini misal Kantor-kantor pemerintah, Bank, Toko-toko dsb
  • 27. 1. DESENTRALISASI, yaitu timbulnya gejala untuk menjauhi titik utama (centrifugal-shift). Gejala desentralisasi ini dapat menimbulkan nukleus- nukleus baru 2. SEGREGASI, kelompok-kelompok perumahan yang terpisah satu sama lain karena perbedaan sosial ekonomi kultural. Segregasi timbul karena: perbedaan milieu, perbedaan ras, perbedaan kekayaan, perbendasan fungsi sehingga kelompok- kelompok tersebut menimbulkan daerah-daerah ekologis, sosial, kulturil maupun ekonomis
  • 29. Kota merupakan tempat tinggal penduduk yang heterogen dengan latar belakang budaya yang berbeda ragam dan aktivitas. Penduduk lebih bersifat ekonomis matriallistis dan mengarah pada system industri. Jadi dalam perkembangan sebuah kota berdasarkan tahap: a.) Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahp kehidupan kota (kota kecamatan). b.) Polis yaitu tahap perkembangn kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris (kota Kabupaten). c.) Metropolis yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sector industry. d.) Trianopolis adalah tahap perkembangn kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas.
  • 31. STADIA KOTA menurut GRIFFITH TAYLOR A. STADIA INFANTILE: antara daerah domestik dan daerah perdagangan tidak nampak pemisah; batas antara kaya dan miskin tidak jelas; toko dan rumah pemilik masih menjadi satu B. STADIA JUVENILE, nampak bahwa kelompok perumahan tua mulai tergeser oleh perumahan baru; mulai ada pemisahan antara permukiman dengan pertokoan
  • 32. C. STADIA MATURE, banyak timbul daerah- daerah baru, seperti daerah industri, perdagangan, dan permukiman yang sudah mengikuti rencana tertentu D. STADIA SENILE, stadia kemunduran kota, dalam tiap zone terjadi kemunduran karena kurangnya pemeliharaan yang disebabkan sumber dana kota sangat kecil atau karena terjadi perpindahan penduduk kota usia muda (produktif) ke kota lain
  • 34. ELEMEN PERKOTAAN  Sebagai pusat dari berbagai macam kegiatan ekonomi dan masyarakat, tentunya kota akan memiliki elemen-elemen yang menyusun kota tersebut.  Berbagai ahli planologi memiliki pendapat mengenai elemen-elemen yang terdapat pada kota.
  • 35. ELEMEN PERKOTAAN MENURUT DOXIADIS  Alam (nature)  Individu manusia (Antropos)  Masyarakat (Society)  Ruang kehidupan (Shells)  Jaringan (Network)
  • 36. ELEMEN PERKOTAAN MENURUT P. GEDDES  Place Adanya tempat-tempat untuk melakukan kegiatan spesifik.  Work Adanya kegiatan-kegiatan spesifik, baik kegiatan ekonomi maupun kegiatan masyarakat.  Folk Ada masyarakat yang menjalankan kegiatan perekonomian dan kemasyarakatan.
  • 37. ELEMEN PERKOTAAN MENURUT KEVIN LYNCH  Path jalur  Edge batasan  District wilayah  Node simpul  Landmark cirikhas
  • 38. ELEMEN PERKOTAAN MENURUT KUS HADINOTO  Wisma  Marga  Suka  Penyempurna
  • 39. ELEMEN PERKOTAAN Secara umum, elemen yang terdapat pada perkotaan adalah sebagai berikut:  Pusat kegiatan/pelayanan  Kawasan fungsional  Jaringan
  • 41. PERENCANAAN KOTA Lebih memperhatikan pada persiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang, dengan titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan.
  • 42. MANAJEMEN KOTA Lebih memperhatikan kegiatan yang akan segera dilakukan dengan titik berat pada aspek intervensi dan pelayanan publik yang akan berimplikasi pada kondisi kota secara keseluruhan.
  • 43. URGENSI PERENCANAAN KOTA Perencanaan kota memiliki urgensi untuk menyelesaikan masalah-masalah klasik perkotaan sebagai berikut:  Excessive size  Overcrowding  Shortage of urban services  Slums and squatter settlements  Traffic congestion  Lack of social responsibility  Unemployment & underemployment  Racial & social issues  Westernization vs modernization  Environmental degradation  Urban expansion and loss of agricultural land  Administrative organization
  • 44. URGENSI PERENCANAAN KOTA  Kota amat penting untuk direncanakan dengan baik, merujuk pada fakta bahwa saat ini lebih dari 50% penduduk dunia tinggal di kawasan perkotaan.  Fakta lain menunjukkan bahwa 50 – 60% GDP suatu wilayah digerakkan oleh kegiatan ekonomi di kawasan perkotaan, misalnya melalui kegiatan industri, perdagangan, dan jasa. Berdasarkan fakta tersebut, dapat dikatakan bahwa city as the engine of economic growth.
  • 45. URGENSI PERENCANAAN KOTA Perencanaan kota juga memiliki urgensi untuk menata struktur dan relasi sosial masyarakat, karena berbeda dengan masyarakat perdesaan yang cenderung homogen, masyarakat perkotaan adalah terdiri atas berbagai macam kelas dan etnis (heterogen). Dalam hal ini, perencanaan kota juga memiliki fungsi untuk menjaga stabilitas sosial.
  • 46. LANGKAH PERENCANAAN KOTA  Goal Formulation  Observation and Survey  Analysis  Plan Formulation  Planning, Designing and Policy
  • 47. LANGKAH MANAJERIAL KOTA  Planning  Policy Decision  Implementation  Control and Evaluation
  • 48. PERENCANAAN TATA RUANG DI INDONESIA  TARNAS (Rencana Tataruang Nasional)  RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah)  RDTR (Rencana Detail Tata Ruang)  RENSTRA (Rencana Strategis – untuk wilayah tertentu seperti pesisir, kawasan industri dan pengembangan ekonomi, dll.)
  • 50. TATA GUNA LAHAN PERKOTAAN  Komponen penggunaan lahan di wilayah perkotaan, terbagi atas kawasan budidaya dan kawasan lindung.  Ciri penggunaan kawasan budidaya di perkotaan adalah mixed use.  Kawasan lindung perkotaan misalnya ruang terbuka hijau, ruang terbuka nonhijau, hutan kota.
  • 51. PERKEMBANGAN PERKOTAAN Perkembangan kota (dengan menggunakan pendekatan morfologi kota) ditekankan pada bentuk-bentuk fisikal kawasan perkotaan yang tercermin dari jenis penggunaan lahan, sistem jaringan jalan, dan blok-blok bangunan.
  • 52. PERKEMBANGAN PERKOTAAN Townscape, urban sprawl, pola jalan, dan sebagainya, dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat urban form, yakni pola fisik atau susunan elemen fisik kota. Kota dapat diklasifikasikan sebagai kota dengan “bentuk kompak” dan “tidak kompak”
  • 53. BENTUK KOTA 1. Bujur Sangkar beserta variasinya (Square City) 2. Persegi Panjang beserta variasinya (Rectangular City) 3. Kipas beserta variasinya (Fan Shape City)
  • 55. POLA KOTA 1. Menyebar luas (Random) 2. Mengelompok (Aggregate) 3. Teratur (Uniform) Untuk mengetahui pola dari urban settlement dapat digunakan “Near neighbor statistic”
  • 56. URBAN SPRAWL Proses perluasan/perembetan kawasan terbangun kota ke arah luar sebagai dampak dari meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan perkotaan.
  • 58. TEORI STRUKTUR DAN TATA RUANG PERKOTAAN  Teori struktur dan tata ruang perkotaan dapat dibagi berdasarkan jenis pendekatannya. Terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan ekologis dan pendekatan ekonomi.  Teori yang didasarkan pendekatan ekologis:  Concentric zone (Burges)  Sectoral (Hoyt)  Multiple Nuclei (Haris Ullman)  Teori yang didasarkan pendekatan ekonomi:  Land value theory  Industrial location  Central place
  • 59. TEORI CONCENTRIC ZONE (BURGESS) Burgess (1920s) I. CBD II. Whole sale III. Low income housing IV. Middle income housing V. High income housing
  • 60. TEORI SEKTORAL (HOYT) Hoyt (1939) • Settlements in wedge-shaped pattern instead of rings, due to rent pattern • High rent residential areas  strategic, accessible, best location, comfortable
  • 61. TEORI MULTIPLE NUCLEI (HARRIS DAN ULLMAN) Harris & Ullmann (1945) • Land use pattern is built around several discrete centers, instead of one • Other centers have their own functions • Zones are not created based on distance from CBD
  • 62. PERBANDINGAN ANTARA TEORI SEKTORAL DAN TEORI MULTIPLE NUCLEI
  • 64. TEORI LOKASI PERTANIAN (VON THUNEN)  Pasar merupakan hal utama yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan budi-daya komoditas pertanian secara komersial.  Semakin mudah rusak suatu komoditas pertanian maka semakin dekat seharusnya ke pasar, sebaliknya semakin tahan lama suatu komoditas pertanian maka dapat semakin jauh dari pasar.  Asumsi yang dipergunakan adalah lahanbersifat homogen.
  • 65. TEORI LOKASI INDUSTRI (WEBER) Menurut Weber, lokasi suatu industri ditentukan dengan pertimbangan berbagai faktor industri seperti:  bahan baku  tenaga kerja  transportasi  pasar  tenaga ahli dan manajemen  bahan bakar  teknologi  dsb. (sesuai dengan jenis industrinya)
  • 66. TEORI LOKASI PUSAT PERMUKIMAN (CHRISTALLER) Pusat-pusat permukiman bersifat hierarkis dimana suatu sistem permukiman terdiri dari sub-sub permukiman dan seterusnya. Pada setiap tingkatan hirarkis terdapat berbagai fasilitas umum dan sosial sesuai tingkatannya (sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, gedung pertemuan dan sebagainya).
  • 68. PEMEKARAN/PERKEMBANGAN KOTA Daerah Tandus Hinterland subur Pegunungan Pelabuhan expor-impor
  • 69. Proses kecepatan pemekaran, W1, W2, dst W1 W2 W3 W4 W5
  • 70. INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Infrastruktur perkotaan dan perencanaan perkotaan dikaitkan melalui hal-hal berikut:  Pengembangan infrastruktur membutuhkan lahan sehingga harus direcanakan agar efisien;  Sistem infrastruktur akan menjadi kerangka bagi pola pemanfaatan ruang kota;  Sistem jaringan tidak terikat pada batas administrasi di dalam kota.
  • 71. INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Jenis-jenis infrastruktur perkotaan:  transportasi  energi  air bersih  persampahan dan limbah  telekomunikasi  dan sebagainya Pengembangan infrastruktur juga dilakukan paralel dengan penyediaan fasilitas sosial: meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, perdagangan, pariwisata, dan sebagainya.
  • 72. INFRASTRUKTUR PERKOTAAN Beberapa permasalahan pengembangan infrastruktur wilayah dan kota: a) Kesulitan dalam praktik untuk memastikan pembangunan infrastruktur sesuai dengan perencanaan wilayah dan kota. b) Adanya permasalahan kewenangan, koordinasi, dan pemberlakukan rencana tata ruang sebagai landasan bagi pembangunan infrastruktur. c) Persoalan pendanaan yang timbul akibat pendekatan sektoral di dalam penganggaran. d) Persoalan territorial dan jangkauan pelayanan serta sinergi rencana tata ruang dengan masing-masing sektor infrastruktur. e) Kecepatan pembangunan dan pengembangan.
  • 73. URBANISASI Fenomena urbanisasi mencakup hal-hal berikut ini:  Pertumbuhan persentase penduduk yang bertempat tinggal di perkotaan, baik secara mondial, nasional, maupun regional;  Berpindahnya peduduk ke kota-kota dari perdesaan;  Bertambahnya penduduk bermatapencaharian non-agraris di perdesaan;  Tumbuhnya suatu permukiman menjadi kota;  Mekarnya atau meluasnya struktur artefaktial-morfologis suatu kota di kawasan sekitarnya;  Meluasnya pengaruh suasana ekonomi kota ke perdesaan;  Meluasnya pengaruh suasana sosial, psikologis, dan kultural kota ke perdesaan.
  • 74. URBANISASI Syarat utama fenomena urbanisasi dapat berlaku adalah jika laju pertumbuhan penduduk perkotaan lebih besar daripada laju pertumbuhan penduduk perdesaan. Dengan kata lain apabila laju pertumbuhan keduanya sama, urbanisasi dapat dikatakan tidak terjadi.
  • 75. SISTEM PERUMAHAN PERKOTAAN Perspektif dasar pembangunan sistem perumahan perkotaan:  Perumahan sebagai komoditas ekonomi, dilihat hanya dari sudut pandang supply-demand serta dibiarkan dikelola oleh pasar;  Perumahan sebagai kebutuhan dasar, rumah sebagai hak warga negara sehingga Negara memiliki kewajiban untuk menyediakan perumahan bagi masyarakat;  Perumahan di dalam kerangka welfare state, implikasinya adalah mass production dan prefabrication;  Perumahan sebagai pemenuhan kebuthan diri sendiri (self reliance).
  • 77. ASPEK KEBENCANAAN DALAM PERENCANAAN PERKOTAAN  Secara umum, para ahli bersepakat bahwa Risiko bencana (R) merupakan fungsi dari Bahaya (H), Kerentanan (V), dan Kapasitas (C) R = (H x V) / C  Perencanaan dapat berperan untuk mengurangi kerentanan ataupun meningkatkan kapasitas terhadap kejadian bencana. Dalam hal ini, perspektif yang perlu dibangun ialah perencanaan sebagai cara pengurangan risiko bencana (mitigasi bencana).  Perencanaan sendiri dapat berperan di dalam menentukan item mitigasi bencana struktural (misal: pembangunan bangunan evakuasi tsunami, banjir kanal, dll) maupun mitigasi non-struktural (misal: pendidikan kebencanaan, penguatan komunitas, dll).
  • 78. ISU KESEHATAN DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN  Millennium Development Goals di bidang kesehatan dan keterkaitannya dengan perencanaan kota:  Peningkatan kualitas hidup di kawasan padat penduduk, termasuk di dalamnya slum upgrading  Isu penyediaan fasilitas kesehatan perkotaan.
  • 79. ISU KESEHATAN DAN LINGKUNGAN PERKOTAAN  Isu – isu lingkungan perkotaan  Kota sebagai sumber emisi yang memperparah kejadian perubahan iklim  perlunya mitigasi perubahan iklim (berbeda dengan mitigasi pada konteks bencan), yang dimaksud ialah usaha pengurangan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan berbagai kegiatan di perkotaan; misalnya usaha mitigasi di sektor transportasi, industri, persampahan, bangunan, dll.  Kota sebagai area yang akan terpapar dampak dari perubahan iklim  perlunya adaptasi perubahan iklim, yang dimaksud ialah usaha untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi pada suatu kota; misalnya usaha untuk mengatur perumahan di tepi pantai agar tidak terpapar kenaikan muka air laut, dll (dalam hal ini, adaptasi perubahan iklim sangat beririsan dengan konsep mitigasi pada manajemen bencana).  Pencemaran udara, air, dan tanah di kawasan perkotaan.
  • 80. MASA DEPAN PERKOTAAN  Tantangan dan implikasi masa depan perkotaan (Devas dan Rakodi, 1992):  Pertumbuhan kota yang sangat pesat  Implikasi pertumbuhan kota terhadap kebutuhan prasarana dan sarana perkotaan  Mengapa pertumbuhan kota-kota terus berlanjut ?  Apakah pertumbuhan kota-kota sesuatu yang baik atau buruk ?  Dapatkah pertumbuhan perkotaan dikendalikan ?  Apa dan bagaimana pemerintah melakukan intervensi dalam pembangunan perkotaan?  Tantangan akibat pertumbuhan penduduk di perkotaan yang terus berlanjut
  • 81. TEORI INTERAKSI - GRAVITASI INTERAKSI, merupakan suatu proses yang sifatnya timbal balik dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung atau berbagai media.
  • 82. RAVENSTEIN (1855-1889) dalam studinya mengenai HUKUM MIGRASI menggunakan model gravitasi. Th 1929 dalam studi geografi pemasaran dan studi transportasi yang sekarang banyak diterapkan pada masalah perpindahana penduduk, pemiliha lokasi, dll.
  • 83. HUKUM GRAVITAS, besarnya kekuatan tarik menarik antara dua benda adalah berbanding terbalik dengan jarak dua benda pangkat dua (kuadrat) Contoh; hubungan kelompok produsen dan konsumen barang-barang menunjukkan adanya movement. Produsen umumnya terletak di sebuah tempat tertentu dalam ruang geografi dan konsumen tersebar dengan pelbagai jarak di sekitar produsen.
  • 84. BREAKING POINT Breaking point atau titik henti, dapat diterapkan untuk memilih lokasi yang baik, misal letak toko, pabrik dsb. Jab Jb = ---------------- 1 + Pa Pb Jb : breaking point antara tempat a dan b Jab : Jarak antara tempat a dan b Pa : jumlah penduduk di tempat a Pb : jumlah penduduk di tempat b
  • 85. Istilah Umum  RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah  RDTR : Rencana Detail Tata Ruang  RPJM/P : Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang/Pendek  RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
  • 87. ASIA TENGGARA  Semua kota besarAsia Tenggara memiliki ciri primate cities (kota utama) yang sangat menonjol (Chong, 1976).  Semua ibukota negara di Asia Tenggara pastilah:  Terbesar di negaranya;  Penduduknya beberapa kali lipat dari jumlah penduduk di kota kedua;  Memiliki pelabuhan terbesar;  Merupakan tempat kedudukan kantor pusat bisnis dan pemerintahan;  Sebagai pusat kebudayaan dan sosial;