SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Meet the Expert

                  GLAUKOMA KRONIS SUDUT TERBUKA




                      Herik Hamzah          02923078

                      Adeeban Koomar              06120030

                      Ivoni Devora                07120077

                      Khairat A.S.                0810312126

                      Vesri Yossy                 0810313195




                                      Pembimbing :

                                     Dr. Heksan, Sp.M




                        BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
                                RSUP DR. M. DJAMIL
                  FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
                                        PADANG
                                          2012
BAB I
                                   PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
       Glaukoma adalah suatu kondisi meningkatnya Tekanan Intra Okular(TIO) lebih tinggi
dari keadaan normal yang seringnya berkisar antara 21 mmHg-24 mmHg dan disertai
pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.1, 2 Glaukoma berasal dari kata
Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada
pupil penderita glaukoma.
       Glaukoma adalah penyebab paling utama kebutaan permanen di dunia.1WHO
memperkirakan pada tahun 2002 terdapat 44 juta atau sekitar 12,3% penduduk dunia
mengalami kebutaan akibat glaukoma.1Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat
glaukoma, sehingga ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat.2 Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma
sudut terbuka primer adalah bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan pandang
bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai
terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif.2Persentase ini lebih tinggi pada orang
Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara.2
       Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap penglihatan, deteksi dini
glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi sangat penting. Faktor
risiko yang ikut memicu glaukoma selain perubahan tekanan bola mata adalah usia di atas 40
tahun, mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, miopia, atau mempunyai penyakit
sistemik seperti diabetes dan kardiovaskular.2 Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara
teratur ke dokter mata selama hidupnya. Sehingga diperlukan pengetahuan dan pemahaman
yang baik mengenai glaukoma.
       Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar
masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimptomatik mengharuskan adanya kerjasama
dan bantuan dari semua petugas kesehatan. Oftalmoskopi dan tonometri harus merupakan
bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada semua pasien yang cukup kooperatif dan tentu saja
semua pasien yang berusia lebih dari 30 tahun. Hal ini penting pada pasien yang mempunyai
riwayat glaukoma pada keluarganya. Untuk itu penting bagi kita sebagai dokter layanan
primer untuk dapat mendeteksi secara dini glaukoma pada masyarakat agar dapat
ditatalaksana sesegera mungkin.
1.2 Batasan Masalah
       Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi,
patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari glaukoma kronis
sudut terbuka.


1.3 Tujuan Penulisan
       Penulisan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan para dokter muda mengenai
glaukoma kronis sudut terbuka.


1.4 Metode Penulisan
       Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada
   berbagai literatur.
BAB II
                                   TINJAUAN PUSTAKA


 2.1. Definisi
       Glaukoma adalah suatu kondisi meningkatnya Tekanan Intra Okular(TIO)
 lebihltinggal dari keadaan normal yang seringnya berkisar antara 21 mmHg-24 mmHg dan
 disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.1, 2
       Glaukoma berdasarkan etiologi dibedakan atas glaukoma yang timbul murni akibat
 keadaan anatomi mata penderita disebut sebagai glaukoma primer, sedangkan glaukoma
 yang timbul akibat penyakit lain, atau keadaan sistemik lain digolongkan sebagai glaukoma
 sekunder.Glaukoma juga dapat diklasifikasikan menurut struktur sudut kamera okuli
 anterior (KAO) menjadi Glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Berdasarkan
 waktu serangan, penyakit ini dibedakan menjadi glaukoma akut dan glaukoma kronis.


 2.2.Dinamika Aqueous Humourus
       Aqueous humourus merupakan cairan jernih produk ultrafiltrasi dari darah yang
mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Cairan ini adalah sumber nutrisi dan media untuk
membuang hasil metabolisme bagi lensa dan endotelium kornea. Aqueous humourus
diproduksi oleh prosesus siliaris dan mengalir melalui :2
   1. camera oculi posterior,
   2. melewati permukaan posterior dari iris,
   3. melewati batas pupil
   4. memasuki camera oculi anterior dan berinteraksi dengan permukaan lensa dan lapisan
       endotel kornea,
   5. keluar menuju sudut anterior dari camera oculi anterior dan melalui jalinan trabekula
       dan kanalis Schlemm. Aqueous humourus bercampur dengan darah vena dan kembali
       ke jantung.
       Mata secara kontinyu menghasilkan dan mereabsorpsi aqueous humourus. Aliran dari
aqueous humourus lebih sedikit pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Sudut
anterior camera oculi anterior dibentuk oleh iris sebagai basis, jaringan trabekula sebagai
apexnya, dan lapisan endotel kornea membentuk bagian atasnya. Pada keadaan normal sudut
tersebut membentuk sudut 45°.
2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tekanan Intra Okuler(TIO)3
    1. Usia
        Peningkatan TIO sebanding dengan pertambahan usia,karena pertambahan usia
        dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah,denyut nadi dan obesitas.
    2. Jenis kelamin
        Wanita memiliki kecenderungan TIO lebih tinggi daripada pria terutama menonjol
        setelah usia di atas 40 tahun.
    3. Ras
        TIO pada kulit hitam lebih tinggi dibandingka pada kult putih.Hal ini dikaitkan
        dengan genetik dan lingkungan.
    4. Herediter


   2.4. Epidemiologi
        Prevalensi glaukoma primer sudut terbuka di dunia berkisar antara 6,7 %-65,6%.
Sekitar 30%-40% pasien dengan gangguan corpus vitreus glaukomatosa terdiagnosis sebagai
glaukoma kronik sudut terbuka. Glaukoma kronik sudut terbuka lebih banyak terjadi pada
usia tua dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Sebanyak 66% dari seluruh
pasien glaukoma primer sudut terbuka di Jepang merupakan pasien glaukoma kronis sudut
terbuka.


   2.5.Etiopatogenesis
        Aliran dari aqueous humourus memerankan peranan penting dalam regulasi tekanan
intra okular (TIO). TIO ditentukan oleh perbandingan inflow dan outflow yang menentukan
volume total dari aqueous humourus. Volume dari aqueous humourus adalah tetap. Apabila
outflow kurang dari inflow maka TIO akan meningkat. TIO normal adalah sekitar 10 – 20
mmHg. TIO didefinisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan oleh aqueous humourus terhadap
kornea dan sklera. TIO merupakan faktor yang penting pada terjadinya glaukoma karena
kerusakan pada neuron dari saraf optik (disebut juga sebagai sel ganglion retina) berhubungan
dengan peningkatan TIO.6 Kerusakan akibat glaukoma biasanya mulai terjadi apabila tekanan
sekitar dua kali lipat dari nilai normal.2
        Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses
degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstra sel di jalinan dan di
bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal.
Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan tekan
intra-okuler.
          Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan hubungannya
dengan tingginya tekanan intra-okuler sebenarnya masih diperdebatkan. Teori-teori utama
memperkirakan adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan
intra-okuler di saraf optikus setinggi lamina kibrosa atau si pembuluh yang memperdarahi
kepala/ujung saraf optikus.
          Efek peningkatan tekanan intra-okuler di dalam mata ditemukan pada semua bentuk
glaukoma, yang manifestasinya ditentukan oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan
tekanan intra-okuler. Mekanisme utama pada penurunan penglihatan pada glaukoma adalah
atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian
dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai
pembesaran cekungan optik. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris
memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intra-okuler
mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema
kornea.


   2.4.3.Fisiologi Saraf Optik dan Glaukomatous Optic Neuropathy
          Dinamika aqueous humourus dan TIO merupakan kunci untuk memahami kekuatan
mekanik yang mempengaruhi sel ganglion retina (RGCs). RGCs ini merupakan lapisan sel
yang terdapat diantara vitreous dan bagian fotosensitif dari retina. RGCs ini dapat
digambarkan sebagai penghubung antara bagian fotosensitif retina dan nukleus genikulatus
lateral. Jumlah RGCs ini menurun seiring dengan usia, dan pada glaukoma terjadi penurunan
jumlah yang lebih cepat.
          Sel ganglion retina ini berperan dalam menerima lapang gambaran visual pada mata,
dan apabila sel ini rusak maka lapang gambaran visual pun menjadi menghilang. Bagian dari
lapang pandang yang menghilang ini dikenal dengan nama skotoma. Lapang pandang yang
pertama menghilang adalah lapang pandang perifer.6
Gambar 2.1

   2.4.4.Perubahan Struktural Pada Glaukoma
       Selain adanya kerusakan pada sel ganglion retina, perubahan struktural pada glaukoma
yang membedakan dengan kelainan neoropati optik lain adalah pembentukan cekungan pada
discus optik.7 Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris juga
memperlihatkan degenerasi hialin.2
   Gambar 2.2




   Mekanisme yang dapat menjelaskan secara pasti perubahan struktur dan fungsi pada
glaukoma belum dapat diketahui. Salah satu teori yang diajukan adalah karena adanya
pengaruh peningkatan TIO yang menyebabkan gangguan pada vascular yang menyebabkan
iskemia pada nervus optikus dan penekanan pada axon di sel ganglion retina dan lamina
cribrosa. Mekanisme lain yang menjelaskan terjadinya glaukoma yang tidak berhubungan
dengan peningkatan TIO adalah adanya gangguan pada neuronal growth faktor, peningkatan
glutamat pada retina, nitrat bebas yang bersifat radikal, kerusakan neuron karena faktor imun,
dan stress oxidatif.
Perubahan pada lamina cribrosa dan kerusakan sel ganglion retina merupakan
mekanisme yang memerankan peranan penting. Pada sel ganglion retina terjadi hambatan
transport sehingga terjadi degenerasi pada diskus optikus. Proses ini menyebabkan terjadinya
cekungan pada diskus optikus. Peningkatan TIO tampaknya merupakan faktor yang
menyebabkan perubahan ini, tetapi pada beberapa kasus peningkatan TIO diatas normal dapat
juga tidak menyebabkan perubahan pada sel ganglion retina dan diskus optikus, dan pada
kasus lain TIO yang normal dapat menyebabkan kerusakan.7
  Mekanisme yang terjadi pada glaukoma dapat disingkat menjadi:


                                       Peningkatan TIO

                                  Mekanisme tekanan balik

                             Terjadi pada nervus optikus/ retina

                          Penurunan suplai darah ke nervus optkus

                                  Kehilangan aliran darah

                                           Iskemia

                                Kerusakan sel ganglion retina



  2.5. Manifestasi Klinis
       Pada pasien glaukoma primer sudut terbuka memperlihatkan tekanan intra okuler yang
normal. Saat pertama kali di periksa sebaliknya pada pasien yang terjadi peningkatan intra
okuler tidak semata-mata berarti bahwa pasien mengidap galukoma primer sudut terbuka,
karena untuk menegakkan diagnosis perlu adanya bukti-bukti lain berupa adanya diskus
optikus atau kelainan lapangan pandang.
       Gejala klinis glaukoma primer sudut terbuka :
       1. Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang sangat
          pelan-pelan (a silent disease)
       2. Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah berat.
       3. Hampir selalu bilateral,sering satu mata terkena terlebih dahulu dan keadaannya
          sering lebih berat dari mata yang satu lagi.
       4. Injeksi siliar umumnya tidak terlihat.
       5. Refleks pupil agak lamban.
6. Tekanan bola mata meninggi.
       7. COA mungkin normal dan pada golioskopi terdapat sudut terbuka.
       8. Lapangan pandangan mengecil atau menghilang.
       9. Atropi nervus optikus dan terdapat cupping.
       10. Tes provokasi positif.
       11. Facility of out flow menurun




                     Normal Vision                      The same scene as it
                                                        might be viewed by a
                                                        person with glaukoma

                    Gambar 2.3. Lapangan pandang normal dan glaukoma


  2.6. Komplikasi
       Komplikasi dari galukoma primer sudut terbuka adalah penurunan lapangan pandang
yang dapat berakhir dengan kebutaan. Namun terjadinya kebutaan pada penderita glaukoma
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor :
       a. tingkat keparahan penyakit
       b. usia penderita→ usia muda
       c. TIO yang tidak terkontrol


  2.7 Penatalaksanaan
   A. Medikamentosa
   Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan
cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan kornea, menurunkan
inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan
posterior. Obat-obat yang bisa diberikan pada penderita glaukoma sebagai berikut:
1. Prostaglandin analog
       a. Latanaprost (Xalatan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat ini
          mempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan dapat menurunkan
          TIO sebesar 25-32%. Efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah
          meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis,
          uveitis anterior, konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes, sedangkan
          efek samping sistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit
          kepala.
       b. Travoprost (travatan) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,004% dengan dosis
          pemakaian 4 kali sehari dan efeknya sama dengan latanoprost yaitu
          meningkatkan aliran uveoskleral dan menurunkan TIO sebesar 25-32%.
          Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah meningkatkan
          pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior,
          konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes, sedangkan efek samping
          sistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala.
       c. Bimanoprost (lumigan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat ini
          mempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan trabekular serta
          dapat menurunkan TIO sebesar 27-33%. Efek samping sama dengan
          latanaprost.
       d. Unoprostone (rescula) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,15% dan dosis
          pemakaian 2 kali sehari. Obat ini mempunyai efek untuk meningkatkan aliran
          trabekular serta dapat menurunkan TIO sebesar 13-18%. Efek samping sama
          dengan latanoprost.


2. β-Adrenergic antagonist ( β-bloker )
       a. Nonselektif
          i.        Timolol maleate (timoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%,
                    0,5% dan dosis pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
                    produksi akuos dan menurunkan TIO 20-30%. Adapun efek samping
                    yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea,
                    keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah
                    bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
          ii.       Timolol-LA (istalol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5% dan dosis
                    pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos
dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang
                 ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea,
                 keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah
                 bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
          iii.   Timolol hemihydrate (betimol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5%
                 dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
                 produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek
                 samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi
                 kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik
                 adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
          iv.    Levobunolol (betagan) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%
                 dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
                 produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek
                 samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi
                 kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik
                 adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
          v.     Metipranolol (optipranolol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,3% dan
                 dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi
                 akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping
                 yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea,
                 keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah
                 bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP.
          vi.    Carteolol hydrochloride (ocupress) : obat ini mempunyai konsentrasi
                 0,1% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efek samping sistemik
                 adalah intrinsik simapatomimetik.
      b. Selektif
          Betaxolol (betoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25% dan dosis
          pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan
          menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan
          pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi
          sedangkan efek samping sistemik adalah komplikasi paru-paru


3. Adrenergic agonist
i.       Epinefrin (epifrin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%, 1%, 2% dan
            dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan
            menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan
            pada mata adalah iritasi, konjungtiva hiperemis, retraksi kelopak mata,
            midriasis dan lain-lain sedangkan efek samping sistemik adalah hipertemsi,
            sakit kepala, ekstrasistole.
   ii.      Dipivefrin HCl (propin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan dosis
            pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan
            menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan
            pada mata adalah iritasi, konjungtiva hiperemis, retraksi kelopak mata,
            midriasis dan lain-lain.


4. β2-Adrenergik agonist
         a. Selektif.
            Apraclonidin HCl (iopidin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5%, 1% dan
            dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos,
            menurunkan tekanan vena episkleral dan menurunkan TIO sebesar 20-30%.
            Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah iritasi, iskemia,
            alergi, retraksi kelopak mata, konjungtivitis folikularis dan lain-lain sedangkan
            efek samping sistemik adalah hipotensi, kelelahan, hidung dan mulut kering,
            vasovagal attack.
         b. Sangat selektif
            i.      Brimonidine tartrate 0,2% (alphagan) : obat ini mempunyai konsentrasi
                    0,2% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
                    produksi akuos, meningkatkan alairan uveoskleral dan menurunkan
                    TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada
                    mata adalah kekaburan, edem kelopak mata, kekeringan, sensasi benda
                    asing, sedangkan efek samping sistemik adalah sakit kepala, hipotensi,
                    kelelahan, insomnia dan lain-lain.
            ii.     Brimonidine tartrate in purite 0,15% (alphagan P) : obat ini mempunyai
                    konsentrasi 0,15% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu
                    menurunkan produksi akuos, meningkatkan aliran uveoskleral dan
                    menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang
                    ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, edem kelopak mata,
kekeringan, sensasi benda asing, sedangkan efek samping sistemik
                   adalah sakit kepala, hipotensi, kelelahan, insomnia dan lain-lain,
                   kecuali pada pasien yang alergi pada alphagan.


5. Parasympatomimetic (miotic)
        a. Agonist kolinergik (direct acting)
           Pilocarpin HCl (isoptocarpine) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,2-10% dan
           dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran trabekular,
           menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris, kontraksi tersebut menarik taji
           sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan terpisah. Jalur
           cairan terbuka dan aliran keluar akuos meningkat. Obat ini merupakan langkah
           pertama dalam terapi glaukoma. Dosis dan frekuensi pemberiannya
           disesuaikan dengan individu. Peningkatan konsentrasi dan interval dosis bisa
           memperbaiki respon yang inadekuat dan menurunkan TIO sebesar 15-25%.
           Adapun efek samping pada mata adalah sinekia posterior, keratitis, miosis,
           miopia dan lain-lain. Sedangkan efek sistemiknya adalah meningkatkan
           salivasi, meningkatkan sekresi gaster.


        b. Anti kolinesterase agent (indirect acting)
           Echothiopate iodide (phospholine iodide) : obat ini mempunyai konsentrasi
           0,125% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan
           aliran trabekular dan menurunkan TIO sebesar 15-25%. Adapun efek samping
           yang ditimbulkan pada mata adalah miopia, katarak, epifora dan lain-lain,
           sedangkan efek samping sistemik adalah meningkatkan salivasi, meningkatkan
           sekresi gaster.


6.   Carbonic anhidrase inhibitors
        a. Oral
           i.      Asetazolamide (diamox) : obat ini mempunyai konsentrasi 62,5, 125
                   dan 250mg dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu
                   menurunkan produksi akuos. Acetazolamide bekerja pada badab siliaris
                   dan mencegah sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan
                   transport natrium dan pembentukan akuos karena transport bikarbonat
                   dan natrium saling berkaitan. Acetazolamide diberikan secara oral,
tetapi obat ini terlalu toksik untuk penggunaan jangka panjang dan
                     menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping sistemiknya
                     adalah asidosis, depresi, latargi dan lain-lain.
             ii.     Metazolamide (metazane) : obat ini mempunyai konsentrasi 25, 50 dan
                     100mg dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan
                     produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek
                     samping sistemiknya adalah asidosis, depresi, latargi dan lain-lain.


          b. Topikal
             Dorzolamide (trusopt) : obat ini mempunyai konsentrasi 2% dan dosis
             pemakaian 2-3 kali sehari. Dorzolamide merupakan inhibitor aktif carbonic
             anhidrase (CA-2) yang diberikan topikal. Dorzolamide dapat digunakan
             tersendiri pada pasien dengan kontraindikasi beta bloker. Efeknya yaitu
             osmotic gradient dehydrates vitreous dan menurunkan TIO sebesar 15-20%.
             Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah miopia, penglihatan
             kabur, keratitis, konjungtuvitis.


   7. Hiperosmotic agents
          a. Mannitol parenteral (osmitrol) : obat ini mempunyai konsentrasi 20% soln dan
             50% soln dan dosis pemakaian 2gr/kgBB. Efeknya yaitu osmotic gradient
             dehydrates vitreous dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek
             samping yang ditimbulkan pada mata adalah TIO rebound sedangkan efek
             samping sistemik adalah retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif dan
             lain-lain.
          b. Gliserin (oral) : obat ini mempunyai konsentrasi 50% dan dosis pemakaian
             2gr/kgBB. Efeknya yaitu osmotic gradient dehydrates vitreous. Adapun efek
             samping pada mata adalah TIO rebound sedangkan efek samping sistemik
             adalah retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif dan lain-lain.




Tabel 2.1. Obat-obat Antiglaukoma
Obat-obat anti glaukoma
Jenis Obat       Konsentra    Dosis     Efek obat          Penurunan               Efek samping
                                                                       Okular              Sistemik
                 si                                       TIO
Prostaglandin analogs
Latanoprost       0.005%      4x         Meningkatkan     25-32%       Meningkatkan        Gejala
                                         aliran                        pigmentasi          seperti     flu,
                                         uveoskleral                   iris,               nyeri sendi
                                                                       hipertrikosis,      dan        otot,
                                                                       penglihatan         sakit kepala
                                                                       kabur,
                                                                       keratitis,
                                                                       uveitis
                                                                       anterior,
                                                                       konjungtiva
                                                                       hiperemis,
                                                                       reaktivasi
                                                                       keratitis
                                                                       herpes
Travoprost        0.004%      4x         s.d.a            25-32%       s.d.a               s.d.a
Bimatoprost       0.03%       4x         Meningkatan      27-33%       s.d.a               s.d.a
                                         aliran
                                         uveoskleral
                                         dan trabekular
Unoprostone       0.15%       2x         Meningkatan      13-18%       s.d.a               s.d.a
isopropyl                                aliran
                                         trabekular
β-adrenergic antagonist (β-bloker)
Non selektif
Timolol maleate 0.25-0.5%       4x       Menurunkan       20-30%       Kekaburan,          Bradikardi,
                                         produksi                      iritasi,            blok
                                         akuos                         anestesi            jantung,
                                                                       kornea,             bronkospas
                                                                       keratitis           me,
                                                                       punctate,           hipotensi,
                                                                       alergi              depresi SSP
Timolol-LA        0.5%          4x       s.d.a            20-30%       s.d.a               s.d.a
Timolol           0.5%          4x, 2x   s.d.a            20-30%       s.d.a               s.d.a
hemihydrates
Levobunolol       0.25-0.5%     4x, 2x   s.d.a            20-30%       s.d.a               s.d.a
Metipranolol      0.3%          2x       s.d.a            20-30%       s.d.a               s.d.a
Carteolol         1.0%          4x, 2x                                                     Simpatomi
hydrochloride                                                                              metik
                                                                                           intrinsik
Selektif
Betaxolol         0.25%         2x       s.d.a            15-20%       s.d.a               Komplikasi
paru-paru
Adrenergic agonist
Non selektif
Epinefrin         0.25,      0.5,   2x       Meningkatkan   15-20%   Iritasi,           Hipertensi,
                    1.0, 2.0%                aliran akuos            konjungtiva        sakit kepala,
                                                                     hiperemis,         ekstrasistole
                                                                     retraksi
                                                                     kelopak mata,
                                                                     midriasis, dll
β2-Adrenergic agonist
Selektif
Apraclonidin     0.5-1.0%           2x, 3x   Menurunkan     20-30%   Iritasi,           Hipotensi,
HCL                                          produksi                iskemia,           kelelahan,
                                             akuos,                  alergi, retraksi   hidung dan
                                             menurunkan              kelopak mata,      mulut
                                             tekanan vena            konjungtivitis     kering,
                                             episkleral              folikularis, dll   vasovagal
                                                                                        attack
Sangat selektif

Brimonidine         0.2%            2x, 3x   Menurunkan     20-30%   Kekaburan,         Sakit
tartrate 0.2%                                produksi                edem kelopak       kepala,
                                             akuos,                  mata,              kelelahan,
                                             Meningkatkan            kekeringan,        hipotensi,
                                             aliran                  sensasi benda      insomnia,
                                             uveoskleral             asing              dll
Parasimpatomimetik (miotik) agent
Agonis kolinergik (direct acting)
Pilokarpin HCL      0.2-10.0%     2-4x       Meningkatan    15-25%   Sinekia            Meningkatk
                                             aliran                  posterior,         an salivasi,
                                             trabekular              keratitis,         meningkatk
                                                                     miosis,            an      sekresi
                                                                     miopia, dll        gaster
Anti kolinesterase agent (indirect acting)
Echothiopate        0.125%          4x, 2x   s.d.a          15-25%   Miopia,            Sama
iodide                                                               katarak,           dengan
                                                                     epipora, dll       pilokarpin
Carbonic anhidrase inhibitors
Oral
Asetazolamide    62.5, 125,         2x-4x    Menurunkan     15-20%   Tidak ada          Asidosis,
                    250 mg                   produksi                                   depresi,
                                             akuos                                      letargi, dll
Metazolamide        25, 50, 100     2x, 3x   s.d.a          s.d.a    s.d.a              s.d.a
                    mg
Topikal
Dorzolamide         2.0%            2x, 3x   s.d.a          s.d.a    Miopia,            Kurang
penglihatan       menyebabka
                                                               kabur,            nefek
                                                               keratitis,        sistemik
                                                               konjungtivitis,
                                                               dll
Hiperosmotik agents
Mannitol         20%           2g/    Osmotic                  TIO rebound       Retensi
(parenteral)                   Kg     gradient                                   urin,     sakit
                               BB     dehydrates                                 kepala,
                                      vitreous                                   gagal
                                                                                 jantung
                                                                                 kongestif,
                                                                                 dll
Gliserin (oral)    50%                s.d.a                    a.d.a             s.d.a


    B. Non Medikamentosa
    Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja. Keputusan
untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang memang memiliki
indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu:
    1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai.
    2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif meski telah
         diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan laser terapi
         ataupun tindakan pembedahan lainnya.
    3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan keruksakan diskus
         yang berat.
     Operasi untuk glaukoma sudut terbuka
    1. Laser trabekuloplasti
                  Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang mengguinakan energi laser
         yang dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu
         dari pinggir anyaman trabekula (1800). Ada berbagai cara yang tersedia, diantaranya
         argon laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser trabeculoplasty dan selektif laser
         trabeculoplasty (SLT).
                  LTP diindikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal
         obat yang bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut
         terbuka dan menuntut penurunan TIO. Selain efektif pada pasien dengan glaukoma
         sudut terbuka, LTP juga efektif pada pasien dengan pigmentasi glaukoma dan pasien
         dengan sindrom pengelupasan kulit. Namun, pasien pada afakia atau pseudoafakia
tidak terlalu memberikan respon yang baik. LTP juga tidak efektif untuk mengobati
      glaukoma tekanan rendah dan glaukoma sekunder seperti uveitis galukoma. LTP dapat
      menurunkan sekitar 20-25% TIO awal pasien.
              Kontraindikasi lTP adalah pada pasien dengan inflamasi glaukoma,
      iridokorneal endothelial (ICE), glaukoma neovaskularisasi atau sinekia sudut tertutup
      pada pasien dengan glaukoma yang progresif.


   2. Selective laser trabeculoplasty
              Selective laser trabeculoplasty (SLT) adalah prosedur laser yang menggunakan
      frekuensi ganda dengan target melanin intraseluler. Prosedur laser ini aman dan
      selektif dengan hasil penurunan TIO yang hampir sama dengan ALT. Komplikasi
      utama dari LTP ini adalah peningkatan TIO yang temporer yang terjadi pada sekitar
      20% pasien. TIO yang pernah dilaporkan sekitar 50-60 mmHg dan peningkatan TIO
      temporer ini bisa menyebabkan kerusakan saraf optik. Dilaporkan sekitar 80% pasien
      galukoma sudut terbuka dengan terapi medis yang tidak terkontrol menunjukkan
      penurunan TIO.


   3. Trabekulektomi
              Trabekulektomi merupakan suatu cara yang konservatif dalam penanganan
      glaukoma. Trabekulektomi merupakan teknik bedah utnuk mengalirkan cairan melalui
      saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuak. Pada
      trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran
      keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Tujuannnya agar cairan mata bisa
      melewati anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat
      bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap dipertahankan (tidak terlalu tinggi dan
      tidak terlalu rendah) sebagaimana mempertahankan bentuk bulat mata (mencegah
      pendangkalan bilik mata depan).
              Teknik ini dimulai dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu : eksposure,
      robekan konjungtiva, flap sklera, parasentesis, sklerostomi, iridektomi, penutupan flap
      sklera, pengaturan aliran dan penutupan konjungtiva.


  2.8. Prognosis
      Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka primer dapat berkembang secara perlahan
sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes anti glaukoma dapat
mengontrol tekanan intraokular pada mata              qqqyang belum mengalami kerusakan
glaukomatosa luas, prognosa akan lebih baik walaupun penurunan lapangan pandang dapat
terus berlanjut meskipun tekanan intraokular telah normal. Apabila proses penyakit terdeteksi
secara dini, sebagian besar pasien glaukoma sudut terbuka primer dapat ditangani dengan baik
secara medis.2,4,5




                                            BAB III
                                          PENUTUP


        Glaukoma primer sudut terbuka merupakan neuropati optic dengan karakteristik
berkurangnya lapangan pandang dan faktor risiko utama peningkatan tekanan intraokuler
yang terjadi secara kronik progresif tanpa disertai penyakit dasar.
        Menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat untuk pasien glaukoma
kronis sudut terbuka tidaklah mudah. Oleh karena itu penegakkan diagnosis secara dini
dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik menjadi penting untuk menentukan penatalaksanaan
pasien baik secara medikamentosa maupun operatif. Monitoring ketat terhadap fungsi
penglihatan pasien merupakan salah satu hal penting yang tidak boleh dilewatkan dalam
penanganan pasien sehingga angka kebutaan akibat komplikasi penyakit ini dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA


1. Shaarway,Tarek M. dkk. Glaukoma Medical Diagnose and Therapy Volume 1
   .China:Saunder Elsevier.2009
2. Vaughan,Daniel G.,dkk.. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 2000
3. Stamper,Robert L.. Becker Shaffers Diagnose and Therapy of Glulcomas 8th Edition.
   China:Mosby Elsevier.2009
4. The Foundation of The American Academy of Ophthalmology. Glaukoma Chapter
   10. San Fransisco: The American Academy of Ophthalmology. 2000-2001.
5. Kaski JJ. Clinical Ophthalmology Edisi 4. Oxford : Butterworth-Heinemann. 1999
6. _______________. Glaukoma. January 2005. Available at :
   http://www.merckmedicus.com/pp/us/hcp/diseasemodules/glaukoma/default.jsp
7. Fraser Scott, Manvikar Sridhar. Glaukoma-The pathophysiology and Diagnosis. 2005.
   Available at : http://www.pharmj.com/pdf/hp/200507/hp_200507_diagnosis.pdf

More Related Content

Similar to Bab i mte

Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011bahtiarl
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxkharismaMr1
 
Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxssuser01dbde
 
294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukomaIqbal Abdillah
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukomaKANDA IZUL
 
Glaukoma Fakomorfik.pdf
Glaukoma Fakomorfik.pdfGlaukoma Fakomorfik.pdf
Glaukoma Fakomorfik.pdfRioMRajagukguk
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxNURULMUMINAH
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxAlfinKamal
 
219824917 98070504-case-katarak-matur
219824917 98070504-case-katarak-matur219824917 98070504-case-katarak-matur
219824917 98070504-case-katarak-maturhomeworkping9
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) pjj_kemenkes
 

Similar to Bab i mte (20)

Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
Karakteristik penderita glaukoma thn 2011
 
Ppt glaukoma
Ppt glaukomaPpt glaukoma
Ppt glaukoma
 
CR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptxCR Glaukoma Simpleks.pptx
CR Glaukoma Simpleks.pptx
 
Askep glukoma
Askep glukomaAskep glukoma
Askep glukoma
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Askep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptxAskep glaukoma.pptx
Askep glaukoma.pptx
 
294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma294805506 referat-glaukoma
294805506 referat-glaukoma
 
Makalah askep katarak
Makalah askep katarakMakalah askep katarak
Makalah askep katarak
 
Dm retinopati
Dm retinopatiDm retinopati
Dm retinopati
 
Askep glaukoma
Askep glaukomaAskep glaukoma
Askep glaukoma
 
Glukoma
GlukomaGlukoma
Glukoma
 
Glaukoma Fakomorfik.pdf
Glaukoma Fakomorfik.pdfGlaukoma Fakomorfik.pdf
Glaukoma Fakomorfik.pdf
 
Trauma mata
Trauma mataTrauma mata
Trauma mata
 
Glaukoma
GlaukomaGlaukoma
Glaukoma
 
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
Glaukoma AKPER PEMKAB MUNA
 
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptxGANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
GANGGUAN PENGLIHATAN DAN KEBUTAAN dr TEGUH ANAMANI, SpM.pptx
 
Galukoma selayang pandang
Galukoma selayang pandangGalukoma selayang pandang
Galukoma selayang pandang
 
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptxLaporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
Laporan Kasus Besar Melkior Krisna Arondaya_22010121220059.pptx
 
219824917 98070504-case-katarak-matur
219824917 98070504-case-katarak-matur219824917 98070504-case-katarak-matur
219824917 98070504-case-katarak-matur
 
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK) ASUHAN KEPERAWATAN  PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KATARAK)
 

Bab i mte

  • 1. Meet the Expert GLAUKOMA KRONIS SUDUT TERBUKA Herik Hamzah 02923078 Adeeban Koomar 06120030 Ivoni Devora 07120077 Khairat A.S. 0810312126 Vesri Yossy 0810313195 Pembimbing : Dr. Heksan, Sp.M BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA RSUP DR. M. DJAMIL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2012
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Glaukoma adalah suatu kondisi meningkatnya Tekanan Intra Okular(TIO) lebih tinggi dari keadaan normal yang seringnya berkisar antara 21 mmHg-24 mmHg dan disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.1, 2 Glaukoma berasal dari kata Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma adalah penyebab paling utama kebutaan permanen di dunia.1WHO memperkirakan pada tahun 2002 terdapat 44 juta atau sekitar 12,3% penduduk dunia mengalami kebutaan akibat glaukoma.1Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta akibat glaukoma, sehingga ini menjadi penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika Serikat.2 Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2 juta pengidap glaukoma. Glaukoma sudut terbuka primer adalah bentuk tersering, menyebabkan pengecilan lapangan pandang bilateral progresif asimptomatik yang timbul perlahan dan sering tidak terdeteksi sampai terjadi pengecilan lapangan pandang yang ekstensif.2Persentase ini lebih tinggi pada orang Asia, terutama pada orang Burma dan Vietnam di Asia Tenggara.2 Mengingat fatalnya akibat penyakit glaukoma terhadap penglihatan, deteksi dini glaukoma untuk mencegah kerusakan saraf mata lebih lanjut menjadi sangat penting. Faktor risiko yang ikut memicu glaukoma selain perubahan tekanan bola mata adalah usia di atas 40 tahun, mempunyai keluarga yang menderita glaukoma, miopia, atau mempunyai penyakit sistemik seperti diabetes dan kardiovaskular.2 Semua jenis glaukoma harus dikontrol secara teratur ke dokter mata selama hidupnya. Sehingga diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik mengenai glaukoma. Penatalaksanaan glaukoma sebaiknya dilakukan oleh ahli oftalmologi, tetapi besar masalah dan pentingnya deteksi kasus-kasus asimptomatik mengharuskan adanya kerjasama dan bantuan dari semua petugas kesehatan. Oftalmoskopi dan tonometri harus merupakan bagian dari pemeriksaan fisik rutin pada semua pasien yang cukup kooperatif dan tentu saja semua pasien yang berusia lebih dari 30 tahun. Hal ini penting pada pasien yang mempunyai riwayat glaukoma pada keluarganya. Untuk itu penting bagi kita sebagai dokter layanan primer untuk dapat mendeteksi secara dini glaukoma pada masyarakat agar dapat ditatalaksana sesegera mungkin.
  • 3. 1.2 Batasan Masalah Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis dari glaukoma kronis sudut terbuka. 1.3 Tujuan Penulisan Penulisan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan para dokter muda mengenai glaukoma kronis sudut terbuka. 1.4 Metode Penulisan Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada berbagai literatur.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Glaukoma adalah suatu kondisi meningkatnya Tekanan Intra Okular(TIO) lebihltinggal dari keadaan normal yang seringnya berkisar antara 21 mmHg-24 mmHg dan disertai pencekungan diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang.1, 2 Glaukoma berdasarkan etiologi dibedakan atas glaukoma yang timbul murni akibat keadaan anatomi mata penderita disebut sebagai glaukoma primer, sedangkan glaukoma yang timbul akibat penyakit lain, atau keadaan sistemik lain digolongkan sebagai glaukoma sekunder.Glaukoma juga dapat diklasifikasikan menurut struktur sudut kamera okuli anterior (KAO) menjadi Glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut terbuka. Berdasarkan waktu serangan, penyakit ini dibedakan menjadi glaukoma akut dan glaukoma kronis. 2.2.Dinamika Aqueous Humourus Aqueous humourus merupakan cairan jernih produk ultrafiltrasi dari darah yang mengisi kamera okuli anterior dan posterior. Cairan ini adalah sumber nutrisi dan media untuk membuang hasil metabolisme bagi lensa dan endotelium kornea. Aqueous humourus diproduksi oleh prosesus siliaris dan mengalir melalui :2 1. camera oculi posterior, 2. melewati permukaan posterior dari iris, 3. melewati batas pupil 4. memasuki camera oculi anterior dan berinteraksi dengan permukaan lensa dan lapisan endotel kornea, 5. keluar menuju sudut anterior dari camera oculi anterior dan melalui jalinan trabekula dan kanalis Schlemm. Aqueous humourus bercampur dengan darah vena dan kembali ke jantung. Mata secara kontinyu menghasilkan dan mereabsorpsi aqueous humourus. Aliran dari aqueous humourus lebih sedikit pada malam hari dibandingkan dengan siang hari. Sudut anterior camera oculi anterior dibentuk oleh iris sebagai basis, jaringan trabekula sebagai apexnya, dan lapisan endotel kornea membentuk bagian atasnya. Pada keadaan normal sudut tersebut membentuk sudut 45°.
  • 5. 2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tekanan Intra Okuler(TIO)3 1. Usia Peningkatan TIO sebanding dengan pertambahan usia,karena pertambahan usia dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah,denyut nadi dan obesitas. 2. Jenis kelamin Wanita memiliki kecenderungan TIO lebih tinggi daripada pria terutama menonjol setelah usia di atas 40 tahun. 3. Ras TIO pada kulit hitam lebih tinggi dibandingka pada kult putih.Hal ini dikaitkan dengan genetik dan lingkungan. 4. Herediter 2.4. Epidemiologi Prevalensi glaukoma primer sudut terbuka di dunia berkisar antara 6,7 %-65,6%. Sekitar 30%-40% pasien dengan gangguan corpus vitreus glaukomatosa terdiagnosis sebagai glaukoma kronik sudut terbuka. Glaukoma kronik sudut terbuka lebih banyak terjadi pada usia tua dan lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Sebanyak 66% dari seluruh pasien glaukoma primer sudut terbuka di Jepang merupakan pasien glaukoma kronis sudut terbuka. 2.5.Etiopatogenesis Aliran dari aqueous humourus memerankan peranan penting dalam regulasi tekanan intra okular (TIO). TIO ditentukan oleh perbandingan inflow dan outflow yang menentukan volume total dari aqueous humourus. Volume dari aqueous humourus adalah tetap. Apabila outflow kurang dari inflow maka TIO akan meningkat. TIO normal adalah sekitar 10 – 20 mmHg. TIO didefinisikan sebagai tekanan yang ditimbulkan oleh aqueous humourus terhadap kornea dan sklera. TIO merupakan faktor yang penting pada terjadinya glaukoma karena kerusakan pada neuron dari saraf optik (disebut juga sebagai sel ganglion retina) berhubungan dengan peningkatan TIO.6 Kerusakan akibat glaukoma biasanya mulai terjadi apabila tekanan sekitar dua kali lipat dari nilai normal.2 Gambaran patologik utama pada glaukoma sudut terbuka primer adalah proses degeneratif di jalinan trabekular, termasuk pengendapan bahan ekstra sel di jalinan dan di bawah lapisan endotel kanalis Schlemm. Hal ini berbeda dari proses penuaan normal.
  • 6. Akibatnya adalah penurunan drainase humor akueus yang menyebabkan peningkatan tekan intra-okuler. Mekanisme kerusakan neuron pada glaukoma sudut terbuka primer dan hubungannya dengan tingginya tekanan intra-okuler sebenarnya masih diperdebatkan. Teori-teori utama memperkirakan adanya perubahan-perubahan elemen penunjang struktural akibat tekanan intra-okuler di saraf optikus setinggi lamina kibrosa atau si pembuluh yang memperdarahi kepala/ujung saraf optikus. Efek peningkatan tekanan intra-okuler di dalam mata ditemukan pada semua bentuk glaukoma, yang manifestasinya ditentukan oleh perjalanan waktu dan besar peningkatan tekanan intra-okuler. Mekanisme utama pada penurunan penglihatan pada glaukoma adalah atrofi sel ganglion difus, yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan inti bagian dalam retina dan berkurangnya akson di saraf optikus. Diskus optikus menjadi atrofik, disertai pembesaran cekungan optik. Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofik, dan prosesus siliaris memperlihatkan degenerasi hialin. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intra-okuler mencapai 60-80 mmHg, sehingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai edema kornea. 2.4.3.Fisiologi Saraf Optik dan Glaukomatous Optic Neuropathy Dinamika aqueous humourus dan TIO merupakan kunci untuk memahami kekuatan mekanik yang mempengaruhi sel ganglion retina (RGCs). RGCs ini merupakan lapisan sel yang terdapat diantara vitreous dan bagian fotosensitif dari retina. RGCs ini dapat digambarkan sebagai penghubung antara bagian fotosensitif retina dan nukleus genikulatus lateral. Jumlah RGCs ini menurun seiring dengan usia, dan pada glaukoma terjadi penurunan jumlah yang lebih cepat. Sel ganglion retina ini berperan dalam menerima lapang gambaran visual pada mata, dan apabila sel ini rusak maka lapang gambaran visual pun menjadi menghilang. Bagian dari lapang pandang yang menghilang ini dikenal dengan nama skotoma. Lapang pandang yang pertama menghilang adalah lapang pandang perifer.6
  • 7. Gambar 2.1 2.4.4.Perubahan Struktural Pada Glaukoma Selain adanya kerusakan pada sel ganglion retina, perubahan struktural pada glaukoma yang membedakan dengan kelainan neoropati optik lain adalah pembentukan cekungan pada discus optik.7 Iris dan korpus siliare juga menjadi atrofi, dan prosesus siliaris juga memperlihatkan degenerasi hialin.2 Gambar 2.2 Mekanisme yang dapat menjelaskan secara pasti perubahan struktur dan fungsi pada glaukoma belum dapat diketahui. Salah satu teori yang diajukan adalah karena adanya pengaruh peningkatan TIO yang menyebabkan gangguan pada vascular yang menyebabkan iskemia pada nervus optikus dan penekanan pada axon di sel ganglion retina dan lamina cribrosa. Mekanisme lain yang menjelaskan terjadinya glaukoma yang tidak berhubungan dengan peningkatan TIO adalah adanya gangguan pada neuronal growth faktor, peningkatan glutamat pada retina, nitrat bebas yang bersifat radikal, kerusakan neuron karena faktor imun, dan stress oxidatif.
  • 8. Perubahan pada lamina cribrosa dan kerusakan sel ganglion retina merupakan mekanisme yang memerankan peranan penting. Pada sel ganglion retina terjadi hambatan transport sehingga terjadi degenerasi pada diskus optikus. Proses ini menyebabkan terjadinya cekungan pada diskus optikus. Peningkatan TIO tampaknya merupakan faktor yang menyebabkan perubahan ini, tetapi pada beberapa kasus peningkatan TIO diatas normal dapat juga tidak menyebabkan perubahan pada sel ganglion retina dan diskus optikus, dan pada kasus lain TIO yang normal dapat menyebabkan kerusakan.7 Mekanisme yang terjadi pada glaukoma dapat disingkat menjadi: Peningkatan TIO Mekanisme tekanan balik Terjadi pada nervus optikus/ retina Penurunan suplai darah ke nervus optkus Kehilangan aliran darah Iskemia Kerusakan sel ganglion retina 2.5. Manifestasi Klinis Pada pasien glaukoma primer sudut terbuka memperlihatkan tekanan intra okuler yang normal. Saat pertama kali di periksa sebaliknya pada pasien yang terjadi peningkatan intra okuler tidak semata-mata berarti bahwa pasien mengidap galukoma primer sudut terbuka, karena untuk menegakkan diagnosis perlu adanya bukti-bukti lain berupa adanya diskus optikus atau kelainan lapangan pandang. Gejala klinis glaukoma primer sudut terbuka : 1. Menahun, sukar untuk menemui gejala dini karena jalan penyakit yang sangat pelan-pelan (a silent disease) 2. Hampir selalu penderita datang berobat dalam keadaan penyakit yang sudah berat. 3. Hampir selalu bilateral,sering satu mata terkena terlebih dahulu dan keadaannya sering lebih berat dari mata yang satu lagi. 4. Injeksi siliar umumnya tidak terlihat. 5. Refleks pupil agak lamban.
  • 9. 6. Tekanan bola mata meninggi. 7. COA mungkin normal dan pada golioskopi terdapat sudut terbuka. 8. Lapangan pandangan mengecil atau menghilang. 9. Atropi nervus optikus dan terdapat cupping. 10. Tes provokasi positif. 11. Facility of out flow menurun Normal Vision The same scene as it might be viewed by a person with glaukoma Gambar 2.3. Lapangan pandang normal dan glaukoma 2.6. Komplikasi Komplikasi dari galukoma primer sudut terbuka adalah penurunan lapangan pandang yang dapat berakhir dengan kebutaan. Namun terjadinya kebutaan pada penderita glaukoma ini dipengaruhi oleh beberapa faktor : a. tingkat keparahan penyakit b. usia penderita→ usia muda c. TIO yang tidak terkontrol 2.7 Penatalaksanaan A. Medikamentosa Pengobatan dengan obat-obatan ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular dengan cepat, untuk mencegah kerusakan nervus optikus, untuk menjernihkan kornea, menurunkan inflamasi intraokular, miosis, serta mencegah terbentuknya sinekia anterior perifer dan posterior. Obat-obat yang bisa diberikan pada penderita glaukoma sebagai berikut:
  • 10. 1. Prostaglandin analog a. Latanaprost (Xalatan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat ini mempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan dapat menurunkan TIO sebesar 25-32%. Efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes, sedangkan efek samping sistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala. b. Travoprost (travatan) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,004% dengan dosis pemakaian 4 kali sehari dan efeknya sama dengan latanoprost yaitu meningkatkan aliran uveoskleral dan menurunkan TIO sebesar 25-32%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah meningkatkan pigmentasi iris, hipertrikosis, penglihatan kabur, keratitis, uveitis anterior, konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes, sedangkan efek samping sistemik adalah gejala seperti flu, nyeri sendi dan otot, sakit kepala. c. Bimanoprost (lumigan) : konsentrasi 0,005% dan dosis 4 kali sehari. Obat ini mempunyai efek untuk menurunkan aliran uveoskleral dan trabekular serta dapat menurunkan TIO sebesar 27-33%. Efek samping sama dengan latanaprost. d. Unoprostone (rescula) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,15% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Obat ini mempunyai efek untuk meningkatkan aliran trabekular serta dapat menurunkan TIO sebesar 13-18%. Efek samping sama dengan latanoprost. 2. β-Adrenergic antagonist ( β-bloker ) a. Nonselektif i. Timolol maleate (timoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5% dan dosis pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP. ii. Timolol-LA (istalol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5% dan dosis pemakaian 4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos
  • 11. dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP. iii. Timolol hemihydrate (betimol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP. iv. Levobunolol (betagan) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP. v. Metipranolol (optipranolol) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,3% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah bradikardi, blok jantung, bronkospasme, hipotensi, depresi SSP. vi. Carteolol hydrochloride (ocupress) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efek samping sistemik adalah intrinsik simapatomimetik. b. Selektif Betaxolol (betoptic) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, iritasi, anestesi kornea, keratitis punctate, alergi sedangkan efek samping sistemik adalah komplikasi paru-paru 3. Adrenergic agonist
  • 12. i. Epinefrin (epifrin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,25%, 0,5%, 1%, 2% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah iritasi, konjungtiva hiperemis, retraksi kelopak mata, midriasis dan lain-lain sedangkan efek samping sistemik adalah hipertemsi, sakit kepala, ekstrasistole. ii. Dipivefrin HCl (propin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,1% dan dosis pemakaian 2 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah iritasi, konjungtiva hiperemis, retraksi kelopak mata, midriasis dan lain-lain. 4. β2-Adrenergik agonist a. Selektif. Apraclonidin HCl (iopidin) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,5%, 1% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos, menurunkan tekanan vena episkleral dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah iritasi, iskemia, alergi, retraksi kelopak mata, konjungtivitis folikularis dan lain-lain sedangkan efek samping sistemik adalah hipotensi, kelelahan, hidung dan mulut kering, vasovagal attack. b. Sangat selektif i. Brimonidine tartrate 0,2% (alphagan) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,2% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos, meningkatkan alairan uveoskleral dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, edem kelopak mata, kekeringan, sensasi benda asing, sedangkan efek samping sistemik adalah sakit kepala, hipotensi, kelelahan, insomnia dan lain-lain. ii. Brimonidine tartrate in purite 0,15% (alphagan P) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,15% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos, meningkatkan aliran uveoskleral dan menurunkan TIO sebesar 20-30%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah kekaburan, edem kelopak mata,
  • 13. kekeringan, sensasi benda asing, sedangkan efek samping sistemik adalah sakit kepala, hipotensi, kelelahan, insomnia dan lain-lain, kecuali pada pasien yang alergi pada alphagan. 5. Parasympatomimetic (miotic) a. Agonist kolinergik (direct acting) Pilocarpin HCl (isoptocarpine) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,2-10% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran trabekular, menurunkan TIO melalui kontraksi otot siliaris, kontraksi tersebut menarik taji sklera dan menyebabkan anyaman trabekular teregang dan terpisah. Jalur cairan terbuka dan aliran keluar akuos meningkat. Obat ini merupakan langkah pertama dalam terapi glaukoma. Dosis dan frekuensi pemberiannya disesuaikan dengan individu. Peningkatan konsentrasi dan interval dosis bisa memperbaiki respon yang inadekuat dan menurunkan TIO sebesar 15-25%. Adapun efek samping pada mata adalah sinekia posterior, keratitis, miosis, miopia dan lain-lain. Sedangkan efek sistemiknya adalah meningkatkan salivasi, meningkatkan sekresi gaster. b. Anti kolinesterase agent (indirect acting) Echothiopate iodide (phospholine iodide) : obat ini mempunyai konsentrasi 0,125% dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu meningkatkan aliran trabekular dan menurunkan TIO sebesar 15-25%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah miopia, katarak, epifora dan lain-lain, sedangkan efek samping sistemik adalah meningkatkan salivasi, meningkatkan sekresi gaster. 6. Carbonic anhidrase inhibitors a. Oral i. Asetazolamide (diamox) : obat ini mempunyai konsentrasi 62,5, 125 dan 250mg dan dosis pemakaian 2-4 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos. Acetazolamide bekerja pada badab siliaris dan mencegah sintesis bikarbonat. Ini menyebabkan penurunan transport natrium dan pembentukan akuos karena transport bikarbonat dan natrium saling berkaitan. Acetazolamide diberikan secara oral,
  • 14. tetapi obat ini terlalu toksik untuk penggunaan jangka panjang dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping sistemiknya adalah asidosis, depresi, latargi dan lain-lain. ii. Metazolamide (metazane) : obat ini mempunyai konsentrasi 25, 50 dan 100mg dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Efeknya yaitu menurunkan produksi akuos dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping sistemiknya adalah asidosis, depresi, latargi dan lain-lain. b. Topikal Dorzolamide (trusopt) : obat ini mempunyai konsentrasi 2% dan dosis pemakaian 2-3 kali sehari. Dorzolamide merupakan inhibitor aktif carbonic anhidrase (CA-2) yang diberikan topikal. Dorzolamide dapat digunakan tersendiri pada pasien dengan kontraindikasi beta bloker. Efeknya yaitu osmotic gradient dehydrates vitreous dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah miopia, penglihatan kabur, keratitis, konjungtuvitis. 7. Hiperosmotic agents a. Mannitol parenteral (osmitrol) : obat ini mempunyai konsentrasi 20% soln dan 50% soln dan dosis pemakaian 2gr/kgBB. Efeknya yaitu osmotic gradient dehydrates vitreous dan menurunkan TIO sebesar 15-20%. Adapun efek samping yang ditimbulkan pada mata adalah TIO rebound sedangkan efek samping sistemik adalah retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif dan lain-lain. b. Gliserin (oral) : obat ini mempunyai konsentrasi 50% dan dosis pemakaian 2gr/kgBB. Efeknya yaitu osmotic gradient dehydrates vitreous. Adapun efek samping pada mata adalah TIO rebound sedangkan efek samping sistemik adalah retensi urin, sakit kepala, gagal jantung kongestif dan lain-lain. Tabel 2.1. Obat-obat Antiglaukoma
  • 15. Obat-obat anti glaukoma Jenis Obat Konsentra Dosis Efek obat Penurunan Efek samping Okular Sistemik si TIO Prostaglandin analogs Latanoprost 0.005% 4x Meningkatkan 25-32% Meningkatkan Gejala aliran pigmentasi seperti flu, uveoskleral iris, nyeri sendi hipertrikosis, dan otot, penglihatan sakit kepala kabur, keratitis, uveitis anterior, konjungtiva hiperemis, reaktivasi keratitis herpes Travoprost 0.004% 4x s.d.a 25-32% s.d.a s.d.a Bimatoprost 0.03% 4x Meningkatan 27-33% s.d.a s.d.a aliran uveoskleral dan trabekular Unoprostone 0.15% 2x Meningkatan 13-18% s.d.a s.d.a isopropyl aliran trabekular β-adrenergic antagonist (β-bloker) Non selektif Timolol maleate 0.25-0.5% 4x Menurunkan 20-30% Kekaburan, Bradikardi, produksi iritasi, blok akuos anestesi jantung, kornea, bronkospas keratitis me, punctate, hipotensi, alergi depresi SSP Timolol-LA 0.5% 4x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a Timolol 0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a hemihydrates Levobunolol 0.25-0.5% 4x, 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a Metipranolol 0.3% 2x s.d.a 20-30% s.d.a s.d.a Carteolol 1.0% 4x, 2x Simpatomi hydrochloride metik intrinsik Selektif Betaxolol 0.25% 2x s.d.a 15-20% s.d.a Komplikasi
  • 16. paru-paru Adrenergic agonist Non selektif Epinefrin 0.25, 0.5, 2x Meningkatkan 15-20% Iritasi, Hipertensi, 1.0, 2.0% aliran akuos konjungtiva sakit kepala, hiperemis, ekstrasistole retraksi kelopak mata, midriasis, dll β2-Adrenergic agonist Selektif Apraclonidin 0.5-1.0% 2x, 3x Menurunkan 20-30% Iritasi, Hipotensi, HCL produksi iskemia, kelelahan, akuos, alergi, retraksi hidung dan menurunkan kelopak mata, mulut tekanan vena konjungtivitis kering, episkleral folikularis, dll vasovagal attack Sangat selektif Brimonidine 0.2% 2x, 3x Menurunkan 20-30% Kekaburan, Sakit tartrate 0.2% produksi edem kelopak kepala, akuos, mata, kelelahan, Meningkatkan kekeringan, hipotensi, aliran sensasi benda insomnia, uveoskleral asing dll Parasimpatomimetik (miotik) agent Agonis kolinergik (direct acting) Pilokarpin HCL 0.2-10.0% 2-4x Meningkatan 15-25% Sinekia Meningkatk aliran posterior, an salivasi, trabekular keratitis, meningkatk miosis, an sekresi miopia, dll gaster Anti kolinesterase agent (indirect acting) Echothiopate 0.125% 4x, 2x s.d.a 15-25% Miopia, Sama iodide katarak, dengan epipora, dll pilokarpin Carbonic anhidrase inhibitors Oral Asetazolamide 62.5, 125, 2x-4x Menurunkan 15-20% Tidak ada Asidosis, 250 mg produksi depresi, akuos letargi, dll Metazolamide 25, 50, 100 2x, 3x s.d.a s.d.a s.d.a s.d.a mg Topikal Dorzolamide 2.0% 2x, 3x s.d.a s.d.a Miopia, Kurang
  • 17. penglihatan menyebabka kabur, nefek keratitis, sistemik konjungtivitis, dll Hiperosmotik agents Mannitol 20% 2g/ Osmotic TIO rebound Retensi (parenteral) Kg gradient urin, sakit BB dehydrates kepala, vitreous gagal jantung kongestif, dll Gliserin (oral) 50% s.d.a a.d.a s.d.a B. Non Medikamentosa Glaukoma bukan merupakan penyakit yang dapat diobati dengan operasi saja. Keputusan untuk melakukan operasi glaukoma biasanya langsung pada keadaan yang memang memiliki indikasi untuk dilakukannya operasi, yaitu: 1. Target penurunan tekanan intraokular tidak tercapai. 2. Kerusakan jaringan saraf dan penurunan fungsi penglihatan yang progresif meski telah diberi dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi ataupun telah dilakukan laser terapi ataupun tindakan pembedahan lainnya. 3. Adanya variasi tekanan diurnal yang signifikan pada pasien dengan keruksakan diskus yang berat. Operasi untuk glaukoma sudut terbuka 1. Laser trabekuloplasti Laser trabekuloplasti (LTP) adalah teknik yang mengguinakan energi laser yang dijatuhkan pada anyaman trabekula pada titik yang berbeda, biasanya salah satu dari pinggir anyaman trabekula (1800). Ada berbagai cara yang tersedia, diantaranya argon laser trabekuloplasti (ALT), diodor laser trabeculoplasty dan selektif laser trabeculoplasty (SLT). LTP diindikasikan pada pasien glaukoma yang telah mendapat dosis maksimal obat yang bisa ditoleransi dimana dengan gonioskopi merupakan glaukoma sudut terbuka dan menuntut penurunan TIO. Selain efektif pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka, LTP juga efektif pada pasien dengan pigmentasi glaukoma dan pasien dengan sindrom pengelupasan kulit. Namun, pasien pada afakia atau pseudoafakia
  • 18. tidak terlalu memberikan respon yang baik. LTP juga tidak efektif untuk mengobati glaukoma tekanan rendah dan glaukoma sekunder seperti uveitis galukoma. LTP dapat menurunkan sekitar 20-25% TIO awal pasien. Kontraindikasi lTP adalah pada pasien dengan inflamasi glaukoma, iridokorneal endothelial (ICE), glaukoma neovaskularisasi atau sinekia sudut tertutup pada pasien dengan glaukoma yang progresif. 2. Selective laser trabeculoplasty Selective laser trabeculoplasty (SLT) adalah prosedur laser yang menggunakan frekuensi ganda dengan target melanin intraseluler. Prosedur laser ini aman dan selektif dengan hasil penurunan TIO yang hampir sama dengan ALT. Komplikasi utama dari LTP ini adalah peningkatan TIO yang temporer yang terjadi pada sekitar 20% pasien. TIO yang pernah dilaporkan sekitar 50-60 mmHg dan peningkatan TIO temporer ini bisa menyebabkan kerusakan saraf optik. Dilaporkan sekitar 80% pasien galukoma sudut terbuka dengan terapi medis yang tidak terkontrol menunjukkan penurunan TIO. 3. Trabekulektomi Trabekulektomi merupakan suatu cara yang konservatif dalam penanganan glaukoma. Trabekulektomi merupakan teknik bedah utnuk mengalirkan cairan melalui saluran yang ada dan sering dilakukan pada glaukoma sudut terbuak. Pada trabekulektomi ini cairan mata tetap terbentuk normal akan tetapi pengaliran keluarnya dipercepat atau salurannya diperluas. Tujuannnya agar cairan mata bisa melewati anyaman trabekula menuju ruang subkonjungtiva dimana pada saat bersamaan tekanan intraokuler optimal tetap dipertahankan (tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah) sebagaimana mempertahankan bentuk bulat mata (mencegah pendangkalan bilik mata depan). Teknik ini dimulai dengan melakukan beberapa tahapan, yaitu : eksposure, robekan konjungtiva, flap sklera, parasentesis, sklerostomi, iridektomi, penutupan flap sklera, pengaturan aliran dan penutupan konjungtiva. 2.8. Prognosis Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka primer dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes anti glaukoma dapat
  • 19. mengontrol tekanan intraokular pada mata qqqyang belum mengalami kerusakan glaukomatosa luas, prognosa akan lebih baik walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut meskipun tekanan intraokular telah normal. Apabila proses penyakit terdeteksi secara dini, sebagian besar pasien glaukoma sudut terbuka primer dapat ditangani dengan baik secara medis.2,4,5 BAB III PENUTUP Glaukoma primer sudut terbuka merupakan neuropati optic dengan karakteristik berkurangnya lapangan pandang dan faktor risiko utama peningkatan tekanan intraokuler yang terjadi secara kronik progresif tanpa disertai penyakit dasar. Menegakkan diagnosis dan menentukan terapi yang tepat untuk pasien glaukoma kronis sudut terbuka tidaklah mudah. Oleh karena itu penegakkan diagnosis secara dini dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik menjadi penting untuk menentukan penatalaksanaan pasien baik secara medikamentosa maupun operatif. Monitoring ketat terhadap fungsi penglihatan pasien merupakan salah satu hal penting yang tidak boleh dilewatkan dalam penanganan pasien sehingga angka kebutaan akibat komplikasi penyakit ini dapat ditekan.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA 1. Shaarway,Tarek M. dkk. Glaukoma Medical Diagnose and Therapy Volume 1 .China:Saunder Elsevier.2009 2. Vaughan,Daniel G.,dkk.. Oftalmologi Umum Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. 2000 3. Stamper,Robert L.. Becker Shaffers Diagnose and Therapy of Glulcomas 8th Edition. China:Mosby Elsevier.2009 4. The Foundation of The American Academy of Ophthalmology. Glaukoma Chapter 10. San Fransisco: The American Academy of Ophthalmology. 2000-2001. 5. Kaski JJ. Clinical Ophthalmology Edisi 4. Oxford : Butterworth-Heinemann. 1999 6. _______________. Glaukoma. January 2005. Available at : http://www.merckmedicus.com/pp/us/hcp/diseasemodules/glaukoma/default.jsp
  • 21. 7. Fraser Scott, Manvikar Sridhar. Glaukoma-The pathophysiology and Diagnosis. 2005. Available at : http://www.pharmj.com/pdf/hp/200507/hp_200507_diagnosis.pdf