SlideShare a Scribd company logo
1 of 207
BERPIKIR KRITIS
DALAM KEPERAWATAN
RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep.
1
METODELOGI KEPERAWATAN -TATAP MUKA - I
PENDAHULUAN
• Berpikir kritis merupakan sebuah
komponen esensial yang
memperlihatkan kebiasaan berpikir
seperti : percaya diri, perspektif
kontekstual, kreativitas,
fleksibilitas, rasa ingin tahu,
integritas intelektual, intuisi,
berpikiran terbuka, tekun dan
refleksi.
2
DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal
tentang masalah keperawatan dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro &
Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat
pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan
merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi
(Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang
individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi
untuk membuat penilaian.
3
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini
memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan
mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap
alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
4
KOMPONEN BERPIKIR
KRITIS
•Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat
mencakup informasi dan teori
dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan
yang diperlukan untuk
memikirkan masalah 5
PENGALAMAN
6
Pengalaman
Pengalaman klinis
memberikan suatu sarana
laboratorium untuk menguji
pengetahuan keperawatan.
Benner (1984) menuliskan
bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari
situasi klinis, mengenali
isyarat, dan
menginterpretasikannya
sebagai relevan atau tidak
relevan.
Tingkat kompetensi ini
datang dari pengalaman.
• Pelajaran terbaik yang
harus dipelajari oleh
peserta didik keperawatan
yang baru adalah
mengambil semua yang
dialami klien.
Menggunakan salah
satunya sebagai batu
loncatan untuk
membangun dan
mendapatkan
pengetahuan baru,
membuat perbandingan
dan kontras, dan
merangsang pikiran
inovatif.
7
KOMPETENSI
8
kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah
proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian
keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi
klinis
Berpikir kritis spesifik dalam
keperawatan
9
SIKAP
10
Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang
harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
ketrampilan kognitif untuk berpikir secara
kritis dan penting untuk memastikan
bahwa ketrampilan ini digunakan secara
adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap
untuk berpikir kritis adalah: tanggung
gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko,
kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.
11
BERPIKIR KRITIS DALAM
KEPERAWATAN
• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)
12
•perawat mampu belajar dan untuk
secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang
perawat diukur dengan kemampuannya
untuk menggunakan pengetahuan baru
dan terlibat dalam proses penemuan
yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan. 13
TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
14
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
15
•Keyakinan diri/motivasi
•Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari,
2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif
atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi
merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk
melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
16
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika
terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls
untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang
mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer
(2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis
adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
17
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit
dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
18
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :
sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang
pemula menjadi seorang ahli.
19
BERPIKIR KRITIS
DALAM KEPERAWATAN
20
PENDAHULUAN
• Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang
memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri,
perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu,
integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi.
21
DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk
akal tentang masalah keperawatan dan difokuskan
pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam
Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup
membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang
seseorang individu untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
22
• Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan
kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu
alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap
alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
23
KOMPONEN BERPIKIR KRITIS
• Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan
teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan
keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan
masalah keperawatan.
24
PENGALAMAN
25
Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan
suatu sarana laboratorium untuk
menguji pengetahuan
keperawatan.
Benner (1984) menuliskan
bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari situasi
klinis, mengenali isyarat, dan
menginterpretasikannya sebagai
relevan atau tidak relevan.
Tingkat kompetensi ini datang
dari pengalaman.
• Pelajaran terbaik yang harus
dipelajari oleh peserta didik
keperawatan yang baru adalah
mengambil semua yang dialami
klien. Menggunakan salah
satunya sebagai batu loncatan
untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan baru,
membuat perbandingan dan
kontras, dan merangsang pikiran
inovatif.
26
KOMPETENSI
27
kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang
digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan
28
SIKAP
29
Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus
ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu
harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir
secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa
ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung
jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah:
tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko,
kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas.
30
BERPIKIR KRITIS DALAM
KEPERAWATAN
• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)
31
• perawat mampu belajar dan untuk secara positif
mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan
seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam
proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan.
32
TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
33
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
34
• Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu
tujuan yang telah ditetapkannya.
35
• Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan,
hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme
simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut
Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan
berpikir kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak
dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang
tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.
36
• Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
37
• Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih,
lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus
mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi
pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang
memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula
menjadi seorang ahli.
38
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep.
39
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
Konsep proses keperawatan:
Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah
keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai
penyelesaian masalah 40
Pendahuluan
Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral
pelayanan kesehatan
Kontak 24 jam dengan pasien
Kualitas asuhan keperawatan dinilai
dari dokumentasi yang ditulis
Kepuasan pasien tergantung dari
asuhan keperawatan yang diberikan
41
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
42
• Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan
dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
43
METODE ASKEP
44
ASKEP
45
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan
dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara
derajat kesehatan yang optimal. 46
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang kesehatan.
47
TUJUAN ASKEP ; Umum
• Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam
memelihara kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
Peningkatan Kualitas 48
• Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya
klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
TUJUAN ASKEP ; khusus
49
Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya
diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua
perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang ditunjang oleh data-data yang tepat dan
akurat.
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
50
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas
asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien
mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja. 51
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan
kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang
optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja.
52
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu
pengembangan profesionalisme Anda sendiri khususnya dan
keperawatan pada umumnya.
Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan
memudahkan bagi staf Anda dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. 53
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN
Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan
meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan
Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.
54
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS
Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi
pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas dimana Anda
bekerja.
55
Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel
Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi
perubahan respon klien maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa,
rencana dan tindakan yang akan Anda diberikan.
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus
dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan
kondisi klien.
56
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda
harus mampu membina hubungan saling percaya dengan
klien.
57
Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.
Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep
keilmuan dan profesionalisme anda sebagai seorang perawat.
Penanganan MasalahTerencana
58
Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan
Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan
yang akan dicapai dalam batasan waktu tertentu.
59
Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan
Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan.
60
Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi
Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan.
Data yang dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data
yang diperoleh dari alat yang terukur dan diperoleh oleh Anda
sebagai perawat yang terampil dan ahli.
61
Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik
Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi
keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik
bagi Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.
62
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN
Di Dokumentasikan
63
Gambaran yang akurat, apa yang terjadi & kapan (CRNBC,
2012)Bentuk profesionalisme, tanggung jawab & tanggung
gugat
64
Komunikasi dan keberlanjutan proses perawatan
Pendidikan/edukasi
Meningkatkan pelayanan keperawatan yang baikRisetStandar legal
praktikTagihan keuangan(CRNBC, 2012; Delaune & Ladner, 2011; Potter &
Perry, 2010; CARNA, 2006; Tornvall, Wahren, Wilhelmsson, 2007)
Tujuan Dokumentasi
65
Rykkje (2009)alat untuk mengukur indikator kualitas asuhan keperawatan
atau menilai bentuk asuhan keperawatanWang, Hailey danYu (2011)jaminan
kualitas, legalitas, rencana kesehatan, dan juga untuk keperluan
risetHafernick (2007)keberlanjutan proses perawatanFarrell (2007)bukti legal
bagi perawat dalam menjalankan profesinya
PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN
66
Penulisan pendokumentasian keperawatan memerlukan bahasa dan istilah
yang terstandarisasiAprisunadi, 2011Rutherford, 2008
implementasi NANDA, NIC dan NOC (NNN) meningkatkan kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatanMuller-Staub, Needham, Odenbreit,
Lavin dan Achterberg (2007)Pereira (2005)bahwa informasi berperan dalam
menjaga keberlangsungan proses perawatanDokumentasi dibuat sesuai
standar, efektif, benar, continuity of care sehingga dapat memberikan
informasi yang benar (Hafernick, 2007)
Hasil riset dokumentasi keperawatan
67
pendokumentasian asuhan keperawatan yang buruk akan berpotensial
menimbulkan efek negatif pada perawatan pasien, pertanggungjawaban
profesional dan organisasi (Blair dan Smith, 2012)
Ketidaklengkapan dokumentasi keperawatanPengembangan sistem
informasi yang berkualitas sangat diperlukan dalam menunjang dan
mendukung praktik keperawatan professional (PAHO, 2001)
Ketidaklengkapan Dokumentasi
68
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep.
69
Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
Konsep proses keperawatan:
Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah 70
Pendahuluan
Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral
pelayanan kesehatan
Kontak 24 jam dengan pasien
Kualitas asuhan keperawatan dinilai
dari dokumentasi yang ditulis
Kepuasan pasien tergantung dari
asuhan keperawatan yang diberikan
71
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
72
• Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan
dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
73
METODE ASKEP
74
ASKEP
75
asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari
pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
76
FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif
dan efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang
kesehatan.
77
TUJUAN ASKEP ; Umum
• Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara
kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Peningkatan Kualitas 78
• Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya
klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
TUJUAN ASKEP ; khusus
79
Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun
dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-
data yang tepat dan akurat.
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
80
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka
semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja.
81
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami
kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kepuasan kerja.
82
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan
profesionalisme Anda sendiri khususnya dan keperawatan pada umumnya.
Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan memudahkan bagi
staf Anda dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
83
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN
Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan
akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan
Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.
84
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS
Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi
pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas pelayanan
Kesehatan dimanaAnda bekerja. 85
Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel
Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien
maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda
diberikan.
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan
seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 86
Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda
harus mampu membina hubungan saling percaya dengan klien.
87
Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.
Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep keilmuan dan
profesionalisme anda sebagai seorang perawat. Penanganan MasalahTerencana
88
Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan
Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai
dalam batasan waktu tertentu. 89
Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan
Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan.
90
Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi
Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang
dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang
terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli.
91
Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik
Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi
keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik bagi
Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.
92
TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN
Di Dokumentasikan
93
Proses Keperawatan
Tahap Pengkajian
Keperawatan
PENGKAJIA
N
DATA
WAWANCARA
PEMERIKSAAN
FISIK
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ANALISA DATA
Data Subyektif
Data Obyektif
PENENTUAN
MASALAH
OBSERVASI
95
TahapPengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg
bertujuan untuk mengumpulkan informasi/ data ttng klien,
agar dpt mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien. Baik fisik, mental, sosial,
dan lingkungan.
Tahap ini mencakup tiga kegiatan
yaitu: Pengumpulan Data, Analisis
Data, dan Penentuan Masalah
Macam Macam Data Keperawatan
•Data dasar adalah
seluruh informasi tentang
status kesehatan klien,
data dasar ini meliputi
data umum, data
demografi, riwayat
keperawatan, pola fungsi
kesehatan dan
pemeriksaan.
•Data fokus adalah
informasi tentang status
kesehatan klien yang
menyimpang dari
keadaan normal . Data
focus dapat berupa
ungkapan klien maupun
hasil pemeriksaan
langsung Anda sebagai
seorang perawat .
97
1. Pengumpulan
D ata
Tujuan: diperoleh data & informasi mengenai masalah
kesehatan yg ada pd klien sehingga dpt ditentukan
tindakan yg hrs diambil utk mengatasi masalah tsb yg
menyangkut masalah fisik, mental, sosial, & spiritual serta
faktor lingkungan yg mempengaruhinya. Data tsb harus
akurat dan mudah dianalisis.
Data Subjektif: data ungkapan /keluhan klien
secara langsung maupun tidak langsung.
Data Objektif: data yg diperoleh secara langsung
melalui observasi & pemeriksaan pd klien.
Jenis Data Keperawatan
Sumber Data
Keperawatan
Sumber data Primer: data yg dikumpulkan dari klien,
yg dpt memberikan informasi yg lengkap tentang
masalah kesehatan & keperawatan yg dihadapi klien.
Sumber data Sekunder: data yg dikumpulkan dari
orang terdekat klien (keluarga), orangtua, saudara /
pihak lain yg dekat dg klien.
Sumber data lainnya: rekam medis klien yg
merupakan riwayat penyakit klien dan perawatan
klien di masa lalu.
Teknik Pengumulan Data
Keperawatan
1. Anamenesis/ Wawancara
Kegiatan tanya-jawab yg berhubungan dg masalah yg dihadapi
klien.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Anamnesis adalah suatu
proses tanya jawab atau
komunikasi untuk
mengajak klien &
keluarga bertukar fikiran
& perasaan, mencakup
keterampilan secara
verbal & non
verbal,empati & rasa
kepedulian yg tinggi.
101
Unsur- unsur penting yang harus
dicermati dalam mendengar secara
aktif
1) Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan
fikiran
2) Mengurangi hambatanhambatan
3) Posisi duduk Anda yg sesuai
4) Menghindari interupsi
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien
102
Tujuan komunikasi
pengkajian data keperawatan
1) Mendapatkan informasi yang Anda perlukan dalam
mengidentifikasi & merencanakan tindakan
keperawatan
2) Meningkatkan hubungan Anda dengan klien dalam
komunikasi
3) Membantu klien memperoleh informasi &
berpartisipasi dalam identifikasi masalah & tujuan
4) Membantu Anda untuk menentukan investigasi lebih
lanjut selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996).
103
•Tahap kedua pada pengumpulan data yang Anda lakukan adalah
Observasi,
•yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien.
104
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
OBSERVASI
•Inspeksi, yaitu: teknik yang
dapat Anda lakukan dengan
proses observasi yang
dilaksanakan secara
sistematik.
105
•Palpasi,
•yaitu: suatu teknik yang
dapat Anda lakukan dengan
menggunakan indera peraba.
106
OBSERVASI
•Perkusi, adalah: pemeriksaan yang
dapat Anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk
membandingkan kirikanan pada
setiap daerah permukaan tubuh
dengan menghasilkan suara.
•Perkusi bertujuan untuk:
mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk & konsistensi jaringan.
Contoh suara-suara yg dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak,
Hipersonor/timpani. 107
OBSERVASI
•Auskultasi, merupakan
pemeriksaan yang dapat Anda
lakukan dengan
mendengarkan suara yg
dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop.
108
OBSERVASI
2. Analisis
Data
Merupakan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran. Diperlukan kemampuan mengaitkan data &
menghubungkan data g konsep, teori dan prinsip yg relevan
untuk membuat kesimpulan dlm menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
3. Penentuan Masalah
Daftar masalah yg ditemukan kemudian di prioritaskan. Karena
tidak mungkin semua masalah diatasi sekaligus jadi harus
diputuskan masalah mana yg dpt diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow mjd
rujukan perawat. Kebutuhan utama adl kebutuhan fisiologis,
psikososial ( rasa aman-nyaman), cinta- memiliki, harga diri,
dan aktualisasi diri.
TUGAS KELOMPOK 3
• Anda seorang perawat yang telah selesai melaksanakan proses
pengkajian dan akan segera melaksanakan proses penentuan
diagnosa keperawatan.
• Bahaslah dalam kelompok anda terakait hal tersebut diatas.
• Bahaslah dengan memperhatikan aspek 5W1H.
T E R I MA K A S I H
PENGKAJIAN PADA PASIEN
GG KEBUTUHAN OKSIGENASI
RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep.
Pengkajian pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen
• Riwayat perawatan
• pemeriksaan fisik
• pemeriksaan penunjang.
RIWAYAT PERAWATAN
• Keletihan (Fatigue) : Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk menilai
keletihan dengan skala 1 – 10.
• Dispnea : Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas, yaitu
pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan,
penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi dan
kedalaman pernapasan, napas pendek
• Batuk : Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk
melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi batuk, Sputum (jenis,
jumlah, mengandung darah/hemoptisis.
• Mengi/wheezing : Wheezing ditandai dengan bunyi tinggi akibat Gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit. Wheezing
dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
•Nyeri:Nyeridadaperludievaluasidenganmemperhatikanlokasi,durasi,radiasi,dan
frekuensi nyeri.Nyeridapattimbulsetelah latihanfisik, raumaiga,danrangkaianbatukyang
berlangsunglama.
•Pemaparangeografi atauLingkungan:Pemaparanlingkungandidapatdariasaprokok(pasif/aktif),karbon
monooksida(asapperapian/cerobong)danrandon(radioaktif).Riwayatpekerjaanberhubungandenganasbestosis,
batubara,seratkapasatauinhalasikimia.
•Infeksi Pernapasan:Riwayatkeperawatanberisitentangfrekuensi dandurasiinfeksi saluranpernapasan.
•FaktorResiko :Riwayatkeluargadengantbc,caparu,penyakitcardiovascularmerupakanfactorresiko bagiklien.
•Obat-obatan
Komponen inimencakupobatyangdiresepkan,obatyangdibelisecarabebas,danobatyangtidak
legal.Obattersebutmungkinmemilikiefekyangmerugikanakibatkerjaobatitusendiriatau
karenainteraksidenganobatlain.Obatinimungkinmempunyaiefekracundandapatmerusak
fungsikardiopulmoner.
RIWAYAT PERAWATAN
PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa
(pucat, sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik,
pola pernapasan, dan gerakan dinding dada.
• Palpasi : Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan,
taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya
massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer
(takhikardia), suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler.
• Perkusi : Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima nada
perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani.
• Auskultasi : Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi,
radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan
terdengar jika paru mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Fungsi Paru : Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan
spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer.
Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual
fungsional(FRC), kapasitasvital(VC), kapasitasparutotal(TLC).
• KecepatanAliran EkspirasiPuncak(PeakExpiratoryFlowRate/PEFR) : PEFR adalahtitikaliran
tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahanukuranjalannapasmenjadibesar.
• Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi
hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi
oksihemoglobin(SaO2), pH,HCO3-.
• Oksimetri : Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu
persentasehemoglobinyangdisaturasioksigen.
• Hitung Darah Lengkap : Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi
hemoglobin,hematokrit,leukosit,eritrosit,danperbedaanseldarahmerahdanseldarahputih.
• PemeriksaanSinar XDada:Sinar Xdadauntukmengobservasilapangparuuntukmendeteksiadanyacairan(pneumonia),massa
(kankerparu),fraktur(klavikuladancostae),prosesabnormal(TBC).
• Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukanuntukmemperolehsampelbiopsidancairanatausampelsputumdanuntukmengangkatplak
lendirataubendaasingyangmenghambatjalannapas.
• CtScan: CTscanndapatmengidentifikasimassaabnormalmelaluiukurandanlokasi,tetapitidakdapatmengidentifikasitipejaringan.
• KulturTenggorok : Kulturtenggorok menentukanadanyamikroorganismepatogenik, dansensitivitas terhadapantibiotik.
• SpecimenSputum: Spesimensputumdiambiluntukmengidentifikasitipeorganismeyangberkembangdalamsputum,resistensi,dan
sensitivitasterhadapobat.
• SkinTest:Pemeriksaankulituntukmenentukanadanyabakteri,jamur,penyakitparuviral,dantuberkulosis.
• Torasentesis:Torasentesismerupakanperforasibedahdinding dadadanruangpleuradenganjarumuntukmengaspirasicairanuntuk
tujuandiagnostik atautujuanterapeutikatauuntukmengangkatspesimenuntukbiopsi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
ILUSTRASI KASUS
•Identitas :Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08.
•Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama :Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27WIB, dengan
keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan
kadang-kadang juga disertai dengan bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti
ditusuktusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada.
•Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00
WIB, pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum
saat batuk, pasien mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk,
terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung.TTV: tekanan darah:
130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya
mengenai penyakitTB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.
•Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien mengatakan ia mempunyai
kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun sampai sekarang dengan jumlah rokok yang
dikosumsi 2 bungkus perhari.
•Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan tidak ada anggota
keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus , dll
•Pola Aktifitas Sehari-hari : Nutrisi : Pasien mengatakan pada saat sehat pasien
makan 3x/hari . Pada saat sakit pasien diberi diit MLTKTP dengan frekuensi 3x/hari .
Pasien mengatakan jarang menghabiskan makanannya. Sebelum dirawat di rumah
sakit pasien mengatakan minum air putih ±8 gelas perhari, namun semenjak dirawat
di rumah sakit klien hanya minum ±5 gelas/hari.
ILUSTRASI KASUS
•Pola Istirahat dan tidur : Pada saat sehat, pasien mengatakan bangun pada jam
05.00 Subuh, jarang tidur siang, pasien tidur dimalam hari pukul 22.00WIB.
Sedangkan waktu sakit pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering terbangun
dimalam hari karena nyeri pada dadanya.
•Pola Eliminasi : Pada saat sehat pasien BAB frekuensinya 1x dalam sehari dengan
konsistensi sedang, berwarna kuning, sedangkan pada saat dirawat dirumah sakit
pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB. BAK pada saat sehat, pasien
mengatakan BAK 4 sampai 5 kali dalam sehari, sedangkan pada waktu sakit pasien
hanya BAK 3 kali dalam sehari.
•Pola Aktifitas dan Istirahat : Saat sehat : aktivitas sehari-hari pasien adalah seorang
buruh bangunan, sedangkan saat sakit pasien hanya tidur dirumah sakit dan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
ILUSTRASI KASUS
• Pemeriksaan Fisik : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 11.00WIB,
keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, hasil pengukuran tekanan
darah 130/80 mmHg (normal sistol 120-139 dan diastolik normal 80-89), suhu 36,9oC (Normal
36,5oC sampai 37,5oC), nadi 89x/menit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 26x/menit
(normal 16-24 kali permenit). Kepala : tidak ada keluhan, mata : konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, penglihatan kurang baik, reflek pupil baik, mulut : kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa
bibir sedikit kering, bibir simetris kiri dan kanan, hidung : simetris kiri dan kanan, terdapat
pernafasan cuping hidung, telinga : tidak ada keluhan, leher : tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan paru-paru, inspeksi : tampak adanya retraksi dinding dada, dan penggunaan otot
bantu nafas, pada palpasi: terdapat pergerakan nafas dinding dada simetris kiri dan kanan, pada
perkusi : terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama (sonor), sedangkan pada
asukultasi : terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan jantung, inspeksi: iktus cordis tidak terlihat,
palpasi: iktus cordis teraba satu jari medial lateral midclavicula sinistra RICV, pada perkusi:
terdengar suara pekak, sedangkan pada asukultasi: terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi
jantung II reguler (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
tidak ditemukan keluhan Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada keluhan.
ILUSTRASI KASUS
•Data Psikologis : Pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya, pasien
mengatakan penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT, dan harus sabar dalam
menghadapinya serta dapat menerima keadaan yang dihadapinya sekarang.
•Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien
adalah rontgen thorax. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, tanggal 29
Mei 2017 adalah hemoglobin 10,0 g/dl (nilai normal P:14-18, W:12-16 g/dl), leukosit
7510 mm3 (nilai normal: 5000- 10.000 mm3 ), trombosit 206.000 (nilai normal 150-
400 ribu mm3 ), hematokrit 31,1 (nilai normal : P:40-48, W:38-48%).
•Terapi Pengobatan : Pasien mendapatkan terapi dari dokter seperti IVFD RL 20 tetes
per menit, injeksi cefriaxone 2x dalam sehari, ranitidin 2x dalam sehari,
ondansentron diberikan 3x dalam sehari, sedangkan obat oral yang diberikan seperti
ambroxol diminum 3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari, paracetamol,
neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari, Sucralfat sirup 3x dalam sehari
ILUSTRASI KASUS
ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM
Bersihanjalannafas
tidak efektif
Obstruksi /bendaasing dalam
JalanNafas
DO:
• terdapat penggunaanotot bantu nafasserta nafascuping hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengarbunyironchi
• TTV:tekanan darah: 130/80 mmHg,suhu: 36,9oC,nadi: 89x/menit,
pernafasan:26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum3xdalamsehari
• injeksicefriaxone2x dalamsehari
DS:
• pasien mengatakan sesaknafas,batuk berdahak, kadang terdapat
darah dalamsputum saatbatuk, pasien mengeluhdahaknya sulit
untuk dikeluarkan, nyeridada saatbatuk
• kebiasaan merokokdenganjumlahrokok yangdikosumsi 2 bungkus
perhari.
PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM
PolaNafastidak efektif Hambatan upaya nafas DO:
• terdapat penggunaanotot bantu nafasserta nafascuping hidung.TTV:
tekanandarah: 130/80 mmHg,suhu:36,9oC, nadi:89x/menit,pernafasan:
26x/menit
• terdengarperbandingan dinding dadakiri dankanan sama (sonor),
• paracetamol,neurodex1xdalam sehari,OAT4xdalam sehari,Sucralfat
sirup 3xdalamsehari
Ds:Ps mengatakan nyeridada saatbatuk, skala nyeri5
Konstipasi Ketidakcukupan diet Ds:pasien mengatakansudah 8hari tidak BAB,jarang menghabiskan
makanannya
Do: minum±5gelas/hari
PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM
DefisitPengetahuan
tentangtbc
Kurangterpapar informasi DO:Saat ditanya mengenaipenyakitTBParupasientampak bingung
dantidak bisa menjawabpertanyaan yangdiberikan.
GgPolaTidur Dispnea Ds:pasien mengatakan sedikit susah tidur dan seringterbangun
dimalamhari karenanyeripada dadanya.
DefisitNutrisi Peningkatan kebutuhan
metabolisme
Ds:Ps mengatakan badan terasa lemas,mual,dannafsumakan
tidak ada.
Do:
• hemoglobin10,0 g/dl ,hematokrit 31,1
• jarang menghabiskan makanannya
• ranitidin 2xdalam sehari,ondansentron diberikan3xdalam
sehari,curcuma3xdalam sehari
MASALAH
DAFTARMASALAH
1. Bersihanjalannafastidakefektif.
2. Polanafastidakefektif.
3. Konstipasi.
4. Defisitpengetahuantentangtbc.
5. Gangguan PolaTidur.
6. Defisitnutrisi
PRIORITASMASLAAH
1. BersihanJalanNafas.
2. Polanafastidakefektif
3. DefisitNutrisi
4. Konstipasi
5. GangguanPolaTidur
6. Defisitpengetahuantentangtbc
Diagnosa Keperawatan
BersihanjalannafastidakefektifberhubungandenganObstruksi/ bendaasingdalamJalanNafasditandaidengan
DO:
• terdapatpenggunaanotot bantu nafassertanafascupinghidung.
• tampakadanyaretraksidinding dada
• terdengar bunyironchi
• TTV:tekanandarah:130/80mmHg, suhu:36,9oC, nadi:89x/menit, pernafasan:26x/menit
• batukberdahak
• ambroxoldiminum3xdalamsehari
• injeksicefriaxone2xdalamsehari
DS:
• pasienmengatakansesaknafas,batukberdahak,kadangterdapatdarahdalamsputumsaatbatuk, pasienmengeluhdahaknyasulit
untukdikeluarkan,nyeridadasaatbatuk
• kebiasaanmerokokdenganjumlahrokok yangdikosumsi2bungkusperhari.
DEWAN PENGURUS PUSAT
PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA
STANDAR DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
INDONESIA
LINGKUP BAHASAN
Latar Belakang dan Landasan Hukum SDKI
Tujuan Standarisasi Diagnosis Proses
Penyusunan SDKI Penegakan Diagnosis
dengan SDKI
Penerapan SDKI
Undang
Undang
Kep.
No.
38
Tahun
2014
SAK
SKP
SK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
Standar Asuhan
Keperawatan
- Diagnosis
- Intervensi
- Luaran (outcome)
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
P
P
N
I
Standar
Profesi
UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS Pasal 13
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati
hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien
UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 1
Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional
UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 2
Standar profesi dan standar pelayanan profesi untuk masing-masing
jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh Organisasi profesi bidang
kesehatan dan disahkan oleh menteri.
LATARBELAKANG (Lanjutan …)
•UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pasal 28
•Praktik keperawatan harus didasarkan pada
kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan standar prosedur operasional.
•UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pasal 30
•Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat berwenang
untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
•Perawat merupakan
•‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
TUJUAN PENYUSUNANSDKI
Bagi Pelayanan Keperawatan
• Menjadi acuan penegakan diagnosis keperawatan
• Meningkatkan otonomi perawat
• Memudahkan komunikasi intraprofesional
• Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
• Mengukur beban kerja dan reward perawat
Bagi Penelitian
Keperawatan
• Memperluas area penelitian keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi fokus
penelitian
• Dapat dikembangkan penelitian:
• Penelitian epidemiologis
• Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas
• Penelitian eksprimental
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)
Bagi Pendidikan
Keperawatan
• Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran
pada pendidikan keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
konsep inti dalam praktik keperawatan yang
dapat menjadi fokus pembelajaran
• Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik
dan pendidik keperawatan dalam mempelajari
konsep-konsep dasar untuk dapat memahami
konsep inti.
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)
ASUHAN
KEPERAWATAN
Diag-
nosis
Pengka-
jian
Inter-
vensi
Implemen-
tasi
Evaluasi
Diagnosis Keperawatan
merupakan bagian vital dalam
menentukan asuhan
keperawatan yang sesuai untuk
membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal
Nursing Diagnosis
Terminologies
Nursing
Diagnosis
ICNP-DC
CCC
NANDA
HHCC
SNOMED
CT
ICF
ZEFP
Omaha
System
International Classification for Nursing
Practice – Diagnosis Classification
Clinical Care
Classification
North American
Nursing Diagnosis
Association
Home Health
Care
Classification
Systematized Nomenclature of
Medicine Clinical Terms
International
Classification of
Functioning, Disability
and Health
Nursing Diagnostic
System of the Centre for
Nursing Development
and Research
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Diagnosis
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi SDKI
SIKI
SLKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP
PPNI
3S
SDKI-SLKI-SIKI
Diagnosis
(SDKI)
Luaran
(SLKI)
Intervensi
(SIKI)
Tanda & Gejala
Faktor Risiko
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil
• Memuat 149 Diagnosis
Keperawatan yang
disusun dari berbagai sumber
rujukan berupa textbook, standar
diagnosis dari lembaga/Negara lain
dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah
ditelaah oleh para praktisi dan
akademisi keperawatan.
• Struktur Buku SDKI:
• Sambutan-sambutan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Ketentuan Umum
• Bab III Ketentuan Khusus
• Bab IV Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
• Proses Penyusunan SDKI
• Tim Penyusun dan Tim Kontributor
• Daftar Pustaka
BUKU SDKI
Diagnosis
Keperawatan
Negatif
Aktual
Risiko
Positif
Promosi
Kesehatan
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of
Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015)
JENIS DIAGNOSIS
Tanda/Gejala
Mayor dan Minor
Faktor Risiko
Tanda/Gejala
Mayor dan Minor
PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
Analisis Data
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data
Identifikasi
Masalah
• Masalah Aktual, Risiko, Promkes
Perumusan
Diagnosis
• Three part (Aktual)
• Two part (Risiko dan Promkes)
1
2
3
Diagnosis Keperawatan
Fisiologis
Respirasi
Sirkulasi
Nutrisi dan
Cairan
Eliminasi
Aktivitas dan
Istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
Seksualitas
Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas Ego
Pertumbuhan &
Perkembangan
Psikologis Perilaku
Kebersihan Diri
Penyuluhan &
Pembelajaran
Relasional
Interaksi Sosial
Lingkungan
Keamanan &
Proteksi
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013).
Data dikelompokkan berdasarkan kategori/subkategori
PROSES DIAGNOSTIK(LANJUTAN…)
PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…)
Analisis Data
Identifikasi
Masalah
Perumusan
Diagnosis
1
2
3
Pengkajian Diagnosis Medis
Indikator
Diagnostik
Penyebab
(Etiology)
Tanda/Gejala
(Sign/Symptom)
Faktor Risiko
(Risk Factor)
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDIKATOR
DIAGNOSTIK
Pada diagnosis aktual
Pada diagnosis aktual
dan promkes
Pada diagnosis risiko
1) Bio-fisio-psikologis
2) Efek terapi/Tindakan
3) Situasional
4) Maturasional
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDIKATOR DIAGNOSTIK
• Ditemukan sebanyak
80-100% untuk
validasi diagnosis
Mayor
• Tidak harus ditemukan
• Jika ditemukan dapat
mendukung penegakan
diagnosis
Minor
TANDA DAN GEJALA
Gangguan Pertukaran Gas
Penurunan Curah Jantung
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan
Deskriptor
Fokus Diagnosis
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
MASALAH / LABEL DIAGNOSIS
Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan
PERUMUSAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
• Diagnosis Promosi Kesehatan
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Penulisan Two Part
• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Nomor Kode
Label/Masalah
Tanda dan Gejala
Definisi
CONTOH
DIAGNOSIS
AKTUAL
Peyebab
Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d. spasme jalan napas
d.d. batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dispnea, gelisah
Nomor Kode
Label/Masalah
Kondisi Klinis Terkait
Definisi
CONTOH
DIAGNOSIS
RISIKO
Faktor Risiko
Risiko aspirasi dibuktikan dengan
tingkat kesadaran menurun
Nomor Kode
Label/Masalah
Tanda dan Gejala
Definisi
CONTOH
DIAGNOSIS PROMKES
Kesiapan peningkatan eliminasi urin
dibuktikan dengan pasien ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
Tim Pokja SDKI PPNI sangat
terbuka atas saran dan
masukan. Silakan dikirimkan
ke: dpp@ppni-inna.org
STANDAR INTERVENSI
KEPERAWATAN INDONESIA
LINGKUP BAHASAN
Latar Belakang dan Landasan Hukum SIKI
Standarisasi Intervensi Keperawatan
Komponen-Komponen SIKI
Tautan (Linkage) SDKI - SIKI Proses
Penyusunan SIKI
Undang
Undang
Kep.
No.
38
Tahun
2014
SAK
SKP
SK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
Standar Asuhan
Keperawatan
-Diagnosis
-Intervensi
-Luaran (outcome)
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
P
P
N
I
Standar
Profesi
PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Diagnosis
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi SDKI
SIKI
SLKI
STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
DPP PPNI
3S
SDKI-SLKI-SIKI
Diagnosis
(SDKI)
Luaran
(SLKI)
Intervensi
(SIKI)
Tanda & Gejala
Faktor Risiko
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil
MENGAPA PERLUDISTANDARISASI?
• Panduan penyusunan intervensi keperawatan
• Penyeragaman istilah / penyebutan intervensi keperawatan
• Perluasan (ekspansi) ilmu keperawatan
• Pengembangan sistem informasi
• Pembelajaran decision making bagi peserta didik keperawatan
• Penentuan biaya pelayanan kepada perawat
• Pengkomunikasian keperawatan intraprofesi dan interprofesi
kesehatan
KEUNGGULAN YANG HARUS DIMILIKI STANDAR
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Komprehensif
• Area generalis dan spesialis
• Fisiologis dan psikososial
• Kuratif, preventif dan promotif
• Individu, keluarga, komunitas
• Direct care dan indirect care
• Independent dan collaborative
• Berbasis riset
• Mudah digunakan (easy to use)
• Menggunakan istilah klinis yang jelas
• Dapat dikaitkan dengan diagnosis & outcome keperawatan
Intervensi
Direct
Indirect
Healthcare
-initiated
Nurse-
initiated
RENTANG
INTERVENSI
KEPERAWATAN
RENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN
(LANJUTAN)
•Direct care intervention
• Intervensi yang dilaksanakan dengan berinteraksi langsung
dengan pasien
• ‘Laying on of hands’
•Indirect care intervention
• Intervensi yang dilaksanakan tanpa berinteraksi langsung
dengan pasien namun dilaksanakan demi pasien
•Nurse-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh perawat untuk mengatasi
diagnosis keperawatan
•Healthprovider-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh tenaga kesehatan lain, namun
diberikan oleh perawat
Klasifikasi SIKI
TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
SISTEM KLASIFIKASI
• Klasifikasi atau taksonomi merupakan
pengelompokan berdasarkan hierarki dari yang
bersifat lebih umum/tinggi ke lebih khusus/rendah.
• SIKI diklasifikasikan sama dengan klasifikasi SDKI
• Kelompok klasifikasi (takson) SIKI terdiri atas:
• 5 KATEGORI
• 14 SUBKATEGORI
• 590 INTERVENSI KEPERAWATAN
SISTEM KLASIFIKASI
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Mengikuti klasifikasi diagnosis keperawatan
• International Classification of Nursing Practice –
Diagnosis Classification (Wake, 1994)
• Doenges& Moorhouse’s Diagnostic Division of
Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013)
Intervensi Keperawatan
Fisiologis
Respirasi
Sirkulasi
Nutrisi dan
Cairan
Eliminasi
Aktivitas dan
Istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
Seksualitas
Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas Ego
Pertumbuhan &
Perkembangan
Psikologis Perilaku
Kebersihan Diri
Penyuluhan &
Pembelajaran
Relasional
Interaksi Sosial
Lingkungan
Keamanan &
Proteksi
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013).
MENGAPA PERLUDIKLASIFIKASI?
1. Memudahkan penelusuran intervensi keperawatan
2. Memudahkan untuk memahami beraneka ragam intervensi
keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/atau
cabang disiplin ilmu.
3. Memudahkan pengkodean (coding) untuk penggunaan
berbasis komputer (computer-based)
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
5 KATEGORI
1. Fisiologis
•Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi
homeostatik
2.Psikologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses
mental dan perilaku.
3.Perilaku
• Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau
gaya hidup
4.Relasional
•Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal
atau interaksi sosial
5.Lingkungan
• Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguan kesehatan
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
14 SUBKATEGORI
1. Respirasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi
2. Sirkulasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah
3.Nutrisi dan Cairan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan
regulasi cairan/elektrolit
4.Eliminasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria
5.Aktivitas dan Istirahat
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi
serta istirahat/tidur
6.Neurosensori
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi otak dan saraf
7. Reproduksi dan Seksualitas
•Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
14 SUBKATEGORI (LANJUTAN)
8. Nyeri dan Kenyamanan
•Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan
9.Integritas Ego
• Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara
emosional
10.Pertumbuhan dan Perkembangan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan
11.Kebersihan Diri
• Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri
12.Penyuluhan dan Pembelajaran
• Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku
13.Interaksi Sosial
• Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antarindividu dan individu
dengan kelompok
14.Keamanan dan Proteksi
• Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan menurunkan risiko cedera
akibat ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
Komponen SIKI
TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
INTERVENSI DANTINDAKAN?
INTERVENSI KEPERAWATAN
•Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome)
TINDAKAN KEPERAWATAN
•Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi
KOMPONEN INTERVENSI KEPERAWATAN
Label
•Nama dari intervensi yang merupakan kata kunci
untuk memperoleh informasi tentang intervensi
tersebut
Definisi
•Makna dari label intervensi berupa perilaku yang
dilakukan oleh perawat
Tindakan
•Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
Label Intervensi
Definisi Intervensi
Tindakan (Activity)
Referensi
Tautan (Linkage)
SDKI-SIKI
TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
TAUTAN (LINKAGE)
• Tautan (linkage) merupakan suatu hubungan antara dua
elemen/konsep, yakni SDKI dan SIKI
• Membantu menentukan intervensi keperawatan setelah
menegakkan diagnosis keperawatan
• Tautan ini bukan untuk menggantikan clinical
judgement perawat
• Pemilihan intervensi keperawatan tetap didasarkan pada
clinical judgement dengan mempertimbangkan
kekhasan kondisi pasien, keluarga, kelompok atau
komunitas
KARAKTERISTIKTAUTAN
• Bersifat komprehensif, satu diagnosis keperawatan
bertaut dengan multi-intervensi.
• Tidak bersifat preskriptif, namun lebih bersifat
rekomendasi
• Tautan ini memberikan gambaran tentang kemungkinan-
kemungkinan intervensi yang dapat dijalankan untuk
mengatasi diagnosis keperawatan.
• Memiliki tingkatan (level) yang berbeda dalam mengatasi
suatu diagnosis, intervensi utama dan intervensi
penunjang
• Tautan dapat dilakukan 3 hal (addition, deletation,
modification) berdasarkan kondisi pasien
LEVEL INTERVENSI
1
• Level Satu
• Intervensi Utama
2
• Level Dua
• Intervensi Pendukung
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 1 (Intervensi
Utama)
• Merupakan intervensi prioritas (the intervention of
choice) karena bersifat resolutif
• Memiliki kesesuaian terbaik dengan
diagnosis/etiologi diagnosis keperawatan
• Memiliki banyak tindakan2 yang dapat mengatasi
masalah
• Dapat digunakan pada berbagai setting
• Efektivitas intervensi banyak diungkapkan dalam
riset/referensi/praktik klinis
LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 2 (Intervensi
Pendukung)
• Bukan merupakan intervensi prioritas
• Tidak bersifat resolutif namun dapat menunjang
resolusi masalah
• Hanya dapat mengatasi etiologi diagnosis tertentu
saja
• Hanya dapat digunakan pada setting tertentu saja
• Efektivitas intervensi tidak/belum banyak
diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
• Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi pasien merupakan
bagian dari clinical judgement perawat.
• Aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan intervensi:
1.Karakteristik diagnosis keperawatan
2.Kriteria hasil pasien yang diharapkan
3.Kemampulaksanaan intervensi
4.Kemampuan perawat
5.Penerimaan pasien
6.Penelitian yang mendasari intervensi tersebut
7.Kewenangan klinis (Clinical priviledge)
PERTIMBANGA
N PEMILIHAN
INTERVENSI
PERTIMBANGAN PEMILIHAN INTERVENSI
CONTOHTAUTANSDKI- SIKI
KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SIKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SIKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
TERIMA KASIH
Aplikasi Proses Keperawatan
dan Sistem Pendokumentasian
3S (SDKI – SLKI - SIKI)
Pendahuluan
Tujuan Penerapan 3 S (SIKI, SLKI, SIKI)
Proses Keperawatan
Proses Penerapan SDKI-SLKI-SIKI
•2016 (Keluar Buku SDKI), dimana SLKI dan SIKI
belum ada
Di lakukan di salah
satu RS Swasta
International
Lanjutan

SIKI (Tahun 2018)
Buku Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI)
Definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 2.
cetakan 1thn 2018. cetakan 2 thn 2019. persatuan
perawat nasional indonesia
ContohTautanSDKI-SIKI
Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Intervensi
Penerapan SDKI-SLKI-SIKI (Lengkap
tahun 2018)
Dirujuk Menggunakan Hospitals
Informasi Sistem (HIS)SLKI
Untuk
menentukan nilai
harus mengetahui
Patofisologi dulu,
tentukan angka
nilai kapan
dikatakan 1,
2,3,4,5
SLKI
Keriteria Hasil
1 2 3 4 5
Tekanan Darah
Ejection Fraction
Nadi Perifer meningkat
Keriteria Hasil 1 2 3 4 5
1 Palpitasi
2 Lelah menurun
3 Dispnea
4 PND menurun
5 Batuk menurun
6 Nadi normal
7 Cappillary refil
time
8 Distensi vena
jugularis
membaik
9 Oliguria menurun
10 Warna kulit
normal
Keterangan:
1. Tidak Pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
(Sesuai dengan rentang yang
diharapkan)
ContohTracerJCI/KARS untuk SLKI
NOC SLKI OPERASIONAL
Pain Level
Pain Control
Comport Level
Keriteria Hasil:
1.Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan non
farmakologi, mencari
bantuan)
2.Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan managemen
nyeri
3.Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, ,
frekwensi, dan tanda nyeri
4.Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil:
……………………
Menurun (1)
Cukup menurun (2)
Sedang menurun (3)
Cukup meningkat (4)
Meningkat (5)
Meningkat (1)
Cukup Meningkat (2)
Sedang (3)
Cukup menurun (4)
Menurun (5)
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan
selama……………………………..x24 jam,
Nyeri menurun/berkurang/hilang
Keriteria hasil:
1. Nyeri Berkurang/ hilang
Hari 1 Skala nyeri :………………..
Hari 2 Skala nyeri :………………. Hari
3 Skala nyeri :……………….
Hari…..Skala nyeri :………………..
2. Pasien tenang dan dapat
istirahat
3. Ekspresi wajah tidak tegang
4. Tanda-tanda vital dalam batas
normal
TD:……………………………….mmHg
HR:……………………….....X/menit
RR:…………………………….X/menit
5. Pasien dapat mendemonstrasikan
Teknik relaksasi
6………………………………………….
Masukan
ke Tim
POKJA
TERIMA KASIH
TETAP SEMANGAT

More Related Content

What's hot

Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasAmalia Senja
 
Pembuatan keputusan etik
Pembuatan keputusan etikPembuatan keputusan etik
Pembuatan keputusan etikCahya
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanHiiendry Pangestu
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahRumandani Choirunisa
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanUwes Chaeruman
 
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwaHenriantoKarolusSire
 
konsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptkonsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptSriTursina
 
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiWidiastutiwiwi
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianDidik Nurkantoro
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitasKANDA IZUL
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikFaris Andrianto
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifdhewychabi
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaNotesyaAAmanupunnyo
 

What's hot (20)

Konsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitasKonsep dasar keperawatan komunitas
Konsep dasar keperawatan komunitas
 
Pembuatan keputusan etik
Pembuatan keputusan etikPembuatan keputusan etik
Pembuatan keputusan etik
 
K3 Keperawatan
K3 KeperawatanK3 Keperawatan
K3 Keperawatan
 
Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)Eliminasi alvi (bab)
Eliminasi alvi (bab)
 
Prinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatanPrinsip prinsip etika keperawatan
Prinsip prinsip etika keperawatan
 
Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri Laporan pendahuluan nyeri
Laporan pendahuluan nyeri
 
Form askep JIWA
Form askep JIWAForm askep JIWA
Form askep JIWA
 
Huknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendahHuknah tinggi & rendah
Huknah tinggi & rendah
 
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalahDilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
Dilema etik keperawatan & model pemecahan masalah
 
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan KeperawatanPerencanaan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
 
Konsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmbKonsep dan-perspektif-kmb
Konsep dan-perspektif-kmb
 
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa
4. ppt pembahasan soal ukni keperawatan jiwa
 
konsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.pptkonsep dan prinsip patient safety.ppt
konsep dan prinsip patient safety.ppt
 
Konsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan AdaptasiKonsep Stress dan Adaptasi
Konsep Stress dan Adaptasi
 
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutikMateri buku panduan komunikasi terapeutik
Materi buku panduan komunikasi terapeutik
 
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematianMakalah kehilangan, berduka dan kematian
Makalah kehilangan, berduka dan kematian
 
Konsep seksualitas
Konsep seksualitasKonsep seksualitas
Konsep seksualitas
 
Konsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontikKonsep dasar keperawatan gerontik
Konsep dasar keperawatan gerontik
 
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventifUpaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
Upaya promkes dalam pelayanan kebidanan promotif, preventif
 
Model konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwaModel konseptual dalam kep. jiwa
Model konseptual dalam kep. jiwa
 

Similar to BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN- TATAP MUKA I.ppt

Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptx
Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptxMateri 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptx
Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptxLaArid1
 
tugas husna-1.pdf
tugas husna-1.pdftugas husna-1.pdf
tugas husna-1.pdfYuraKoenigs
 
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptberpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptNopianGustariNN
 
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi KeperawatanBerpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi KeperawatanBerpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatanpjj_kemenkes
 
Konsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritisKonsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritisYesi Tika
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisGoogle
 
Berpikir Kritis atau Critical Thinking
Berpikir  Kritis  atau Critical ThinkingBerpikir  Kritis  atau Critical Thinking
Berpikir Kritis atau Critical ThinkingHariSupriyadi3
 
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasa
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasabepikir kritis dalam proses keperawatan dewasa
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasaDidikSusetiyanto
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANzenyusup
 
Berpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxBerpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxrezkygamerz
 
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdf
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdfmateri LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdf
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdfjanuarashari
 
Berfikir Kritis.ppt
Berfikir Kritis.pptBerfikir Kritis.ppt
Berfikir Kritis.pptRafliYunus
 
berfikir-kritis-dlm-keperawatan
berfikir-kritis-dlm-keperawatanberfikir-kritis-dlm-keperawatan
berfikir-kritis-dlm-keperawatanbonny1923
 

Similar to BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN- TATAP MUKA I.ppt (20)

Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_iBerfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
Berfikir kritis dalam_keperawatan_bab_i
 
Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptx
Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptxMateri 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptx
Materi 1 Proses Berpikir Kritis (1).pptx
 
tugas husna-1.pdf
tugas husna-1.pdftugas husna-1.pdf
tugas husna-1.pdf
 
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptberpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
 
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi KeperawatanBerpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
 
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi KeperawatanBerpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
Berpikir Kritis,Trend dan Perubahan yang Mempengaruhi Dokumentasi Keperawatan
 
Konsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritisKonsep berfikir kritis
Konsep berfikir kritis
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
Berpikir Kritis atau Critical Thinking
Berpikir  Kritis  atau Critical ThinkingBerpikir  Kritis  atau Critical Thinking
Berpikir Kritis atau Critical Thinking
 
Berfikir Kritis
Berfikir KritisBerfikir Kritis
Berfikir Kritis
 
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasa
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasabepikir kritis dalam proses keperawatan dewasa
bepikir kritis dalam proses keperawatan dewasa
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
 
Berpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxBerpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptx
 
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdf
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdfmateri LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdf
materi LDKS SMKN 1 Ciomas 2022 - Berfikir Kritis.pdf
 
Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3Modul 2 kb 3
Modul 2 kb 3
 
Berfikir kritis
 Berfikir kritis Berfikir kritis
Berfikir kritis
 
Berfikir Kritis.ppt
Berfikir Kritis.pptBerfikir Kritis.ppt
Berfikir Kritis.ppt
 
berfikir-kritis-dlm-keperawatan
berfikir-kritis-dlm-keperawatanberfikir-kritis-dlm-keperawatan
berfikir-kritis-dlm-keperawatan
 
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
 
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
Berfikir kritis juliana AKPER PEMKAB MUNA
 

More from TYASLARASATI

MANAJEMEN MUTU TM 1.ppt
MANAJEMEN MUTU TM 1.pptMANAJEMEN MUTU TM 1.ppt
MANAJEMEN MUTU TM 1.pptTYASLARASATI
 
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.ppt
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.pptKERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.ppt
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.pptTYASLARASATI
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptTYASLARASATI
 
Konsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.pptKonsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.pptTYASLARASATI
 
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.ppt
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.pptKONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.ppt
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.pptTYASLARASATI
 
Infeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.pptInfeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.pptTYASLARASATI
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.ppt
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.pptFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.ppt
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.pptTYASLARASATI
 
ATRAUMATIC CARE.ppt
ATRAUMATIC CARE.pptATRAUMATIC CARE.ppt
ATRAUMATIC CARE.pptTYASLARASATI
 
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptx
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptxTM 2 KONSEP TUMBANG.pptx
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptxTYASLARASATI
 
KONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.pptKONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.pptTYASLARASATI
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptTYASLARASATI
 
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdf
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdfKEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdf
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdfTYASLARASATI
 
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdf
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdfSERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdf
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdfTYASLARASATI
 
KEPRIBADIAN TM 1.pdf
KEPRIBADIAN TM 1.pdfKEPRIBADIAN TM 1.pdf
KEPRIBADIAN TM 1.pdfTYASLARASATI
 
Menghitung_Intake_Output.ppt
Menghitung_Intake_Output.pptMenghitung_Intake_Output.ppt
Menghitung_Intake_Output.pptTYASLARASATI
 
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.ppt
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.pptPROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.ppt
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.pptTYASLARASATI
 
KONSEP DIRI TM 2.pdf
KONSEP DIRI TM 2.pdfKONSEP DIRI TM 2.pdf
KONSEP DIRI TM 2.pdfTYASLARASATI
 
PENDEKATAN SISTEM.ppt
PENDEKATAN SISTEM.pptPENDEKATAN SISTEM.ppt
PENDEKATAN SISTEM.pptTYASLARASATI
 
TERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.pptTERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.pptTYASLARASATI
 

More from TYASLARASATI (20)

MANAJEMEN MUTU TM 1.ppt
MANAJEMEN MUTU TM 1.pptMANAJEMEN MUTU TM 1.ppt
MANAJEMEN MUTU TM 1.ppt
 
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.ppt
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.pptKERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.ppt
KERANGKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH.ppt
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
 
Konsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.pptKonsep pasien savety TM 1.ppt
Konsep pasien savety TM 1.ppt
 
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.ppt
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.pptKONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.ppt
KONSEP KOMUNIKASI PADA ANAK.ppt
 
Infeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.pptInfeksi_Nosokomial.ppt
Infeksi_Nosokomial.ppt
 
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.ppt
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.pptFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.ppt
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MUTU PELAYANAN KESEHATAN-TM 5B.ppt
 
ATRAUMATIC CARE.ppt
ATRAUMATIC CARE.pptATRAUMATIC CARE.ppt
ATRAUMATIC CARE.ppt
 
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptx
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptxTM 2 KONSEP TUMBANG.pptx
TM 2 KONSEP TUMBANG.pptx
 
KONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.pptKONSEP IMUNISASI.ppt
KONSEP IMUNISASI.ppt
 
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.pptKONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
KONSEP DASAR PENELITIAN.ppt
 
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdf
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdfKEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdf
KEPEMIMPINAN DALAM KEPERAWATAN -.pdf
 
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdf
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdfSERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdf
SERVICE EXELLENCE TM 11-12.pdf
 
KEPRIBADIAN TM 1.pdf
KEPRIBADIAN TM 1.pdfKEPRIBADIAN TM 1.pdf
KEPRIBADIAN TM 1.pdf
 
MINDSET TM 3.pdf
MINDSET TM 3.pdfMINDSET TM 3.pdf
MINDSET TM 3.pdf
 
Menghitung_Intake_Output.ppt
Menghitung_Intake_Output.pptMenghitung_Intake_Output.ppt
Menghitung_Intake_Output.ppt
 
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.ppt
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.pptPROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.ppt
PROSEDUR PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN ELEKTROLIT.ppt
 
KONSEP DIRI TM 2.pdf
KONSEP DIRI TM 2.pdfKONSEP DIRI TM 2.pdf
KONSEP DIRI TM 2.pdf
 
PENDEKATAN SISTEM.ppt
PENDEKATAN SISTEM.pptPENDEKATAN SISTEM.ppt
PENDEKATAN SISTEM.ppt
 
TERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.pptTERAPI OKSIGEN.ppt
TERAPI OKSIGEN.ppt
 

Recently uploaded

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxMelisaBSelawati
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfMeboix
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanDevonneDillaElFachri
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptAcephasan2
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfhurufd86
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiNezaPurna
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdfMeboix
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptxgizifik
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxagussudarmanto9
 

Recently uploaded (20)

Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptxDiagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
Diagnosis ILTB terapi dan monitoring TPT Fix.pptx
 
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdfPEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
PEDOMAN PROTOTYPE PUSKESMAS_KEMENKES ALL by zb NERMI.pdf
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatanWebinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
Webinar MPASI-Kemenkes kementerian kesehatan
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdfPPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
PPT_ AYU SASKARANI (proposal) fix fix.pdf
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
2. Kebijakan ILP di Posyandu-1234567.pdf
 
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
1. Penilaian Konsumsi Pangan dan Masalah Gizi.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptxpenyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
penyakit jantung koroner pada Prolanis.pptx
 

BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN- TATAP MUKA I.ppt

  • 1. BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep. 1 METODELOGI KEPERAWATAN -TATAP MUKA - I
  • 2. PENDAHULUAN • Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. 2
  • 3. DEFINISI • Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). • Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995) • Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994). • Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. 3
  • 4. • Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut. • mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly & Obermann, 2002) 4
  • 5. KOMPONEN BERPIKIR KRITIS •Dasar pengetahuan khusus Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah 5
  • 7. Pengalaman Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman. • Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah mengambil semua yang dialami klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras, dan merangsang pikiran inovatif. 7
  • 9. kompetensi Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Tiga tipe kompetensi : Berpikir kritis umum Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan 9
  • 11. Sikap Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas. 11
  • 12. BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN • Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien. • Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994) 12
  • 13. •perawat mampu belajar dan untuk secara positif mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan profesi keperawatan. 13
  • 14. TAHAP BERPIKIR KRITIS • Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking) • Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of • knowledge) • Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem) • Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource) • Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision) 14
  • 15. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS • Kondisi fisik • Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis. Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat. 15
  • 16. •Keyakinan diri/motivasi •Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya. 16
  • 17. • Kecemasan • Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang. • Kebiasaan dan rutinitas • Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru. 17
  • 18. • Perkembangan intelektual • Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus. • Konsistensi • Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun. 18
  • 19. • Perasaan • Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan. • Pengalaman • Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula menjadi seorang ahli. 19
  • 21. PENDAHULUAN • Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri, perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu, integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi. 21
  • 22. DEFINISI • Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005). • Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995) • Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi (Chaffee, 1994). • Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. 22
  • 23. • Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut. • mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly & Obermann, 2002) 23
  • 24. KOMPONEN BERPIKIR KRITIS • Dasar pengetahuan khusus Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan. 24
  • 26. Pengalaman Pengalaman klinis memberikan suatu sarana laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Benner (1984) menuliskan bahwa perawat yang ahli memahami konteks dari situasi klinis, mengenali isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan. Tingkat kompetensi ini datang dari pengalaman. • Pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik keperawatan yang baru adalah mengambil semua yang dialami klien. Menggunakan salah satunya sebagai batu loncatan untuk membangun dan mendapatkan pengetahuan baru, membuat perbandingan dan kontras, dan merangsang pikiran inovatif. 26
  • 28. kompetensi Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan. Tiga tipe kompetensi : Berpikir kritis umum Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan 28
  • 30. Sikap Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah: tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko, kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas. 30
  • 31. BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN • Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien. • Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994) 31
  • 32. • perawat mampu belajar dan untuk secara positif mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan profesi keperawatan. 32
  • 33. TAHAP BERPIKIR KRITIS • Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking) • Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of • knowledge) • Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem) • Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource) • Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision) 33
  • 34. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS • Kondisi fisik • Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis. Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat. 34
  • 35. • Keyakinan diri/motivasi • Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya. 35
  • 36. • Kecemasan • Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis seseorang. • Kebiasaan dan rutinitas • Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru. 36
  • 37. • Perkembangan intelektual • Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik terhadap stimulus. • Konsistensi • Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun. 37
  • 38. • Perasaan • Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan. • Pengalaman • Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula menjadi seorang ahli. 38
  • 39. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep. 39
  • 40. Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat menjelaskan Konsep proses keperawatan: Pengertian proses keperawatan Tahapan proses keperawatan Manfaat proses keperawatan Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah keperawatan Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah 40
  • 41. Pendahuluan Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral pelayanan kesehatan Kontak 24 jam dengan pasien Kualitas asuhan keperawatan dinilai dari dokumentasi yang ditulis Kepuasan pasien tergantung dari asuhan keperawatan yang diberikan 41
  • 42. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN • Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic, berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. 42
  • 43. • Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. • Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN 43
  • 46. asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat kesehatan yang optimal. 46
  • 47. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN • Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. • Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien. • Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang kesehatan. 47
  • 48. TUJUAN ASKEP ; Umum • Membantu individu agar dapat mandiri • Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan • Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara kesehatan secara optimal • Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam memeliharan kesehatan • Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan Kualitas 48
  • 49. • Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya klien. • Dapat menentukan diagnosa keperawatan. • Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi diagnosa keperawatan. • Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana. • Diketahuinya perkembangan klien. • Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan. TUJUAN ASKEP ; khusus 49
  • 50. Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-data yang tepat dan akurat. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT 50
  • 51. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja. 51
  • 52. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja. 52
  • 53. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan profesionalisme Anda sendiri khususnya dan keperawatan pada umumnya. Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan memudahkan bagi staf Anda dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 53
  • 54. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima. 54
  • 55. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas dimana Anda bekerja. 55
  • 56. Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda diberikan. Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 56
  • 57. Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda harus mampu membina hubungan saling percaya dengan klien. 57
  • 58. Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh. Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep keilmuan dan profesionalisme anda sebagai seorang perawat. Penanganan MasalahTerencana 58
  • 59. Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai dalam batasan waktu tertentu. 59
  • 60. Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah- pisahkan. 60
  • 61. Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli. 61
  • 62. Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik bagi Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru. 62
  • 63. TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN Di Dokumentasikan 63
  • 64. Gambaran yang akurat, apa yang terjadi & kapan (CRNBC, 2012)Bentuk profesionalisme, tanggung jawab & tanggung gugat 64
  • 65. Komunikasi dan keberlanjutan proses perawatan Pendidikan/edukasi Meningkatkan pelayanan keperawatan yang baikRisetStandar legal praktikTagihan keuangan(CRNBC, 2012; Delaune & Ladner, 2011; Potter & Perry, 2010; CARNA, 2006; Tornvall, Wahren, Wilhelmsson, 2007) Tujuan Dokumentasi 65
  • 66. Rykkje (2009)alat untuk mengukur indikator kualitas asuhan keperawatan atau menilai bentuk asuhan keperawatanWang, Hailey danYu (2011)jaminan kualitas, legalitas, rencana kesehatan, dan juga untuk keperluan risetHafernick (2007)keberlanjutan proses perawatanFarrell (2007)bukti legal bagi perawat dalam menjalankan profesinya PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN 66
  • 67. Penulisan pendokumentasian keperawatan memerlukan bahasa dan istilah yang terstandarisasiAprisunadi, 2011Rutherford, 2008 implementasi NANDA, NIC dan NOC (NNN) meningkatkan kualitas pendokumentasian asuhan keperawatanMuller-Staub, Needham, Odenbreit, Lavin dan Achterberg (2007)Pereira (2005)bahwa informasi berperan dalam menjaga keberlangsungan proses perawatanDokumentasi dibuat sesuai standar, efektif, benar, continuity of care sehingga dapat memberikan informasi yang benar (Hafernick, 2007) Hasil riset dokumentasi keperawatan 67
  • 68. pendokumentasian asuhan keperawatan yang buruk akan berpotensial menimbulkan efek negatif pada perawatan pasien, pertanggungjawaban profesional dan organisasi (Blair dan Smith, 2012) Ketidaklengkapan dokumentasi keperawatanPengembangan sistem informasi yang berkualitas sangat diperlukan dalam menunjang dan mendukung praktik keperawatan professional (PAHO, 2001) Ketidaklengkapan Dokumentasi 68
  • 69. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN Rahaju Ningtyas, SKp.,M.Kep. 69
  • 70. Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat menjelaskan Konsep proses keperawatan: Pengertian proses keperawatan Tahapan proses keperawatan Manfaat proses keperawatan Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah keperawatan Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah 70
  • 71. Pendahuluan Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral pelayanan kesehatan Kontak 24 jam dengan pasien Kualitas asuhan keperawatan dinilai dari dokumentasi yang ditulis Kepuasan pasien tergantung dari asuhan keperawatan yang diberikan 71
  • 72. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN • Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic, berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi klien. 72
  • 73. • Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan pelayanan kesehatan. • Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN 73
  • 76. asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat kesehatan yang optimal. 76
  • 77. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN • Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan. • Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan efisien. • Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang kesehatan. 77
  • 78. TUJUAN ASKEP ; Umum • Membantu individu agar dapat mandiri • Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan • Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara kesehatan secara optimal • Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam memeliharan kesehatan • Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Peningkatan Kualitas 78
  • 79. • Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya klien. • Dapat menentukan diagnosa keperawatan. • Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi diagnosa keperawatan. • Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana. • Diketahuinya perkembangan klien. • Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan. TUJUAN ASKEP ; khusus 79
  • 80. Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data- data yang tepat dan akurat. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT 80
  • 81. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja. 81
  • 82. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja. 82
  • 83. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan profesionalisme Anda sendiri khususnya dan keperawatan pada umumnya. Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan memudahkan bagi staf Anda dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 83
  • 84. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang berkesinambungan. Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima. 84
  • 85. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas pelayanan Kesehatan dimanaAnda bekerja. 85
  • 86. Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda diberikan. Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 86
  • 87. Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda harus mampu membina hubungan saling percaya dengan klien. 87
  • 88. Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh. Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep keilmuan dan profesionalisme anda sebagai seorang perawat. Penanganan MasalahTerencana 88
  • 89. Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai dalam batasan waktu tertentu. 89
  • 90. Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah- pisahkan. 90
  • 91. Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli. 91
  • 92. Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik bagi Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru. 92
  • 93. TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN Di Dokumentasikan 93
  • 96. TahapPengkajian Keperawatan Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg bertujuan untuk mengumpulkan informasi/ data ttng klien, agar dpt mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien. Baik fisik, mental, sosial, dan lingkungan. Tahap ini mencakup tiga kegiatan yaitu: Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Penentuan Masalah
  • 97. Macam Macam Data Keperawatan •Data dasar adalah seluruh informasi tentang status kesehatan klien, data dasar ini meliputi data umum, data demografi, riwayat keperawatan, pola fungsi kesehatan dan pemeriksaan. •Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang menyimpang dari keadaan normal . Data focus dapat berupa ungkapan klien maupun hasil pemeriksaan langsung Anda sebagai seorang perawat . 97
  • 98. 1. Pengumpulan D ata Tujuan: diperoleh data & informasi mengenai masalah kesehatan yg ada pd klien sehingga dpt ditentukan tindakan yg hrs diambil utk mengatasi masalah tsb yg menyangkut masalah fisik, mental, sosial, & spiritual serta faktor lingkungan yg mempengaruhinya. Data tsb harus akurat dan mudah dianalisis. Data Subjektif: data ungkapan /keluhan klien secara langsung maupun tidak langsung. Data Objektif: data yg diperoleh secara langsung melalui observasi & pemeriksaan pd klien. Jenis Data Keperawatan
  • 99. Sumber Data Keperawatan Sumber data Primer: data yg dikumpulkan dari klien, yg dpt memberikan informasi yg lengkap tentang masalah kesehatan & keperawatan yg dihadapi klien. Sumber data Sekunder: data yg dikumpulkan dari orang terdekat klien (keluarga), orangtua, saudara / pihak lain yg dekat dg klien. Sumber data lainnya: rekam medis klien yg merupakan riwayat penyakit klien dan perawatan klien di masa lalu.
  • 100. Teknik Pengumulan Data Keperawatan 1. Anamenesis/ Wawancara Kegiatan tanya-jawab yg berhubungan dg masalah yg dihadapi klien. 2. Pemeriksaan Fisik Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultas i
  • 101. Teknik Pengumpulan Data Keperawatan •Anamnesis adalah suatu proses tanya jawab atau komunikasi untuk mengajak klien & keluarga bertukar fikiran & perasaan, mencakup keterampilan secara verbal & non verbal,empati & rasa kepedulian yg tinggi. 101
  • 102. Unsur- unsur penting yang harus dicermati dalam mendengar secara aktif 1) Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan fikiran 2) Mengurangi hambatanhambatan 3) Posisi duduk Anda yg sesuai 4) Menghindari interupsi 5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien 6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien 102
  • 103. Tujuan komunikasi pengkajian data keperawatan 1) Mendapatkan informasi yang Anda perlukan dalam mengidentifikasi & merencanakan tindakan keperawatan 2) Meningkatkan hubungan Anda dengan klien dalam komunikasi 3) Membantu klien memperoleh informasi & berpartisipasi dalam identifikasi masalah & tujuan 4) Membantu Anda untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996). 103
  • 104. •Tahap kedua pada pengumpulan data yang Anda lakukan adalah Observasi, •yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien. 104 Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
  • 105. OBSERVASI •Inspeksi, yaitu: teknik yang dapat Anda lakukan dengan proses observasi yang dilaksanakan secara sistematik. 105
  • 106. •Palpasi, •yaitu: suatu teknik yang dapat Anda lakukan dengan menggunakan indera peraba. 106 OBSERVASI
  • 107. •Perkusi, adalah: pemeriksaan yang dapat Anda lakukan dengan mengetuk, dengan tujuan untuk membandingkan kirikanan pada setiap daerah permukaan tubuh dengan menghasilkan suara. •Perkusi bertujuan untuk: mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk & konsistensi jaringan. Contoh suara-suara yg dihasilkan: Sonor, Redup, Pekak, Hipersonor/timpani. 107 OBSERVASI
  • 108. •Auskultasi, merupakan pemeriksaan yang dapat Anda lakukan dengan mendengarkan suara yg dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. 108 OBSERVASI
  • 109. 2. Analisis Data Merupakan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan penalaran. Diperlukan kemampuan mengaitkan data & menghubungkan data g konsep, teori dan prinsip yg relevan untuk membuat kesimpulan dlm menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien. 3. Penentuan Masalah Daftar masalah yg ditemukan kemudian di prioritaskan. Karena tidak mungkin semua masalah diatasi sekaligus jadi harus diputuskan masalah mana yg dpt diatasi terlebih dahulu. Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow mjd rujukan perawat. Kebutuhan utama adl kebutuhan fisiologis, psikososial ( rasa aman-nyaman), cinta- memiliki, harga diri, dan aktualisasi diri.
  • 110. TUGAS KELOMPOK 3 • Anda seorang perawat yang telah selesai melaksanakan proses pengkajian dan akan segera melaksanakan proses penentuan diagnosa keperawatan. • Bahaslah dalam kelompok anda terakait hal tersebut diatas. • Bahaslah dengan memperhatikan aspek 5W1H.
  • 111. T E R I MA K A S I H
  • 112. PENGKAJIAN PADA PASIEN GG KEBUTUHAN OKSIGENASI RAHAJU NINGTYAS, SKp.,M.Kep.
  • 113. Pengkajian pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen • Riwayat perawatan • pemeriksaan fisik • pemeriksaan penunjang.
  • 114. RIWAYAT PERAWATAN • Keletihan (Fatigue) : Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk menilai keletihan dengan skala 1 – 10. • Dispnea : Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas, yaitu pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan, penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, napas pendek • Batuk : Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi batuk, Sputum (jenis, jumlah, mengandung darah/hemoptisis. • Mengi/wheezing : Wheezing ditandai dengan bunyi tinggi akibat Gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit. Wheezing dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
  • 115. •Nyeri:Nyeridadaperludievaluasidenganmemperhatikanlokasi,durasi,radiasi,dan frekuensi nyeri.Nyeridapattimbulsetelah latihanfisik, raumaiga,danrangkaianbatukyang berlangsunglama. •Pemaparangeografi atauLingkungan:Pemaparanlingkungandidapatdariasaprokok(pasif/aktif),karbon monooksida(asapperapian/cerobong)danrandon(radioaktif).Riwayatpekerjaanberhubungandenganasbestosis, batubara,seratkapasatauinhalasikimia. •Infeksi Pernapasan:Riwayatkeperawatanberisitentangfrekuensi dandurasiinfeksi saluranpernapasan. •FaktorResiko :Riwayatkeluargadengantbc,caparu,penyakitcardiovascularmerupakanfactorresiko bagiklien. •Obat-obatan Komponen inimencakupobatyangdiresepkan,obatyangdibelisecarabebas,danobatyangtidak legal.Obattersebutmungkinmemilikiefekyangmerugikanakibatkerjaobatitusendiriatau karenainteraksidenganobatlain.Obatinimungkinmempunyaiefekracundandapatmerusak fungsikardiopulmoner. RIWAYAT PERAWATAN
  • 116. PEMERIKSAAN FISIK • Inspeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa (pucat, sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernapasan, dan gerakan dinding dada. • Palpasi : Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan, taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer (takhikardia), suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler. • Perkusi : Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima nada perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani. • Auskultasi : Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi, radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan terdengar jika paru mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
  • 117. PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK • Pemeriksaan Fungsi Paru : Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer. Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual fungsional(FRC), kapasitasvital(VC), kapasitasparutotal(TLC). • KecepatanAliran EkspirasiPuncak(PeakExpiratoryFlowRate/PEFR) : PEFR adalahtitikaliran tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya perubahanukuranjalannapasmenjadibesar. • Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi oksihemoglobin(SaO2), pH,HCO3-. • Oksimetri : Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu persentasehemoglobinyangdisaturasioksigen. • Hitung Darah Lengkap : Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi hemoglobin,hematokrit,leukosit,eritrosit,danperbedaanseldarahmerahdanseldarahputih.
  • 118. • PemeriksaanSinar XDada:Sinar Xdadauntukmengobservasilapangparuuntukmendeteksiadanyacairan(pneumonia),massa (kankerparu),fraktur(klavikuladancostae),prosesabnormal(TBC). • Bronkoskopi Bronkoskopi dilakukanuntukmemperolehsampelbiopsidancairanatausampelsputumdanuntukmengangkatplak lendirataubendaasingyangmenghambatjalannapas. • CtScan: CTscanndapatmengidentifikasimassaabnormalmelaluiukurandanlokasi,tetapitidakdapatmengidentifikasitipejaringan. • KulturTenggorok : Kulturtenggorok menentukanadanyamikroorganismepatogenik, dansensitivitas terhadapantibiotik. • SpecimenSputum: Spesimensputumdiambiluntukmengidentifikasitipeorganismeyangberkembangdalamsputum,resistensi,dan sensitivitasterhadapobat. • SkinTest:Pemeriksaankulituntukmenentukanadanyabakteri,jamur,penyakitparuviral,dantuberkulosis. • Torasentesis:Torasentesismerupakanperforasibedahdinding dadadanruangpleuradenganjarumuntukmengaspirasicairanuntuk tujuandiagnostik atautujuanterapeutikatauuntukmengangkatspesimenuntukbiopsi. PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
  • 119. ILUSTRASI KASUS •Identitas :Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08. •Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama :Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27WIB, dengan keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan kadang-kadang juga disertai dengan bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti ditusuktusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada. •Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00 WIB, pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum saat batuk, pasien mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk, terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung.TTV: tekanan darah: 130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya mengenai penyakitTB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan.
  • 120. •Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien mengatakan ia mempunyai kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun sampai sekarang dengan jumlah rokok yang dikosumsi 2 bungkus perhari. •Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan tidak ada anggota keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, diabetes melitus , dll •Pola Aktifitas Sehari-hari : Nutrisi : Pasien mengatakan pada saat sehat pasien makan 3x/hari . Pada saat sakit pasien diberi diit MLTKTP dengan frekuensi 3x/hari . Pasien mengatakan jarang menghabiskan makanannya. Sebelum dirawat di rumah sakit pasien mengatakan minum air putih ±8 gelas perhari, namun semenjak dirawat di rumah sakit klien hanya minum ±5 gelas/hari. ILUSTRASI KASUS
  • 121. •Pola Istirahat dan tidur : Pada saat sehat, pasien mengatakan bangun pada jam 05.00 Subuh, jarang tidur siang, pasien tidur dimalam hari pukul 22.00WIB. Sedangkan waktu sakit pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering terbangun dimalam hari karena nyeri pada dadanya. •Pola Eliminasi : Pada saat sehat pasien BAB frekuensinya 1x dalam sehari dengan konsistensi sedang, berwarna kuning, sedangkan pada saat dirawat dirumah sakit pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB. BAK pada saat sehat, pasien mengatakan BAK 4 sampai 5 kali dalam sehari, sedangkan pada waktu sakit pasien hanya BAK 3 kali dalam sehari. •Pola Aktifitas dan Istirahat : Saat sehat : aktivitas sehari-hari pasien adalah seorang buruh bangunan, sedangkan saat sakit pasien hanya tidur dirumah sakit dan aktivitasnya dibantu oleh keluarga. ILUSTRASI KASUS
  • 122. • Pemeriksaan Fisik : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 11.00WIB, keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, hasil pengukuran tekanan darah 130/80 mmHg (normal sistol 120-139 dan diastolik normal 80-89), suhu 36,9oC (Normal 36,5oC sampai 37,5oC), nadi 89x/menit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 26x/menit (normal 16-24 kali permenit). Kepala : tidak ada keluhan, mata : konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan kurang baik, reflek pupil baik, mulut : kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa bibir sedikit kering, bibir simetris kiri dan kanan, hidung : simetris kiri dan kanan, terdapat pernafasan cuping hidung, telinga : tidak ada keluhan, leher : tidak ada keluhan. Pada pemeriksaan paru-paru, inspeksi : tampak adanya retraksi dinding dada, dan penggunaan otot bantu nafas, pada palpasi: terdapat pergerakan nafas dinding dada simetris kiri dan kanan, pada perkusi : terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama (sonor), sedangkan pada asukultasi : terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan jantung, inspeksi: iktus cordis tidak terlihat, palpasi: iktus cordis teraba satu jari medial lateral midclavicula sinistra RICV, pada perkusi: terdengar suara pekak, sedangkan pada asukultasi: terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi jantung II reguler (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi : tidak ditemukan keluhan Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada keluhan. ILUSTRASI KASUS
  • 123. •Data Psikologis : Pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya, pasien mengatakan penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT, dan harus sabar dalam menghadapinya serta dapat menerima keadaan yang dihadapinya sekarang. •Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien adalah rontgen thorax. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, tanggal 29 Mei 2017 adalah hemoglobin 10,0 g/dl (nilai normal P:14-18, W:12-16 g/dl), leukosit 7510 mm3 (nilai normal: 5000- 10.000 mm3 ), trombosit 206.000 (nilai normal 150- 400 ribu mm3 ), hematokrit 31,1 (nilai normal : P:40-48, W:38-48%). •Terapi Pengobatan : Pasien mendapatkan terapi dari dokter seperti IVFD RL 20 tetes per menit, injeksi cefriaxone 2x dalam sehari, ranitidin 2x dalam sehari, ondansentron diberikan 3x dalam sehari, sedangkan obat oral yang diberikan seperti ambroxol diminum 3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari, paracetamol, neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari, Sucralfat sirup 3x dalam sehari ILUSTRASI KASUS
  • 124. ANALISA DATA PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM Bersihanjalannafas tidak efektif Obstruksi /bendaasing dalam JalanNafas DO: • terdapat penggunaanotot bantu nafasserta nafascuping hidung. • tampak adanya retraksi dinding dada • terdengarbunyironchi • TTV:tekanan darah: 130/80 mmHg,suhu: 36,9oC,nadi: 89x/menit, pernafasan:26x/menit • batuk berdahak • ambroxol diminum3xdalamsehari • injeksicefriaxone2x dalamsehari DS: • pasien mengatakan sesaknafas,batuk berdahak, kadang terdapat darah dalamsputum saatbatuk, pasien mengeluhdahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeridada saatbatuk • kebiasaan merokokdenganjumlahrokok yangdikosumsi 2 bungkus perhari.
  • 125. PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM PolaNafastidak efektif Hambatan upaya nafas DO: • terdapat penggunaanotot bantu nafasserta nafascuping hidung.TTV: tekanandarah: 130/80 mmHg,suhu:36,9oC, nadi:89x/menit,pernafasan: 26x/menit • terdengarperbandingan dinding dadakiri dankanan sama (sonor), • paracetamol,neurodex1xdalam sehari,OAT4xdalam sehari,Sucralfat sirup 3xdalamsehari Ds:Ps mengatakan nyeridada saatbatuk, skala nyeri5 Konstipasi Ketidakcukupan diet Ds:pasien mengatakansudah 8hari tidak BAB,jarang menghabiskan makanannya Do: minum±5gelas/hari
  • 126. PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM DefisitPengetahuan tentangtbc Kurangterpapar informasi DO:Saat ditanya mengenaipenyakitTBParupasientampak bingung dantidak bisa menjawabpertanyaan yangdiberikan. GgPolaTidur Dispnea Ds:pasien mengatakan sedikit susah tidur dan seringterbangun dimalamhari karenanyeripada dadanya. DefisitNutrisi Peningkatan kebutuhan metabolisme Ds:Ps mengatakan badan terasa lemas,mual,dannafsumakan tidak ada. Do: • hemoglobin10,0 g/dl ,hematokrit 31,1 • jarang menghabiskan makanannya • ranitidin 2xdalam sehari,ondansentron diberikan3xdalam sehari,curcuma3xdalam sehari
  • 127. MASALAH DAFTARMASALAH 1. Bersihanjalannafastidakefektif. 2. Polanafastidakefektif. 3. Konstipasi. 4. Defisitpengetahuantentangtbc. 5. Gangguan PolaTidur. 6. Defisitnutrisi PRIORITASMASLAAH 1. BersihanJalanNafas. 2. Polanafastidakefektif 3. DefisitNutrisi 4. Konstipasi 5. GangguanPolaTidur 6. Defisitpengetahuantentangtbc
  • 128. Diagnosa Keperawatan BersihanjalannafastidakefektifberhubungandenganObstruksi/ bendaasingdalamJalanNafasditandaidengan DO: • terdapatpenggunaanotot bantu nafassertanafascupinghidung. • tampakadanyaretraksidinding dada • terdengar bunyironchi • TTV:tekanandarah:130/80mmHg, suhu:36,9oC, nadi:89x/menit, pernafasan:26x/menit • batukberdahak • ambroxoldiminum3xdalamsehari • injeksicefriaxone2xdalamsehari DS: • pasienmengatakansesaknafas,batukberdahak,kadangterdapatdarahdalamsputumsaatbatuk, pasienmengeluhdahaknyasulit untukdikeluarkan,nyeridadasaatbatuk • kebiasaanmerokokdenganjumlahrokok yangdikosumsi2bungkusperhari.
  • 129. DEWAN PENGURUS PUSAT PERSATUAN PERAWAT NASIONAL INDONESIA STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA
  • 130. LINGKUP BAHASAN Latar Belakang dan Landasan Hukum SDKI Tujuan Standarisasi Diagnosis Proses Penyusunan SDKI Penegakan Diagnosis dengan SDKI Penerapan SDKI
  • 131. Undang Undang Kep. No. 38 Tahun 2014 SAK SKP SK Standar Kinerja Profesional - Penjaminan Mutu - Pendidikan - Riset - Etika - Penilaian Kerja Standar Asuhan Keperawatan - Diagnosis - Intervensi - Luaran (outcome) Standar Kompetensi -Pendidikan: Vokasi, Ners Generalis, Ners Spesialis, Ners Subspesialis -Kekhususan: Medikal Bedah, Gadar, Kamar Bedah, Kritis, Jiwa, Maternitas, dll. P P N I Standar Profesi
  • 132. UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS Pasal 13 Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit, standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 1 Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan standar prosedur operasional UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 2 Standar profesi dan standar pelayanan profesi untuk masing-masing jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh Organisasi profesi bidang kesehatan dan disahkan oleh menteri. LATARBELAKANG (Lanjutan …)
  • 133. •UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal 28 •Praktik keperawatan harus didasarkan pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional. •UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Pasal 30 •Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat berwenang untuk menegakkan diagnosis keperawatan. •Perawat merupakan •‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
  • 134. TUJUAN PENYUSUNANSDKI Bagi Pelayanan Keperawatan • Menjadi acuan penegakan diagnosis keperawatan • Meningkatkan otonomi perawat • Memudahkan komunikasi intraprofesional • Meningkatkan mutu asuhan keperawatan • Mengukur beban kerja dan reward perawat
  • 135. Bagi Penelitian Keperawatan • Memperluas area penelitian keperawatan • Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi fokus penelitian • Dapat dikembangkan penelitian: • Penelitian epidemiologis • Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas • Penelitian eksprimental TUJUAN PENYUSUNAN SDKI (Lanjutan …)
  • 136. Bagi Pendidikan Keperawatan • Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran pada pendidikan keperawatan • Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan konsep inti dalam praktik keperawatan yang dapat menjadi fokus pembelajaran • Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik dan pendidik keperawatan dalam mempelajari konsep-konsep dasar untuk dapat memahami konsep inti. TUJUAN PENYUSUNAN SDKI (Lanjutan …)
  • 137. ASUHAN KEPERAWATAN Diag- nosis Pengka- jian Inter- vensi Implemen- tasi Evaluasi Diagnosis Keperawatan merupakan bagian vital dalam menentukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai kesehatan yang optimal
  • 138. Nursing Diagnosis Terminologies Nursing Diagnosis ICNP-DC CCC NANDA HHCC SNOMED CT ICF ZEFP Omaha System International Classification for Nursing Practice – Diagnosis Classification Clinical Care Classification North American Nursing Diagnosis Association Home Health Care Classification Systematized Nomenclature of Medicine Clinical Terms International Classification of Functioning, Disability and Health Nursing Diagnostic System of the Centre for Nursing Development and Research
  • 139. PROSES KEPERAWATAN DAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi Evaluasi SDKI SIKI SLKI
  • 140. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DPP PPNI 3S SDKI-SLKI-SIKI Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI) Tanda & Gejala Faktor Risiko Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi Kriteria Hasil
  • 141. • Memuat 149 Diagnosis Keperawatan yang disusun dari berbagai sumber rujukan berupa textbook, standar diagnosis dari lembaga/Negara lain dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah ditelaah oleh para praktisi dan akademisi keperawatan. • Struktur Buku SDKI: • Sambutan-sambutan • Kata Pengantar • Daftar Isi • Bab I Pendahuluan • Bab II Ketentuan Umum • Bab III Ketentuan Khusus • Bab IV Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia • Proses Penyusunan SDKI • Tim Penyusun dan Tim Kontributor • Daftar Pustaka BUKU SDKI
  • 142. Diagnosis Keperawatan Negatif Aktual Risiko Positif Promosi Kesehatan Diadaptasi dari: Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (ICNP, 2015) JENIS DIAGNOSIS Tanda/Gejala Mayor dan Minor Faktor Risiko Tanda/Gejala Mayor dan Minor
  • 143. PROSES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC PROCESS) Diadaptasi dari: Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017); Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013) Analisis Data • Bandingkan data dengan nilai normal • Kelompokkan data Identifikasi Masalah • Masalah Aktual, Risiko, Promkes Perumusan Diagnosis • Three part (Aktual) • Two part (Risiko dan Promkes) 1 2 3
  • 144. Diagnosis Keperawatan Fisiologis Respirasi Sirkulasi Nutrisi dan Cairan Eliminasi Aktivitas dan Istirahat Neurosensori Reproduksi dan Seksualitas Nyeri dan Kenyamanan Integritas Ego Pertumbuhan & Perkembangan Psikologis Perilaku Kebersihan Diri Penyuluhan & Pembelajaran Relasional Interaksi Sosial Lingkungan Keamanan & Proteksi Diadaptasi dari: Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013). Data dikelompokkan berdasarkan kategori/subkategori PROSES DIAGNOSTIK(LANJUTAN…)
  • 145. PROSES DIAGNOSTIK (LANJUTAN…) Analisis Data Identifikasi Masalah Perumusan Diagnosis 1 2 3 Pengkajian Diagnosis Medis
  • 146. Indikator Diagnostik Penyebab (Etiology) Tanda/Gejala (Sign/Symptom) Faktor Risiko (Risk Factor) KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDIKATOR DIAGNOSTIK Pada diagnosis aktual Pada diagnosis aktual dan promkes Pada diagnosis risiko 1) Bio-fisio-psikologis 2) Efek terapi/Tindakan 3) Situasional 4) Maturasional
  • 147. KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDIKATOR DIAGNOSTIK • Ditemukan sebanyak 80-100% untuk validasi diagnosis Mayor • Tidak harus ditemukan • Jika ditemukan dapat mendukung penegakan diagnosis Minor TANDA DAN GEJALA
  • 148. Gangguan Pertukaran Gas Penurunan Curah Jantung Intoleransi Aktivitas Defisit Pengetahuan Deskriptor Fokus Diagnosis KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN MASALAH / LABEL DIAGNOSIS Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan
  • 149. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN • Diagnosis Promosi Kesehatan Penulisan Three Part • Diagnosis Aktual Masalah berhubungan dengan Penyebab dibuktikan dengan Tanda/Gejala Penulisan Two Part • Diagnosis Risiko Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
  • 150. Nomor Kode Label/Masalah Tanda dan Gejala Definisi CONTOH DIAGNOSIS AKTUAL Peyebab Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. spasme jalan napas d.d. batuk tidak efektif, sputum berlebih, mengi, dispnea, gelisah
  • 151. Nomor Kode Label/Masalah Kondisi Klinis Terkait Definisi CONTOH DIAGNOSIS RISIKO Faktor Risiko Risiko aspirasi dibuktikan dengan tingkat kesadaran menurun
  • 152. Nomor Kode Label/Masalah Tanda dan Gejala Definisi CONTOH DIAGNOSIS PROMKES Kesiapan peningkatan eliminasi urin dibuktikan dengan pasien ingin meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan karakteristik urin normal
  • 153. KESIMPULAN • Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. • SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan. • SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan bagi perawat.
  • 154. Tim Pokja SDKI PPNI sangat terbuka atas saran dan masukan. Silakan dikirimkan ke: dpp@ppni-inna.org
  • 156. LINGKUP BAHASAN Latar Belakang dan Landasan Hukum SIKI Standarisasi Intervensi Keperawatan Komponen-Komponen SIKI Tautan (Linkage) SDKI - SIKI Proses Penyusunan SIKI
  • 157. Undang Undang Kep. No. 38 Tahun 2014 SAK SKP SK Standar Kinerja Profesional - Penjaminan Mutu - Pendidikan - Riset - Etika - Penilaian Kerja Standar Asuhan Keperawatan -Diagnosis -Intervensi -Luaran (outcome) Standar Kompetensi -Pendidikan: Vokasi, Ners Generalis, Ners Spesialis, Ners Subspesialis -Kekhususan: Medikal Bedah, Gadar, Kamar Bedah, Kritis, Jiwa, Maternitas, dll. P P N I Standar Profesi
  • 158. PROSES KEPERAWATAN DAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN Pengkajian Diagnosis Perencanaan Implementasi Evaluasi SDKI SIKI SLKI
  • 159. STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DPP PPNI 3S SDKI-SLKI-SIKI Diagnosis (SDKI) Luaran (SLKI) Intervensi (SIKI) Tanda & Gejala Faktor Risiko Observasi Terapeutik Edukasi Kolaborasi Kriteria Hasil
  • 160. MENGAPA PERLUDISTANDARISASI? • Panduan penyusunan intervensi keperawatan • Penyeragaman istilah / penyebutan intervensi keperawatan • Perluasan (ekspansi) ilmu keperawatan • Pengembangan sistem informasi • Pembelajaran decision making bagi peserta didik keperawatan • Penentuan biaya pelayanan kepada perawat • Pengkomunikasian keperawatan intraprofesi dan interprofesi kesehatan
  • 161. KEUNGGULAN YANG HARUS DIMILIKI STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN • Komprehensif • Area generalis dan spesialis • Fisiologis dan psikososial • Kuratif, preventif dan promotif • Individu, keluarga, komunitas • Direct care dan indirect care • Independent dan collaborative • Berbasis riset • Mudah digunakan (easy to use) • Menggunakan istilah klinis yang jelas • Dapat dikaitkan dengan diagnosis & outcome keperawatan
  • 163. RENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN (LANJUTAN) •Direct care intervention • Intervensi yang dilaksanakan dengan berinteraksi langsung dengan pasien • ‘Laying on of hands’ •Indirect care intervention • Intervensi yang dilaksanakan tanpa berinteraksi langsung dengan pasien namun dilaksanakan demi pasien •Nurse-initiated intervention • Intervensi yang diinisiasi oleh perawat untuk mengatasi diagnosis keperawatan •Healthprovider-initiated intervention • Intervensi yang diinisiasi oleh tenaga kesehatan lain, namun diberikan oleh perawat
  • 164. Klasifikasi SIKI TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
  • 165. SISTEM KLASIFIKASI • Klasifikasi atau taksonomi merupakan pengelompokan berdasarkan hierarki dari yang bersifat lebih umum/tinggi ke lebih khusus/rendah. • SIKI diklasifikasikan sama dengan klasifikasi SDKI • Kelompok klasifikasi (takson) SIKI terdiri atas: • 5 KATEGORI • 14 SUBKATEGORI • 590 INTERVENSI KEPERAWATAN
  • 166. SISTEM KLASIFIKASI INTERVENSI KEPERAWATAN • Mengikuti klasifikasi diagnosis keperawatan • International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994) • Doenges& Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013)
  • 167. Intervensi Keperawatan Fisiologis Respirasi Sirkulasi Nutrisi dan Cairan Eliminasi Aktivitas dan Istirahat Neurosensori Reproduksi dan Seksualitas Nyeri dan Kenyamanan Integritas Ego Pertumbuhan & Perkembangan Psikologis Perilaku Kebersihan Diri Penyuluhan & Pembelajaran Relasional Interaksi Sosial Lingkungan Keamanan & Proteksi Diadaptasi dari: Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994); Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013).
  • 168. MENGAPA PERLUDIKLASIFIKASI? 1. Memudahkan penelusuran intervensi keperawatan 2. Memudahkan untuk memahami beraneka ragam intervensi keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/atau cabang disiplin ilmu. 3. Memudahkan pengkodean (coding) untuk penggunaan berbasis komputer (computer-based) SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
  • 169. 5 KATEGORI 1. Fisiologis •Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi homeostatik 2.Psikologis • Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses mental dan perilaku. 3.Perilaku • Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau gaya hidup 4.Relasional •Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal atau interaksi sosial 5.Lingkungan • Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan menurunkan risiko gangguan kesehatan SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
  • 170. 14 SUBKATEGORI 1. Respirasi •Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi 2. Sirkulasi •Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah 3.Nutrisi dan Cairan • Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan regulasi cairan/elektrolit 4.Eliminasi •Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria 5.Aktivitas dan Istirahat • Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi serta istirahat/tidur 6.Neurosensori •Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi otak dan saraf 7. Reproduksi dan Seksualitas •Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
  • 171. 14 SUBKATEGORI (LANJUTAN) 8. Nyeri dan Kenyamanan •Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan 9.Integritas Ego • Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara emosional 10.Pertumbuhan dan Perkembangan • Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan 11.Kebersihan Diri • Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri 12.Penyuluhan dan Pembelajaran • Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku 13.Interaksi Sosial • Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antarindividu dan individu dengan kelompok 14.Keamanan dan Proteksi • Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan menurunkan risiko cedera akibat ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
  • 172. Komponen SIKI TIM POKJA SIKI DPP. PPNI
  • 173. INTERVENSI DANTINDAKAN? INTERVENSI KEPERAWATAN •Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) TINDAKAN KEPERAWATAN •Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
  • 174. KOMPONEN INTERVENSI KEPERAWATAN Label •Nama dari intervensi yang merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi tentang intervensi tersebut Definisi •Makna dari label intervensi berupa perilaku yang dilakukan oleh perawat Tindakan •Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
  • 177. TAUTAN (LINKAGE) • Tautan (linkage) merupakan suatu hubungan antara dua elemen/konsep, yakni SDKI dan SIKI • Membantu menentukan intervensi keperawatan setelah menegakkan diagnosis keperawatan • Tautan ini bukan untuk menggantikan clinical judgement perawat • Pemilihan intervensi keperawatan tetap didasarkan pada clinical judgement dengan mempertimbangkan kekhasan kondisi pasien, keluarga, kelompok atau komunitas
  • 178. KARAKTERISTIKTAUTAN • Bersifat komprehensif, satu diagnosis keperawatan bertaut dengan multi-intervensi. • Tidak bersifat preskriptif, namun lebih bersifat rekomendasi • Tautan ini memberikan gambaran tentang kemungkinan- kemungkinan intervensi yang dapat dijalankan untuk mengatasi diagnosis keperawatan. • Memiliki tingkatan (level) yang berbeda dalam mengatasi suatu diagnosis, intervensi utama dan intervensi penunjang • Tautan dapat dilakukan 3 hal (addition, deletation, modification) berdasarkan kondisi pasien
  • 179. LEVEL INTERVENSI 1 • Level Satu • Intervensi Utama 2 • Level Dua • Intervensi Pendukung
  • 180. LEVEL TAUTAN (LANJUTAN) •Level 1 (Intervensi Utama) • Merupakan intervensi prioritas (the intervention of choice) karena bersifat resolutif • Memiliki kesesuaian terbaik dengan diagnosis/etiologi diagnosis keperawatan • Memiliki banyak tindakan2 yang dapat mengatasi masalah • Dapat digunakan pada berbagai setting • Efektivitas intervensi banyak diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
  • 181. LEVEL TAUTAN (LANJUTAN) •Level 2 (Intervensi Pendukung) • Bukan merupakan intervensi prioritas • Tidak bersifat resolutif namun dapat menunjang resolusi masalah • Hanya dapat mengatasi etiologi diagnosis tertentu saja • Hanya dapat digunakan pada setting tertentu saja • Efektivitas intervensi tidak/belum banyak diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
  • 182. • Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi pasien merupakan bagian dari clinical judgement perawat. • Aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan intervensi: 1.Karakteristik diagnosis keperawatan 2.Kriteria hasil pasien yang diharapkan 3.Kemampulaksanaan intervensi 4.Kemampuan perawat 5.Penerimaan pasien 6.Penelitian yang mendasari intervensi tersebut 7.Kewenangan klinis (Clinical priviledge) PERTIMBANGA N PEMILIHAN INTERVENSI
  • 185. KESIMPULAN • Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat. • SIKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan. • SIKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan bagi perawat.
  • 187. Aplikasi Proses Keperawatan dan Sistem Pendokumentasian 3S (SDKI – SLKI - SIKI)
  • 189. Tujuan Penerapan 3 S (SIKI, SLKI, SIKI)
  • 191. Proses Penerapan SDKI-SLKI-SIKI •2016 (Keluar Buku SDKI), dimana SLKI dan SIKI belum ada Di lakukan di salah satu RS Swasta International
  • 192.
  • 194. SIKI (Tahun 2018) Buku Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) Definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 2. cetakan 1thn 2018. cetakan 2 thn 2019. persatuan perawat nasional indonesia
  • 195.
  • 198.
  • 199.
  • 200.
  • 202.
  • 203.
  • 204. Dirujuk Menggunakan Hospitals Informasi Sistem (HIS)SLKI Untuk menentukan nilai harus mengetahui Patofisologi dulu, tentukan angka nilai kapan dikatakan 1, 2,3,4,5
  • 205. SLKI Keriteria Hasil 1 2 3 4 5 Tekanan Darah Ejection Fraction Nadi Perifer meningkat Keriteria Hasil 1 2 3 4 5 1 Palpitasi 2 Lelah menurun 3 Dispnea 4 PND menurun 5 Batuk menurun 6 Nadi normal 7 Cappillary refil time 8 Distensi vena jugularis membaik 9 Oliguria menurun 10 Warna kulit normal Keterangan: 1. Tidak Pernah 2. Jarang 3. Kadang-kadang 4. Sering 5. Selalu (Sesuai dengan rentang yang diharapkan)
  • 206. ContohTracerJCI/KARS untuk SLKI NOC SLKI OPERASIONAL Pain Level Pain Control Comport Level Keriteria Hasil: 1.Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan non farmakologi, mencari bantuan) 2.Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri 3.Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, , frekwensi, dan tanda nyeri 4.Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang Ekspektasi : Menurun Kriteria Hasil: …………………… Menurun (1) Cukup menurun (2) Sedang menurun (3) Cukup meningkat (4) Meningkat (5) Meningkat (1) Cukup Meningkat (2) Sedang (3) Cukup menurun (4) Menurun (5) Memburuk (1) Cukup memburuk (2) Sedang (3) Cukup membaik (4) Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama……………………………..x24 jam, Nyeri menurun/berkurang/hilang Keriteria hasil: 1. Nyeri Berkurang/ hilang Hari 1 Skala nyeri :……………….. Hari 2 Skala nyeri :………………. Hari 3 Skala nyeri :………………. Hari…..Skala nyeri :……………….. 2. Pasien tenang dan dapat istirahat 3. Ekspresi wajah tidak tegang 4. Tanda-tanda vital dalam batas normal TD:……………………………….mmHg HR:……………………….....X/menit RR:…………………………….X/menit 5. Pasien dapat mendemonstrasikan Teknik relaksasi 6…………………………………………. Masukan ke Tim POKJA