Berpikir kritis merupakan komponen penting dalam keperawatan yang melibatkan berpikir rasional untuk mengevaluasi masalah keperawatan, membuat keputusan, dan mengambil tindakan. Berpikir kritis memerlukan pengetahuan, pengalaman klinis, kompetensi, dan sikap seperti tanggung jawab untuk menilai informasi dan memberikan perawatan terbaik bagi pasien.
2. PENDAHULUAN
• Berpikir kritis merupakan sebuah
komponen esensial yang
memperlihatkan kebiasaan berpikir
seperti : percaya diri, perspektif
kontekstual, kreativitas,
fleksibilitas, rasa ingin tahu,
integritas intelektual, intuisi,
berpikiran terbuka, tekun dan
refleksi.
2
3. DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal
tentang masalah keperawatan dan difokuskan pada keputusan
apa yang harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-Yahiro &
Saylor, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat
pendapat, membuat keputusan, menarik kesimpulan, dan
merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi
(Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang
individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi
untuk membuat penilaian.
3
4. • Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini
memerlukan kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan
mengidentifikasi suatu alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap
alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
4
5. KOMPONEN BERPIKIR
KRITIS
•Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat
mencakup informasi dan teori
dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan
yang diperlukan untuk
memikirkan masalah 5
7. Pengalaman
Pengalaman klinis
memberikan suatu sarana
laboratorium untuk menguji
pengetahuan keperawatan.
Benner (1984) menuliskan
bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari
situasi klinis, mengenali
isyarat, dan
menginterpretasikannya
sebagai relevan atau tidak
relevan.
Tingkat kompetensi ini
datang dari pengalaman.
• Pelajaran terbaik yang
harus dipelajari oleh
peserta didik keperawatan
yang baru adalah
mengambil semua yang
dialami klien.
Menggunakan salah
satunya sebagai batu
loncatan untuk
membangun dan
mendapatkan
pengetahuan baru,
membuat perbandingan
dan kontras, dan
merangsang pikiran
inovatif.
7
9. kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah
proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilaian
keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi
klinis
Berpikir kritis spesifik dalam
keperawatan
9
11. Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang
harus ditunjukkan keberhasilannya oleh
pemikir kritis. Individu harus menunjukkan
ketrampilan kognitif untuk berpikir secara
kritis dan penting untuk memastikan
bahwa ketrampilan ini digunakan secara
adil dan bertanggung jawab. Contoh sikap
untuk berpikir kritis adalah: tanggung
gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko,
kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan
kreativitas.
11
12. BERPIKIR KRITIS DALAM
KEPERAWATAN
• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)
12
13. •perawat mampu belajar dan untuk
secara positif mempengaruhi praktik
keperawatan. Kedewasaan seorang
perawat diukur dengan kemampuannya
untuk menggunakan pengetahuan baru
dan terlibat dalam proses penemuan
yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan. 13
14. TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
14
15. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
15
16. •Keyakinan diri/motivasi
•Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari,
2008) mengatakan motivasi sebagai pergerakan positif
atau negatif menuju pencapaian tujuan. Motivasi
merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk
melaksanakan sesuatu tujuan yang telah ditetapkannya.
16
17. • Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika
terjadi ketegangan, hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls
untuk menggiatkan mekanisme simpatis-adrenal medularis yang
mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut Rubenfeld &Scheffer
(2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan berpikir
kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis
adalah terjebak dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan
kebiasaan dan rutinitas yang tidak baik dapat menghambat penggunaan
penyelidikan dan ide baru.
17
18. • Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit
dan waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
18
19. • Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu :
sedih, lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang
harus mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat
mempengaruhi pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan
sekitar yang memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang
pemula menjadi seorang ahli.
19
21. PENDAHULUAN
• Berpikir kritis merupakan sebuah komponen esensial yang
memperlihatkan kebiasaan berpikir seperti : percaya diri,
perspektif kontekstual, kreativitas, fleksibilitas, rasa ingin tahu,
integritas intelektual, intuisi, berpikiran terbuka, tekun dan refleksi.
21
22. DEFINISI
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk
akal tentang masalah keperawatan dan difokuskan
pada keputusan apa yang harus diyakini dan
dilakukan (Kataoka-Yahiro & Saylor, 1994 dalam
Potter & Perry, 2005).
• Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup
membuat pendapat, membuat keputusan, menarik
kesimpulan, dan merefleksikan (Gordon, 1995)
• Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan
terkoordinasi (Chaffee, 1994).
• Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang
seseorang individu untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
22
23. • Berpikir kritis merupakan berpikir yang rasional. Berpikir kritis ini memerlukan
kemampuan untuk mengevaluasi suatu pernyataan dan mengidentifikasi suatu
alasan, misalnya bukti yang melandasi evaluasi tersebut.
• mampu mengenali kepentingan dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap
alasan yang mendasari alasannya tersebut Siegel (1980 dalam Reilly &
Obermann, 2002)
23
24. KOMPONEN BERPIKIR KRITIS
• Dasar pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan
teori dari ilmu pengetahuan alam, humaniora, dan
keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan
masalah keperawatan.
24
26. Pengalaman
Pengalaman klinis memberikan
suatu sarana laboratorium untuk
menguji pengetahuan
keperawatan.
Benner (1984) menuliskan
bahwa perawat yang ahli
memahami konteks dari situasi
klinis, mengenali isyarat, dan
menginterpretasikannya sebagai
relevan atau tidak relevan.
Tingkat kompetensi ini datang
dari pengalaman.
• Pelajaran terbaik yang harus
dipelajari oleh peserta didik
keperawatan yang baru adalah
mengambil semua yang dialami
klien. Menggunakan salah
satunya sebagai batu loncatan
untuk membangun dan
mendapatkan pengetahuan baru,
membuat perbandingan dan
kontras, dan merangsang pikiran
inovatif.
26
28. kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang
digunakan perawat untuk membuat penilaian keperawatan.
Tiga tipe kompetensi :
Berpikir kritis umum
Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Berpikir kritis spesifik dalam keperawatan
28
30. Sikap
Sikap dalam hal ini adalah nilai yang harus
ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu
harus menunjukkan ketrampilan kognitif untuk berpikir
secara kritis dan penting untuk memastikan bahwa
ketrampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung
jawab. Contoh sikap untuk berpikir kritis adalah:
tanggung gugat, berpikir mandiri, mengambil resiko,
kerendahan hati, integritas, ketekunan, dan kreativitas.
30
31. BERPIKIR KRITIS DALAM
KEPERAWATAN
• Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat
menggunakan informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan,
dan membentuk gambaran mental tentang apa yang terjadi pada klien.
• Berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang
harus diyakini dan dilakukan (Kataoka-yahiro dan Salylor, 1994)
31
32. • perawat mampu belajar dan untuk secara positif
mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan
seorang perawat diukur dengan kemampuannya untuk
menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam
proses penemuan yang menguntungkan bagi klien dan
profesi keperawatan.
32
33. TAHAP BERPIKIR KRITIS
• Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
• Menambah (mencukupi) pengetahuan yang diperlukan (adequacy of
• knowledge)
• Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
• Mengidentifikasi sumber pendukung (Helpful Resource)
• Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)
33
34. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI BERPIKIR KRITIS
• Kondisi fisik
• Kondisi fisik mempengaruhi kemampuan seseorang dalam berpikir kritis.
Ketika seseorang dalam kondisi sakit, sedangkan ia dihadapkan pada
kondisi yang menuntut pemikiran matang untuk memecahkan suatu
masalah, tentu kondisi seperti ini sangat mempengaruhi pikirannya
sehingga seseorang tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir cepat.
34
35. • Keyakinan diri/motivasi
• Lewin (1935 dalam Maryam, Setiawati & Ekasari, 2008) mengatakan
motivasi sebagai pergerakan positif atau negatif menuju pencapaian
tujuan. Motivasi merupakan upaya untuk menimbulkan rangsangan,
dorongan ataupun pembangkit tenaga untuk melaksanakan sesuatu
tujuan yang telah ditetapkannya.
35
36. • Kecemasan
• Kecemasan dapat mempengaruhi kualitas pemikiran seseorang.Jika terjadi ketegangan,
hipotalamus dirangsang dan mengirimkan impuls untuk menggiatkan mekanisme
simpatis-adrenal medularis yang mempersiapkan tubuh untuk bertindak. Menurut
Rubenfeld &Scheffer (2006) mengatakan kecemasan dapat menurunkan kemampuan
berpikir kritis seseorang.
• Kebiasaan dan rutinitas
• Salah satu faktor yang dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis adalah terjebak
dalam rutinitas. Rubenfeld & Scheffer (2006) mengatakan kebiasaan dan rutinitas yang
tidak baik dapat menghambat penggunaan penyelidikan dan ide baru.
36
37. • Perkembangan intelektual
• Perkembangan intelektual berkenaan dengan kecerdasan seseorang untuk
merespons dan menyelesaikan suatu persoalan menghubungkan atau
menyatukan satu hal dengan yang lain, dan dapat merespon dengan baik
terhadap stimulus.
• Konsistensi
• Faktor yang mempengaruhi konsistensi adalah makanan, minuman, suhu
ruangan, cahaya, pakaian, tingkat energi, kekurangan tidur, penyakit dan
waktu yang dapat menyebabkan daya berpikir menjadi naik turun.
37
38. • Perasaan
• Perasaan atau emosi biasanya diidentifikasikan dalam satu kata yaitu : sedih,
lega, senang, frustasi, bingung, marah, dan seterusnya. Seseorang harus
mampu mengenali dan menyadari bagaimana perasaan dapat mempengaruhi
pemikirannya dan mampu untuk memodifikasi keadaan sekitar yang
memberikan kontribusi kepada perasaan.
• Pengalaman
• Pengalaman merupakan hal utama untuk berpindah dari seorang pemula
menjadi seorang ahli.
38
40. Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
Konsep proses keperawatan:
Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah
keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai
penyelesaian masalah 40
41. Pendahuluan
Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral
pelayanan kesehatan
Kontak 24 jam dengan pasien
Kualitas asuhan keperawatan dinilai
dari dokumentasi yang ditulis
Kepuasan pasien tergantung dari
asuhan keperawatan yang diberikan
41
42. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
42
43. • Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan
dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
43
46. asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses
keperawatan yang diberikan kepada pasien yang berkaitan
dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari pengkajian
hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara
derajat kesehatan yang optimal. 46
47. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif dan
efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang optimal
sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang kesehatan.
47
48. TUJUAN ASKEP ; Umum
• Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang
kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam
memelihara kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal.
Peningkatan Kualitas 48
49. • Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya
klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
TUJUAN ASKEP ; khusus
49
50. Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya
diri melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua
perencanaan disusun dengan baik berdasarkan kepada diagnosa
keperawatan yang ditunjang oleh data-data yang tepat dan
akurat.
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
50
51. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan
peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas
asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien
mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja. 51
52. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan
kualitas asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang
optimal, maka semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan
memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud
adalah kepuasan kerja.
52
53. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu
pengembangan profesionalisme Anda sendiri khususnya dan
keperawatan pada umumnya.
Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan
memudahkan bagi staf Anda dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. 53
54. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN
Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan akan
meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan
Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.
54
55. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS
Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi
pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas dimana Anda
bekerja.
55
56. Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel
Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi
perubahan respon klien maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa,
rencana dan tindakan yang akan Anda diberikan.
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus
dilaksanakan seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan
kondisi klien.
56
57. Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda
harus mampu membina hubungan saling percaya dengan
klien.
57
58. Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.
Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep
keilmuan dan profesionalisme anda sebagai seorang perawat.
Penanganan MasalahTerencana
58
59. Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan
Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan
yang akan dicapai dalam batasan waktu tertentu.
59
60. Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan
Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan.
60
61. Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi
Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan.
Data yang dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data
yang diperoleh dari alat yang terukur dan diperoleh oleh Anda
sebagai perawat yang terampil dan ahli.
61
62. Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik
Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi
keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik
bagi Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.
62
64. Gambaran yang akurat, apa yang terjadi & kapan (CRNBC,
2012)Bentuk profesionalisme, tanggung jawab & tanggung
gugat
64
65. Komunikasi dan keberlanjutan proses perawatan
Pendidikan/edukasi
Meningkatkan pelayanan keperawatan yang baikRisetStandar legal
praktikTagihan keuangan(CRNBC, 2012; Delaune & Ladner, 2011; Potter &
Perry, 2010; CARNA, 2006; Tornvall, Wahren, Wilhelmsson, 2007)
Tujuan Dokumentasi
65
66. Rykkje (2009)alat untuk mengukur indikator kualitas asuhan keperawatan
atau menilai bentuk asuhan keperawatanWang, Hailey danYu (2011)jaminan
kualitas, legalitas, rencana kesehatan, dan juga untuk keperluan
risetHafernick (2007)keberlanjutan proses perawatanFarrell (2007)bukti legal
bagi perawat dalam menjalankan profesinya
PENTINGNYA DOKUMENTASI KEPERAWATAN
66
67. Penulisan pendokumentasian keperawatan memerlukan bahasa dan istilah
yang terstandarisasiAprisunadi, 2011Rutherford, 2008
implementasi NANDA, NIC dan NOC (NNN) meningkatkan kualitas
pendokumentasian asuhan keperawatanMuller-Staub, Needham, Odenbreit,
Lavin dan Achterberg (2007)Pereira (2005)bahwa informasi berperan dalam
menjaga keberlangsungan proses perawatanDokumentasi dibuat sesuai
standar, efektif, benar, continuity of care sehingga dapat memberikan
informasi yang benar (Hafernick, 2007)
Hasil riset dokumentasi keperawatan
67
68. pendokumentasian asuhan keperawatan yang buruk akan berpotensial
menimbulkan efek negatif pada perawatan pasien, pertanggungjawaban
profesional dan organisasi (Blair dan Smith, 2012)
Ketidaklengkapan dokumentasi keperawatanPengembangan sistem
informasi yang berkualitas sangat diperlukan dalam menunjang dan
mendukung praktik keperawatan professional (PAHO, 2001)
Ketidaklengkapan Dokumentasi
68
70. Kompetensi Dasar Mahasiswa akan dapat
menjelaskan
Konsep proses keperawatan:
Pengertian proses keperawatan
Tahapan proses keperawatan
Manfaat proses keperawatan
Proses keperawatan sebagai metode penyelesaian masalah keperawatan
Perbandingan metode ilmiah dan proses keperawatan sebagai penyelesaian masalah 70
71. Pendahuluan
Asuhan Keperawatan adalah Bagian integral
pelayanan kesehatan
Kontak 24 jam dengan pasien
Kualitas asuhan keperawatan dinilai
dari dokumentasi yang ditulis
Kepuasan pasien tergantung dari
asuhan keperawatan yang diberikan
71
72. PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
• Rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan secara
langsung kepada klien /pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Dilaksanakan berdasarkan kaidah- kaidah keperawatan sebagai suatu
profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,bersifat humanistic,
berdasarkan pada kebutuhan objektif klien untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien.
72
73. • Asuhan Keperawatan atau askep adalah proses atau tahapan kegiatan
dalam perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
• Pelaksanaan askep dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan
sebagai suatu profesi yang didasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang
bersifat humanistic, dan berdasarkan kebutuhan objektif pasien untuk
mengatasi masalah yang dihadapi pasien serta dilandasi kode etik dan etika
keperawatan dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
PENGERTIAN ASUHAN KEPERAWATAN
73
76. asuhan keperawatan adalah seluruh rangkaian proses keperawatan yang diberikan
kepada pasien yang berkaitan dengan kiat-kiat keperawatan yang dimulai dari
pengkajian hingga evaluai dalam usahan memperbaiki atau memelihara derajat
kesehatan yang optimal.
76
77. FUNGSI PROSES KEPERAWATAN
• Memberikan pedoman dan bimbingan sistematis dan ilmiah bagi tenaga
keperawatan dalam memcahkan masalah klien melalui asuhan
keperawatan.
• Memberi ciri profesional dengan pemberian asuhan keperawatan melalui
pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan komunikasi yang efektif
dan efisien.
• Memberikan kebebasan pada pasien untuk mendapatkan pelayanan yang
optimal sesuai dengan kebutuhan dalam kemandirian dalam bidang
kesehatan.
77
78. TUJUAN ASKEP ; Umum
• Membantu individu agar dapat mandiri
• Mengajak individu untuk bisa berpartisipasi dalam bidang kesehatan
• Membantu individu untuk mengembangkan potensi dalam memelihara
kesehatan secara optimal
• Membantu individu agar tidak tergantung pada orang lain dalam
memeliharan kesehatan
• Membantu individu untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Peningkatan Kualitas 78
79. • Teridentifikasinya masalah-masalah terkait kebutuhan dasar manusia-nya
klien.
• Dapat menentukan diagnosa keperawatan.
• Tersusunnya perencanaan keperawatan yang tepat untuk mengatasi
diagnosa keperawatan.
• Terlaksananya tindakan-tindakan keperawatan secara tepat dan terencana.
• Diketahuinya perkembangan klien.
• Dapat ditentukannya tingkat keberhasilan asuhan keperawatan.
TUJUAN ASKEP ; khusus
79
80. Anda akan mempunyai rasa percaya diri. Anda akan lebih percaya diri
melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, karena semua perencanaan disusun
dengan baik berdasarkan kepada diagnosa keperawatan yang ditunjang oleh data-
data yang tepat dan akurat.
MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
80
81. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, makaAnda akan memberikan peningkatan kualitas
asuhan keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka
semua klien mengalami kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan
kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang dimaksud adalah kepuasan kerja.
81
82. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Dengan proses keperawatan, maka Anda akan memberikan peningkatan kualitas asuhan
keperawatan. Dengan kualitas asuhan keperawatan yang optimal, maka semua klien mengalami
kesembuhan. Hasil ini tentunya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi Anda. Dalam hal ini yang
dimaksud adalah kepuasan kerja.
82
83. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PERAWAT
Proses keperawatan yang diterapkan akan membantu pengembangan
profesionalisme Anda sendiri khususnya dan keperawatan pada umumnya.
Proses keperawatan yang terdokumentasi dengan baik, akan memudahkan bagi
staf Anda dalam melaksanakan asuhan keperawatan.
83
84. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI PASIEN
Klien akan ikut berpartisipasi dalam menentukan perencanaan keperawatan, dan
akan meningkatkan kerjasama klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan.
Proses keperawatan menjamin klien akan mendapatkan asuhan keperawatan yang
berkesinambungan.
Mencegah terjadinya duplikasi tindakan dan kekurangan tindakan
Klien akan mendapatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan yang prima.
84
85. MANFAAT PROSES KEPERAWATAN BAGI RS
Kepuasan klien, sehingga akan menyebabkan klien menjadi
pelanggan tetap rumah sakit atau puskesmas pelayanan
Kesehatan dimanaAnda bekerja. 85
86. Sifat Proses KeperawatanTerbuka dan Fleksibel
Proses keperawatan menganut sistem Terbuka. Jika sewaktu-waktu terjadi perubahan respon klien
maka akan memberikan perubahan terhadap diagnosa, rencana dan tindakan yang akan Anda
diberikan.
Fleksibel karena semua rencana yang telah Anda susun tidak serta merta harus dilaksanakan
seluruhnya, tetapi harus melihat perubahan dan perkembangan kondisi klien. 86
87. Sifat Proses Keperawatan Pendekatan Individual
Suatu pendekatan yang individual kepada klien dimana anda
harus mampu membina hubungan saling percaya dengan klien.
87
88. Sifat Proses Keperawatan Menyusun perencanaan yang
berlandaskan kepada ilmu keperawatan yang kokoh.
Semua perencanaan yang disusun berdasarkan konsep keilmuan dan
profesionalisme anda sebagai seorang perawat. Penanganan MasalahTerencana
88
89. Sifat Proses Keperawatan Mempunyai Arah &Tujuan
Perencanaan yang anda susun mempunyai arah dan tujuan yang akan dicapai
dalam batasan waktu tertentu. 89
90. Sifat Proses Keperawatan Siklus Berhubungan
Setiap tahap saling berhubungan dan tidak dapat dipisah-
pisahkan.
90
91. Sifat Proses KeperawatanTerdapatValidasi
Selalu ada pengkajian ulang terhadap data yang Anda lakukan. Data yang
dikumpulkan pada saat pengkajian betul-betul data yang diperoleh dari alat yang
terukur dan diperoleh oleh Anda sebagai perawat yang terampil dan ahli.
91
92. Sifat Proses Keperawatan Umpan Balik
Pada saat Anda melaksanakan pengkajian hingga Anda melakukan evaluasi
keperawatan, selalu ada perubahan respon yang merupakan umpan balik bagi
Anda sebagai perawat dan akan menjadi data baru.
92
96. TahapPengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yg
bertujuan untuk mengumpulkan informasi/ data ttng klien,
agar dpt mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien. Baik fisik, mental, sosial,
dan lingkungan.
Tahap ini mencakup tiga kegiatan
yaitu: Pengumpulan Data, Analisis
Data, dan Penentuan Masalah
97. Macam Macam Data Keperawatan
•Data dasar adalah
seluruh informasi tentang
status kesehatan klien,
data dasar ini meliputi
data umum, data
demografi, riwayat
keperawatan, pola fungsi
kesehatan dan
pemeriksaan.
•Data fokus adalah
informasi tentang status
kesehatan klien yang
menyimpang dari
keadaan normal . Data
focus dapat berupa
ungkapan klien maupun
hasil pemeriksaan
langsung Anda sebagai
seorang perawat .
97
98. 1. Pengumpulan
D ata
Tujuan: diperoleh data & informasi mengenai masalah
kesehatan yg ada pd klien sehingga dpt ditentukan
tindakan yg hrs diambil utk mengatasi masalah tsb yg
menyangkut masalah fisik, mental, sosial, & spiritual serta
faktor lingkungan yg mempengaruhinya. Data tsb harus
akurat dan mudah dianalisis.
Data Subjektif: data ungkapan /keluhan klien
secara langsung maupun tidak langsung.
Data Objektif: data yg diperoleh secara langsung
melalui observasi & pemeriksaan pd klien.
Jenis Data Keperawatan
99. Sumber Data
Keperawatan
Sumber data Primer: data yg dikumpulkan dari klien,
yg dpt memberikan informasi yg lengkap tentang
masalah kesehatan & keperawatan yg dihadapi klien.
Sumber data Sekunder: data yg dikumpulkan dari
orang terdekat klien (keluarga), orangtua, saudara /
pihak lain yg dekat dg klien.
Sumber data lainnya: rekam medis klien yg
merupakan riwayat penyakit klien dan perawatan
klien di masa lalu.
100. Teknik Pengumulan Data
Keperawatan
1. Anamenesis/ Wawancara
Kegiatan tanya-jawab yg berhubungan dg masalah yg dihadapi
klien.
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultas
i
101. Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
•Anamnesis adalah suatu
proses tanya jawab atau
komunikasi untuk
mengajak klien &
keluarga bertukar fikiran
& perasaan, mencakup
keterampilan secara
verbal & non
verbal,empati & rasa
kepedulian yg tinggi.
101
102. Unsur- unsur penting yang harus
dicermati dalam mendengar secara
aktif
1) Memperhatikan pesan yg disampaikan & hubungannya dengan
fikiran
2) Mengurangi hambatanhambatan
3) Posisi duduk Anda yg sesuai
4) Menghindari interupsi
5) Mendengarkan secara seksama setiap perkataan klien
6) Memberi kesempatan istirahat kepada klien
102
103. Tujuan komunikasi
pengkajian data keperawatan
1) Mendapatkan informasi yang Anda perlukan dalam
mengidentifikasi & merencanakan tindakan
keperawatan
2) Meningkatkan hubungan Anda dengan klien dalam
komunikasi
3) Membantu klien memperoleh informasi &
berpartisipasi dalam identifikasi masalah & tujuan
4) Membantu Anda untuk menentukan investigasi lebih
lanjut selama tahap pengkajian.(Iyer et.al.,1996).
103
104. •Tahap kedua pada pengumpulan data yang Anda lakukan adalah
Observasi,
•yaitu: pengamatan prilaku & keadaan klien untuk memperoleh
data tentang masalah kesehatan & keperawatan klien.
104
Teknik Pengumpulan Data Keperawatan
107. •Perkusi, adalah: pemeriksaan yang
dapat Anda lakukan dengan
mengetuk, dengan tujuan untuk
membandingkan kirikanan pada
setiap daerah permukaan tubuh
dengan menghasilkan suara.
•Perkusi bertujuan untuk:
mengidentifikasi lokasi, ukuran,
bentuk & konsistensi jaringan.
Contoh suara-suara yg dihasilkan:
Sonor, Redup, Pekak,
Hipersonor/timpani. 107
OBSERVASI
109. 2. Analisis
Data
Merupakan kognitif dalam pengembangan daya berfikir dan
penalaran. Diperlukan kemampuan mengaitkan data &
menghubungkan data g konsep, teori dan prinsip yg relevan
untuk membuat kesimpulan dlm menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan klien.
3. Penentuan Masalah
Daftar masalah yg ditemukan kemudian di prioritaskan. Karena
tidak mungkin semua masalah diatasi sekaligus jadi harus
diputuskan masalah mana yg dpt diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow mjd
rujukan perawat. Kebutuhan utama adl kebutuhan fisiologis,
psikososial ( rasa aman-nyaman), cinta- memiliki, harga diri,
dan aktualisasi diri.
110. TUGAS KELOMPOK 3
• Anda seorang perawat yang telah selesai melaksanakan proses
pengkajian dan akan segera melaksanakan proses penentuan
diagnosa keperawatan.
• Bahaslah dalam kelompok anda terakait hal tersebut diatas.
• Bahaslah dengan memperhatikan aspek 5W1H.
113. Pengkajian pada pasien dengan gangguan
kebutuhan oksigen
• Riwayat perawatan
• pemeriksaan fisik
• pemeriksaan penunjang.
114. RIWAYAT PERAWATAN
• Keletihan (Fatigue) : Klien melaporkan bahwa ia kehilangan daya tahan. Untuk mengukur keletihan secara objektif, klien diminta untuk menilai
keletihan dengan skala 1 – 10.
• Dispnea : Dispnea merupakan tanda klinis hipoksia dan termanifestasi dengan sesak napas, yaitu
pernapasan sulit dan tidak nyaman. Tanda klinis dispnea, seperti usaha napas berlebihan,
penggunaan otot bantu napas, pernapasan cuping hidung, peningkatan frekuensi dan
kedalaman pernapasan, napas pendek
• Batuk : Batuk merupakan refleks untuk membersihkan trakhea, bronkhus, dan paru untuk
melindungi organ tersebut dari iritan dan sekresi. Perawat mengidentifikasi apakah batuk produktif atau tidak, frekuensi batuk, Sputum (jenis,
jumlah, mengandung darah/hemoptisis.
• Mengi/wheezing : Wheezing ditandai dengan bunyi tinggi akibat Gerakan udara berkecepatan tinggi melalui jalan nafas yang sempit. Wheezing
dapat terjadi saat inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
116. PEMERIKSAAN FISIK
• Inspeksi : Observasi dari kepala sampai ujung kaki untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa
(pucat, sianosis), penampilan umum, tingkat kesadaran (gelisah), keadekuatan sirkulasi sistemik,
pola pernapasan, dan gerakan dinding dada.
• Palpasi : Dengan palpasi dada, dapat diketahui jenis dan jumlah kerja thoraks, daerah nyeri tekan,
taktil fremitus, getaran dada (thrill), angkat dada (heaves), dan titik impuls jantung maksimal, adanya
massa di aksila dan payudara. Palpasi ekstremitas untuk mengetahui sirkulasi perifer, nadi perifer
(takhikardia), suhu kulit, warna, dan pengisian kapiler.
• Perkusi : Perkusi untuk mengetahui adanya udara, cairan, atau benda padat di jaringan. Lima nada
perkusi adalah resonansi, hiperresonansi, redup, datar, timpani.
• Auskultasi : Auskultasi untuk mendengarkan bunyi paru. Pemeriksa harus mengidentifikasi lokasi,
radiasi, intensitas, nada, dan kualitas. Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan
gerakan udara di sepanjang lapangan paru : anterior, posterior, dan lateral. Suara napas tambahan
terdengar jika paru mengalami kolaps, terdapat cairan, atau obstruksi.
117. PEMERIKSAAN PENUNJANG-DIAGNOSTIK
• Pemeriksaan Fungsi Paru : Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan
spirometer. Klien bernapas melalui masker mulut yang dihubungkan dengan spirometer.
Pengukuran yang dilakukan mencakup volume tidal (Vт), volume residual (RV), kapasitas residual
fungsional(FRC), kapasitasvital(VC), kapasitasparutotal(TLC).
• KecepatanAliran EkspirasiPuncak(PeakExpiratoryFlowRate/PEFR) : PEFR adalahtitikaliran
tertinggi yang dicapai selama ekspirasi maksimal dan titik ini mencerminkan terjadinya
perubahanukuranjalannapasmenjadibesar.
• Pemeriksaan Gas Darah Arteri : Pengukuran gas darah untuk menentukan konsentrasi
hidrogen (H+), tekanan parsial oksigen (PaO2) dan karbon dioksida (PaCO2), dan saturasi
oksihemoglobin(SaO2), pH,HCO3-.
• Oksimetri : Oksimetri digunakan untuk mengukur saturasi oksigen kapiler (SaO2), yaitu
persentasehemoglobinyangdisaturasioksigen.
• Hitung Darah Lengkap : Darah vena untuk mengetahui jumlah darah lengkap meliputi
hemoglobin,hematokrit,leukosit,eritrosit,danperbedaanseldarahmerahdanseldarahputih.
119. ILUSTRASI KASUS
•Identitas :Tn. A, No MR: 187609, berusia 65 tahun, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
seorang buruh, alamat di Jalan Banuaran Blok F No: 08.
•Riwayat Kesehatan : Keluhan Utama :Tn.A dibawa keluarganya ke Rumah Sakit
Reksodiwiryo Padang melalui IGD Pada tanggal 21 Mei 2017 pukul 05.27WIB, dengan
keluhan batuk yang disertai dengan dahak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, dan
kadang-kadang juga disertai dengan bercak darah, sesak nafas, nyeri dada saat batuk seperti
ditusuktusuk, dengan skala nyeri 5, badan terasa lemas, mual, dan nafsu makan tidak ada.
•Riwayat Kesehatan Sekarang : Pengkajian dilakukan pada hari Senin, 29 Mei 2017 pukul 11.00
WIB, pasien mengatakan sesak nafas, batuk berdahak, kadang terdapat darah dalam sputum
saat batuk, pasien mengeluh dahaknya sulit untuk dikeluarkan, nyeri dada saat batuk,
terdapat penggunaan otot bantu nafas serta nafas cuping hidung.TTV: tekanan darah:
130/80 mmHg, suhu: 36,9oC, nadi: 89x/menit, pernafasan: 26x/menit,. Saat ditanya
mengenai penyakitTB Paru pasien tampak bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaan
yang diberikan.
120. •Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah
mempunyai riwayat penyakit seperti saat ini, pasien mengatakan ia mempunyai
kebiasaan merokok sejak usia 20 tahun sampai sekarang dengan jumlah rokok yang
dikosumsi 2 bungkus perhari.
•Riwayat Kesehatan Keluarga : Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya
yang mempunyai riwayat penyakit yang sama seperti pasien, dan tidak ada anggota
keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus , dll
•Pola Aktifitas Sehari-hari : Nutrisi : Pasien mengatakan pada saat sehat pasien
makan 3x/hari . Pada saat sakit pasien diberi diit MLTKTP dengan frekuensi 3x/hari .
Pasien mengatakan jarang menghabiskan makanannya. Sebelum dirawat di rumah
sakit pasien mengatakan minum air putih ±8 gelas perhari, namun semenjak dirawat
di rumah sakit klien hanya minum ±5 gelas/hari.
ILUSTRASI KASUS
121. •Pola Istirahat dan tidur : Pada saat sehat, pasien mengatakan bangun pada jam
05.00 Subuh, jarang tidur siang, pasien tidur dimalam hari pukul 22.00WIB.
Sedangkan waktu sakit pasien mengatakan sedikit susah tidur dan sering terbangun
dimalam hari karena nyeri pada dadanya.
•Pola Eliminasi : Pada saat sehat pasien BAB frekuensinya 1x dalam sehari dengan
konsistensi sedang, berwarna kuning, sedangkan pada saat dirawat dirumah sakit
pasien mengatakan sudah 8 hari tidak BAB. BAK pada saat sehat, pasien
mengatakan BAK 4 sampai 5 kali dalam sehari, sedangkan pada waktu sakit pasien
hanya BAK 3 kali dalam sehari.
•Pola Aktifitas dan Istirahat : Saat sehat : aktivitas sehari-hari pasien adalah seorang
buruh bangunan, sedangkan saat sakit pasien hanya tidur dirumah sakit dan
aktivitasnya dibantu oleh keluarga.
ILUSTRASI KASUS
122. • Pemeriksaan Fisik : Saat dilakukan pemeriksaan fisik pada tanggal 30 Mei 2017 pukul 11.00WIB,
keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, hasil pengukuran tekanan
darah 130/80 mmHg (normal sistol 120-139 dan diastolik normal 80-89), suhu 36,9oC (Normal
36,5oC sampai 37,5oC), nadi 89x/menit (normal 60- 100 kali permenit), pernafasan 26x/menit
(normal 16-24 kali permenit). Kepala : tidak ada keluhan, mata : konjungtiva anemis, sklera tidak
ikterik, penglihatan kurang baik, reflek pupil baik, mulut : kurang bersih, ada plak di gigi, mukosa
bibir sedikit kering, bibir simetris kiri dan kanan, hidung : simetris kiri dan kanan, terdapat
pernafasan cuping hidung, telinga : tidak ada keluhan, leher : tidak ada keluhan. Pada
pemeriksaan paru-paru, inspeksi : tampak adanya retraksi dinding dada, dan penggunaan otot
bantu nafas, pada palpasi: terdapat pergerakan nafas dinding dada simetris kiri dan kanan, pada
perkusi : terdengar perbandingan dinding dada kiri dan kanan sama (sonor), sedangkan pada
asukultasi : terdengar bunyi ronchi. Pemeriksaan jantung, inspeksi: iktus cordis tidak terlihat,
palpasi: iktus cordis teraba satu jari medial lateral midclavicula sinistra RICV, pada perkusi:
terdengar suara pekak, sedangkan pada asukultasi: terdengar suara bunyi jantung I dan bunyi
jantung II reguler (normal). Pada pemeriksaan abdomen inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi :
tidak ditemukan keluhan Pemeriksaan ekstremitas: tidak ada keluhan.
ILUSTRASI KASUS
123. •Data Psikologis : Pasien tampak sabar dalam menghadapi penyakitnya, pasien
mengatakan penyakit itu merupakan cobaan dari Allah SWT, dan harus sabar dalam
menghadapinya serta dapat menerima keadaan yang dihadapinya sekarang.
•Pemeriksaan Diagnostik : Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan oleh pasien
adalah rontgen thorax. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Hematologi, tanggal 29
Mei 2017 adalah hemoglobin 10,0 g/dl (nilai normal P:14-18, W:12-16 g/dl), leukosit
7510 mm3 (nilai normal: 5000- 10.000 mm3 ), trombosit 206.000 (nilai normal 150-
400 ribu mm3 ), hematokrit 31,1 (nilai normal : P:40-48, W:38-48%).
•Terapi Pengobatan : Pasien mendapatkan terapi dari dokter seperti IVFD RL 20 tetes
per menit, injeksi cefriaxone 2x dalam sehari, ranitidin 2x dalam sehari,
ondansentron diberikan 3x dalam sehari, sedangkan obat oral yang diberikan seperti
ambroxol diminum 3x dalam sehari, curcuma 3x dalam sehari, paracetamol,
neurodex 1x dalam sehari, OAT 4x dalam sehari, Sucralfat sirup 3x dalam sehari
ILUSTRASI KASUS
124. ANALISA DATA
PROBLEM ETIOLOGI SIGNSYMTOM
Bersihanjalannafas
tidak efektif
Obstruksi /bendaasing dalam
JalanNafas
DO:
• terdapat penggunaanotot bantu nafasserta nafascuping hidung.
• tampak adanya retraksi dinding dada
• terdengarbunyironchi
• TTV:tekanan darah: 130/80 mmHg,suhu: 36,9oC,nadi: 89x/menit,
pernafasan:26x/menit
• batuk berdahak
• ambroxol diminum3xdalamsehari
• injeksicefriaxone2x dalamsehari
DS:
• pasien mengatakan sesaknafas,batuk berdahak, kadang terdapat
darah dalamsputum saatbatuk, pasien mengeluhdahaknya sulit
untuk dikeluarkan, nyeridada saatbatuk
• kebiasaan merokokdenganjumlahrokok yangdikosumsi 2 bungkus
perhari.
130. LINGKUP BAHASAN
Latar Belakang dan Landasan Hukum SDKI
Tujuan Standarisasi Diagnosis Proses
Penyusunan SDKI Penegakan Diagnosis
dengan SDKI
Penerapan SDKI
131. Undang
Undang
Kep.
No.
38
Tahun
2014
SAK
SKP
SK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
Standar Asuhan
Keperawatan
- Diagnosis
- Intervensi
- Luaran (outcome)
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
P
P
N
I
Standar
Profesi
132. UU No. 44 Tahun 2009 tentang RS Pasal 13
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan Rumah Sakit,
standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi, menghormati
hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien
UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 1
Setiap tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik berkewajiban
untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan profesi, dan
standar prosedur operasional
UU No. 36 Tahun 2014 tentang Nakes Pasal 66 ayat 2
Standar profesi dan standar pelayanan profesi untuk masing-masing
jenis tenaga kesehatan ditetapkan oleh Organisasi profesi bidang
kesehatan dan disahkan oleh menteri.
LATARBELAKANG (Lanjutan …)
133. •UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pasal 28
•Praktik keperawatan harus didasarkan pada
kode etik, standar pelayanan, standar profesi,
dan standar prosedur operasional.
•UU No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan
Pasal 30
•Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi
asuhan keperawatan, perawat berwenang
untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
•Perawat merupakan
•‘Penegak Diagnosis’ (Diagnostician)
134. TUJUAN PENYUSUNANSDKI
Bagi Pelayanan Keperawatan
• Menjadi acuan penegakan diagnosis keperawatan
• Meningkatkan otonomi perawat
• Memudahkan komunikasi intraprofesional
• Meningkatkan mutu asuhan keperawatan
• Mengukur beban kerja dan reward perawat
135. Bagi Penelitian
Keperawatan
• Memperluas area penelitian keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
Fenomena Keperawatan yang dapat menjadi fokus
penelitian
• Dapat dikembangkan penelitian:
• Penelitian epidemiologis
• Uji validitas dan uji sensitivitas/spesifitas
• Penelitian eksprimental
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)
136. Bagi Pendidikan
Keperawatan
• Mengarahkan dan menguatkan proses pembelajaran
pada pendidikan keperawatan
• Diagnosis keperawatan merupakan kumpulan
konsep inti dalam praktik keperawatan yang
dapat menjadi fokus pembelajaran
• Diagnosis keperawatan mengarahkan peserta didik
dan pendidik keperawatan dalam mempelajari
konsep-konsep dasar untuk dapat memahami
konsep inti.
TUJUAN PENYUSUNAN SDKI
(Lanjutan …)
141. • Memuat 149 Diagnosis
Keperawatan yang
disusun dari berbagai sumber
rujukan berupa textbook, standar
diagnosis dari lembaga/Negara lain
dan jurnal-jurnal ilmiah dan telah
ditelaah oleh para praktisi dan
akademisi keperawatan.
• Struktur Buku SDKI:
• Sambutan-sambutan
• Kata Pengantar
• Daftar Isi
• Bab I Pendahuluan
• Bab II Ketentuan Umum
• Bab III Ketentuan Khusus
• Bab IV Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia
• Proses Penyusunan SDKI
• Tim Penyusun dan Tim Kontributor
• Daftar Pustaka
BUKU SDKI
143. PROSES DIAGNOSTIK
(DIAGNOSTIC PROCESS)
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); Ackley, Ladwig & Makic (2017);
Berman, Snyder & Frandsen (2015); Potter & Perry (2013)
Analisis Data
• Bandingkan data dengan nilai normal
• Kelompokkan data
Identifikasi
Masalah
• Masalah Aktual, Risiko, Promkes
Perumusan
Diagnosis
• Three part (Aktual)
• Two part (Risiko dan Promkes)
1
2
3
144. Diagnosis Keperawatan
Fisiologis
Respirasi
Sirkulasi
Nutrisi dan
Cairan
Eliminasi
Aktivitas dan
Istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
Seksualitas
Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas Ego
Pertumbuhan &
Perkembangan
Psikologis Perilaku
Kebersihan Diri
Penyuluhan &
Pembelajaran
Relasional
Interaksi Sosial
Lingkungan
Keamanan &
Proteksi
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013).
Data dikelompokkan berdasarkan kategori/subkategori
PROSES DIAGNOSTIK(LANJUTAN…)
147. KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
INDIKATOR DIAGNOSTIK
• Ditemukan sebanyak
80-100% untuk
validasi diagnosis
Mayor
• Tidak harus ditemukan
• Jika ditemukan dapat
mendukung penegakan
diagnosis
Minor
TANDA DAN GEJALA
148. Gangguan Pertukaran Gas
Penurunan Curah Jantung
Intoleransi Aktivitas
Defisit Pengetahuan
Deskriptor
Fokus Diagnosis
KOMPONEN DIAGNOSIS KEPERAWATAN
MASALAH / LABEL DIAGNOSIS
Contoh Deskriptor dan Fokus Diagnostik pada Diagnosis Keperawatan
149. PERUMUSAN
DIAGNOSIS
KEPERAWATAN
• Diagnosis Promosi Kesehatan
Penulisan Three Part
• Diagnosis Aktual
Masalah berhubungan dengan Penyebab
dibuktikan dengan Tanda/Gejala
Penulisan Two Part
• Diagnosis Risiko
Masalah dibuktikan dengan Faktor Risiko
Masalah dibuktikan dengan Tanda/Gejala
150. Nomor Kode
Label/Masalah
Tanda dan Gejala
Definisi
CONTOH
DIAGNOSIS
AKTUAL
Peyebab
Bersihan jalan napas tidak
efektif b.d. spasme jalan napas
d.d. batuk tidak efektif, sputum
berlebih, mengi, dispnea, gelisah
152. Nomor Kode
Label/Masalah
Tanda dan Gejala
Definisi
CONTOH
DIAGNOSIS PROMKES
Kesiapan peningkatan eliminasi urin
dibuktikan dengan pasien ingin
meningkatkan eliminasi urin, jumlah dan
karakteristik urin normal
153. KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SDKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SDKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
154. Tim Pokja SDKI PPNI sangat
terbuka atas saran dan
masukan. Silakan dikirimkan
ke: dpp@ppni-inna.org
156. LINGKUP BAHASAN
Latar Belakang dan Landasan Hukum SIKI
Standarisasi Intervensi Keperawatan
Komponen-Komponen SIKI
Tautan (Linkage) SDKI - SIKI Proses
Penyusunan SIKI
157. Undang
Undang
Kep.
No.
38
Tahun
2014
SAK
SKP
SK
Standar Kinerja Profesional
- Penjaminan Mutu
- Pendidikan
- Riset
- Etika
- Penilaian Kerja
Standar Asuhan
Keperawatan
-Diagnosis
-Intervensi
-Luaran (outcome)
Standar Kompetensi
-Pendidikan: Vokasi, Ners
Generalis, Ners Spesialis,
Ners Subspesialis
-Kekhususan: Medikal
Bedah, Gadar, Kamar Bedah,
Kritis, Jiwa, Maternitas, dll.
P
P
N
I
Standar
Profesi
158. PROSES KEPERAWATAN
DAN STANDAR ASUHAN
KEPERAWATAN
Pengkajian
Diagnosis
Perencanaan
Implementasi
Evaluasi SDKI
SIKI
SLKI
160. MENGAPA PERLUDISTANDARISASI?
• Panduan penyusunan intervensi keperawatan
• Penyeragaman istilah / penyebutan intervensi keperawatan
• Perluasan (ekspansi) ilmu keperawatan
• Pengembangan sistem informasi
• Pembelajaran decision making bagi peserta didik keperawatan
• Penentuan biaya pelayanan kepada perawat
• Pengkomunikasian keperawatan intraprofesi dan interprofesi
kesehatan
161. KEUNGGULAN YANG HARUS DIMILIKI STANDAR
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Komprehensif
• Area generalis dan spesialis
• Fisiologis dan psikososial
• Kuratif, preventif dan promotif
• Individu, keluarga, komunitas
• Direct care dan indirect care
• Independent dan collaborative
• Berbasis riset
• Mudah digunakan (easy to use)
• Menggunakan istilah klinis yang jelas
• Dapat dikaitkan dengan diagnosis & outcome keperawatan
163. RENTANG INTERVENSI KEPERAWATAN
(LANJUTAN)
•Direct care intervention
• Intervensi yang dilaksanakan dengan berinteraksi langsung
dengan pasien
• ‘Laying on of hands’
•Indirect care intervention
• Intervensi yang dilaksanakan tanpa berinteraksi langsung
dengan pasien namun dilaksanakan demi pasien
•Nurse-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh perawat untuk mengatasi
diagnosis keperawatan
•Healthprovider-initiated intervention
• Intervensi yang diinisiasi oleh tenaga kesehatan lain, namun
diberikan oleh perawat
165. SISTEM KLASIFIKASI
• Klasifikasi atau taksonomi merupakan
pengelompokan berdasarkan hierarki dari yang
bersifat lebih umum/tinggi ke lebih khusus/rendah.
• SIKI diklasifikasikan sama dengan klasifikasi SDKI
• Kelompok klasifikasi (takson) SIKI terdiri atas:
• 5 KATEGORI
• 14 SUBKATEGORI
• 590 INTERVENSI KEPERAWATAN
166. SISTEM KLASIFIKASI
INTERVENSI KEPERAWATAN
• Mengikuti klasifikasi diagnosis keperawatan
• International Classification of Nursing Practice –
Diagnosis Classification (Wake, 1994)
• Doenges& Moorhouse’s Diagnostic Division of
Nursing Diagnosis (Doenges et al, 2013)
167. Intervensi Keperawatan
Fisiologis
Respirasi
Sirkulasi
Nutrisi dan
Cairan
Eliminasi
Aktivitas dan
Istirahat
Neurosensori
Reproduksi dan
Seksualitas
Nyeri dan
Kenyamanan
Integritas Ego
Pertumbuhan &
Perkembangan
Psikologis Perilaku
Kebersihan Diri
Penyuluhan &
Pembelajaran
Relasional
Interaksi Sosial
Lingkungan
Keamanan &
Proteksi
Diadaptasi dari:
Standar Praktik Keperawatan Indonesia (PPNI, 2005); International
Classification of Nursing Practice – Diagnosis Classification (Wake, 1994);
Doenges & Moorhouse’s Diagnostic Division of Nursing Diagnosis
(Doenges et al, 2013).
168. MENGAPA PERLUDIKLASIFIKASI?
1. Memudahkan penelusuran intervensi keperawatan
2. Memudahkan untuk memahami beraneka ragam intervensi
keperawatan yang sesuai dengan area praktik dan/atau
cabang disiplin ilmu.
3. Memudahkan pengkodean (coding) untuk penggunaan
berbasis komputer (computer-based)
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
169. 5 KATEGORI
1. Fisiologis
•Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi fisik dan regulasi
homeostatik
2.Psikologis
• Intervensi keperawatan untuk mendukung fungsi mental, proses
mental dan perilaku.
3.Perilaku
• Intervensi Keperawatan untuk mendukung perubahan perilaku atau
gaya hidup
4.Relasional
•Intervensi keperawatan untuk mendukung hubungan interpersonal
atau interaksi sosial
5.Lingkungan
• Intervensi keperawatan untuk mendukung keamanan lingkungan dan
menurunkan risiko gangguan kesehatan
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
170. 14 SUBKATEGORI
1. Respirasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pernapasan dan oksigenasi
2. Sirkulasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi jantung dan pembuluh darah
3.Nutrisi dan Cairan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi gastrointestinal, metabolisme dan
regulasi cairan/elektrolit
4.Eliminasi
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi eliminasi fekal dan urinaria
5.Aktivitas dan Istirahat
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi muskuloskeletal, penggunaan energi
serta istirahat/tidur
6.Neurosensori
•Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi otak dan saraf
7. Reproduksi dan Seksualitas
•Kelompok intervensi yang melibatkan fungsi reproduksi dan seksualitas
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
171. 14 SUBKATEGORI (LANJUTAN)
8. Nyeri dan Kenyamanan
•Kelompok intervensi yang memulihkan nyeri dan kenyamanan
9.Integritas Ego
• Kelompok intervensi yang memulihkan kesejahteraan dengan diri sendiri secara
emosional
10.Pertumbuhan dan Perkembangan
• Kelompok intervensi yang memulihkan fungsi pertumbuhan dan perkembangan
11.Kebersihan Diri
• Kelompok intervensi yang memulihkan perilaku sehat dan merawat diri
12.Penyuluhan dan Pembelajaran
• Kelompok intervensi yang memulihkan peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku
13.Interaksi Sosial
• Kelompok intervensi yang memulihkan hubungan antarindividu dan individu
dengan kelompok
14.Keamanan dan Proteksi
• Kelompok intervensi yang memulihkan keamanan dan menurunkan risiko cedera
akibat ancaman dari lingkungan internal maupun eksternal
SISTEM KLASIFIKASI (LANJUTAN)
173. INTERVENSI DANTINDAKAN?
INTERVENSI KEPERAWATAN
•Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome)
TINDAKAN KEPERAWATAN
•Perilaku spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi
174. KOMPONEN INTERVENSI KEPERAWATAN
Label
•Nama dari intervensi yang merupakan kata kunci
untuk memperoleh informasi tentang intervensi
tersebut
Definisi
•Makna dari label intervensi berupa perilaku yang
dilakukan oleh perawat
Tindakan
•Rangkaian aktivitas yang dikerjakan oleh perawat
untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan
177. TAUTAN (LINKAGE)
• Tautan (linkage) merupakan suatu hubungan antara dua
elemen/konsep, yakni SDKI dan SIKI
• Membantu menentukan intervensi keperawatan setelah
menegakkan diagnosis keperawatan
• Tautan ini bukan untuk menggantikan clinical
judgement perawat
• Pemilihan intervensi keperawatan tetap didasarkan pada
clinical judgement dengan mempertimbangkan
kekhasan kondisi pasien, keluarga, kelompok atau
komunitas
178. KARAKTERISTIKTAUTAN
• Bersifat komprehensif, satu diagnosis keperawatan
bertaut dengan multi-intervensi.
• Tidak bersifat preskriptif, namun lebih bersifat
rekomendasi
• Tautan ini memberikan gambaran tentang kemungkinan-
kemungkinan intervensi yang dapat dijalankan untuk
mengatasi diagnosis keperawatan.
• Memiliki tingkatan (level) yang berbeda dalam mengatasi
suatu diagnosis, intervensi utama dan intervensi
penunjang
• Tautan dapat dilakukan 3 hal (addition, deletation,
modification) berdasarkan kondisi pasien
180. LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 1 (Intervensi
Utama)
• Merupakan intervensi prioritas (the intervention of
choice) karena bersifat resolutif
• Memiliki kesesuaian terbaik dengan
diagnosis/etiologi diagnosis keperawatan
• Memiliki banyak tindakan2 yang dapat mengatasi
masalah
• Dapat digunakan pada berbagai setting
• Efektivitas intervensi banyak diungkapkan dalam
riset/referensi/praktik klinis
181. LEVEL TAUTAN (LANJUTAN)
•Level 2 (Intervensi
Pendukung)
• Bukan merupakan intervensi prioritas
• Tidak bersifat resolutif namun dapat menunjang
resolusi masalah
• Hanya dapat mengatasi etiologi diagnosis tertentu
saja
• Hanya dapat digunakan pada setting tertentu saja
• Efektivitas intervensi tidak/belum banyak
diungkapkan dalam riset/referensi/praktik klinis
182. • Pemilihan intervensi keperawatan sesuai kondisi pasien merupakan
bagian dari clinical judgement perawat.
• Aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan intervensi:
1.Karakteristik diagnosis keperawatan
2.Kriteria hasil pasien yang diharapkan
3.Kemampulaksanaan intervensi
4.Kemampuan perawat
5.Penerimaan pasien
6.Penelitian yang mendasari intervensi tersebut
7.Kewenangan klinis (Clinical priviledge)
PERTIMBANGA
N PEMILIHAN
INTERVENSI
185. KESIMPULAN
• Semakin lengkap standar profesi yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan praktik perawat, semakin dapat
menjamin mutu praktik dan keselamatan klien dalam
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat.
• SIKI diharapkan tidak hanya bermanfaat dalam
pelayanan dan pendidikan, namun dapat masuk ke
dalam Sistem JKN sebagai upaya peningkatan mutu
pelayanan.
• SIKI juga diharapkan dapat bermakna dalam aspek
penghargaan dan kesejahteraan serta perlindugan
bagi perawat.
194. SIKI (Tahun 2018)
Buku Standar luaran keperawatan indonesia (SLKI)
Definisi dan kriteria hasil keperawatan. edisi 2.
cetakan 1thn 2018. cetakan 2 thn 2019. persatuan
perawat nasional indonesia
204. Dirujuk Menggunakan Hospitals
Informasi Sistem (HIS)SLKI
Untuk
menentukan nilai
harus mengetahui
Patofisologi dulu,
tentukan angka
nilai kapan
dikatakan 1,
2,3,4,5
205. SLKI
Keriteria Hasil
1 2 3 4 5
Tekanan Darah
Ejection Fraction
Nadi Perifer meningkat
Keriteria Hasil 1 2 3 4 5
1 Palpitasi
2 Lelah menurun
3 Dispnea
4 PND menurun
5 Batuk menurun
6 Nadi normal
7 Cappillary refil
time
8 Distensi vena
jugularis
membaik
9 Oliguria menurun
10 Warna kulit
normal
Keterangan:
1. Tidak Pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
(Sesuai dengan rentang yang
diharapkan)
206. ContohTracerJCI/KARS untuk SLKI
NOC SLKI OPERASIONAL
Pain Level
Pain Control
Comport Level
Keriteria Hasil:
1.Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri,
mampu menggunakan non
farmakologi, mencari
bantuan)
2.Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan managemen
nyeri
3.Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, ,
frekwensi, dan tanda nyeri
4.Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil:
……………………
Menurun (1)
Cukup menurun (2)
Sedang menurun (3)
Cukup meningkat (4)
Meningkat (5)
Meningkat (1)
Cukup Meningkat (2)
Sedang (3)
Cukup menurun (4)
Menurun (5)
Memburuk (1)
Cukup memburuk (2)
Sedang (3)
Cukup membaik (4)
Setelah dilakukan Tindakan
keperawatan
selama……………………………..x24 jam,
Nyeri menurun/berkurang/hilang
Keriteria hasil:
1. Nyeri Berkurang/ hilang
Hari 1 Skala nyeri :………………..
Hari 2 Skala nyeri :………………. Hari
3 Skala nyeri :……………….
Hari…..Skala nyeri :………………..
2. Pasien tenang dan dapat
istirahat
3. Ekspresi wajah tidak tegang
4. Tanda-tanda vital dalam batas
normal
TD:……………………………….mmHg
HR:……………………….....X/menit
RR:…………………………….X/menit
5. Pasien dapat mendemonstrasikan
Teknik relaksasi
6………………………………………….
Masukan
ke Tim
POKJA