SlideShare a Scribd company logo
1 of 107
Hadits Ahad
Akidah
PENGERTIAN HADITS AHAD
Pengertian Hadits Ahad dan bedanya dengan Hadits Mutawatir
menurut Al-Imam Al-’Allamah Asy-Syariyf Al-Jurjaniy (w. 816 H)
hlm 85
PENGERTIAN AKIDAH
AKIDAH = KEYAKINAN 100%  TIDAK MUNGKIN < 100%
Pembenaran yang bersfat pasti ( dengan menafikan secara
pasti adanya kemungkinan lain )  pembenaran 100%
Pembenaran yang bersifat tidak pasti ( tanpa menafikan
adanya kemungkinan lain )  pembenaran > 50% dan < 100%
Posisi tidak membenarkan juga tidak menafikan  50%
Pembenaran terhadap perkara yang sebenarnya salah secara
tidak pasti  > 0% dan < 50%
Posisi tidak tahu sama sekali atau membenarkan secara pasti
sesuatu yang sebenarnya salah  0%
Al-Yaqîn, Al-’Ilm
( keyakinan)
Azh-Zhann
( dugaan )
Asy-Syakk
( keragu-raguan )
Al-Wahm
( fancy )
Al-Jahâlah
( ketidaktahuan )
PERBEDAAN ULAMA SEPUTAR APAKAH HADITS AHAD
BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) ATAU BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN )
Hadits Ahad
IFADAH HADITS AHAD  PERKARA MUKHTALAF SEJAK DULU
Berfaidah Zhann
( dugaan )
Berfaidah ‘Ilm
( keyakinan )
• Mutlak: Ahmad bin Hanbal ( dalam salah satu riwayat
), Haris bin Asad Al-Muhasibiy, Husain bin Ali Al-
Karabisiy, Ibn Hazm Azh-Zhahiriy, dll.
Bersyarat:
• Jika Mutalaqqâtun bil-qabûl: Asy-Syiyraziy, Ibnu
Shalah, Ibnu Taimiyyah, dll.
• Jika Disertai Qarînah: Abu Ishaq An-Nazhzham, Al-
Amidiy, Tajuddiyn Ibn As-Subkiy, dll.
• An-Nu’man bin Tsabit dan Al-Ahnaf, mayoritas Al-
Malikiyyah, Muhammd bin Idris dan Asy-Syafi’iyyah,
Ahmad bin Hanbal ( dalam salah satu riwayat ) dan
Al-Hanabilah Al-Mutaakhkhirun, dll. ( jumhur )
PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD
BERFAIDAH ‘ILM ( YAKIN ) SECARA MUTLAK
Ibn Hazm Azh-Zhahiriy (w. 456 H), dan menurut beliau: Abu
Sulaiman, Husain Al-Karabisiy, Haris bin Asad Al-Muhasibiy
juz 1 hlm 119
hlm 66
Menurut Al-Imam Tajuddiyn Ibn As-Subkiy (w. 771 H): Al-Imam
Ahmad bin Hambal (w. 241 H) (dalam sebuah riwayat)
PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT HADITS AHAD TIDAK
BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) KECUALI APABILA DISERTAI
QARIYNAH ( INDIKASI )
Menurut Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w.
476 H): Abu Ishaq An-Nazhzham Al-Mu’taziliy (w. 231 H)
hlm 154
Al-Imam Al-’Allamah Ali bin Muhammad Al-Amidiy (w. 631 H)
juz 2 hlm 43
hlm 66
Al-Imam Qadhi-l-Qudhah Tajuddiyn Ibn As-Subkiy (w. 771 H)
PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD TIDAK
BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) KECUALI APABILA MUTALAQQÂTUN
BIL-QABÛL ( DISEPAKATI UMAT UNTUK DITERIMA )
Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w. 476 H)
(dalam pendapat barunya)
hlm 154
Menurut Al-Hafizh An-Nawawi (w. 676 H): Al-Hafizh Abu Amr
Ibn Shalah Asy-Syahrazuriy (w. 643 H)
juz 1 hlm 40
Syaikhu-l-Islam Ibn Taimiyyah Al-Harraniy (w. 728 H) dan
menurut beliau: Al-Hanabilah
juz 2 hlm 73
PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD
BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN )
Al-Imam Al-Faqiyh Al-Muhaddits Abu Hanifah An-Nu’man
bin Tsabit (w. 150 H)
juz 3 hlm 79-80
Al-Imam Abu Bakar Ar-Raziy Al-Jashshash Al-Hanafiy (w. 370
H)
juz 3 hlm 53
juz 2 hlm 661
Menurut ‘Alauddiyn As-Samarqandiy Al-Hanafiy (w. 450
H): Mayoritas ‘Ulama
Fakhru-l-Islam Ali bin Muhammad Al-Bazdawiy Al-Hanafiy (w.
482 H)
hlm 158
juz 1 hlm 112
Al-Imam Abu Bakar As-Sarakhsiy Al-Hanafiy (w. 490 H)
Al-Imam Abul-Barakat An-Nasafiy Al-Hanafiy (w. 710 H)
juz 2 hlm 19
hlm 272
Al-Imam Al-’Allamah Ibn Najiym Al-Hanafiy (w. 970 H), dan
menurut beliau: Mayoritas ‘Ulama dan Seluruh Fuqaha’
Al-Imam ‘Alauddiyn Abd Al-‘Aziz Al-Bukhari Al-Hanafiy (w. 730
H)
juz 1 hlm 84
juz 1 hlm 7
Al-Hafizh Al-Muhaddits Ibn ‘Abdil-Barr Al-Malikiy (w. 463 H) dan
menurut beliau: Mayoritas Malikiyyah
hlm 234
Al-Hafizh Abu Al-Walid Al-Bajiy Al-Malikiy (w. 474 H) dan
menurut beliau: Seluruh Fuqaha’
hlm 115
Al-Qadhiy Abu Bakar Ibn Al-’Arabiy Al-Malikiy (w. 543 H)
juz 1 hlm 7
Menurut Al-Imam Ibn ‘Abdil Barr (w. 463 H): Al-Imam
Muhammad bin Idriys Asy-Syafi’iy (w. 204 H), mayoritas fuqaha’
dan ‘ulama
Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy Asy-Syafi’iy
(w. 476 H) (dalam pendapat lamanya)
hlm 298
juz 1 hlm 1411
Imamul-Haramayn Abdul Malik bin Abdillah Al-Juwainiy Asy-
Syafi’iy (w. 478 H)
Al-Imam Muhammad Ar-Raziy Fakhruddiyn Asy-Syafi’iy (w. 604
H)
juz 1 hlm 200
Hujjatu-l-Islam Abu Hamid Al-Ghazaliy Asy-Syafi’iy (w. 505 H)
juz 2 hlm 179
juz 1 hlm 187
Al-Hafizh Abu Zakariyya An-Nawawiy Asy-Syafi’iy (w. 676 H) dan menurut beliau:
Mayoritas Sahabat, Tabi’iyn, Muhadditsiyn, Fuqaha’, dan Ushuliyyiyn
juz 1 hlm 188
Al-Hafizh Al-Mujtahid Ibn Daqiq Al-’Iyd Asy-Syafi’iy (w. 702
H) dan menurut beliau: Jumhur ‘Ulama
juz 1 hlm 183
Al-Muhaddits Ahmad Ibn Hajar Al-Haitamiy Asy-Syafi’iy (w.
974 H)
juz 1 hlm 60
hlm 52
Menurut Ibn Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy (w. 620 H): Al-
Imam Ahmad bin Hambal (w. 241 H) (dalam salah satu
riwayat), Mayoritas ‘Ulama, dan Hanabilah Mutaakhkhiriyn
hlm 53
Riwayat paling menonjol tentang pendapat Al-Imam Ahmad
bin Hambal menurut Sulaiman bin Abdil Qawiy Ath-Thufiy Al-
Hanbaliy (w. 716 H)
Al-Imam Abu Al-Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Hambaliy
(w. 510 H)
juz 3 hlm 78
Al-Imam Shafiyuddiyn Al-Baghdadiy Al-Hanbaliy (w. 739 H),
dan menurut beliau: Al-Imam Ahmad dalam salah satu riwayat,
Mayoritas dan Hanabilah Muta’akhkhiruwn
hlm 48
Al-Imam Abu Manshur Abdul Qahir Al-Baghdadiy Al-
Hanbaliy (w. 429 H)
hlm 12
PENDAPAT TERKUAT, ALASAN DAN BEBERAPA BUKTINYA
Pendapat Terkuat  Pendapat Jumhur ‘Ulama dan Fuqaha:
HADITS AHAD BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN ) TIDAK BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN )
Hadits Ahad berfaidah zhann ( dugaan ) tidak berfaidah ‘ilm ( keyakian ) karena dia
mengandung ihtimâl ( kemungkinan lain ). Sebab para perowi hadits bukan orang
yang ma’shûm ( terbebas dari kesalahan ), tidak sebagaimana para nabi. Mereka
memungkinkan dusta, lupa, lalai, dsb. dalam meriwayatkan. Hadits yang
mengandung kemungkinan lain semacam ini ( sekecil apapun kemungkinan
tersebut ) tidak mungkin dapat menimbulkan keyakinan sebagai kebenaran yang
mutlak. Maksimal derajatnya adalah ghalabatu-zh-zhann ( dugaan kuat ), tidak
sampai derajat yakin.
Lain halnya dengan Hadits Mutawatir, banyaknya jalur periwayatannya ( yang
karenanya mustahil bagi para perawi bersepakat untuk dusta ) menjadikannya
terbebas dari berbagai syubhat, sehingga berfaidah ‘Ilm ( keyakinan ).
BUKTI BAHWA KEBENARAN HADITS AHAD TIDAK
BERSIFAT PASTI
Contoh 1: Hadits lama penciptaan
Hadits Nomor 2789
Keterangan:
Hadits riwayat Muslim tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an surat As-Sajdah [32]: 4*
* Lihat juga Al-A’raf [7]: 54, Yunus [10]: 3, Huwd [11]: 7, Al-Furqan [25]: 59, Qaaf [50]: 38, dan Al-Hadiyd [57]: 4
“Allah lah yang menciptakan
langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya dalam
enam hari, kemudian Dia
bersemayam di atas 'Arsy. tidak
ada bagi kamu selain dari
padanya seorang penolongpun
dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa'at. Maka Apakah
kamu tidak memperhatikan?.”
Hlm 674
• Pada prinsipnya, nash-nash syara’ tidak mungkin saling bertentangan karena
semuanya berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Allah swt.
• Terjadinya pertentangan antara Al-Qur’an dan Hadits Ahad (yang tidak mungkin
dikompromikan), membuktikan secara pasti bahwa Hadits Ahad memungkinkan untuk
salah, karena Al-Qur’an tidak mungkin salah, sebab dia diriwayatkan secara
mutawatir.
Al-Imam ‘Alauddiyn As-Samarqandiy (w. 450 H): “Adapun
apabila dia (Khabar Ahad) menyelisihi salah satu dari pokok-
pokok ini (Al-Qur’an, Hadits Mutawatir, dan Ijma’), maka wajib
ditolak atau ditakwil untuk mengkompromikan keduanya.”
hlm 631
Contoh 2: Hadits Jibril tentang Iman, Islam, dan Ihsan
Hadits Nomor 50
Hadits Nomor 4777
Hadits Nomor 8
Hadits Nomor 9
Hadits Nomor 10
Hadits Nomor 184
Hadits Nomor 173
Hadits Jalan Periwayatan Iman Islam
R. Bukhari
Nomor 50 &
4777
Dari Abu Hurairah ra
5: Allah, Malaikat, Rasul-rasul,
Perjumpaan, dan Hari Kebangkitan
4: Menyembah dan tidak menyekutukan
Allah, Shalat, Zakat, dan Shiyam
Ramadhan
R. Muslim
Nomor 8
Dari Umar bin
Khaththab ra
6: Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-
rasul, Hari Akhir, dan Qadar
5: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat,
Shiyam Ramadhan, dan Haji
R. Muslim
Nomor 9
Dari Abu Hurairah ra
6: Allah, Malaikat, Kitab, Perjumpaan,
Rasul-rasul, dan Hari Kebangkitan
4: Menyembah dan tidak menyekutukan
Allah, Shalat, Zakat, dan Shiyam
Ramadhan
R. Muslim
Nomor 10
Dari Abu Hurairah ra
7: Allah, Malaikat, Kitab, Perjumpaan,
Rasul-rasul, Hari kebangkitan, dan
Qadar
4: Tidak menyekutukan Allah, Shalat,
Zakat, dan Shiyam Ramadhan
R. Ahmad
Nomor 184
Dari Umar bin
Khaththab ra
6: Allah, Malaikat, Surga, Neraka, Hari
Kebangkitan, dan Qadar
5: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat,
Shiyam, dan Haji
R. Ibn Hibban
Nomor 173
Dari Umar bin
Khaththab ra
9: Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul-
rasul, Surga, Neraka, Hisab, Hari
Kebangkitan, dan Qadar
7: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat,
Haji dan Umrah, Mandi besar,
Menyempurnakan wudhu, dan Shiyam
Ramadhan
Keterangan:
Semua Hadits Ahad tersebut Shahih, menceritakan satu kejadian yang sama, yaitu
kedatangan malaikat Jibril as kepada Rasulullah saw yang sedang berada di tengah-tengah
para sahabat, mengajarkan apa itu Iman, Islam, dan Ihsan, kapan Kiamat dan apa tanda-
tandanya (dalam bentuk pertanyaan).
Adanya pemberitaan yang berbeda oleh para perawi menunjukkan bahwa kebenaran Hadits
Ahad tidak bersifat pasti. Kita tidak bisa memastikan mana hadits yang benar dan tidak
pula berani diambil sumpah atasnya, karena membenarkan secara pasti salah satu dari
hadits-hadits tersebut berarti menganggap yang lainnya tidak benar. Dan jika
membenarkan secara pasti kesemuanya berarti kita meyakini bahwa kejadian tersebut
terjadi berkali-kali, yang mana di setiap kalinya Rasulullah saw memberi jawaban yang
berbeda untuk pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan hal itu tidak mungkin.
Apabila memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm alias kebenarannya bersifat pasti, seharusnya
perbedaan di atas tidak boleh dan tidak mungkin terjadi.
Contoh 3: Hadits mi’raj Rasulullah saw
Hadits Nomor 3207
Hadits Nomor 7517
Tingkatan
langit
Nama Para Nabi yang dijumpai Rasulullah saw saat Mi’raj
Versi Hadits Bukhari Nomor 3207 Versi Hadits Bukhari Nomor 7517
Langit Dunia Nabi Adam as (perawi tidak menyebutkan)
Langit 2 Nabi ‘Isa dan Yahya as Nabi Idris as
Langit 3 Nabi Yusuf as (perawi tidak menyebutkan)
Langit 4 Nabi Idris as Nabi Harun as
Langit 5 Nabi Harun as (perawi tidak hafal namanya)
Langit 6 Nabi Musa as Nabi Ibrahim as
Langit 7 Nabi Ibrahim as Nabi Musa as
Keterangan:
Dua hadits riwayat Al-Bukhari tersebut menceritakan satu kejadian yang sama, yaitu
perjalanan mi’râj Rasulullah saw menuju sidratu-l-muntahâ.
Adanya pemberitaan yang berbeda oleh para perawi menunjukkan bahwa kebenaran
Hadits Ahad tidak bersifat pasti. Kita tidak bisa memastikan mana yang benar dari dua
hadits shahih yang berbeda tersebut dan kita juga tidak berani diambil sumpah atasnya.
Karena membenarkan secara pasti salah satu dari dua hadits tersebut berarti menganggap
satunya lagi tidak benar. Dan jika membenarkan secara pasti kedua-duanya berarti kita
meyakini bahwa kejadian tersebut terjadi lebih dari satu kali, di mana di setiap kalinya
Rasulullah saw bertemu dengan nabi-nabi berbeda di tingkatan-tingkatan langit yang
sama, dan hal itu (mi’raj dua kali) tidak pernah dikenal di kalangan ulama baik salaf
maupun khalaf.
Apabila memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm alias kebenarannya bersifat pasti, seharusnya
perbedaan di atas tidak boleh dan tidak mungkin terjadi.
Contoh 4: Tidak diakuinya riwayat Ahad dalam
menetapkan ayat-ayat Al-Qur’an
juz 1 hlm 200
Keterangan:
Jika memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm ( keyakinan ) alias kebenarannya bersifat pasti,
niscaya para sahabat tidak akan berani menolak ayat-ayat yang diriwayatkan secara Ahad
saat berlangsungnya proses pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an di masa
kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Atau, niscaya sebagaian dari mereka akan
menentang penolakan yang dilakukan Umar bin Khaththab ra. terhadap ayat-ayat yang
diriwayatkan secara Ahad tersebut. Kenyataannya tidak demikian.
Hal tersebut sekaligus membuktikan adanya ijma’ para Sahabat Nabi dalam bahwasannya
riwayat Ahad mengandung kemungkinkan untuk salah, karenanya tidak bisa digunakan
sebagai jalan dalam menetapkan perkara yang bersifat pasti ( Al-Qur’an pasti firman Allah
swt. )
KEDUDUKAN DALIL YANG BERFAIDAH
ZHANN ( DUGAAN ) DALAM PERKARA AKIDAH
Perkara Akidah menuntut pembenaran yang bersifat pasti ( 100% ),
berdasarkan:
1. Al-Qur’an surat An-Najm [53]: 23
“Itu tidak lain hanyalah Nama-nama
yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengadakannya; Allah tidak
menurunkan suatu keteranganpun
untuk (menyembah) nya. mereka
tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang
diingini oleh hawa nafsu mereka dan
Sesungguhnya telah datang petunjuk
kepada mereka dari Tuhan mereka.”
2. Al-Qur’an surat An-Najm [53]: 28
“Dan mereka tidak mempunyai
sesuatu pengetahuanpun
tentang itu. mereka tidak lain
hanyalah mengikuti
persangkaan sedang
Sesungguhnya persangkaan itu
tiada berfaedah sedikitpun
terhadap kebenaran.”
3. Al-Qur’an surat Yunus [53]: 66
“Ingatlah, Sesungguhnya
kepunyaan Allah semua yang ada
di langit dan semua yang ada di
bumi. dan orang-orang yang
menyeru sekutu-sekutu selain
Allah, tidaklah mengikuti (suatu
keyakinan). mereka tidak
mengikuti kecuali prasangka
belaka, dan mereka hanyalah
menduga-duga.”
Ayat-ayat tersebut berisi celaan terhadap keyakinan orang-orang kafir
Quraisy yang hanya berdasarkan dugaan bukan kepastian. Alif-lâm ta’riyf
pada lafazh az-zhann di bagian ( ‫شيئا‬ ‫الحق‬ ‫من‬ ‫يغني‬ ‫ال‬ ‫الظن‬ ‫وإن‬ ) menandakan
keumuman, sehingga berlaku untuk semua macam zhann.
Maka dari situ timbullah hukum: Haram menggunakan Hadits Ahad
sebagai hujjah dalam perkara Keyakinan/Akidah. Yang menjadi qariynah (
indikasi ) keharaman nya adalah adanya unsur dzamm ( celaan ) terhadap
keyakinan yang berdasarkan dugaan ( ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ٍ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ َّ‫ن‬َّ‫ظ‬‫ال‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬
ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ َ‫َّل‬ َّ‫ن‬َّ‫ظ‬‫ال‬‫ًا‬‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ).
PERKATAAN PARA ‘ULAMA BAHWA HADITS AHAD
TIDAK BISA DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH DALAM
PERKARA KEYAKINAN ( AKIDAH )
Al-Imam ‘Alauddiyn As-Samarqandiy (w. 450 H): “Adapun
apabila dia (Khabar Ahad) berkenaan dengan perkara-
perkara akidah –yaitu masalah-masalah Kalam– maka dia
tidak bisa menjadi hujjah.”
hlm 632
Al-Hafizh Abu Bakar Al-Baihaqiy (w. 458 H): “Dikarenakan
aspek ini, yaitu adanya ihtimal ( kemungkinan lain ), maka
para ulama ahli nazhar yang semadzhab dengan kami,
meninggalkan berhujjah dengan Hadits Ahad dalam perkara
sifat Allah swt.”
hlm 335
Al-Hafizh Al-Muhaddits Al-Khathiyb Al-Baghdadiy (w. 463 H): “Khabar Ahad tidak diterima
dalam perkara agama yang menuntut keyakinan dan kepastian.”
hlm 432
Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w. 476 H): “… Bahwa
dalam perkara ushul (seperti Tauhid dan Penetapan Sifat-sifat Allah swt)
dalil-dalil nya harus logis, yang mengharuskan keyakinan serta
menghilangkan sangsi, maka kami tidak menggunakan Khabar Ahad.”
juz 2 hlm 601
Al-Imam Abu Al-Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Hambaliy (w.
510 H): “… jalan penetapan Al-Qur’an dan Ushuluddiyn (Akidah)
adalah keyakinan, sementara keyakinan tidak bisa timbul dari
Khabar Ahad.”
juz 3 hlm 27-28
Al-Imam Muhammad bin Abdil Hamiyd Al-Asmandiy (w. 552
H): “Tidak boleh menerima Khabar Ahad (sebagai hujjah)
dalam perkara-perkara akidah.”
hlm 406
Al-Imam Abu Ats-Tsana’Al-Hanafiy (w. 6.. H): “Hadits Ahad tidak bisa
dijadikan hujjah dalam masalah-masalah akidah, karena masalah-
masalah akidah dibangun berdasarkan keyakinan yang pasti, sementara
Khabar Ahad (hanya) menimbulkan kebenaran pada umumnya dan
dugaan kuat , tidak sampai kebenaran yang bersifat pasti.”
hlm 148
Al-Imam Al-Mufassir Abu Bakr Al-Qurthubiy (w. 671 H): “Ayat
tersebut (Yunus 36) menunjukkan bahwasannya tidak cukup
dalil zhanniy (untuk dijadikan dasar) dalam perkara-perkara
akidah.”
juz 10 hlm 502
Syaikhul-Islaam Ahmad bin Abdil Haliym Ibn Taimiyyah (w. 728
H): “Bagaimana bisa pokok agama yang keimanan tidak sah
tanpanya itu ditetapkan berdasaran khabar Ahad?”
juz 4 hlm 95
Al-Imam Syaikhu-l-Islam Taqiyuddiyn As-Subkiy (w. 756 H): “Hal Qath’iy
dan Mutawatir bukan merupakan syaratnya, bahkan tatkala suatu hadits
shahih meski hanya zhahirnya, sementara dia adalah khabar Ahad, maka
boleh dijadikan dasar dalam perkara itu (ru’yatu-Llaah), karena perkara itu
tidak termasuk dalam masalah akidah yang menuntut syarat kepastian.”
hlm 495-496
Al-Muhaqqiq Abu Ishaq Asy-Syathibiy (w. 790 H): “Bahwasannya
jika memang dalil zhanniy boleh dijadikan dasar ushul fiqh maka
semestinya dia juga boleh dijadikan dasar ushuluddiyn, namun
menurut konsensus ulama tidak demikian.”
juz 1 hlm 20
Al-’Allaamah Sa’du-d-Diyn At-Taftazaniy (w. 791 H): “Dalil
zhanniy tidak diperhitungkan dalam bab akidah, khususnya jika
mencakup kontradiksi antar riwayat. …”
hlm 89
Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqalani (w. 852 H): “(Al-Bukhari) menggiring
hadits-hadits tentang sifat suci Allah dengan menjadikan setiap hadits
menjadi satu bab lalu memperkuatnya dengan ayat Al-Qur’an, untuk
menunjukkan bahwa hadits-hadits tersebut tidak termasuk khabar Ahad
berdasarkan turunnya, demi tidak berhujjah dengannya (Khabar Ahad)
dalam perkara-perkara akidah.”
juz 13 hlm 372
Al-Imam Zainuddiyn bin Ibrahim Ibn Najiym (w. 970 H):
“Penjelasan tentang tempat digunakannya Khabar Ahad maka di
luar perkara-perkara akidah, karena sesungguhnya perkara-
perkara akidah tidak bisa ditetapkan berdasarkan Khabar Ahad
lantaran keharusannya dibangun berdasarkan keyakinan.”
hlm 293
Al-’Allamah ‘Ali Al-Qariy (w. 1014 H): “… dalam bab Akidah tidak
diterima dalil-dalil zhanniy, tidak cukup (berhujjah) dengan
riwayat ahad yaitu hadits lemah dan riwayat yang tidak jelas
(untuk menetapkan akidah orang tua nabi Muhammad saw).”
hlm 62-63
Al-Imam Al-Muhaqqiq Muhammad bin Ahmad As-Safariniy Al-
Hambaliy (w. 1188 H): “Dalil zhanniy tidak diperhitungkan dalam
perkara-perkara akidah, akan tetapi diperhitungkan dalam
perkara-perkara ‘amaliyah (syari’ah).”
juz 1 hlm 5
MENJAWAB SYUBHAT
Syubhat:
“Nabi dan Rasul diutus dalam jumlah yang tidak mencapai batas mutawatir, tapi umat manusia wajib
mengikuti ajaran yang mereka bawa seluruhnya ( akidah dan syari’ah ). Itu menunjukkan bahwa
periwayatan secara Ahad telah ditetapkan oleh Allah swt untuk diterima tanpa membedakan antara
akidah dan syari’ah?”
Jawaban:
Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah bagaimana memastikan tsubut suatu khabar. Nabi dan
rasul memang diutus tidak dalam jumlah mutawatir, tapi untuk membuktikan kepastian bahwa
mereka adalah benar-benar utusan Allah swt, mereka dibekali mu’jizat, dan untuk menjamin
kemurnian ajaran yang mereka sampaikan, mereka diberi sifat ‘ishmah ( terjaga dari kesalahan ).
Jika dua perkara di atas ( mu’jizat dan sifat ‘ishmah ) ada pada diri para perawi hadits, niscaya semua
khabar yang mereka riwayatkan berfaidah ‘ilm ( keyakinan ), sekalipun berupa khabar Ahad. Tapi
pada kenyataannnya tidak demikian dan tidak mungkin demikian. Para perawi hadits tidak ma’shum
dan karenanya kebenaran riwayat mereka yang Ahad tidak bersifat pasti. Perkara yang bersifat tidak
pasti semacam ini tidak mungkin bisa dijadikan landasan bagi perkara yang menuntut keyakinan
pasti ( akidah ).
Syubhat:
“Bukankah Rasulullah saw mengutus para sahabat untuk menyampaikan, mendakwahkan, atau
mengajarkan Islam (akidah dan syari’ahnya) dalam jumlah yang tidak mencapai batas mutawatir? Itu
bertanda bahwa Rasulullah saw sendiri menyepakati berlakunya hadits ahad dalam perkara akidah.”
Jawaban:
1. Perlu dibedakan antara aktivitas Tabliygh, Da’wah, dan Ta’liym, dengan aktivitas Tahqiyq
(pemastian). Aktivitas Tabliygh, Da’wah, dan Ta’liym tidak memiliki ketentuan syar’iy terkait dengan
jumlah pelakunya, artinya dia boleh dilakukan secara individu maupun bersama-sama. Sedangkan
dalam aktivitas Tahqiyq (yang dilakukan oleh pihak penerima khabar) secara ilmiyah terdapat
ketentuan terkait dengan sanad, di mana dengan ketentuan itulah dapat diketahui kapan kebenaran
hadits bersifat pasti, dan kapan tidak.
2. Aktivitas tahqiyq pernah dilakukan Rasulullah saw dalam hadits Dzul-Yadaiyn; dan para sahabat,
diantranya Abu Bakar dalam hadits tentang bagian waris nenek, Umar bin Khaththab dalam hadits
isti’dzan. Padahal ketiganya dalam perkara syari’at, untuk perkara akidah tentunya lebih utama.
3. Menurut para ulama bahwa hadiyts ‘aalin (dengan jalur periwayatan pendek) itu lebih kuat daripada
hadiyts naazil (dengan jalur periwayatan panjang), maka sudah barangtentu pemberitaan secara
ahad di masa Nabi saw dan para Sahabat Beliau jauh lebih kuat daripada yang kita kenal sebagai
Hadits Ahad saat ini. Maka tidak bisa mengqiyaskan antara ini dan itu.
Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh Rasulullah saw
Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh Abu Bakar ra
Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh ‘Umar bin Khaththab ra
Syubhat:
“Bukankah syara’ membolehkan menerima persaksian yang jumlahnya antara 1, 2, dan 4? dan itu
bukan merupakan jumlah yang mencapai mutawatir. Berarti syara’ membolehkan menerima
pemberitaan secara Ahad.”
Jawaban:
1. Ar-riwâyah (periwayatan) berbeda dengan asy-syahâdah (persaksian). Ketentuan persaksian yang
tidak ada pada periwayatan: tidak diterima persaksian tanpa al-mu’aayanah aw as-samaa’al-
mubaasyir (melihat atau mendengar perkara secara langsung/tidak melalui pemberitaan orang
lain); tidak boleh diambil dari anak, bapak, saudara, dan musuh; memenuhi jumlah yang telah
ditetapkan; dan hanya disampaikan di majelis Qadhiy. Syarat periwayatan yang tidak ada pada
persaksian: adh-dhabt (memiliki keterjagaan hafalan dan atau tulisan). Mengqiyaskan persaksian
dengan periwayatan adalah pengqiyasan dengan adanya pembeda (al-qiyaas ma’a-l-faariq), dan
hal tersebut tidak dibenarkan.
2. Dari aspek tsubuwt-nya khabar, jumlah persaksian ditetapkan oleh syara’ bukan dalam rangka
untuk mendapatkan ke-qath’iy-an (kepastian) khabar, tapi untuk mengantarkan seorang qadhi
menetapkan perkara dengan sah secara syar’iy (meski belum tentu benar secara pasti). Nabi saw
bersabda: … aqdhiy lahu ‘alaa nahwi maa asma’ (… aku menetapkan baginya berdasarkan apa
yang aku dengar), bukan aku menetapkan baginya berdasarkan apa yang sebenarnya terjadi.
Menghukumi berdasarkan perkara zhahir (yang dilihat/didengar)
Syubhat:
“Kaum muslimin di Quba’ menerima khabar ahad pada saat mereka shalat shubuh terkait
pemidahan qiblat dari Masjidi-l-Aqsha menuju Masjidi-l-Haram sehingga mereka
mengubah arah shalat seketika itu juga. Rasulullah saw yang tahu hal tersebut dan
mendiamkan bertanda beliau setuju atas penerimaan terhadap khabar ahad.”
Jawaban:
Ketentuan-ketentuan di dalam amalan Shalat (baik gerakan maupun bacaan) termasuk
bab syari’at, sehingga penetapan atasnya tidak dibatasi hanya berdasarkan nash
mutawatir saja, melainkan juga menerima nash ahad. Termasuk dalam ketentuan shalat
adalah menghadap qiblat, maka penerimaan penduduk Quba’ di situ baru menunjukkan
wajibnya menerima khabar Ahad dalam perkara syari’at, belum menunjukkan penerimaan
terhadap Khabar Ahad dalam perkara Akidah.
Syubhat:
“Bukankah dalam mengamalkan syari’at juga harus berdasarkan keyakinan?.”
Jawaban:
Tidak semua amalan menuntut untuk disertai keyakinan, karena fakta amalan ada yang
berdasarkan nash qath’iy, dan ada yang berdasarkan nash zhanniy.
Untuk amalan yang berdasarkan nash qath’iy secara tsubut, selama dilalah-nya juga
qath’iy maka amalan tersebut diyakini sebagai al-ma’luwm minad-diyn bidh-dharuwrah,
seperti syaria’t shalat, zakat, puasa dan haji. Mengingkari syari’at-syari’at tersebut
dihukumi kafir, karena mengingkari perkara qath’iy.
Untuk amalan yang berdasarkan nash zhanniy ( zhanniy tsubut dengan qath’iy dilalah,
qath’iy tsubut dengan zhanniy dilalah, atau zhanniy tsubut dan dilalah secara bersamaan
), maka pengamalannya tidak bisa disertai keyakinan, melainkan cukup berdasarkan
dugaan kuat sebagai pendapat yang rajih ( lebih kuat dari yang lain ), tanpa menafikan
adanya kemungkinan pendapat lain yang benar. Perselisihan pendapat di dalamnya
bukan wilayah pengkafiran.
KONSEKWENSI MENGANGGAP HADITS AHAD
BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN )
KONSEKWENSI MENGANGGAP HADITS AHAD BERFAEDAH ‘ILM
• Mengakui keberadaan pribadi-pribadi ma’shum (terbebas dari kesalahan) selain para
nabi dan rasul, yaitu para perawi tsiqah. Karena menganggap periwayatan mereka
secara ahad berfaidah benar secara pasti.
• Menganggap Al-Qur’an yang ada saat ini tidak lengkap, karena tidak menghimpun ayat-
ayat yang diriwayatkan secara Ahad padahal semuanya dianggap pasti firman Allah
swt.
• Membenarkan nasakh terhadap Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir dengan Hadits Ahad,
alasannya karena ketiganya sama-sama bersifat pasti.
• Membuka peluang ikhtilaf yang sangat tajam di wilayah ushul, di mana perbedaan jenis
ini bisa menimbulkan klaim kafir, sesat, atau fasik, tidak seperti perbedaan di wilayah
cabang syari’ah. Mengingat fakta Hadits Ahad tidak sedikit yang bersifat kontradiktif.
• Menganggap orang yang mengingkari Hadits Ahad sama seperti mengingkari Hadits
Mutawatir. Di mana para ‘ulama sepakat, ingkar terhadap hadits mutawatir berarti kafir.
SIKAP TERHADAP HADITS AHAD
SIKAP TERHADAP HADITS AHAD TERKAIT PEMBENARAN
• Apabila Hadits Ahad bertentangan dengan nash qath’iy (baik Al-Qur’an maupun
Hadits Mutawatir), maka wajib ditolak.
• Apabila Hadits Ahad saling bertentangan dengan sesamanya, dan tidak dapat
diketahui mana yang lebih kuat (yang paling mendekati kebenaran), maka sikap
tawqquf lebih utama (tidak membenarkan semua dan tidak pula mengingkari
semua), karena tidak mungkin semuanya benar, dan bahkan semuanya
memungkinkan untuk salah. Namun apabila dapat diketahui, maka yang paling
kuat dibenarkan tanpa bisa meyakininya.
• Apabila Hadits Ahad tidak bertentangan dengan yang lain, baik jalur
periwayatannya berjumlah sedikit maupun banyak, maka dibenarkan tanpa bisa
meyakininya.
HADITS AHAD HARAM DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH DALAM PERKARA AKIDAH
KARENA AKIDAH MENUNTUT KEYAKINAN, SEMENTARA HADITS AHAD TIDAK
MENIMBULKAN KEYAKINAN. DIA HANYA SEBATAS MENIMBULKAN PEMBENARAN.
juz 1 hlm 329
﴿‫العاملين‬‫ب‬‫ر‬ ‫هلل‬‫الحمد‬‫أن‬‫دعوانا‬ ‫وآخر‬﴾
MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH:
DALIL MASALAH AKIDAH HARUS MUTAWATIR
“Pokok-pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah*: …, 5. Di dalam masalah aqidah ( tauhid ),
hanya dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir. …”
(Sumber: Manhaj Tarjih Muhammadiyah, oleh Prof. Drs. H. Asjmuni Abdurrahman, hlm 13, lihat juga:
http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/02/manhaj-tarjih-muhammadiyah.html)
“…, tentang tanda-tanda hari kiamat, kalau tanda-tanda itu diterangkan oleh dalil-dalil
al-Qur’an dan hadis-hadis yang mutawatir, maka Muhammadiyah meyakininya, karena
sesuai dengan manhaj yang dipegang Muhammadiyah, menyangkut soal i’tiqad
(keyakinan), dalilnya harus mutawatir. …”
(Sumber: http://www.fatwatarjih.com/2012/06/itiqad-muhammadiyah-tentang-hari-kiamat.html)
___________________
* Merupakan Rumusan Majlis Tarjih Muhammadiyah 1929, dan tidak tidak ada perubahan pada Munas Majlis Tarjih dan
Pengembangan Pemikiran Islam tahun 2000 di Jakarta.

More Related Content

What's hot

Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifAzzahra Azzahra
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Erta Erta
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihwidya adhy
 
iman kepada qada dan qadar
iman kepada qada dan qadariman kepada qada dan qadar
iman kepada qada dan qadarhidayahinayati
 
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRI
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRIPidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRI
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRIAlfianNurrohim
 
Presentasi fiqh pacaran
Presentasi fiqh pacaranPresentasi fiqh pacaran
Presentasi fiqh pacaranMarhamah Saleh
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Marhamah Saleh
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Muhsin Hariyanto
 
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a Intanrizkaagustia17
 
Kisah Nabi Daud AS dan Lainnya
Kisah Nabi Daud AS dan LainnyaKisah Nabi Daud AS dan Lainnya
Kisah Nabi Daud AS dan LainnyaLia Letifah
 

What's hot (20)

Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
PowerPoint Haji
PowerPoint HajiPowerPoint Haji
PowerPoint Haji
 
28 Isteri Dan Anak Nabi Muhammad
28   Isteri Dan Anak Nabi Muhammad28   Isteri Dan Anak Nabi Muhammad
28 Isteri Dan Anak Nabi Muhammad
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
 
Ilmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabihIlmu muhkam dan mutasyabih
Ilmu muhkam dan mutasyabih
 
iman kepada qada dan qadar
iman kepada qada dan qadariman kepada qada dan qadar
iman kepada qada dan qadar
 
Surat al maun
Surat al maunSurat al maun
Surat al maun
 
Ppt shalat jenazah
Ppt shalat jenazahPpt shalat jenazah
Ppt shalat jenazah
 
Makalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadistMakalah ulumul hadist
Makalah ulumul hadist
 
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRI
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRIPidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRI
Pidato mencetak generasi qurani demi kejayaan NKRI
 
ppt asmaul husna.ppt
ppt asmaul husna.pptppt asmaul husna.ppt
ppt asmaul husna.ppt
 
Surah An-Nisa / 4 : 59
Surah An-Nisa / 4 : 59Surah An-Nisa / 4 : 59
Surah An-Nisa / 4 : 59
 
Ijtihad
IjtihadIjtihad
Ijtihad
 
Presentasi fiqh pacaran
Presentasi fiqh pacaranPresentasi fiqh pacaran
Presentasi fiqh pacaran
 
PPT Isra Miraj.pptx
PPT Isra Miraj.pptxPPT Isra Miraj.pptx
PPT Isra Miraj.pptx
 
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
Presentasi Ushul Fiqh (Hukum Taklifi & Wadh'i)
 
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
Tafsir qs al hujurat, 49 ayat 13
 
Aqidah akhlak mi.sd
Aqidah akhlak mi.sdAqidah akhlak mi.sd
Aqidah akhlak mi.sd
 
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
PPT Shalat 5 Waktu dan Dzikir do'a
 
Kisah Nabi Daud AS dan Lainnya
Kisah Nabi Daud AS dan LainnyaKisah Nabi Daud AS dan Lainnya
Kisah Nabi Daud AS dan Lainnya
 

Viewers also liked

"Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal""Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal"Nur Rohim
 
Standar Perbuatan
Standar PerbuatanStandar Perbuatan
Standar PerbuatanErwin Wahyu
 
ידיעון כרמיה 1-2015
ידיעון כרמיה 1-2015ידיעון כרמיה 1-2015
ידיעון כרמיה 1-2015perachadi
 
LIBERIAN CDC
LIBERIAN CDCLIBERIAN CDC
LIBERIAN CDCyaknilesh
 
Should i get a graduate degree?
Should i get a graduate degree?Should i get a graduate degree?
Should i get a graduate degree?ckaplunov
 
Economic Freedom. Political economic digest series - 4
Economic Freedom. Political economic digest series - 4Economic Freedom. Political economic digest series - 4
Economic Freedom. Political economic digest series - 4Akash Shrestha
 
Publishing in the Digital Age
Publishing in the Digital AgePublishing in the Digital Age
Publishing in the Digital AgeVietnamBusinessTV
 
Presenting
PresentingPresenting
Presentinggwschemm
 
Fixing business models by design - By Valentijn Destoop
Fixing business models by design - By Valentijn DestoopFixing business models by design - By Valentijn Destoop
Fixing business models by design - By Valentijn DestoopProduct Design Meetup
 
Evaluation - Question 1
Evaluation - Question 1Evaluation - Question 1
Evaluation - Question 1Kim Brilus
 
Measuring Digital Advertising
Measuring Digital Advertising Measuring Digital Advertising
Measuring Digital Advertising VietnamBusinessTV
 

Viewers also liked (17)

"Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal""Ihsanul Amal"
"Ihsanul Amal"
 
Standar Perbuatan
Standar PerbuatanStandar Perbuatan
Standar Perbuatan
 
PDF Hijrah, saaatnya berubah
 PDF Hijrah, saaatnya berubah PDF Hijrah, saaatnya berubah
PDF Hijrah, saaatnya berubah
 
Ta'rif Hizbut Tahrir
Ta'rif Hizbut TahrirTa'rif Hizbut Tahrir
Ta'rif Hizbut Tahrir
 
Untitled Presentation
Untitled PresentationUntitled Presentation
Untitled Presentation
 
ידיעון כרמיה 1-2015
ידיעון כרמיה 1-2015ידיעון כרמיה 1-2015
ידיעון כרמיה 1-2015
 
LIBERIAN CDC
LIBERIAN CDCLIBERIAN CDC
LIBERIAN CDC
 
Should i get a graduate degree?
Should i get a graduate degree?Should i get a graduate degree?
Should i get a graduate degree?
 
Economic Freedom. Political economic digest series - 4
Economic Freedom. Political economic digest series - 4Economic Freedom. Political economic digest series - 4
Economic Freedom. Political economic digest series - 4
 
Las dimensiones de las personas 2
Las dimensiones de las personas 2Las dimensiones de las personas 2
Las dimensiones de las personas 2
 
Erdi dermyshi
Erdi dermyshiErdi dermyshi
Erdi dermyshi
 
Publishing in the Digital Age
Publishing in the Digital AgePublishing in the Digital Age
Publishing in the Digital Age
 
Presenting
PresentingPresenting
Presenting
 
PANAMA CDC
PANAMA CDCPANAMA CDC
PANAMA CDC
 
Fixing business models by design - By Valentijn Destoop
Fixing business models by design - By Valentijn DestoopFixing business models by design - By Valentijn Destoop
Fixing business models by design - By Valentijn Destoop
 
Evaluation - Question 1
Evaluation - Question 1Evaluation - Question 1
Evaluation - Question 1
 
Measuring Digital Advertising
Measuring Digital Advertising Measuring Digital Advertising
Measuring Digital Advertising
 

Similar to Hadits Akidah

Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdf
Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdfBuletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdf
Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdfAhmadGilangIndraSala
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMuhsin Hariyanto
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htAditya Hayuningtyas
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahSejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahRa Hardianto
 
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdfc9fhbm7gzj
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiMuhsin Hariyanto
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoAswin Wyn
 
Buku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeBuku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeHamba Allah
 
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdfWAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdfSARIVARASH
 
Kebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanKebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanrushdan23
 
Asmaul Husna Kelas XII.pptx
Asmaul Husna Kelas XII.pptxAsmaul Husna Kelas XII.pptx
Asmaul Husna Kelas XII.pptxJumran aja
 
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020MaulanaFirdaus19
 
Tasawuf 2
Tasawuf 2Tasawuf 2
Tasawuf 2atiyu
 
Pemantapan Aswaja
Pemantapan AswajaPemantapan Aswaja
Pemantapan Aswajaaswajanu
 

Similar to Hadits Akidah (20)

Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdf
Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdfBuletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdf
Buletin-Hadits-11-Tinggalkan-yang-Meragukanmu.pdf
 
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihadMenggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
Menggapai keberuntungan dengan tawasul dan jihad
 
Menepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang htMenepis persepsi salah tentang ht
Menepis persepsi salah tentang ht
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
dauroh.pptx
dauroh.pptxdauroh.pptx
dauroh.pptx
 
Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2Ulumul hadits 2
Ulumul hadits 2
 
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ahSejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
Sejarah munculnya-istilah-ahlus-sunnah-wal-jama-ah
 
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
4. Fiqh Ramadhan (Hukum dan Keringanan Puasa).pdf
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Orang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugiOrang yang beruntung dan rugi
Orang yang beruntung dan rugi
 
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir BolanoTakhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
Takhrij al ma'tsurat al-shughra Karya Aswin Ahdir Bolano
 
Buku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-freeBuku dzikir-pagi-petang-free
Buku dzikir-pagi-petang-free
 
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdfWAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
WAFAT RASULULLAH DAN SUKSESI SEPENINGGAL BELIAU DI SAQIFAH.pdf
 
Kebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari imanKebersihan bagian dari iman
Kebersihan bagian dari iman
 
Asmaul Husna Kelas XII.pptx
Asmaul Husna Kelas XII.pptxAsmaul Husna Kelas XII.pptx
Asmaul Husna Kelas XII.pptx
 
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
Seputar fiqih kurban 31 juli 2020
 
Tasawuf 2
Tasawuf 2Tasawuf 2
Tasawuf 2
 
Pemantapan Aswaja
Pemantapan AswajaPemantapan Aswaja
Pemantapan Aswaja
 

Recently uploaded

Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Ustadz Habib
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxArdianAlaziz
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxWahyudinHioda
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaRobert Siby
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURANBudiSetiawan246494
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfsrengseng1c
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.KennayaWjaya
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratpuji239858
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDAprihatiningrum Hidayati
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSRobert Siby
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfDianNovitaMariaBanun1
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRobert Siby
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Adam Hiola
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHRobert Siby
 

Recently uploaded (14)

Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
Asmak Sunge Rajeh WA +62 819 3171 8989 .
 
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptxPendidikan agama islam syirik modern.pptx
Pendidikan agama islam syirik modern.pptx
 
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptxBUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT ORANG ARAB.pptx
 
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga BahagiaSEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
SEMINAR - Marriage and Family - Tips Rumah Tangga Bahagia
 
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURANAYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT -  STUDI QURAN
AYAT MUHKAMAT DAN AYAT MUTASYABIHAT - STUDI QURAN
 
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdfBuku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
Buku Panduan Baca Tulis Al-Quran dan Praktik Ibadah.pdf
 
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
Teks Doa Untuk Rosario Peristiwa Terang.
 
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syaratIhsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
Ihsanul amal, beramal dalam Islam ada 2 syarat
 
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SDKISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
KISAH NABI MUSA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK SD
 
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUSWJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
WJIHS #44 - Renungan masa COVID-19 - MUREX - DARAH UNGU YESUS KRISTUS
 
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdfPenampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
Penampakan Yesus setelah kebangkitan Lengkap.pdf
 
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 ShortRenungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
Renungan Doa Subuh EIUC July 2024 Mazmur 88 Short
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAHWJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
WJIHS #44 Khotbah 120521 HCI Makna BIRU MERAH
 

Hadits Akidah

  • 3. Pengertian Hadits Ahad dan bedanya dengan Hadits Mutawatir menurut Al-Imam Al-’Allamah Asy-Syariyf Al-Jurjaniy (w. 816 H) hlm 85
  • 5. AKIDAH = KEYAKINAN 100%  TIDAK MUNGKIN < 100% Pembenaran yang bersfat pasti ( dengan menafikan secara pasti adanya kemungkinan lain )  pembenaran 100% Pembenaran yang bersifat tidak pasti ( tanpa menafikan adanya kemungkinan lain )  pembenaran > 50% dan < 100% Posisi tidak membenarkan juga tidak menafikan  50% Pembenaran terhadap perkara yang sebenarnya salah secara tidak pasti  > 0% dan < 50% Posisi tidak tahu sama sekali atau membenarkan secara pasti sesuatu yang sebenarnya salah  0% Al-Yaqîn, Al-’Ilm ( keyakinan) Azh-Zhann ( dugaan ) Asy-Syakk ( keragu-raguan ) Al-Wahm ( fancy ) Al-Jahâlah ( ketidaktahuan )
  • 6.
  • 7. PERBEDAAN ULAMA SEPUTAR APAKAH HADITS AHAD BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) ATAU BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN )
  • 8. Hadits Ahad IFADAH HADITS AHAD  PERKARA MUKHTALAF SEJAK DULU Berfaidah Zhann ( dugaan ) Berfaidah ‘Ilm ( keyakinan ) • Mutlak: Ahmad bin Hanbal ( dalam salah satu riwayat ), Haris bin Asad Al-Muhasibiy, Husain bin Ali Al- Karabisiy, Ibn Hazm Azh-Zhahiriy, dll. Bersyarat: • Jika Mutalaqqâtun bil-qabûl: Asy-Syiyraziy, Ibnu Shalah, Ibnu Taimiyyah, dll. • Jika Disertai Qarînah: Abu Ishaq An-Nazhzham, Al- Amidiy, Tajuddiyn Ibn As-Subkiy, dll. • An-Nu’man bin Tsabit dan Al-Ahnaf, mayoritas Al- Malikiyyah, Muhammd bin Idris dan Asy-Syafi’iyyah, Ahmad bin Hanbal ( dalam salah satu riwayat ) dan Al-Hanabilah Al-Mutaakhkhirun, dll. ( jumhur )
  • 9. PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD BERFAIDAH ‘ILM ( YAKIN ) SECARA MUTLAK
  • 10. Ibn Hazm Azh-Zhahiriy (w. 456 H), dan menurut beliau: Abu Sulaiman, Husain Al-Karabisiy, Haris bin Asad Al-Muhasibiy juz 1 hlm 119
  • 11. hlm 66 Menurut Al-Imam Tajuddiyn Ibn As-Subkiy (w. 771 H): Al-Imam Ahmad bin Hambal (w. 241 H) (dalam sebuah riwayat)
  • 12. PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT HADITS AHAD TIDAK BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) KECUALI APABILA DISERTAI QARIYNAH ( INDIKASI )
  • 13. Menurut Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w. 476 H): Abu Ishaq An-Nazhzham Al-Mu’taziliy (w. 231 H) hlm 154
  • 14. Al-Imam Al-’Allamah Ali bin Muhammad Al-Amidiy (w. 631 H) juz 2 hlm 43
  • 15. hlm 66 Al-Imam Qadhi-l-Qudhah Tajuddiyn Ibn As-Subkiy (w. 771 H)
  • 16. PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD TIDAK BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) KECUALI APABILA MUTALAQQÂTUN BIL-QABÛL ( DISEPAKATI UMAT UNTUK DITERIMA )
  • 17. Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w. 476 H) (dalam pendapat barunya) hlm 154
  • 18. Menurut Al-Hafizh An-Nawawi (w. 676 H): Al-Hafizh Abu Amr Ibn Shalah Asy-Syahrazuriy (w. 643 H) juz 1 hlm 40
  • 19. Syaikhu-l-Islam Ibn Taimiyyah Al-Harraniy (w. 728 H) dan menurut beliau: Al-Hanabilah juz 2 hlm 73
  • 20. PARA ‘ULAMA YANG BERPENDAPAT BAHWA HADITS AHAD BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN )
  • 21. Al-Imam Al-Faqiyh Al-Muhaddits Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit (w. 150 H) juz 3 hlm 79-80
  • 22. Al-Imam Abu Bakar Ar-Raziy Al-Jashshash Al-Hanafiy (w. 370 H) juz 3 hlm 53
  • 23. juz 2 hlm 661 Menurut ‘Alauddiyn As-Samarqandiy Al-Hanafiy (w. 450 H): Mayoritas ‘Ulama
  • 24. Fakhru-l-Islam Ali bin Muhammad Al-Bazdawiy Al-Hanafiy (w. 482 H) hlm 158
  • 25. juz 1 hlm 112 Al-Imam Abu Bakar As-Sarakhsiy Al-Hanafiy (w. 490 H)
  • 26. Al-Imam Abul-Barakat An-Nasafiy Al-Hanafiy (w. 710 H) juz 2 hlm 19
  • 27. hlm 272 Al-Imam Al-’Allamah Ibn Najiym Al-Hanafiy (w. 970 H), dan menurut beliau: Mayoritas ‘Ulama dan Seluruh Fuqaha’
  • 28. Al-Imam ‘Alauddiyn Abd Al-‘Aziz Al-Bukhari Al-Hanafiy (w. 730 H) juz 1 hlm 84
  • 29. juz 1 hlm 7 Al-Hafizh Al-Muhaddits Ibn ‘Abdil-Barr Al-Malikiy (w. 463 H) dan menurut beliau: Mayoritas Malikiyyah
  • 30. hlm 234 Al-Hafizh Abu Al-Walid Al-Bajiy Al-Malikiy (w. 474 H) dan menurut beliau: Seluruh Fuqaha’
  • 31. hlm 115 Al-Qadhiy Abu Bakar Ibn Al-’Arabiy Al-Malikiy (w. 543 H)
  • 32. juz 1 hlm 7 Menurut Al-Imam Ibn ‘Abdil Barr (w. 463 H): Al-Imam Muhammad bin Idriys Asy-Syafi’iy (w. 204 H), mayoritas fuqaha’ dan ‘ulama
  • 33. Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy Asy-Syafi’iy (w. 476 H) (dalam pendapat lamanya) hlm 298
  • 34. juz 1 hlm 1411 Imamul-Haramayn Abdul Malik bin Abdillah Al-Juwainiy Asy- Syafi’iy (w. 478 H)
  • 35. Al-Imam Muhammad Ar-Raziy Fakhruddiyn Asy-Syafi’iy (w. 604 H) juz 1 hlm 200
  • 36. Hujjatu-l-Islam Abu Hamid Al-Ghazaliy Asy-Syafi’iy (w. 505 H) juz 2 hlm 179
  • 37. juz 1 hlm 187 Al-Hafizh Abu Zakariyya An-Nawawiy Asy-Syafi’iy (w. 676 H) dan menurut beliau: Mayoritas Sahabat, Tabi’iyn, Muhadditsiyn, Fuqaha’, dan Ushuliyyiyn
  • 38. juz 1 hlm 188
  • 39. Al-Hafizh Al-Mujtahid Ibn Daqiq Al-’Iyd Asy-Syafi’iy (w. 702 H) dan menurut beliau: Jumhur ‘Ulama juz 1 hlm 183
  • 40. Al-Muhaddits Ahmad Ibn Hajar Al-Haitamiy Asy-Syafi’iy (w. 974 H) juz 1 hlm 60
  • 41. hlm 52 Menurut Ibn Qudamah Al-Maqdisiy Al-Hanbaliy (w. 620 H): Al- Imam Ahmad bin Hambal (w. 241 H) (dalam salah satu riwayat), Mayoritas ‘Ulama, dan Hanabilah Mutaakhkhiriyn
  • 42. hlm 53 Riwayat paling menonjol tentang pendapat Al-Imam Ahmad bin Hambal menurut Sulaiman bin Abdil Qawiy Ath-Thufiy Al- Hanbaliy (w. 716 H)
  • 43. Al-Imam Abu Al-Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Hambaliy (w. 510 H) juz 3 hlm 78
  • 44. Al-Imam Shafiyuddiyn Al-Baghdadiy Al-Hanbaliy (w. 739 H), dan menurut beliau: Al-Imam Ahmad dalam salah satu riwayat, Mayoritas dan Hanabilah Muta’akhkhiruwn hlm 48
  • 45. Al-Imam Abu Manshur Abdul Qahir Al-Baghdadiy Al- Hanbaliy (w. 429 H) hlm 12
  • 46. PENDAPAT TERKUAT, ALASAN DAN BEBERAPA BUKTINYA
  • 47. Pendapat Terkuat  Pendapat Jumhur ‘Ulama dan Fuqaha: HADITS AHAD BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN ) TIDAK BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN ) Hadits Ahad berfaidah zhann ( dugaan ) tidak berfaidah ‘ilm ( keyakian ) karena dia mengandung ihtimâl ( kemungkinan lain ). Sebab para perowi hadits bukan orang yang ma’shûm ( terbebas dari kesalahan ), tidak sebagaimana para nabi. Mereka memungkinkan dusta, lupa, lalai, dsb. dalam meriwayatkan. Hadits yang mengandung kemungkinan lain semacam ini ( sekecil apapun kemungkinan tersebut ) tidak mungkin dapat menimbulkan keyakinan sebagai kebenaran yang mutlak. Maksimal derajatnya adalah ghalabatu-zh-zhann ( dugaan kuat ), tidak sampai derajat yakin. Lain halnya dengan Hadits Mutawatir, banyaknya jalur periwayatannya ( yang karenanya mustahil bagi para perawi bersepakat untuk dusta ) menjadikannya terbebas dari berbagai syubhat, sehingga berfaidah ‘Ilm ( keyakinan ).
  • 48. BUKTI BAHWA KEBENARAN HADITS AHAD TIDAK BERSIFAT PASTI
  • 49. Contoh 1: Hadits lama penciptaan Hadits Nomor 2789
  • 50. Keterangan: Hadits riwayat Muslim tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an surat As-Sajdah [32]: 4* * Lihat juga Al-A’raf [7]: 54, Yunus [10]: 3, Huwd [11]: 7, Al-Furqan [25]: 59, Qaaf [50]: 38, dan Al-Hadiyd [57]: 4 “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy. tidak ada bagi kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?.”
  • 51. Hlm 674 • Pada prinsipnya, nash-nash syara’ tidak mungkin saling bertentangan karena semuanya berasal dari satu sumber yang sama, yaitu Allah swt. • Terjadinya pertentangan antara Al-Qur’an dan Hadits Ahad (yang tidak mungkin dikompromikan), membuktikan secara pasti bahwa Hadits Ahad memungkinkan untuk salah, karena Al-Qur’an tidak mungkin salah, sebab dia diriwayatkan secara mutawatir.
  • 52. Al-Imam ‘Alauddiyn As-Samarqandiy (w. 450 H): “Adapun apabila dia (Khabar Ahad) menyelisihi salah satu dari pokok- pokok ini (Al-Qur’an, Hadits Mutawatir, dan Ijma’), maka wajib ditolak atau ditakwil untuk mengkompromikan keduanya.” hlm 631
  • 53. Contoh 2: Hadits Jibril tentang Iman, Islam, dan Ihsan Hadits Nomor 50
  • 60. Hadits Jalan Periwayatan Iman Islam R. Bukhari Nomor 50 & 4777 Dari Abu Hurairah ra 5: Allah, Malaikat, Rasul-rasul, Perjumpaan, dan Hari Kebangkitan 4: Menyembah dan tidak menyekutukan Allah, Shalat, Zakat, dan Shiyam Ramadhan R. Muslim Nomor 8 Dari Umar bin Khaththab ra 6: Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul- rasul, Hari Akhir, dan Qadar 5: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat, Shiyam Ramadhan, dan Haji R. Muslim Nomor 9 Dari Abu Hurairah ra 6: Allah, Malaikat, Kitab, Perjumpaan, Rasul-rasul, dan Hari Kebangkitan 4: Menyembah dan tidak menyekutukan Allah, Shalat, Zakat, dan Shiyam Ramadhan R. Muslim Nomor 10 Dari Abu Hurairah ra 7: Allah, Malaikat, Kitab, Perjumpaan, Rasul-rasul, Hari kebangkitan, dan Qadar 4: Tidak menyekutukan Allah, Shalat, Zakat, dan Shiyam Ramadhan R. Ahmad Nomor 184 Dari Umar bin Khaththab ra 6: Allah, Malaikat, Surga, Neraka, Hari Kebangkitan, dan Qadar 5: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat, Shiyam, dan Haji R. Ibn Hibban Nomor 173 Dari Umar bin Khaththab ra 9: Allah, Malaikat, Kitab-kitab, Rasul- rasul, Surga, Neraka, Hisab, Hari Kebangkitan, dan Qadar 7: Dua kalimat syahadat, Shalat, Zakat, Haji dan Umrah, Mandi besar, Menyempurnakan wudhu, dan Shiyam Ramadhan
  • 61. Keterangan: Semua Hadits Ahad tersebut Shahih, menceritakan satu kejadian yang sama, yaitu kedatangan malaikat Jibril as kepada Rasulullah saw yang sedang berada di tengah-tengah para sahabat, mengajarkan apa itu Iman, Islam, dan Ihsan, kapan Kiamat dan apa tanda- tandanya (dalam bentuk pertanyaan). Adanya pemberitaan yang berbeda oleh para perawi menunjukkan bahwa kebenaran Hadits Ahad tidak bersifat pasti. Kita tidak bisa memastikan mana hadits yang benar dan tidak pula berani diambil sumpah atasnya, karena membenarkan secara pasti salah satu dari hadits-hadits tersebut berarti menganggap yang lainnya tidak benar. Dan jika membenarkan secara pasti kesemuanya berarti kita meyakini bahwa kejadian tersebut terjadi berkali-kali, yang mana di setiap kalinya Rasulullah saw memberi jawaban yang berbeda untuk pertanyaan-pertanyaan yang sama, dan hal itu tidak mungkin. Apabila memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm alias kebenarannya bersifat pasti, seharusnya perbedaan di atas tidak boleh dan tidak mungkin terjadi.
  • 62. Contoh 3: Hadits mi’raj Rasulullah saw Hadits Nomor 3207
  • 64. Tingkatan langit Nama Para Nabi yang dijumpai Rasulullah saw saat Mi’raj Versi Hadits Bukhari Nomor 3207 Versi Hadits Bukhari Nomor 7517 Langit Dunia Nabi Adam as (perawi tidak menyebutkan) Langit 2 Nabi ‘Isa dan Yahya as Nabi Idris as Langit 3 Nabi Yusuf as (perawi tidak menyebutkan) Langit 4 Nabi Idris as Nabi Harun as Langit 5 Nabi Harun as (perawi tidak hafal namanya) Langit 6 Nabi Musa as Nabi Ibrahim as Langit 7 Nabi Ibrahim as Nabi Musa as
  • 65. Keterangan: Dua hadits riwayat Al-Bukhari tersebut menceritakan satu kejadian yang sama, yaitu perjalanan mi’râj Rasulullah saw menuju sidratu-l-muntahâ. Adanya pemberitaan yang berbeda oleh para perawi menunjukkan bahwa kebenaran Hadits Ahad tidak bersifat pasti. Kita tidak bisa memastikan mana yang benar dari dua hadits shahih yang berbeda tersebut dan kita juga tidak berani diambil sumpah atasnya. Karena membenarkan secara pasti salah satu dari dua hadits tersebut berarti menganggap satunya lagi tidak benar. Dan jika membenarkan secara pasti kedua-duanya berarti kita meyakini bahwa kejadian tersebut terjadi lebih dari satu kali, di mana di setiap kalinya Rasulullah saw bertemu dengan nabi-nabi berbeda di tingkatan-tingkatan langit yang sama, dan hal itu (mi’raj dua kali) tidak pernah dikenal di kalangan ulama baik salaf maupun khalaf. Apabila memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm alias kebenarannya bersifat pasti, seharusnya perbedaan di atas tidak boleh dan tidak mungkin terjadi.
  • 66. Contoh 4: Tidak diakuinya riwayat Ahad dalam menetapkan ayat-ayat Al-Qur’an
  • 67. juz 1 hlm 200
  • 68. Keterangan: Jika memang Hadits Ahad berfaidah ‘ilm ( keyakinan ) alias kebenarannya bersifat pasti, niscaya para sahabat tidak akan berani menolak ayat-ayat yang diriwayatkan secara Ahad saat berlangsungnya proses pengumpulan dan pembukuan Al-Qur’an di masa kekhilafahan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Atau, niscaya sebagaian dari mereka akan menentang penolakan yang dilakukan Umar bin Khaththab ra. terhadap ayat-ayat yang diriwayatkan secara Ahad tersebut. Kenyataannya tidak demikian. Hal tersebut sekaligus membuktikan adanya ijma’ para Sahabat Nabi dalam bahwasannya riwayat Ahad mengandung kemungkinkan untuk salah, karenanya tidak bisa digunakan sebagai jalan dalam menetapkan perkara yang bersifat pasti ( Al-Qur’an pasti firman Allah swt. )
  • 69. KEDUDUKAN DALIL YANG BERFAIDAH ZHANN ( DUGAAN ) DALAM PERKARA AKIDAH
  • 70. Perkara Akidah menuntut pembenaran yang bersifat pasti ( 100% ), berdasarkan: 1. Al-Qur’an surat An-Najm [53]: 23 “Itu tidak lain hanyalah Nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu mengadakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk (menyembah) nya. mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka dan Sesungguhnya telah datang petunjuk kepada mereka dari Tuhan mereka.”
  • 71. 2. Al-Qur’an surat An-Najm [53]: 28 “Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran.”
  • 72. 3. Al-Qur’an surat Yunus [53]: 66 “Ingatlah, Sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi. dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.”
  • 73. Ayat-ayat tersebut berisi celaan terhadap keyakinan orang-orang kafir Quraisy yang hanya berdasarkan dugaan bukan kepastian. Alif-lâm ta’riyf pada lafazh az-zhann di bagian ( ‫شيئا‬ ‫الحق‬ ‫من‬ ‫يغني‬ ‫ال‬ ‫الظن‬ ‫وإن‬ ) menandakan keumuman, sehingga berlaku untuk semua macam zhann. Maka dari situ timbullah hukum: Haram menggunakan Hadits Ahad sebagai hujjah dalam perkara Keyakinan/Akidah. Yang menjadi qariynah ( indikasi ) keharaman nya adalah adanya unsur dzamm ( celaan ) terhadap keyakinan yang berdasarkan dugaan ( ِ‫ب‬َّ‫ت‬َ‫ي‬ ْ‫ن‬ِ‫إ‬ ٍ‫م‬ْ‫ل‬ِ‫ع‬ ْ‫ن‬ِ‫م‬ ِ‫ه‬ِ‫ب‬ ْ‫م‬ُ‫ه‬َ‫ل‬ ‫ا‬َ‫م‬َ‫و‬َّ‫ن‬ِ‫إ‬َ‫و‬ َّ‫ن‬َّ‫ظ‬‫ال‬ َّ‫َّل‬ِ‫إ‬ َ‫ون‬ُ‫ع‬ ِ‫ق‬َ‫ح‬ْ‫ل‬‫ا‬ َ‫ن‬ِ‫م‬ ‫ي‬ِ‫ن‬ْ‫غ‬ُ‫ي‬ َ‫َّل‬ َّ‫ن‬َّ‫ظ‬‫ال‬‫ًا‬‫ئ‬ْ‫ي‬َ‫ش‬ ).
  • 74. PERKATAAN PARA ‘ULAMA BAHWA HADITS AHAD TIDAK BISA DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH DALAM PERKARA KEYAKINAN ( AKIDAH )
  • 75. Al-Imam ‘Alauddiyn As-Samarqandiy (w. 450 H): “Adapun apabila dia (Khabar Ahad) berkenaan dengan perkara- perkara akidah –yaitu masalah-masalah Kalam– maka dia tidak bisa menjadi hujjah.” hlm 632
  • 76. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Baihaqiy (w. 458 H): “Dikarenakan aspek ini, yaitu adanya ihtimal ( kemungkinan lain ), maka para ulama ahli nazhar yang semadzhab dengan kami, meninggalkan berhujjah dengan Hadits Ahad dalam perkara sifat Allah swt.” hlm 335
  • 77. Al-Hafizh Al-Muhaddits Al-Khathiyb Al-Baghdadiy (w. 463 H): “Khabar Ahad tidak diterima dalam perkara agama yang menuntut keyakinan dan kepastian.” hlm 432
  • 78. Al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Ali Asy-Syiyraziy (w. 476 H): “… Bahwa dalam perkara ushul (seperti Tauhid dan Penetapan Sifat-sifat Allah swt) dalil-dalil nya harus logis, yang mengharuskan keyakinan serta menghilangkan sangsi, maka kami tidak menggunakan Khabar Ahad.” juz 2 hlm 601
  • 79. Al-Imam Abu Al-Khaththab Mahfuzh bin Ahmad Al-Hambaliy (w. 510 H): “… jalan penetapan Al-Qur’an dan Ushuluddiyn (Akidah) adalah keyakinan, sementara keyakinan tidak bisa timbul dari Khabar Ahad.” juz 3 hlm 27-28
  • 80. Al-Imam Muhammad bin Abdil Hamiyd Al-Asmandiy (w. 552 H): “Tidak boleh menerima Khabar Ahad (sebagai hujjah) dalam perkara-perkara akidah.” hlm 406
  • 81. Al-Imam Abu Ats-Tsana’Al-Hanafiy (w. 6.. H): “Hadits Ahad tidak bisa dijadikan hujjah dalam masalah-masalah akidah, karena masalah- masalah akidah dibangun berdasarkan keyakinan yang pasti, sementara Khabar Ahad (hanya) menimbulkan kebenaran pada umumnya dan dugaan kuat , tidak sampai kebenaran yang bersifat pasti.” hlm 148
  • 82. Al-Imam Al-Mufassir Abu Bakr Al-Qurthubiy (w. 671 H): “Ayat tersebut (Yunus 36) menunjukkan bahwasannya tidak cukup dalil zhanniy (untuk dijadikan dasar) dalam perkara-perkara akidah.” juz 10 hlm 502
  • 83. Syaikhul-Islaam Ahmad bin Abdil Haliym Ibn Taimiyyah (w. 728 H): “Bagaimana bisa pokok agama yang keimanan tidak sah tanpanya itu ditetapkan berdasaran khabar Ahad?” juz 4 hlm 95
  • 84. Al-Imam Syaikhu-l-Islam Taqiyuddiyn As-Subkiy (w. 756 H): “Hal Qath’iy dan Mutawatir bukan merupakan syaratnya, bahkan tatkala suatu hadits shahih meski hanya zhahirnya, sementara dia adalah khabar Ahad, maka boleh dijadikan dasar dalam perkara itu (ru’yatu-Llaah), karena perkara itu tidak termasuk dalam masalah akidah yang menuntut syarat kepastian.” hlm 495-496
  • 85. Al-Muhaqqiq Abu Ishaq Asy-Syathibiy (w. 790 H): “Bahwasannya jika memang dalil zhanniy boleh dijadikan dasar ushul fiqh maka semestinya dia juga boleh dijadikan dasar ushuluddiyn, namun menurut konsensus ulama tidak demikian.” juz 1 hlm 20
  • 86. Al-’Allaamah Sa’du-d-Diyn At-Taftazaniy (w. 791 H): “Dalil zhanniy tidak diperhitungkan dalam bab akidah, khususnya jika mencakup kontradiksi antar riwayat. …” hlm 89
  • 87. Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqalani (w. 852 H): “(Al-Bukhari) menggiring hadits-hadits tentang sifat suci Allah dengan menjadikan setiap hadits menjadi satu bab lalu memperkuatnya dengan ayat Al-Qur’an, untuk menunjukkan bahwa hadits-hadits tersebut tidak termasuk khabar Ahad berdasarkan turunnya, demi tidak berhujjah dengannya (Khabar Ahad) dalam perkara-perkara akidah.” juz 13 hlm 372
  • 88. Al-Imam Zainuddiyn bin Ibrahim Ibn Najiym (w. 970 H): “Penjelasan tentang tempat digunakannya Khabar Ahad maka di luar perkara-perkara akidah, karena sesungguhnya perkara- perkara akidah tidak bisa ditetapkan berdasarkan Khabar Ahad lantaran keharusannya dibangun berdasarkan keyakinan.” hlm 293
  • 89. Al-’Allamah ‘Ali Al-Qariy (w. 1014 H): “… dalam bab Akidah tidak diterima dalil-dalil zhanniy, tidak cukup (berhujjah) dengan riwayat ahad yaitu hadits lemah dan riwayat yang tidak jelas (untuk menetapkan akidah orang tua nabi Muhammad saw).” hlm 62-63
  • 90. Al-Imam Al-Muhaqqiq Muhammad bin Ahmad As-Safariniy Al- Hambaliy (w. 1188 H): “Dalil zhanniy tidak diperhitungkan dalam perkara-perkara akidah, akan tetapi diperhitungkan dalam perkara-perkara ‘amaliyah (syari’ah).” juz 1 hlm 5
  • 92. Syubhat: “Nabi dan Rasul diutus dalam jumlah yang tidak mencapai batas mutawatir, tapi umat manusia wajib mengikuti ajaran yang mereka bawa seluruhnya ( akidah dan syari’ah ). Itu menunjukkan bahwa periwayatan secara Ahad telah ditetapkan oleh Allah swt untuk diterima tanpa membedakan antara akidah dan syari’ah?” Jawaban: Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah bagaimana memastikan tsubut suatu khabar. Nabi dan rasul memang diutus tidak dalam jumlah mutawatir, tapi untuk membuktikan kepastian bahwa mereka adalah benar-benar utusan Allah swt, mereka dibekali mu’jizat, dan untuk menjamin kemurnian ajaran yang mereka sampaikan, mereka diberi sifat ‘ishmah ( terjaga dari kesalahan ). Jika dua perkara di atas ( mu’jizat dan sifat ‘ishmah ) ada pada diri para perawi hadits, niscaya semua khabar yang mereka riwayatkan berfaidah ‘ilm ( keyakinan ), sekalipun berupa khabar Ahad. Tapi pada kenyataannnya tidak demikian dan tidak mungkin demikian. Para perawi hadits tidak ma’shum dan karenanya kebenaran riwayat mereka yang Ahad tidak bersifat pasti. Perkara yang bersifat tidak pasti semacam ini tidak mungkin bisa dijadikan landasan bagi perkara yang menuntut keyakinan pasti ( akidah ).
  • 93. Syubhat: “Bukankah Rasulullah saw mengutus para sahabat untuk menyampaikan, mendakwahkan, atau mengajarkan Islam (akidah dan syari’ahnya) dalam jumlah yang tidak mencapai batas mutawatir? Itu bertanda bahwa Rasulullah saw sendiri menyepakati berlakunya hadits ahad dalam perkara akidah.” Jawaban: 1. Perlu dibedakan antara aktivitas Tabliygh, Da’wah, dan Ta’liym, dengan aktivitas Tahqiyq (pemastian). Aktivitas Tabliygh, Da’wah, dan Ta’liym tidak memiliki ketentuan syar’iy terkait dengan jumlah pelakunya, artinya dia boleh dilakukan secara individu maupun bersama-sama. Sedangkan dalam aktivitas Tahqiyq (yang dilakukan oleh pihak penerima khabar) secara ilmiyah terdapat ketentuan terkait dengan sanad, di mana dengan ketentuan itulah dapat diketahui kapan kebenaran hadits bersifat pasti, dan kapan tidak. 2. Aktivitas tahqiyq pernah dilakukan Rasulullah saw dalam hadits Dzul-Yadaiyn; dan para sahabat, diantranya Abu Bakar dalam hadits tentang bagian waris nenek, Umar bin Khaththab dalam hadits isti’dzan. Padahal ketiganya dalam perkara syari’at, untuk perkara akidah tentunya lebih utama. 3. Menurut para ulama bahwa hadiyts ‘aalin (dengan jalur periwayatan pendek) itu lebih kuat daripada hadiyts naazil (dengan jalur periwayatan panjang), maka sudah barangtentu pemberitaan secara ahad di masa Nabi saw dan para Sahabat Beliau jauh lebih kuat daripada yang kita kenal sebagai Hadits Ahad saat ini. Maka tidak bisa mengqiyaskan antara ini dan itu.
  • 94. Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh Rasulullah saw
  • 95. Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh Abu Bakar ra
  • 96. Tahqiyq khabar yang dilakukan oleh ‘Umar bin Khaththab ra
  • 97. Syubhat: “Bukankah syara’ membolehkan menerima persaksian yang jumlahnya antara 1, 2, dan 4? dan itu bukan merupakan jumlah yang mencapai mutawatir. Berarti syara’ membolehkan menerima pemberitaan secara Ahad.” Jawaban: 1. Ar-riwâyah (periwayatan) berbeda dengan asy-syahâdah (persaksian). Ketentuan persaksian yang tidak ada pada periwayatan: tidak diterima persaksian tanpa al-mu’aayanah aw as-samaa’al- mubaasyir (melihat atau mendengar perkara secara langsung/tidak melalui pemberitaan orang lain); tidak boleh diambil dari anak, bapak, saudara, dan musuh; memenuhi jumlah yang telah ditetapkan; dan hanya disampaikan di majelis Qadhiy. Syarat periwayatan yang tidak ada pada persaksian: adh-dhabt (memiliki keterjagaan hafalan dan atau tulisan). Mengqiyaskan persaksian dengan periwayatan adalah pengqiyasan dengan adanya pembeda (al-qiyaas ma’a-l-faariq), dan hal tersebut tidak dibenarkan. 2. Dari aspek tsubuwt-nya khabar, jumlah persaksian ditetapkan oleh syara’ bukan dalam rangka untuk mendapatkan ke-qath’iy-an (kepastian) khabar, tapi untuk mengantarkan seorang qadhi menetapkan perkara dengan sah secara syar’iy (meski belum tentu benar secara pasti). Nabi saw bersabda: … aqdhiy lahu ‘alaa nahwi maa asma’ (… aku menetapkan baginya berdasarkan apa yang aku dengar), bukan aku menetapkan baginya berdasarkan apa yang sebenarnya terjadi.
  • 98. Menghukumi berdasarkan perkara zhahir (yang dilihat/didengar)
  • 99. Syubhat: “Kaum muslimin di Quba’ menerima khabar ahad pada saat mereka shalat shubuh terkait pemidahan qiblat dari Masjidi-l-Aqsha menuju Masjidi-l-Haram sehingga mereka mengubah arah shalat seketika itu juga. Rasulullah saw yang tahu hal tersebut dan mendiamkan bertanda beliau setuju atas penerimaan terhadap khabar ahad.” Jawaban: Ketentuan-ketentuan di dalam amalan Shalat (baik gerakan maupun bacaan) termasuk bab syari’at, sehingga penetapan atasnya tidak dibatasi hanya berdasarkan nash mutawatir saja, melainkan juga menerima nash ahad. Termasuk dalam ketentuan shalat adalah menghadap qiblat, maka penerimaan penduduk Quba’ di situ baru menunjukkan wajibnya menerima khabar Ahad dalam perkara syari’at, belum menunjukkan penerimaan terhadap Khabar Ahad dalam perkara Akidah.
  • 100. Syubhat: “Bukankah dalam mengamalkan syari’at juga harus berdasarkan keyakinan?.” Jawaban: Tidak semua amalan menuntut untuk disertai keyakinan, karena fakta amalan ada yang berdasarkan nash qath’iy, dan ada yang berdasarkan nash zhanniy. Untuk amalan yang berdasarkan nash qath’iy secara tsubut, selama dilalah-nya juga qath’iy maka amalan tersebut diyakini sebagai al-ma’luwm minad-diyn bidh-dharuwrah, seperti syaria’t shalat, zakat, puasa dan haji. Mengingkari syari’at-syari’at tersebut dihukumi kafir, karena mengingkari perkara qath’iy. Untuk amalan yang berdasarkan nash zhanniy ( zhanniy tsubut dengan qath’iy dilalah, qath’iy tsubut dengan zhanniy dilalah, atau zhanniy tsubut dan dilalah secara bersamaan ), maka pengamalannya tidak bisa disertai keyakinan, melainkan cukup berdasarkan dugaan kuat sebagai pendapat yang rajih ( lebih kuat dari yang lain ), tanpa menafikan adanya kemungkinan pendapat lain yang benar. Perselisihan pendapat di dalamnya bukan wilayah pengkafiran.
  • 101. KONSEKWENSI MENGANGGAP HADITS AHAD BERFAIDAH ‘ILM ( KEYAKINAN )
  • 102. KONSEKWENSI MENGANGGAP HADITS AHAD BERFAEDAH ‘ILM • Mengakui keberadaan pribadi-pribadi ma’shum (terbebas dari kesalahan) selain para nabi dan rasul, yaitu para perawi tsiqah. Karena menganggap periwayatan mereka secara ahad berfaidah benar secara pasti. • Menganggap Al-Qur’an yang ada saat ini tidak lengkap, karena tidak menghimpun ayat- ayat yang diriwayatkan secara Ahad padahal semuanya dianggap pasti firman Allah swt. • Membenarkan nasakh terhadap Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir dengan Hadits Ahad, alasannya karena ketiganya sama-sama bersifat pasti. • Membuka peluang ikhtilaf yang sangat tajam di wilayah ushul, di mana perbedaan jenis ini bisa menimbulkan klaim kafir, sesat, atau fasik, tidak seperti perbedaan di wilayah cabang syari’ah. Mengingat fakta Hadits Ahad tidak sedikit yang bersifat kontradiktif. • Menganggap orang yang mengingkari Hadits Ahad sama seperti mengingkari Hadits Mutawatir. Di mana para ‘ulama sepakat, ingkar terhadap hadits mutawatir berarti kafir.
  • 104. SIKAP TERHADAP HADITS AHAD TERKAIT PEMBENARAN • Apabila Hadits Ahad bertentangan dengan nash qath’iy (baik Al-Qur’an maupun Hadits Mutawatir), maka wajib ditolak. • Apabila Hadits Ahad saling bertentangan dengan sesamanya, dan tidak dapat diketahui mana yang lebih kuat (yang paling mendekati kebenaran), maka sikap tawqquf lebih utama (tidak membenarkan semua dan tidak pula mengingkari semua), karena tidak mungkin semuanya benar, dan bahkan semuanya memungkinkan untuk salah. Namun apabila dapat diketahui, maka yang paling kuat dibenarkan tanpa bisa meyakininya. • Apabila Hadits Ahad tidak bertentangan dengan yang lain, baik jalur periwayatannya berjumlah sedikit maupun banyak, maka dibenarkan tanpa bisa meyakininya. HADITS AHAD HARAM DIGUNAKAN SEBAGAI HUJJAH DALAM PERKARA AKIDAH KARENA AKIDAH MENUNTUT KEYAKINAN, SEMENTARA HADITS AHAD TIDAK MENIMBULKAN KEYAKINAN. DIA HANYA SEBATAS MENIMBULKAN PEMBENARAN.
  • 105. juz 1 hlm 329
  • 107. MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH: DALIL MASALAH AKIDAH HARUS MUTAWATIR “Pokok-pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah*: …, 5. Di dalam masalah aqidah ( tauhid ), hanya dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir. …” (Sumber: Manhaj Tarjih Muhammadiyah, oleh Prof. Drs. H. Asjmuni Abdurrahman, hlm 13, lihat juga: http://muhammadiyahmalang.blogspot.com/2010/02/manhaj-tarjih-muhammadiyah.html) “…, tentang tanda-tanda hari kiamat, kalau tanda-tanda itu diterangkan oleh dalil-dalil al-Qur’an dan hadis-hadis yang mutawatir, maka Muhammadiyah meyakininya, karena sesuai dengan manhaj yang dipegang Muhammadiyah, menyangkut soal i’tiqad (keyakinan), dalilnya harus mutawatir. …” (Sumber: http://www.fatwatarjih.com/2012/06/itiqad-muhammadiyah-tentang-hari-kiamat.html) ___________________ * Merupakan Rumusan Majlis Tarjih Muhammadiyah 1929, dan tidak tidak ada perubahan pada Munas Majlis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam tahun 2000 di Jakarta.