Perbedaan pengertian iman antara Hizbut Tahrir dan ulama umumnya terletak pada pengertian iman itu sendiri. Hizbut Tahrir menganggap iman hanya sebagai keyakinan batin, sedangkan ulama umumnya menganggap iman meliputi keyakinan batin dan amalan lahir. Namun demikian, Hizbut Tahrir tidak menolak hadis ahad secara mutlak sebagaimana Mu'tazilah, melainkan hanya menolaknya sebagai dalil akidah
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Menepis persepsi salah tentang ht
1.
2. Hizb mengartikan Iman berbeda dengan pengertian para
‘ulama pada umumnya.
Iman menurut Hizb:
التصديق الجازم المطابق للواقع عن دليل
“Pembenaran yang bersifat pasti yang sesuai dengan fakta
berdasarkan suatu bukti”
Iman menurut ‘ulama pada umumnya:
التصديق بالقلب والاقرار باللسان والعمل بالجوارح
“Pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan, dan
perbuatan dengan anggota tubuh.”
3. Pengertian Iman oleh Hizb adalah pengertian Iman
sesungguhnya secara bahasa dan realita, sedangkan
pengertian Iman oleh ‘Ulama pada umumnya adalah Iman
yang kaitannya dengan perbuatan seorang hamba.
Ungkapan al-qaul bi-l-lisaan dan al-’amal bi-l-jawaarih
semata-mata menandakan kesempurnaan Iman, bukan
iman itu sendiri. Hal ini karena keimanan yang benar
akan meniscayakan ‘amal.
4. Contoh dalil bahwa iman adalah amalan batin:
قال الله تعالى: وَإِ ذ قَالَ إِب رَاهِي م رَ ب أَرِنِ كَ يفَ تُ يِي ال مَ وتَى قَالَ أَوَلَ ت ؤمِ ن قَالَ بَ لَى
] وَلَكِ ن لِيَط مَئِ ن قَ لبِ ]البقرة/ 260
قال الله تعالى: يَا أَيُّ هَا ال ذِينَ آَمَن وا آَمِن وا بِا للِّ وَرَ سولِهِ وَال كِتَابِ ال ذِي ن زلَ عَلَى رَ سولِهِ
وَال كِتَابِ ال ذِي أَن زَلَ مِ ن قَ ب ل وَمَ ن يَ ك ف ر بِا للِّ وَمَلََئِكَتِهِ وَ كت بِهِ و ر سلِهِ وَال يَ ومِ ا لَْخِرِ
] فَ قَ د ضَ ل ضَلََلًا بَعِيدًا ]النساء/ 136
قال الله تعالى: يَا أَيُّ هَا ال ر سو ل لَا يَ زن كَ ال ذِ ينَ ي سَارِع ونَ فِ ال ك فرِ مِنَ ا ل ذِينَ قَال وا
] آَمَن ا بِأَف وَاهِهِ م وَلَ ت ؤمِ ن ق ل وب ه م وَمِنَ ال ذِينَ هَا دوا ... ]المائدة/ 41
] قال الله تعالى: وَأَ ما مَ ن آَمَنَ وَعَمِلَ صَالًِِا فَ لَه جَزَاء ا لِ سنَ ]الكهف/ 88
قال ) جبريل ( فأخبرن عن الإيمان قال ، ) النب ( : أن تؤمن بالله وملَئكته وكتبه
ورسله واليوم الْخر وتؤمن بالقدر خيره وشره ]رواه مسلم[
5. Contoh dalil iman dengan konsekwensinya berupa
amalan zhahir:
قال الله تعالى: لَا تََِ د قَ ومًا ي ؤمِن ونَ بِا للِّ وَال يَ ومِ ا لَْخِرِ ي وَادُّونَ مَ ن حَا د ا للّ وَرَ سولَه وَلَ و كَان وا آَبَاءَ ه م أَ و أَب نَاءَ ه م أَ و إِ خوَانَ ه م أَ و عَشِيرَتَ ه م أ ولَئِكَ كَتَبَ فِ
] ق ل وبِِِ م ا لإِيمَانَ وَأَي دَ ه م بِ رو ح مِ نه ]المجادل / 22
قال النب صلى الله عليه وسلم: لا يزن الزان حين يزن وهو مؤمن ولا يشرب
الخمر حين يشربِا وهو مؤمن ولا يسرق السارق حين يسرق وهو مؤمن ]رواه
البخاري[
قال النب صلى الله عليه وسلم: من كان يؤمن بالله واليوم الْخر فلَ يؤذ جاره
ومن كان يؤمن بالله واليوم الْخر فليكرم ضيفه ومن كان يؤمن بالله واليوم
الْخر فليقل خيرا أو ليصمت ]رواه البخاري[
6. قال البخاري : واليقين هو العلم الِاصل للقلب بعد النظر والاستدلال ،
فيوجب قوة التصديق حتى ينفي الريب ويوجب طمأنين القلب بالإيمان
وسكونه وارتياحه به ، وقد جعله ابن مسعود الإيمان كله . وكذا قال الشعب
- أيضا .
Imam Al-Bukhoriy: “keyakinan adalah ilmu yang sampai
di hati setelah pengkajian dan pembuktian, maka ia
meniscayakan kuatnya pembenaran sampai pada taraf
menafikan keraguan dan meniscayakan ketentraman,
ketenangan, dan kelegaan hati dengan keimanan
tersebut. Ibnu Mas’ud menganggap keyakinan adalah
keimanan itu sendiri. Demikian pula dikatakan oleh Imam
Asy-Sya’biy” [Ibn Rojab, Fathu-l-Baariy, jilid I hal. 13]
7. واتفق أهل السن من المحدثين والفقهاء والمتكلمين على أن المؤمن الذى يَكم
بأنه من أهل القبل ولا يخلد فى النار لا يكون الا من اعتقد بقلبه دين الاسلَم
اعتقادا جازما خاليا من الشكوك ونطق بالشهادتين .
"Ahli Sunnah dari kalangan ahli hadits, para fuqaha, dan
ahli kalam, telah sepakat bahwa seseorang mukmin yang
dihukumi sebagai ahli kiblat (muslim) dan tidak kekal di
dalam neraka, hanyalah siapa-siapa yang meyakini
dienu-l-Islaam di dalamnya hatinya secara pasti tanpa
keraguan sedikitpun, dan ia mengucapkan dua kalimat
syahadat.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal.
149]
8. واعلم أن مذهب أهل الِق أنه لا يكفر أحد من أهل القبل بذنب ولا يكفر
أهل الاهواء والبدع وأن من جحد ما يعلم من دين الاسلَم ضرورة حكم
بردته وكفره .
“Ketahuilah, bahwa madzhab ‘ulama yang benar adalah
bahwa seorang ahlul kiblat tidak dihukumi kafir hanya
dikarenakan suatu dosa tertentu, dan tidak pula
dihukumi kafir para pengikut hawa nasfsu dan bid’ah.”
[An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I hal. 150]
9. Hizbut Tahrir menolak penggunaan Hadits Ahad dalam
masalah Akidah, maka karenanya Hizb dianggap
mengingkari Siksa Kubur dan pertanyaan malaikat
Munkar dan Nakir, Kemunculan Imam Mahdi dan
Dajjal, Turunnya Nabi Isa as, Syafa’at Rasulullah saw,
dll., karena semuanya itu landasannya adalah hadits-hadits
Ahad. Karena itulah Hizbut Tahrir sama dengan
Mu’tazilah
10. Hizbut Tahrir tidak menggunakan Hadits Ahad sebagai
landasan akidah, karena ia bersifat zhanniy (dugaan)
tidak qath’iy (pasti). Sementara memunculkan kayakinan
tidak bisa kecuali hanya dengan dalil yang bersifat
qath’iy, yaitu Al-Qur’an dan Hadits Mutawatir.
Adapun terhadap Hadits Ahad yang shahih, jika terkait
syari’at wajib diamalkan, dan jika terkait keyakinan cukup
dibenarkan.
Hal ini tidak sebagaimana Mu’tazilah yang menolak
hadits Ahad dalam hal akidah secara mutlak.
11. Apakah hadits ahad yang Shahih berfaedah ‘ilm
(keyakinan) atau zhann (dugaan) perbedaan ulama
sejak dulu:
1. Hadits ahad berfaedah ‘ilm (keyakinan)
a. Secara mutlak imam ibn hazm azh-dzahiri
b. Jika ada qorinah imam al-amidi
c. Jika telah disepakati umat untuk diterima (shahih
Bukhari dan shahih Muslim) imam ibnu shalah
2. Hadits ahad berfaedah zhann (dugaan) tidak
berfaedah ‘ilm (keyakinan) imam an-nawawi dan
jumhur ulama
12. An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, 1/131:
فالذى عليه جماهير المسلمين من الصحاب والتابعين فمن بعدهم من المحدثين
والفقهاء وأصحاب الاصول أن خبر الواحد الثق حج من حجج الش رع يلزم
العمل بِا ويفيد الظن ولا يفيد العلم .
“dan yang merupakan pendapat mayoritas kaum muslim
dari kalangan sahabat, tabi’ien dan siapa-siapa setelah
mereka dari kalangan ulama hadits, ulama fiqh, dan
ulama ushul, bahwa khabar ahad yang terpercaya (sahih)
merupakan hujjah di antara hujjah-hujjah syara’ yang
wajib diamalkan, dan bahwa dia berfaedah zhann
(dugaan) tidak berfaedah ‘ilm (keyakinan).”
13. وذهب بعض المحدثين إلى أن الْحاد التى فى صحيح البخارى أو صحيح
مسلم تفيد العلم دون غيرها من الْحاد وقد قدمنا هذا القول وابطاله فى
الفصول وهذه الأقاويلكلها سوى قول الجمهور باطل ...
“Sebagian ‘ulama hadits berpendapat bahwa hadits ahad
di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim berfaeah
‘ilm (yakin), tidak hadits ahad selainnya. Dan kami telah
menjelaskan pendapat ini beserta bantahan terhadapnya
di banyak fashal. Semua pendapat-pendapat ini selain
pendapat jumhur adalah batil (salah) …
14. ... وأما من قال يوجب العلم فهو مكابر للحس وكيف يَصل العلم
واحتمال الغلط والوهم والكذب وغير ذلك متطرق إليه . والله أعلم .
… Adapun orang yang berpendapat bahwa hadits ahad
meniscayakan ‘ilm maka dia telah berpaling dari
kenyataan. Bagaimana bisa hadits ahad menghasilkan
‘ilm sementara kemungkinan adanya penyimpangan,
kealpaan, pemalsuan dan yang lainnya ada padanya.
Wallahu ‘alam.” [An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, jilid I
hal. 132]
15. Bahwa khabar ahad tidak berfaedah ilmu =
pendapat jumhur ‘ulama bukan klaim Imam
An-Nawawi
فصل هل يوجب خبر الواحد العدل العلم مع العمل أو العمل دون العلم
قال أبو محمد قال أبو سليمان والِسين عن أبي علي الكرابيسي والِارث بن أسد
المحاسب وغيرهم أن خبر الواحد العدل عن مثله إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
يوجب العلم والعمل معا ، وبِذا نقول ، وقد ذكر هذا القول أحمد بن إسحاق
المعروف بابن خويز منداد عن مالك بن أنس . وقال الِنفيون والشافعيون وجمهور
المالكيين وجميع المعتزل والخوارج إن خبر الواحد لا يوجب العلم ، ومعن هذا عند
جميعهم أنه قد يمكن أن يكون كذبا أو موهوما فيه واتفقوا كلهم ف هذا ، وسوى
بعضهم بين المسند والمرسل . ... )لينظر الإحكام ف أصول الأحكام لابن حزم -
) دار الِديث - القاهرة - ج 1 / ص 131
16. Bersifat Pasti)
dan At-Tashdiiqu-l-Jaazim (Pembenaran yang Bersifat Pasti)
Misalnya anda membeli beras dari sebuah toko seberat 3 kilogram
dan penjual menimbang beras tersebut di hadapan mata kepala
anda langsung. Jika di perjalanan pulang anda ditanya berapa
berat beras yang anda bawa? Tentunya anda akan langsung
menjawab 3 kilogram! Tapi jika ditanya lebih lanjut: beranikah anda
bersumpah bahwa beras tersebut benar-benar 3 kilogram, tidak
lebih dan tidak kurang walau hanya 1 miligram pun? Tentu anda
tidak akan berani, karena timbangan penjual beras tadi berpeluang
salah, bisa karena takaran timbangannya dikurangi, rusak, penjual
yang lalai, atau yang lainnya. Pembenaran anda terhadap 3
kilogram di sini baru pembenaran saja yang tidak bersifat
pasti.
Kecuali jika kemudian anda membuktikan berat beras tersebut
dengan timbangan-timbangan lainnya hingga jumlah timbangan
yang memustahilkan terjadi kesalahan bahwa berat beras tersebut
benar-benar 3 kilogram persis, tidak kuarang dan tidak lebih. Maka
pembenaran anda atas 3 kilogram yang terakhir inilah
pembenaran yang bersifat pasti dan anda akan berani
17. Hizb dianggap telah mengkafirkan umat islam serta
para pemimpin mereka, lantaran Hizb menyebut negeri-negeri
kaum muslim yang ada saat ini dengan sebutan
Daaru-l-Kufr (negara kufur), karena tidak menerapkan
sistem islam, yakni Khilafah Islamiyyah. Serta
menyebut kematian kaum muslimin saat ini dengan
mati dalam keadaan jahiliyah, di mana kondisi
jahiliyyah identik dengan kesyirikan dan kekufuran.
18. Dalam pandangan Hizb, negeri-negeri kaum muslim saat
ini adalah daaru-l-kufr (negara kufur) karena tidak
berhukum dengan hukum Allah swt. Hal ini sesuai
dengan pandangan jumhur ‘ulama, bahwa negara yang
tidak memberlakukan hukum Islam bukanlah daaru-l-islaam
(negara islam), melainkan daaru-l-kufr.
19. قال الجمهور دار الإسلَم هي التي نزلها المسلمون وجرت عليها أحكام
الإسلَم . وما ل تَر عليه أحكام الإسلَم ل يكن دار إسلَم وإن لاصقها .
فهذه الطائف قريب إلى مك جدا ول تصر دار إسلَم بفتح مك .
“Jumhur ‘ulama berkata: daaru-l-islaam adalah negara
yang dihuni oleh kaum muslim dan berlaku di dalamnya
hukum-hukum Islam. Setiap yang tidak berlaku di
dalamnya hukum-hukum Islam, bukanlah daaru-l-islaam
meski ia berdekatan dengannya. Dan ini negeri Thaif,
sangat dekat dengan Mekah, tapi tidak secara otomatis
menjadi daaru-l-islaam dengan peristiwa Fathu Makkah.”
(Ibn Qoyyim Al-Jauziyyah, Ahkaamu Ahli-dz-Dzimmah,
2/728)
20. Akan tetapi, penyebutan terhadap suatu negeri dengan
sebutan daaru-l-kufr, tidak berarti menganggap semua
penghuninya kafir. Istilah daaru-l-kufr hanya
menandakan bahwa negeri tersebut tidak berhukum
dengan hukum-hukum Islam. Demikian sebaliknya,
sebutan daaru-l-islaam tidak berarti menganggap semua
penghuninya muslim, karena daaru-l-islam pada
faktanya juga dihuni oleh non-muslim, baik berstatus
sebagai kafir dzimmiy maupun kafir musta-min.
Adapun penguasa yang tidak menerapkan hukum islam,
Hizb memandang: jika perbuatannya disertai keyakinan
maka dia kafir, jika tidak disertai keyakinan maka dia
brdosa (zhaalim/faasiq).
21. وقد أمر الله السلطان أن يَكم بما أنزل الله على رسول الله، وجعل مَن حكم
بغير ما أنزل الله كافر اً إن اعتقد به واعتقد بعدم صلَحي ما أنزل على رسوله،
وجعله عاصي اً إن حكم به ول يعتقده .
“Allah swt telah memerintahkan penguasa untuk
berhukum dengan apa yang Allah swt turunkan atas
Rasulullah saw, dan menjadikan siapa-siapa yang
berhukum dengan selain apa yang diturunkan Allah swt
sebagai kafir jika menyakininya, dan meyakini tidak
adanya kemaslahatan pada apa yang diturunkan atas
Rasul-Nya, serta menjadikannya bermaksiat jika
berhukum dengannya (selain hukum Allah swt) tanpa
meyakininya.” [Syaikh Taqyuddin An-Nabhaaniy,
Muqaddimatu-d-Dustuur, hlm 6]
22. وقال عكرم ومن ل يَكم بما أنزل الله جاحد اً به فقد كفر ومن أقر به ول يَكم
به فهو ظال فاسق وهذا قول ابن عباس أيض اً .
“Berkata ‘Ikrimah ra: siapa-siapa yang tidak berhukum
dengan apa yang diturunkan Allah swt karena keingkaran
terhadapnya maka dia benar-benar telah kafir, dan siapa-siapa
masih mengakuinya tapi tidak mau berhukum
dengannya maka dia zhalim lagi fasiq. Ini juga perkataan
Ibn ‘Abbas ra.” [Tafsiir Al-Khaazin, 2/289]
23. والمراد بالميت الجاهلي وهي بكسر الميم حال الموت كموت أهل الجاهلي على
ضلَل وليس له امام مطاع لأنهم كانوا لا يعرفون ذلك وليس المراد أنه يموت
كافرا بل يموت عاصيا
“Yang dimaksud dengan kematian jahiliyah [dengan mim
dibaca kasroh] adalah keadaan kematiannya seperti
kematian masyarakat jahiliyyah di atas kesesatan dan
tidak memiliki seorang pemimpin yang ditaati, karena
mereka belum mengenal hal tersebut. Bukan
dimaksudkan mati dalam keadaan kafir, melainkan mati
dalam keadaan bermaksiat.” [Ibn Hajar, Fathu-l-baariy,
13/7]
24. ومن مات وليس ف عنقه بيع فقد مات ميت جاهلي ، ووجه الاستدلال بِذا
الِديث هو أن الرسول أوجب على كل مسلم أن تكون ف عنقه بيع لخليف
ول يوجب أن يبايعكل مسلم الخليف
“… Aspek argumentatif dari hadits ini adalah bahwa
Rasulullah saw mewajibkan atas setiap muslim untuk
mengadakan di lehernya bai’at untuk seorang khalifah,
dan tidak mewajibkan agar setiap muslim membai’at
khalifah.” [Taqyuddiin An-Nabhaaniy, Muqaddimatu-d-
Dustuur, 100]
25. Hizb dianggap menafikan Qadar, sehingga tidak ada
bedanya dengan mu’tazilah
Hizb menyalahkan pemahaman Ahlus Sunnah dalam
bab Qadha dan Qadar dan menyamakannya dengan
Jabriyyah
26. Firoq Konsep al-iraadah & khalqu-l-af’aal
Konsep tawalludu-l-af’aal
Qadariyah
Manusia punya kebebasan
berkehendak dan menciptakan
perbuatannya sendiri
Manusia yang
menciptakan tawalludu-l-
af’aal
Jabariyah
Manusia terikat dengan kehendak
Allah swt dan perbuatannya ciptaan
Allah
Allah yang
menciptakan tawalludu-l-
af’aal
Ahlu
Sunnah
(Asy’ariyya
h)
Manusia memiliki kasb ikhtiyari tapi
terikat dengan kehendak Allah dan
perbuatannya ciptaan Allah
Allah yang
menciptakan tawalludu-l-
af’aal
Perbuatan yang bersifat pilihan terjadi
Tawalludu-l-af’aal
27. Hizb mengimani Qadar yang berarti ketetapan Allah atas benda-benda
dan ‘ilmu-Nya yang tertulis di Lauhi-l-Mahfuuzh:
) إذا ذ كِرَ القَدَ ر فأ مسِ كوا ( أي إذا ذ كر علم الله وتقديره للأشياء فلَ تخوضوا ف ذلك ،
لأن كون تقدير الأشياء من الله يعني أنه كتبها ف اللوح المحفوظ وهذا يعني أنه علمها ،
وكون الله عالم اً بِا هو من صفات الله التي يجب الإيمان بِا
(Hadits Nabi): “Jika dituturkan (tentang) Qadar maka diamlah” yakni
jika disebut ilmu Allah dan ketetapannya atas benda-benda maka
jangan larut dalam membicarakannya, karena ketetapan atas benda-benda
oleh Allah yaitu bahwa Dia telah menulisnya di Lauhu-l-
Mahfuuzh, ini berarti Dia mengetahuinya. Dan kemahatahuan Allah
terhadapnya adalah diantara sifat-sifat Allah yang wajib diimani.
[Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah, 1/78]
Tidak sebagaimana disangkakan bahwa Hizb sama dengan
Mu’tazilah, karena mu’tazilah mengingkari Qadar secara mutlak.
28. yang beranggapan bahwa Al-Asy’ariyyah termasuk Jabariyyah dalam
bab ini bukan hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut berkata Imam Al-Aiji
(data original):
Kelompok ke-Enam, Al-Jabriyyah … Al-Jabr (paksaan) adalah menisbatkan perbuatan
hamba kepada Allah swt. Al-Jabriyyah ada yang pertengahan, yaitu menetapkan adanya
usaha pada diri hamba, seperti kelompok Asy’ariyyah. Dan ada yang murni, yang tidak
menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah, mereka adalah pengikut Jahm bin
Shafwaan. … [al-Iji, Al-Mawaaqif, 3/712]
29. Juga Imam Al-Jurjaniy (data original):
Kata Al-Jabriyyah berasal dari kata Al-Jabr yaitu menisbatkan perbuatan hamba kepada
Allah swt. Dan Al-Jabriyyah ada dua: Pertengahan, yaitu menetapkan adanya usaha
pada diri hamba dalam melakukan perbuatan, seperti kelompok Asy’ariyyah. Dan Murni
(pure), yang tidak menetapkan itu tadi, seperti kelompok Jahmiyyah. [Al-Jurjaniy, Al-
Ta’riifaat, hlm 101]
30. Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang
bukan suami-isteri dan bukan mahramnya untuk saling
berciuman.
31. Anggapan tersebut tidak benar dan bertentangan dengan
apa yang diadopsi oleh Hizb. Hizb mengatakan:
فقبل الرجل لامرأة أجنبي يريدها ، فقبل المرأة لرجل أجنب تريدها هي قبل
محرم
“Ciuman seorang laki-laki terhadap wanita asing yang
diinginkannya, atau sebaliknya, adalah ciuman yang
diharamkan” [Taqyuddin An-Nabhaniy, An-Nizhaamu-l-
Ijtimaa’iy fi-l-islaam, 55]
32. Hizb dianggap membolehkan laki-laki dan wanita yang
bukan suami-isteri dan bukan mahramnya untuk
berjabat tangan, sehingga siapa pun boleh menjabat
tangan siapa saja dari kalangan wanita yang bukan
mahramnya.
33. Hizb memang mengadopsi pendapat yang menganggap
berjabat tangan antara laki-laki dan wanita yang bukan
mahram adalah mubah (boleh), tapi dengan syarat: tidak
disertai syahwat dan aman dari fitnah.
34. Kebolehan ini berdasarkan hadits:
عَ ن أ م عَطِي أَ ن رَ سولَ ا للِّ صَل ى ا للّ عَلَ يهِ وَسَل مَ أَخَذَ عَلَى الن سَاءِ فِيمَا أَخَذَ
أَ ن لَا يَ ن حنَ فَ قَالَتِ ا مرَأَة يَا رَ سولَ ا للِّ إِ ن ا مرَأَة أَ سعَدَت ني أَفَلََ أ سعِ دهَا
فَ قَبَضَ ت يَدَهَا وَقَ بَضَ رَ سو ل ا للِّ صَل ى ا للّ عَلَ يهِ وَسَل مَ يَدَه ف لَ م ي بَايِ عهَا .
Dari Ummu ‘Athiyyah, bahwa Rasulullah saw mengambil
bai’at atas kaum wanita untuk tidak melakukan niyaahah
(meratapi mayat), berkata seorang wanita: wahai
Rasulullah, sesungguhnya ada seorang wanita dulu
menyertaiku ber-niyahah, tidakkah aku boleh
membalasnya, maka ia menarik tangannya, Rasulullah
pun juga menarik tangannya dan beliau tidak jadi
membai’atnya. [HR. Ahmad – Sahih]
35. Memperkuat:
عن هند بنت عتب قالت : يا نب الله ، بايعني . فنظر إلى يدها فقال :
لا أبايعك حتى تغيري كفيك كأنهما كفا سَب ع .
Dari Hindun binti ‘Utbah berkata: wahai Rasulullah saw,
bai’atlah aku. Rasulullah saw melihat ke arah tangan
Hindun, kemudian bersabda: “aku tidak mau
membai’atmu sebelum kamu merubah kedua telapak
tanganmu (dengan pacar), kedua telapak tangan itu
seperti kedua telapak tangan binatang buas (seperti
tangan laki-laki)”. [HR. Abu Dawud – Hasan]
Wajhu-l-istidlaal: jika bai’at terhadap wanita cukup dengan
isyarat atau ucapan, maka tidak perlu Nabi saw
memerintahkan Hindun berpacar.
36. كان يصافح النساء ف بيع الرضوان ... قيل هذا مخصوص به لعصمته فلَ
يجوز لغيره مصافح اجنبي لعدم أمن الفتن .
“Adalah (Rasulullah saw) beliau menjabat tangan wanita
pada saat bai’at ridhwan … ada yang mengatakan ini
dikhususkan bagi Rasulullah saw saja karena
kema’shumannya maka tidak boleh bagi selain beliau untuk
menjabat tangan wanita asing dikarenakan tidak ada
jaminan aman dari fitnah.” [Al-Haafizh Al-Manawi, At-Taisiir bi-syarhi-
l-jaami’ish-shaghiir, 2/538]
Di situ Al-Haafizh Al-Manawi menuliskan apa adanya bahwa
Nabi saw benar-benar bejabat tangan dengan wanita saat
bai’at, hanya saja jika itu merupakan kekhususan bagi
Beliau maka harus ada qariinah (indikasi) yang
menunjukkan hal tersebut.
37. ) جمع الجوامع أو الجامع الكبير للسيوطي - )ج 1 / ص 16177
لأن يطعن فى رأس أحدكم مخيط من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تُل له
)الطبرانى عن معقل بن يسار(
4( : رجاله / 20 ، رقم 487 ( . قال الهيثمى ) 326 / أخرجه الطبرانى ) 212
رجال الصحيح .
38. ) سنن النسائي الكبرى - )ج 6 / ص 473
أبو هريرة عن النب صلى الله عليه و سلم : إن الله تبارك وتعالى كتب على بن
آدم حظه من الزنا أدرك ذلك لا محال فزنا اليدين البطش وزنا اللسان النطق
والنفس تمن وتشتهي والفرج يصدق ذلك ويكذبه
39. لكن .» إن لا أصافح النساء « وتُرم مصافح المرأة لقوله صل ى الله عليه وسلم
الجمهور غير الشافعي أجازوا مصافح العجوز التي لا تشتهى ومس يدها لانعدام
خوف الفتن ، قال الِنابل : كره أحمد مصافح النساء، وشدد أيض اً حتى لمحرم، وجوزه
لوالد، وأخذ يد عجوز شوهاء. وحرم الشافعي المس والنظر للمرأة مطلقاً، ولو كانت
المرأة عجوز اً. تَوز المصافح بحائل يمنع المس المباشر.
“Haram hukumnya menjabat tangan wanita berdasarkan sabda
Nabi saw: “sesungguhnya aku tidak menjabat tangan wanita”,
akan tetapi mayoritas ‘ulama selain syafi’iyyah membolehkan
berjabat tangan dan menyentuh tangan wanita tua yang tidak
menimbulkan syahwat, karena tidak ditakutkan akan timbul fitnah.
Berkata ‘ulama hanabilah: Imam Ahmad bin Hambal memakruhkan
berjabat tangan dengan wanita, dan sangat memakruhkannya
meski terhadap mahram, namun membolehkannya bagi orang tua,
dan membolehkan pula menyentuh tangan wanita tua yang buruk
rupa. Ulama syafi’iyyah mengharamkan menyentuh dan melihat
wanita secara mutlak, meskipun wanita yang sudah tua, berjabat
tangan boleh dengan menggunakan pelapis yang mencegah dari
bersentuhan secara langsung.” [Wahbah Zuhaili, Al-fiqhu-l-islaamiy
wa adillatuhu, 4/206]
40. Hizb dianggap memberontak terhadap penguasa yang
sah, padahal hal tersebut tidak dibenarkan dalam Islam
41. Pemberontakan yang dilarang dalam Islam adalah
pemberontakan terhadap penguasa kaum muslim atau
khalifah yang berhukum dengan syari’at Islam.
Adapun terhadap pengauasa kaum muslim yang
mencampakkan syari’at Islam di tengah-tengah
perjalanan kekuasaannya maka harus diperangi. Dan
terhadap penguasa negara sekular yang tidak berhukum
dengan syari’at Islam sejak awal kekuasaannya maka
harus berlepas diri darinya, disertai perjuangan untuk
mengembalikan kehidupan islami.
42. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خيار أئمتكم الذين تُبونهم ويَبونكم ويصلون
عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم يبغضونكم وتلعنونهم
ويلعنونكم ، قيل يا رسول الله أفلَ ننابذهم بالسيف؟ فقال: لا ما أقاموا فيكم الصلَة
وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا من طاع ]رواه
مسلم[
Lafazh aimmatikum (imam-imam kalian) di situ menunjukkan
para khalifah, karena merekalah pemimpin kaum muslim (yang
dimaksud “kalian” oleh Nabi saw di hadits itu adalah kaum
muslim). Sedangkan para pemimpin selain negara Khilafah
tidak bisa disebut atau diklaim sebagai pemimpin kaum
muslim.
Alasan “selama mereka masih mendirikan shalat”
menunjukkan bahwa sistem yang dimaksud Rasulullah saw
adalah sistem Islam, karena mengharuskan pemimpinnya
muslim ditandai dengan “mendirikan shalat”.
43. ينكر تعالى على من خرج عن حكم الله المحكم المشتمل على كل خير، الناهي عن كل
شر وعدل إلى ما سواه من الْراء والأهواء والاصطلَحات، التي وضعها الرجال بلَ
مستند من شريع الله ... ومن فعل ذلك منهم فهو كافر يجب قتاله حتى يرجع إلى
حكم الله ورسوله، فلَ يَكم بسواه ف قليل ولاكثير
“Allah mengingkari siapa-siapa (penguasa) yang tidak
menerapkan hukum Allah swt yang jelas, konprehensif meliputi
segala kebaikan dan mencegah dari segala keburukan, serta
berpaling kepada selainnya yang berupa pendapat, hawa nafsu,
dan istilah-istilah yang ditetapkan oleh manusia tanpa bersandar
kepada syari'at Allah ... siapa-siapa dari mereka melakukan hal
tersebut maka ia telah kafir wajib diperangi hingga kembali
menerapkah hukum Allah dan Rasul-Nya, maka tidak boleh
berhukum kepada selain hukum Allah, baik sedikit maupun
banyak” [Ibnu Katsir, Tafsiru-l-Qur-aani-l-’Azhiim, 3/131]
44. وأما من عطل منهم شرع الله ول يَكم به وحكم بغيره ؛ فهؤلاء خارجون عن
طاع المسلمين فلَ طاع لهم على الناس ؛ لأنهم ضيعوا مقاصد الإمام التي من
أجلها ن صبوا واستحقوا السمع والطاع وعدم الخروج
“... Sedangkan siapa-siapa dari mereka (penguasa) yang
memberhentikan penerapan syari'at Allah swt, tidak
berhukum dengannya dan berhukum dengan selainnya,
maka mereka itu keluar dari (tidak layak) mendapat
ketaatan kaum muslim, maka tidak ada kewajiban bagi
kaum muslimin menaati mereka, karena mereka telah
menghilangkan tujuan dari pada imamah (menerapkan
syari'at Allah), dimana untuk itulah mereka diangkat serta
diberikan ketaatan dan kepatuhan, dan tidak boleh
memberontak (terhadap mereka).” [Al-Atsariy, ‘Aqiidatu-s-
Salafi-sh-Shaalih Ahli-s-Sunnah wa-l-Jamaa’ah, 132]
45. Jika kaum muslim tidak lagi memiliki pemimpin (khalifah),
maka solusinya berlepas diri dari pemimpin-pemimpin
yang menyeru pada kesesatan, selain tentunya
mendakwahkan islam semampunya.
عن حذيف بن اليمان يقول كان الناس يسألون رسول الله صلى الله عليه وسلم عن الخير
وكنت أسأله عن الشر مخاف أن يدركني فقلت يا رسول الله إنا كنا ف جاهلي وشر فجاءنا
الله بِذا الخير فهل بعد هذا الخير من شر قال نعم قلت وهل بعد ذلك الشر من خير قال
نعم وفيه دخن قلت وما دخنه قال قوم يهدون بغير هديي تعرف منهم وتنكر قلت فهل
بعد ذلك الخير من شر قال نعم دعاة على أبواب جهنم من أجابِم إليها قذفوه فيها قلت
يا رسول الله صفهم لنا قال هم من جلدتنا ويتكلمون بألسنتنا قلت فما تأمرن إن أدركني
ذلك قال تلزم جماع المسلمين وإمامهم قلت فإن ل يكن لهم جماع ولا إمام قال فاعتزل
تلك الفرقكلها ولو أن تعض بأصل شجرة حتى يدركك الموت وأنت على ذلك .
46. saw tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang
keburukan karena khawatir akan menimpaku, maka aku katakan: wahai
Rasulullah saw, kami dahulu berada dalam masa jahiliyyah dan keburukan,
kemudian Allah swt datangkan kebaikan ini (Islam), lalu apakah setelah
kebaikan ini ada keburukan? beliau berkata: “Ya”. aku berkata: dan apakah
setelah keburukan tesebut ada kebaikan lagi? beliau berkata: “Ya, dan di masa
itu ada asap (bertanda polusi)”. aku bertanya: apa asapnya? beliau menjawab:
“kaum yang memberi petunjuk dengan selain petunjukku, kamu mengenali di
antara mereka dan mengingkarinya”. aku bertanya: apakah setelah kebaikan itu
ada keburukan? beliau menjawab: “Ya, para pendakwah di depan pintu-pintu
neraka jahannam, siapa yang memenuhi seruan mereka maka mereka akan
melemparkannya kedalamnya (Jahannam)”. aku bertanya: gambarkanlah
(tentang mereka) kepada kami wahai Rasulullah saw. Beliau berkata: “mereka
adalah dari kalangan kita, berkata-kata dengan bahasa kita pula”. aku bertanya:
lalu apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku ada di masa itu? beliau
bersabda: “Berpegang teguhlah terhadap jama'ah kaum muslimin dan imam
mereka (khalifah)”. aku berkata: bagaimana jika mereka tidak lagi memiliki
jama'ah dan imam? beliau berkata: “Maka jauhilah kelompok-kelompok (yang
menyeru kepada kesesatan) tersebut seluruhnya, sekalipun kamu harus
menggigit akar pohon hingga kematian menjumpaimu sedangkan kamu dalam
47. Hizb dianggap tidak mewajibkan jihad sebelum berdiri
Khilafah
Hizb dianggap tidak akan bisa menegakkan khilafah
tanpa menggunakan jihad
48. Hizb berpendapat bahwa jihad baik yang bersifat
offensive maupun ketika musuh datang menyerang
adalah wajib. Disebutkan di dalam kitab Asy-
Syakhshiyyatu-l-Islaamiyyah jilid II sebagai berikut:
والجهاد فرض كفاي ابتداء ، وفرض عين إن هجم العدو على من هاجمهم ،
وفرضكفاي على غيرهم .
“Jihad (hukumnya) fardhu kifayah jika bersifat offensive,
dan fardhu ‘ain atas mereka yang diserang musuh dan
fardhu kifayah atas selain mereka yang diserang
musuh.” [Taqyuddin An-Nabhaaniy, Asy-Syakhshiyyatu-l-
Islamiyyah, 2/151]
49. Kewajiban berjihad berlaku terus hingga hari kiamat tiba.
Dalam kitab Muqaddimatu-d-Dustur, Syaikh Taqyuddin
mengutip hadits berikut:
قال النب صلى الله عليه وسلم: ... والجهاد ما ض منذ بعثن الله إلى أن يقاتل
آخر أمتى الدجال لا يبطله جور جائر ولا عدل عادل ...
Rasulullah saw bersabda: “… (kewajiban) jihad berlaku
sejak Allah swt mengutusku sampai umatku yang
terakhir memerangi Dajjal, kezhaliman dan keadilan
seseorang (peguasa) tidak bisa menggugurkannya, ...”
[HR. Abu Dawud dan Al-Baihaqi]
50. Akan tetapi dalam penerapannya, baik menurut
ketentuan syara’ maupun secara faktual, jihad yang
bersifat offensive tidak bisa dilakukan tanpa keberadaan
khalifah. Jihad yang saat ini bisa dilakukan baru jihad
yang berisfat diffesive, yaitu ketika musuh datang
menyerang negeri-negeri kaum muslim.
Sedangkan perkara Hizb tidak mendirikan khilafah
dengan jihad, itu dikarenakan jihad bukanlah metode
yang dicontohkan Nabi saw untuk mendirikan suatu
negara. Metode yang beliau contohkan adalah thalabu-n-nushrah,
bukan jihad.