Tahap Tahap Perkembangan Pemikiran intelektual.pptx
1. Tahap Tahap Perkembangan
Pemikiran Intelektual
Pengertian Intelektual
Intelek berasal dari kata bahasa Latin
intelligere yang artinya memahami.
Intelligere berasal dari kata inter yang artinya di
antara dan legere yang artinya mengumpulkan,
memilih, mencerap, dan membaca. Terdapat
beberapa pengertian mengenai intelek yang dapat
dipahami dalam 3 artian.
2. • Pertama, intelek sebagai kemampuan kognitif.
Kemampuan mengetahui dan dilawankan dengan
kemampuan menghendaki serta kemampuan
merasa.
• Kedua, intelek adalah fungsi rasio yang
menjadikan ide, konsep, abstraksi menjadi
kemungkinan yang realistis.
• Ketiga, intelek adalah kemampuan untk
mengetahui, mengerti secara konseptual, dan
menghubungkan apa yang diketahui atau
dimengerti.
3. Intelektual atau intelek ( Intellect ) adalah istilah
umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat
pikiran manusia yang mencakup sejumlah
kemampuan, seperti kemampuan menalar,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir
abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa,
daya tangkap, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya
dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
individu.
4. Intelektual merupakan kemampuan yang
dibawa individu sejak lahir. Intelektual akan
berkembang bila lingkungan memungkinkan
dan kesempatan tersedia. Intelek dapat pula
dikatakan sebagai kecerdasan individu yang
dapat memicu proses berpikir seseorang, daya
menghubungkan, kemampuan menilai, dan
kemampuan mempertimbangkan.
5. B. Intelektual Menurut Para Ahli
• Menurut Cattel, (dalam Clark, 1983) kaum intelektual adalah kombinasi
sifat-sifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan
yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri
dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan
baru.
• William Sterm, (dalam Sunarto, 1994) mengemukakan intelektual
merupakan kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan-
kebutuhan baru dengan menggunakan alat berfikir sesuai dengan
tujuannya.
• Menurut Gunarsa (1991), Intelektual merupakan suatu kumpulan
kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-
masalah yang timbul.
• David Wechsler, (dalam Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual sebagai
kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan
tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan
secara efektif.
•
6. C. Tahap-Tahap Perkembangan
Pemkiran Intelektual
Para ahli psikologi pendidikan banyak yang
telah melakukan penelitian tentang
perkembangan intelektual atau
perkembangan kognitif atau perkembangan
mental anak. Salah satu hasil penelitian yang
terkenal adalah hasil penelitian Jean Piaget.
Piaget adalah ahli ilmu jiwa anak dari Swiss.
Tingkat perkembangan intelektual anak oleh
Piaget (dalam Suharyanto, 2018) dibedakan
atas 4 periode, yaitu :
7. 1. Periode Sensori-motor (0 – 1 tahun). Sifat-sifat yang tampak
pada anak adalah stimulus sound, anak berinteraksi dengan
stimulus dari luar. Lingkungan dan waktu terbatas, kemudian
berkembang sampai dapat berimajinasi. Konsep tentang 6
benda berkembang, mengembangkan tingkah laku baru,
kemampuan untuk meniru. Ada usaha untuk berpikir.
Perubahan yang terlihat antara lain, gerakan tubuhnya
merupakan aksi refleks, merupakan eksperimen dengan
lingkungannya. Menurut Piaget (Bybee dan Sund, 1982:2),
pada tahap ini interaksi anak dengan lingkungannya, termasuk
orang tuanya terutama dilakukan melalui parasaan dan otot-
ototnya. Interksi ini terutama diarahkan oleh sensasi-sensasi
dari lingkungannya. Dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya, temasuk juga dengan orang tuanya, anak
mengembangkan kemampuannya untuk mempersepsi,
melakukan sentuhan-sentuhan, melakukan berbagai gerakan
dan secara perlahan-lahan belajar mengoordinasikan
tindakan-tindakannya.
8. 2. Periode Praoperasional (1 – 7 tahun) Pada tahap ini, anak tidak selalu
ditentukan oleh pengamatan indrawi saja, tetapi juga pada intuisi. Anak
mampu menyimpan kata-kata serta serta menggunakanya, terutama yang
berhubungan erat dengan kebutuhan mereka. Pada masa ini anak siap
untuk belajar bahasa, membaca dan menyanyi. Ketika kita menggunakan
bahasa yang benar untuk berbicara kepada anak, akan mempunyaim
akibat sangat baik pada perkembangan bahasa mereka. Cara belajar yang
memegang peran padatahap ini adalah intuisi. Intuisi membebaskan
mereka dari berbicara semaunya tanpa menghiraukan pengalaman
konkret dan paksaan dari luar. Sering kali kita lihat anak berbicara sendiri
pada benda-benda yang ada di sekitarnya., misalnya pohon, anjing, kucing
dan sebagainya, yang menurut mereka benda-benda tersebut mendengar
dan berbicara. Peristiwa semacam ini baik untuk melatih diri anak
menggunakan kekayaan bahasanya. Piaget menyebut tahap ini sebagai
collective monologue, pembicaraan yang egosentris dan sedikit hubungan
dengan orang lain.
9. 3. Periode Operasional Konkret (7 – 12 tahun). Sifat-sifat
anak, dapat berpikir konkret karena daya otak
terbatas pada objek melalui pengamatan langsung,
dapat mengembangkan operasi mental seperti
menambah dan mengurang, mulai mengembangkan
struktur kognitif berupa ide atau konsep, melakukan
operasi logika dengan pola berpikir masih konkret.
Perubahan yang terlihat pada anak: tidak egosentri
lagi, berpikir tentang objek yang berhubungn dengan
berat, warna, dan susunan, melakukan aktivitas yang
berhubungan dengan objek, membuat keputusan logis.
10. 4. Periode Operasional Formal (12 tahun ke atas). Pada tahap ini,
interaksi dengan ingkungan sudah amat luas, menjangkau banyak
teman sebayanya dan bahkan berusaha untuk dapat berinteraksia
dengan orang dewasa. Kondisi seperti ini tidak jarang menimbulkan
masalah dalam interaksinya dengan orang tua. Namun, sebenarnya
secara diam-diam mereka juga masih mengarapkan perlindungan
dari orang tua karena belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri. Jadi, pada tahap ini ada semacam tarik-menarik
antara ingin bebas dengan ingin dilindungi. Karena pada tahap ini
anak sudah mulai mampu mengembangkan pikiran formalnya,
mereka juga mulai mampu mencapai logika dan rasio serta dapat
menggunakan abstraksi. Arti simbolik dan kiasan dapat mereka
mengerti. Melibatkan mereka dalam suatu kegiatan akan lebih
memberi akibat yang positif bagi perkembangan kognitifnya.
Misalnya, menulis puisi, lomba karya ilmiah, lomba menulis cerpen
dan sejenisnya.
11. Menurut August Comte ada tiga tahap perkembangan
Intelektual, yang masing masing merupakan perkembangan
dari tahap sebelumnya
1. Tahap Teologis; Tingkatan pemikiran manusia bahwa semua
benda di dunia mempunya jiwa dan itu disebabkan
olehsuatu daya yang berada di atas manusia
2. Tahap Metafisis; Tahap manusia mengasumsikan bahwa di
dalam setiap gejala terdapat kekuatan atau inti tertentu
yang pada akhir-akhirnya akan bisa diungkapkan. Oleh
karena beradanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita
terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak berada
usaha untuk menemukan hukum-hukum dunia yang
seragam.
3. Tahap positif; Tahap dimana manusia berfikir secara ilmiah
12. D. Hubungan Intelektual Dengan
Tingkah Laku
Inteligensi menurut Piaget merupakan pernyataan dari
tingkah laku adaptif yang terarah kepada kontak
dengan lingkungan dan kepada penyusunan pemikiran
(Bybee and Sund, 1982). Piaget memposisikan subjek
sebagai pihak yang aktif dalam interaksi adaptif antara
organisme atau terjadi hubungan dialektis antara
organisme dan linkungannya. Apa yang dikatakan oleh
Piaget ini kenyataannya memang benar, sebab ornisme
tidak pernah terpisah dari lingkungannya dan juga tidak
semacam penerima yang pasif. Interaksi antara
organisme dengan lingkungannya lebih bersifat
interaksi timbal balik.
13. Lanjutan
Hanya dalam bentuk interaksinya juga,setiap
perubahan tingkah laku adalah merupakan
hasil dialektis pengaruh timbal balik antara
organisme dan lingkungannya.
Karena pandangan yang demikian itu, teori
Piaget tenteng intelegensi atau kognitif
disebut juga dengan teori interaksionis (
interactionism theory ) (Bybee dan Sund,
1982)
14. Lanjutan
Piaget memiliki pandangan dasar bahwa setiap
organisme memiliki kecenderungan inheren
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Inteligensi sebagai bentuk khusus dari
penyesuaian organisme baru dapat diketahui
berkat dua proses yang saling mengisi, yaitu yang
disebut dengan istilah asimilasi dan akomodasi.
Organisme sebagai sutu system dapat
enyesuaikan diri dengan lingkungan karena
kemampuan mengakomodasi unsur kognitifnya
sedemikian rupa sehingga objek yang baru itu
dapat ditangkap dan dipahami secara memadai
15. E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Intelektual
1. Faktor Pembawaan (Genetik)
Pembawaan ditentukan oleh sifat dan cirri yang dibawa
sejak lahir. Banyak teori dan hasil penelitian
menyatakan bahwa kapasitas Intelektual dipengaruhi
oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung
mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat
kecerdasan anak tergantung faktor gen mana (ayah
atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat
terjadinya “konsepsi” individu. Teori konvergensi
mengemukakan bahwa anak yang lahir telah
mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut
tidak dapat berkembang dengan baik tanpa endapat
pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan.
16. 2.Faktor Gizi
Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga
ditentukan oleh gizi yang memberikan energi /
tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik. Kebutuhan akan
makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang)
terutama yang besar pengaruhnya pada
perkembangan intelektual adalah pada fase
prenatal (anak dalam kandungan ) hingga usia
balita, sedangkan usia di atas lima tahun
pengaruhnya tidak signifikan lagi.
17. 4. Faktor Kematangan
Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan
dalam perkembangan intelektual, yaitu :
a. Periode sensori motorik (0 - 1 tahun)
b. Periode pra operasional (1 - 7 tahun)
c. Periode operasional konkrit (7 - 12 tahun)
d. Periode operasional formal (12 tahun)
18. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin
bertambah usia seseorang, intelektualnya
makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti
faktor kematangan mempengaruhi struktur
intelektual, sehingga menimbulkan
perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi
ntelektual. Yaitu kemampuan menganalisis
(memecahkan suatu permasalahan yang
rumit) dengan baik.
19. Faktor Pembentukan Pendidikan dan latihan yang
bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan
terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya,
orang tua yang menyediakan fasilitas sarana
seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan
sarana bermain yang memadai, semua ini dapat
membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi
dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini
akan meningkatkan perkembangan Intelektual
anak dibanding anak seusianya.
20. 4.Kebebasan Psikologis
Kebebasan psikologis perlu dikembangkan
pada anak agar intelektualnya berkembang
dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan
untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan
takut atau cemas dapat merangsang
berkembangnya kreativitas dan pola pikir.
Mereka bebas memilih cara (metode)
tertentu dalam memecahkan persoalan.
21. Mappiare (1982) mengemukakan tiga faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan Intelektual remaja, yaitu :
• Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak)
seseorang sehingga ia mampu berfikir selektif.
• Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan
masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional.
• Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian
seseorang dalam menyusun ipotesis yang radikal dan
menunjang keberanian anak memecahkan masalah
danmenarik kesimpulan yang baru dan benar.
22. F. Perbedaan Individual Dalam
Perkembangan Intelektual
Secara hereditas, individu memiliki potensi yang dapat
menyebabkan perbedaan dalam perkembangan berpikir
mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut
tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak
akan mempunyai kemampuan berpikir normal, di atas
normal atau di bawah normal sangat tergantung pada
lingkungan.Manusia memiliki perbedaan satu sama lain
dalam berbagai aspek, antara lain dalam bakat, minat,
kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati
dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Ada peserta
didik ang cepat, ada yang lambat dan ada pula yang sedang
dalam penguasaan materi elajaran. Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
23. Perbedaan individu dalam perkembangan intelek
menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan
dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan
individual peserta didik akan tercermin pada
sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam
kemampuan, keterampilan, sikap dan kebiasaan
belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik
dari segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
24. G. Tokoh Tokoh Pemikir Intelektual
Muslim
Pada abad ke-17, lanjutnya, kaum Muslimin di Asia
Tenggara dilanda dua gelombang intelektualitas.
Pertama, apa yang disebut Miftahuddin sebagai
gelombang Syekh Hamzah Fansuri dan Syekh
Samsuddin. Corak yang dominan dari keduanya ialah
pemikiran Wahdat al-Wujud.corak pemikiran dalam
bidang tasauf adalah mengenai wujud adalah wujud itu
satu yaitu Allah, sedangkan wujud yang banyak adalah
manifestasi (tajali) Tuhan di alam. Tuhan memiliki sifat
dan zat, Tuhan meciptakan alam untuk dikenal. Tuhan
menciptakan dengan pengetahuan Tuhan yang Qadim.
Jadi manusia adalah ciptaan Tuhan yang sempurna ,
tajalinya Tuhan yang tinggi dari pada alam.
25. Kedua, gelombang yang lebih berwarna-
warni. Para ulama dalam kelompok ini tidak
hanya dikenal luas sebagai ahli tasawuf, tetapi
juga fikih dan syariat. Sebut saja tokoh-tokoh
semisal Nuruddin al-Raniri, Abdurrauf al-
Singkili, dan Syekh Muhammad Yusuf al-
Makassari. Tren intelektualitas yang mereka
usung terus bertahan di Indonesia hingga
memasuki abad ke-19.
26. Kesimpulan
Ada beberapa tahap perkembangan pemikiran Intelektual
• Tahap Teologis; Tingkatan pemikiran manusia bahwa semua
benda di dunia mempunya jiwa dan itu disebabkan
olehsuatu daya yang berada di atas manusia
• Tahap Metafisis; Tahap manusia mengasumsikan bahwa di
dalam setiap gejala terdapat kekuatan atau inti tertentu
yang pada akhir-akhirnya akan bisa diungkapkan. Oleh
karena beradanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita
terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak berada
usaha untuk menemukan hukum-hukum dunia yang
seragam.
• Tahap positif; Tahap dimana manusia berfikir secara ilmiah