2. Ulfa Yuniarisla
Perkembangan kognitif adalah salah satu aspek perkembangan manusia yang
berkaitan dengan pengertian (pengetahuan), yaitu semua proses psikologis yang
berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Adapun pengertian perkembangan kognitif menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
1. Myers (1996)
Cognition refers to all the mental activities associated with thinking,
knowing, and remembering.
2. Margaret W. Matlin (1994)
Cognition, or mental activity, involves the acquisition, storage, retrieval,
and use of knowledge.
3. Drever (2000)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, Kognisi adalah
istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi,
penangkapan makna, penilaian dan penalaran.
4. Chaplin (2002)
Dalam bukunya yang berjudul Dictionary of psychology, kognisi adalah
konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenal, termasuk di dalamnya
mengamati, melihat, memperhatikanmemberikan, menyangka, membayangkan,
memperkirakan, menduga dan menilai.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah
istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental
yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi
yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah
dan merencanakan masa depan.
Mental yang berhubungan dengan presepsi, pikiran, ingatan danpengolahan
informasi memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah dan merancanakan
masa depan atau proses psikologis berkaitan dengan individu mepelajari,
memperhatikan, mengamati, dan memikirkan lingkungan.
3. 1. Jean Piaget (bybee & sund 1982), membagi perkembangan kognitif dalam
empat tahap, diantara itu:
a) Tahap Sensori – Motoris
Usia 0 – 2 tahun
Anak mengembangkan kemampuan untuk mempresepsi,
melakukan sentuhan, gerakan, dan belajar mengkoordinasikan
geraka-gerakannya.
Interaksi dengan lingkungan termasukorang tua.
b) Tahap Praoprasional
Usia 2 – 7 tahun
Tahap intuisi sebab memperhatikan kecenderungan
suasana intuitif.
Semua perbuatan tidak didukung oleh pemikiran tetapi
perasaan, kecenderungan alamiah sikap-sikap yang diperoleh
dari orang-orang dan lingkungansekitar.
Bersifat egosentris.
Siap belajar bahasa, membaca, menyanyi.
c) Tahap Oprasional kongkret
Usia 7 – 11 tahun
Penyesuaian diri,ingin tahu, berkembang (ego
berkembang).
Interaksi dengan lingkungan, dan ortu berkurang.
Mampu mengamati, menimbang , mengevaluasi
danmenjelaskan pikiran-pikiran orang lain.
d) Tahap Oprasional Formal
Usia 11 tahun keatas
Anak dapat menginterpresentasikan keseluruhan
pekerjaannya yang berasal dari pikiran logis.
Aspek perasaan,dan moral berkembang.
Interaksi dengan lingkungan sangat luas, banyakteman
sebaya, dan berusaha berinteraksi dengan orang dewasa.
4. Tarik-menarik antara ingin bebas dengan ingin
dilindungi
1. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA ANAK-ANAK AWAL
Seiring dengan meningkatnya kemampuan anak untuk mengeksplorasi
lingkungan, karena bertambah besarnya koordinasi dan pengendalian motorik
yang disertai dengan meningkatnya kemampuan untuk bertanya dengan berkata-
kata yang dimengerti dengan orang lain. Maka dunia kognitif anak berkembang
pesat, makin kreatif, bebas dan imajinatif.
Perkembangan Kognitif pada masa anak-anak awal menurut teori Piaget
Sesuai dengan teori kognitif Piaget, maka perkembangan kognitif pada
masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (praoperational stage),
yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahap ini konsep stabil
dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian
melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis.
Pemikiran praoperasional tidak lain adalah suatu masa tunggu yang singkat
bagi pemikiran operasional, sekalipun label “praoperasional” menekankan bahwa
anak pada tahap ini belum berpikir secara operasional.
Secara garis besarnya pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua
subtahap, yaitu subtahap prakonseptual dan subtahap pemikiran intuitif
(Heterington & Parke, 1979; Seifert & Hoffnung, 1994).
a) Subtahap Prakonseptual (2 – 4 tahun)
Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik (symbolic
thuoght), karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya
simtem-simtem lambang atau simbol, seperti bahasa.Subtahap prakonseptual
merupakan subtahap pemikiran praoperasional yang terjadi kira-kira antara usia
2 hingga 4 tahun. Pada subtahap ini anak-anak mengembangkan kemampuan untuk
menggambarkan atau membayangkan secara mental suatu objek yang tidak ada
(tidak terlihat) dengan sesuatu yang lain. Misalnya, pisau yang terbuat dari
pelastik adalah sesuatu yang nyata mewakili pisau yang sesungguhnya. Kata pisau
sendiri bisa mewakili sesuatu yang abstrak, seperti bentuknya atau tajamnya.
Demikian pula tulisan “pisau” akan memberikan tanggapan tertentu. Dengan
5. berkembangnya kemampuan mensimbolisasikan ini, maka akan memperluas ruang
lingkup aktivitasnya yang menyangkut hal-hal yang sudah lewat, atau hal-hal yang
akan datang, atau juga hal-hal yang sekarang.
Dengan demikian, dalam subtahap prakonseptual, kemunculan fungsi
simbolis ditunjukkan dengan perkembangan bahasa yang cepat, permainan
imajinatif, dan peningkatan dalam peniruan. Percepatan perkembangan bahasa
dalam fase prakonseptual dianggap sebagai hasil perkembangan simbolisasi.
Ketika penggunaan simbol bahasa dimulai, maka terjadi peningkatan dalam
kemampuan memecahkan masalah dan belajar dari kata-kata lain.
b) Subtahap Intuitif (4 – 7 tahun)
Istilah intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahap kedua dari
pemikiran prakonseptual yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7
tahun. Dalam subtahap ini, meskipun aktifitas mental tertentu (seperti cara-cara
mengelompokkan, mengukur atau menghubungkan objek-objek) terjadi, tetapi
anak-anak belum begitu sadar mengenai prinsip-prinsip yang melandasi
terbentuknya aktivitas tersebut. Walaupun anak dapat memecahkan masalah
yang berhubungan dengan aktivitas ini, namun ia tidak bisa menjelaskan alasan
yang tepat untuk pemecahan suatu masalah menurut cara-cara tertentu.
Jadi, walaupun simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses
penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu.
Sebagian dari keterbatasan ini direfleksikan dalam ketidakmampuan
anakpraoperasional untuk mengelompokkan berbagai hal berdasarkan dimensi
tertentu, seperti mengelompokkan tongkat dari yang terpendek hingga
terpanjang. Keterbatasan juga ditemukan dalam menghubungkan bagian dari
keseluruhannya.
6. 2. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA PERTENGAHAN DAN AKHIR
ANAK-ANAK
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan
kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk
sekolah, berarti dunia minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat
maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang
sebelumnya kurang berarti bagi anak. Dalam keadaan normal, pikiran anak usia
sekolah berkembang secara berangsur-angsur. Kalau pada masa sebelumnya daya
pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada usia dasar ini
daya piker anak berkembang kea rah berfikir konkrit, rasional dan objektif.
Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada dalam
suatu stadium belajar.
Perkembangan kognitif masa pertengahan dan akhir anak-anak menurut
teori piaget
Menurut teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar
disebut pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought). Menurut
piaget, operasi adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau
skema-skema. Sedangkan operasi konkrit adalah aktivitas mental yang
difokuskan pada objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau konkrit dapat
diukur.
Pada masa ini anak sudah mengembangkan pikiran logis. Ia mulai mampu
memahami operasi sejumlah konsep, seperti 5 x 6 = 30; 30 : 6 = 5(Johnson &
medinnus, 1974). Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan sementara dengan yang bersifat
menetap. Misalnya, mereka akan tahu bahwa air dalam gelas besar pendek
dipindahkan ke dalam gelas yang kecil tinggi, jumlahnya akan tetep sama karena
tidak satu tetes pun tumpah. Hal ini adalah karena mereka tidak lagi
mengandalkan persepsi penglihatannya, melainkan sudah mampu menggunakan
7. logikanya. Mereka dapat mengukur, menimbang, dan menghitung jumlahnya,
sehingga perbedaan yang nyata tidak ‘’membodohkan’’ mereka.
3. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA REMAJA
Masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya
(Mussen,Conger dan Kagan, 1969). Hal ini karena selama periode remaja ini,
proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf yang berfungsi
memproses informasi berkembang dengan cepat. Di samping itu, pada masa
remaja ini juga terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak
bagian depan sampai pada belahan atau celah sentral).
4. PERKEMBANGAN KOGNITIF MASA DEWASA DAN TUA
Salah satu pertanyaan yang paling banyak menimbulkan kontroversial
dalam studi tentang perkembangan rentang hidup manusia adalah apakah
kemampuan kognitif orang dewasa, seperti memori, kreativitas, inteligensi, dan
kemampuan belajar, paralel dengan penurunan kemampuan fisik? Pada umumnya
orang percaya bahwa proses kognitif-belajar, memori dan inteligensi-mengalami
kemerosotan bersamaan dengan terus bertambahnya usia. Bahkan kesimpulan
bahwa usia terkait dengan penurunan proses kognitif ini juga tercermin dalam
masyarakat ilmiah. Akan tetapi, belakangan sejumlah hasil penelitian
menunjukkan bahwa kepercayaan tentang terjadinya kemerosotan proses
kognitif bersamaan dengan penurunan kemampuan fisik, sebenarnya hanyalah
salah satu stereotip budaya yang meresap dalam diri kita.
8. Faktor – Faktor yang mempengaruhi
a. Hereditas
Secara potensial anak telah membawa kemungkinan berpikir normal,
diatasnormal atau dibawah normal.
Perkembangan pada tahap tersebut merupakan hasil perbaikan
dari perbaikan tahap sebelumnya. Ini berarti teori tahapan
Piaget setiap individu akan melewati serangkaian perubahan
kualitatif sifatnya,
o Infarian
o Selalu tetap
Perubahan kualitatif ini terjadi krena adanya tekanan biologis
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan cara berpikirnya.
Gejala yang nampak
o Perubahan secara kuantitatif dan kualitatif
Kuantitatif (banyak hal yang teratasi)
Kualitatif (mengatasi hal-hal sulit)
o Berkurangnya berpikir konkret dan berkembang pemikiran
abstrak.
Berpikir konkret (berpikir terikat pada benda dan
memerlukan alat peraga)
Abstrak (tidak terikat pada bendanya)
o Berkembangnya kemampuan memecahkan masalah bersifat
Hipotesis.
Hipotesis (perencanaan/pikiran kedepan).
b. Lingkungan
Keluarga
Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang
tua adalah memberikan pengalaman pada anak dalam berbagai bidang
9. kehidupan sehinggan anak memiliki informasi yang sangat banyak yang
merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan misalnya,
1. Meberi pengalaman dalam berbagai bidang kehidupan anak.
2. Memiliki banyak informasi (sebagai cara untuk berpikir).
3. Caranya menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan dan
alat-alat pengembang kreativitas.
4. memberikan kesempatan kepada anak untuk merealisasikan
ide-idenya, menghargai ide-ide tersebut
Sekolah
Lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan perkembangan
berpikir anak. Beberapa cara di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik.
Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan
merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat
dikonsultasikan dengan mereka.
2. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk berdialog dengan
orang-orang ahli dan berpengalaman dalam bidang ilmu pengetahuan, sangat
menunjang perkembangan intelektual anak.
3. Menjaga dan meningkatkan pertumbunhan fisik anak, baik melalui kegiatan
olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan
berpikir peserta didik.
4. Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media
cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik
berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya
bagi perkembangan intelektual peserta didik.
Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang
berbeda untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
• Teori perkembangan kognitif neurosains
Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan
antara aktivitas otak dan perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini
10. untuk menjelaskan perkembangan kognitif. Pendekatan ini memiliki tujuan untuk
dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia yaitu
– Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara
otak secara fisik dan mental proses
– Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur
biologis yang teratur
Teori Konstruksi pemikiran-sosial
Selain biologi, konteks sosialjuga merupakan salah satu sudut
pandang dari perkembangan kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan
sosial dan budaya akan memberikan pengaruh terbesar terhadap pembentukan
kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki implikasi langsung pada dunia
pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar secara aktif lebih
baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky , Albert
Bandura, Michael Tomasello.
• Teori Theory of Mind (TOM)
Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori
maupun skema mengenai dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM
ini diantaranya adalah Andrew N. Meltzoff