Studi kasus ini membahas asuhan kebidanan pada bayi baru lahir segera setelah lahir di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung tahun 2015. Tujuannya adalah memberikan gambaran penanganan yang tepat melalui pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi asuhan. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif dengan subjek bayi Ny. R. Hasilnya menunjukkan pentingnya penanganan yang tepat
1. 1
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
SEGERA SETELAH LAHIR
(studykasuspada by Ny. R di BPS Hj. Kartini Ms Bandar Lampungtahun 2015)
Disusunoleh :
SASI FITRIANI
NIM :201207118
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2. 2
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
SEGERA SETELAH LAHIR
(studykasuspada by Ny. R di BPS Hj. Kartini Ms Bandar Lampungtahun 2015)
Disusunoleh :
SASI FITRIANI
NIM :201207118
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3. 3
PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 31 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Zendry Julistia, S.Kep Anggun Prajaningrum, S.ST
NIK. 20155010665 NIK. 2015021068
Mengesahkan,
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK.2011041008
iii
4. 4
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR SEGERA
SETELAH LAHIR TERHADAP BAYI NY R DIBPS
HJ.KARTINI MS BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
INTISARI
Sasi fitriani, Zendry julistia, S.kep, M.Kes, Anggun Prajaningrum, S.ST
KTI ini membahas tentang Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir dengan pendekatan konsep
penanganan yang tepat. Tujuan penelitian ini adalah dapat memberikan gambaran asuhan
penanganan yang tepat melalui pengkajian, interprestasi data, identifikasi masalah potensial,
tindakan segera atau kolaborasi, menyusun rencana, melaksanakan asuhan, serta mengevaluasi
asuhan yang telah dilakukan. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif, subyek
penelitian by Ny. R segera setelah lahir. Obyek yang diambil dalam study kasus ini adalah 1 orang
yaitu by Ny. R segera setelah lahir di BPS Hj. Kartini Ms Bandar Lampung tahun 2015. Kurang
baiknya penanganan pada bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-kelainan yang
mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Pencegahan merupakan hal terbaik yang
harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonates sebagai individu yang harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke ekstrauteri dapat bertahan dengan baik karena
periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Harus di ingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu 0,5-1 C, lebih
tinggi dibandingkan suhu ibunya, sayangnya tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu menjadi
35-35,5 C dalam 15-30 menit karena kecerobohan perawatan diruang bersalin. Ruang bersalin
sering kali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di dekat bayi atau penolong tidak
mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan benar segera setelah dilahirkan sehingga akan
menyebabkan hipotermi. Kesimpulan hasil study kasus adalah bahwa diperlukannya penanganan
yang tepat dalam hal mempertahankan suhu tubuh tetap hangat , perawatan mata, memberikan
identitasbayi, memperlihatkan bayi pada orang tua/ keluarga, memfasilitasi kontak dini pada ibu,
memberikan vitamin K1, konseling, serta imunisasi yang sesuai dengan konsep standar asuhan
kebidanan.
Kata kunci : Bayi segera setelah lahir
Kepustakaan : 21 referensi
Halaman : 107
iv
5. 5
CURICULUM VITAE
Nama : Sasi Fitriani
Nim : 201207118
Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung baru, 05 april 1993
Agama : Islam
Alamat : Tanjung Baru kec.maje Kab.kaur Prop
Bengkulu
Institusi :Akademi Kebidanan Adilla
Riwayat Pendidikan
SD N 006 Maje pada tahun : 2000 – 2006
SMP N 1 Maje pada tahun : 2006 – 2009
SMA N 5 Kaur pada tahun : 2009 – 2012
Dan Sekarang Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Akademi
Kebidanan Adilla Bandar Lampung sejak Tahun 2012 hingga
sekarang
v
6. 6
MOTTO
Kadang hidup serasa begitu susah untuk digapai...
Sebenarnya bukan hidup yang serasa susah tapi anda
sendiri, jadi tetaplah berusaha sekuat mungkin tanpa
menyerah.
vi
7. 7
PERSEMBAHAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas Rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan Studi kasus ini, dan dibalik penyelesaian
tugas ini tidak lupa penulis memberikan persembahan kepada orang-orang yang
telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.
1. Puji syukur kehadirat ALLAH yang maha kuasa sehingga dapat
terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah
2. Terima kasih buat keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
semangat dan mendo’akan setiap kegiatan apapun yang terbaik bagi
penulis serta selalu mengharapkan setiap keberhasilan yang penulis
lakukan.
3. Rekan- rekanku tercinta Akbid ADILA khususnya tingkat III yang selalu
mendukung hingga terselesaikan tugas akhir ini.
4. Almamaterku tercinta Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung
sebagai tempat penulis menuntut ilmu selama tiga tahun.
5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimah kasih
atas partisipasi dan dukungannya selama penulis menyelesaikan tugas
akhir Diploma Kebidanan ini.
vii
8. 8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan ridho serta hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dalam bentuk studi kasus
kebidanan yang berjudul : “ Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir segera
setelah lahir terhadap by Ny R di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung tahun
2015”. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki maka diharapkan saran dalam penulisan tugas karya tulis ilmiah ini.
Dalam penulisan tugas karya tulis ilmiah ini penulis ingin berterima kasih kepada
:
1. Dr. Wazni Adila, MPH selaku Direktur Kebidanan Adila Bandar Lampung
2. Bapak Zendri Justia S.kep, M.Kes selaku penguji I KTI dan Anggun
Prajaningrum S.S.T selaku penguji II KTI.
3. Bps HJ.Kartini MS kampung sawah Bandar Lampung selaku tempat
pengambilan study kasus.
4. Para Dosen dan Staf tata usaha yang telah membantu sehingga karya ilmiah
ini dapat terselesaiakan.
Penulis menyadari penyusunan study kasus ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh kerena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang besifat
membangun guna perbaikan berikutnya. Semoga tugas Karya TulisI lmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
viii
9. 9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
CURICULUM VITAE.................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
LPERSEMBAHAN......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah............................................................... 4
1.3 Tujuan penelitian................................................................ 4
1.4 Ruang lingkup.................................................................... 5
1.5 Manfaat penelitian.............................................................. 6
1.6 Metodologi penelitian dan tekhnik memperoleh data .......... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan konsep medis ....................................................... 10
2.2 Tinjauan konsep asuhan kebidanan..................................... 55
2.3 Landasan hukum kewenangan Bidan….................................. 65
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian.......................................................................... 68
3.2 Matrik ................................................................................ 72
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian.......................................................................... 80
4.2 Identitas data dasar ............................................................. 82
4.3 Diagnosa potensial ............................................................. 91
4.4 Antisipasi masalah potensial............................................... 92
4.5 Perencanaan ....................................................................... 93
4.6 Pelaksanaan........................................................................ 94
4.7 Evaluasi.............................................................................. 100
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan............................................................................ 105
5.2 Saran.................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
10. 10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : surat ijin pengambilan data
Lampiran 2 : surat balasan izin pengambilan data
Lampiran 3 : lembar konsul
Lampiran 4: dokumentasi
x
11. 11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sigtuna score........................................................................ 15
Tabel 2.2 Apgar score.......................................................................... 15
Tabel 2.3 Panajemen bayi baru lahir normal......................................... 27
Tabel 2.4 Perkembangan system pulmonal........................................... 28
Tabel 2.5 Lama persalinan pada primigravida dan multigravida........... 62
Tabel 3.1 MATRIKS ........................................................................... 71
xi
12. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bayi Baru Lahir disebut juga dengan neonatus merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi Baru Lahir normal adalah
bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 – 42 minggu dan berat badannya
2.500-4.000 gram (Vivian Nanny lia Dewi,2010.h.1).
Penelitian menunjukan bahwa 50% kematian bayi terjadi pada
periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya
penanganan bayi baru lahir yang sehat akan menyebabkan kelainan-
kelainan yang mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Misalnya karena hipotermi akan menyebabkan hipoglikemia dan akhirnya
dapat terjadi kerusakan otak. Pencegahan merupakan hal terbaik yang
harus dilakukan dalam penanganan neonatal sehingga neonatus sebagai
organisme yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke
ekstrauterine dapat bertahan dengan baik karena periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis dalam fase pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru
lahir perlu diketahui dengan baik oleh tenaga kesehatan khususnya bidan,
yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak
(Wafi Nur Muslihatun,2010.h.10).
13. 2
Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode
neonatal merupakan periode yang paling kritis. Pencegahan asfiksia,
mempertahankan suhu tubuh bayi, terutama pada bayi berat lahir rendah,
pemberian air susu ibu (ASI) dalam usaha menurunkan angka kematian
oleh karena diare, pencegahan terhadap infeksi, pemantauan kenaikan
berat badan dan stimulasi psikologis merupakan tugas pokok bagi
pemantau kesehatan bayi dan anak. Neonatus pada minggu-minggu
pertama sangat dipengaruhi oleh kondisi ibu pada waktu hamil dan
melahirkan. Manajemen yang baik pada waktu masih dalam kandungan,
selama persalinan, segera sesudah dilahirkan, dan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya akan menghasilkan bayi
yang sehat (Sarwono Prawirohardjo,2009.h.133).
Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah
adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk
menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus
berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat
meningkatkan kesempatan untuk menjalani masa transisi dengan baik
(Wafi Nur Muslihatun,2010.h.3).
Data AKB menurut World Health Organization (WHO) ialah
sebesar 35 per 1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Menurut laporan
WHO pada tahun 2000, Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per
1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000
kelahiran hidup (Wijaya, 2010). Dari data tersebut, AKB dunia
menduduki kriteria sedang. Kedua data AKB tersebut dapat kita
14. 3
bandingkan dengan targetan MDGs untuk AKB, yakni 23 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2012.
Angka kematian bayi dan anak disajikan di Tabel 8.1 untuk 3
periode lima tahunan sebelum survei.
Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa kematian anak selama lima tahun
sebelum survei (merujuk ke tahun 2008-2012) adalah 32 kematian per
1.000 kelahiran hidup. Artinya, setiap satu dari 31 anak yang lahir
diIndonesia meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun. Enam puluh
persen bayi mati terjadi pada umur 1bulan, menghasilkan angka kematian
neonatum sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Delapan puluh
persen anak meninggal terjadi saat berumur 1-11 bulan, yang
menghasilkan angka kematiaan pos neonatum sebesar 13 kematian per
1.000 kelahiran.(SDKI 2012)
Menurut profil kesehatan Provinsi Lampung tahun 2012
Kematian bayi terbesar terjadi pada masa bayi perinatal (0-6 hari) diikuti
kematian pada masa bayi neonatal (7-28 hari) dan masa bayi (>28 hari -<
1 tahun ). Penyebab kematian bayi perinatal dan neonatal di Provinsi
Lampung tahun 2012 pada dua terbesar disebabkan oleh BBLR dan
afiksia.Penyebab kematian bayi perinatal (0-6 hari) di Provinsi Lampung
tahun 2012 adalah BBLR 35%, asfiksia 36%, gangguan pencernaan 0%,
kongenetal 4%, infeksi 22%, tetanus neonatorum 1% (Profil Dinas
Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2012).
Dari hasil pra survey penelitian yang dilakukan di BPS Hj.
Kartini pada tanggal 13Juli 2015 di dapatkan 10 bayi baru lahir dalam
keadaan normal dan berdasarkan data latar belakang di atas maka penulis
tertarik untuk memberikan asuhan yang berjudul “Asuhan Kebidanan
15. 4
Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir Di BPS
Hj. Kartini Bandar Lampung Tahun 2015”
1.2. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. R Segera Setelah Lahir Di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung Tahun
2015”
1.3. Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru
Lahir Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj.
Kartini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2. Tujuan khusus
1.3.2.1. Penulis mampu untuk melakukan pengkajian data pada
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Bayi
Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj. Kartini Lampung
Tahun 2015.
1.3.2.2. Penulis mampu untuk mendiagnosa masalah dan kebutuhan
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj. Kartini Bandar
Lampung Tahun 2015.
16. 5
1.3.2.3. Penulis mampu untuk mengidentifikasi diagnosa masalah
potensial pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj.
Kartini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.4. Penulis mampu untuk mengantisipasi masalah dengan
melakukan tindakan segera atau kolaborasi dengan dokter
pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Terhadap
Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj. Kartini Bandar
Lampung Tahun 2015.
1.3.2.5. Penulis mampu untuk menyusun rencana asuhan yang
menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah lahir di BPS Hj.
Kartini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.6. Penulis mampu untuk melaksanakan rencana asuhan yang
menyeluruh pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj.
Kartini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.3.2.7. Penulis mampu untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
kebidanan pada Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
Terhadap Bayi Ny. R Segera Setelah Lahir di BPS Hj.
Kartini Bandar Lampung Tahun 2015.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Sasaran
17. 6
Objek dalam Asuhan Kebidanan ini yaitu Bayi Segera Setelah
Lahir Bayi terhadap Bayi Ny. R.
1.4.2. Tempat
Tempat pelaksanaan Asuhan Kebidanan ini penulis mengambil
kasus di BPS Hj. Kartini Bandar Lampung.
1.4.3. Waktu
Pelaksanaan Asuhan Kebidanan dalam studi kasus ini, penulis
melakukan penelitian pada tanggal 04 Juli 2015.
1.5. Manfaat penelitian
1.5.1. Institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan efektifitas dalam
belajar, pengetahuan, kemampuan dan keterampilan bagi
mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
menerapkan atau mengaplikasikan studi yang telah didapat, serta
untuk melengkapi sumber-sumber buku keperpusatakaan sebagai
bahan informasi referensi yang penting dan mendukung pembuatan
karya tulis ilmiah bagi mahasiswa semester akhir dan sebagai
acuan penelitian selanjutnya khususnya penelitian pada bayi baru
lahir.
1.5.2. Bagi lahan praktek
18. 7
Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan
untuk meningkatkan dan pengelolaan program kesehatan untuk
mengembangkan pendidikan kesehatan dan masukan dalam
melakukan manajemen asuhan kebidanan yang diterapkan di lahan
praktek.
1.5.3. Bagi klien
Hasil penelitian ini dapat dijadikan penambahan wawasan
pengetahuan bagi klien dan dapat diterapkan didalam keluarga dan
masyarakat.
1.6. Metodologi dan teknik memperoleh data
1.6.1. Metodologi penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan
metode penulisan deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang
terjadi di dalam masyarakat. Survei deskriptif dilakukan terhadap
sekumpulan objek yang biasanya bertujuan untuk melihat
gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di dalam
suatu populasi tertentu dan untuk membuat penilaian terhadap
suatu kondisi dan penyelenggaraan suatu program di masa
sekarang, kemudian hasilnya digunakan untuk menyusun
perencanaan perbaikan program tersebut
(Soekidjo Notoatmodjo,2012.h.35-36).
19. 8
1.6.2. Teknik memperoleh data
Teknik memperoleh data dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah:
1.6.2.1.Data primer
a. Wawancara (Anamnesis)
Perbincangan terarah dengan cara tatap muka dan
pertanyaan yang diajukan mengarah pada data yang
relevan dengan pasien dalam rangka mendapatkan data
tentang pasien melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
Anamnesis dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:
1. Auto anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakukan kepada pasien
langsung.
2. Allo anamnesis
Adalah anamnesis yang dilakuan kepada keluarga
pasien untuk memperoleh data tentang pasien
(Ari Sulistyawati,2009.h.111).
Dalam penelitian ini penulis melakukan anamnesis
yang dilakukan secara langsung kepada pasien (auto
anamnesis).
b. Pemeriksaan fisik
20. 9
Pemeriksaan fisik dari ujung rambut sampai ujung kaki
(Eni Retna Ambarwati dan Diah Wulamdari ,2008.h.139).
1.6.2.2.Data sekunder
Data sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari
tangan pertama, dan yang bukan mempunyai wewenang
dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut :
a. Studi kepustakaan
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari
suatu penelitian. Telah kita ketahui bersama bahwa
didalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan
dan informasi dari berbagai disiplin ilmu (Soekidjo
Notoatmodjo,2005.h.63).
b. Studi dokumenter
Dokumen resmi adalah semua bentuk dokumen baik
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan, yang ada di
bawah tanggung jawab instansi resmi, misalnya
laporan, statistik, catatan-catatan di dalam kartu klinik
(Soekidjo Notoatmodjo,2005.h.62).
21. 10
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan teori medis
2.1.1 Bayi baru lahir
2.1.1.1 Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus
merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ektrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir
pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badan nya 2500-
4000 gram (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih
,2010;h.1).
Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai
dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi 0
– 7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7 – 28 hari (Wafi
Nur Muslihatun,2010;h.2).
2.1.1.2 Ciri – ciri bayi normal
a. Lahir aterm antara 37 – 42 minggu
b. Berat badan 2.500 – 4.000 gram
c. Panjang badan 48 – 52 cm
d. Lingkar dada 30 – 38 cm
22. 11
e. Lingkar kepala 33 – 35 cm
f. Lingkar lengan 11 – 12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit
h. Pernafasan ±40 – 60 x/menit
i. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subkutan
yang cukup.
j. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala bisanya telah
sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas.
l. Nilai apgar > 7.
m.Gerak aktif (Tonus otot)
n. Bayi lahir langsung menangis kua.
o. Reflek rooting ( mencari puting susu dengan rangsangan
taktil pada pipi dan daerah mulut ) sudah terbentuk dengan
baik.
p. Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
q. Reflek morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah
terbentuk dengan baik.
r. Reflek grasping (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia
1. Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis berlubang.
23. 12
2. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan
uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan
mayora.
t. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium
dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih,2010;h.2).
2.1.1.3 Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai
beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit),
seluruh tubuh kemerah-merahan, Pulse (heart rate) atau
frekuensi jantung >100x/menit, Grimace (reaksi terhadap
rangsangan), menangis, batuk/bersin, Activity (tonus otot),
gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat.
Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38C) atau terlalu
dingin (kurang dari 36C), warna kuning pada kulit (tidak pada
konjunctiva), terjadi pada hari ke 2-3 tidak biru, pucat, memar,
pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk
berlebihan, tidak muntah, tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada
tali pusat seperti: tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau
busuk, berdarah , dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, tidak ada lendir atau darah pada tinja, bayi
tidak menggigil atau tangisan kuat, tidak mudah tersinggung,
tidak terdapat tanda: lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-
24. 13
kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Ai
yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,2013;h.2-3).
2.1.1.4 Tahapan bayi baru lahir
a. Tahap I
Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar
untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b. Tahap II
Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya
perubahan prilaku.
c. Tahap III
Disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Vivian
Nanny Lia Dewi Tri sunarsih,2010;h.3).
2.1.1.5 Penilaian saat bayi segera setelah lahir
a. Penilaian Sekilas Sesaat Setelah Bayi Lahir
Sesaat setelah bayi baru lahir bidan melakukan penilaian
sekilas unutk menilai kesejahtaraan bayi umum. Aspek yang
dinilai warna kulit dan tangis bayi, jika warna kulit adalah
kemerahan dan bayi dapat menangis spontan maka ini sudah
cukup untuk dijadikan data awal bahwa dalam kondisi baik.
25. 14
b. Menit Pertama Kelahiran
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 menganjurkan
penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan cara
sederhana yang disebut SIGTUNA (SIGTUNA SCORE),
sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian
cara ini dgunakan terutama untuk tingkat pelayanan
kesehatan dasar karena hanya menilai dua parameter yang
penting namun cukup mewakili indikator kesejahteraan bayi
baru lahir.
Sesaat setelah bayi lahir bidan memantau 2 tanda vital bayi
sesuai dengan SIGTUNA skor yaitu upaya bayi unutk
bernafas dan frekuensi jantung (dihitung selama 6 detik, hasil
dikalikan 10 sama dengan frekuensi jantung satu menit
Cara menggunakan SIGTUNA skor :
1. Nilai bayi sesaat setelah lahir (menit pertama ) dengan
kriteria penilaian seperti pada tabel.
2. Jumlahkan skor yang didapat
3. Kesimpulan dari total SIGTUNA skor
4 = asfiksia ringan atau tidak asfiksia
2 – 3 = asfiksia sedang
1 = asfiksia berat
0 = bayi lahir mati / fresh stillbirth
26. 15
Tabel 2.1 Sigtuna score
SKOR 2 1
KRITERIA
Pernafasan Teratur Mengap –
mengap
Tidak ada
Denyut jantung > 100 < 100 Tidak ada
(Ari Sulistyawati,2010;h.118 – 119 ).
c. Menit Ke 5 Sampai 10
Segera setelah lahir, bidan mengobservasi keadaan bayi dengan
berpatokan pada APGAR skor dari 5 menit hingga 10 menit.
Tabel 2.2 Apgar score
Aspek
Pengamatan
Bayi Baru
Lahir
Skor
0 1 2
Appeareance
/
Warna Kulit
Seluruh tubuh
bayi berwarna
kebiruan atau
pucat.
Warna kulit tubuh
normal, tetapi tangan
dan kaki berwarna
kebiruan .
Warna kulit
seluruh tubuh
normal.
Pulse / Nadi Denyut jantung
tidak ada
Denyut jantung
<100x/menit
Denyut jantung
>100 x/menit
Grimace /
Respon
Reflek
Tidak ada
respon terhadap
stimulasi.
Wajah meringis saat
distimulasi.
Meringis,
menarik, batuk ,
atau bersin saat
stimulasi
Activity /
Tonus Otot
Lemas, tidak
ada gerakan
Lengan dan kaki
dalam posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan.
Bergerak aktif dan
spontan
Respiratory/
Pernafasan
Tidak bernafas,
pernafasan
lambat dan
tidak teratur .
Menangis lemah,
terdengar seperti
merintih.
Menangis kuat ,
pernafasan baik
dan teratur
(Ari Sulistyawati,2010;h.208 – 209 ).
Interpretasi :
a. Nilai 1 – 3 asfiksia berat;
b. Nilai 4 – 6 asfiksia sedang;
c. Nilai 7 – 10 asfiksia ringan (normal) (Dewi,2010.hal:3).
27. 16
2.1.1.6 Penanganan bayi baru lahir
a. Pencegahan infeksi
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh
paparan atau kontaminasi mikro organisme selama proses
persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir.
Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan
telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut:
1. Persiapan diri
cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan ,
sebelum dan setelah bersentuhan dengan nayi, serta
memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi
yang belum dimandikan.
2. Persiapan alat
Pastikan semua peralatan dan bhan yang digunakan,
terutam aklem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang
tali pusat telah di DTT atau seterilisasi. Pastikan semua
pakaianan, handuk, selimut, dan ain yang digunakan
untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Dekontaminasi
dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan.
3. Persiapan tempat
Menggunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan
tempat resusuitasi yang datar, rata, cukup keras, bersih,
kering dan hangat.
28. 17
b. Penilaian awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan
menjawab 4 pertanyaaan:
Sebelum bayi lahir:
1. apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
Segera setelah bayi lahir penilaian:
1. apakah bayi lahir menanggis atau bernafas/tidak megap-
megap?
2. Apakah tonus otos bayi aktif atau bayi bergerak aktif.
c. Mencegah kehilangan panas
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai
berikut:
1. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh yang lain nya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu
menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah dengan
handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut
ibu.
2. Letakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu
kekulit bayi Letakkan bayi tengkurep didada ibu.
29. 18
Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel
didada atau perut ibu. Usahkan kepala bayi berada
diantara kedua payudara ibu dengan posisi sedikit lebih
rendah dari puting payudara ibu.
3. Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi
Selimuti tubuh ibu dan bayi denagn kain hangat dan
pasang topi dikepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki
luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan cepat
kehilangan panas dengan bgian tersebuat tidak tertutup.
4. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru
lahir
Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit ibu
kekulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL
cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya.
d. Memotong dan mengikat tali pusat
1. Klem, potong dan ikat tali pusat 2 menit pasca bayi lahir.
Untuk menyuntikan oksitosin dilakukan sebelum tali
pusat dipotong.
2. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam
DTT 3 cm dari dinding perut ( pangkal pusat) bayi. Dari
titik jepitan, urut tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak
terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).
30. 19
Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat
jepitan ke-1 kearah ibu.
3. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu
tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau
steril.
4. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu
sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan
ke dalam larutan klorin 0,5%
6. Letakan bayi tengkurap didada ibu untuk IMD
e. Pemberian IMD
1. Inisiasi menyusu dini
Langkah inisiasi Menyusu Dini (IMD)
a) Bayi untuk mendapatkan kontak kulit dengan kulit
dengan ibunya segera setelah lahir selama paling
sedikit satu jam
b) Bayi harus debiarkan untuk melakukan IMD dan ibu
dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu
serta memberi bantuan jika diperlukan
c) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan
kepada BBL hingga inisiasi menyusu selsai dilakukan,
31. 20
prosedur tersebut seperti: pemberian salep/tetes mata,
pemberian vitamin K1, menimbang dan lain-lain.
2. Keuntungan inisiasi Menyusu Dini bagi ibu dan bayi
Keuntungan kontak kulit ibu dengan kulit untuk bayi
a) Menstabilkan pernapasan dan detak jantung
b) Mengendalikan temperatu tubuh bayi
c) Memperbaiki atau membuat pola tidur bayi lebih baik
d) Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih
cepat dan efektif
e) Meningkatkan kenaikan berat (bayi lebih cepat
kembali berat lahirnya)
f) Meningkat hubungan psikologis antara ibu dan bayi
g) Mengurangi tangis bayi
h) Mengurangi infeksi bayi dikarenakan adanya
kolonisasi kuman diusus bayi akibat kontak kulit bayi
dan bayi menjilat kulit ibu
i) Mengeluarkan mekonium lebih cepat, sehingga
menurunkan kejadiaan ikterus BBL
j) Memperbaiki kadar gula dan parameter biokimia lain
sehingga beberapa lain selama beberapa jam pertama
hidupnya
k) Mengoptimalisasi keadaan hormonal bayi
3. Keuntungan IMD untuk ibu
Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu.
32. 21
1. Pengaruh oksitosin:
a. Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkan
risiko perdarahan pasca persalinan
b. Merangsang pengeluaran kolosterum dan
meningkatkan produksi ASI
c. Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu lebih
tenang dan tidak nyeri pada saat plasenta lahir dan
prosedur pasca persalinan lainnya
2. Pengaruh prolaktin:
a.Meningkatkan produksi ASI
b.Menunda ovulasi
4. Keuntungan IMD untuk bayi
a. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan
dengan kualitas dan kuantitas optimalkan unutuk
kebutuhan bayi
b. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui
kolostrum) maupun aktif
c. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari
kebawah
d. Meningkatkan kebersihan menyusui secara eksklusif
dan lamanya bayi disusui membantu bayi
mengkoordinasikan kemampuan isap, telan, dan
33. 22
napas. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat
dalam bebrapa jam pertama setelah lahir
e. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi
f. Mencegah kehilangan panas
f. Pemberian vitamin k1
Semua BBL harus diberi vitamin K1 (phytomenadione)
injeksi 1 mg intramuskuler setelah proses IMD dan bayi
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi
vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.
g. Pencegahan infeksi Mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu.
Pencegahan infeksi mata tersebut mengandug tetrasiklin 1%
atau antibiotik lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang
efektif jika diberikan > 1 jam setelah kelahiran.
h. Pemberian imunisasi bayi baru lahir
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi
Hepatitis B tehadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam setelah
pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berusia 2 jam.
Untuk bayi yang lahir difasilitasi kesehatn dianjurkan
diberikan BCG dan OPV pada saat sebelum bayi pulang dari
klinik. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali
34. 23
untuk mendapatkan imunisasi berikan sesuai jadwal
pemberian imunisasi.
i. Rawat gabung.
Adalah suatu cara perawatan ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisaahkan, melainkan ditempatkan dalam
sebuah runag , kamar ataau tempat bersama- sama selama 24
jam penuh dalam seharian. Dengan kata lain, rawat gabung
adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama- sama
atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan
sewaktu- waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui
bayinya. Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadi
dua yakni rawat gabung kontinu, yaitu bayi berda di
samping ibu terus menerus, serta rawat gabung intermiten
yaitu bayi hanya sewaktu – waktu saja bersama ibu misalnya
pada saat bayi akan menek saja.
Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina
hubungan emosional antara ibu dan bayi, meningkatkan
penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan
pendidikan kesehatan bagi ibu. Dengan rawat gabung, ibu
dapat ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapan
saja, dimana saja bayi membutuhkanya. Ibu dapat melihat
dam memahami cara perawatan bayi secara benar yang
dilakukan oleh petugas, ibu mempuyai pengalaman dalam
merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit,
35. 24
dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu
dalam dalam menyusui bayinya secara baik dan benar, ibu
mendapat kehangatan emosinal atau batin karena selalu
kontak dengan bayinya.
Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara
lain bayi lahir spontan, baik presentasi kepala maupun
bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat
gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek menghisap
baik, tidak ada tanda – tanda infeksi dan lain-lain. Apabila
bayi lahir secara seksio sesaria dengan pembiusan umum,
rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak
mengantuk, 4-6 jam setelah operasi selesai. Syarat lain agar
agar bayi baru lahir bisa dirawat gabung, adalah bayi tidak
asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR lebih dari
tujuh ), umur kehamilan lebih dari atau samaa dengan 37
minggu, berat lahir lebih dari atau sama dengan 2500 gram,
tidak terdapat tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam
keadaan sehat (Wafi Nur muslihatun,2010;h.22)
Manfaat yang bisa didapatkan dari rawat gabung pada ibu
dan bayi adalah :
a. Fisik
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka ibu akan mudah
untuk melakukan perawatan sendiri. Dengan perawatan
sendiri dan pemberian asi sendiri mungkin, maka akan
36. 25
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi silang dari
pasien lain atau petugas kesehatan.
b. Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayi akan segera di susui dan
frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses
yang fisiologis, yang alami dimana bayi mendapat
nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu
yang menyusui akan timbul reflek oksitosin yang dapat
membantu proses fisiologis involusi rahim.
c. Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjalin proses lekat
akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi. hal tersebut
akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
psikologis bayi. selain itu, kehangatan tubuh ibu
merupakan stimulasi mental yang mutlak di butuhkan
oleh bayi.
d. Edukatif
Ibu akan mempunyai pengalaman yang berguna
sehingga mampu menyusui serta merawat bayinya bila
pulang dari rumah sakit. Selama di RS ibu akan
melihat, belajar dan mendapat bimbungan mengenai
cara menyusui secara benar, cara merawat payudara,
tali pusat, memandikan bayi dan sebagainya.
37. 26
Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modsl bsgi
ibu untuk merawat bayinya setelah pulang dari RS
e. Ekonomi
Pemberian asi dapat dilakukan sedini mungkin, bagi
rumah sakit terutama Rs pemerintah, hal tersebut
merupakan suatu penghematan terhadap anggaran
pengeluaran untuk pembelian susu formula, botol susu,
dot, serta peralatan lainya yang di butuhkan. Beban
perawat lebih ringan karena ibu berperan besar dalam
merawat bayinya sendiri sehimgga waktu luang dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
f. Medis
Secara medis, pelaksanaan rawat gabung dapat
menurunkan terjadinya infeksi nosokomial pada bayi,
serta menurunkan angka mortalitas ibu maupun
bayinya (Vivian Nanny Lia Dewi Tri sunarsih
,2010;h.19).
38. 27
Tabel 2.3 :
MANAJEMEN BAYI BARU LAHIR NORMAL
pemotongan dan pengikatan tali pusat pada bayi baru
lahir normal, dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi lahir
(atau setelah bidan menyuntikan oksitosin kepada ibu),
untuk memberi cukup waktu bagi tali pusat mengalirkan
darah kaya zat besi kepada bayi (JNPK, Buku Acuan
Asuhan Persalinan Normal,2008;h.126)
Penilaian :
Bayi cukup bulan
Air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
Bayi menangis atau bernafas
Tonus otot bayi baik
ASUHAN BAYI BARU LAHIR
1. Jaga kehangatan
2. Bersihkan jalan nafas (bila perlu)
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapaun, kira – kira 2
menit* setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulit bayi dengan
kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotik tetrasiklin 1% pada kedua mata.
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuskular, dipaha kiri anteroteral
setelah inisiasi menyusui dini.
8. Beri imunisasi hepatitis B 0,5 ml intramuskular, dipaha kanan
anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setelah pemberian
vitamin K1
39. 28
2.1.1.7 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan Diluar
Uterus
a. Sistem Pernafasan
Tabel 2.4 Perkembangan system pulmonal
Usia
Kehamilan
Perkembangan
24 hari Bakal paru-paru terbentu
26-28 hari Kedua bronkus membesar
6 minggu Segmen bronkus terbentuk
12 minggu Lobus terdiferensiasi
24 minggu Alveolus terbentuk
28 minggu Surfaktan terbentuk
34-36 minggu Struktur paru matang
Sumber :Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih ,2010;h12
Rangsangan gerakan pernafan pertama terjadi karean
beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir
(stimulasi mekanik).
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang
kemoresptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi
kimiawi).
3. Rangsanan dingin didaerah muka dan perubahan suhu
didalm uterus (stimulasi sensorik)
4. Reflek deflasi hering breur.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30
menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kaliuntuk
40. 29
mempertahankan tekanan alveoli, selain karena adanya
surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan pengeluaran
nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam.
Cara neonatus bernafas diafragma dan bernafas dengan cara
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya
bernafas belum teratur.
b. Peredaran Darah
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun yang
dikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.
Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung kanan, dan hal tersebut
membuat foremen ovale secara fungsional menutup. Hal ini
terjadi pada jam – jam pertama setelah lahir. Oleh karena
tekanan dalam paru turun dan tekanan aorta desenden naik
dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik ) serta
duktus atrteriousus yang berobliterarsi. Hal ini terjadi pada
hari pertama.
Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 -5
liter permenit /m2 (Gessner, 1965). Aliran darah sistolik pada
hari pertama rendah yaitu 1,96 liter/menit/m2 dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan
duktus arteriousus. Tekanan darah pada waktu lahir
dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi
41. 30
plasenta yang pada jam – jam pertama sedikit menurun,
untuk kemudian naik lagi dan menajdi konstan kiraa –kira
85/40 mmHg.
c. Suhu Tubuh
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan
bayi baru lahir kehilangan panas tubuhnya.
1. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi (pemindahan
panas dari tubuh bayi keobjek lain melalu kontak langsung
Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang
bayi tanpa alas timbangan , memegang bayi saat tangan
dingin, dan menggunakan stetoskop dingin untuk
pemeriksaan BBL.
2. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang
sedang bergerak (jumlah panas yang hilang bergantung
pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai contoh, konveksi
dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL
dekat jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang
terpasang kipas angin.
42. 31
3. Radiasi
Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin (pemindahan panas dari 2
objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai contoh,
membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan
pemanas (radiant warmer), membiarkan BBLberdekatan
dengan ruangan yang dingin (dekat tembok) (Vivian
Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih ,2010;h.13-14).
Harus diingat bahwa bayi pada saat lahir mempunyai suhu
0,5 – 1 C lebih tinggi dibanding dengan suhu ibunya.
Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu
tubuh menjadi 35 – 35,5 C dalam 15 – 30 menit karena
kecerobohan perawat diruang bersalin. Ruang bersalin
seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang
dingin di dekat bayi (yang berasal dari AC di dekat troli
resusitasi), atau petugas tidak mengeringkan dan
menyelimuti bayi dengan baik segera setelah dilahirkan.
Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distres
pernafasan, hipoglikemia, dan gangguan pembekuan
darahlebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi
mengalami hipotermi(SarwonoPrawirohardjo,2008;h.368).
43. 32
4. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung
pada kecepatan dan kelembapan udara (perpindahan panas
dengan cara mengubah cairan menjadi uap). Evaporasi ini
dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipaka, ditingkat
kelembadan udara, dan aliran udara yang melewati.
Apabila BBL dibiarkan dalam suhu kamar 25 ºC, maka
bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi, dan
evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang
dibentuk hanya sepersepuluhnya saja.
d. Metabolisme
Luas peermukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh
orang dewasa, sehingga metabolisme basal per kg berat
badan akan lebih besar. Oleh karena itulah, BBL harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi
dapat diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
Dari jam – jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat,. Pada hari kedua, energi berasal dari
pembakaran lemak. Setelah mendapat susu, sekitar dihari
keenam energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang
masing – masing sebesar 60 dan 40 %.
44. 33
e. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium
juga relatif lebih besar dibandingkn dengan kalium karena
ruangan ektraseluler yang luas. fungsi ginjal belum sempurna
karena :
1. Jumlah nefron masih belum senyak orang dewasa
2. Ketidakseimbagan luas permukaan glomerulus dan
volume tubulus proksimal.
3. Renal blood flowrelatif kurang dibandingakan dengan
orang dewasa (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri
sunarsih,2010;h.14-15).
Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir,
dengan jumlah urine sekitar 20 – 30 ml/hari dan menigkat
menjadi 100 – 200 ml, hari pada waktu akhir minggu
pertama. Urinenya encer, warna kekuning – kuningan dan
tidak berbau (Dwi Maryanti,dkk,2011;h.19).
f. Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum
tulang juga tidak memiliki lamina propia ilium dan apendiks.
Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antegen
dan stres imunologs. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin
G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui
plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada
45. 34
infeksi yang dapat melalui plesenta (lues, tokoplasma ,herpes
simpleks, dan lain – lain) reaksi imunologi dapat terjadi
dengan pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G
dan M.
g. Traktus Digestivus
Traktus digentivus relatis lebih berat dan lebih panjang
dibandingkan dengan orang dewasa. Pada neonatus, traktus
digentivus mengandung zat berwarna hitam kehijauan terdiri
atas mukopolisakarida atau disebut juga mekonium.
Pengeluaran mekonium biasanya pada 10 jam pertama
kehidupan dan dalam 4 hari setelah kelahiran biasanaya feses
sudah berbentuk dan berwaarna biasa. enzim dalam traktus
digentivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali
enzim amilase pankreas (Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri
sunarsih,2010;h.15).
Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung
pada ukuran bayi, sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai
dalam beberapa menit pada saat pemberian makanan dan
selesai antara 2- 4 jam setelah pemberian makanan dan
pengosongan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
waktu dan volume makanan, jenis dan suhu makanan serta
stres fisik . Neonatus memiliki enzim lipase dan amylase
dalam jumlah sedikit sehingga neonatus kehilangan untuk
46. 35
mencerna karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus
dalam keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Terdengar
bunyi isi perut dalam 1 jam pertama kelahiran (Dwi
Maryanti,dkk,2011;h.20).
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilan, diangkat dalam 24 jam pertama kehidupan dan
benar – benar dibuang dalam 48 – 72 jam . feses pertama
berwarna hijau kehitam – hitaman, keras, dan mengandung
empedu. Pada hari 3 – 5 feses berubah warna menjadi kuning
kecoklatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran berwarna
kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih pucat
warnanya, lunak dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4 -6 x
sehari. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah
terbenuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan neonatus
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh
neonatus.
Untuk mengfungsikan otak memerlukan glukosa dalam
jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat
dengan klem pada saat lahir seseorang neonatus harus mulai
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada saat
neonatus glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 – 2
47. 36
jam). Untuk mengkoreksi penurunan kadar glukosa dapat
dilakukan dengan penggunaan ASI, menggunakan cadangan
glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak, nenotus yang tidak mampu mencerna
makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa
dari glukogen (glikogenisasi) (Dwi Maryanti,2011.h.20-21).
h. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan
morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan
penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak
lama.enzim hati belum aktif brnar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna,
contoh pemberian obat klorofenikol dengan dosis lebih dari
50mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrom
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih,2010;h.15).
i. Perubahan – Perubahan Sistem Reproduksi
Pada neonatus perempun labia mayora dan labia minora
mengaburkan vestibulum dan menutup klitoris. Pada
noenatus laki – laki preputium biasanya tidak sepenuhnya
tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki – lski
dan perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan
48. 37
kongesti lokal di dada dan yang kadang – kadang diikuti oleh
sekresi susu pada hari ke 4 atau ke 5. Unutk alasan yang sama
gejala haid dapat berkembang pada bayi perempuan.
j. Perubahan Sistem Skeletal
Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan
sedikit lebih panjang dari kaki, punggung neonatus kelihatan
lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus dapat
mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup.
Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6 – 8 minggu.
Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18 bulan.
k. Perubahan Sistem Neuromuskular
Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf
neonatus baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini
menyebabkan kegiatan refleks pina dan batang otak dengan
kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan –
bulan awal walaupun interaksi sosial terjadi lebih awal.
Setelah nneonatus lahir, pertumbuhan otak memerlukan
persediaan oksigen dan glukosa yng tetap dan memadai. Otak
yang masih muda rentan terhadap hipoksia, keseimbangan
biokimia, infeksi dan perdarahan (Dwi
Maryanti,dkk,2011;h.23).
49. 38
l. Keseimbangan Asam Basa
Tingkat keasaman (pH) dara pada waktu lahir umumnya
rendah karena glikolisis anaerobik. Namum, dalam waktu 24
jam, noenatus telah mengompensasi asisosis ini (Vivian
Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih,2010;h.15).
2.1.1.8 Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
1. Kulit Bayi
Perhatikan dengan baik kulit bayi beberapa bayi
memiliki beberapa bintik dikulit mereka. Contohnya,
bayi mungkin memliki bintik besar dan gelap
dipunggung bagian bawah dan pantat. Bayi lain
mungkin memiliki bintik merah diwajah. Bintik –
bintik ini tidak berbahaya, namun bintik yang seperti
bisul merah kecil kemungkinan besar merupakan tanda
infeksi (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti
,2012;h.61).
2. Warna Kulit Bayi
Bayi mestinya memiliki warna kulit yang normal
beberapa jam setelah lahir. Karena itu bidan harus
memperhatikan dengan seksama bila hal – hal ini
terjadi : warna kulit bayi masih kebiruan : jika tangan
dan kaki masih kebiruan namun suhu tubuh bayi
hangat, mungkin tidak ada masalah yang serius.
50. 39
Beberapa bayi bahkan masih memiliki tangan dan kaki
yang kebiruan satu atau dua hari setelah lahir.
Bibir dan wajah masih terlihat biru satu jam setelah
lahir, kemungkinan bayi mengalami masalah dengan
jantung atau paru – paru nya, kemungkinan dia
memerlukan oksigen.
Jika kulit bayi terlihat kekuningan, jika bayi terlihat
kuning kurang dari 24 jam setelah lahir bisa jadi dia
terkena penyakit kuning atau infeksi. Segera minta
bantuan medis (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti
,2012;h.61–62).
3. Kulit Bayi Terlihat Pucat
Bayi telihat pucat dan lemas kemungkinan mengalami
anemia atau masalah kesehatan lainnya. Kebanyakan
bayi baru lahr akan mengalami ruam kulit dalam
minggu –minggu pertama. Ruam biasanya muncul
ditempat kult bergesekan dengan baju seperti lengan,
tungkai dan punggung. Tetap bisa juga muncul di
wajah. Ruam ini cenderung menghilang sendiri tanpa
pengobatan. Bayi yang sebetulnya normal akan tampak
sedikit kuning pada hari kedua, yang harus diperhatikan
bila kuning muncul sebelum bayi berusia 24 jam Bayi
baru lahir memiliki beberapa benjolan keras di bawah
51. 40
kulitnya (nekrosis lemak subkutaneus), dimana
penekanan tulang merusak beberapa jaringan lemak.
Pada persalinan dengan forsep, benjolan terlalu sering
ditemukan di kepala, pipi dan leher. Benjolan ini bisa
pecah menembus permukaan kulit, mengeluarkan
cairan kuning jernih, tetapi biasanya akan segera
sembuh.
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara
otomatis dan spontan tanpa di sadari pada bayi normal,
dibawah ini akan dijelaskan beberapa penampilan dan
perilaku bayi, baik secara spontan karena adanya
rangsangan atau bukan
a. Tonik neek reflek
Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal,
bila ditengkurapkan akan secara spontan
memiringkan kepalanya.
b. Rooting reflek
Yaitu bila jari nya menyentuh daerah sekitar mulut
bayi maka ia akan membuka mulutnya dan
memiringkan kepalanya kearah datangnya jari.
c. Grasping reflek
Bila jari kita menyentuh telapak tangan bayi maka
jari-jarinya akan langsung menggenggam sangat
kuat.
52. 41
d. Moro reflek
Reflek yang timbul di luar kemauan kesadaran bayi.
e. Startle reflek
Reaksi emosional berupa hentakan dan gerakan
seperti mengejang pada lengan dan tangan dan
sering diikuti dengan tangis.
f. Stapping reflek
Reflek kaki secara spontan apabila bayi diangkat
tegak dan kakinya satu persatu disentuhkan pada
satu dasar maka bayi seolah-olah berjalan.
g. Reflek mencari puting (rooting)
Yaitu bayi menoleh ke arah sentuhan di pipinya atau
di dekat mulut, berusaha untuk menghisap.
h. Reflek menghisap (suckling)
Yaitu areola puting susu tertekan gusi bayi, lidah
dan langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan
dan memancarkan ASI.
i. Refleks menelan (swallowing)
Dimana ASI di mulut bayi mendesak otot di daerah
mulutdan faring sehingga mengaktifkan refleks
menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung (Ai
Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti,2013;h.61-63).
53. 42
2.1.1.9 Pemeriksaan fisik dan sistem penilaian pada BBL
Pengkajian atau pemeriksaan fisik pada bayi dilakukan secara
menyeluruh.Pengkajian fisik pada bayi baru lahir merupakan
bagian dari prosedur perawatan bayi segera setelah lahir.
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru
lahir dan untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau
mengalami penyimpangan.(Wafi Nur muslihatun,2010;h.28)
2.1.7.1 Pengukuran
1) Berat badan 2.500 – 4.000 gram
2) Panjang badan 48 – 52 cm
3) Lingkar dada 30 – 38 cm
4) Lingkar kepala 33 – 35 cm
5) Lingkar lengan 11 – 12 c
(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih,2010;h.2)
2.1.7.2 Pengukuran tanda-tanda vital
1) Suhu/temperatur
24 jam post fartum suhu badan akan nik sedikit 37,5-
38’C. Sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehialngan cairan dan kelelahan.
(Eni Ambarwati dan Diah Wulandari.2008.h.83)
2) Pernafasan
54. 43
Napas bayi baru lahir dikatakan normal apabila
frekuensi antara 40-60 kali permenit, tanpa adanya
retraksi dada dn suara merintih saat ekspirasi.
3) Nadi
Denyut nadi dikatakan normal apabila frekuensinya
antara 100-160 kali permenit. (Musrifatul
Uliyah,2011;h.146)
.
2.1.7.3 Pemeriksaan bagiaan tubuh (pemeriksaan fisik)
1. Kepala
Ubun – ubun besar, ubun – ubun kecil, sutura ,
moulase, caput succedaneum, cephal haematoma,
hidrosepalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan
adanya lanugo pada bahu dan punggung.
2. Muka
Tanda – tanda paralisis
3. Mata
Ukuran, bentuk (strabismus, pelebaran, epicanthus)
dan kesimetrisan, kekeruhan kornea, katarak
kongenital, trauma, keluar nanah, bengkak pada
kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva.
55. 44
4. Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
5. Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan.
6. Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, adakah labio / palatoskisis, trush,
sianosis.
7. Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda
abnormalitas kromoson dan lain – lain.
8. Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari
9. Dada
Bentuk dan kelaian bentuk dada, putting susu,
gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan
pernafasan.
56. 45
10.Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya
benjolan, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
11. Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun
dalam skorotum, urifisium uretra diujung penis
(fimosis, hipospadia/epispadia). Kelamin
perempuan: labia mayora, labia minora, orifisium
vagina, orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
12. Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari
(sindaktili, polidaktili)
13. Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya
atresia ani.
14. Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis,
pembengkakan, spina bifida.
15. Pemeriksaan kulit
Verniks caseosa, lanugo,warna,udem,bercak,tanda
lahir, memar.(Nur Wafi Muslihatun.2010.h;33-34)
57. 46
16. Refleks
Refleks yaitu suatu gerakan yang terjadi secara
otomatis dan spontan tampa disadari pada bayi
normal. Beberapa refleks pada bayi baru lahir
meliputi:
a) Rooting refleks; yaitu reflek mencari putting
susu.
b) Suckling refleks; yaitu reflek menghisap areola
putting susu tertekan dagu bayi, lidah dan
langit-langit sehingga sinus laktiferus tertekan
dan memancarkan ASI.
c) Swallowing refleks; yaitu refleks menelan
dimana ASI dimulut bayi mendesak otot di
daerah mulut dan faring sehingga mengaktifkan
refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam
lambung.
d) Moro refleks; refleks yang timbul diluar
kemauan? Kesadaran bayi.
e) Grasping refleks; bila jari kita menyentuh
telapak tangan bayi, maka jari-jarinya akan
langsung menggenggam sangat kuat.
f) Tonik neek refleks; yaitu gerakan spontan otot
kuduk pada bayi normal.
58. 47
g) Stapping reflek; reflek kaki secara spontan
apabila bayi diangkat tegak dan kakinya satu
persatu disentuhkan pada satu dasar maka bayi
seolah-olah berjalan.
h) Startle reflek; reaksi emosional berupa hentakan
dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan
tangan dan seiring diikuti dengan tangisan.
(Ai Yeyeh rukiyah dan Lia Yulianti 2010;h.63)
i) Babinsky reflek; gerakan jari sepanjang telapak
kaki .(Vivian Nanny Lia Dewi dan Tri sunarsih
,2011;h.26)
17. Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran
gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir
normal biasanya kencing lebih dari enam kali
perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair
enam sampai delapan ksli perhahi. Dicurigai diare
apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan
pervagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan
hal ini di anggap normal.
59. 48
2.1.8 Masalah pada bayi baru lahir
2.1.8.1 Masalah yang perlu tindakan segera dalam 1 jam
1) Tidak bernapas/ sulit bernapas
Penanganan umum yang bias diberikan adalah :
a) Keringkan bayi atau ganti kain yang basah dan
bungkus dengan pakaian hangat dan kering.
b) Segera klem dan potong tali pusat.
c) Letakkan bayi pada tempat yang keras dan
hangat.
d) Lakukan pedoman pencegahan infeksi dalam
setiap melakukan tindakan.
e) Lakukan resusitasi bila terdeteksi adanya
kegagalan napas setelah bayi lahir.
f)Jika resusitasi tidak berhasil, maka berikan ventilasi.
2)Sianosis / kebiruan dan sukar bernapas
Jika bayi mengalami sianosis (kebiruan ), sukar bernapas
(frekuensi < 30 atau > 60 x/ menit), ada tarikan dinding
dada ke dalam, atau merintih, maka lakukan hal berikut :
a) Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan
napas tidak tersumbat.
b) Berikan oksigen 0,5 liter/ menit.
c) Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang
men- support kondisi bayi.
60. 49
d) Tetap menjaga kehangatan bayi.
3) Bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2500 gram.
Ada dua macam BBLR, yang pertama bayi lahir kecil
akibat kurang bulan. Dan yang kedua adalah bayi lahir
kecil dengan BB yang seharusnya untuk masa gestasi
(dismatur)
a) Bayi lahir kecil akibat kurang bulan (premature)
(1) Masa gestasi < 37 minggu
(2) Factor penyebabnya adalah sebagai berikut:
Ibu mengalami perdarahan antepartum,
trauma fisik/psikologis, dan DM, atau usia
ibu masih terlalu muda (< 20 tahun) dan
multigravida dengan jarak kehamilan yang
dekat.
a. Keadaan social ekonomi rendah
b. Kehamilan ganda atau hidramnion.
c. Ciri-ciri bayi premature adalah sebagai
berikut :
1) Berat kurang < 2500 gram
2) Lingkar dada < 30 cm
3) Panjang badan < 45 cm
4) Lingkar kepala < 33 cm.
61. 50
5) Kepala lebih besar dari
badannya.
6) Kulitnya tipis transparan dan
banyak lanugo.
7) Lemak subkutan minimal.
b) Bayi lahir kecil dengan berat badan yang seharusnya untuk
masa gestasi (dismatur). Kondisi ini dapat terjadi preterm,
aterm, maupun postmatur. Bayi lahir dengan berat sangat
kecil (BB< 1.500 gram atau usia < 32 minggu)
sering masalah berat seperti :
1) Sukar bernapas;
2) Sukar minum( menghisap);
3) Ikterus berat;
4) Infeksi berat;
5) Rentan hipotermi;
6) Segera rujuk jika bayi mengalami kondisi-kondisi
tersebut.
4) Letargi
Tonus otot rendah dan tidak ada gerakan sehingga sangat
mungkin bayi sedang sakit berat. Jika ditemukan kondisi
demikian, maka segera rujuk.
5) Hipotermi ( suhu< 36 ˚C )
Bayi mengalami hipotermi berat jika suhu aksila < 35 ˚C, untuk
mengatasi kondisi tersebut, lakukan hal berikut :
62. 51
a) Gunakan alat yang ada incubator, radian heater, kamar
hangat, atau tempat tidur hangat.
b) Rujuk ke pelayanan kesehatan yang memiliki Neonatal
Intensif Care Unit( NICU )
c) Jika bayi sianosis, sukar bernapas, atau ada tarikan dinding
dada dan merintih, segera berikan oksigen.
6) Kejang
Kejang pada neonatus di definisikan sebagai suatu gangguan
terhadap neurologi seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi
otonom.
Kebanyakan kejang pada bayi baru lahir timbul beberapa hari,
sebagian kecil dari bayi tersebut akan mengalami kejang
lanjutan dalam kehidupannya kelak.
7) Infeksi
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonates yang terjadi pada
masa antenatal, intranatal, dan postnatal.
8) Sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death
Syndrome/ SIDS).
Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS terjadi pada bayi sehat
secara mendadak, ketika sedang ditidurkan tiba-tiba ditemukan
meninggal beberapa jam kemudian. Angka kejadian SIDS
sekitar 4 dari 1.000 kelahiran hidup. Insiden puncak dari SIDS
terjadi pada bayi usia 2 minggu dan 1 tahun.(Vivian Nanny Lia
Dewi dan Tri sunarsih,2010;h.6-8)
63. 52
2.1.8 Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi
Jika menemukan kondisi ini harus segera dilakukan pertolongan dan
orang tua harus mengetahuinya seperti:
a) Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali/menit
b) Terlalu hangat (>38°C)
c) Kulit bayi kering terutama dalam 24 jam pertama, biru pucat
dan memar.
d) Hisapan saat menyusui lemah, seringn muntah, mengantuk
berlebihan
e) Tali pusat merah, bengkak, berbau busuk dan berdarah
f) Tanda-tanda infeksi seperti merah,panas, bengkak, bau busuk
g) Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK selama 24 jam, tinja
lembek, encer, ada lendir atau darah
h) Menggigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang, tidak bisa tenang,
menangis terus menerus. (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti,2010;h.7)
a. Kondisi umum
Yang perlu diperhatikan dalam kondisi umum meliputi:
Keadaan umum : kesadaran dan keaktifan
Kulit : pada bayi baru lahir kulit tampak
berwarna merah.
64. 53
2.1.1.10 Penilaian bayi untuk tanda-tanda kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukan suatu penyakit. Bayi
baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai salah satu
atau beberapa tanda antara lain: sesak nafas, frekuensi
pernafasan 60x/menit, gerah retraksi di dada, malas minum,
panas atau suhu badan bayi rendah, kurang aktif, berat lahir
rendah (500-2500 gram) dengan kesulitan minum.
Tanda-tanda bayi sakit berat, apabila terdapat salah satu atau
lebih tanda seperti: sulit minum, sianosis sentral (lidah biru),
perut kembung, periode apneu, kejang/periode kejang-kejang
kecil, merintih, perdarahan, sangat kuning, berat badan lahir
>1500 gram.
Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong
persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi seperti
berikut: (1) cuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan
dengan bayi, (2) pakai sarung tangan bersih saat menangani
bayi yang belum dimandikan, (3) semua peralatan dan
perlengkapan yang akan digunakan telah di DTT atau steril.
Khusus untuk bola karet penghisap lendir jangan dipakai
untuk lebih dari satu bayi, (4) handuk, pakaian atau kain yang
akan digunakan dalam keadaan bersih, (5) dekontaminasi dan
cuci setelah digunakan (Ai Yeyeh Rukiyah dan Lia
Yulianti,2013.hal:5-6)
65. 54
2.1.1.11 Kegawatdaruratan neonatus
a. Asfiksia
Dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur
segera setelah lahir
b. Gangguan nafas
Kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea, frekuensi
pernafasan lebih dari 60x/menit, adanya cianosis, adanya
rintihan pada saat ekspirasi serta adanya retraksi
suprasternal, interkostal, epigastrium saat inspirasi
c. Kejang
Suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan
sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh
aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik
serebral yang berlebihan
d. Infeksi
Penembusan dan penggandaan di dalam tubuh dari
organisme yang hidup ganas seperti bakteri, virus dan jamur
e. BBLR
Bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat
kelahiran kurang dari 2500 gram
b. Hipotermia
Suatu keadaan dimana suhu tubuh berada di bawah 35°C
(Dwi Maryanti,dkk,2011;h.9)
66. 55
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
Manajemen atau asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan
yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan
sampai 24 jam setelah kelahiran. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi
baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam
persalinan dan keadaan bayi segera setelah dilahirkan (Wafi Nur
Muslihatun,2010;h.251)
2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Mengumpulkan data adalah menghimpun informasi tentang klien/
orang yang meminta asuhan. Pada langkah pertama dikumpulkan semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan
dengan kondisi klien.
2.2.1.1 Data Subjektif
1) Identitas bayi
Identitas ini diperlukan untuk memeriksa bahwa yang
diperiksa benar-benar anak yang dimaksud dan tidak keliru
dengan anak yang lain (Muharni octaviani
Matondang,dkk,2009.hal:4)
a) Nama
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang jelas dan
lengkap : nama depan, nama tengah (bila ada), nama
67. 56
keluarga dan nama panggilan akrab (Muharni octaviani
Matondang dkk,2009;h.5)
b) Umur
Umur pasien sebaiknya dapat dari tanggal lahir, yang
dapat ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat
atau kartu pemeriksaan kesehatan yang lainnya. Umur
perlu diketahui mengingat periode usia anak (neonates,
bayi, balita, prasekolah, sekolah, akil balik) mempunyai
kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas.
Usia anak juga diperlukan untuk menginterprestasi
apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal
sesuai dengan umumnya (Muharni octaviani Matondang
dkk,2009;h.5)
c) Jenis kelamin
Selain untuk identitas` juga untuk penilaian data
pemeriksaan klinis, misalnya nilai baku, insidens seks,
penyakit-penyakit terangkai seks.
(Muharni octaviani Matondang,dkk,2009.hal:5)
2) Identitas Orang tua
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.(Eny
Retna Ambarwati dan Diah Wulandari,2008;h.131)
68. 57
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
c) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya.
d) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut (Eni Retna Ambarwati dan Diah
Wulandari ,2008;h.131-132).
3) Faktor maternal
Faktor maternal ibu, meliputi adanya penyakit jantung,
diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
penyakit kelamin riwayat penganiayaan, riwayat abortus
(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.252).
4) Faktor antenatal
Faktor antenatal, meliputi pernah antenatal care (ANC)
/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi, infeksi,
69. 58
perkembangan janin terlalu besar/ terganggu, diabetes
gestasional, poli/oligodramnion.
5) Faktor perinatal
Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur, partus lama,
penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu tubuh
ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban
bercampur mekonium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD),
perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan (Wafi Nur
Muslihatun,2010;h.252).
2.2.1.2 Data Objektif
a. Pemeriksaan bagiaan tubuh (pemeriksaan fisik)
1 Kepala
Ubun – ubun besar, ubun – ubun kecil, sutura ,
moulase, caput succedaneum, cephal haematoma,
hidrosepalus, rambut meliputi : jumlah, warna dan
adanya lanugo pada bahu dan punggung.
2 Telinga
Jumlah, bentuk, posisi, kesimetrisan letak,
dihubungkan dengan mata dan kepala serta adanya
gangguan pendengaran.
3 Hidung
Bentuk dan lebar hidung, pola pernafasan,
kebersihan.
70. 59
4 Mulut
Bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah,
lidah, palatum, bercak putih pada gusi, refleks
menghisap, adakah labio/palatoskisis, trush,
sianosis.
5 Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda
abnormalitas kromoson dan lain – lain.
6 Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula, gerakan, jumlah jari.
7 Dada
Bentuk dan kelaian bentuk dada, putting susu,
gangguan pernafasan, auskultasi bunyi jantung, dan
pernafasan.
8 Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya
benjolan, gastroskisis, omfalokel, bentuk
simetris/tidak, palpasi hati, ginjal.
9 Genetalia
Kelamin laki-laki: panjang penis, testis sudah turun
dalam skorotum, urifisium uretra diujung penis
(fimosis,hipospadia/epispadia). Kelamin perempuan:
71. 60
labia mayora, labia minora, orifisium vagina,
orifisium uretra, sekret dan lain-lain.
10 Tungkai dan kaki
Gerakan, bentuk simetris/tidak, jumlah jari
(sindaktili, polidaktili)
11 Anus
Berlubang/tidak, posisi, fungsi sfingter ani, adanya
atresia ani.
12 Punggung
Bayi tengkurap, raba kurvatura kolumna vertebralis,
pembengkakan, spina bifida.
13 Pemeriksaan kulit
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian
sekilas untuk menilai kesejahteraan bayi secara
umum. Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan
tangis bayi, jika warna kulit adalah kemerahan dan
bayi dapat menangis spontan maka ini sudah cukup
untuk dijadikan data awal dalam kondisi baik.
(Ari Sulistyawati,2010;h.118-119)
14 Eliminasi
Kaji kepatenan fungsi ginjal dan saluran
gastrointestinal bagian bawah. Bayi baru lahir
normal biasanya kencing lebih dari enam kali
perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair
72. 61
enam sampai delapan kali perhari. Dicurigai diare
apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau
mengandung lendir atau darah. Perdarahan
pervagina pada bayi baru lahir dapat terjadi selama
beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan
hal ini di anggap normal.
15 Tonus atau tingkat kesadaran bayi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya
letargi, yakni penurunan kesadaran yang dimana
bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan,
adanya layuh seperti tonus otot lemah, mudah
terangsang , mengantuk, aktivitas berkurang, dan
tidak sadar (tidur yang dalam, tidak berespon
terhadap rangsangan) (Musrifatul Uliyah dan A.Aziz
Alimul Hidayat,2011;h.147)
2.2.2 Interpretasi data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah
kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah
1. (Wafi Nur Muslihatun,2010;h.254)
2.2.2.1 Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan.(Soepardan,2008.h;99)
73. 62
2.2.2.2 Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman
klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang
menyertai diagnosis
2.2.2.3 Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan
belum terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang
didapatkan dalam melakukan analisa data
(Suryani Soepardan,2008;h.99-101).
2.2.3 Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasikan masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan
dilakukan pencegahan (Suryani Soepardan,2008;h.100)
2.2.4 Identifikasi tindakan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak bernapas dalam
waktu 30 detik. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang segera cari
bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi pada bayi tersebut (Ai
Yeyeh Rukiyah dan Lia Yulianti 2013;h.17)
74. 63
2.2.5 Perencanaan
Merencanankan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya.(Wafi Nur Muslihatun,2010;h.255)
2.2.6 Pelaksanaan
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan
efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
(Suryani Soepardan,2008;h.102)
2.2.7 Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi
kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan
yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif. (Wafi Nur
Muslihatun,2010;h.258)
2.3 Landasan hukum kewenangan bidan
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang izin dan penyelenggaraan praktik
dan kewenangan bidan dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan anak
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
75. 64
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan. Kewenangan ini meliputi:
Pelayanan kesehatan anak
Ruang lingkup:
Pelayanan bayi baru lahir
Kewenangan:
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,
pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD),injeksi vitamin K,
perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan
perawatan tali pusat
2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
(http://www.kesehatan ibu.depkes.go.id/archives/171)
76. 65
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP BY NY. R SEGERA SETELAH
LAHIRDI BPS Hj. KARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Tanggal : 13 juli2015
Jam : 18.35 Wib
Oleh : Sasi Fitriani
A. Data Subjektif
1. Anamnesa
a. Bayi
Namabayi : By.NyR
Tgllahir : 13 Juli 2015
Jam : 18.35Wib
Jeniskelamin : Perempuan
b. Orang tua
Ibu Ayah
Nama : Ny.R Tn. W
Umur : 25 tahun 30 tahun
77. 66
Suku/budaya :Lampung Lampung
Agama :Islam Islam
Pendidikan : SMU SMU
Pekerjaan :ibu rumah tangga wiraswasta
Alamat :Jl.pangeran sunopati,karang anyar,kec jati
agung,Lampung selatan
1. Pengkajian
A. Data subjektif
1. Riwayat antenatal
G1P0A0Umurkehamilan37 minggu 5 hari
Riwayat ANC : 7 kali
2. Keluhansaathamil : Mual muntah, sering kencing,
pusing
3. Penyakitselamakehamilan
a. Diabetes Mellitus : Tidak Ada
b. Hepatitis : Tidak Ada
c. Tuberkulosis : Tidak Ada
d. HIV/AIDS : Tidak Ada
4. Kebiasaan
a. Minumjamu/obat : Tidak Ada
b. Merokok : Tidak Ada
78. 67
5. Komplikasi
a. Hiperemesis :Tidak Ada
b. Perdarahan : Tidak Ada
c. Preeklampsia : Tidak Ada
d. Eklampsia : Tidak Ada
e. Infeksi : Tidak Ada
B. Data objektif
1. PemeriksaanUmum
Keadaanumum : Baik
Warnakulit : Kemerahan
Menangis : Spontan
Tonus aktif : Aktif
Data penunjang
1. Komplikasijanin
a. IUGR : Tidak Ada
b. Polihidramnion : Tidak Ada
c. Oligohidramnion : Tidak Ada
d. Gemelli : Tidak Ada
2. Riwayatintranatal
Lahirtanggal13 Juli 2015 pukul18.35 Wib
Jenispersalinanspontan, penolongbidan
79. 68
Lama persalinan
Kala 1 : 10jam15menit
Kala 2 : - 10menit
Kala 3 : - 5 menit
Kala 4 : 2jam -
Lamanya : 12jam 30 menit
3. Komplikasiibu
a. Hipertensi : Tidak Ada
b. Partuslama : Tidak Ada
c. Penggunaanobat : Tidak Ada
d. Infeksi/suhubadannaik : Tidak Ada
e. KPD : Tidak Ada
f. Perdarahan : Tidak Ada
4. Komplikasijanin
a. Premature/postmatur : Tidak Ada
b. Malposisi/malpresentasi : Tidak Ada
c. Gawatjanin : Tidak Ada
d. Prolapstalipusat : Tidak Ada
e. Ketubancampurmekonium : Tidak Ada
f. Keadaanbayibarulahir : Baik
80. 69
TABEL 3.1
MATRIKS
Tgl/
Jam Pengkajian
Interpretasi data
(diagnosa,
masalahdankebutuhan
)
DX
Potensial/
masalahp
otensial
Antisipasi
/
tindakans
egera
Intervensi Implementasi Evaluasi
1. 1
3 Juli
2015
pukul:
18:35
WIB
DO:
- Warna kulit :
kemerahan
- Menangis :
kuat
- Tonus otot
:aktif
DX: Bayi lahir cukup
bulan sesuai massa
kehamilan
Dasar:
Ds :
ibu mengatakan usia
kehamilannya 37
minggu 5 hari
DO :
- Tggl lahir : 13-7-
2015, pukul18:35 WIB
- Warna kulit :
kemerahan
- Menangis : kuat
- Tonus otot : aktif
Masalah: tidak ada
Kebutuhan: Asuhan
pada BBL
Tidak ada Tidak ada 1. Keringkan tubuh bayi
menggunakan kain bersih
dan kering
2. Ganti handuk basah
dengan handuk yang
kering
3. Jepit potong tali pusat dan
ikat segera setelah lahir
1. Mengeringkan bayi mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya
dengan menggunakan kain bersih dan
kering untuk mencegah terjadinya
hipotermi pada bayi.
2. Mengganti handuk yang basah dengan
handuk yang kering
3. Klem, potong dan ikat tali pusat 2
menit pasca bayi lahir dengan satu
tangan pada sekitar 5cm dari tali pusat
bayi, kemudian jari telunjuk badan jari
tangan lain menjepit tali pusat dan
geser hingga 3 cm proksimal dari pusat
bayi. Klem tali pusat pada titik tersebut
kemudian tahan klem ini pada
posisinya, gunakan jari telunjuk dan
tengah tangan lain untuk mendorong
isi tali pusat kearah ibu (sekitar 5 cm)
dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm
dari klem pertama, ikat tali pusat
dengan benang DTT/ steril pada satu
sisi kemudian lingkaran lagi benang
tersebut dan ikat tali pusat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya, lepas
klem dan masukkan dalam wadah yang
telah disediakan.
1. Tubuh bayi telah
dikeringkan
2. Handuk telah diganti
3. Tali pusat telah
dipotong dan terikat
81. 70
4. Lakukan IMD
5. Beri salep mata
tetracycline
4. Melakukan IMD dalam keadaan ibu
dan bayi tidak memakai baju,
tengkurapkan bayi didada ibu agar
terja disentuhan kulit ibu dan bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga
menempel didada ibu. Kepala bayi
berada diantara payudara ibu tapi lebih
rendah dari putting, kemudian selimuti
keduanya agar tidak kedinginan. Dan
pasang topi dikepala bayi lakukan
kontak kulit bayi kekulit ibu didada
ibu paling sedikit 1 jam dan untuk
memeluk dan membelai bayinya,
untuk merangsang bayi mendekati
putting lalu biarkan bayi bergerak
sendiri mencari putting susu ibunya.
Melakukan IMD dalam waktu 60
menit. Dan pada saat IMD melakukan
penilaian reflex yang meliputi dengan
hasil :
a. Rooting (+), pada saat bayi mencari
putting susu ibu
b. Sucking (+), pada saat bayi menghisap
saat menyusui
c. Swallowing (+), pada saat bayi
menelan saat menyusui
5. Memberikan salep mata tectracyclin
dalam satu garis lurus mulai dari
bagian mata yang paling dekat hidung
bayi menuju kebagian luar mata
dengan dosis 1% diberikan untuk
mencegah infeksi pada mata bayi
karena pada saat persalinan mata bayi
menyentuh jalan lahir yang banyak
terdapat bakteri
4. IMD telah dilakukan
selama 1 jam
5. Salep mata telah
diberikan
82. 71
6. Injeksi vitamin K1
7. Lakukan pemeriksaan
umum pada bayi
8. Ukur antropometri pada
bayi
6. Memberikan injeksi vitamin K1
dengan dosis 1mg secara IM untuk
mencegah terjadinya perdarahan pada
bayi baru lahir
7. Melakukan pemeriksaan umum pada
bayi
8. Mengukur antropometri pada bayi
6. Vitamin K telah
diberikan
7. Hasil dari
pemeriksaan umum
pada bayi dalam
keadaan normal,
dengan hasil sebagai
berikut:
- Keadaan umum :
baik
- Pernapasan
:40x/menit
- Suhu : 36,2 C
- Warna kulit :
kemerahan
- Turgor kulit:
elastic
- Denyut jantung :
138x/menit
- Tonus otot: baik
- Gerakan : aktif
8. Bayi telah di ukur
antropometri dengan
hasil sebagai berikut
:
- Berat badan :
3500 gram
- Panjang badan :
46 cm
- Lingkar kepala
: 34cm
- Lingkar dada
83. 72
9. Lakukan pemeriksaan
head to toe
9. Melakukan pemeriksaan pada bayi
secara head to toe
: 35 cm
- Lingkar lengan
:11cm
9. Pemeriksaan fisik
telah dilakukan dan
didapatkan hasil
yaitu:
a. Kepala
Ubunubun : datar
Caput
succedaneum:tida
k ada
Cepalhaematoma
: tidakada
b. Muka :
simetris
kanan dan
kiri
c. Mata
Simetris :
simetris kanan
dan kiri
Kelopak mata :
ada, bias
membuka dan
menutup
Secret : ada
Konjungtiva:
merah
Sclera : putih
d. Telinga
Simetris :
simetriskanandan
84. 73
kiri
Lubang : ada
e. Hidung
Palatoskisis :
tidakada
Lubang : ada
Septum : ada
f. Mulut
Sianosis :
tidakada
Mukosa : ada
Labiokizis :
tidakada
g. Leher : tidak ada
pembesaran
h. Klavikula dan
lengan tangan
Gerakan : aktif
Jumlah jari :
lengkap dan
normal
i. Dada
Bentuk : simetris
kanan dan kiri
Putting susu : ada
Auskultasi : tidak
ada wheezing dan
ronchi
j. Abdomen
Tali pusat :
terikat , tidak ada
perdarahan
Kelainan : tidak
ada
85. 74
10. Bedong bayi lalu pakai kan
topi pada bayi
10. Membedong bayi dan
memakaikan topi untuk menegah
hipotermi
k. Genetalia
JK: perempuan
l. Anus
:adadanberlubang
(sudahmengeluar
kanmekonium)
m. Tungkaidan kaki
Simetris : kanan
dan kiri
Gerakan : aktif
Jumlah jari :
lengkap dan
normal
n. Punggung
Bentuk : simetris
Kelainan : tidak
ada
o. Reflex
Moro :ada
Rooting : ada
Sucking : ada
Swallowing : ada
Grabellar : ada
Tonickneck : ada
Grasping : ada
Galans :ada
Babinsky : ada
10. Bayi sudah dibedong
dan dipakai kan topi.
86. 75
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada bayi segera setelah lahir
yang dilakukan pada bayi Ny. R untuk mengkaji apakah ada kesenjangan
antara teori dengan kasus maka didapat hasil sebagai berikut:
4.1 Pengkajian
Pada pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dasar tentang keadaan
pasien. Pada kasus ini penulis melakukan pengkajian pada bayi baru lahir yaitu
By Ny. R segera setelah lahir cukup bulan sesuai massa kehamilan.
4.1.1 Identitas bayi
4.1.1.1 Nama bayi
a. Menurut tinjauan teori
Identitas dimulai dengan nama pasien, yang jelas dan lengkap
: nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarga dan
nama panggilan akrab (Muharni octaviani Matondang
dkk,2009;h.5)
b. Menurut tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, pada bayi Ny R
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan antara teori dan tinjauan kasus, karena
bayi Ny R memiliki nama yang jelas sehingga dapat
membedakan dengan pasien lainnya.
87. 76
4.1.1.2 Umur bayi
a. Tinjauan teori
Umur pasien sebaiknya dapat dari tanggal lahir, yang dapat
ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu
pemeriksaan kesehatan yang lainnya. Umur perlu diketahui
mengingat periode usia anak (neonates, bayi, balita,
prasekolah, sekolah, akil balik) mempunyai kekhasannya
sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga
diperlukan untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan
klinis anak tersebut normal sesuai dengan umumnya (Muharni
octaviani Matondang dkk,2009;h.5)
b. Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian, bayi Ny R lahir cukup bulan
sesuai massa kehamilan
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan pada bayi Ny R dikarenakan Saat ini
ibu berusia 25 tahun, Hal ini sejalan dengan teori yaitu usia
yang rentan terjadi resiko yaitu pada usia kurang dari 20 tahun
dan usia lebih dari 35 tahun dan saat ini ibu berada pada masa
reproduksi yang sehat.
88. 77
4.1.1.3 Jenis kelamin bayi
a. Tinjauan teori
Selain untuk identitas` juga untuk penilaian data pemeriksaan
klinis, misalnya nilai baku, insidens seks, penyakit-penyakit
terangkai seks.
(Muharni octaviani Matondang,dkk,2009.hal:5)
b. Tinjauan kasus
Setelah dilakukan pengkajian ternyata bayi Ny R berjenis
kelamin perempuan
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan pada bayi Ny R dikarenakan jenis
kelamin bayi Ny R adalah perempuan yang menentukan
perbedaan peran mereka dalam menyelenggarakan upaya
meneruskan garis keturunan. Perbedaan ini terjadi karena
mereka memiliki alat-alat untuk meneruskan keturunan yang
berbeda, yang disebut alat reproduks.
4.1.2 Identitas orang tua
4.1.2.1 Nama ibu
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-
hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.(Eny
Retna Ambarwati dan Diah Wulandari,2008;h.131)
a. Menurut tinjauan kasus
Ny.R berusia 25 tahun
89. 78
b. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena berdasarkan tinjauan teori untuk
mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-
alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum
siap, dan untuk umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi komplikasi sedangkan pada kasus ini Ny. A berusia 26
tahun tidak temasuk dalam faktor resiko kehamilan yang
dapat membahayakan ibu maupun janin, sehingga pada saat
persalinan keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
4.1.2.2 Umur ibu
a. Menurut tinjauan konsep
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap.Sedangkan
umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.(Eny Retna Ambarwati
dan Diah Wulandari,2008;h.131)
b. Menurut tinjauan kasus
Ny.R berusia 25 tahun
c. Pembahasan
Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena berdasarkan tinjauan teori untuk
90. 79
mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun,
alat-alat reproduksi belum matang, mental dan
psikisnya belum siap, dan untuk umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi komplikasi sedangkan
pada kasus ini Ny. A berusia 26 tahun tidak temasuk
dalam faktor resiko kehamilan yang dapat
membahayakan ibu maupun janin, sehingga pada saat
persalinan keadaan ibu dan bayi dalam keadaan baik.
4.1.2.3 Pendidikan
a. Menurut tinjauan konsep
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga
bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya. (Eny Retna Ambarwati dan Diah
Wulandari,2008;h.132)
b. Menurut tinjauan kasus
Pendidikan Ny.R adalah SMU, ibu bisa menerima dengan
baik konseling bidan.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena ibu cepat memahami bahasa dan
nasehat bidan yang telah di anjurkan pada ibu.
91. 80
4.1.2.4 Alamat
a. Tinjauan teori
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Eny Retna Ambarwati dan Diah
Wulandari,2010;h.132)
b. Tinjauan kasus
Ny R beralamat di Jl. Pangeran sunopati, karang anyar,
kec jati agung, lampung selatan.
c. Pembahasan
Tidak ada kesenjangan dikarenakan seletah dilakukan
pengkajian Ny R beralamat di Jl. Pangeran sunopati,
karang anyar, kec jati agung, lampung selatan.
4.1.3 Faktor antenatal
a. Menurut tinjauan teori
Faktor antenatal, meliputi pernah antenatal care (ANC)
/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsi, infeksi,
perkembangan janin terlalu besar/ terganggu, diabetes
gestasional, poli/oligodramnion.
b. Menurut tinjauan kasus
Saat dilakukan pengkajian Ny. R G1P0A0 usia kehamilan
37 minggu 5 hari melakukan kunjungan ANC sebanyak
7 kali, yaitu pada TM I dua kali kunjungan, TM II tiga
kali kunjungan dan TM III tiga kali kunjungan serta
92. 81
tidak ada penyulit pada kehamilan dan saat persalinan
ibu dan bayi dalam keadaan baik.
c. Pembahasan
tinjauan teori dan kasus,karena minimal kunjungan ANC
yaitu sebanyak 4 kali, tetapi pada saat pengkajian Ny. R
mengatakan melakukan kunjungan ANC sebanyak 8 kali,
dan Ny. R tidak mengalami komplikasi pada saat
kehamilan dan persalinan.
4.1.4 Tonus atau tingkat kesadaran bayi
a. Menurut tinjauan teori
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya letargi,
yakni penurunan kesadaran yang dimana bayi dapat
bangun lagi dengan sedikit kesulitan, adanya layuh
seperti tonus otot lemah, mudah terangsang , mengantuk,
aktivitas berkurang, dan tidak sadar (tidur yang dalam,
tidak berespon terhadap rangsangan) (Musrifatul Uliyah
dan A.Aziz Alimul Hidayat,2011;h.147)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian segera setelah lahir bayi Ny. R
tonos otot aktif dan baik.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan bahwa tonus dan tingkat kesadaran bayi
93. 82
dilakukan pemeriksaan untuk menilai adanya letargi,
yakni penurunan kesadaran yang dimana bayi dapat
bangun lagi dengan sedikit kesulitan, adanya layuh
seperti tonus otot lemah, mudah terangsang , mengantuk,
aktivitas berkurang, dan tidak sadar (tidur yang dalam,
tidak berespon terhadap rangsangan.
4.1.5 Pernapasan
a. Menurut tinjauan teori
Napas bayi baru lahir dikatakan normal apabila frekuensi
antara 40-60 kali permenit, tanpa adanya retraksi dada dn
suara merintih saat ekspirasi.
Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir. Sesaat bayi
lahir bidan melakukan penilaian sekilas untuk menilai
kesejahteraan bayi secara umum. Aspek yang dinilai
adalah warna kulit, dan tanggisan bayi, jika warna kulit
adalah kemerahan dan bayi dapat menanggis spontan
maka ini sudah cukup dijadikan data awal bahwa dalam
kondisi baik (Ari Sulistiawati,2010;.h.118).
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian segera setelah lahir bayi Ny. R
menangis spontan dan pada pengkajian fisik napas bayi
dalam keadaan normal.
94. 83
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena berdasarkan tinjauan teori warna
kulit adalah kemerahan dan bayi dapat menanggis
spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan data awal
bahwa dalam kondisi baik.pernafasan bayi baru lahir
normal dan kecepatan pernafasan dipengaruhi seperti
menangis, bila tidak terjadi pernafasan yang teratur
menunjukan suatu kelainan yaitu asfiksia pada saat
pengkajian pernafasan bayi yaitu segera setelah lahir
bayi Ny. R menangis spontan dan pada pengkajian fisik
napas bayi normal sesuai dengan teori sehingga tidak
terjadinya komplikasi.
4.1.6 Kulit
a. Menurut tinjauan teori
Sesaat setelah bayi lahir bidan melakukan penilaian sekilas
untuk menilai kesejahteraan bayi secara umum. Aspek
yang dinilai warna kulit adalah kemerahan dan bayi dapat
menangis spontan maka ini sudah cukup untuk dijadikan
data awal dalam kondisi baik (Ari Sulistyawati
,2010;h.118-119)
95. 84
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian bayi Ny. R kulit tidak ada kelainan
dan kulit bayi berwarna merah.
c.Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa warna kulit bayi kemerahan sudah cukup untuk
dijadikan data awal dalam kondisi baik dan pada saat
pengkajian kulit bayi tidak ada kelainan dan berwarna
kemerahan, sehingga tidak ada komplikasi pada bayi.
4.2 Interpretasi Data
4.2.1 Diagnosa
a. Menurut tinjauan teori
Diagnosa kebidanan merupakan diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosis kebidanan (Suryani Soepardan,2008;h.99)
b. Menurut tinjauan kasus
Didapatkan diagnosa kebidanan yaitu bayi cukup bulan sesuai
massa kehamilan segera setelah lahir.
DS: ibu mengatakan usia kehamilan nya 37 minggu 5 hari
DO: bayi lahir tanggal 13 juli 2015, pukul 18:35 WIB
BB : 3500 gram
warna kulit : kemerahan
96. 85
menangis : spontan
tonus otot : aktif
jenis kelamin : perempuan
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan karena diagnosa yang ditegakkan sesuai standar
nomenklatur diagnosis kebidanan.
4.2.2 Masalah
a. Menurut tijauan konsep
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien
yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
diagnosis (Suryani Soepardan,2008;h.99)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada saat pengkajian kasus Ny. R tidak di temukan masalah.
c. Pembahasan
Tidak ditemukan kesenjangan antara tijauan teori dan kasus karena
pada kasus ini tidak ditemukan nya masalah yang menyertai
diagnosis.
4.2.3 Kebutuhan
a. Menurut tinjauan konsep
Kebutuhan adalah hal- hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum
terdentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dalam
melakukan analisa data (Soepardan,2008.hal:101).
97. 86
b. Menurut tinjauan kasus
Kebutuhan yang diberikan pada By. Ny. R adalah asuhan pada bayi
baru lahir tersebut.
c. Pembahasan
Tidak ditemukannya kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus
karena asuhan yang diberikan pada bayi sesuai dengan kebutuhan
pada bayi segera setelah lahir yaitu asuhan pada bayi baru lahir.
4.3 Identifikasi diagnosis dan masalah potensial
a. Menurut tinjauan teori
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasikan masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila
memungkinkan dilakukan pencegahan (Suryani
Soepardan,2008;h.100).
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus ini tidak muncul masalah potensial karena tidak ada tanda-
tanda adanya bahaya pada bayi segera setelah lahir.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan kasus dan tinjauan teori tidak terdapat
kesenjangan karena tidak ditemukannya masalah yang terjadi pada
bayi baru lahir sehingga tidak terdapat diagnosa dan masalah
potensial.
98. 87
4.4 Tindakan segera atau kolaborasi
a. Menurut tinjauan teori
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi bayi. Misalnya bila bayi tidak bernapas dalam
waktu 30 detik. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang segera
cari bantuan dan mulailah langkah-langkah resusitasi pada bayi
tersebut (Ai Yeyeh Rukiyah, et all,2013;h.17)
b. Menurut tinjauan kasus
Pada kasus By. Ny. R ini tidak diperlukan adanya penanganan segera
atau berkolaborasi dengan dokter karena kondisi bayi baik dan
normal.
c. Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapt
kesenjangan karena tidak ada hal yang perlu dikonsultasikan atau
ditangani oleh tenaga kesehatan lainnya dikarenakan kondisi bayi baik
dan normal.
4.5 Perencanaan
4.5.1 Menurut tinjauan teori
Merencanankan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan
temuan pada langkah sebelumnya.
Asuhan bayi baru lahir meliputi:
1. Pencegahan infeksi (PI)
99. 88
2. Penilaian awal
3. Pencegahan kehilangan panas
4. Pemotongan dan perawatan tali pusat
5. Pemberian ASI
6. Pencegahan perdarahn
7. Pencegahan infeksi mata
8. Pemeriksaan
9. Pemberian imunisasi (JNPK-KR,2008.hal:119)
4.5.2 Menurut tinjauan kasus
1. Keringkan tubuh bayi menggunakan kain bersih dan kering
2. Ganti handuk dengan handuk yang kering
3. Jepit potong tali pusat dan ikat segera setelah lahir
4. Lakukan IMD
5. Beri salep mata tetracycline
6. Injeksi vitamin K1
7. Lakukan pemeriksaan umum pada bayi
8. Ukur antropometri pada bayi
9. Lakukan pemeriksaan head to toe
10. Bedong bayi lalu pakaikan topi pada bayi
4.5.3 Pembahasan
Berdasarkan tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak ada
kesenjangan karena perencanaan asuhan yang diberikan pada bayi
Ny. R sudah diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan dan yang
dianjurkan.
100. 89
4.6 Pelaksanaan
4.6.1 Menurut tinjauan teori
Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan
dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya (Suryani
Soepardan,2008;h.102)
4.6.2 Menurut tinjauan kasus
Pada kasus bayi Ny. R telah dlaksanaan perencanaan secara
menyeluruh yang efisien dan aman seperti :
11. Mengeringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan menggunakan kain bersih dan
kering untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi.
12. Mengganti handuk yang basah dengan handuk yang kering
13. Klem, potong dan ikat tali pusat 2 menit pasca bayi lahir.
Untuk menyuntikan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat
dipotong. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem
logam DTT 3 cm dari dinding perut ( pangkal pusat) bayi.
Dari titik jepitan, urut tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar
pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan
penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1
101. 90
kearah ibu. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut,
satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2
klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau
steril. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada
satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut
dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5%
14. Melakukan IMD dalam keadaan ibu dan bayi tidak
memakai baju, tengkurapkan bayi didada ibu agar terjadi
sentuhan kulit ibu dan bayi. Luruskan bahu bayi sehingga
menempel didada ibu. Kepala bayi berada diantara
payudara ibu tapi lebih rendah dari putting, kemudian
selimuti keduanya agar tidak kedinginan. Dan pasang topi
dikepala bayi lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu didada
ibu paling sedikit 1 jam dan untuk memeluk dan membelai
bayinya, untuk merangsang bayi mendekati putting lalu
biarkan bayi bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.
Melakukan IMD dalam waktu 60 menit. Dan pada saat
IMD melakukan penilaian reflex yang meliputi dengan
hasil :
d. Rooting (+), pada saat bayi mencari putting susu ibu
102. 91
e. Sucking (+), pada saat bayi menghisap saat menyusui
f. Swallowing (+), pada saat bayi menelan saat menyusui
15. Memberikan salep mata tectracyclin dalam satu
garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat
hidung bayi menuju kebagian luar mata dengan dosis 1%
diberikan untuk mencegah infeksi pada mata bayi karena
pada saat persalinan mata bayi menyentuh jalan lahir yang
banyak terdapat bakteri
16. Memberikan injeksi vitamin K1 dengan dosis 1 mg
secara IM untuk mencegah terjadinya perdarahan pada
bayi baru lahir
17. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi
18. Mengukur antropometri pada bayi
19. Melakukan pemeriksaan pada bayi secara
head to toe
20. Membedong bayi dan memakaikan topi untuk menegah
hipotermi
21. Melakukan pemeriksaan umum pada bayi yang didapat
hasil sebagai berikut :
Keadaan umum : baik
Pernapasan : 40 x/menit
103. 92
Suhu : 36,5 C
Warna kulit : kemerahan
Turgor kulit : elastic
Denyut jantung : 138 x/menit
Tonus otot : baik
Gerakan : aktif
22. Mengukur antropometri pada bayi dan didapat hasil
sebagai berikut :
Berat badan : 3500 gram
Panjang badan : 46 cm
Lingkar kepala : 34cm
Lingkar dada : 35 cm
Lingkar lengan atas: 11cm
23. Melakukan pemeriksaan pada bayi secara head to toe
yaitu:
a. Kepala
Ubun ubun : datar
Caput succedaneum : tidak ada
Cepal haematoma : tidak ada
b. Muka : simetris kanan dan kiri
c. Mata
Simetris : simetris kanan dan kiri
Kelopak mata : ada,bisa membuka dan
menutup
Secret : ada
Konjungtiva : merah