SlideShare a Scribd company logo
1 of 166
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M
UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN
PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP
KEMILING BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh
DESTY HERY DYANA
201207138
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M
UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN
PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP
KEMILING BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan
Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi D III Kebidanan
Akbid Adila Bandar Lampung
Disusun Oleh
DESTY HERY DYANA
201207138
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
ii
3
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Jumat
Tanggal : 10 Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturyah, S.ST, M.Kes Kiki Purnama Sari, S.ST
NIK. 201501143 NIK.31008027
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr.Wazni Adila, M.PH
NIK. 2011041008
iii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25
TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET
DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Desty Hery Dyana, Ahmad Dahro, S.Sos,M.IP, Yuhelva Destri, Amd.Keb,SKM
INTISARI
KTI ini membahas tentang masalah menyusui yang sering terjadi salah satu diantaranya
adalah puting susu lecet. Kebanyakan puting susu nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan
dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak menghisap sampai ke areola payudara. Masalah-
masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh
karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya merawat payudara, cara
menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui.
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Puskesma Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung pada tanggal 04 april 2015 terdapat 1 ibu post partum, Ny.M umur 25 tahun 2 hari
post partum. Setelah dilakukan pengkajian Ny.M mengalami puting susu lecet. Tujuan dari
penelitian ini untuk memahami, mempelajari serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu
nifas tentang puting susu lecet. Metode penelitian deskriftif. Subyek penelitian, ibu nifas 2
hari post partum. Obyek penelitian, puting susu lecet. Tempat penelitian, Puskesmas Rawat
Inap Kemiling Bandar Lampung. Hasil penelitian, setelah diaplikasikan manejemen asuhan
varney, tentang perawatan puting susu lecet dan teknik menyusui dapat dilakukan dengan
baik dan lecet pada puting susu ibu sudah sembuh. Saran utama, bagi para ibu menyusui
diharapkan lebih memperhatikan bagaimana caranya menyusui yang baik dan benar sehingga
tidak menyebabkan puting susu lecet. Sehingga ibu dapat secara langsung mengatasi masalah
yang terjadi pada masa nifas.
Kata kunci : Nifas, Puting Susu Lecet
Kepustakaan : 12 Kepustakaan (2005-2014)
Jumlah halaman : 143 Halaman
iv
Nama
Nim
Tempat Tanggal Lahir
Alamat
Institusi
Angkatan
Biografi
1. Pada tahun 1996
2. Pada tahun 1997
3. Pada tahun 2003
4. Pada tahun 2006
5. Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di
Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
CURRICULUM VITAE
: DESTY HERY DYANA
: 2012071138
: Banding, 09 Desember 1991
: Desa Banding Kec.Rajabasa Kab.Lampung Selatan
: Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
: VII (20014/2015)
:
Pada tahun 1996-1997 menempuh pendidikan di TK ABA rajabasa
Pada tahun 1997-2003 menempuh pendidikan di SDN 1 Banding
Pada tahun 2003-2006 menempuh pendidikan di SMPN 1 Rajabasa
Pada tahun 2006-2009 menempuh pendidikan di SMAN 1 Kalianda
Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di
kademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
v
5
Desa Banding Kec.Rajabasa Kab.Lampung Selatan
: Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
abasa
2003 menempuh pendidikan di SDN 1 Banding
2006 menempuh pendidikan di SMPN 1 Rajabasa
2009 menempuh pendidikan di SMAN 1 Kalianda
Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di
6
Motto
Jadikanlah kegagalan sebagai motivasi pembelajaran
hidup Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya
Karena kegagalan merupakan kesuksesan yang
tertunda
vi
7
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati
ku persembahkan karya kecil yang sederhana ini untuk orang – orang yang ku
sayangi :
1. Kedua orang tua ku, serta abang ku, dan adik ku. Semua pengorbanan moral
maupun materil yang telah kalian berikan selama ini demi kelancaran dan
keberhasilan ku, terima kasih atas semuanya.
2. Buat Sahabat - sahabatku di asrama yang telah mengajarkan ku banyak hal,
semuanya tak akan pernah terlupakan, asrama telah mengajarkan tentang
kebersamaan dan mengubah segalanya, untuk angkatan VII terimakasih, aku
bakal kangen kalian.
Terimakasih atas Do’a dan dukungan kalian sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan dengan baik. Kehadiran kalian memberikan semangat disaat
keputusasaan ku, memberikan kesempurnaan disetiap keterbatasan ku dan
memberikan keceriaan dikala duka ku.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 25 Tahun P1A0 2 Hari Postpartum
Dengan Puting Susu Lecet Di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat
bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Wazni Adila, M.PH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung
2. Ahmad Dahro, S.Sos,M.IP selaku pembimbing I dan Yuhelva Destri,
Amd.Keb,SKM selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah
3. Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung yang telah memberikan izin
untuk melakukan penelitian
4. Ninik Masturyah, S.ST, M.Kes selaku penguji I dan Kiki Purnama Sari, S.ST
selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah
5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
6. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii
INTISARI .......................................................................................................... iv
CURICULUM VITAE...................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN.............................................................................................. vii
KATA PENGATAR.......................................................................................... viii
DAFTAR ISI...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup.................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penulisan............................................................................. 5
1.6 Metode dan Tekhnik Memperoleh Data ........................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................................ 9
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ................................................... 60
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .............................................. 74
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian ....................................................................................... 76
3.2 Matriks ............................................................................................ 85
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian........................................................................................ 106
4.2 Interpretasi Data ............................................................................... 126
4.3 Antisipasi Masalah Potensial ........................................................... 128
4.4 Tindakan Segera............................................................................... 129
4.5 Perencanaan Asuhan ........................................................................ 130
4.6 Melaksanakan Perencanaan.............................................................. 131
4.7 Evaluasi ........................................................................................... 136
ix
10
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................ 141
5.2 Saran ................................................................................................. 142
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Involusi Uteri ...................................................................................... 17
Table 3.1 Matriks ................................................................................................ 86
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 : Surat izin bidan
Lampiran 3 : Jadwal Penelitian
Lampiran 4 : SAP Teknik Menyusui
Lampiran 5 : Leaflet Teknik Menyusui
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran 7 : Lembar Konsul
xii
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Payudara........................................................................... 39
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
organik yang di sekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan
kebutuhan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan
bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya pemberian ASI memberi kesempatan
bagi ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi
ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah/suami dan merupakan suatu
kelebihan kaum wanita. ASI esklusif di berikan sejak umur 0 sampai 6 bulan.
(Bahiyatun,2013; h.29)
ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi
manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.19)
Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada
ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang
pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain
yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalah-masalah menyusui
yang sering terjadi adalah putting susu lecet, Kebanyakan puting susu
nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak
2
menghisap sampai ke aerola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting
bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan karena
pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada
puting ibu. (Bahiyatun, 2013; h.29-30).
Sebanyak 57% ibu yang menyusui di laporan pernah menderita kelecetan pada
puting. Penyebab lecet tersebut adalah kesalahan dalam teknik menyusui,
monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, akibat
pemakaian sabun , alcohol, krim tau zat iritan lainnya untuk mencuci puting
susu, bayi dengan lidah pendek. (Siti Saleha,2009; h.102-103)
Berdasarkan survey yang dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung pada tanggal 04 april 2015 terdapat 1 ibu post partum, Ny.M
umur 25 tahun 2 hari post partum. Setelah dilakukan pengkajian Ny.M
mengalami puting susu lecet. Dari hasil wawancara dan menggunakan
checklist teknik menyusui yang benar yang disusun oleh TIM Dosen Akbid
Adila Bandar Lampung serta pemeriksaan fisik yang dilakukan ternyata ibu
kurang mengerti/memahami tentang cara mengatasi putting susu lecet yang
terjadi pada payudaranya dan hasil observasi mengenai teknik menyusui ibu
tidak tahu akan teknik menyusui yang benar. Berdasarkan data tersebut
sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Asuhan
kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post
3
partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung tahun 2015”
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah study kasus ini
sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap
Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015”
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas
Terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting
susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun
2015 dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney.
1.3.1 Tujuan khusus
1.3.1.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu
nifas terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum
dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung tahun 2015
1.3.1.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interpretasi data dasar
pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M usia 25
4
tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di
Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015
1.3.1.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah
potensial terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum
dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling
Bandar Lampung tahun 2015
1.3.1.4 Diharapkan penulis antisipasi masalah potensial Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2
hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat
Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.1.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan
terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan
puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar
Lampung tahun 2015
1.3.1.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan
pada nifas khususnya Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post
partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap
Kemiling Bandar Lampung tahun 2015
1.3.1.7 Diharapkan penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan
yang telah dilakukan terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari
post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap
Kemiling Bandar Lampung tahun 2015
5
1.4 Ruang lingkup
1.4.1 Sasaran
Obyek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah ibu nifas
terhadap Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting
susu lecet
1.4.2 Tempat
Dilaksanakan di rumah pasien di Jl. Imam Bonjol Gg Terong 4,
Kemiling Bandar Lampung.
1.4.3 Waktu
Pada tanggal 4 april sampai tanggal 9 april tahun 2015.
1.5 Manfaat penulisan
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat :
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi yang
berhubungan dengan masalah pada ibu nifas.
1.5.2 Bagi pasien
Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang
mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan tekhnik
menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk mencegah
terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
6
1.5.3 Bagi lahan praktek
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat
mengoptimalkan system penyuluhan tentang penyebab terjadi nya
puring susu lecet akibat tekhnik menyusui yang tidak benar.
1.5.4 Bagi penulis
Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya
studi kasus dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang telah didapat.
1.6 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
1.6.1 Metode penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode penelitian
deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian
yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang
dihadapi pada situasi sekarang. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.138)
1.6.2 Teknik memperoleh data
Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
7
1.6.2.1 Data primer
A. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut
(face to face).
(Soekidjo Notoatmodjo,2005; h.102)
Wawancara di lakukan dengan cara :
1. Auto Anamnesa
Yaitu anamnesa yang di lakukan kepada pasien
langsung. Jadi data yang di peroleh adalah data primer
dan langsung dari sumbernya.
(Ari Sulistyawati, 2009; h.111)
B. Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan
khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi)
(Suryani Soepardan, 2008; h.98)
8
1.6.2.2 Data Sekunder
Sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang
bukan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
informasi atau data tersebut.
A. Studi pustaka
Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting
dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu
penelitian. Hasil penelitian yang baik perlu di tunjang
dengan bahan perpustakaan yang memadai dan yang baik.
Bahan-bahan perpustakaan yang dapat di gunakan untuk
menunjang latar belakang masalah, kerangka teoritis, dan
hipotesi penelitian, dapat digolongkan kedalam; buku yang
di terbitkan, berbagai jenis penerbitan berkala seperi
majalah, jurnal, bulletin, brosur, atau sebagainya, berbagai
harian atau surat kabar, karangan atau makalah ilmiah yang
tidak di terbitkan seperti makalah, skripsi, tesis, dan di sertai
laporan-laporan penelitian dan instansi resmi.
(Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.63-65)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Siti Saleha, 2009; h.2).
Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari
persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009; h.2)
Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009; h.1)
2.1.1.2 Tujuan asuhan masa nifas
a. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas. Tujuan
perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi
10
adanya kemungkinan adanya perdarahan post partum dan
infeksi. Oleh karena itu, penolong sebaiknya tetap waspada,
sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya
wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus
berlangsung lama.
b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan oleh
penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk menjaga kebersihan
seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin
bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di
sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru
membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mecuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari atau
tidak menyentuh daerah luka.
c. Melakukan skrining secara komprehensif. Melaksanakan
skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah,
mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan
11
pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta,
pengawasan TFU, pengawasan TTV, pengawasan konsistensi
rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan
permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan tindakan
sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa
nifas.
d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui,
pemberian imunisai kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat.
Ibu-ibu post partum harus diberikan pendidikan mengenai
pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu
sebagai berikut.
1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu untuk
minum sebelum menyusui).
e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan
payudara, yaitu sebagai berikut.
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2. Menggunakan bra yang menyokong payudara
12
f. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau asi yang
keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap di mulai dari putting susu yang tidak lecet.
g. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan
Asi.
h. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling
mengenai KB, antara lain seperti ini.
1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2
tahu sebelum ibu hamil kembali.
2. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan.
3. Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan
efektifitasnya, efek samping,untung ruginya, serta kapan
metode tersebut dapat digunakan.
4. Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu,
dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk
melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.
2.1.1.3 Peran dan tanggung jawab bidan
a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa
nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
13
b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya, serta
keluarga
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan
rasa nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga
gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman.
g. Melakukan menajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi
selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional
14
2.1.1.4 Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Peurperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan,
serta menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya
b. Peurperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang
lamanya sekitar 6-8 minggu.
c. Peurperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
apabila ibu selama waktu hamil atau persalinan mempunyai
komplikasi.
2.1.1.5 Kunjungan masa nifas
Masa nifas paling sedikit 4 kali.Kunjungan yang dilakukan. Hal ini
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah,
mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
a. 6-8 jam setelah persalinan
1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
pendarahan berlanjut.
15
3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
4. Pemberian ASI awal.
5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
b. 6 hari setelah persalinan
1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus bawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak
ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, dan perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit.
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi
dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.
c. 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur
dan meraba bagian rahim.
16
d. Enam minggu setelah persalinan
1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami.
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Dewi dan Sunarsih,2011; h.2-5)
2.1.1.6 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas
a. Perubahan Sistem Reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan
keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini
terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang
terjadi antara lain sebagai berikut :
1. Uterus
Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi
posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara
umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari
kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut,
sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam
rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi
uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran desidua
serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan
17
dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna
dan banyaknya lokea, banyaknya lokea kecepatan involusi
tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat
metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi
tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui
bayinya.
Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan
meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak
terjadi perdarahan. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa
mulas pada perut ibu.
Involusi uteri
Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Tabel 2.1 Involusi uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam
kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1
cm setiap hari. (Anggraini, 2010; h.37)
18
2. Lokia
Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis,
yaitu : lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau alba.
a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desisdua, verniks
caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari
pascapersalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua
sampai tiga hari postpartum.
b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah
dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7
pascapersalinan.
c) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi
yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk
serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi
kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai
hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba mengandung
terutama cairan serum, jaringan desidua, luekosit, dan
eritrosit.
d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke-
14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali
berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya bentuknya
19
seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas
leukosit dan sel-sel desidua.
3. Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada
hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput
janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada
pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta.
4. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat
lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan
lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat
yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang
serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan
diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher
serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum
hamil pada saat empat minggu postpartum.
20
5. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali
kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali
pada minggu ketiga.
b. Perubahan Sistem Pencernaan
Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting
untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini
terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya
kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang
dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu
dalam masa laktasi.
Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah
terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak
adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah
dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi
gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis
takut BAB karena ada luka jahitan perineum. (Siti Saleha, 2009;
h.54-58)
21
c. Perubahan Sistem Perkemihan
1. Mencapai hemostatis internal
a) Keseimbangan cairan dan elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur-
unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air
tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan
intraseluler. Kandungan air sisanya disebut cairan
ekstraseluler.
b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang
terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak
diganti.
2. Keseimbangan asam basa tubuh
Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4
disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis.
3. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin
Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang
mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.62)
22
d. Perubahan Tanda-Tanda Vital
1. Suhu badan
24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5o
C-38o
C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari
38o
C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama
postpartum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil
sekurang-kurangnya 4x sehari. (Ambarwati dan Wulandari,
2010; h.84)
2. Nadi
Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena
pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah
yang berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama
masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi
atau haemoragic post partum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10
setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.
3. Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh
anggota tubuh manusia. Pasca melahirkan pada kasus normal,
23
tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah
menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darh tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun
demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24
kali/menit. Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat
dan normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok.
e. Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan
cepat pasca persalinan. Human Chorionic Gonadotropin
(HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
24
3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset
pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum.
2. Hormon pituitary
Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan
LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu.
3. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun
yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi
berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90%
setelah 24 minggu.
4. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara.
Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan sekresi
oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
5. Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat.
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti
25
diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah.
Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding
vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina.
(Aiyeyeh Rukiyah dkk, 2011; h.68-74)
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus
akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta
fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur-
angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus
jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-
jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan
dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan
tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi.
(Ari Sulistyawati, 2009; h.79)
26
g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil.
Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal
pada hari ke 5.
Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc,
sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria
menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume
darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio
sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal
setelah 4-6 minggu.
h. Perubahan Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan
volume plasma dari pada sel darah, penurunan plasma di tambah
peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan
peningkatan hematoktrit, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit)
selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000-
25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah
persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis
bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan
27
pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan
plasenta. (Aiyeyeh Rukiah dkk, 2011; hal.70-71)
2.1.1.7 Perubahan Psikologi dalam Masa Nifas
a. Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas
Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani
adaptasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut :
1. Fase taking in
Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung
ada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada
sat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pengalaman ibu selama proses persalinan berulang kali
diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan mendengarkan dan
menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang
tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat
diperlukan pada fase ini.
2. Fase taking hold
Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. pada fase ini ibu merasa khawatir
28
akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam
merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati
dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu
memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan
yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam
merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
3. Fase letting go
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah
melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri
dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat.
Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya
akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam
memenuhi kebutuhan diri dan bayinya.
b. Post Partum Blues
Post partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau
sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek
ringan pada minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai
gejala-gejala berikut:
29
1. Reaksi depresi/sedih/disforia
2. Sering menangis
3. Mudah tersinggung
4. Cemas
5. Labilitas perasaan
6. Cenderung menyalahkan diri sendiri
7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan
8. Kelelahan
9. Mudah sedih
10. Cepat marah
11. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula
menjadi gembira
12. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta
bayinya
13. Perasaan bersalah
14. Pelupa. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.65-67).
2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air
susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi
30
1. Kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui
dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI
yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan
kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari
untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua
untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus
mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui.
2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan
normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan
500 kalori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan
untuk membawa oksigen didalam sel darah merah serta
pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati.
Sumber protein diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein
hewani antara lain :seperti telur, danging, ikan, udang, kerang,
susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak terkandung
dalam tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-lain.
3. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk
air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan
untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat
31
pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-
buahan segar.
4. Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat
besi selama 40 hari pascapersalinan.
5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
b. Ambulasi
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin
membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan
membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada
persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu
boleh miring kekanan dan miring kekiri untuk mencegah adanya
trombosit).
Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai
berikut :
1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah
infeksi puerperium
2. Mempercepat involusi uterus
3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
32
4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga
mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.71-73)
c. Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika
dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih, atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan katerisasi. Ibu
postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari
kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu
diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma
(huknah). (Siti Saleha, 2009; h.73)
d. Istirahat
Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pegembalian
fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami
beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya.
Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak
perdarahan.
33
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri. (Aiyeyeh Rukiyah dkk, 2011; h.127)
Anjurkan ibu untuk :
1. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan
2. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur
3. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan lahan
4. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan
waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8
jam. (Suherni dkk, 2009; h.104)
e. Personal Hygiene
1. Puting susu
Harus di perhatikan kebersihannya dan luka pecah harus segera
di obati karena kerusakan puting susu merupakan port de entree
dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering
akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul
enzema. Oleh karena itu, sebaiknya putting susu di bersihkan
dengan air yang telah di masak, tiap kali sebelum dan sesudah
menyusukan bayi.
1. Patrum lokia
Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas
yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta.
34
f. Perineum
Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus di
bersihkan secara rutin. Caranya di bersihkan dengan sabun yang
lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan
yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan
atau tidak di cuci. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri
adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
2. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang, baru
kemudian dibersihkan daerah sekitar anus.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air,
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin.
5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarnkan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka.
g. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
35
merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai hubungan
suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan seksual dapat dilakukan
dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah
berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat
mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu
diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali ( Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.74-77 ).
1.1.1.9 Tanda Bahaya Masa Nifas
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah :
a. Demam tinggi melebihi 38ºC
b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan
penggantian pembalut 2 kali dalm setengah jam), disertai
gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.
c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau
punggung, serta nyeri ulu hati.
d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah
penglihatan.
e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan.
f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki
g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
36
h. Puting payudara berdarah atau mereka, sehingga sulit untuk
menyusui.
i. Tubuh lemas dan terasa seprti mau pingsan, merasa sangat letih
atau nafas terengah-engah.
j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama
k. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu
buang air kecil
l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau
sendiri-sendiri. (Anik Maryunani, 2009; h.139-140)
1.1.1.10 Proses laktasi dan menyusui
a. Anatomi payudara
Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder
dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah
dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan
hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari
kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang
paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,
diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu
untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
37
payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600
gram, dan saat menyusui 800 gram.
1. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas
setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada
fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh
ligamentum suspensorium.
2. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah
bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas
ke ketiak atau aksila.
3. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga
tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak
jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari
pada yang lainnya.
b. Struktur makroskopis
Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut :
1. Cauda aksilaris
Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila.
2. Areola
Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing
payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya
38
mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada
kulitnya.
3. Papilla mammae
Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi
bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi.
Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang merupakan
muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh
darah, pembuluh getah bening serat-serat otot polos yang
tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus
laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi
sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali
putting susu tersebut. Bentuk putting ada 4 macam yaitu bentuk
yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam.
39
Gambar 2.1 Struktur makroskopis
c. Struktur mikroskopis
1. Alveoli
Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu.
Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
2. Duktus laktiferus
Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa
tubulus laktiferus.
3. Ampulla
Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan
tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
40
Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampulla sampai
muara pailla mammae. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.7-9)
d. Fisiologi laktasi
Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini,
dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas.
Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon
plasenta) yang menghambat pembentukan ASI.
1. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada
kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI
tidak lancar. (Siti Saleha, 2009; h.11)
2. Pembentukan air susu
Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air
susu yaitu sebagai berikut.
a) Reflek prolaktin
Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
41
Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya
korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat
berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang
putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang
ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus
melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. faktor-faktor yang
memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis
anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang
sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
b) Reflek let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada
yang dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis)
yang kemudian dikelurakan oksitosin. Melalui aliran darah,
hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat
menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli
42
dan masuk ke dalam sistem duktus, selanjutnya mengalir
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah
sebagai berikut :
1) Melihat bayi
2) Mendengar suara bayi
3) Mencium bayi
4) Memikirkan untuk menyusui bayi.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.12-13)
e. Manfaat pemberian ASI
1. Manfaat Bagi bayi
a) Komposisi sesuai kebutuhan
b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia
enam bulan
c) ASI mengandung zat pelindung
d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e) Menunjang perkembangan kognitif
f) Menunjang perkembangan penglihatan
g) Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak
h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
43
2. Manfaat Bagi ibu
a) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat
kembalinya rahim ke bentuk semula
b) Mencegah anemia defisiensi zat besi
c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d) Menunda kesuburan
e) Menimbulakan perasaan dibutuhkan
f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Manfaat bagi keluarga
a) Mudah dalam proses pemberiannya
b) Mengurangi biaya rumah tangga
c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat
menghemat biaya yang berobat
4. Manfaat bagi Negara
a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian
obat-obatan
b) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan
perlengkapan menyusui
c) Mengurangi polusi
d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas. (Saleha, 2009; h.31-33)
44
f. Komposisi ASI
Komposisi gizi dalam ASI
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk
bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan
sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi.
1. Protein
Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio
protein whey: kasein =60:40, dibandingkan dengan air susu
sapi yang rasionya =20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin,
sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan
bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial
taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah
daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar tirosin
dan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid
yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih tinggi
dibandingkan air susu sapi.
2. Karbohidrat
ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi
(6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa.
3. Lemak
Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam
ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai
45
panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolestrol yang
diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan
diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan
enzim.
4. Mineral
ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi
adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet
ibu. Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium,
kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki
kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih
rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI
tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang
berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah
kondisi-kondisi umum.
5. Air
Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat-
zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan
rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D,
dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali
riboflavin dan asam penthotenik lebih kurang.
46
a) Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa
mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum
mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya
mengandung 18 IU.
b) Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam
air susu manusia.
c) Vitamin E : kolostrum manusia kaya akan vitamin E,
fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan
tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari
cedera akibat oxide.
d) Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor
pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat
vitamin K lebih banyak.
e) Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat
yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang
diperlukan.
f) Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis
kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C
dibandingkan dengan susu sapi.
47
g. Stadium ASI
ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut :
1. Kolostrum
ASI yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ke tiga
bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan
ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran
lemak dan sel-sel epitel. (Ambarwati dan Wulandari, 2010;
h.25)
Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah
kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan
antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira-
kira pada hari ke-3 atau hari ke-4. Kolostrum berubah menjadi
ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket,
dan berwarna kekuningan.
2. ASI transisi/peralihan
ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai
sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10.
Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan
berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan
protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
48
3. ASI matur
ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur
tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan,
tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir
pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk.
Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah
lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral ,dan air.
h. Tanda bayi cukup ASI
1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal
mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna
menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah
habis
6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal
7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai
dengan grafik pertumbuhan
8. Perkembangan monotorik baik (bayi aktif dan motoriknya
sesuai dengan rentan usianya
49
9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun
dan tidur dengan cukup
10.Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan
tertidur pulas. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.19-24)
2.1.1.11 Masalah dalam menyusui
Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat
perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat
memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil.
Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain :
a. Stress
Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali
merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang
dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara
lain :
1) Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun
menyusui bayinya
2) Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau
saudara yang tinggal serumah tidak memberi dukungan
Cara mengatasinya :
Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga
agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri dengan
50
1) Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus yakin
bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan produksi
ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara
2) Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk memberikan
dukungan dengan cara antara lain menenangkan atau
membantu perawatan sederhana seperti mengganti popok,
menidurkan, dan sebagainya.
b. Puting susu datar atau terbenam
Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu
dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang
putting susu. Bila puting susu menonjol berarti puting tersebut
normal, namun bila puting tidak menonjol berarti puting susu
datar/terbenam.
Cara mengatasinya :
Dengan menggunakan pompa puting. Puting susu yang datar dan
terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh
mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan
biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari.
Puting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga puting akan
sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, puting akan
lebih menonjol lagi. (Anik Maryunani, 2009; h.90-91)
51
c. Puting susu lecet/nyeri
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui.
Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah.
Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48
jam.
d. Payudara bengkak
Pada payudara bengkak tampak payudara oedem, sakit, putting
kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila
diperiksa/dihisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24
jam.
Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak
kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini
terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat
menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering
ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu
menyusui.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah
payudara bengkak adalah sebagai berikut.
1) Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan
perlekatan yang benar.
2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand).
52
3) Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi
5) Lakukan perawatan payudara pascapersalinan (masase dan
sebagainya). (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.39-40)
e. Saluran susu tersumbat
Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, dan
pencegahan saluran susu yang tersumbat.
Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah
sebagai berikut :
1) Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui
2) Pemakaian bra yang terlalu ketat
3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak
segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan
lunak pada perabaan
2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa
nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
53
Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehinggabenar-
benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara
(mastitis).
1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan
masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian
2) Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap
kali selesai menyusui
3) Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI (Siti
Saleha,2009; h.107).
f. Mastitis/radang payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena
menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami
demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada
masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat
dan tidak segera diatasi. (Anik Maryunani, 2009; h.95)
Cara mengatasinya :
1) Kompres hangat/panas dan pemijatan
2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak sakit,
yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain
54
3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama
7-10 hari
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk
penghilang rasa nyeri
5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak
boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.41)
g. Abses payudara
Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat
diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan
benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah.
Cara mengatasinya :
1) Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh
disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang
sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan
dan kebersihan yang sebaik mungkin
2) Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase
pus/nanah
3) Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik
oleh dokter
4) Ibu harus cukup istirahat (Anik Maryunani, 2009; h.96).
55
2.1.2 Puting susu lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi
lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang
mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi
menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates)
atau dermatitis. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.46)
2.1.2.1 Penyebab puting susu lecet
Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi
lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh :
a. Kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu
pada puting susu saja tidak sampai ke areola.
b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada putting susu
ibu.
c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya
untuk mencuci puting.
d. Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek,
menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai puting susu ibu
saja.
e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. (Anik Maryunani,
2009; h.92)
56
2.1.2.2 Cara mengatasi :
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet
adalah sebagai berikut:
a. Cari penyebab puting susu lecet
b. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap
dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting
susu normal yang lecetnya sedikit
c. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak
menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat
membersihkan payudara
d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam)
e. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2x24 jam
f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk
menggunakan sabun
g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang
payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara
h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan
biarkan kering
i. Pergunakan bra yang menyangga.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.39)
57
Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya
payudara bengkak. (Bahiyatun, 2009; h.117)
2.1.2.3 Tekhnik menyusui
a. Pengertian tekhnik menyusui
Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.30)
Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi
menghisap air susu. Bidan/perawat perlu memberikan bimbingan
pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang
cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan
masalah.
b. Cara menyusui yang baik dan benar
1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan ke
putting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat sebagai
desinfektan dan menjaga kelembutan puting susu.
2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara
a) Ibu duduk atau berbaring.
b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan.
Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi
ditahan dengan telapak tangan ibu.
58
c) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi).
d) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
e) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang.
3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain
menopang dibawah, jangan menekan puting susu dan areolanya
saja.
4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek)
dengan cara menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau
menyentuh sisi mulut bayi.
5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi
didekatkan ke payudara ibu dengan puting susu serta areola
dimasukkan kemulut bayi. Usahakan sebagian besar areola
dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada
dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar
dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola.
6) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain.
Cara melepas isapan bayi, yaitu :
a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut
mulut.
59
b) Dagu bawah bayi ditekan.
7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum
terkosongkan (yang dihisap terakhir).
8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian
dioleskan pada putting susu dan areolanya sekitarnya, biarkan
kering dengan sendirinya.
9) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan
untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak
muntah. (Anik Maryunani, 2009; h.76-78)
c. Waktu menyusui
Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh sering, rata-rata
adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, bahkan 18 kali. menyusui
on demand adalah menyusui kapan pun bayi meminta atau di
butuhkan oleh bayi (akan lebih banyakdari rata-rata menyusui).
(Reni Yuli Astutik, 2014;h.60)
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
1) Bayi tampak tenang
2) Badan bayi menempel pada perut ibu
3) Mulut bayi terbuka lebar
4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
60
5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah
lebih banyak yang masuk
6) Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan
7) Puting susu tidak terasa nyeri
8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9) Kepala bayi tidak menengadah (Siti Saleha, 2009; h.37)
2.2 Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian
Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak
secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian
tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus
pada klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi
ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan
yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
61
2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney
Langkah I: Pengumpulan data dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat
dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
i. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat kesehatan,
riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta
pengetahuan klien.
ii. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-
tanda vital. (Suryani Soepardan, 2008; h.96-97)
A. Data subjektif
1. Biodata
Yang mencakup identitas pasien :
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti
kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang,
mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35
tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
62
c. Agama
Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan.
d. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui
sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
e. Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien
tersebut.
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan
masa nifas.
63
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM,
hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas
ini.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya
c. Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,
cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu.
64
b. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan
mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada
masa nifas saat ini.
5. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa.
6. Kehidupan social budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang
makan.
7. Data pengetahuan
Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang
perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan
selama masa nifas.
65
8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makanan-makanan pantangan.
b. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air
besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta
kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
c. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa jam
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya membaca,
mendengarkan music, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur
kebiasaan tidur, siang, penggunaan waktu luang.
d. Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada
masa nifas masih mengeluarkan lochea.
e. Aktivitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya.
Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses
pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
66
ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan
atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.131-137)
B. Data obyektif
Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam
menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data
objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi
yang dilakukan secara berurutan.
Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut:
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan.
1) Baik
Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak
mengalami ketergantungan dalam berjalan.
2) Lemah
Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak
memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
67
b. Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat
melakukan pengkajian tingkat keasdaran mulai dari keadaan
composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma.
c. Tanda vital
1) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre
eklamsia postpartum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.85)
2) Nadi
Nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis
melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat, setiap
Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah satunya bisa
diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan
darah yang berlebihan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.138)
3) Suhu
Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa
nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan
oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga
disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama
68
awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam
postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang
mencapai >38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi
4) Pernapasan
Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu
sekitar 20-30x/menit. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.139).
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi
2) Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya
normal, pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukan adanya
gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis)
3) Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang
digunakan inspeksi dan palpasi
4) Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga. Gendang
telinga/membran timpani, dan pendengaran. Teknik yang
digunakan adalah inspeksi dan palpasi
69
5) Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung,
bagian dalam, lalu sinus-sinus
6) Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut
7) Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ lain yang
berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi.
8) Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan
(Tambunan dan Kasim, 2011; h.66-83)
9) Payudara
Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun di
payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi,
karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh
kuman (Siti Saleha, 2009; h.11)
10) Perut
a) Keadaan abdomen
Uterus normal :
(1) Berkontraksi baik
(2) Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas
segera
70
Uterus Abnormal :
a) Lembek
b) Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum
segera
Kandung kemih : bisa buang air / tak bisa buang air
11) Keadaan genetalia
a) Lochea :
Normal :
(1) Merah segar (lokhea rubra)
(2) Bau biasa
(3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku
(ukuran jeruk kecil)
(4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu
mengganti pembalut setiap 3-5 jam)
Abnormal :
(1) Merah terang
(2) Bau busuk
(3) Mengeluarkan darah beku
(4) Perdarahan berat (memerlukan ganti pembalut 0-2 jam)
b) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka
episiotomy/robekan, hecting
c) Keadaan anus : hemoroid
71
d) Keadaan ekstermitas
(1) Varices
(2) Oedema
(3) Reflex patella
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.140).
Langkah II. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, Abortus, Anak
hidup, Umur Ibu, Keadaan Nifas.
Data dasar meliputi :
1) Data subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus
atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang
keluhannya
2) Data objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital
b. Masalah
Permasalahan yang muncul bersasarkan pernyataan pasien.
72
Data dasar meliputi :
1) Data subjektif
Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien
2) Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. (Ambarwati dan
Wulandari, 2010; h.141-142)
c. Kebutuhan
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan
keadaan dan masalahnya (Ari Sulistyawati, 2010; hal.229)
Langkah III. Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin terjadi
pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
berdasarkan serangkaian masalah dan diagnosa hal ini membutuhkan
antisipasi pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan
bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi.
Langkah IV. Mengidentifikasi tindakan segera
Berdasarkan masalah potensial yang ada, bidan dapat melakukan tindakan
segera dengan menangani masalah yang dialami dan menetapkan perlunya
tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dapat ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
73
Langkah V. Perencanaan
Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang
merupakan lanjutan dari masalah atau antisipasi rencana asuhan
menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi
pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga berkaitan
dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
akan terjadi berikutnya.
Langkah VI: Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien ini dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
secara efisien dan aman.
Langkah VII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah
dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifitasan dari asuhan yang diberikan,
ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap aspek
asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.137-147)
74
2.3 Landasan hukum kewenangan bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
1. Kewenangan normal:
a. Pelayanan kesehatan ibu
b. Pelayanan kesehatan anak
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki
dokter
4. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan.
Kewenangan ini meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu
1) Ruang lingkup:
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2) Kewenangan:
75
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air
susu ibu (ASI) eksklusif
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang
belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan
syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter
(http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171).
76
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25
TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET
DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
3.1 Data subjektif
1. Identitas pasien
Istri Suami
Nama : Ny M : Tn D
Umur : 25 tahun : 25 tahun
Agama : Islam : Islam
Suku bangsa : Jawa : Jawa
Pendidikan : SMA : SMU
Pekerjaan : IRT : Karyawan swasta
Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg Terong 4, Kemiling
Bandar Lampung
2. Keluhan utama
Ibu mengatakan putting susunya terasa nyeri pada bagian kanan dan kiri
saat menyusui
77
3. Riwayat kesehatan
a. Sekarang
Ibu mengatakan sedang tidak mengalami penyakit apapun seperti
penyakit menular maupun penyakit keturunan
b. Yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun
penyakit menurun
c. Keluarga
Ibu mengatakan Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
menular maupun keturunan
4. Riwayat obstetric
a. Riwayat haid
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Teratur/tidak : teratur
Lama : 5-6 hari
Volume : 3-4 kali ganti pembalut sehari
Warna : Merah
Disminore : Tidak ada
Bau : Khas
Flour albus : Tidak ada
78
b. Riwayat kehamilan sekarang (data didapat dari KMS)
1) HPHT : 03-07-2014
2) Taksiran persalinan: 10-04-2015
3) Tanggal bersalin : 02-04-2015
4) Frekuensi ANC : 6 kali selama kehamilan
5) Suntik TT : Lengkap
c. Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, tanda-tanda persalinan,
tanda bahaya persalinan, ASI eksklusif.
d. Riwayat persalinan sekarang
1) Ibu
Tempat melahirkan : Puskesmas Kemiling
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : Spontan
Lama persalinan : 11 jam
Catatan waktu
Kala I : 8 jam 10 menit
Kala II : 0 jam 35 menit
Kala III : 0 jam 15 menit
Kala IV : 2 jam 0 menit
Jumlah : 11 jam 0 menit
Ketuban pecah pukul 08.00 wib, spontan.
Plasenta
79
Lahir secara : spontan, lengkap
Berat : 500 gram
Panjang tali pusat : 45 cm
Perineum : tidak ada luka perineum
2) Bayi
Lahir tanggal/pukul : 02-04-2015/09.15 wib
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 51 cm
Nilai apgar : 9/10
Jenis kelamin : laki-laki
Cacat bawaan : tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu
3) Riwayat KB
Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menggunakan alat
kontrasepsi apapun.
4) Pola kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi
Selama hamil : ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur setiap
harinya porsi sedang 3x/hari, dan minum air
putih 2-3 liter/hari
Selama nifas : ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur tiap
harinya porsi 1 piring 3x/hari, dan minum air
80
putih 2-3 liter/hari setiap harinya ibu makan
dengan menu yang berbeda dan tidak ada
pantangan dalam makanan.
b) Pola eliminasi
Selama hamil : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas, warna kuning
jernih, BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak
warna kekuningan.
Selama nifas : Ibu BAK 5 kali/ hari bau khas warna kuning
jernih, BAB 1 kali/hari konsistensi lunak warna
kekuningan
c) Pola istirahat
Selama hamil : ibu tidur malam 6-8 jam, siang jarang tidur.
Selama nifas : ibu tidur malam 7 jam, siang 1 jam.
d) Personal hygiene
Selama hamil : Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari.
Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti
pembalut 3-4 kali/hari
e) Pola seksual
Selama hamil : ibu melakukannya 2 kali/minggu.
Selama nifas : ibu belum melakukannya
81
5) Riwayat psikososial
a) Status perkawinan: syah, 1 kali
b) Status emosional : stabil
3.2 Data obyektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Keadaan emosional : stabil
4. Tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Pernafasan : 20x/i
c. Nadi : 80x/i
d. Suhu : 36,5ºc
5. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Warna rambut : hitam
Ketombe : bersih, tidak ada ketombe
Benjolan : tidak ada
b. Wajah
Hiperpigmentasi : ada, dibagian wajah
Pucat : tidak pucat
Edema : tidak oedema
82
c. Mata
Simetris : ya, kanan kiri
Kelopak mata : tidak cekung
Konjungtiva : merah muda
Sclera : putih
d. Hidung
Simetris : ya, kanan dan kiri
Polip : tidak ada pembesaran
Kebersihan : bersih
e. Mulut
Warna bibir : merah muda
Pecah-pecah : tidak ada
Sariawan : tidak ada
Gusi berdarah : tidak ada
Gigi : bersih
f. Telinga
Simetris : ya, kanan dan kiri
Gangguan pendengaran :tidak ada
g. Leher
Simetris : ya, kanan dan kiri
Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada
Pembesaran vena jugularis : tidak ada
83
h. Ketiak
Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada
i. Dada
Retraksi :tidak ada
Bunyi mengi dan ronchi : tidak ada
j. Payudara
Simetris : ya, kanan dan kiri
Pembesaran : ada, kanan dan kiri
Putting susu : lecet pada bagian kanan dan kiri
Hiperpigmentasi areola mamae : ada
Benjolan : tidak ada
Konsistensi : lunak
Pengeluaran : kolostrum
k. Punggung dan pinggang
punggung : normal
Nyeri ketuk : tidak ada
l. Abdomen
Pembesaran : tidak ada
Konsistensi : keras
Kandung kemih : kosong
Uterus
TFU : 2 jari dibawah pusat
84
Kontraksi : baik
m. Anogenital
Vulva : warna merah muda
Perineum : tidak terdapat luka jaitan
Pengeluaran pervaginam : lochea rubra
Anus : tidak ada hemoroid
n. Ekstremitas bawah
Oedema : tidak oedema
Kemerahan : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflex patella : positif, kanan dan kiri
6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
HB : tidak dilakukan pemeriksaan
Protein urine : tidak dilakukan pemeriksaan
Glukosa urine : tidak dilakukan pemeriksaan
85
TABEL 3.3
MATRIKS
TGL/JAM Pengkajian Interpretasi
data
masalah
potensial
Tindakan
segera
Intervensi Implementasi Evaluasi
04/04/2015
17.00 wib
Subjektif :
Keluhan :
- Ibu
mengatakan
puting
susunya
terasa nyeri
pada bagian
kanan dan
kiri saat
menyusui
- Ibu
mengatakam
ini kehamilan
pertama dan
belum pernah
keguguran
Objektif :
K/U: baik
TTV:
TD :120/70
mmHg
N:80x/M
S:36,50
c
RR:20X/M
Payudara :
putting
menonjol,
nampak lecet
pada bagian kiri
dan kanan tidak
terdapat infeksi
Pengeluaran :
Dx : Ny M
P1AO 2 hari
post partum
dengan putting
susu lecet.
Dasar
Ds :
- Ibu
melahirkan
pada tgl 02-
04-2015
- Ibu
mengatakan
ini
kehamilan
pertama dan
belum
pernah
Keguguran
-Ibu
mengatakan
puting
susunya
terasa nyeri
pada bagian
kanan dan
kiri saat
menyusui
DO :
Tampak pada
bagian putting
susu ibu lecet
dibagian kanan
Payudara
bengkak
Teknik
menyusui
yang baik
dan benar
1.Jelaskan
kepada ibu
tentang
keadaanny
a saat ini,
2.Kaji
penyebab
putting
susu lecet
pada ibu
1.Menjelaskan kepada ibu
hasil pemeriksaan yang di
lakukan secara head to toe,
bahwa ibu dalam keadaan
baik, namun ibu mengalami
putting susu lecet
.
2.Mengkaji penyebab putting
susu lecet pada ibu dengan
cara menanyakan secara
langsung dan meminta ibu
untuk menyusui bayinya
yaitu apakah :
a. Kesalahan dalam teknik
menyusui, yaitu bayi
hanya menyusu pada
putting susu saja tidak
sampai ke areola
b. Adanya monilisir pada
mulut bayiyang menular
pada putting susu ibu.
c. Akibat dari pemakaian
sabun, alkohol, krim
atau zat iritan lainnya
untuk mencuci putting.
d. Bayi dengan lidah yang
pendek, menyababkan
bayi hanya dapat
menghisap sampai
putting susu ibu saja.
e. Ibu menghentikan
menyusu kurang hati-
hati
1. ibu mengerti tentang
keadaannya saat ini
2. Putting susu ibu lecet
disebabkan oleh
teknik menyusui
yang salah, sebabibu
mengatakan bayinya
hanya menyusui pada
putting susu saja dan
ketika dilihat saat ibu
menyusui, tekniknya
salah
86
ada, kolustrum
TFU :3 jari
dibawah pusat
Kontraksi : baik
Lokhea: rubra
dan tidak
Terdapat luka
perineum.
dan kiri
TFU : 3 jari
dibawah pusat
Kontraksi:
baik
Lokhea: rubra
Masalah :
nyeri bagian
putting susu
Kebutuhan :
- Beritahu ibu
cara
perawatan
putting susu
lecet
- Penjelasan
tentang
tekhnik
menyusui
3.Beritahu
ibu cara
melakukan
perawatan
putting
susu lecet
3.Memberitahu ibu cara
melakukan perawatan
putting susu lecet yaitu :
a. Selama putting susu
diistirahatkan, sebaiknya
ASI tetap dikeluarkan
dengan tangan dan tidak
dianjurkan dengan alat
pompa karena nyeri atau
bayi disusukan lebih
dulu pada putting susu
normal yang lecetnya
sedikit
b. Olesi putting susu
dengan ASI akhir (hind
milk), tidak
menggunakan sabun,
krim, alcohol, ataupun
zat iritan lain saat
membersihkan payudara
c. Menyusui lebih sering
(8-12 kali dalam 24 jam)
d. Putting susu yang sakit
dapat diistirahatkan
untuk sementara waktu
kurang lebih 1x24 jam,
dan biasanya akan
sembuh sendiri dalam
waktu sekitar 2x24 jam
e. Cuci payudara sekali
sehari dan tidak
dibenarkan untuk
menggunakan sabun
f. Posisi menyusui harus
benar, bayi menyusu
sampai ke kalang
payudara dan susukan
secara bergantian
3. ibu mengerti dan
bersedia melakukan
perawatan putting
susu lecet
87
4. Jelaskan
dan
ajarkan
kepada
ibu
tentang
tekhnik
menyusu
i yang
benar
diantara kedua payudara
g. Keluarkan sedikit ASI
dan oleskan ke putting
yang lecet dan biarkan
kering
h. Pergunakan bra yang
menyangga
4.Menjelaskan dan
mengajarkan kepada ibu
tentang tekhnik menyusui
yang benar yaitu :
a. Duduk dengan posisi
santai dan tegak
b. Sebelum menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
pada putting susu dan
areola sekitarnya
c. Bayi dipegang dengan
satu lengan, kepala bayi
diletakkan pada
lengkung siku ibu dan
bokong bayi diletakkan
pada lengan. Kepala
bayi tidak boleh
tertengadah atau bokong
bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu
d. Satu tangan bayi
diletakkan dibelakang
badan ibu dan yang satu
didepan
e. Perut bayi menempel
badan ibu, kepala bayi
menghadap payudara
f. Telinga dan lengan bayi
terletak pada satu garis
lurus
4. ibu mengerti dan
bersedia melakukan
tekhnik menyusui
yang benar
88
g. Ibu menatap bayi dengan
kasih sayang
h. Tangan kanan
menyangga payudara
kiri dan keempat jari dan
ibu jari menekan
payudara bagian atas
areola
i. Bayi diberi rangsangan
untuk membuka mulut
(rooting reflex) dengan
cara menyentuh pipi
dengan putting susu atau
menyentuh sisi mulut
bayi
j. Setelah bayi membuka
mulut, dengan cepat
kepala bayi didekatkan
ke payudara ibu dengan
putting serta areola
dimasukkan ke mulut
bayi, usahakn sebagian
besar areola dapat masuk
kedalam mulut bayi
k. Setelah menyusui pada
satu payudara sampai
terasa kosong, sebaiknya
diganti menyusui pada
payudara yang lain
l. Melepaskan isapan bayi
dengan cara jari
kelingking ibu
dimasukkan kemulut
bayi melalui sudut mulut
dan dagu bayi ditekan
kebawah
m. Setelah selesai
menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan
89
5.Jelaskan
kepada ibu
tentang
kebutuhan
istirahat
yang
cukup
pada putting susu dan
areola sekitarnya.
Biarkan kering dengan
sendirinya
5.Menjelaskan kepada ibu
tentang kebutuhan istirahat,
istirahat sangat diperlukan
bagi ibu di masa nifas,
karena jika kurang istirahat
akan memepengaruhi ibu
dalam beberapa hal :
a. Mengurangi jumlah ASI
yang di produksi
b. Memeperlambat proses
involusi uterus dan dapat
memperbanyak
perdarahan.
c. Menyebabkan depresi
dan ketidak mampuan
untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri.
Istirahat yang bisa
dilakukan ibu yaitu :
a. Istirahat cukup untuk
mengurangi kelelahan
b. Tidur siang atau istirahat
selagi bayi tidur
c. Kembali ke kegiatan
rumah tangga secara
perlahan
d. Mengatur kegiatan
rumahnya sehingga
dapat menyediakan
waktu istirahat pada
siang kira-kira 2 jam dan
malam 7-8 jam
5. ibu mengerti tentang
kebutuhan istirahat
yang cukup dan
bersedia untuk
memenuhi kebutuhan
istirahat
90
6.Anjurkan
ibu untuk
tetap
menyusui
bayinya
secara on
demand
6.Menganjurkan ibu untuk
tetap menyusui bayinya
secara on demand yaitu
kapan pun bayi meminta
atau di butukan oleh bayi
6. Ibu mengatakan akan
meyusui bayinya
secara on demand.
06/04/15
16.30 wib
Subjektif:
Keluhan :
- ibu
mengatakan
nyeri putting
susunya
sedikit
berkurang
dibagian
kanan dan
kiri
- Ibu
mengatakan
ini kehamilan
pertama dan
belum pernah
keguguran
Objektif :
TD :110/70
mmhg
N :80x/i
Rr :21x/i
T : 36,8ºc
Payudara :
putting
menonjol. Lecet
nampak
berkurang
Pengeluaran :
ada,ASI
TFU :3 jari
Dx: Ny M
P1AO 4 hari
post partum
dengan putting
lecet
Dasar
Ds :
- Ibu
mengatakan
melahirkan
tgl 02-04-
2015
- Ibu
mengatakan
ini
kehamilan
pertama dan
belum
pernah
keguguran
- Ibu
mengatakan
nyeri
putting
susunya
berkurang di
bagian
kanan dan
kiri
Do :
Tampak
Payudara
bengkak
Teknik
menyusui
yang baik
dan benar
1. Beritahu
pada ibu
tentang
keadaanny
a saat ini
2. Kaji
kembali
pengetahu
an ibu
tentang
perawatan
putting
susu lecet.
1. Memberitahukan pada ibu
tentang keadannya saat ini
bahwa dalam keadaan
baik sesuai dengan hasil
pemeriksaan
2. Mengkaji kembali
pengetahuan ibu tentang
perawatan putting susu
lecet yaitu dengan cara
menanyakan kepada ibu
secara langsung, sesuai
yang telah dijelaskan
sebelumnya
1. Ibu mengerti tentang
keadaannya saat ini
bahwa ibu dalam
keadaan sehat
2. Ibu mengatakan
sudah dapat
melakukan
perawatan putting
susu lecet dengan
cara :
a. Mengolesi
putting susu
dengan ASI
akhir, tidak
menggunakan
sabun, krim,
alkohol, ataupun
zat iritan lain saat
membersihkan
payudara.
b. Menyusui lebih
sering (8-12 kali
dalam 24 jam
c. Mencuci
payudara sekali
sehari dan tidak
menggunakan
sabun
91
dibawah pusat
Kontraksi :baik
Lokhea
:sanguilenta
dan tidak
terdapat luka
perineum
putting susu
sebelah kanan
tidak lecet lagi
Masalah :
nyeri pada
putting susu
Kebutuhan :
- perawatan
putting susu
lecet
- tekhnik
menyusui
yang baik
dan benar
3. Kaji
kembali
apakah ibu
sudah
melakukan
tekhnik
menyusui
dengan
benar.
3. Mengkaji kembali apakah
ibu sudah melakukan
tekhnik menyusui yang
benar. Dengan cara
meminta ibu untuk
menyusui bayinya
d. Keluarkan sedikit
ASI dan oleskan
ke putting yang
lecet dan biarkan
kering
e. menggunakan bra
yang menyangga
3. Ibu mengatakan
bahwa ia sudah
melakukan tekhnik
menyusui yang
benar, yang dilihat
dari teknik ibu
menyusui bayinya
secara langsung
seperti :
a. Duduk dengan
posisi santai dan
tegak
b. Sebelum
menyusui ASI
dikeluarkan
sedikit kemudian
dioleskan pada
putting susu dan
areola sekitarnya
c. Bayi dipegang
dengan satu
lengan, kepala
bayi diletakkan
pada lengkung
siku ibu dan
bokong bayi
diletakkan pada
lengan. Kepala
bayi tidak boleh
tertengadah atau
92
bokong bayi
ditahan dengan
telapak tangan
ibu
d. Satu tangan bayi
diletakkan
dibelakang
badan ibu dan
yang satu
didepan
e. Perut bayi
menempel
badan ibu,
kepala bayi
menghadap
payudara
f. Telinga dan
lengan bayi
terletak pada
satu garis lurus
g. Ibu menatap
bayi dengan
kasih sayang
h. Tangan kanan
menyangga
payudara kiri
dan keempat jari
dan ibu jari
menekan
payudara bagian
atas areola
i. Bayi diberi
rangsangan
untuk membuka
mulut (rooting
reflex) dengan
cara menyentuh
pipi dengan
putting susu
atau menyentuh
93
sisi mulut bayi
j. Setelah bayi
membuka
mulut, dengan
cepat kepala
bayi didekatkan
ke payudara ibu
dengan putting
serta areola
dimasukkan ke
mulut bayi
k. Setelah
menyusui pada
satu payudara
sampai terasa
kosong, diganti
menyusui pada
payudara yang
lain
l. Melepaskan
isapan bayi
dengan cara jari
kelingking ibu
dimasukkan
kemulut bayi
melalui sudut
mulut dan dagu
bayi ditekan
kebawah
m. Setelah selesai
menyusui, ASI
dikeluarkan
sedikit
kemudian
dioleskan pada
putting susu dan
areola
sekitarnya.
Biarkan kering
dengan
94
4.Kaji ulang
tentang
kebutuhan
istirahat
ibu.
4. Mengkaji ulang ibu
tentang kebutuhan
istirahat ibu
sendirinya.
n. Setelah selesai
menyusui, bayi
disendawakan
dengan tujuan
untuk
mengeluarkan
udara dari
lambung supaya
bayi tidak
muntah, dengan
cara : bayi
digendong tegak
dan bersandar
pada bahu ibu,
lalu punggung
bayi ditepuk
perlahan-lahan
atau, bayi tidur
tengkurap
dipangkuan ibu,
kemudian
punggungnya
ditepuk
perlahan-lahan
4.Ibu mengatakan telah
cukup istirahat,
dengan mengatur
kegiatan rumahnya
sehingga dapat
menyediakan waktu
untuk istirahat pada
malam hari 7-8
jam/hari dan siang 1-
2 jam/hari.
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL
JUDUL

More Related Content

What's hot (17)

Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti pdf
Kti pdf Kti pdf
Kti pdf
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti armayani
Kti armayaniKti armayani
Kti armayani
 
Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti siti maysaroh
Kti siti maysarohKti siti maysaroh
Kti siti maysaroh
 
Kti nova rianti
Kti nova riantiKti nova rianti
Kti nova rianti
 
Kti ratna juwita
Kti ratna juwitaKti ratna juwita
Kti ratna juwita
 
Kti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandariKti arinda risky wulandari
Kti arinda risky wulandari
 
Resti fiks fdf
Resti fiks fdfResti fiks fdf
Resti fiks fdf
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyaniKti risa yulia listyani
Kti risa yulia listyani
 
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by nyAsuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir terhadap by ny
 
Kti fertika
Kti fertikaKti fertika
Kti fertika
 
Kti amalia febriyani
Kti amalia febriyaniKti amalia febriyani
Kti amalia febriyani
 
KTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINAKTI LINDA AGUSTINA
KTI LINDA AGUSTINA
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 

Viewers also liked

Extreme coarse of action.pt.1.doc
Extreme coarse of action.pt.1.docExtreme coarse of action.pt.1.doc
Extreme coarse of action.pt.1.docAalifa
 
So i'm tryna get wit cha.doc
So i'm tryna get wit cha.docSo i'm tryna get wit cha.doc
So i'm tryna get wit cha.docAalifa
 
Bad winter power point
Bad winter power pointBad winter power point
Bad winter power pointteachcrl
 
Breaking into broadcasting industry
Breaking into broadcasting industryBreaking into broadcasting industry
Breaking into broadcasting industryjasonw93
 
Solicitud de admisión ie.2 ignacio olivares
Solicitud de admisión ie.2   ignacio olivaresSolicitud de admisión ie.2   ignacio olivares
Solicitud de admisión ie.2 ignacio olivaresIgnacio Olivares
 
AEG Presentation
AEG PresentationAEG Presentation
AEG PresentationJosh Wagner
 
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)Nick Reinsch
 
Seconda esercitazione e-business: Tag Over
Seconda esercitazione e-business: Tag OverSeconda esercitazione e-business: Tag Over
Seconda esercitazione e-business: Tag OverFrancesco Contarin
 
Strategic management amazon
Strategic management   amazonStrategic management   amazon
Strategic management amazonMohamed Aamer
 
Researching student work
Researching student workResearching student work
Researching student workDaisy Hunter
 
5LINX United States of America Opportunity Presentation
5LINX United States of America Opportunity Presentation5LINX United States of America Opportunity Presentation
5LINX United States of America Opportunity PresentationNick Reinsch
 
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can Do
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can DoSPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can Do
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can DoTrackMaven
 
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?TrackMaven
 
Proyecto mujer y poder
Proyecto mujer y poderProyecto mujer y poder
Proyecto mujer y poderconniesl
 

Viewers also liked (20)

Extreme coarse of action.pt.1.doc
Extreme coarse of action.pt.1.docExtreme coarse of action.pt.1.doc
Extreme coarse of action.pt.1.doc
 
PBR
PBRPBR
PBR
 
So i'm tryna get wit cha.doc
So i'm tryna get wit cha.docSo i'm tryna get wit cha.doc
So i'm tryna get wit cha.doc
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Bad winter power point
Bad winter power pointBad winter power point
Bad winter power point
 
Google Algorithms
Google AlgorithmsGoogle Algorithms
Google Algorithms
 
Breaking into broadcasting industry
Breaking into broadcasting industryBreaking into broadcasting industry
Breaking into broadcasting industry
 
Amazon
AmazonAmazon
Amazon
 
Character Profiles
Character ProfilesCharacter Profiles
Character Profiles
 
Telemedicine 24/7/365
Telemedicine 24/7/365Telemedicine 24/7/365
Telemedicine 24/7/365
 
Solicitud de admisión ie.2 ignacio olivares
Solicitud de admisión ie.2   ignacio olivaresSolicitud de admisión ie.2   ignacio olivares
Solicitud de admisión ie.2 ignacio olivares
 
AEG Presentation
AEG PresentationAEG Presentation
AEG Presentation
 
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)
5LINX Haiti Opportunity Presentation (Haitian Creole)
 
Seconda esercitazione e-business: Tag Over
Seconda esercitazione e-business: Tag OverSeconda esercitazione e-business: Tag Over
Seconda esercitazione e-business: Tag Over
 
Strategic management amazon
Strategic management   amazonStrategic management   amazon
Strategic management amazon
 
Researching student work
Researching student workResearching student work
Researching student work
 
5LINX United States of America Opportunity Presentation
5LINX United States of America Opportunity Presentation5LINX United States of America Opportunity Presentation
5LINX United States of America Opportunity Presentation
 
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can Do
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can DoSPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can Do
SPARK 2016: Headline Testing May Be The Single Most Impactful Thing You Can Do
 
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?
SPARK 2016: Inbound Marketing vs Account Based Marketing: A False Choice?
 
Proyecto mujer y poder
Proyecto mujer y poderProyecto mujer y poder
Proyecto mujer y poder
 

Similar to JUDUL (20)

Kti iis
Kti iisKti iis
Kti iis
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti yenni kurniati
Kti yenni kurniatiKti yenni kurniati
Kti yenni kurniati
 
Kti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhaniKti febrina diah ramadhani
Kti febrina diah ramadhani
 
Kti ni made rika
Kti ni made rikaKti ni made rika
Kti ni made rika
 
Kti tati lindasari
Kti tati lindasariKti tati lindasari
Kti tati lindasari
 
Kti rika agustina
Kti rika agustinaKti rika agustina
Kti rika agustina
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti reni yunila sari
Kti reni yunila sariKti reni yunila sari
Kti reni yunila sari
 
Kti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyaniKti reny nurul andriyani
Kti reny nurul andriyani
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti yesi kartika
Kti yesi kartikaKti yesi kartika
Kti yesi kartika
 
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putriKti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti laila maharani
Kti laila maharaniKti laila maharani
Kti laila maharani
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 
Kti irma yulistiani
Kti irma yulistianiKti irma yulistiani
Kti irma yulistiani
 
Anshella citra angelita
Anshella citra angelitaAnshella citra angelita
Anshella citra angelita
 
Kti rukmaini
Kti rukmainiKti rukmaini
Kti rukmaini
 

Recently uploaded

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarankeicapmaniez
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajarantugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
tugas karya ilmiah 1 universitas terbuka pembelajaran
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 

JUDUL

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh DESTY HERY DYANA 201207138 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah Ini Di Buat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Profesi Ahli Madya Kebidanan Prodi D III Kebidanan Akbid Adila Bandar Lampung Disusun Oleh DESTY HERY DYANA 201207138 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 ii
  • 3. 3 LEMBAR PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Jumat Tanggal : 10 Juli 2015 Penguji I Penguji II Ninik Masturyah, S.ST, M.Kes Kiki Purnama Sari, S.ST NIK. 201501143 NIK.31008027 Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dr.Wazni Adila, M.PH NIK. 2011041008 iii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Desty Hery Dyana, Ahmad Dahro, S.Sos,M.IP, Yuhelva Destri, Amd.Keb,SKM INTISARI KTI ini membahas tentang masalah menyusui yang sering terjadi salah satu diantaranya adalah puting susu lecet. Kebanyakan puting susu nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak menghisap sampai ke areola payudara. Masalah- masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya merawat payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada puting. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan di Puskesma Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung pada tanggal 04 april 2015 terdapat 1 ibu post partum, Ny.M umur 25 tahun 2 hari post partum. Setelah dilakukan pengkajian Ny.M mengalami puting susu lecet. Tujuan dari penelitian ini untuk memahami, mempelajari serta memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas tentang puting susu lecet. Metode penelitian deskriftif. Subyek penelitian, ibu nifas 2 hari post partum. Obyek penelitian, puting susu lecet. Tempat penelitian, Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung. Hasil penelitian, setelah diaplikasikan manejemen asuhan varney, tentang perawatan puting susu lecet dan teknik menyusui dapat dilakukan dengan baik dan lecet pada puting susu ibu sudah sembuh. Saran utama, bagi para ibu menyusui diharapkan lebih memperhatikan bagaimana caranya menyusui yang baik dan benar sehingga tidak menyebabkan puting susu lecet. Sehingga ibu dapat secara langsung mengatasi masalah yang terjadi pada masa nifas. Kata kunci : Nifas, Puting Susu Lecet Kepustakaan : 12 Kepustakaan (2005-2014) Jumlah halaman : 143 Halaman iv
  • 5. Nama Nim Tempat Tanggal Lahir Alamat Institusi Angkatan Biografi 1. Pada tahun 1996 2. Pada tahun 1997 3. Pada tahun 2003 4. Pada tahun 2006 5. Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung CURRICULUM VITAE : DESTY HERY DYANA : 2012071138 : Banding, 09 Desember 1991 : Desa Banding Kec.Rajabasa Kab.Lampung Selatan : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung : VII (20014/2015) : Pada tahun 1996-1997 menempuh pendidikan di TK ABA rajabasa Pada tahun 1997-2003 menempuh pendidikan di SDN 1 Banding Pada tahun 2003-2006 menempuh pendidikan di SMPN 1 Rajabasa Pada tahun 2006-2009 menempuh pendidikan di SMAN 1 Kalianda Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di kademi Kebidanan Adila Bandar Lampung v 5 Desa Banding Kec.Rajabasa Kab.Lampung Selatan : Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung abasa 2003 menempuh pendidikan di SDN 1 Banding 2006 menempuh pendidikan di SMPN 1 Rajabasa 2009 menempuh pendidikan di SMAN 1 Kalianda Pada tahun 2012 sampai saat ini menempuh pendidikan semester akhir di
  • 6. 6 Motto Jadikanlah kegagalan sebagai motivasi pembelajaran hidup Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya Karena kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda vi
  • 7. 7 PERSEMBAHAN Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Dengan segala kerendahan hati ku persembahkan karya kecil yang sederhana ini untuk orang – orang yang ku sayangi : 1. Kedua orang tua ku, serta abang ku, dan adik ku. Semua pengorbanan moral maupun materil yang telah kalian berikan selama ini demi kelancaran dan keberhasilan ku, terima kasih atas semuanya. 2. Buat Sahabat - sahabatku di asrama yang telah mengajarkan ku banyak hal, semuanya tak akan pernah terlupakan, asrama telah mengajarkan tentang kebersamaan dan mengubah segalanya, untuk angkatan VII terimakasih, aku bakal kangen kalian. Terimakasih atas Do’a dan dukungan kalian sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. Kehadiran kalian memberikan semangat disaat keputusasaan ku, memberikan kesempurnaan disetiap keterbatasan ku dan memberikan keceriaan dikala duka ku. Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis vii
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny. M Umur 25 Tahun P1A0 2 Hari Postpartum Dengan Puting Susu Lecet Di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan berkat bantuan berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Wazni Adila, M.PH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 2. Ahmad Dahro, S.Sos,M.IP selaku pembimbing I dan Yuhelva Destri, Amd.Keb,SKM selaku pembimbing II Karya Tulis Ilmiah 3. Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian 4. Ninik Masturyah, S.ST, M.Kes selaku penguji I dan Kiki Purnama Sari, S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah 5. Seluruh Staf dan Dosen Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung 6. Almamater tercinta Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis viii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iii INTISARI .......................................................................................................... iv CURICULUM VITAE...................................................................................... v MOTTO ............................................................................................................. vi PERSEMBAHAN.............................................................................................. vii KATA PENGATAR.......................................................................................... viii DAFTAR ISI...................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3 1.3 Tujuan Penulisan............................................................................... 3 1.4 Ruang Lingkup.................................................................................. 5 1.5 Manfaat Penulisan............................................................................. 5 1.6 Metode dan Tekhnik Memperoleh Data ........................................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis........................................................................ 9 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan ................................................... 60 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan .............................................. 74 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian ....................................................................................... 76 3.2 Matriks ............................................................................................ 85 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian........................................................................................ 106 4.2 Interpretasi Data ............................................................................... 126 4.3 Antisipasi Masalah Potensial ........................................................... 128 4.4 Tindakan Segera............................................................................... 129 4.5 Perencanaan Asuhan ........................................................................ 130 4.6 Melaksanakan Perencanaan.............................................................. 131 4.7 Evaluasi ........................................................................................... 136 ix
  • 10. 10 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan........................................................................................ 141 5.2 Saran ................................................................................................. 142 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x
  • 11. 11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Involusi Uteri ...................................................................................... 17 Table 3.1 Matriks ................................................................................................ 86 xi
  • 12. 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Surat izin bidan Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Lampiran 4 : SAP Teknik Menyusui Lampiran 5 : Leaflet Teknik Menyusui Lampiran 6 : Dokumentasi Lampiran 7 : Lembar Konsul xii
  • 13. 13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Anatomi Payudara........................................................................... 39 xiii
  • 14. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam organik yang di sekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu dan merupakan kebutuhan makanan terbaik untuk bayi. Selain memenuhi segala kebutuhan bayi baik gizi, imunologi, atau lainnya pemberian ASI memberi kesempatan bagi ibu mencurahkan cinta kasih serta perlindungan kepada anaknya. Fungsi ini tidak mungkin dapat dialihkan kepada ayah/suami dan merupakan suatu kelebihan kaum wanita. ASI esklusif di berikan sejak umur 0 sampai 6 bulan. (Bahiyatun,2013; h.29) ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi. ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.19) Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah putting susu lecet, Kebanyakan puting susu nyeri/lecet disebabkan oleh kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi tidak
  • 15. 2 menghisap sampai ke aerola payudara. Bila bayi menyusu hanya pada puting bayi akan mendapatkan ASI sedikit karena gusi bayi tidak menekan karena pada daerah sinus laktiferus. Hal ini dapat menyebabkan nyeri atau lecet pada puting ibu. (Bahiyatun, 2013; h.29-30). Sebanyak 57% ibu yang menyusui di laporan pernah menderita kelecetan pada puting. Penyebab lecet tersebut adalah kesalahan dalam teknik menyusui, monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, akibat pemakaian sabun , alcohol, krim tau zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu, bayi dengan lidah pendek. (Siti Saleha,2009; h.102-103) Berdasarkan survey yang dilakukan di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung pada tanggal 04 april 2015 terdapat 1 ibu post partum, Ny.M umur 25 tahun 2 hari post partum. Setelah dilakukan pengkajian Ny.M mengalami puting susu lecet. Dari hasil wawancara dan menggunakan checklist teknik menyusui yang benar yang disusun oleh TIM Dosen Akbid Adila Bandar Lampung serta pemeriksaan fisik yang dilakukan ternyata ibu kurang mengerti/memahami tentang cara mengatasi putting susu lecet yang terjadi pada payudaranya dan hasil observasi mengenai teknik menyusui ibu tidak tahu akan teknik menyusui yang benar. Berdasarkan data tersebut sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post
  • 16. 3 partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015” 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah study kasus ini sebagai berikut “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015” 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum Penulis mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas Terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney. 1.3.1 Tujuan khusus 1.3.1.1 Diharapkan penulis dapat melakukan pengkajian data pada ibu nifas terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 1.3.1.2 Diharapkan penulis dapat melakukan interpretasi data dasar pada Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M usia 25
  • 17. 4 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 1.3.1.3 Diharapkan penulis dapat menentukan diagnosa atau masalah potensial terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 1.3.1.4 Diharapkan penulis antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.1.5 Diharapkan penulis dapat menentukan rencana tindakan terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 1.3.1.6 Diharapkan penulis dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada nifas khususnya Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015 1.3.1.7 Diharapkan penulis mampu mengevaluasi Asuhan Kebidanan yang telah dilakukan terhadap Ny.M usia 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung tahun 2015
  • 18. 5 1.4 Ruang lingkup 1.4.1 Sasaran Obyek penelitian dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah ibu nifas terhadap Ny.M umur 25 tahun P1A0 2 hari post partum dengan puting susu lecet 1.4.2 Tempat Dilaksanakan di rumah pasien di Jl. Imam Bonjol Gg Terong 4, Kemiling Bandar Lampung. 1.4.3 Waktu Pada tanggal 4 april sampai tanggal 9 april tahun 2015. 1.5 Manfaat penulisan Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat menambah manfaat : 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi yang berhubungan dengan masalah pada ibu nifas. 1.5.2 Bagi pasien Diharapkan dengan dilakukan penelitian tersebut ibu menyusui yang mempunyai bayi mengetahui bahwa menyusui bayinya dengan tekhnik menyusui yang benar sangat dianjurkan karena untuk mencegah terjadinya masalah-masalah pada saat menyusui.
  • 19. 6 1.5.3 Bagi lahan praktek Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat mengoptimalkan system penyuluhan tentang penyebab terjadi nya puring susu lecet akibat tekhnik menyusui yang tidak benar. 1.5.4 Bagi penulis Memperoleh ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya studi kasus dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat. 1.6 Metode penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah: 1.6.1 Metode penulisan Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penulisan deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.138) 1.6.2 Teknik memperoleh data Untuk memperoleh data tehnik yang digunakan sebagai berikut:
  • 20. 7 1.6.2.1 Data primer A. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan muka dengan orang tersebut (face to face). (Soekidjo Notoatmodjo,2005; h.102) Wawancara di lakukan dengan cara : 1. Auto Anamnesa Yaitu anamnesa yang di lakukan kepada pasien langsung. Jadi data yang di peroleh adalah data primer dan langsung dari sumbernya. (Ari Sulistyawati, 2009; h.111) B. Pengkajian Fisik Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi) (Suryani Soepardan, 2008; h.98)
  • 21. 8 1.6.2.2 Data Sekunder Sumber informasi yang bukan dari tangan pertama, dan yang bukan mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap informasi atau data tersebut. A. Studi pustaka Bahan-bahan pustaka merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu penelitian. Hasil penelitian yang baik perlu di tunjang dengan bahan perpustakaan yang memadai dan yang baik. Bahan-bahan perpustakaan yang dapat di gunakan untuk menunjang latar belakang masalah, kerangka teoritis, dan hipotesi penelitian, dapat digolongkan kedalam; buku yang di terbitkan, berbagai jenis penerbitan berkala seperi majalah, jurnal, bulletin, brosur, atau sebagainya, berbagai harian atau surat kabar, karangan atau makalah ilmiah yang tidak di terbitkan seperti makalah, skripsi, tesis, dan di sertai laporan-laporan penelitian dan instansi resmi. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005; h.63-65)
  • 22. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (peurperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Siti Saleha, 2009; h.2). Masa nifas (peurperium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas 6-8 minggu (Bahiyatun, 2009; h.2) Masa nifas (peurperium) adalah masa yang di mulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ari Sulistyawati, 2009; h.1) 2.1.1.2 Tujuan asuhan masa nifas a. Mendeteksi adanya perdarahan pada masa nifas. Tujuan perawatan masa nifas adalah untuk menghindarkan/mendeteksi
  • 23. 10 adanya kemungkinan adanya perdarahan post partum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong sebaiknya tetap waspada, sekurang-kurangnya satu jam postpartum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan. Umumnya wanita sangat lemah setelah melahirkan, terlebih bila partus berlangsung lama. b. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus di berikan oleh penolong persalinan. Ibu di anjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang dan baru membersihkan daerah sekitar anus. Sarankan ibu untuk mecuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari atau tidak menyentuh daerah luka. c. Melakukan skrining secara komprehensif. Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk melakukan
  • 24. 11 pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU, pengawasan TTV, pengawasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu. Bila ditemukan permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan tindakan sesuai dengan standar pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas. d. Memberikan pendidikan kesehatan diri. Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian imunisai kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu post partum harus diberikan pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai berikut. 1. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui). e. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu sebagai berikut. 1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering 2. Menggunakan bra yang menyokong payudara
  • 25. 12 f. Apabila putting susu lecet, oleskan kolostrum atau asi yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap di mulai dari putting susu yang tidak lecet. g. Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadi bendungan Asi. h. Konseling mengenai KB. Bidan memberikan konseling mengenai KB, antara lain seperti ini. 1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang kurangnya 2 tahu sebelum ibu hamil kembali. 2. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah persalinan. 3. Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektifitasnya, efek samping,untung ruginya, serta kapan metode tersebut dapat digunakan. 4. Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2 minggu ibu dianjurkan untuk kembali. Hal ini untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik. 2.1.1.3 Peran dan tanggung jawab bidan a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
  • 26. 13 b. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayinya, serta keluarga c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. d. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi. e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarga mengenai cara mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikan kebersihan yang aman. g. Melakukan menajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. h. Memberikan asuhan secara professional
  • 27. 14 2.1.1.4 Tahapan Masa Nifas Beberapa tahapan masa nifas adalah sebagai berikut : a. Peurperium dini Yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitasnya layaknya wanita normal lainnya b. Peurperium intermediate Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu. c. Peurperium remote Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama waktu hamil atau persalinan mempunyai komplikasi. 2.1.1.5 Kunjungan masa nifas Masa nifas paling sedikit 4 kali.Kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi serta menangani masalah-masalah yang terjadi. a. 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila pendarahan berlanjut.
  • 28. 15 3. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. 4. Pemberian ASI awal. 5. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 6. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b. 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus bawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. 2. Menilai adanya tanda-tanda demam. Infeksi, dan perdarahan abnormal. 3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat. 4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit. 5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. c. 2 minggu setelah persalinan Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba bagian rahim.
  • 29. 16 d. Enam minggu setelah persalinan 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. 2. Memberikan konseling untuk KB secara dini. (Dewi dan Sunarsih,2011; h.2-5) 2.1.1.6 Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas a. Perubahan Sistem Reproduksi Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur- angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya, perubahan-perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut : 1. Uterus Segera setelah plasenta lahir pada uterus yang berkontraksi posisi fundus uteri berada kurang lebih pertengahan antara umbilicus dan simpisis, atau sedikit lebih tinggi. Dua hari kemudian, kurang lebih sama dan kemudian mengerut, sehingga dalam dua minggu telah turun masuk kedalam rongga pelvis dan tidak dapat diraba lagi dari luar. Involusi uterus melibatkan pengreorganisian dan pengguguran desidua serta pengelupasan situs plasenta, sebagaimana diperlihatkan
  • 30. 17 dengan pengurangan dalam ukuran dan berat serta oleh warna dan banyaknya lokea, banyaknya lokea kecepatan involusi tidak akan terpengaruh oleh pemberian sejumlah preparat metergin dan lainnya dalam proses persalinan. Involusi tersebut dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya. Setelah melahirkan rahim akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Involusi uteri Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi Tabel 2.1 Involusi uterus Involusi TFU Berat uterus Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simpisis 350 gram 6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari. (Anggraini, 2010; h.37)
  • 31. 18 2. Lokia Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi tiga jenis, yaitu : lokia rubra, sangulenta, dan lokia serosa atau alba. a) Lokia rubra (cruenta) berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desisdua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium selama 2 hari pascapersalinan. Inilah lokia yang akan keluar selama dua sampai tiga hari postpartum. b) Lokia sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapersalinan. c) Lokia serosa adalah lokia berikutnya. Dimulai dengan versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lokia ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan. Lokia alba mengandung terutama cairan serum, jaringan desidua, luekosit, dan eritrosit. d) Lokia alba adalah lokia yang terakhir. Dimulai dari hari ke- 14 kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya bentuknya
  • 32. 19 seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua. 3. Endometrium Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta. 4. Serviks Segera setelah berakhirnya kala TU, serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet, terutama di bagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan diri retak karena robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum.
  • 33. 20 5. Vagina Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerpurium merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada minggu ketiga. b. Perubahan Sistem Pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu dalam masa laktasi. Pada ibu nifas terutama yang partus lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak peristaltic usus, serta bisa juga karena pengaruh psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum. (Siti Saleha, 2009; h.54-58)
  • 34. 21 c. Perubahan Sistem Perkemihan 1. Mencapai hemostatis internal a) Keseimbangan cairan dan elektrolit Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri atas air dan unsur- unsur yang terlarut didalamnya. Sebanyak 70% dari air tubuh terletak didalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraseluler. Kandungan air sisanya disebut cairan ekstraseluler. b) Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. c) Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti. 2. Keseimbangan asam basa tubuh Batas normal ph cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila ph>7,4 disebut alkalosis dan jika ph<7,35 disebut asidosis. 3. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun, dan zat toksin Ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.62)
  • 35. 22 d. Perubahan Tanda-Tanda Vital 1. Suhu badan 24 jam postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5o C-38o C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Kita anggap nifas terganggu kalau ada demam lebih dari 38o C pada 2 hari berturut-turut pada 10 hari yang pertama postpartum, kecuali hari pertama dan suhu harus diambil sekurang-kurangnya 4x sehari. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.84) 2. Nadi Nadi dalam keadaan normal selama masa nifas kecuali karena pengaruh partus lama, persalinan sulit dan kehilangan darah yang berlebihan. Setiap denyut nadi diatas 100x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. 3. Tekanan darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Pasca melahirkan pada kasus normal,
  • 36. 23 tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darh tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. 4. Pernafasan Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali/menit. Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat dan normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. e. Perubahan Sistem Endokrin 1. Hormon plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam
  • 37. 24 3 jam hingga hari ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada hari ke-3 post partum. 2. Hormon pituitary Hormone pituitary antara lain : hormone prolaktin, FSH dan LH. Hormone prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. 3. Hipotalamik pituitary ovarium Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan, sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu. 4. Hormon oksitosin Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Isapan bayi dapat merangasang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri. 5. Hormon estrogen dan progesteron Volume darah normal selama kehamilan , akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti
  • 38. 25 diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina. (Aiyeyeh Rukiyah dkk, 2011; h.68-74) f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh- pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit, proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan. Ligamen-ligamen, diafragma, pelvis, serta fasia yang meregang pada waktu persalinan, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan- jaringan penunjang alat genetalia, serta otot-otot dinding perut dan dasar panggul, dianjurkan untuk melakukan latihan-latihan tertentu. Pada 2 hari post partum, sudah dapat fisioterapi. (Ari Sulistyawati, 2009; h.79)
  • 39. 26 g. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobulin kembali normal pada hari ke 5. Kehilangan darah pada persalinan pervaginan sekitar 300-400 cc, sedangkan kehilangan darah dengan persalinan seksio sesaria menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu. h. Perubahan Sistem Hematologi Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma dari pada sel darah, penurunan plasma di tambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan diasosikan dengan peningkatan hematoktrit, dan haemoglobin pada hari ketiga sampai tujuh hari setelah persalinan. Jumlah sel darah putih (leukosit) selama 10-12 setelah persalinan umumnya berkisar antar 20.000- 25.000/mm, faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan, trauma atau sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi tertinggi dan
  • 40. 27 pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran tempat pelepasan plasenta. (Aiyeyeh Rukiah dkk, 2011; hal.70-71) 2.1.1.7 Perubahan Psikologi dalam Masa Nifas a. Proses adaptasi psikologis ibu dalam masa nifas Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut : 1. Fase taking in Fase taking in yaitu priode ketergantungan yang berlangsung ada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan, pada sat itu fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri. Pengalaman ibu selama proses persalinan berulang kali diceritakannya. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi pasif terhadap lingkungan sekitar. Kemampuan mendengarkan dan menyediakan waktu yang cukup merupakan dukungan yang tidak ternilai bagi ibu. Kehadiran suami dan keluarga sangat diperlukan pada fase ini. 2. Fase taking hold Fase taking hold adalah priode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. pada fase ini ibu merasa khawatir
  • 41. 28 akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu memiliki perasaan yang sangat sensitif sehingga mudah tersinggung sehingga kita perlu berhati-hati dalam berkomunikasi dengan ibu. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri. 3. Fase letting go Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya. Serta kepercayaan dirinya sudah meningkat. Pendidikan kesehatan yang kita berikan pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu, ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. b. Post Partum Blues Post partum blues atau sering juga disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala berikut:
  • 42. 29 1. Reaksi depresi/sedih/disforia 2. Sering menangis 3. Mudah tersinggung 4. Cemas 5. Labilitas perasaan 6. Cenderung menyalahkan diri sendiri 7. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan 8. Kelelahan 9. Mudah sedih 10. Cepat marah 11. Mood mudah berubah, cepat menjadi sedih, dan cepat pula menjadi gembira 12. Perasaan terjebak dan juga marah terhadap pasangannya, serta bayinya 13. Perasaan bersalah 14. Pelupa. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.65-67). 2.1.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas a. Nutrisi dan cairan Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi
  • 43. 30 1. Kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama ibu menyusui dibandingkan selama ibu hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan rata-rata ibu menggunakan kira-kira 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan 510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal. Rata-rata ibu harus mengkonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. 2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein diatas kebutuhan normal ketika menyusui jumlah ini hanya 16 % dari tambahan 500 kalori yang dianjurkan pada ibu nifas. Protein diperlukan untuk membawa oksigen didalam sel darah merah serta pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak dan mati. Sumber protein diperoleh dari protein hewani dan nabati. Protein hewani antara lain :seperti telur, danging, ikan, udang, kerang, susu dan keju. Sementara itu protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-kacangan dan lain-lain. 3. Nutrisi lain yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan. Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter perhari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah. Mineral, air, dan vitamin digunakan untuk kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat
  • 44. 31 pengatur tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah- buahan segar. 4. Pil zat besi (FE) harus diminum 1x1 sehari, untuk menambah zat besi selama 40 hari pascapersalinan. 5. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. b. Ambulasi Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk secepat mungkin membimbing ibu atau penderita keluar dari tempat tidur dan membimbingnya secepat mungkin untuk dapat berjalan. Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dikerjakan setelah 2 jam (ibu boleh miring kekanan dan miring kekiri untuk mencegah adanya trombosit). Perawatan mobilisasi dini mempunyai keuntungan yaitu sebagai berikut : 1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi atau mencegah infeksi puerperium 2. Mempercepat involusi uterus 3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat kelamin
  • 45. 32 4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah ibu sehingga mempercepat fungsi pengeluaran ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.71-73) c. Eliminasi Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam post partum belum dapat berkemih, atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan katerisasi. Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah). (Siti Saleha, 2009; h.73) d. Istirahat Istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas agar pegembalian fungsi organ-organ tubuh setelah 40 minggu kehamilan mengalami beberapa perubahan baik anatomi maupun fungsinya. Kurang istirahat akan memengaruhi ibu dalam beberapa hal : 1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. 2. Memperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan.
  • 46. 33 3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. (Aiyeyeh Rukiyah dkk, 2011; h.127) Anjurkan ibu untuk : 1. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan 2. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur 3. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan lahan 4. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. (Suherni dkk, 2009; h.104) e. Personal Hygiene 1. Puting susu Harus di perhatikan kebersihannya dan luka pecah harus segera di obati karena kerusakan puting susu merupakan port de entree dan dapat menimbulkan mastitis. Air susu yang menjadi kering akan menjadi kerak dan dapat merangsang kulit sehingga timbul enzema. Oleh karena itu, sebaiknya putting susu di bersihkan dengan air yang telah di masak, tiap kali sebelum dan sesudah menyusukan bayi. 1. Patrum lokia Lokia adalah cairan yang keluar dari vagina pada masa nifas yang tidak lain adalah secret dari rahim terutama luka plasenta.
  • 47. 34 f. Perineum Bila sudah buang air besar atau buang air kecil, perineum harus di bersihkan secara rutin. Caranya di bersihkan dengan sabun yang lembut minimal sehari sekali. Biasanya ibu akan takut akan jahitan yang lepas, juga merasa sakit sehingga perineum tidak di bersihkan atau tidak di cuci. Langkah-langkah penanganan kebersihan diri adalah sebagai berikut : 1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh 2. Ajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu dari depan kebelakang, baru kemudian dibersihkan daerah sekitar anus. 3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2 kali sehari 4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air, sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin. 5. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarnkan kepada ibu untuk menghindari menyentuh luka. g. Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan 1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak
  • 48. 35 merasakan ketidaknyamanan, maka aman untuk memulai hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali ( Dewi dan Sunarsih, 2011; h.74-77 ). 1.1.1.9 Tanda Bahaya Masa Nifas Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah : a. Demam tinggi melebihi 38ºC b. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalm setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk. c. Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri ulu hati. d. Sakit kepala parah/terus menerus dan pandangan nanar/masalah penglihatan. e. Pembengkakan pada wajah, jari-jari atau tangan. f. Rasa sakit, merah atau bengkak dibagian betis atau kaki g. Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam
  • 49. 36 h. Puting payudara berdarah atau mereka, sehingga sulit untuk menyusui. i. Tubuh lemas dan terasa seprti mau pingsan, merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. j. Kehilangan nafsu makan dalam waktu lama k. Tidak bisa buang air besar selama tiga hari atau rasa sakit waktu buang air kecil l. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau sendiri-sendiri. (Anik Maryunani, 2009; h.139-140) 1.1.1.10 Proses laktasi dan menyusui a. Anatomi payudara Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seseorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu, untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. Payudara (mammae) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit, diatas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar
  • 50. 37 payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram. 1. Letak : setiap payudara terletak pada sternum dan meluas setinggi costa kedua dan keenam. Payudara ini terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada yang disangga oleh ligamentum suspensorium. 2. Bentuk : masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau aksila. 3. Ukuran : ukuran payudara berbeda pada setiap individu, juga tergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada yang lainnya. b. Struktur makroskopis Struktur makroskopis dari payudara adalah sebagai berikut : 1. Cauda aksilaris Adalah jaringan payudara yang meluas kearah aksila. 2. Areola Adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi. Areola pada masing-masing payudara memiliki garis tengah kira-kira 2,5 cm. letaknya
  • 51. 38 mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. 3. Papilla mammae Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara, maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat, lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening serat-serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi sedangkan otot-otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Bentuk putting ada 4 macam yaitu bentuk yang normal, pendek/datar, panjang dan terbenam.
  • 52. 39 Gambar 2.1 Struktur makroskopis c. Struktur mikroskopis 1. Alveoli Alveolus merupakan unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. 2. Duktus laktiferus Adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus laktiferus. 3. Ampulla Adalah bagian dari duktus laktiferus yang melebar, merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak dibawah areola.
  • 53. 40 Lanjutan setiap duktus laktiferus Meluas dari ampulla sampai muara pailla mammae. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.7-9) d. Fisiologi laktasi Proses ini juga dikenal juga dengan istilah inisiasi menyusui dini, dimana ASI baru akan keluar setelah ari-ari atau plasenta lepas. Plasenta mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang menghambat pembentukan ASI. 1. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Namun, ada kalanya seorang ibu mengalami masalah dalam pemberian ASI tidak lancar. (Siti Saleha, 2009; h.11) 2. Pembentukan air susu Pada ibu yang menyusui memiliki dua reflek yang masing- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut. a) Reflek prolaktin Pada akhir kehamilan, hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi.
  • 54. 41 Setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, di tambah dengan isapan bayi yang merangsang putting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor- faktor yang memacu sekresi prolaktin. faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. b) Reflek let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikelurakan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli
  • 55. 42 dan masuk ke dalam sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan reflek let down adalah sebagai berikut : 1) Melihat bayi 2) Mendengar suara bayi 3) Mencium bayi 4) Memikirkan untuk menyusui bayi. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.12-13) e. Manfaat pemberian ASI 1. Manfaat Bagi bayi a) Komposisi sesuai kebutuhan b) Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan c) ASI mengandung zat pelindung d) Perkembangan psikomotorik lebih cepat e) Menunjang perkembangan kognitif f) Menunjang perkembangan penglihatan g) Memperkuat ikatan bati antara ibu dan anak h) Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat i) Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
  • 56. 43 2. Manfaat Bagi ibu a) Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula b) Mencegah anemia defisiensi zat besi c) Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil d) Menunda kesuburan e) Menimbulakan perasaan dibutuhkan f) Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium 3. Manfaat bagi keluarga a) Mudah dalam proses pemberiannya b) Mengurangi biaya rumah tangga c) Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya yang berobat 4. Manfaat bagi Negara a) Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan b) Pengematan devisa dalam hal pembelian susu formula dan perlengkapan menyusui c) Mengurangi polusi d) Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. (Saleha, 2009; h.31-33)
  • 57. 44 f. Komposisi ASI Komposisi gizi dalam ASI ASI adalah makanan terbaik untuk bayi.ASI khusus dibuat untuk bayi manusia. Kandungan gizi dari ASI sangat khusus dan sempurna, serta sesuai dengan kebutuhan tumbuh kembang bayi. 1. Protein Keistimewaan protein dalam ASI dapat dilihat dari rasio protein whey: kasein =60:40, dibandingkan dengan air susu sapi yang rasionya =20:80. ASI mengandung alfa-laktabumin, sedangkan air susu sapi mengandung beta-laktoglobulin dan bovine serum albumin. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi. Kadar metiolin dalam ASI lebih rendah daripada susu sapi, sedangkan sisitin lebih tinggi. Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah. Kadar poliamin dan nukleotid yang penting untuk sisitesis protein pada ASI lebih tinggi dibandingkan air susu sapi. 2. Karbohidrat ASI mengandung karbohidrat lebih tinggi dari air susu sapi (6,5-7 gram). Karbohidrat yang utama adalah laktosa. 3. Lemak Bentuk emulsi lebih sempurna. Kadar lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih besar dari susu sapi. Asam lemak rantai
  • 58. 45 panjang berperan dalam perkembangan otak. Kolestrol yang diperlukan untuk mielinisasi susunan saraf pusat dan diperkirakan juga berfungsi dalam perkembangan pembentukan enzim. 4. Mineral ASI mengandung mineral lengkap. Total mineral selama laktasi adalah konstan. Fa dan Ca paling stabil, tidak terpengaruh diet ibu. Garam organic yang terdapat dalam ASI terutama kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. ASI memiliki kalsium, fosfor, sodium potassium, dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi. Bayi yang diberi ASI tidak akan menerima pemasukan suatu muatan garam yang berlebihan sehingga tidak memerlukan air tambahan di bawah kondisi-kondisi umum. 5. Air Kira-kira 88% ASI terdiri atas air yang berguna melarutkan zat- zat yang terdapat didalamnya sekaligus juga dapat meredakan rangsangan haus dari bayi. 6. Vitamin Kandungan vitamin dalam ASI adalah lengkap, vitamin A, D, dan C cukup. Sementara itu, golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam penthotenik lebih kurang.
  • 59. 46 a) Vitamin A : air susu manusia sudah masak (dewasa mengandung 280 IU) vitamin A dan kolustrum mengandung sejumlah dua kali itu. Susu sapi hanya mengandung 18 IU. b) Vitamin D : vitamin D larut dalam air dan lemak, terdalam air susu manusia. c) Vitamin E : kolostrum manusia kaya akan vitamin E, fungsinya adalah untuk mencegah hemolitik anemia, akan tetapi juga membantu melindungi paru-paru dan retina dari cedera akibat oxide. d) Vitamin K : diperlukan untuk sintesis faktor-faktor pembekuan darah, bayi yang mendapatkan ASI mendapat vitamin K lebih banyak. e) Vitamin B kompleks : semua vitamin B ada pada tingkat yang diyakini memberikan kebutuhan harian yang diperlukan. f) Vitamin C : vitamin C sangat penting dalam sintesis kolagen, ASI mengandung 43 mg/100 ml vitamin C dibandingkan dengan susu sapi.
  • 60. 47 g. Stadium ASI ASI dibedakan dalam tiga stadium yaitu sebagai berikut : 1. Kolostrum ASI yang dikeluarkan pada hari pertama sampai hari ke tiga bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibanding dengan ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.25) Cairan pertama yang diperoleh bayi pada ibunya adalah kolustrum, yang mengandung kaya akan protein, mineral, dan antibodi dari pada ASI yang telah matang. ASI mulai ada kira- kira pada hari ke-3 atau hari ke-4. Kolostrum berubah menjadi ASI yang matang kira-kira 15 hari sesudah bayi lahir. Kolostrum merupakan cairan dengan viskositas kental, lengket, dan berwarna kekuningan. 2. ASI transisi/peralihan ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolustrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari ke-4 sampai hari ke-10. Selama dua minggu, volume air susu bertambah banyak dan berubah warna, serta komposisinya. Kadar immunoglobulin dan protein menurun, sedangkan lemak dan laktosa meningkat.
  • 61. 48 3. ASI matur ASI matur disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya. ASI matur tampak berwarna putih. Kandungan ASI matur relatif konstan, tidak menggumpal bila dipanaskan. Air susu yang mengalir pertama kali atau saat lima menit pertama disebut foremilk. Foremilk lebih encer, serta mempunyai kandungan rendah lemak, tinggi laktosa, gula, protein, mineral ,dan air. h. Tanda bayi cukup ASI 1. Bayi minum ASI tiap 2-3jam atau dalam 24 jam minimal mendapat ASI 8 kali pada 2 sampai 3 minggu pertama 2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir 3. Bayi akan BAK paling tidak 6-8 kali/hari 4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI 5. Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis 6. Warna bayi merah dan kulit terasa kenyal 7. Pertumbuhan berat badan BB dan tinggi badan TB bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan 8. Perkembangan monotorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentan usianya
  • 62. 49 9. Bayi keliahatan puas sewaktu-waktu akan lapar akan bangun dan tidur dengan cukup 10.Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian mengantuk dan tertidur pulas. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.19-24) 2.1.1.11 Masalah dalam menyusui Beragam masalah sering terjadi pada saat menyusui, bidan/perawat perlu mengetahui masalah-masalah yang sering terjadi ini, agar dapat memberikan dukungan bagi ibu untuk menyusui secara berhasil. Masalah-masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi antara lain : a. Stress Ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai anak sering kali merasa kurang percaya diri sehingga timbul stress. Masalah yang dihadapi ibu yang kurang percaya diri dalam menyusui ini antara lain : 1) Ibu masih takut untuk memegang, menggendong maupun menyusui bayinya 2) Lingkungan keluarga terdekat seperti suami, orang tua atau saudara yang tinggal serumah tidak memberi dukungan Cara mengatasinya : Bidan/perawat dapat memberikan nasihat pada ibu dan keluarga agar ibu berhasil menyusui dengan penuh rasa percaya diri dengan
  • 63. 50 1) Meyakinkan ibu bahwa ibu dapat menyusui dan ibu harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan bayinya dan produksi ASI tidak tergantung pada besar kecilnya payudara 2) Menganjurkan suami dan keluarga terdekat untuk memberikan dukungan dengan cara antara lain menenangkan atau membantu perawatan sederhana seperti mengganti popok, menidurkan, dan sebagainya. b. Puting susu datar atau terbenam Untuk mengetahui apakah puting susu datar/terbenam yaitu dengan cara menjepit areola antara ibu jari telunjuk dibelakang putting susu. Bila puting susu menonjol berarti puting tersebut normal, namun bila puting tidak menonjol berarti puting susu datar/terbenam. Cara mengatasinya : Dengan menggunakan pompa puting. Puting susu yang datar dan terbenam dapat dibantu agar menonjol dan dapat dihisap oleh mulut bayi. Upaya ini dapat dimulai sejak kehamilan 3 dan biasanya hanya perlu dibantu hingga bayi berusia 5-7 hari. Puting juga bisa ditarik keluar secara teratur hingga puting akan sedikit menonjol dan dapat diisapkan kemulut bayi, puting akan lebih menonjol lagi. (Anik Maryunani, 2009; h.90-91)
  • 64. 51 c. Puting susu lecet/nyeri Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada putting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 48 jam. d. Payudara bengkak Pada payudara bengkak tampak payudara oedem, sakit, putting kencang, kulit mengkilap walau tidak merah, dan bila diperiksa/dihisap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Payudara bengkak disebabkan karena menyusui yang tidak kontinu sehingga sisa ASI terkumpul pada daerah duktus. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah payudara bengkak adalah sebagai berikut. 1) Menyusui bayi segera setelah lahir dengan posisi dan perlekatan yang benar. 2) Menyusui bayi tanpa jadwal (nir-jadwal dan on demand).
  • 65. 52 3) Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. 4) Jangan memberikan minuman lain pada bayi 5) Lakukan perawatan payudara pascapersalinan (masase dan sebagainya). (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.39-40) e. Saluran susu tersumbat Berikut ini akan dijelaskan mengenai penyebab, gejala, dan pencegahan saluran susu yang tersumbat. Hal-hal yang menjadi penyebab saluran susu tersumbat adalah sebagai berikut : 1) Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui 2) Pemakaian bra yang terlalu ketat 3) Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga terbentuklah sumbatan Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut : 1) Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan 2) Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang terlokalisir.
  • 66. 53 Penatalaksanaan : Saluran susu yang tersumbat ini harus dirawat, sehinggabenar- benar sembuh, untuk menghindari terjadinya radang payudara (mastitis). 1) Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres panas dan dingin secara bergantian 2) Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui 3) Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI (Siti Saleha,2009; h.107). f. Mastitis/radang payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara bagian yang terkena menjadi merah, bengkak, nyeri dan panas. Ibu bisa mengalami demam bahkan disertai menggigil. Mastitis biasanya terjadi pada masa 1-3 minggu setelah melahirkan akibat saluran susu tersumbat dan tidak segera diatasi. (Anik Maryunani, 2009; h.95) Cara mengatasinya : 1) Kompres hangat/panas dan pemijatan 2) Rangsang oksitosin : dimulai pada payudara yang tidak sakit, yaitu stimulasi puting, pijat leher-punggung, dan lain-lain
  • 67. 54 3) Pemberian antibiotik : flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari 4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri 5) Kalau sudah terjadi abses sebaiknya payudara yang sakit tidak boleh disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.41) g. Abses payudara Abses payudara dapat terjadi akibat mastitis yang terlambat diobati. Ibu tampak kesakitan, payudara merah mengkilap dan benjolan yang teraba mengandung cairan berupa nanah. Cara mengatasinya : 1) Jika susu terjadi abses, payudara yang sakit tidak boleh disusukan, mungkin perlu tindakan bedah. Tapi payudara yang sehat harus tetap digunakan untuk menyusui dengan perawatan dan kebersihan yang sebaik mungkin 2) Rujuk ibu ke dokter bedah untuk dilakukan insisi dan drainase pus/nanah 3) Pemberian antibiotic dosis tinggi dan obat analgesic/antipiretik oleh dokter 4) Ibu harus cukup istirahat (Anik Maryunani, 2009; h.96).
  • 68. 55 2.1.2 Puting susu lecet Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush (candidates) atau dermatitis. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.46) 2.1.2.1 Penyebab puting susu lecet Putting susu lecet ini sering terjadi saat minggu pertama setelah bayi lahir, hal ini biasanya disebabkan oleh : a. Kesalahan dalam tekhnik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada puting susu saja tidak sampai ke areola. b. Adanya monilisir pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu. c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci puting. d. Bayi dengan tali lidah (frenulum lingue) yang pendek, menyebabkan bayi hanya dapat mengisap sampai puting susu ibu saja. e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati-hati. (Anik Maryunani, 2009; h.92)
  • 69. 56 2.1.2.2 Cara mengatasi : Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut: a. Cari penyebab puting susu lecet b. Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu normal yang lecetnya sedikit c. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara d. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) e. Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam f. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun g. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian diantara kedua payudara h. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering i. Pergunakan bra yang menyangga.(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.39)
  • 70. 57 Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak. (Bahiyatun, 2009; h.117) 2.1.2.3 Tekhnik menyusui a. Pengertian tekhnik menyusui Tekhnik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan benar. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.30) Cara menyusui sangat mempengaruhi kenyamanan bayi menghisap air susu. Bidan/perawat perlu memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan (nifas) tentang cara-cara menyusui yang sebenarnya agar tidak menimbulkan masalah. b. Cara menyusui yang baik dan benar 1) Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan ke putting susu dan areola sekitarnya. Hal ini bermanfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembutan puting susu. 2) Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara a) Ibu duduk atau berbaring. b) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
  • 71. 58 c) Bayi menempel pada ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). d) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. e) Ibu menatap bayi dengan penuh kasih sayang. 3) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang dibawah, jangan menekan puting susu dan areolanya saja. 4) Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi bayi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi. 5) Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan puting susu serta areola dimasukkan kemulut bayi. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi, sehingga puting susu berada dibawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak dibawah areola. 6) Setelah bayi menyusu pada salah satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi, yaitu : a) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut.
  • 72. 59 b) Dagu bawah bayi ditekan. 7) Menyusui berikutnya mulai dari payudara yang belum terkosongkan (yang dihisap terakhir). 8) Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting susu dan areolanya sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya. 9) Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah. (Anik Maryunani, 2009; h.76-78) c. Waktu menyusui Pada bayi yang baru lahir akan menyusui lebuh sering, rata-rata adalah 10-12 kali menyusui tiap 24 jam, bahkan 18 kali. menyusui on demand adalah menyusui kapan pun bayi meminta atau di butuhkan oleh bayi (akan lebih banyakdari rata-rata menyusui). (Reni Yuli Astutik, 2014;h.60) Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : 1) Bayi tampak tenang 2) Badan bayi menempel pada perut ibu 3) Mulut bayi terbuka lebar 4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
  • 73. 60 5) Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk 6) Bayi nampak menghisap dengan ritme perlahan-lahan 7) Puting susu tidak terasa nyeri 8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 9) Kepala bayi tidak menengadah (Siti Saleha, 2009; h.37) 2.2 Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahap-tahap yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik.
  • 74. 61 2.2.2 Langkah dalam manajemen kebidanan menurut varney Langkah I: Pengumpulan data dasar Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : i. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien. ii. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda- tanda vital. (Suryani Soepardan, 2008; h.96-97) A. Data subjektif 1. Biodata Yang mencakup identitas pasien : a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental psikisnya belum siap, sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
  • 75. 62 c. Agama Memudahkan bidan melakukan pendekatan dalam melaksanakan asuhan kebidanan. d. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. e. Suku/bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. 2. Keluhan utama Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas.
  • 76. 63 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat kesehatan yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, DM, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. b. Riwayat kesehatan sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya c. Riwayat kesehatan keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya 4. Riwayat obstetric a. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
  • 77. 64 b. Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini. 5. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. 6. Kehidupan social budaya Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantang makan. 7. Data pengetahuan Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan sehingga akan menguntungkan selama masa nifas.
  • 78. 65 8. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari a. Nutrisi Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan-makanan pantangan. b. Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. c. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya membaca, mendengarkan music, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur kebiasaan tidur, siang, penggunaan waktu luang. d. Personal hygiene Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. e. Aktivitas Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu melakukan
  • 79. 66 ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.131-137) B. Data obyektif Setelah data subjektif kita dapatkan, untuk melengkapi data kita dalam menegakkan diagnosis, maka kita harus melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang dilakukan secara berurutan. Langkah-langkah pemeriksaannya sebagai berikut: a. Keadaan umum Untuk mengetahui data ini kita cukup dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. 1) Baik Jika pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami ketergantungan dalam berjalan. 2) Lemah Pasien dimasukan dalam criteria ini jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
  • 80. 67 b. Kesadaran Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian tingkat keasdaran mulai dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan koma. c. Tanda vital 1) Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya pre eklamsia postpartum. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.85) 2) Nadi Nadi normal pada orang dewasa 60-80x/menit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat, setiap Denyut nadi diatas 100x/menit pada masa nifas adalah mengidentifikasikan adanya infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.138) 3) Suhu Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga disebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama
  • 81. 68 awal persalinan. Tetapi pada umumnya setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38ºC adalah mengarah ketanda-tanda infeksi 4) Pernapasan Pernafasan harus berada dalam rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.139). d. Pemeriksaan fisik 1) Kepala Pengkajian di awali dengan inspeksi lalu palpasi 2) Muka Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat. Ketidak simetrisan muka menunjukan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (Nervus Fasialis) 3) Mata Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang digunakan inspeksi dan palpasi 4) Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga. Gendang telinga/membran timpani, dan pendengaran. Teknik yang digunakan adalah inspeksi dan palpasi
  • 82. 69 5) Hidung Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus-sinus 6) Mulut Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut 7) Leher Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ-organ lain yang berkaitan. Pengkajian dimulai dengan inspeksi kemudian palpasi. 8) Dada Mengkaji kesehatan pernafasan (Tambunan dan Kasim, 2011; h.66-83) 9) Payudara Umumnya ASI keluar 2-3 hari setelah melahirkan. Namun di payudara sudah terbentuk kolostrum yang baik sekali untuk bayi, karena mengandung zat kaya gizi dan antibiotik pembunuh kuman (Siti Saleha, 2009; h.11) 10) Perut a) Keadaan abdomen Uterus normal : (1) Berkontraksi baik (2) Tidak berada di atas ketinggian fundal saat masa nifas segera
  • 83. 70 Uterus Abnormal : a) Lembek b) Di atas ketinggian fundal saat masa postpartum segera Kandung kemih : bisa buang air / tak bisa buang air 11) Keadaan genetalia a) Lochea : Normal : (1) Merah segar (lokhea rubra) (2) Bau biasa (3) Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) (4) Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal : (1) Merah terang (2) Bau busuk (3) Mengeluarkan darah beku (4) Perdarahan berat (memerlukan ganti pembalut 0-2 jam) b) Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomy/robekan, hecting c) Keadaan anus : hemoroid
  • 84. 71 d) Keadaan ekstermitas (1) Varices (2) Oedema (3) Reflex patella (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.140). Langkah II. Interpretasi Data a. Diagnosa Kebidanan Diagnosa dapat ditegakan yang berkaitan dengan para, Abortus, Anak hidup, Umur Ibu, Keadaan Nifas. Data dasar meliputi : 1) Data subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya 2) Data objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital b. Masalah Permasalahan yang muncul bersasarkan pernyataan pasien.
  • 85. 72 Data dasar meliputi : 1) Data subjektif Data yang didapat dari hasil anamnesa pasien 2) Data yang didapat dari hasil pemeriksaan. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.141-142) c. Kebutuhan Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Ari Sulistyawati, 2010; hal.229) Langkah III. Mengidentifikasi diagnosa masalah potensial Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan serangkaian masalah dan diagnosa hal ini membutuhkan antisipasi pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan bersiap-siap bila hal tersebut benar-benar terjadi. Langkah IV. Mengidentifikasi tindakan segera Berdasarkan masalah potensial yang ada, bidan dapat melakukan tindakan segera dengan menangani masalah yang dialami dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dapat ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
  • 86. 73 Langkah V. Perencanaan Langkah-langkah ini di tentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau antisipasi rencana asuhan menyeluruh, tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. Langkah VI: Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien ini dan keluarga.Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. Langkah VII: Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifitasan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manejemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.137-147)
  • 87. 74 2.3 Landasan hukum kewenangan bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 1. Kewenangan normal: a. Pelayanan kesehatan ibu b. Pelayanan kesehatan anak c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana 2. Kewenangan dalam menjalankan program Pemerintah 3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter 4. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu 1) Ruang lingkup: a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c) Pelayanan persalinan normal d) Pelayanan ibu nifas normal e) Pelayanan ibu menyusui f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan 2) Kewenangan:
  • 88. 75 a) Episiotomi b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum h) Penyuluhan dan konseling i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil j) Pemberian surat keterangan kematian k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171).
  • 89. 76 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. M UMUR 25 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN PUTING SUSU LECET DI PUSKESMAS RAWAT INAP KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 3.1 Data subjektif 1. Identitas pasien Istri Suami Nama : Ny M : Tn D Umur : 25 tahun : 25 tahun Agama : Islam : Islam Suku bangsa : Jawa : Jawa Pendidikan : SMA : SMU Pekerjaan : IRT : Karyawan swasta Alamat : Jl. Imam Bonjol Gg Terong 4, Kemiling Bandar Lampung 2. Keluhan utama Ibu mengatakan putting susunya terasa nyeri pada bagian kanan dan kiri saat menyusui
  • 90. 77 3. Riwayat kesehatan a. Sekarang Ibu mengatakan sedang tidak mengalami penyakit apapun seperti penyakit menular maupun penyakit keturunan b. Yang lalu Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular maupun penyakit menurun c. Keluarga Ibu mengatakan Dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menular maupun keturunan 4. Riwayat obstetric a. Riwayat haid Menarche : 13 tahun Siklus : 28 hari Teratur/tidak : teratur Lama : 5-6 hari Volume : 3-4 kali ganti pembalut sehari Warna : Merah Disminore : Tidak ada Bau : Khas Flour albus : Tidak ada
  • 91. 78 b. Riwayat kehamilan sekarang (data didapat dari KMS) 1) HPHT : 03-07-2014 2) Taksiran persalinan: 10-04-2015 3) Tanggal bersalin : 02-04-2015 4) Frekuensi ANC : 6 kali selama kehamilan 5) Suntik TT : Lengkap c. Penyuluhan yang sudah didapatkan : gizi, tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, ASI eksklusif. d. Riwayat persalinan sekarang 1) Ibu Tempat melahirkan : Puskesmas Kemiling Penolong : Bidan Jenis persalinan : Spontan Lama persalinan : 11 jam Catatan waktu Kala I : 8 jam 10 menit Kala II : 0 jam 35 menit Kala III : 0 jam 15 menit Kala IV : 2 jam 0 menit Jumlah : 11 jam 0 menit Ketuban pecah pukul 08.00 wib, spontan. Plasenta
  • 92. 79 Lahir secara : spontan, lengkap Berat : 500 gram Panjang tali pusat : 45 cm Perineum : tidak ada luka perineum 2) Bayi Lahir tanggal/pukul : 02-04-2015/09.15 wib Berat badan : 3000 gram Panjang badan : 51 cm Nilai apgar : 9/10 Jenis kelamin : laki-laki Cacat bawaan : tidak ada Masa gestasi : 39 minggu 3) Riwayat KB Ibu mengatakan sebelumnya belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. 4) Pola kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi Selama hamil : ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur setiap harinya porsi sedang 3x/hari, dan minum air putih 2-3 liter/hari Selama nifas : ibu makan dengan nasi, lauk dan sayur tiap harinya porsi 1 piring 3x/hari, dan minum air
  • 93. 80 putih 2-3 liter/hari setiap harinya ibu makan dengan menu yang berbeda dan tidak ada pantangan dalam makanan. b) Pola eliminasi Selama hamil : Ibu BAK 7-8 kali/ hari bau khas, warna kuning jernih, BAB 1-2 kali/hari konsistensi lunak warna kekuningan. Selama nifas : Ibu BAK 5 kali/ hari bau khas warna kuning jernih, BAB 1 kali/hari konsistensi lunak warna kekuningan c) Pola istirahat Selama hamil : ibu tidur malam 6-8 jam, siang jarang tidur. Selama nifas : ibu tidur malam 7 jam, siang 1 jam. d) Personal hygiene Selama hamil : Ibu ganti celana dalam 2-3 kali/hari. Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pembalut 3-4 kali/hari e) Pola seksual Selama hamil : ibu melakukannya 2 kali/minggu. Selama nifas : ibu belum melakukannya
  • 94. 81 5) Riwayat psikososial a) Status perkawinan: syah, 1 kali b) Status emosional : stabil 3.2 Data obyektif 1. Keadaan umum : Baik 2. Kesadaran : Compos mentis 3. Keadaan emosional : stabil 4. Tanda vital a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg b. Pernafasan : 20x/i c. Nadi : 80x/i d. Suhu : 36,5ºc 5. Pemeriksaan fisik a. Kepala Warna rambut : hitam Ketombe : bersih, tidak ada ketombe Benjolan : tidak ada b. Wajah Hiperpigmentasi : ada, dibagian wajah Pucat : tidak pucat Edema : tidak oedema
  • 95. 82 c. Mata Simetris : ya, kanan kiri Kelopak mata : tidak cekung Konjungtiva : merah muda Sclera : putih d. Hidung Simetris : ya, kanan dan kiri Polip : tidak ada pembesaran Kebersihan : bersih e. Mulut Warna bibir : merah muda Pecah-pecah : tidak ada Sariawan : tidak ada Gusi berdarah : tidak ada Gigi : bersih f. Telinga Simetris : ya, kanan dan kiri Gangguan pendengaran :tidak ada g. Leher Simetris : ya, kanan dan kiri Pembesaran kelenjar tyroid : tidak ada Pembesaran vena jugularis : tidak ada
  • 96. 83 h. Ketiak Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada i. Dada Retraksi :tidak ada Bunyi mengi dan ronchi : tidak ada j. Payudara Simetris : ya, kanan dan kiri Pembesaran : ada, kanan dan kiri Putting susu : lecet pada bagian kanan dan kiri Hiperpigmentasi areola mamae : ada Benjolan : tidak ada Konsistensi : lunak Pengeluaran : kolostrum k. Punggung dan pinggang punggung : normal Nyeri ketuk : tidak ada l. Abdomen Pembesaran : tidak ada Konsistensi : keras Kandung kemih : kosong Uterus TFU : 2 jari dibawah pusat
  • 97. 84 Kontraksi : baik m. Anogenital Vulva : warna merah muda Perineum : tidak terdapat luka jaitan Pengeluaran pervaginam : lochea rubra Anus : tidak ada hemoroid n. Ekstremitas bawah Oedema : tidak oedema Kemerahan : tidak ada Varices : tidak ada Reflex patella : positif, kanan dan kiri 6. Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan laboratorium HB : tidak dilakukan pemeriksaan Protein urine : tidak dilakukan pemeriksaan Glukosa urine : tidak dilakukan pemeriksaan
  • 98. 85 TABEL 3.3 MATRIKS TGL/JAM Pengkajian Interpretasi data masalah potensial Tindakan segera Intervensi Implementasi Evaluasi 04/04/2015 17.00 wib Subjektif : Keluhan : - Ibu mengatakan puting susunya terasa nyeri pada bagian kanan dan kiri saat menyusui - Ibu mengatakam ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran Objektif : K/U: baik TTV: TD :120/70 mmHg N:80x/M S:36,50 c RR:20X/M Payudara : putting menonjol, nampak lecet pada bagian kiri dan kanan tidak terdapat infeksi Pengeluaran : Dx : Ny M P1AO 2 hari post partum dengan putting susu lecet. Dasar Ds : - Ibu melahirkan pada tgl 02- 04-2015 - Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah Keguguran -Ibu mengatakan puting susunya terasa nyeri pada bagian kanan dan kiri saat menyusui DO : Tampak pada bagian putting susu ibu lecet dibagian kanan Payudara bengkak Teknik menyusui yang baik dan benar 1.Jelaskan kepada ibu tentang keadaanny a saat ini, 2.Kaji penyebab putting susu lecet pada ibu 1.Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yang di lakukan secara head to toe, bahwa ibu dalam keadaan baik, namun ibu mengalami putting susu lecet . 2.Mengkaji penyebab putting susu lecet pada ibu dengan cara menanyakan secara langsung dan meminta ibu untuk menyusui bayinya yaitu apakah : a. Kesalahan dalam teknik menyusui, yaitu bayi hanya menyusu pada putting susu saja tidak sampai ke areola b. Adanya monilisir pada mulut bayiyang menular pada putting susu ibu. c. Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim atau zat iritan lainnya untuk mencuci putting. d. Bayi dengan lidah yang pendek, menyababkan bayi hanya dapat menghisap sampai putting susu ibu saja. e. Ibu menghentikan menyusu kurang hati- hati 1. ibu mengerti tentang keadaannya saat ini 2. Putting susu ibu lecet disebabkan oleh teknik menyusui yang salah, sebabibu mengatakan bayinya hanya menyusui pada putting susu saja dan ketika dilihat saat ibu menyusui, tekniknya salah
  • 99. 86 ada, kolustrum TFU :3 jari dibawah pusat Kontraksi : baik Lokhea: rubra dan tidak Terdapat luka perineum. dan kiri TFU : 3 jari dibawah pusat Kontraksi: baik Lokhea: rubra Masalah : nyeri bagian putting susu Kebutuhan : - Beritahu ibu cara perawatan putting susu lecet - Penjelasan tentang tekhnik menyusui 3.Beritahu ibu cara melakukan perawatan putting susu lecet 3.Memberitahu ibu cara melakukan perawatan putting susu lecet yaitu : a. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada putting susu normal yang lecetnya sedikit b. Olesi putting susu dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alcohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara c. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) d. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam e. Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun f. Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan susukan secara bergantian 3. ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan putting susu lecet
  • 100. 87 4. Jelaskan dan ajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusu i yang benar diantara kedua payudara g. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering h. Pergunakan bra yang menyangga 4.Menjelaskan dan mengajarkan kepada ibu tentang tekhnik menyusui yang benar yaitu : a. Duduk dengan posisi santai dan tegak b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus 4. ibu mengerti dan bersedia melakukan tekhnik menyusui yang benar
  • 101. 88 g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi, usahakn sebagian besar areola dapat masuk kedalam mulut bayi k. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti menyusui pada payudara yang lain l. Melepaskan isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut dan dagu bayi ditekan kebawah m. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan
  • 102. 89 5.Jelaskan kepada ibu tentang kebutuhan istirahat yang cukup pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya 5.Menjelaskan kepada ibu tentang kebutuhan istirahat, istirahat sangat diperlukan bagi ibu di masa nifas, karena jika kurang istirahat akan memepengaruhi ibu dalam beberapa hal : a. Mengurangi jumlah ASI yang di produksi b. Memeperlambat proses involusi uterus dan dapat memperbanyak perdarahan. c. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. Istirahat yang bisa dilakukan ibu yaitu : a. Istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan b. Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur c. Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan d. Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam 5. ibu mengerti tentang kebutuhan istirahat yang cukup dan bersedia untuk memenuhi kebutuhan istirahat
  • 103. 90 6.Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand 6.Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya secara on demand yaitu kapan pun bayi meminta atau di butukan oleh bayi 6. Ibu mengatakan akan meyusui bayinya secara on demand. 06/04/15 16.30 wib Subjektif: Keluhan : - ibu mengatakan nyeri putting susunya sedikit berkurang dibagian kanan dan kiri - Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran Objektif : TD :110/70 mmhg N :80x/i Rr :21x/i T : 36,8ºc Payudara : putting menonjol. Lecet nampak berkurang Pengeluaran : ada,ASI TFU :3 jari Dx: Ny M P1AO 4 hari post partum dengan putting lecet Dasar Ds : - Ibu mengatakan melahirkan tgl 02-04- 2015 - Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan belum pernah keguguran - Ibu mengatakan nyeri putting susunya berkurang di bagian kanan dan kiri Do : Tampak Payudara bengkak Teknik menyusui yang baik dan benar 1. Beritahu pada ibu tentang keadaanny a saat ini 2. Kaji kembali pengetahu an ibu tentang perawatan putting susu lecet. 1. Memberitahukan pada ibu tentang keadannya saat ini bahwa dalam keadaan baik sesuai dengan hasil pemeriksaan 2. Mengkaji kembali pengetahuan ibu tentang perawatan putting susu lecet yaitu dengan cara menanyakan kepada ibu secara langsung, sesuai yang telah dijelaskan sebelumnya 1. Ibu mengerti tentang keadaannya saat ini bahwa ibu dalam keadaan sehat 2. Ibu mengatakan sudah dapat melakukan perawatan putting susu lecet dengan cara : a. Mengolesi putting susu dengan ASI akhir, tidak menggunakan sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara. b. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam c. Mencuci payudara sekali sehari dan tidak menggunakan sabun
  • 104. 91 dibawah pusat Kontraksi :baik Lokhea :sanguilenta dan tidak terdapat luka perineum putting susu sebelah kanan tidak lecet lagi Masalah : nyeri pada putting susu Kebutuhan : - perawatan putting susu lecet - tekhnik menyusui yang baik dan benar 3. Kaji kembali apakah ibu sudah melakukan tekhnik menyusui dengan benar. 3. Mengkaji kembali apakah ibu sudah melakukan tekhnik menyusui yang benar. Dengan cara meminta ibu untuk menyusui bayinya d. Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke putting yang lecet dan biarkan kering e. menggunakan bra yang menyangga 3. Ibu mengatakan bahwa ia sudah melakukan tekhnik menyusui yang benar, yang dilihat dari teknik ibu menyusui bayinya secara langsung seperti : a. Duduk dengan posisi santai dan tegak b. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya c. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau
  • 105. 92 bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu d. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan e. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara f. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus g. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang h. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari menekan payudara bagian atas areola i. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh
  • 106. 93 sisi mulut bayi j. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke mulut bayi k. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, diganti menyusui pada payudara yang lain l. Melepaskan isapan bayi dengan cara jari kelingking ibu dimasukkan kemulut bayi melalui sudut mulut dan dagu bayi ditekan kebawah m. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan
  • 107. 94 4.Kaji ulang tentang kebutuhan istirahat ibu. 4. Mengkaji ulang ibu tentang kebutuhan istirahat ibu sendirinya. n. Setelah selesai menyusui, bayi disendawakan dengan tujuan untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah, dengan cara : bayi digendong tegak dan bersandar pada bahu ibu, lalu punggung bayi ditepuk perlahan-lahan atau, bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan 4.Ibu mengatakan telah cukup istirahat, dengan mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada malam hari 7-8 jam/hari dan siang 1- 2 jam/hari.