SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan
bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak
pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok.
Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan
individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik
yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama.
Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan
berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan
merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam
ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi
kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan
kelompok.
Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi
kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan
mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang
kelompoknya tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok ? Apa saja hal-hal yang terkait
dengan kohesivitas itu ?
2. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan
identitas sosial itu ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok dan hal-hal yang
terkait dengannya.
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas sosial dan hal-hal yang terkait
dengannya.
2
BAB II
ISI
2.1 Kohesivitas
1. Definisi
Pengertian kohesivitas menurut para ahli :
a. Kohesi Kelompok
Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai
kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam
kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
b. Kohesi Kelompok
Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan
merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok.
Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan
(baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu
kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki
setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang
positif.
c. Kohesi Kelompok
Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah
faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota
kelompok tersebut.
Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok.
2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
Jadi, dapat disimpulkan, pengertian kohesivitas adalah faktor-faktor yang
dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota
sehingga terbentuklah kelompok.
3
2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok
Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok,
kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai
hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara anggota
kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan
kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72).
Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki
setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang
positif. Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu :
1) Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota
kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan
persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi.
2) Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana
untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk
melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok
bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan
kegiatan dan tujuan kelompok.
3) Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan lebih
suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan
kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita.
Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan
meningkatkan kohesi kelompok.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok
Menurut Bordens dan Horowitz, 2008 ada beberapa yang mempengaruhi
kohesivitas anggota kelompok, yaitu :
 Ketertarikan antar anggota kelompok
Hubungan interpersonal anggota satu sama lain yang berlandaskan
ketertarikan, akan berpotensi menimbulkan kohesivitas. Semakin kuat
ketertarikannya, maka semakin kuat kohesivitas anggota kelompok.
 Kedekatan anggota
4
Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat
mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok.
 Ketaatan pada norma kelompok
Anggota kelompok yang patuh pada norma kelompok cenderung memiliki
kohesivitas kelompok.
 Kesuksesan kelompok mecapai tujuan
Kelompok yang berhasil mencapai tujuan memiliki dampai psikologis
kepada anggotanya, salah satunya kebersamaan, dan kohesi anggota
semakin meningkat.
 Identifikasi anggota terhadap kelompok : kesetiaan kelompok
Anggota yang memiliki identifikasi kuat terhadap kelompok cenderung
memiliki kohesivitas tinggi.
4. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok
Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina
Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) :
a. Tingkat kohesi kelompok.
Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota
kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok
pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok,
jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok
berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok
dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling
menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok
yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan
biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan.
Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi
ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota
kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi
yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok dengan
kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung autokratik.
5
Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara paling
efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok. Beberapa cara
lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok,
mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok, meningkatkan
ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok, memperluas
saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan norma-
norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota kelompok.
b. Kebutuhan interpersonal
Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lainnya,
karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki
keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia
dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan
interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi.
Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa diluar
kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan dari
kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok
memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas.
Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam
kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai
pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai
pengaruh terhadap siapa pun.
Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi
didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan
terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak.
c. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan
Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena
merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi
dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok.
Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok .
kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah
laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan
6
kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan
keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung.
d. Konsekuensi dari kohesi kelompok
Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap
untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok
yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa
tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas
kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut
dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok.
Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman
terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri
seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan
anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih
mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok.
2.2 Identitas Sosial
1. Definisi
Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada
tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial
dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial)
adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka
tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan
keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu
kelompok tertentu.
Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa
keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam
berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu
memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat.
Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan
sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang
dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan
7
keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya,
pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain–
lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari
keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu.
Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan,
yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002)
mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas,
pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan
kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan
diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama.
Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori
dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses
kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori-
kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993).
Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori
yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah
outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity,
maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri
seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu
kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi,
tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya
dalam kelompok tersebut.
2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity
Menurut Jackson and Smith (dalam Barron and Donn, 1991) ada empat
dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu:
a. Persepsi dalam konteks antar kelompok
Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan
gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap
individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk
memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
8
b. Daya tarik in-group
Secara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana
seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas umum).
Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda
dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in group
bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri. Menurut
Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan refleksi
perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group. Hal tersebut
terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang
pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain.
Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner (1982)
mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group
favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang
lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori
tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita,
yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan identitas sosial (social identity) yang
berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga diri kita
dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan
dengan individu lain.
c. Keyakinan saling terkait
Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang
berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara
emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki
kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul
setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang
memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri.
Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang
dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki
dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan
identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang
9
mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan
perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat.
d. Depersonalisasi
Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah
kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada
dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun,
hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’ dalam
kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam
kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul ketika individu
berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi dengan anggota
kelompok lainnya.
3. Motivasi Melakukan Social Identity
Social identity dimotivasi oleh dua proses yaitu self-enhacement dan
uncertainty reduction yang menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik
dibandingkan kelompok lain. Motivasi ketiga yang juga berperan adalah optimal
distinctiveness. Ketiga motivasi ini akan dijelaskan sebagai berikut (Burke, 2006):
a. Self-enhancement dan positive distinctiveness
Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok kita” lebih
baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada di
dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut
karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan
kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri anggota
kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang rendah akan mendorong terjadinya
identifikasi kelompok dan perilaku antar kelompok. Dengan adanya identifikasi
kelompok, harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-enhancement tak dapat
disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial. Karena motif individu untuk
melakukan social identity adalah untuk memberikan aspek positif bagi dirinya,
misalnya meningkatkan harga dirinya, yang berhubungan dengan self enhancement
(Burke, 2006).
10
b. Uncertainty Reduction
Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini secara
langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha mengurangi
ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka dalam dunia
sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana seharusnya
mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga tertarik untuk
mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya orang lain tersebut
berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction karena
memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk
dirinya) akan/dan seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.
Dalam uncertainty reduction, anggota kelompok terkadang langsung menyetujui
status keanggotaan mereka karena menentang status kelompok berarti
meningkatkan ketidakpastian self-conceptualnya. Individu yang memiliki
ketidakpastian self-conceptual akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian
dengan cara mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi
atau rendah. Kelompok yang telah memiliki kepastian self-conceptual akan
dimotivasi oleh self-enhancement untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik
terhadap kelompoknya (Burke, 2006).
c. Optimal Distinctiveness
Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah optimal
distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu berusaha menyeimbangkan dua
motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu)
dalam meraih optimaldistinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu berusaha untuk
menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan individualitas dengan
kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan definisi
dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).
11
4. Komponen Identitas Sosial
Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari
tiga komponen yaitu cognitive component (self categorization), evaluative
component (group self esteem), dan emotional component (affective component)
yaitu:
a. Cognitive component
Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self
categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu
yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan
keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga
berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri
individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self
stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001).
b. Evaluative component
Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap
keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component
ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan
kelompoknya (dalam Ellemers, 1999).
c. Emotional component
Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti
affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa
besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective
commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang
dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social
identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota
kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat
terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif
(dalam Ellemers, 1999).
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat
anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.
 Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok:
a) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari
kelompok.
b) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok.
c) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.
 Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari
konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang
keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi
nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan
dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan
dalam suatu kelompok tertentu.

More Related Content

What's hot

Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Sely Ai
 
Psikologi sosial i
Psikologi sosial iPsikologi sosial i
Psikologi sosial idzakiaziz
 
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiPengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiandreprathamm
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertrina_nurjanah96
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiSchool
 
Manfaat Jejaring Dan Cara Membangunnya
Manfaat Jejaring Dan Cara MembangunnyaManfaat Jejaring Dan Cara Membangunnya
Manfaat Jejaring Dan Cara MembangunnyaAshari Abidin
 
Komunikasi inter personal -ppt-
Komunikasi inter personal -ppt-Komunikasi inter personal -ppt-
Komunikasi inter personal -ppt-Salma Van Licht
 
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASPOWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASFirdika Arini
 
Tentang sosiometri
Tentang sosiometriTentang sosiometri
Tentang sosiometriAlexander Z
 
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahan
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahanPerkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahan
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahanBarna Yudha SutanMudo
 
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Saeful ID
 

What's hot (20)

Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
Psikologi sosial pengaruh sosial-kelompok 10
 
Stop bullying
Stop bullyingStop bullying
Stop bullying
 
Tugas perkembangan
Tugas perkembanganTugas perkembangan
Tugas perkembangan
 
Masyarakat cyber
Masyarakat cyberMasyarakat cyber
Masyarakat cyber
 
Ppt komunikasi
Ppt komunikasiPpt komunikasi
Ppt komunikasi
 
Konformitas
KonformitasKonformitas
Konformitas
 
Psikologi sosial i
Psikologi sosial iPsikologi sosial i
Psikologi sosial i
 
Kesehatan mental
Kesehatan mentalKesehatan mental
Kesehatan mental
 
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasiPengertian perubahan dan pengembangan organisasi
Pengertian perubahan dan pengembangan organisasi
 
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldertContoh kasus dan analisis kasus aldert
Contoh kasus dan analisis kasus aldert
 
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta SusantiLaporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
Laporan Perkembangan Perilaku Anak Usia 4-6 Tahun - Dewinta Susanti
 
Manfaat Jejaring Dan Cara Membangunnya
Manfaat Jejaring Dan Cara MembangunnyaManfaat Jejaring Dan Cara Membangunnya
Manfaat Jejaring Dan Cara Membangunnya
 
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
PPT Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini
 
Komunikasi inter personal -ppt-
Komunikasi inter personal -ppt-Komunikasi inter personal -ppt-
Komunikasi inter personal -ppt-
 
Variabel metodologi penelitian
Variabel metodologi penelitianVariabel metodologi penelitian
Variabel metodologi penelitian
 
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBASPOWER POIN PERGAULAN BEBAS
POWER POIN PERGAULAN BEBAS
 
Tentang sosiometri
Tentang sosiometriTentang sosiometri
Tentang sosiometri
 
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahan
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahanPerkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahan
Perkembangan fisik dan kognitif di masa kanak kanak pertengahan
 
Teori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestaltTeori pendekatan gestalt
Teori pendekatan gestalt
 
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
Psikologi Komunikasi "Sistem Komunikasi Interpersonal"
 

Viewers also liked

Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialKohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosialatone_lotus
 
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007apotek agam farma
 
Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas KelompokKohesivitas Kelompok
Kohesivitas KelompokDea Narda
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosialiin70
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokTiti Imansari
 
Perilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasiPerilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasiPangeran Susilo
 
faculty development guide
faculty development guidefaculty development guide
faculty development guideamita marwaha
 
Food Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperFood Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperamita marwaha
 
JulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopJulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopjulie tsai
 
paper on supply chain
paper on supply chainpaper on supply chain
paper on supply chainamita marwaha
 
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổiThừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổialonzo779
 
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperGLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperamita marwaha
 
історія січових стрільців 14
історія січових стрільців  14історія січових стрільців  14
історія січових стрільців 14larisa1975
 
Eganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina PresentatieEganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina Presentatielinaeganyan
 
To Live or to Survive
To Live or to SurviveTo Live or to Survive
To Live or to Surviveamita marwaha
 
Jefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefreyPS15
 

Viewers also liked (20)

Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialKohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Kohesivitas Kelompok dan Prestasi Kelompok (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
 
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
Lampiran ketentuan pemekaran dlm pp 78 2007
 
Kohesivitas Kelompok
Kohesivitas KelompokKohesivitas Kelompok
Kohesivitas Kelompok
 
Identitas sosial
Identitas sosialIdentitas sosial
Identitas sosial
 
Syarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayahSyarat pemekaran wilayah
Syarat pemekaran wilayah
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam Kelompok
 
Perilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasiPerilaku kelompok dalam organisasi
Perilaku kelompok dalam organisasi
 
Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4Tpi presentation web 4
Tpi presentation web 4
 
faculty development guide
faculty development guidefaculty development guide
faculty development guide
 
Sherif William
Sherif WilliamSherif William
Sherif William
 
JulieTsai.BRA
JulieTsai.BRAJulieTsai.BRA
JulieTsai.BRA
 
Food Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paperFood Security for Humanity-full paper
Food Security for Humanity-full paper
 
JulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTopJulieTsai.GraphicTop
JulieTsai.GraphicTop
 
paper on supply chain
paper on supply chainpaper on supply chain
paper on supply chain
 
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổiThừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
Thừa cân, béo phì, mập bụng, vì đâu nên nổi
 
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paperGLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
GLOBAL EDUCATION AND CURRENT TRENDS FROM SOCIAL-abstract for the paper
 
історія січових стрільців 14
історія січових стрільців  14історія січових стрільців  14
історія січових стрільців 14
 
Eganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina PresentatieEganyan Lina Presentatie
Eganyan Lina Presentatie
 
To Live or to Survive
To Live or to SurviveTo Live or to Survive
To Live or to Survive
 
Jefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived ExperiencesJefrey Santos Contrived Experiences
Jefrey Santos Contrived Experiences
 

Similar to KOMPREHENSI KOHESIVITAS DAN IDENTITAS SOSIAL

dinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompokdinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompokBBPP_Batu
 
Dinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptxDinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptxCandraGustiana
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdfssuserf76850
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfSipilNasionalis1
 
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptxPERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptxBagasEkoSaputroWijay
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokRatnaWulandari54
 
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiKuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiMukhrizal Effendi
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
Dimensi dinkel
Dimensi dinkelDimensi dinkel
Dimensi dinkelGiNastia
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptSatya Hanif
 

Similar to KOMPREHENSI KOHESIVITAS DAN IDENTITAS SOSIAL (20)

dinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompokdinamika kelompok alih kelompok
dinamika kelompok alih kelompok
 
kelompok sosial
kelompok sosialkelompok sosial
kelompok sosial
 
Dinamika kelp.
Dinamika kelp.Dinamika kelp.
Dinamika kelp.
 
Dinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptxDinamika Kelompok 1.pptx
Dinamika Kelompok 1.pptx
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
 
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptxPERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
PERILAKU ORGANISASI KELOMPOK 5.pptx
 
Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompokKomunikasi kelompok
Komunikasi kelompok
 
Dasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosialDasar pembentukan sosial
Dasar pembentukan sosial
 
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docxMAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
MAKALAH MEMBERSHIP GROUP.docx
 
Makalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompokMakalah ttg pemikiran kelompok
Makalah ttg pemikiran kelompok
 
Dinamika kelompok 4
Dinamika kelompok 4Dinamika kelompok 4
Dinamika kelompok 4
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Perilaku kelompok
Perilaku kelompokPerilaku kelompok
Perilaku kelompok
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
 
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasiKuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
Kuliah 3 perilaku kelompok dalam organisasi
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
 
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.pptDinamika Kelompok Pet Poling.ppt
Dinamika Kelompok Pet Poling.ppt
 
Dimensi dinkel
Dimensi dinkelDimensi dinkel
Dimensi dinkel
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
 

More from Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (10)

Pengukuran Psikologi
Pengukuran PsikologiPengukuran Psikologi
Pengukuran Psikologi
 
Metode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam PsikologiMetode Eksperimen dalam Psikologi
Metode Eksperimen dalam Psikologi
 
SOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDERSOMATOFORM DISORDER
SOMATOFORM DISORDER
 
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa KeagamaanPengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
Pengaruh Pendidikan Terhadap Jiwa Keagamaan
 
Emosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwatEmosi, hawa nafsu, syahwat
Emosi, hawa nafsu, syahwat
 
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk PembelajaranPendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
Pendekatan Kognitif Sosial Untuk Pembelajaran
 
Tugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworthTugas biografi robert sesi woodworth
Tugas biografi robert sesi woodworth
 
Hadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan DiroyahHadist Riwayah dan Diroyah
Hadist Riwayah dan Diroyah
 
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan AgamaProblematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
Problematika Hubungan Antara Psikologi dengan Agama
 
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKANPERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK SISWA DAN PENERAPANNYA DALAM BIDANG PENDIDIKAN
 

Recently uploaded

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Recently uploaded (20)

aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

KOMPREHENSI KOHESIVITAS DAN IDENTITAS SOSIAL

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai mahkluk sosial dan selalu membutuhkan bantuan dan kehadiran orang lain. Manusia sebagai mahkluk hidup di dunia tidak pernah dalam keadaan berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kelompok. Chaplin (2004: 470) mendefinisikan kelompok sosial sebagai suatu kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang sama atau yang mengejar tujuan yang sama. Setiap individu menemukan suatu kenyamanan dengan bergabung dan berinteraksi dalam suatu kelompok, karena didalam kelompok seseorang akan merasa bahwa dirinya disukai dan diterima. Perasaan disukai dan diterima semacam ini sangat penting bagi semua usia dalam rentang kehidupan manusia. Kohesi kelompok merupakan salah satu faktor yang penting dalam menjaga keutuhan kelompok. Dalam berkelompok juga terdapat identitas sosial yang mempengaruhi kepribadian individu. Identitas sosial merupakan seperangkat pengetahuan mengenai sejauh mana individu dalam suatu kelompok mengetahui tentang kelompoknya tersebut. 1.2. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan kohesivitas itu ? 2. Apa yang dimaksud dengan identitas sosial ? Apa saja hal-hal yang terkait dengan identitas sosial itu ? 1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kohesivitas kelompok dan hal-hal yang terkait dengannya. 2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan identitas sosial dan hal-hal yang terkait dengannya.
  • 2. 2 BAB II ISI 2.1 Kohesivitas 1. Definisi Pengertian kohesivitas menurut para ahli : a. Kohesi Kelompok Collins dan Raven (1964) mendefinisikan kohesivitas kelompok sebagai kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal didalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok. b. Kohesi Kelompok Kohesi kelompok merupakan perasaan bersama-sama dalam kelompok dan merupakan kekuatan yang memelihara dan menjaga anggota dalam kelompok. Taylor, Peplau & Sears (1997: 109) mendefinisikan kohesivitas sebagai kekuatan (baik positif ataupun negatif) yang menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok. Kohesivitas bergantung pada tingkat keterikatan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif. c. Kohesi Kelompok Hartinah (2009:72) mendefinisikan kohesi kelompok sebagai sejumlah faktor yang mempengaruhi anggota kelompok untuk tetap menjadi anggota kelompok tersebut. Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok: 1. Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. 2. Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. 3. Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok. Jadi, dapat disimpulkan, pengertian kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.
  • 3. 3 2. Hal-Hal yang Mempengaruhi Tingkat Ketertarikan dalam Kohesivitas Kelompok Ketertarikan pada kelompok ditentukan oleh kejelasan tujuan kelompok, kejelasan keberhasilan pencapaian tujuan, karakteristik kelompok yang mempunyai hubungan dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadi, kerjasama antara anggota kelompok dan memandang kelompok tersebut lebih menguntungkan dibandingkan kelompok lainnya (Hartinah, 2009:72). Kohesivitas bergantung pada tingkat ketertarikan individu yang dimiliki setiap anggota kelompok. Daya tarik antar pribadi merupakan kekuatan pokok yang positif. Adapun ketertarikan itu sendiri dipengaruhi oleh tiga hal yaitu : 1) Tingkat rasa suka satu sama lain diantara anggota kelompok. Apabila anggota kelompok saling menyukai satu sama lain dan dieratkan dengan ikatan persahabatan, kohesivitasnya akan tinggi. 2) Tujuan instrumental kelompok. Kelompok seringkali digunakan sebagai sarana untuk mencapai tujuan, sebagai cara untuk memperoleh pendapatan atau untuk melakukan pekerjaan yang kita sukai. Ketertarikan kita terhadap suatu kelompok bergantung pada kesesuaian antara kebutuhan dan tujuan kita sendiri dengan kegiatan dan tujuan kelompok. 3) Keefektifan dan keselarasan interaksi dalam kelompok. Semua orang akan lebih suka bergabung dalam kelompok yang bekerja secara efisien daripada dengan kelompok yang menghabiskan waktu dan menyalahgunakan keterampilan kita. Segala sesuatu yang meningkatkan kepuasaan dan semangat kelompok akan meningkatkan kohesi kelompok. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kohesivitas Kelompok Menurut Bordens dan Horowitz, 2008 ada beberapa yang mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok, yaitu :  Ketertarikan antar anggota kelompok Hubungan interpersonal anggota satu sama lain yang berlandaskan ketertarikan, akan berpotensi menimbulkan kohesivitas. Semakin kuat ketertarikannya, maka semakin kuat kohesivitas anggota kelompok.  Kedekatan anggota
  • 4. 4 Kedekatan fisik dan psikologis sesama anggota kelompok juga dapat mempengaruhi kohesivitas anggota kelompok.  Ketaatan pada norma kelompok Anggota kelompok yang patuh pada norma kelompok cenderung memiliki kohesivitas kelompok.  Kesuksesan kelompok mecapai tujuan Kelompok yang berhasil mencapai tujuan memiliki dampai psikologis kepada anggotanya, salah satunya kebersamaan, dan kohesi anggota semakin meningkat.  Identifikasi anggota terhadap kelompok : kesetiaan kelompok Anggota yang memiliki identifikasi kuat terhadap kelompok cenderung memiliki kohesivitas tinggi. 4. Hal-Hal yang Berkaitan dengan Kohesi Kelompok Beberapa hal yang berkaitan dengan kohesi kelompok (Carolina Nitimiharjo dan Jusman Iskandar, 1993: 24-27) : a. Tingkat kohesi kelompok. Dalam hal Kohesi, umumnya orang menunjuk pada tingkatan yakni anggota kelompok termotivasi untuk tetap tinggal didalam kelompok. Anggota kelompok pada kelompok yang kohesinya tinggi lebih energik didalam aktivitas kelompok, jarang absen dalam pertemuan kelompok dan merasa senang apabila kelompok berhasil dan merasa sedih apabila kelompoknya gagal (Shaw, 1979). Kelompok dengan kohesi yang tinggi, anggotanya kooperatif dan akrab, serta saling menghargai antara satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan. Pada kelompok yang kohesinya rendah biasanya ada rasa saling bermusuhan dan agresif, dan biasanya ada rasa kesenangan ketika anggota yang lain berbuat kesalahan. Selanjutnya (Shaw,1979) menjelaskan bahwa kohesi kelompok yang tinggi ditandai dengan curahan waktu untuk perencanaan kegiatan dan semua anggota kelompok mengikuti rencana yang telah disetujuinya. Kelompok dengan kohesi yang tinggi pemimpinya berperilaku demokratis, sedangkan pada kelompok dengan kohesi rendah pemimpinnya berperilaku seperti ‘bos’ dan cendrung autokratik.
  • 5. 5 Ada beberapa metode didalam meningkatkan kohesi kelompok. Cara paling efektif adalah membentuk hubungan kooperatif diantara kelompok. Beberapa cara lainnya adalah memperdalam kepercayaan diantara anggota kelompok, mengekspresikan afeksi lebih jauh lagi diantara anggota kelompok, meningkatkan ekspresi saling inklusi dan menerima diantara anggota kelompok, memperluas saling mempengaruhi diantara anggota kelompok dan mengembangkan norma- norma kelompok yang menunjang ekspresi individu diantara anggota kelompok. b. Kebutuhan interpersonal Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan membutuhkan manusia lainnya, karena semua manusia hidup dalam masyarakat, mereka harus memiliki keseimbangan antara dirinya dengan masyarakat. Hakikat sosial manusia dikarenakan kebutuhan-kebutuhan interpersonal. Ada tiga dasar kebutuhan interpersonal, yaitu inklusi, control dan afeksi. Kebutuhan inklusi berkisar pada keanggotaan siapa didalam dan siapa diluar kelompok, siapa yang memiliki dan siapa yang tidak, siapa yang merupakan dari kebersamaan dan siapa yang tidak. Beberapa anggota menghendaki agar kelompok memiliki jalinan yang inklusif dan beberapa menghendaki jalinan yang lepas. Kebutuhan control bertentangan dengan kekuatan hubungan didalam kelompok, siapa yang berkuasa. Beberapa anggota menghendaki mempunyai pengaruh terhadap banyak orang dan beberapa menghendaki tidak mempunyai pengaruh terhadap siapa pun. Kebutuhan afeksi menunjukkan hubungan terbuka dan bersifat pribadi didalam kelompok. Beberapa anggota menghendaki hubungan yang hangat dan terbuka dan beberapa lainnya menghendaki hubungan yang dingin dan ada jarak. c. Mengembangkan dan memelihara kepercayaan Kepercayaan adalah aspek penting bagi sebuah kelompok karena merupakan kondisi yang dapat membuat kerjasama stabil dan berkomunikasi dengan efektif. Makin tinggi tingkat kepercayaan diantara anggota kelompok. Makin stabil kerjasama dan komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok . kelompok yang kooperatif adalah kelompok yang memiliki keterbukaan, tingkah laku mempercayai didefinisikan sebagai ekspresi menerima, mendukung, dan
  • 6. 6 kooperatif. Meningkat dan memelihara kepercayaan berarti memperhatikan keterbukaan, ekspresi menerima, dan mendukung. d. Konsekuensi dari kohesi kelompok Didalam sebuah kelompok, anggota kelompok yang kohesif lebih siap untuk selalu bertartisipasi didalam pertemuan-pertemuan kelompok. Kelompok yang kohesif memiliki anggota yang loyal terhadap kelompok, mempunyai rasa tanggung jawab kelompok, mempunyai motivasi tinggi untuk melaksanakan tugas kelompok dan merasa puas atas pekerjaan kelompok. Dengan ciri-ciri tersebut dapat menyebabkan meningkatkan produktifitas kelompok. Kelompok yang memiliki kohesi tinggi merupakan sumber rasa aman terhadap anggota kelompok yang lain. Penerimaan anggota lain terhadap diri seseorang dapat meningkatkan partisipasi dalam kelompok dan menjadikan anggota-anggotanya lebih kooperatif dalam mengerjakan tugas-tugas dan lebih mudah mengatasi kesulitan-kesulitan yang ada di dalam kelompok. 2.2 Identitas Sosial 1. Definisi Teori social identity (identitas sosial) dipelopori oleh Henri Tajfel pada tahun 1957 dalam upaya menjelaskan prasangka, diskriminasi, perubahan sosial dan konflik antar kelompok. Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu. Hogg dan Abram (1990) menjelaskan social identity sebagai rasa keterkaitan, peduli, bangga dapat berasal dari pengetahuan seseorang dalam berbagai kategori keanggotaan sosial dengan anggota yang lain, bahkan tanpa perlu memiliki hubungan personal yang dekat, mengetahui atau memiliki berbagai minat. Menurut William James (dalam Walgito, 2002), social identity lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan
  • 7. 7 keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–temannya, milikinya, uangnya dan lain– lain. Sementara Fiske dan Taylor (1991) menekankan nilai positif atau negatif dari keanggotaan seseorang dalam kelompok tertentu. Untuk menjelaskan identitas sosial, terdapat konsep penting yang berkaitan, yaitu kategori sosial. Turner (dalam Tajfel, 1982) dan Ellemers dkk., (2002) mengungkapkan kategori sosial sebagai pembagian individu berdasarkan ras, kelas, pekerjaan, jenis kelamin, agama, dan lain-lain. Kategori sosial berkaitan dengan kelompok sosial yang diartikan sebagai dua orang atau lebih yang mempersepsikan diri atau menganggap diri mereka sebagai bagian satu kategori sosial yang sama. Seorang individu pada saat yang sama merupakan anggota dari berbagai kategori dan kelompok sosial (Hogg dan Abrams, 1990). Kategorisasi adalah suatu proses kognitif untuk mengklasifikasikan objek-objek dan peristiwa ke dalam kategori- kategori tertentu yang bermakna (Turner dan Giles, 1985; Branscombe dkk., 1993). Pada umumnya, individu-individu membagi dunia sosial ke dalam dua kategori yang berbeda yakni kita dan mereka. Kita adalah ingroup, sedangkan mereka adalah outgroup. Berdasarkan uraian beberapa tokoh mengenai pengertian social identity, maka dapat disimpulkan bahwa social identity adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan atas keanggotaannya dalam suatu kelompok sosial tertentu, yang di dalamnya disertai dengan nilai-nilai, emosi, tingkat keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga terhadap keanggotaannya dalam kelompok tersebut. 2. Dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity Menurut Jackson and Smith (dalam Barron and Donn, 1991) ada empat dimensi dalam mengkonseptualisasikan social identity, yaitu: a. Persepsi dalam konteks antar kelompok Dengan mengidentifikasikan diri pada sebuah kelompok, maka status dan gengsi yang dimiliki oleh kelompok tersebut akan mempengaruhi persepsi setiap individu didalamnya. Persepsi tersebut kemudian menuntut individu untuk memberikan penilaian, baik terhadap kelompoknya maupun kelompok yang lain.
  • 8. 8 b. Daya tarik in-group Secara umum, in group dapat diartikan sebagai suatu kelompok dimana seseorang mempunyai perasaan memiliki dan “common identity” (identitas umum). Sedangkan out group adalah suatu kelompok yang dipersepsikan jelas berbeda dengan “in group”. Adanya perasaan “in group” sering menimbulkan “in group bias”, yaitu kecenderungan untuk menganggap baik kelompoknya sendiri. Menurut Henry Tajfel (1974) dan Michael Billig (1982) in group bias merupakan refleksi perasaan tidak suka pada out group dan perasaan suka pada in group. Hal tersebut terjadi kemungkinan karena loyalitas terhadap kelompok yang dimilikinya yang pada umumnya disertai devaluasi kelompok lain. Berdasarkan Social Identity Theory, Henry Tajfel dan John Tunner (1982) mengemukakan bahwa prasangka biasanya terjadi disebabkan oleh “in group favoritism”, yaitu kecenderungan untuk mendiskriminasikan dalam perlakuan yang lebih baik atau menguntungkan in group di atas out group. Berdasarkan teori tersebut, masing-masing dari kita akan berusaha meningkatkan harga diri kita, yaitu: identitas pribadi (personal identity) dan identitas sosial (social identity) yang berasal dari kelompok yang kita miliki. Jadi, kita dapat memperteguh harga diri kita dengan prestasi yang kita miliki secara pribadi dan bagaimana kita membandingkan dengan individu lain. c. Keyakinan saling terkait Social identity merupakan keseluruhan aspek konsep diri seseorang yang berasal dari kelompok sosial mereka atau kategori keanggotaan bersama secara emosional dan hasil evaluasi yang bermakna. Artinya, seseorang memiliki kelekatan emosional terhadap kelompok sosialnya. Kelekatan itu sendiri muncul setelah menyadari keberadaannya sebagai anggota suatu kelompok tertentu. Orang memakai identitas sosialnya sebagai sumber dari kebanggaan diri dan harga diri. Semakin positif kelompok dinilai maka semakin kuat identitas kelompok yang dimiliki dan akan memperkuat harga diri. Sebaliknya jika kelompok yang dimiliki dinilai memiliki prestise yang rendah maka hal itu juga akan menimbulkan identifikasi yang rendah terhadap kelompok. Dan apabila terjadi sesuatu yang
  • 9. 9 mengancam harga diri maka kelekatan terhadap kelompok akan meningkat dan perasaan tidak suka terhadap kelompok lain juga meningkat. d. Depersonalisasi Ketika individu dalam kelompok merasa menjadi bagian dalam sebuah kelompok, maka individu tersebut akan cenderung mengurangi nilai-nilai yang ada dalam dirinya, sesuai dengan nilai yang ada dalam kelompoknya tersebut. Namun, hal ini juga dapat disebabkan oleh perasaan takut tidak ‘dianggap’ dalam kelompoknya karena telah mengabaikan nilai ataupun kekhasan yang ada dalam kelompok tersebut. Keempat dimensi tersebut cenderung muncul ketika individu berada ditengah-tengah kelompok dan ketika berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya. 3. Motivasi Melakukan Social Identity Social identity dimotivasi oleh dua proses yaitu self-enhacement dan uncertainty reduction yang menyebabkan individu untuk berusaha lebih baik dibandingkan kelompok lain. Motivasi ketiga yang juga berperan adalah optimal distinctiveness. Ketiga motivasi ini akan dijelaskan sebagai berikut (Burke, 2006): a. Self-enhancement dan positive distinctiveness Positive distinctiveness mencakup keyakinan bahwa ”kelompok kita” lebih baik dibandingkan “kelompok mereka”. Kelompok dan anggota yang berada di dalamnya akan berusaha untuk mempertahankan positive distinctiveness tersebut karena hal itu menyangkut dengan martabat, status, dan kelekatan dengan kelompoknya. Positive distinctiveness seringkali dimotivasi oleh harga diri anggota kelompok. Ini berarti bahwa harga diri yang rendah akan mendorong terjadinya identifikasi kelompok dan perilaku antar kelompok. Dengan adanya identifikasi kelompok, harga diri pun akan mengalami peningkatan. Self-enhancement tak dapat disangkal juga terlibat dalam proses identitas sosial. Karena motif individu untuk melakukan social identity adalah untuk memberikan aspek positif bagi dirinya, misalnya meningkatkan harga dirinya, yang berhubungan dengan self enhancement (Burke, 2006).
  • 10. 10 b. Uncertainty Reduction Motif social identity yang lain adalah uncertainty reduction. Motif ini secara langsung berhubungan dengan kategorisasi sosial. Individu berusaha mengurangi ketidakpastian subjektif mengenai dunia sosial dan posisi mereka dalam dunia sosial. Individu suka untuk mengetahui siapa mereka dan bagaimana seharusnya mereka berperilaku. Selain mengetahui dirinya, mereka juga tertarik untuk mengetahui siapa orang lain dan bagaimana seharusnya orang lain tersebut berperilaku. Kategorisasi sosial dapat menghasilkan uncertainty reduction karena memberikan group prototype yang menggambarkan bagaimana orang (termasuk dirinya) akan/dan seharusnya berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Dalam uncertainty reduction, anggota kelompok terkadang langsung menyetujui status keanggotaan mereka karena menentang status kelompok berarti meningkatkan ketidakpastian self-conceptualnya. Individu yang memiliki ketidakpastian self-conceptual akan termotivasi untuk mengurangi ketidakpastian dengan cara mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok yang statusnya tinggi atau rendah. Kelompok yang telah memiliki kepastian self-conceptual akan dimotivasi oleh self-enhancement untuk mengidentifikasi dirinya lebih baik terhadap kelompoknya (Burke, 2006). c. Optimal Distinctiveness Motif ketiga yang terlibat dalam proses social identity adalah optimal distinctiveness. Menurut Brewer (1991), individu berusaha menyeimbangkan dua motif yang saling berkonflik (sebagai anggota kelompok atau sebagai individu) dalam meraih optimaldistinctiveness (dalam Burke, 2006). Individu berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan mempertahankan perasaan individualitas dengan kebutuhan menjadi bagian dalam kelompok yang akan menghasilkan definisi dirinya sebagai anggota kelompok (Ellemers, 1999).
  • 11. 11 4. Komponen Identitas Sosial Tajfel (1978) mengembangkan social identity theory sehingga terdiri dari tiga komponen yaitu cognitive component (self categorization), evaluative component (group self esteem), dan emotional component (affective component) yaitu: a. Cognitive component Kesadaran kognitif akan keanggotaannya dalam kelompok, seperti self categorization. Individu mengkategorisasikan dirinya dengan kelompok tertentu yang akan menentukan kecenderungan mereka untuk berperilaku sesuai dengan keanggotaan kelompoknya. (dalam Ellemers, 1999). Komponen ini juga berhubungan dengan self stereotyping yang menghasilkan identitas pada diri individu dan anggota kelompok lain yang satu kelompok dengannya. Self stereotyping dapat memunculkan perilaku kelompok (Hogg, 2001). b. Evaluative component Merupakan nilai positif atau negatif yang dimiliki oleh individu terhadap keanggotaannya dalam kelompok, seperti group self esteem. Evaluative component ini menekankan pada nilai-nilai yang dimiliki individu terhadap keanggotaan kelompoknya (dalam Ellemers, 1999). c. Emotional component Merupakan perasaan keterlibatan emosional terhadap kelompok, seperti affective commitment. Emotional component ini lebih menekankan pada seberapa besar perasaan emosional yang dimiliki individu terhadap kelompoknya (affective commitment). Komitmen afektif cenderung lebih kuat dalam kelompok yang dievaluasi secara positif karena kelompok lebih berkontribusi terhadap social identity yang positif. Hal ini menunjukkan bahwa identitas individu sebagai anggota kelompok sangat penting dalam menunjukkan keterlibatan emosionalnya yang kuat terhadap kelompoknya walaupun kelompoknya diberikan karakteristik negatif (dalam Ellemers, 1999).
  • 12. 12 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan  Kohesivitas adalah faktor-faktor yang dimiliki kelompok yang membuat anggota kelompok tetap menjadi anggota sehingga terbentuklah kelompok.  Ada tiga makna tentang kohesivitas kelompok: a) Ketertarikan pada kelompok termasuk rasa tidak ingin keluar dari kelompok. b) Moral dan tingkatan motivasi anggota kelompok. c) Koordinasi dan kerjasama antar anggota kelompok.  Menurut Tajfel (1982), social identity (identitas sosial) adalah bagian dari konsep diri seseorang yang berasal dari pengetahuan mereka tentang keanggotaan dalam suatu kelompok sosial bersamaan dengan signifikansi nilai dan emosional dari keanggotaan tersebut. Social identity berkaitan dengan keterlibatan, rasa peduli dan juga rasa bangga dari keanggotaan dalam suatu kelompok tertentu.