SlideShare a Scribd company logo
1 of 13
Tugas KOMUNIKASI ORGANISASI




   TEORI PEMIKIRAN KELOMPOK (GROUPTHINK)

                               O

                               L

                               E

                               H

            Josephine Fiona Ketaren (100904090)




        FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

           DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

           UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

                              2012
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih karuniaNya, penulis dapat
menyelesaikan makalah berjudul “Teori Pemikiran Kelompok”.

Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas menjelang Ujian Tengah Semester yang
ditugaskan oleh Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen Komunikasi Organisasi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak terkait yang telah mendukung penulis
dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada ibu dosen yang telah membimbing penulis
melalui pengajaran saat mata kuliah Komunikasi Organisasi berlangsung.

Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni
dengan referensi website-website yang membahas tentang Teori Pemikiran Kelompok
(groupthink) dan buku-buku Teori Komunikasi yang berkaitan tentang penggunaan teori
groupthink, terutama dalam organisasi.

Tantangan dalam penyelesaian makalah ini adalah keterbatasan referensi buku-buku yang
dimiliki penulis untuk menuntaskan penyelesaian makalah ini dan keterbatasan pemahaman
yang dimiliki penulis tentang permasalahan Groupthink.

Masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah, oleh karena itu, kritik dan saran sangat
diperlukan untuk memperkaya isi makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna
untuk kita semua. Terimakasih dan selamat membaca.




                                                             Medan, Oktober 2012




                                                              Penulis
BAB I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Berpartisipasi dalam kelompok kecil merupakan fakta kehidupan. Baik di sekolah maupun
tempat kerja, orang sering kali menghabiskan banyak waktu kegiatan mereka di dalam
kelompok. Kelompok didefenisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan
saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan-
tujuan tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informal. Kelompok formal
maksudnya jika kita mendefinisikannya sebagai struktur organisasi, dengan memberikan
penugasan pekerjaan yang membentuk kelompok tugas dan kelompok kerja. Dalam
kelompok formal, perilaku yang harus ditunjukkan oleh seseorang ditentukan dan diarahkan
untuk tujuan organisasi. Sebaliknya, kelompok informal merupakan aliansi yang tidak
terstruktur atau tidak ditetapkan secara organisasional.

Janis menyatakan bahwa ketika anggota kelompok memiliki nasib yang sama, terdapat
tekanan yang kuat untuk menuju pada ketaatan. Dalam hal ini, pencarian konsensus
(kebutuhan akan semua orang untuk sepakat) lebih berat dibandingkan akal sehat. Sehingga
keinginan untuk mencapai suatu tujuan atau tugas lebih penting daripada menghasilkan solusi
pemecahan masalah yang masuk akal. Pada bab berikut, akan ditelusuri lebih jauh tentang
Groupthink, terutama seberapa besar pengaruhnya terhadap organisasi .




I.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Groupthink?

2. Apa saja asumsi tentang Groupthink?

3. Apa penyebab terjadinya groupthink?

4.Apa saja gejala-gejala groupthink?

5. Apa saja kelemahan groupthink?
BAB II   Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink)

Irving Janis, di dalam bukunya Victims of Groupthink (1972), menjelaskan apa yang terjadi
dalam kelompok kecil di mana anggota-anggotanya memiliki hubungan yang baik satu sama
lain. Groupthink didefenisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota
kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk
menilai semua rencana tindakan yang ada. Janis berpendapat bahwa anggota-anggota
kelompok sering kali terlibat di dalam sebuah gaya pertimbangan di mana pencarian
konsensus (kebutuhan semua orang akan sepakat) lebih berat dibandingkan akal sehat.

Janis yakin bahwa apabila kelompok yag kemiripan anggotanya tinggi dan memiliki
hubungan baik satu sama lain gagal untuk menyadari sepenuhnya akan adanya pendapat yang
berlawanan, ketika maereka menekan konflik hanya agar mereka dapat bergaul dengan baik,
atau ketika anggota kelompok tidak secara penuh mempertimbangkan semua solusi yang ada,
mereka rentan terhadap groupthink.

Asumsi Groupthink

Marshall Scott Poole (1998) berpendapat bahwa kelompok kecil harus menjadi “unit analisis
yang paling mendasar”. Janis memfokuskan penelitiannya pada kelompok pemecahan
masalah (problem-solving group), yang tujuan utamanya adalah untuk mengambil keputusan
dan memberikan rekomendasi kebijakan. Pengambilan keputusan merupakan bagian penting
dari kelompok-kelompok kecil ini. Kegiatan kelompok kecil lainnya termasuk pembagian
informasi, bersosialisasi, berhubungan dengan orang serta kelompok di luar kelompok
mereka, mendidik anggota baru, memperjelas peranan dan bercerita (Frey & Sunwolf, 2005;
Poole & Hirokawa, 1996). Dengan mengingat ini, berikut akan dibahas tiga asumsi penting:

   a) Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas
       tinggi.
   b) Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu.
   c) Kelompok dan pengambil keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks.

Ernest Bormann (1996) mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan
yang sama atau investasi emosional dan sebagai akibatnya mereka cenderung untuk
mempertahankan identitas kelompok. Pemikiran kolektif ini biasanya menyebabkan sebuah
kelompok memiliki hubungan yang baik dan mungkin memiliki kohesivitas tinggi.
Kohesivitas (cohesiveness) adalah batas hingga di mana anggota-anggota suatu kelompok
bersedia untuk bekerja sama dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok.

Dennis Gouran (1998) mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan
afiliatif (affiliative constraints) yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk
menahan masukan mereka daripada mengambil risiko ditolak. Anggota kelompok karenanya,
tampak lebih tertarik untuk mengikuti pemimpin ketika saat pengambilan keputusan tiba.

Seorang psikolog sosial, Robert Zajonc (1965) menawarkan prinsip sederhana tentang
kelompok: Ketika orang lain ada di sekitar kita, kita terstimulasi dari dalam, dan hal ini
membantu atau menghalangi kinerja dari suatu tugas. Nickolas Cottrell dan tim penelitinya
(Cottrell, Wack, Sekerak, & Rittle, 1968) kemudian mengklarifikasikan penemuan Zajonc
dan berpendapat bahwa apa yang mendorong orang pada penyelesaian tugas adalah
mengetahui bahwa seseorang akan dievaluasi oleh orang lainnya. Cottrell dan koleganya
yakin bahwa anggota kelompok khawatir mengenai konsekuensi yang akan dibawa oleh
anggota lain kepada kelompok.

Marrin Shaw (1981) dan Janet Fulk serta Joseph McGrath (2005) mendiskusikan isu-isu
tambahan sehubungan dengan kelompok. Mereka melihat banyak pengaruh terdapat dalam
kelompok kecil-usia dari anggota kelompok, sifat kompetitif dari anggota kelompok, ukuran
kelompok, kecerdasan anggota kelompok, komposisi gender kelompok dan gaya
kepemimpinan yang ada di dalam kelompok. Selain itu, latar belakang budaya dari tiap
individu dapat mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam kelompok.

Jika dinamika kelompok kompleks dan menantang, maka alasan orang sering kali ditugaskan
dalam kelompok adalah karena “Dua kepala lebih baik daripada satu.” John Brihart, Gloria
Galanes dan Katherine Adams (2001) menjelaskan bahwa:

       Kelompok biasanya merupakan pemecah masalah yang lebih baik, dalam jangka
       panjang, daripada para individu perseorangan karena mereka memiliki akses ke lebih
       banyak informasi, dapat melihat kelemahan dan bias dalam pemikiran satu sama lain,
       dan kemudian berpikir mengenai hal yang mungkin gagal dipertimbangkan oleh
       seorang individu. Selain itu, jika orang berpartisipasi dalam perencanaan pemecahan
       suatu masalah, sangat mungkin bahwa mereka akan bekerja lebih keras dan lebih baik
       dalam menjalankan rencana-rencana tersebut. Oleh karena itu, partisipasi dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan memastikan akan adanya komitmen
berkelanjutan terhadap keputusan dan solusi tersebut.

Terdapat dua isu tentang Groupthink, yaitu

1. Clark McCauley (1989) menyatakan bahwa kelompok yang anggotanya serupa
   satu sama lain adalah kelompok yang lebih kondusif terhadap groupthink
   (homogeneity).
2. Keputusan kelompok yang tidak dipertimbangkan matang-matang oleh semua
   orang dapat mengakibatkan terjadinya groupthink.

Janis (1982) mengemukakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong terjadinya
groupthink, yakni:

1. Kohesivitas Kelompok
   Janis berpendapat bahwa kelompok dengan kohesivitas tinggi memberikan
   tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk menaati standar kelompok.
   Ketika kelompok mencapai tingkat kohesivitas yang tinggi, euforia ini cenderung
   mematikan opini dan alternatif yang lain.
2. Faktor Struktural
   Faktor-faktor ini antara lain
   1. Isolasi kelompok (group insulation) merujuk pada kemampuan kelompok
       untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar. Mereka mungkin saja mendiskusikan
       isu-isu yang memiliki relevansi di dunia luar, tetapi anggota-anggota
       kelompok ini terlindung dari pengaruhnya. Orang di luar kelompok yang dapat
       membantu dalam mengambil keputusan bahkan mungkin ada di dalam
       organisasi, tetapi tidak diminta untuk berpartisipasi.
   2. Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership) berarti
       bahwa anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi
       terhadap hasil akhir.
   3. Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making
       procedures) dan kemiripan antaranggota kelompok (homogenitas latar
       belakang antaranggota).
       Dennis Gouran dan Randy Hirokawa (1996) menyatakan bahwa bahkan jika
       suatu kelompok menyadari akan adanya suatu masalah, mereka masih harus
       mencari tahu penyebab dan sejauh apa masalah ini. Kelompok, karenanya
dapat dipengaruhi oleh suara-suara yang dominan dan mengikuti mereka yang
          memilih untuk mengemukakan pendapat. Kelompok lain mungkin mengikuti
          apa yang telah mereka amati dari kelompok sebelumnya, walaupun tujuannya
          tidak sama.
          Janis mengamati bahwa “kurangnya perbedaan dalam latar belakang sosial
          dan ideologi di antara para anggota dari sebuah kelompok yang kohesif
          membuat mereka lebih mudah menyetujui saran apa pun yang dikemukakan
          oleh sang pemimpin”. Tanpa keragaman latar belakang dan pengalaman, akan
          menjadi sulit untuk mendebat masalah-masalah yang penting.
   3. Tekanan Kelompok
      Tekanan kelompok terdiri dari tekanan internal dan eksternal (internal and
      external stress). Ketika pembuat keputusan sedang berada dalam tekanan yang
      berat-baik disebabkan oleh dorongan-dorongan dari luar maupun dari dalam
      kelompok-mereka cenderung tidak dapat menguasai emosi.
      Ketika tingkat tekanan tinggi, kelompok biasanya mengikuti pemimpin mereka
      dan menyatakan keyakinan mereka.

Gejala Groupthink

1. Pencarian Persetujuan (Concurrence Seeking)
   Ini terjadi ketika kelompok berusaha untuk mencapai kesepakatan bersama dalam
   keputusan akhir mereka. Andrea Hollingshead dan koleganya (2005): ”Tim-tim
   groupthink memberikan prioritas yang tinggi terhadap memberikan dukungan secara
   emosional terhadap satu sama lain sehingga mereka memilih untuk tidak saling
   menantang satu sama lain. Menurut Janis ada tiga kategori gejala dari groupthink:
   1. Penilaian berlebihan terhadap kelompok (overestimation of the group) yakni
      perilaku yang menunjukkan dirinya lebih dari yang sebenarnya, yakni:
      a. Ilusi akan ketidakrentanan (illusion of invulnerability) adalah keyakinan
          kelompok bahwa mereka cukup istimewa untuk mengatasi rintangan atau
          permasalahan apapun.
      b. Keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam kelompok (belief in
          inherent morality of the group), yaitu pengadopsian pemikiran bahwa “kami
          adalah kelompok yang baik dan bijaksana” (Janis, 1982, hal. 256). Dengan
          memiliki kepercayaan ini, anggota kelompok membersihkan diri mereka dari
rasa malu dan bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan implikasi etis
              atau moral dari keputusan mereka.
       2. Ketertutupan    pikiran    (close   minded),    maksudnya   kelompok   ini   tidak
          mengindahkan pengaruh-pengaruh dari luar terhadap kelompok, yakni:
          a. Stereotip kelompok luar (out-group stereotypes), yaitu persepsi stereotip
              tentang rival atau musuh. Ini menekankan bahwa lawan terlalu lemah atau
              terlalu bodoh untuk membalas taktik yang ofensif.
          b. Rasionalisasi kolektif (collective rationalization), merujuk pada situasi di
              mana anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang dapat
              mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran dan
              tindakan mereka sebelum mereka mencapai suatu keputusan akhir.


       3. Tekanan untuk mencapai keseragaman (pressure toward uniformity), yakni
          keinginan untuk menjaga hubungan baik antar anggota dengan alasan
          a. Sensor diri (self-censorship) merujuk pada kecenderungan para anggota
              kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan adanya argumen-
              argumen yang menentang. Mereka mulai memikirkan ulang ide-ide mereka.
          b. Ilusi akan adanya kebulatan suara (illusion of unanimity), yang menganggap
              diam adalah tanda setuju.
          c. Self-appointed       mind   guards   yakni   anggota-anggota   kelompok   yang
              melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung. Para mind guards
              yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan terbaik kelompok mereka.
          d. Tekanan terhadap para penentang (pressures on dissenters), maksudnya
              adanya tekanan terhadap anggota kelompok yang menyatakan opini,
              pandangan, atau komitmen yang berlawanan dengan opini mayoritas. Sikap ini
              akan bertahan, tentu saja, bila mengingat bahwa mereka yang secara terbuka
              sering kali kemudian mengundurkan diri atau digantikan (Janis, 1982).

Cara untuk Mencegah Groupthink : Bepikir Sebelum Bertindak

Janis (1982) melihat bahwa kohesivitas adalah kondisi yang penting tetapi tidak mutlak dari
groupthink. Namun, sering kali, ketika kelompok sedang berada dalam situasi ketika mereka
sedang sangat kohesif dan ketika pembuat keputusan sedang berada dalam tekanan yang
berat, groupthink dapat muncul.
Hanis (1989; Herek, Janis & Huth, 1987) menyatakan bahwa kelompok-kelompok terlibat di
dalam pembuatan keputusan yang waspada, mencakup:

            1. Melihat sasaran yang ingin dicapai oleh para anggota kelompok.
            2. Menyusun dan mengkaji ulang rencana-rencana tindakan yang akan diambil
               serta alternatif-alternatif yang ada.
            3. Mempelajari konsekuensi dari tiap alternatif.
            4. Menganalisis rencana tindakan yang pernah ditolak ketika sebuah informasi
               baru muncul.
            5. Memiliki rencana kontigensi untuk saran-saran yang gagal.

      T’Hart (1980) mengemukakan empat rekomendasi umum bagi kelompok yang rentan
      terhadap groupthink:

            1. Dibutuhkan supervisi dan kontrol.
            2. Mendukung adanya pelaporan kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok.
            3. Menerima adanya keberatan di dalam kelompok.
            4. Menyeimbangkan konsensus dan suara mayoritas.

   Janis menemukan dalam risetnya bahwa pikiran kelompok memiliki enam kelemahan,
   yaitu:

   1. Kelompok membatasi diskusi atau pembahasan hanya pada beberapa alternatif tanpa
      mempertimbangkan segala kemungkinan alternatif yang tersedia. Kelompok hanya
      mencari penyelesaian yang jelas dan mudah, serta tidak ada upaya untuk menjelajahi
      gagasan lainnya.
   2. Gagasan yang disukai pada tahap awal tidak pernah dipelajari kembali untuk mencari
      kemungkinan kesulitan atau hambatan yang tersembunyi. Dengan kata lain, kelompok
      tidak kritis dalam meneliti implikasi dari keputusan atau solusi yang dipilih.
   3. Kelompok gagal meneliti kembali berbagai alternatif yang pada awalnya tidak disukai
      oleh sebagian besar anggota. Pandangan minoritas dengan cepat dipatahkan dan
      diabaikan, tidak saja oleh mayoritas anggota, tetapi juga oleh mereka yang pada
      awalnya menyukai alternatif awal itu.
   4. Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seorang ahli. Kelompok sudah merasa
      puas dengan dirinya sendiri dan bahkan merasa terancam oleh pandangan orang luar.
5. Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memeriksa informasi yang
   tersedia. Anggota kelompok cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang
   mendukung rencana yang mereka sukai saja.
6. Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal dan mereka tidak berencana
   untuk gagal.




BAB IV         Kesimpulan dan Analisis

1. Kelompok adalah pemecah masalah yang lebih baik, dalam jangka panjang, daripada
   para individu perseorangan meskipun dinamika kelompok kompleks dan menantang.
2. Groupthink adalah suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika
   keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua
   rencana tindakan yang ada.
3. Ada tiga kondisi yang mendorong terjadinya groupthink, yakni:
   a. Kohesivitas Kelompok
   b. Faktor Struktural, yakni
              Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making
              procedures) dan kemiripan antaranggota kelompok (homogenitas latar
              belakang antaranggota).
              Isolasi kelompok (group insulation)
              Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership)

   c. Tekanan Kelompok
4. Gejala Groupthink
   a. Pencarian Persetujuan (Concurrence Seeking), antara lain:
       1) Penilaian berlebihan terhadap kelompok (overestimation of the group) yakni
          perilaku yang menunjukkan dirinya lebih dari yang sebenarnya, yakni:
                  Ilusi akan ketidakrentanan (illusion of invulnerability)
                  Keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam kelompok (belief in
                  inherent morality of the group)
   b. Ketertutupan pikiran (close minded), antara lain:
       1) Stereotip kelompok luar (out-group stereotypes)
       2) Rasionalisasi kolektif (collective rationalization)
   c. Tekanan untuk mencapai keseragaman (pressure toward uniformity), mencakup:
1) Sensor diri (self-censorship)
       2) Ilusi akan adanya kebulatan suara (illusion of unanimity)
       3) Self-appointed mind guards
       4) Tekanan terhadap para penentang (pressures on dissenters)
5. Cara untuk mencegah groupthink, yakni
   a. Menurut Hanis
       1) Melihat sasaran yang ingin dicapai oleh para anggota kelompok.
       2) Menyusun dan mengkaji ulang rencana-rencana tindakan yang akan diambil
           serta alternatif-alternatif yang ada.
       3) Mempelajari konsekuensi dari tiap alternatif.
       4) Menganalisis rencana tindakan yang pernah ditolak ketika sebuah informasi
           baru muncul.
       5) Memiliki rencana kontigensi untuk saran-saran yang gagal.


   b. Menurut T’Hart
       1) Dibutuhkan supervisi dan kontrol.
       2) Mendukung adanya pelaporan kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok.
       3) Menerima adanya keberatan di dalam kelompok.
       4) Menyeimbangkan konsensus dan suara mayoritas.
6. Terdapat 6 kelemahan groupthink, antara lain
   1) Kelompok hanya mencari penyelesaian yang jelas dan mudah, serta tidak ada
       upaya untuk menjelajahi gagasan lainnya.
   2) Gagasan yang disukai pada tahap awal tidak pernah dipelajari kembali untuk
       mencari kemungkinan kesulitan atau hambatan yang tersembunyi.
   3) Kelompok gagal meneliti kembali berbagai alternatif yang pada awalnya tidak
       disukai oleh sebagian besar anggota.
   4) Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seorang ahli.
   5) Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memeriksa informasi yang
       tersedia.
   6) Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal dan mereka tidak
       berencana untuk gagal.
Kritik dan Saran

   1. Perlu adanya keragaman dan konflik untuk mencegah agar setiap orang dapat berpikir
      secara rasional untuk mempererat hubungan antar anggota kelompok tanpa harus
      menitikberatkan pada pencarian konsensus yang tidak beralasan.
   2. Groupthink menekankan adanya keseragaman yang dimiliki setiap anggota kelompok,
      dan melupakan bahwa setiap individu adalah unik dan bahwa alternatif lain juga
      diperlukan dalam membentuk adanya strategi pemecahan masalah.
   3. Perlu adanya pengawas dan penasihat dalam mencegah terjadinya groupthink di
      kelompok, sebagai pemulihan kembali nilai-nilai dan tujuan awal pembentukan
      organisasi yang hilang ataupun tumpul serta fokus terhadap pemecahan masalah
      dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan kelompok.
   4. Kelompok sebaiknya mementingkan keragaman opini dan adanya “plan b” sebagai
      bagian untuk mencari solusi terbaik bagi kepentingan kelompok.
   5. Perlu adanya “pemerhati” yang bukan bagian dari kelompok, namun memahami
      secara jelas apa kebutuhan organisasi dan bagaimana merealisasikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Morissan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Jakarta

West, Richard & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Analisis dan Aplikasi.
2009. Salemba Humanika: Jakarta. Edisi ketiga.

Muhammad, Arni, Dr. Komunikasi Organisasi. 2004. Bumi Aksara: Jakarta. Cetakan
keenam.

http://duniadandia.blogspot.com/2011/03/teori-groupthink-irving-janis.html

yasir.staff.unri.ac.id

http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/07/pengaruh-ideologi-dan-group-think-organisasi-ekstra-
kampus-terhadap-idealisme-kinerja-organisasi-intra-kampus/

More Related Content

What's hot

Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasimankoma2012
 
Two Step Flow Communication Theory
Two Step Flow Communication TheoryTwo Step Flow Communication Theory
Two Step Flow Communication Theorymankoma2012
 
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilakuFaktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilakuLingga - Universitas Riau
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIANTeddy Ayomi
 
Evaluasi imc outline kuliah 13
Evaluasi imc outline kuliah 13Evaluasi imc outline kuliah 13
Evaluasi imc outline kuliah 13Prayudi
 
Teori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasiTeori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasirgdika
 
PROSES SOSIALISASI
PROSES SOSIALISASIPROSES SOSIALISASI
PROSES SOSIALISASIRidwanEspede
 
Audit komunikasi kehumasan
Audit komunikasi kehumasanAudit komunikasi kehumasan
Audit komunikasi kehumasanHafidz Wahyuddin
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theorymankoma2013
 
3. identitas citra dan reputasi perusahaan
3. identitas citra dan reputasi perusahaan3. identitas citra dan reputasi perusahaan
3. identitas citra dan reputasi perusahaanblade_net
 
Komunikasi organisasi pertemuan ke 5
Komunikasi organisasi   pertemuan ke 5Komunikasi organisasi   pertemuan ke 5
Komunikasi organisasi pertemuan ke 5suroso_mtp
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deceptionmankoma2013
 
Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi SosialTeori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosialmankoma2012
 
Public Opinion Theory
Public Opinion TheoryPublic Opinion Theory
Public Opinion Theorymankoma2012
 
Teori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifTeori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifLisa Ramadhanty
 

What's hot (20)

7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi7 Tradisi Komunikasi
7 Tradisi Komunikasi
 
Teori Difusi Inovasi
Teori Difusi InovasiTeori Difusi Inovasi
Teori Difusi Inovasi
 
Two Step Flow Communication Theory
Two Step Flow Communication TheoryTwo Step Flow Communication Theory
Two Step Flow Communication Theory
 
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilakuFaktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
Faktor personal dan situasional yang mempengaruhi perilaku
 
130313 spiral of silence
130313 spiral of silence130313 spiral of silence
130313 spiral of silence
 
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIANTEORI KOMUNIKASIPENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
TEORI KOMUNIKASI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
 
Evaluasi imc outline kuliah 13
Evaluasi imc outline kuliah 13Evaluasi imc outline kuliah 13
Evaluasi imc outline kuliah 13
 
Teori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasiTeori teori organisasi & komunikasi organisasi
Teori teori organisasi & komunikasi organisasi
 
Komunikasi massa
Komunikasi massaKomunikasi massa
Komunikasi massa
 
PROSES SOSIALISASI
PROSES SOSIALISASIPROSES SOSIALISASI
PROSES SOSIALISASI
 
Audit komunikasi kehumasan
Audit komunikasi kehumasanAudit komunikasi kehumasan
Audit komunikasi kehumasan
 
Coordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning TheoryCoordinated Management of Meaning Theory
Coordinated Management of Meaning Theory
 
3. identitas citra dan reputasi perusahaan
3. identitas citra dan reputasi perusahaan3. identitas citra dan reputasi perusahaan
3. identitas citra dan reputasi perusahaan
 
Komunikasi organisasi pertemuan ke 5
Komunikasi organisasi   pertemuan ke 5Komunikasi organisasi   pertemuan ke 5
Komunikasi organisasi pertemuan ke 5
 
Interpersonal deception
Interpersonal deceptionInterpersonal deception
Interpersonal deception
 
Makalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisisMakalah kelompok manajemen krisis
Makalah kelompok manajemen krisis
 
Teori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi SosialTeori Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial
 
Public Opinion Theory
Public Opinion TheoryPublic Opinion Theory
Public Opinion Theory
 
Komunikasi politik
Komunikasi politikKomunikasi politik
Komunikasi politik
 
Teori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan AdaptifTeori Penstrukturan Adaptif
Teori Penstrukturan Adaptif
 

Similar to Makalah ttg pemikiran kelompok

Analis teori groupthink irving janis
Analis teori groupthink  irving janisAnalis teori groupthink  irving janis
Analis teori groupthink irving janisaslanbastra
 
Tugas group think 4
Tugas group think 4Tugas group think 4
Tugas group think 4bumnbersatu
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokRatnaWulandari54
 
Dinamika Kelompok dan Team Building
Dinamika Kelompok dan Team BuildingDinamika Kelompok dan Team Building
Dinamika Kelompok dan Team BuildingDindaChairunnisa5
 
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahliPengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahlimufid Fakhrudin
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaUniversitas Islam Balitar
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdfssuserf76850
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfSipilNasionalis1
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptSatya Hanif
 
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdf
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdfpptkomunikasikelompok-180918041544.pdf
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdfErrikaDSW2
 
KOMUNIKASI KELOMPOK
KOMUNIKASI KELOMPOKKOMUNIKASI KELOMPOK
KOMUNIKASI KELOMPOKTika Nafisah
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokTiti Imansari
 

Similar to Makalah ttg pemikiran kelompok (20)

Groupthink
GroupthinkGroupthink
Groupthink
 
Groupthink theor1
Groupthink theor1Groupthink theor1
Groupthink theor1
 
Analis teori groupthink irving janis
Analis teori groupthink  irving janisAnalis teori groupthink  irving janis
Analis teori groupthink irving janis
 
Tugas group think 4
Tugas group think 4Tugas group think 4
Tugas group think 4
 
Functional theory
Functional theoryFunctional theory
Functional theory
 
Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompokKomunikasi kelompok
Komunikasi kelompok
 
kelompok sosial
kelompok sosialkelompok sosial
kelompok sosial
 
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompokppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
ppt bu ratna bimbingan kelompok struktur kelompok
 
Dinamika Kelompok dan Team Building
Dinamika Kelompok dan Team BuildingDinamika Kelompok dan Team Building
Dinamika Kelompok dan Team Building
 
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahliPengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
Pengertian komunikasi kelompok menurut para ahli
 
Pengembangan Masyarakat
Pengembangan MasyarakatPengembangan Masyarakat
Pengembangan Masyarakat
 
Groupthink presentation
Groupthink presentationGroupthink presentation
Groupthink presentation
 
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur MuspitaBab 4  perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
Bab 4 perilaku kelompok dalam organisasi_Novi Catur Muspita
 
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
3_DINAMIKA_KELOMPOK.pdf
 
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdfMicrosoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
Microsoft+PowerPoint+-+DINAMIKA+KELOMPOK-1.pdf
 
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.pptBAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
BAB IX SISTEM KOMUNIKASI KELOMPOK.ppt
 
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdf
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdfpptkomunikasikelompok-180918041544.pdf
pptkomunikasikelompok-180918041544.pdf
 
KOMUNIKASI KELOMPOK
KOMUNIKASI KELOMPOKKOMUNIKASI KELOMPOK
KOMUNIKASI KELOMPOK
 
Kohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam KelompokKohesi dalam Kelompok
Kohesi dalam Kelompok
 
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas SosialTugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
Tugas Psikologi Kelompok Kohesivitas dan Identitas Sosial
 

Makalah ttg pemikiran kelompok

  • 1. Tugas KOMUNIKASI ORGANISASI TEORI PEMIKIRAN KELOMPOK (GROUPTHINK) O L E H Josephine Fiona Ketaren (100904090) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
  • 2. Kata Pengantar Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan makalah berjudul “Teori Pemikiran Kelompok”. Makalah ini ditujukan untuk pemenuhan tugas menjelang Ujian Tengah Semester yang ditugaskan oleh Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku dosen Komunikasi Organisasi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak terkait yang telah mendukung penulis dalam penyusunan makalah ini, dan juga kepada ibu dosen yang telah membimbing penulis melalui pengajaran saat mata kuliah Komunikasi Organisasi berlangsung. Dalam proses penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan, yakni dengan referensi website-website yang membahas tentang Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) dan buku-buku Teori Komunikasi yang berkaitan tentang penggunaan teori groupthink, terutama dalam organisasi. Tantangan dalam penyelesaian makalah ini adalah keterbatasan referensi buku-buku yang dimiliki penulis untuk menuntaskan penyelesaian makalah ini dan keterbatasan pemahaman yang dimiliki penulis tentang permasalahan Groupthink. Masih banyak kekurangan yang terdapat di makalah, oleh karena itu, kritik dan saran sangat diperlukan untuk memperkaya isi makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memperkaya pengetahuan pembaca, dan berguna untuk kita semua. Terimakasih dan selamat membaca. Medan, Oktober 2012 Penulis
  • 3. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Berpartisipasi dalam kelompok kecil merupakan fakta kehidupan. Baik di sekolah maupun tempat kerja, orang sering kali menghabiskan banyak waktu kegiatan mereka di dalam kelompok. Kelompok didefenisikan sebagai dua atau lebih individu, yang berinteraksi dan saling tergantung antara satu dengan yang lain, yang bersama-sama ingin mencapai tujuan- tujuan tertentu. Kelompok dapat berbentuk formal atau informal. Kelompok formal maksudnya jika kita mendefinisikannya sebagai struktur organisasi, dengan memberikan penugasan pekerjaan yang membentuk kelompok tugas dan kelompok kerja. Dalam kelompok formal, perilaku yang harus ditunjukkan oleh seseorang ditentukan dan diarahkan untuk tujuan organisasi. Sebaliknya, kelompok informal merupakan aliansi yang tidak terstruktur atau tidak ditetapkan secara organisasional. Janis menyatakan bahwa ketika anggota kelompok memiliki nasib yang sama, terdapat tekanan yang kuat untuk menuju pada ketaatan. Dalam hal ini, pencarian konsensus (kebutuhan akan semua orang untuk sepakat) lebih berat dibandingkan akal sehat. Sehingga keinginan untuk mencapai suatu tujuan atau tugas lebih penting daripada menghasilkan solusi pemecahan masalah yang masuk akal. Pada bab berikut, akan ditelusuri lebih jauh tentang Groupthink, terutama seberapa besar pengaruhnya terhadap organisasi . I.2 Rumusan Masalah 1. Apa itu Groupthink? 2. Apa saja asumsi tentang Groupthink? 3. Apa penyebab terjadinya groupthink? 4.Apa saja gejala-gejala groupthink? 5. Apa saja kelemahan groupthink?
  • 4. BAB II Teori Pemikiran Kelompok (Groupthink) Irving Janis, di dalam bukunya Victims of Groupthink (1972), menjelaskan apa yang terjadi dalam kelompok kecil di mana anggota-anggotanya memiliki hubungan yang baik satu sama lain. Groupthink didefenisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada. Janis berpendapat bahwa anggota-anggota kelompok sering kali terlibat di dalam sebuah gaya pertimbangan di mana pencarian konsensus (kebutuhan semua orang akan sepakat) lebih berat dibandingkan akal sehat. Janis yakin bahwa apabila kelompok yag kemiripan anggotanya tinggi dan memiliki hubungan baik satu sama lain gagal untuk menyadari sepenuhnya akan adanya pendapat yang berlawanan, ketika maereka menekan konflik hanya agar mereka dapat bergaul dengan baik, atau ketika anggota kelompok tidak secara penuh mempertimbangkan semua solusi yang ada, mereka rentan terhadap groupthink. Asumsi Groupthink Marshall Scott Poole (1998) berpendapat bahwa kelompok kecil harus menjadi “unit analisis yang paling mendasar”. Janis memfokuskan penelitiannya pada kelompok pemecahan masalah (problem-solving group), yang tujuan utamanya adalah untuk mengambil keputusan dan memberikan rekomendasi kebijakan. Pengambilan keputusan merupakan bagian penting dari kelompok-kelompok kecil ini. Kegiatan kelompok kecil lainnya termasuk pembagian informasi, bersosialisasi, berhubungan dengan orang serta kelompok di luar kelompok mereka, mendidik anggota baru, memperjelas peranan dan bercerita (Frey & Sunwolf, 2005; Poole & Hirokawa, 1996). Dengan mengingat ini, berikut akan dibahas tiga asumsi penting: a) Terdapat kondisi-kondisi di dalam kelompok yang mempromosikan kohesivitas tinggi. b) Pemecahan masalah kelompok pada intinya merupakan proses yang menyatu. c) Kelompok dan pengambil keputusan oleh kelompok sering kali bersifat kompleks. Ernest Bormann (1996) mengamati bahwa anggota kelompok sering kali memiliki perasaan yang sama atau investasi emosional dan sebagai akibatnya mereka cenderung untuk mempertahankan identitas kelompok. Pemikiran kolektif ini biasanya menyebabkan sebuah kelompok memiliki hubungan yang baik dan mungkin memiliki kohesivitas tinggi.
  • 5. Kohesivitas (cohesiveness) adalah batas hingga di mana anggota-anggota suatu kelompok bersedia untuk bekerja sama dari sikap, nilai dan pola perilaku kelompok. Dennis Gouran (1998) mengamati bahwa kelompok-kelompok rentan terhadap batasan afiliatif (affiliative constraints) yang berarti bahwa anggota kelompok lebih memilih untuk menahan masukan mereka daripada mengambil risiko ditolak. Anggota kelompok karenanya, tampak lebih tertarik untuk mengikuti pemimpin ketika saat pengambilan keputusan tiba. Seorang psikolog sosial, Robert Zajonc (1965) menawarkan prinsip sederhana tentang kelompok: Ketika orang lain ada di sekitar kita, kita terstimulasi dari dalam, dan hal ini membantu atau menghalangi kinerja dari suatu tugas. Nickolas Cottrell dan tim penelitinya (Cottrell, Wack, Sekerak, & Rittle, 1968) kemudian mengklarifikasikan penemuan Zajonc dan berpendapat bahwa apa yang mendorong orang pada penyelesaian tugas adalah mengetahui bahwa seseorang akan dievaluasi oleh orang lainnya. Cottrell dan koleganya yakin bahwa anggota kelompok khawatir mengenai konsekuensi yang akan dibawa oleh anggota lain kepada kelompok. Marrin Shaw (1981) dan Janet Fulk serta Joseph McGrath (2005) mendiskusikan isu-isu tambahan sehubungan dengan kelompok. Mereka melihat banyak pengaruh terdapat dalam kelompok kecil-usia dari anggota kelompok, sifat kompetitif dari anggota kelompok, ukuran kelompok, kecerdasan anggota kelompok, komposisi gender kelompok dan gaya kepemimpinan yang ada di dalam kelompok. Selain itu, latar belakang budaya dari tiap individu dapat mempengaruhi proses-proses yang terjadi di dalam kelompok. Jika dinamika kelompok kompleks dan menantang, maka alasan orang sering kali ditugaskan dalam kelompok adalah karena “Dua kepala lebih baik daripada satu.” John Brihart, Gloria Galanes dan Katherine Adams (2001) menjelaskan bahwa: Kelompok biasanya merupakan pemecah masalah yang lebih baik, dalam jangka panjang, daripada para individu perseorangan karena mereka memiliki akses ke lebih banyak informasi, dapat melihat kelemahan dan bias dalam pemikiran satu sama lain, dan kemudian berpikir mengenai hal yang mungkin gagal dipertimbangkan oleh seorang individu. Selain itu, jika orang berpartisipasi dalam perencanaan pemecahan suatu masalah, sangat mungkin bahwa mereka akan bekerja lebih keras dan lebih baik dalam menjalankan rencana-rencana tersebut. Oleh karena itu, partisipasi dalam
  • 6. pemecahan masalah dan pengambilan keputusan memastikan akan adanya komitmen berkelanjutan terhadap keputusan dan solusi tersebut. Terdapat dua isu tentang Groupthink, yaitu 1. Clark McCauley (1989) menyatakan bahwa kelompok yang anggotanya serupa satu sama lain adalah kelompok yang lebih kondusif terhadap groupthink (homogeneity). 2. Keputusan kelompok yang tidak dipertimbangkan matang-matang oleh semua orang dapat mengakibatkan terjadinya groupthink. Janis (1982) mengemukakan bahwa ada tiga kondisi yang mendorong terjadinya groupthink, yakni: 1. Kohesivitas Kelompok Janis berpendapat bahwa kelompok dengan kohesivitas tinggi memberikan tekanan yang besar pada anggota kelompoknya untuk menaati standar kelompok. Ketika kelompok mencapai tingkat kohesivitas yang tinggi, euforia ini cenderung mematikan opini dan alternatif yang lain. 2. Faktor Struktural Faktor-faktor ini antara lain 1. Isolasi kelompok (group insulation) merujuk pada kemampuan kelompok untuk tidak terpengaruh oleh dunia luar. Mereka mungkin saja mendiskusikan isu-isu yang memiliki relevansi di dunia luar, tetapi anggota-anggota kelompok ini terlindung dari pengaruhnya. Orang di luar kelompok yang dapat membantu dalam mengambil keputusan bahkan mungkin ada di dalam organisasi, tetapi tidak diminta untuk berpartisipasi. 2. Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership) berarti bahwa anggota kelompok dipimpin oleh orang yang memiliki minat pribadi terhadap hasil akhir. 3. Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making procedures) dan kemiripan antaranggota kelompok (homogenitas latar belakang antaranggota). Dennis Gouran dan Randy Hirokawa (1996) menyatakan bahwa bahkan jika suatu kelompok menyadari akan adanya suatu masalah, mereka masih harus mencari tahu penyebab dan sejauh apa masalah ini. Kelompok, karenanya
  • 7. dapat dipengaruhi oleh suara-suara yang dominan dan mengikuti mereka yang memilih untuk mengemukakan pendapat. Kelompok lain mungkin mengikuti apa yang telah mereka amati dari kelompok sebelumnya, walaupun tujuannya tidak sama. Janis mengamati bahwa “kurangnya perbedaan dalam latar belakang sosial dan ideologi di antara para anggota dari sebuah kelompok yang kohesif membuat mereka lebih mudah menyetujui saran apa pun yang dikemukakan oleh sang pemimpin”. Tanpa keragaman latar belakang dan pengalaman, akan menjadi sulit untuk mendebat masalah-masalah yang penting. 3. Tekanan Kelompok Tekanan kelompok terdiri dari tekanan internal dan eksternal (internal and external stress). Ketika pembuat keputusan sedang berada dalam tekanan yang berat-baik disebabkan oleh dorongan-dorongan dari luar maupun dari dalam kelompok-mereka cenderung tidak dapat menguasai emosi. Ketika tingkat tekanan tinggi, kelompok biasanya mengikuti pemimpin mereka dan menyatakan keyakinan mereka. Gejala Groupthink 1. Pencarian Persetujuan (Concurrence Seeking) Ini terjadi ketika kelompok berusaha untuk mencapai kesepakatan bersama dalam keputusan akhir mereka. Andrea Hollingshead dan koleganya (2005): ”Tim-tim groupthink memberikan prioritas yang tinggi terhadap memberikan dukungan secara emosional terhadap satu sama lain sehingga mereka memilih untuk tidak saling menantang satu sama lain. Menurut Janis ada tiga kategori gejala dari groupthink: 1. Penilaian berlebihan terhadap kelompok (overestimation of the group) yakni perilaku yang menunjukkan dirinya lebih dari yang sebenarnya, yakni: a. Ilusi akan ketidakrentanan (illusion of invulnerability) adalah keyakinan kelompok bahwa mereka cukup istimewa untuk mengatasi rintangan atau permasalahan apapun. b. Keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam kelompok (belief in inherent morality of the group), yaitu pengadopsian pemikiran bahwa “kami adalah kelompok yang baik dan bijaksana” (Janis, 1982, hal. 256). Dengan memiliki kepercayaan ini, anggota kelompok membersihkan diri mereka dari
  • 8. rasa malu dan bersalah, walaupun mereka tidak mengindahkan implikasi etis atau moral dari keputusan mereka. 2. Ketertutupan pikiran (close minded), maksudnya kelompok ini tidak mengindahkan pengaruh-pengaruh dari luar terhadap kelompok, yakni: a. Stereotip kelompok luar (out-group stereotypes), yaitu persepsi stereotip tentang rival atau musuh. Ini menekankan bahwa lawan terlalu lemah atau terlalu bodoh untuk membalas taktik yang ofensif. b. Rasionalisasi kolektif (collective rationalization), merujuk pada situasi di mana anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran dan tindakan mereka sebelum mereka mencapai suatu keputusan akhir. 3. Tekanan untuk mencapai keseragaman (pressure toward uniformity), yakni keinginan untuk menjaga hubungan baik antar anggota dengan alasan a. Sensor diri (self-censorship) merujuk pada kecenderungan para anggota kelompok untuk meminimalkan keraguan mereka dan adanya argumen- argumen yang menentang. Mereka mulai memikirkan ulang ide-ide mereka. b. Ilusi akan adanya kebulatan suara (illusion of unanimity), yang menganggap diam adalah tanda setuju. c. Self-appointed mind guards yakni anggota-anggota kelompok yang melindungi kelompok dari informasi yang tidak mendukung. Para mind guards yakin bahwa mereka bertindak demi kepentingan terbaik kelompok mereka. d. Tekanan terhadap para penentang (pressures on dissenters), maksudnya adanya tekanan terhadap anggota kelompok yang menyatakan opini, pandangan, atau komitmen yang berlawanan dengan opini mayoritas. Sikap ini akan bertahan, tentu saja, bila mengingat bahwa mereka yang secara terbuka sering kali kemudian mengundurkan diri atau digantikan (Janis, 1982). Cara untuk Mencegah Groupthink : Bepikir Sebelum Bertindak Janis (1982) melihat bahwa kohesivitas adalah kondisi yang penting tetapi tidak mutlak dari groupthink. Namun, sering kali, ketika kelompok sedang berada dalam situasi ketika mereka sedang sangat kohesif dan ketika pembuat keputusan sedang berada dalam tekanan yang berat, groupthink dapat muncul.
  • 9. Hanis (1989; Herek, Janis & Huth, 1987) menyatakan bahwa kelompok-kelompok terlibat di dalam pembuatan keputusan yang waspada, mencakup: 1. Melihat sasaran yang ingin dicapai oleh para anggota kelompok. 2. Menyusun dan mengkaji ulang rencana-rencana tindakan yang akan diambil serta alternatif-alternatif yang ada. 3. Mempelajari konsekuensi dari tiap alternatif. 4. Menganalisis rencana tindakan yang pernah ditolak ketika sebuah informasi baru muncul. 5. Memiliki rencana kontigensi untuk saran-saran yang gagal. T’Hart (1980) mengemukakan empat rekomendasi umum bagi kelompok yang rentan terhadap groupthink: 1. Dibutuhkan supervisi dan kontrol. 2. Mendukung adanya pelaporan kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok. 3. Menerima adanya keberatan di dalam kelompok. 4. Menyeimbangkan konsensus dan suara mayoritas. Janis menemukan dalam risetnya bahwa pikiran kelompok memiliki enam kelemahan, yaitu: 1. Kelompok membatasi diskusi atau pembahasan hanya pada beberapa alternatif tanpa mempertimbangkan segala kemungkinan alternatif yang tersedia. Kelompok hanya mencari penyelesaian yang jelas dan mudah, serta tidak ada upaya untuk menjelajahi gagasan lainnya. 2. Gagasan yang disukai pada tahap awal tidak pernah dipelajari kembali untuk mencari kemungkinan kesulitan atau hambatan yang tersembunyi. Dengan kata lain, kelompok tidak kritis dalam meneliti implikasi dari keputusan atau solusi yang dipilih. 3. Kelompok gagal meneliti kembali berbagai alternatif yang pada awalnya tidak disukai oleh sebagian besar anggota. Pandangan minoritas dengan cepat dipatahkan dan diabaikan, tidak saja oleh mayoritas anggota, tetapi juga oleh mereka yang pada awalnya menyukai alternatif awal itu. 4. Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seorang ahli. Kelompok sudah merasa puas dengan dirinya sendiri dan bahkan merasa terancam oleh pandangan orang luar.
  • 10. 5. Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memeriksa informasi yang tersedia. Anggota kelompok cenderung berkonsentrasi hanya pada informasi yang mendukung rencana yang mereka sukai saja. 6. Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal dan mereka tidak berencana untuk gagal. BAB IV Kesimpulan dan Analisis 1. Kelompok adalah pemecah masalah yang lebih baik, dalam jangka panjang, daripada para individu perseorangan meskipun dinamika kelompok kompleks dan menantang. 2. Groupthink adalah suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada. 3. Ada tiga kondisi yang mendorong terjadinya groupthink, yakni: a. Kohesivitas Kelompok b. Faktor Struktural, yakni Kurangnya prosedur pengambilan keputusan (lack of decision making procedures) dan kemiripan antaranggota kelompok (homogenitas latar belakang antaranggota). Isolasi kelompok (group insulation) Kurangnya kepemimpinan imparsial (lack of impartial leadership) c. Tekanan Kelompok 4. Gejala Groupthink a. Pencarian Persetujuan (Concurrence Seeking), antara lain: 1) Penilaian berlebihan terhadap kelompok (overestimation of the group) yakni perilaku yang menunjukkan dirinya lebih dari yang sebenarnya, yakni: Ilusi akan ketidakrentanan (illusion of invulnerability) Keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam kelompok (belief in inherent morality of the group) b. Ketertutupan pikiran (close minded), antara lain: 1) Stereotip kelompok luar (out-group stereotypes) 2) Rasionalisasi kolektif (collective rationalization) c. Tekanan untuk mencapai keseragaman (pressure toward uniformity), mencakup:
  • 11. 1) Sensor diri (self-censorship) 2) Ilusi akan adanya kebulatan suara (illusion of unanimity) 3) Self-appointed mind guards 4) Tekanan terhadap para penentang (pressures on dissenters) 5. Cara untuk mencegah groupthink, yakni a. Menurut Hanis 1) Melihat sasaran yang ingin dicapai oleh para anggota kelompok. 2) Menyusun dan mengkaji ulang rencana-rencana tindakan yang akan diambil serta alternatif-alternatif yang ada. 3) Mempelajari konsekuensi dari tiap alternatif. 4) Menganalisis rencana tindakan yang pernah ditolak ketika sebuah informasi baru muncul. 5) Memiliki rencana kontigensi untuk saran-saran yang gagal. b. Menurut T’Hart 1) Dibutuhkan supervisi dan kontrol. 2) Mendukung adanya pelaporan kecurangan (whistle-blowing) dalam kelompok. 3) Menerima adanya keberatan di dalam kelompok. 4) Menyeimbangkan konsensus dan suara mayoritas. 6. Terdapat 6 kelemahan groupthink, antara lain 1) Kelompok hanya mencari penyelesaian yang jelas dan mudah, serta tidak ada upaya untuk menjelajahi gagasan lainnya. 2) Gagasan yang disukai pada tahap awal tidak pernah dipelajari kembali untuk mencari kemungkinan kesulitan atau hambatan yang tersembunyi. 3) Kelompok gagal meneliti kembali berbagai alternatif yang pada awalnya tidak disukai oleh sebagian besar anggota. 4) Kelompok tidak berupaya mencari pendapat seorang ahli. 5) Kelompok sangat selektif dalam mengumpulkan dan memeriksa informasi yang tersedia. 6) Kelompok tidak melihat kemungkinan mereka akan gagal dan mereka tidak berencana untuk gagal.
  • 12. Kritik dan Saran 1. Perlu adanya keragaman dan konflik untuk mencegah agar setiap orang dapat berpikir secara rasional untuk mempererat hubungan antar anggota kelompok tanpa harus menitikberatkan pada pencarian konsensus yang tidak beralasan. 2. Groupthink menekankan adanya keseragaman yang dimiliki setiap anggota kelompok, dan melupakan bahwa setiap individu adalah unik dan bahwa alternatif lain juga diperlukan dalam membentuk adanya strategi pemecahan masalah. 3. Perlu adanya pengawas dan penasihat dalam mencegah terjadinya groupthink di kelompok, sebagai pemulihan kembali nilai-nilai dan tujuan awal pembentukan organisasi yang hilang ataupun tumpul serta fokus terhadap pemecahan masalah dalam setiap pengambilan keputusan yang dilakukan kelompok. 4. Kelompok sebaiknya mementingkan keragaman opini dan adanya “plan b” sebagai bagian untuk mencari solusi terbaik bagi kepentingan kelompok. 5. Perlu adanya “pemerhati” yang bukan bagian dari kelompok, namun memahami secara jelas apa kebutuhan organisasi dan bagaimana merealisasikannya.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Morissan, M.A. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia: Jakarta West, Richard & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Analisis dan Aplikasi. 2009. Salemba Humanika: Jakarta. Edisi ketiga. Muhammad, Arni, Dr. Komunikasi Organisasi. 2004. Bumi Aksara: Jakarta. Cetakan keenam. http://duniadandia.blogspot.com/2011/03/teori-groupthink-irving-janis.html yasir.staff.unri.ac.id http://sosbud.kompasiana.com/2012/02/07/pengaruh-ideologi-dan-group-think-organisasi-ekstra- kampus-terhadap-idealisme-kinerja-organisasi-intra-kampus/