1. Biografi singkat Al-Ma'mun sebagai khalifah ke-8 Daulah Abbasiyah yang terkenal dengan kebijaksanaan dan kesabaran dalam mengelola pemerintahan.
2. Kontroversi utama selama masa kepemimpinannya adalah dukungannya terhadap pandangan Mu'tazilah yang menyatakan Al-Qur'an sebagai makhluk ciptaan.
3. Jasanya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dengan mendirikan Baitul H
1. 1
AL-MAKMUN
A. Biografi Khalifah Al-Ma’mun
Abdullah Al-Makmun dilahirkan pada tanggal 15 Rabi'ul Awal 170 H / 786 M,
bertepatan dengan wafat kakeknya Musa Al-Hadi dan naik tahta ayahnya, Harun Al-Rasyid.
Al-Makmun temasuk putra yang jenius, sebelum usia 5 tahun ia dididik agama dan membaca
Al-Qur'an oleh dua orang ahli yang terkenal bernama Kasai Nahvi dan Yazidi. Untuk belajar
Hadits, Harun Al-Rasyid menyerahkan kedua puteranya Al-Makmun dan Al-Amin kepada
Imam Malik di Madinah. Kedua putranya itu belajar kitab Al-Muwattha, karangan Imam
yang sangat singkat, Al-Makmun telah menguasai Ilmu-ilmu kesusateraan, tata Negara,
hokum, hadits, falsafah, astronomi, dan berbagai ilmu pengetahuaan lainnya. Ia hafal Al-
Qur'an begitu juga menafsirkannya. Al-Makmun menjadi khalifah setelah saudaranya Al-
Amin meninggal dunia, sebagai khalifah yang ke-8 dari Daulah Abbasiyah, Ia terkenal
sebagai seorang administrator yang termasyhur karena kebijaksanaan dan kesabarannya. Ia
mencurahkan perhatiannya yang besar pada tugas reorganisasi pemerintahan ketika
mengalami kemunduran selama pemerintahan Al-Amin. Ia melakukan peninjauan pengurus
rumah tangga istana. Ia mengangkat para administrator yang ahli unuk menjadi gubernur di
berbagai propinsi dan terus mengawasi langkah mereka.
Al-Yazidi adalah orang yang menggemblengnya. Dia sering kali mengumpulkan para
fukaha dari berbagai penjuru negeri. Dia memiliki pengetahuan yang sangat luas dalam
masalah fiqih, ilmu bahasa arab, dan Sejarah umat manusia. Saat dia menjelang dewasa, dia
banyak bergelut dengan ilmu filsafat dan ilmu-ilmu yang pernah berkembang di yunani
sehingga membuatnya menjadi seorang pakar dalam bidang ilmu ini. Ilmu filsafat yang dia
pelajari telah menyeretnya kepada pendapat yang menyatakan bahwa Al-Qur’an adalah
makhluk.
Dia adalah tokoh Bani Abbasiyyah yang paling istimewa dalam kemauannya yang
kuat, kesabaran, keluasan ilmu, kecemerlangan ide, kecerdikan, kewibawaan, keberanian dan
ketolerannya. Dia memiliki kisah hidup panjang yang penuh dengan kebaikan-kebaikan.
Sayangnya jejak kehidupannya yang demikian baik sedikit tercemari dengan peristiwa yang
menggemparkan saat dia mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Tidak seorang pun
dari khalifah Bani Abbasiyyah yang lebih pintar darinya. Dia adalah seorang pembicara yang
fasih dan singa podium yang lantang. Tentang kefasihannya dia berkata, “Juru bicara
mu’awiyah adalah ‘Amr bin Ash, juru bicara Abdul Malik adalah Hajjaj, dan juru bicara
saya adalah diri saya sendiri.” Disebutkan bahwa di dalam Bani Abbas itu ada Fatihah
2. 2
(pembuka), wastilah (penengah), dan Khatimah (penutup). Adapun pembukanya adalah As-
Saffah, penengahnya adalah Al-Makmun dan penutupnya adalah Al-Mu’tadhid.
B. Peperangan Dengan Saudaranya Al-Amin
Pada 802, Harun ar-Rasyid, ayah dari al-Ma'mun dan al-Amin memerintahkan al-
Amin untuk menggantikannya dan al-Ma'mun menjadi gubernur Khurasan dan sebagai
khalifah setelah al-Amin. Dilaporkan bahwa al-Ma'mun lebih tua dari dua saudaranya, tetapi
ibunya berasal dari Persia, sedangkan ibu Al-Amin merupakan anggota keluarga Abbasiyah.
Setelah kematian ar-Rasyid pada tahun 809, hubungan antara dua saudara tersebut
memburuk. Sebagai balasan atas gerakan al-Ma'mun diluar kekhalifahan, al-Amin
mengangkat anaknya sendiri, Musa, sebagai penggantinya. Hal ini merupakan pelanggaran
terhadap wasiat ar-Rasyid, yang mengakibatkan terjadinya perang saudara dimana al-
Ma'mun merekrut pasukan Khurasani yang dipimpin oleh Tahir bin Husain (meninggal 822),
mengalahkan pasukan Al-Amin dan mengepung Baghdad. Pada 813, al-Amin dipenggal dan
al-Ma'mun menjadi khalifah
C. Konsep Dasar Pendidikan Islam Pada Masa Al-Ma’mun
Pada masa khalifa ke-7 yaitu Al-Ma’mun ada dua konsep dasar pendidikan, yaitu
multikultural dan intuisi.
1. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural
Menurut pakar pendidikan, Azyumardi Azra mendefinisikan pendidikan multicultural
sebagai “pendiidkan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon perubahan
demokrafi dan kultur lingkungan masyarakat tertentu atau bahkan dunia secara keseluruhan.
Sedangkan menurut Hariansyah, ditinjau dari sudut psikologi bahwa pendidikan
multicultural memandang manusia memiliki beberapa dimensi yang harus diakomodir dan
dikembangkan secara keseluruhan. Bahwa manusia pada dasarnya adalah pengakuan akan
pluralitas (jama’), heterogenitas (keanekaragaman), dan keberagaman manusia itu sendiri.
Keberagaman itu bisa berupa ideologi, agama, paradigm, pola pikir, kebutuhan, keinginan
dan tingkat intelektual.
2. Konsep Dasar Pendidikan Multikultural di Intuisi Pendidikan Islam
Intuisi pendidikan Islam zaman Al-Ma’mun, termasuk kategori lembaga pendidikan
Islam yang klasik. George Maksidi membagi intuisi pendidikan Islam klasik berdasarkan
kriteria materi pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah Islam, menjadi dua tipe, yaitu:
intuisi pendidikan inkluisif (terbuka) terhadap pengetahuan umum dan intuisi pendidikan
eksklusif (tertutup) terhadap pengetahuan umum.
3. 3
Berdasarkan penggolongan George Maksidi, Intuisi Pendidikan Islam zaman Al-
Ma’mun dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Maktab/kuttab adalah intuisi dasar, maka yang diajarkan di maktab/kuttab adalah khat,
kaligrafi, Al-Qur’an, akidah, dan syair.
b) Halaqah artinya lingkaran (murid-murid yang melingkari gurunya yang duduk di atas
lantai). Halaqah merupakan intuisi pendidikan Islam setingkat dengan pendidikan
tingkat lanjutan.
c) Majelis adalah intuisi pendidikan yang digunakan untuk kegiatan transmisi keilmuan
dari berbagai desiplin ilmu, sehingga majelis banyak ragamnya. Ada 7 macam majelis,
yaitu: majelis Al-Hadits, Al-Tadris, Al-Munazharah, Al-Muzakarah, Al-Syu’ara, Al-
Adab, Al-Fatwa.
d) Masjid merupakan intuisi pendidikan Islam yang sudah ada sejak masa Nabi
Muhammad SAW.
e) Khan berfungsi sebagai asrama pelajar dan tempat penyelenggaraan pengajaran agama
satu diantaranya fiqh
f) Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan dari kehidupan
diniawi untuk mengonsentrasikan diri beribadah semata.
g) Rumah-rumah ulama digunakan untuk melakukan tranmisi ilmu agama, ilmu umum dan
kemungkinan lain petdebatan ilmiah.
h) Took buku dan perpustakaan berperan sebagai tempat tranmisi ilmu dan islam.
i) Observatorium dan rumah sakit sebagai konsep Dasar Pendidikan Multikultural di
Intuisi Pendidikan Islam.
D. Jasa-Jasa Khalifah Al-Ma’mun
Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun
memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid,
sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi
lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan
buku ilmu pengetahuan.
Lembaga lain yang didirikan pada masa Al-Makmun adalah Majalis Al-Munazharah
sebagai lembaga pengkajian keagamaan yang diselenggarakan di rumah-rumah, masjid-
masjid, dan istana khalifah. Lembaga ini menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur,
di mana Baghdad mulai menjadi pusat kebudayaan ilmu pengetahuan dan puncak keemasan
Islam.
4. 4
Al-Makmun, pengganti Al-Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada
ilmu. Pada masa pemerintahannya buku-buku asing digalakkan. Kemauan Al-Makmun
dalam mengembangkan ilmu pengetahuan tidak mengenal lelah. Ia ingin menunjukkan
kemauan yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat tradisi Yunani. Ia menyediakan
biaya dan dorongan yang kuat untuk mencapai kemajuan besar di bidang ilmu. Salah satunya
adalah gerakan penerjemahan karya-karya kuno dari Yunani dan Syria ke dalam bahasa
Arab, seperti ilmu kedokteran, astronomi, matematika, dan filsafat alam secara umum.
Tim penerjemah yang dibentuk Al-Ma’mun terdiri dari Hunain Ibn Ishaq sendiri dan
dibantu anak dan keponakannya, Hubaish, serta ilmu lain seperti Qusta ibn Luqa, seorang
beragama Kristen Jacobite, Abu Bisr Matta ibn Yunus, seorang Kristen Nestorian, Ibn ‘Adi,
Yahya ibn Bitriq dan lain-lain. Tim ini bertugas menerjemahkan naskah-naskah Yunani
terutama yang berisi ilmu-ilmu yang sangat diperlukan seperti kedokteran, bidang astrologi,
dan kimia. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting
adalah pembangunan Bait Al-Hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan
tinggi dengan perpustakaan yang besar. Pada masa Al-Makmun inilah Baghdad mulai
menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
E. Kontroversi-Kontroversi Al-Makmun
Salah satu kebijakan Al-Ma’mun yang paling sering mendapat sorotan ahli sejarah
adalah sifat eksklusifnya pada pandangan Mu’tazilah. Kaum ini mendukung Al-Ma’mun
menentang ahlisunnah serta ulama’ hadits. Al-Ma’mun ikut campur dalam masalah ideologi
rakyatnya. Bahkan mendesak untuk memegang ideologi Mu’tazilah. Maka wajar pada masa
ini para ulama banyak yang mengecamnya karena memberantas kebebasan. Bahkan tidak
segan menggunakan pedangnya untuk menindas ulama yang menentang prinsipnya.
Khalifah al-Ma’mun dan kaum Mu’tazilah berpendapat bahwa Kalam Allah itu hadits,
sementara kaum Hadits (dalam arti Sunnah, dan harap diperhatikan perbedaan antara kata-
kata hadits dan hadits berpendapat al-Qur’an itu qadim seperti Dzat Allah sendiri.
Pemenjaraan Ahmad ibn Hanbal adalah karena masalah ini. Salah satu masalah yang
diperselisihkan ialah apakah Kalam atau Sabda Allah, berujud al-Qur’an, itu qadim (tak
terciptakan karena menjadi satu dengan Hakikat atau Dzat Ilahi) ataukah hadits (terciptakan,
karena berbentuk suara yang dinyatakan dalam huruf dan bahasa Arab)?
Pada tahun 210 H, al-Ma'mun menikah dengan Buran binti al-Hasan bin Sahl.
Persiapan pernikahan ini menelan biaya demikian banyak. Ayah Buran mencutikan beberapa
komandannya dan menugasi mereka untuk mengurusi perkawinan anaknya selama 17 hari.
Dia menulis di atas beberapa carik kertas nama-nama ladang yang dia miliki, lalu dia
5. 5
taburkan kertas itu kepada para komandan dan para pemuka Bani Abbas. Barangsiapa yang
mendapatkan kertas yang bertuliskan nama ladang, maka Buran akan menyerahkan ladang
itu kepadanya. Dia juga menaburkan guci yang berisi permata di depan al-Ma'mun saat
malam pengantin.
Pada tahun 211 H, al-Ma'mun memerintahkan agar dikumandangkan bahwa dia
berlepas diri dari siapapun yang mengatakan bahwa Mu'awiyah itu adalah orang baik. Dia
juga memerintahkan kepada setiap orang bahwa orang yang paling mulia setelah Rasulullah
adalah Ali bin Abi Talib.
Pada tahun 212 H, al-Ma'mun menyatakan dengan terang-terangan bahwa al-Qur'an
adalah makhluk disamping perkataannya bahwa Ali lebih utama daripada Abu Bakar dan
Umar. Akibatnya kaum muslimin merasa kesal dengan perkataan itu. Hampir saja ucapan-
ucapan yang sangat kontroversial itu menimbulkan bencana besar dikalangan kaum
muslimin. Ternyata rakyat sangat peka dengan masalah yang mereka anggap sebagai bagian
penting dari agama itu. Akibat protes keras dari publik dan rakyatnya itu menghentikan ide-
ide kontroversial al-Ma'mun.