Dokumen tersebut membahas model dan teori ikatan pada ion kompleks. Terdapat beberapa model dan teori ikatan yang dijelaskan secara singkat yaitu model koordinasi Werner dan Sidgwick, teori ikatan valensi, teori orbital molekuler, dan teori medan ligan.
2. Model dan Molekul Kompleks :
1. Model konformasi werner
2. Model konformasi Sidgwick
3. Model konformasi ikatan
terkini
IKATAN PADA
ION KOMPLEKS
Teori Ikatan Valensi : Ikatan
Rangkap
Teori Orbital Molekuler
Teori Medan Ligan
3. APA ITU ION DAN MOLEKUL KOMPLEKS?
Pengertian
• Ion/molekul kompleks
adalah ion/molekul yang
memiliki jumlah ikatan di
antara atom-atomnya lebih
daripada yang diharapkan
dari aspek valensinya.
Contoh : [Cu(NH3)4]2+ dan
[Fe(CN)6]3-.
• Ion Cu2+ bervalensi dua
dapat membentuk empat
ikatan dengan NH3
• Ion Fe3+ bervalensi tiga
dapat membentuk enam
ikatan dengan ion CN-.
• Molekul NH3 dan ion CNdinamakan ligan, sedangkan
atom-atom logam
dinamakan atom pusat.
4. APA ITU ION DAN MOLEKUL KOMPLEKS?
• Ion kompleks dapat berupa kation atau anion,
terdiri dari ion logam dikeliling sejumlah ligan
yang dapat berupa molekul netral atau ion,
dengan syarat mempunyai pasangan elektron
bebas.
• Terdapat 3 macam ligan, yakni :
– Monodentat
– Bidentat / senyawa kelat
– Polidentat
5. Beberapa contoh Ligan yang umum
Ligan
Monodentat
Bidentat
Polidentat
Nama
Air
Amonia
Sianida
Hidroksida
Halida
Nirit
Tiosianat
Tiosulfat
Oksalat
Etilendiamin
EDTA
Rumus
H2O
NH3
CNOHXNO2SCNS2O32C2O42-(CH)2(NH2)2
6. Model Koordinasi Werner
• Valensi ditinjau dari aspek :
“Walaupundalam ion kompleks bilangan
valensi, daya gabung beberapa atom
– Valensi Primer
tertentu tampaknya habis terpakai,
– Valensi Sekunder
• tapi ternyata atom-atom tersebut
Valensi Primer :
sering kalitingkat oksidasi daridaya untuk
– Adalah masih memiliki logam
andil dalam pembentukan molekul
pusat.
kompleks dengan jalannegatif
– Terpenuhi dengan ion pembentukan
• pertautan atom-atom. Hal ini
Valensi sekunder :
disebabkan, selain adanya ikatan
– Adalah bilangan koordinasi
afinitas yangligan yang sebagai valensi
– Terisi oleh dikenal dapat bermuatan
utama, juga terdapat ikata lain yang
positif, negatif maupun netral
disebut sebagai valensi sekunder.
Teori selebihnya adalah uraian
tentang jumlah dan kemasan valensi
sekunder atau valensi tak terionkan
Alfred Werner (1893)
7. Model Koordinasi Werner
Misalnya pada senyawa
CoCl3.6NH3, Werner menyatakan
bahwa struktur senyawa tersebut
adalah sebagai berikut:
Co memiliki 6
valensi sekunder
Co memiliki 3
valensi primer
8. Model Koordinasi Sidgwick
• ligan mendonorkan pasangan
elektron bebas kepada ion logam,
sehingga membentuk suatu ikatan
koordinasi.
• Arah pemberian elektron dari ligan
kepada ion logam ditunjukkan
dengan tanda panah dari arah ligan
menuju logam. L M
• Jumlah elektron yang mengelilingi ion
pusat, termasuk yang didonorkan
oleh ligan disebut sebagai bilangan
atom efektif (Effective Atomic
Number, EAN) dari logam tersebut.
Henry Sidgwick (1838)
9. Model Koordinasi Sidgwick
Contohnya pada kompleks
[Co(NH3)6]3+. Setiap ligan NH3
mendonorkan satu pasang
elektron untuk membentuk
ikatan koordinasi dengan ion
Co3+ sebagai ion pusat.
NH3
NH3
NH3
Co
NH3
NH3
NH3
Kompleks [Co(NH3)6]3+, enam buah ligan NH3 yang mengelilingi Co3+ masing-masing
mendonorkan sepasang elektron pada Co3+ untuk membentuk ikatan, ditunjukkan dari arah
panah yang menuju Co3+ dari NH3
10. Model Ikatan Terkini
• 4 model ikatan koordinasi dewasa ini:
(1) Teori elektrostatik dengan modifikasi yang
baru-baru ini digunakan yaitu teori medan
Kristal,
(2) Teori ikatan valensi,
(3) Teori orbital molekul,
(4) Teori medan ligan.
11. 2.
TEORI IKATAN VALENSI
• Penerapan teori ikatan valensi pada senyawa
kompleks terutama dimulai oleh Pauling.
• Orbital dalam senyawa kompleks hanya
ditinjau dari segi orbital-orbital atom pusat
dan hibridisasinya untuk menghasilkan orbital
ikatan.
12. Lanjutan
Pauling menggunakan cara sederhana untuk
menggambarkan ikatan. Diantaranya :
a. Atom pusat harus menyediakan sejumlah orbital yang
banyaknya sama dengan bilangan koordinasi untuk
membentuk ikatan kovalen dengan orbital ligan yang
sesuai.
b. Ikatan kovalen sigma berasal dari overlap orbital
kosong atom logam dan sebuah orbital sigma penuh
dari gugus donor.
c. Disamping ikatan sigma, dalam teori iktan valensi
diperkenankan juga terbentuk ikatan phi, asalkan
tersedia orbital-d yang sesuai beserta elektronnya, dan
overlap dengan orbital phi ligan dapat terjadi.
13. Lanjutan
• Secara teoritis, ikatan valensi pada pembentukan
ikatan dalam ion kompleks di gambarkan sebagai
berikut
• Contoh : ion [Cr(H2O)6]3+
– konfigurasi atom pusat dalam keadaan bebas (Cr)
(Ar)
3d
3+
4s
4p
– Konfigurasi dari ion Cr adalah :
4d
(Ar)
3d
4s
4p
4d
14. Pada pembentukan di gunakan orbital hibrida d2sp3 . Orbital
harus kosong sehingga dapat di huni oleh pasangan eelektron
dari ligan
[Cr(H2O)6]3+
(Ar)
3d
4s
4p
6 H2O
4d
16. 3.
TEORI IKATAN VALENSI : IKATAN
RANGKAP
• ikatan pada senyawa kompleks dengan teori
ikatan valensi, memandang bahwa semua ligan
mempunyai pasangan elektron ikatan sigma yang
siap untuk diberikan. Dengan kata lain, semua
ligan adalah basa lewis. Anggapan ini jauh dari
keadaan sebenarnya. Terdapat banyak ligan
umum seperti CO, RNC , PX3 (X= halogen), PR3,
ASR3, SR2, C2H4, dan lainnya merupakan donor
elektron yang buruk, namun dapat membentuk
banyak senyawa kompleks yang stabil.
17. Lanjutan
• Untuk menjelaskan keadaan tersebut, Pauling
menyarankan bahwa atom-atom unsur transisi
tidak dibatasi hanya dapat membentuk ikatan
kovalen tunggal saja, tetapi unsur tersebut
mampu membentuk ikatan rangkap dan ligan
penerima elektron menggunakan elektron
orbital phi.
19. 4.
TEORI ORBITAL MOLEKULER
• Metode orbital molekul menggunakan orbital
atom pusat, tetapi teori ini juga meninjau
orbital atom-atom ligan ynag terkoordinasi.
Jadi, jika mula-mula ikatan-π diabaikan,
khususnya untuk enam ligan yang mengelilingi
atom logam transisi maka akan tersedia
sebanyak lima belas orbital untuk membentuk
orbital molekul. Kelimabelas orbital tersebut
berasal dari Sembilan orbital atom logam dan
enam orbital ligan.
20. 5.
TEORI MEDAN LIGAN
Untuk banyak keperluan seperti hubungan data eksperimen
yang berkaitan dengan berbagai kompleks atom logam
pada tingkat oksidasi biasa, tidak perlu menggunakan
orbital molekuler yang begitu rumit. Di pihak lain, teori
medan Kristal tidak mencukupi sebab tidak menyinggung
aspek ikatan kovalen. Dengan demikian perlu
dimodifikasinya tanpa harus mengambil alih model yang
secara eksplisit menggunakan ikatan kovalen. Metode yang
biasanya digunakan untuk memodifikasi teori medan Kristal
agar mampu menjelaskan paling tidak sebagian efek
overlap orbital adalah dengan cara menghalalkan semua
parameter antaraksi antarelektron menjadi variabel
daripada menganggapnya sebagai tetapan yang nilainya
sama dengan parameter-parameter yang dimiliki oleh ion
logam bebas.