SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
Analisis
Korelasi
Kanonik
Kelompok 1
Analisis Peubah Ganda (APG)
Dosen Pengampu : Rani Nooerani,
S.ST., M.Stat.
Kelompok 1
– Dedi Anggriawan
– Dilla Citra Dewi
– Dira Annisa Nasution
– Ervina Jayanti Siagian
– Fadli Fimantaka
– Galih Hasan Ibrahim
– Miftah Aamalia Putri
– Muhammad Zaky Nafi’
– Novantia
– Rufaida Nurjanah
Kelas 4 SK 3
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik
Tahun Akademik 2016/2017
Pendahuluan
– Analisis korelasi kanonik (canonical analysis) pertama kali diperkenalkan oleh
Hotelling (1936), sebagai suatu teknik statistika peubah ganda (Multivariat)
yang menyelidiki keeratan hubungan antara dua gugus variabel. Gugus
maksudnya disini kelompok. Satu gugus variabel diidentifikasikan sebagai gugus
variabel penduga (independent variables), sedangkan gugus variabel lainnya
diperlakukan sebagai gugus variabel respon (dependent variabel). Dan melalui
ketergantungan (dependency) antar kedua gugus variabel tersebut dapat
dijelaskan pengaruh dari satu gugus variabel terhadap gugus variabel lainnya.
Hubungan Simultan Antar
Peubah
– Analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan
untuk melihat hubungan antara satu kumpulan peubah independen dengan satu
kumpulan peubah dependen.
Sebagai contoh hubungan antara sekelompok variabel kepribadian dan sekelompok
variabel kemampuan, hubungan antara indeks harga dan indeks produksi.
– Analisis ini dapat mengukur tingkat keeratan hubungan antara satu kumpulan
peubah dependen dengan satu kumpulan peubah independen. Disamping itu,
analisis korelasi kanonik juga mampu menguraikan struktur hubungan di dalam
kumpulan peubah independen.
– Semua data untuk analisis Korelasi Kanonik bertipe metrik, yakni data interval atau
data rasio.
Hubungan Simultan Antar
Peubah
– Korelasi Kanonik fokus pada korelasi antara kombinasi linier dalam satu set
variabel dengan kombinasi linear variabel set berikutnya, sehingga korelasi
anatara dua set variabel tersebut maksimum.
– Hal ini bertujuan untuk menentukan pasangan kombinasi linier dengan
korelasi terbesar. Selanjutnya, kita menentukan pasangan yang memiliki
kombinasi linier korelasi terbesar di antara semua pasangan yang pada
awalnya tidak berkorelasi, dan seterusnya.
– Pasangan kombinasi linier variabel disebut variabel kanonik, dan korelasinya
disebut korelasi kanonik.
Asumsi
– Variabel dalam set variabel bebas dan set variabel tak bebas, saling
berhubungan linier
– Tidak ada hubungan antar variabel dalam set yang sama (tidak terjadi
multikolinieritas)
– Jika diperlukan, sifat selanjutnya adalah memenuhi sebaran multivariat
normal
Hubungan linier antar peubah
(1)
– Salah satu asumsi untuk analisis korelasi kanonik adanya hubungan linier pada
dua variabel. Misal :
– 2 variabel Promosi dan Penjualan, yakni makin besar pengeluaran promosi,
makin tinggi penjualan
– Analisis korelasi kanonik memaksimalkan hubungan linier antar variabel
kanonik, karena jika non linier maka koefisien korelasi kanonik tidak menangkap
hubungan tersebut.
Hubungan linier antar peubah
(2)
– Jika hubungan tidak linier, maka satu atau kedua variabel kanonik harus diubah
jika memungkinkan. Pengujian linieritas antara sepasang variabel kanonik dapat
dilihat dari nilai korelasi kanoniknya. Jika nilai tersebut tergolong signifikan
secara statistik, maka dapat dipastikan bahwa asumsi linieritas telah dipenuhi
untuk variabel kanonik tersebut
– Pengujian linieritas menggunakan korelasi kanonik adalah sbb :
– Menyusun matriks kovarian (S) atau matriks korelasi (R)
– Mencari nilai eigen berdasarkan matriks S atau R
– Mencari vektor eigen berdasarkan nilai eigen yang telah diperoleh
Selanjutnya mencari korelasi kanonik menggunakan rumus :
Hubungan linier antar peubah
(3)
– Mencari Proporsi atau keragaman data yang dijelaskan oleh setiap pasangan variabel kanonik
– Keragaman data ini digunakan untuk memilih pasangan variabel kanonik mana yang akan
dianalisis lebih lanjut. Batasan minimum keragaman kumulatif yang dikemukakan oleh Dillon dan
Goldstein (1984) adalah 80%
Hubungan linier antar peubah
(4)
– Selanjutnya melakukan pengujian hipotesis untuk setiap korelasi kanonik :
H0 : ρ𝑖 = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara
pasangan variabel kanonik ke-i
H1 : ρ𝑖 β‰  0, artinya ada hubungan yang signifikan antara
pasangan variabel kanonik ke-i
– Tolak H0 jika
Hubungan linier antar peubah
(5)
– Selain itu, untuk mengetahui ukuran kelinieran dari dua peubah dapat dilihat dari koefisien
determinasi (𝑅2
).
– Koefisien determinasi menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah dependen yang
dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah independen melalui hubungan linear tersebut.
– Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1. Jika semua observasi terletak sepanjang
garis linier maka koefisien determinasi bernilai 1.
– Jika slope dari garis regresi yang sesuai adalah 0 dan koefisien determinasi 0, berarti tidak ada
hubungan linier antara independen dan dependen, dan peubah bebas independen tidak
membantu dalam mengurangi keragaman dependen dengan regresi linear.
Pembentukan Peubah Kanonik
U1 = a11X1 + a12X2+…+a1PXP= A1
TX
V1 = b11Y1 + b12Y2+…+b1PYP = B1
TY
Akan ditentukan a1 dan b1 sehingga rU1V1 maksimum
Sifat Peubah Kanonik
β€’ Var (π‘ˆ π‘˜) = Var (π‘‰π‘˜) = 1
β€’ Cov (π‘ˆ π‘˜, π‘ˆβ„“) = Corr (π‘ˆ π‘˜, π‘ˆβ„“) = 0
β€’ Cov (π‘‰π‘˜, 𝑉ℓ) = Corr (π‘‰π‘˜, 𝑉ℓ) = 0
β€’ Cov (π‘ˆ π‘˜, 𝑉ℓ) = Corr (π‘ˆ π‘˜, 𝑉ℓ) = 0
β€’ Corr (π‘ˆ1, 𝑉1) > Corr (π‘ˆ2, 𝑉2) > Corr (π‘ˆ3, 𝑉3) > ... > Corr (π‘ˆπ‘Ÿ, π‘‰π‘Ÿ)
Mengukur
korelasi antar
peubah
kanonik:
Basis matriks ragam peragam
Misalkan untuk kedua set variabel X dan Y, diketahui:
E(X)=ΞΌX E(Y)=ΞΌY
Cov (X) = Ξ£XX Cov (Y) = Ξ£YY
Cov (X, Y) = Ξ£XY = Ξ£YX
Dengan susunan matrik kovariansinya adalah:
Sedangkan:
Maka:
οƒΊ

οƒΉ
οƒͺ




 
YYYX
XYXX
qpxqp )()(
baWVCov
bbWVar
aaVVar
XY
YY
XX
οƒ₯
οƒ₯
οƒ₯
ο€½
ο€½
ο€½
'),(
')(
')(
bbaa
ba
WVarVVar
WVCov
WVCorr
YYXX
XY
οƒ₯οƒ₯
οƒ₯ο€½ο€½
''
'
)()(
),(
),(
Contoh Kasus
– Dilakukan studi terhadap 16 koloni kupu-kupu Euphydryas
Editha di California dan Oregon. Dicatat nilai dua kelompok
peubah:
– Y : Peubah lingkungan
– X : Peubah penyebaran (frekuensi gen utk phosphoglucose isomerase yang
ditentukan dengan teknik elektroforesis)
– Ingin diketahui apakah terdapat keterkatitan kedua
kelompok peubah.Y1= altitute
Y2= persitipasi
Y3= Suhu maksimum
Y4 =Suhu Minimum
X1 = frek. Gen dengan mobilitas 0.40
X2 = frek. Gen dengan mobilitas 0.60
X3 = frek. Gen dengan mobilitas 0.80
X4 = frek. gen dengan mobilitas 1.00
X5 = frek. Gen dengan mobilitas 1.16
Data Hasil Penelitian
Langkah 1. Membakukan data
Langkah-langkah
1. Input data (lengkap dengan nama peubah)
2. Menu : File > New >Syntax
3. Tuliskan perintah :
4. Menu : Run >All
5. Interpretasikan output. Catatan : tidak semua output perlu
Keterangan Syntax
– MANOVAY1 toY4 WITH X1 to X5
β€’ Analisis Korelasi Kaninik terkait dengan MANOVA, sehingga perintahnya
adalah perintah MANOVA
β€’ Y1 toY4 : Peubah tak bebas (Y1 sampai Y4)
β€’ X1 to X5 : Peubah bebas adalah (X1 sampai X5)
– /PRINT=ERROR(SSCPCOV COR)SIGNIF
β€’ Untuk mengatur yang akan ditampilkan
–(SSCPCOV COR) : matriks SSCP,Kovarians dan Korelasi
SIGNIF : Menampilkan hasil pengujian
– (HYPOTH EIGEN DIMENR)
β€’ Untuk melanjutkan pengujian
– /DISCRIM=RAW STAN ESTIM COR ALPHA(5.0)
β€’ Untuk membentuk fungsi diskriminan bagi data mentah (Raw), data
terstandarkan (STAN)
Interpretasi
Pengujian signifikansi korelasi : dgWilk Lambda
– Catatan:
β€’ Dasar uji : uji F
β€’ Prosedur uji sama dengan uji Bartlett, dimulai dengan menguji akar 1- 4
(untuk menguji korelasi pasangan pertama) dst
β€’ Hasil pengujian sama dengan yang sebelumnya, bahwa korelasi pasangan
peubah kanonik pertama tidak nyata (demikian juga pasangan yanglain)
INTERPRETASI : dg bobot kanonik
–Terlihat bahwa gen dengan mobilitas 0.40 (X1) kurang pada koloni
yang terdapat pada daerah dengan presipitasi (Y2) tinggi dan daerah
dengan yang suhu maksimumnya (Y3) rendah
INTERPRETASI : dg korelasi kanonik
– Koloni dg frekuensi gen dg mobilitas 1.00 (X4) yang tinggi terkait dengan koloni
yang hidup pada daerah altitute (Y1) dan presipitasi (Y2) tinggi dengan suhu yang
Sekian
Terima Kasih

More Related Content

What's hot

APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 Populasi
APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 PopulasiAPG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 Populasi
APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 PopulasiRani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)Rani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...Rani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)APG Pertemuan 1 dan 2 (3)
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)Rani Nooraeni
Β 
Analisis Faktor (2.2)
Analisis Faktor (2.2)Analisis Faktor (2.2)
Analisis Faktor (2.2)Rani Nooraeni
Β 
Analisis Faktor (1)
Analisis Faktor (1)Analisis Faktor (1)
Analisis Faktor (1)Rani Nooraeni
Β 
Analisis Diskriminan (2)
Analisis Diskriminan (2)Analisis Diskriminan (2)
Analisis Diskriminan (2)Rani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)Rani Nooraeni
Β 
Analisis Faktor (2.1)
Analisis Faktor (2.1)Analisis Faktor (2.1)
Analisis Faktor (2.1)Rani Nooraeni
Β 
Analisis Klaster (1)
Analisis Klaster (1)Analisis Klaster (1)
Analisis Klaster (1)Rani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)Rani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataAPG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataRani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two Populations
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two PopulationsAPG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two Populations
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two PopulationsRani Nooraeni
Β 
APG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : ManovaAPG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : ManovaRani Nooraeni
Β 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaDwi Mardianti
Β 
Ppt korelasi sederhana
Ppt korelasi sederhanaPpt korelasi sederhana
Ppt korelasi sederhanaLusi Kurnia
Β 
Multivariate Analysis
Multivariate AnalysisMultivariate Analysis
Multivariate Analysisdyahanindita
Β 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Nur Sandy
Β 

What's hot (20)

APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 Populasi
APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 PopulasiAPG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 Populasi
APG Pertemuan 5 : Inferensia Vektor Rata-rata 1 Populasi
Β 
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)
APG Pertemuan 4 : Multivariate Normal Distribution (2)
Β 
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
APG Pertemuan 5 : Inferences about a Mean Vector and Comparison of Several Mu...
Β 
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)APG Pertemuan 1 dan 2 (3)
APG Pertemuan 1 dan 2 (3)
Β 
Analisis Faktor (2.2)
Analisis Faktor (2.2)Analisis Faktor (2.2)
Analisis Faktor (2.2)
Β 
Analisis Faktor (1)
Analisis Faktor (1)Analisis Faktor (1)
Analisis Faktor (1)
Β 
Analisis Diskriminan (2)
Analisis Diskriminan (2)Analisis Diskriminan (2)
Analisis Diskriminan (2)
Β 
APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)
Β 
Analisis Faktor (2.1)
Analisis Faktor (2.1)Analisis Faktor (2.1)
Analisis Faktor (2.1)
Β 
Analisis Klaster (1)
Analisis Klaster (1)Analisis Klaster (1)
Analisis Klaster (1)
Β 
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)
APG Pertemuan 3 : Sample Geometry and Random Sampling (1)
Β 
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rataAPG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
APG Pertemuan 6 : Inferensia Dua Vektor Rata-rata
Β 
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two Populations
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two PopulationsAPG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two Populations
APG Pertemuan 6 : Mean Vectors From Two Populations
Β 
APG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : ManovaAPG Pertemuan 7 : Manova
APG Pertemuan 7 : Manova
Β 
T2 Hottelling
T2 HottellingT2 Hottelling
T2 Hottelling
Β 
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier SederhanaAnalisis Regresi Linier Sederhana
Analisis Regresi Linier Sederhana
Β 
Ppt korelasi sederhana
Ppt korelasi sederhanaPpt korelasi sederhana
Ppt korelasi sederhana
Β 
Multivariate Analysis
Multivariate AnalysisMultivariate Analysis
Multivariate Analysis
Β 
proses poisson
proses poissonproses poisson
proses poisson
Β 
Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )Uji Run ( Keacakan )
Uji Run ( Keacakan )
Β 

Similar to Analisis Korelasi Kanonik (1)

DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptx
DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptxDEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptx
DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptxDepriZon1
Β 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaDian Arisona
Β 
MODUL 6 Regresi Linier Sederhana
MODUL 6 Regresi Linier SederhanaMODUL 6 Regresi Linier Sederhana
MODUL 6 Regresi Linier Sederhananur cendana sari
Β 
kanonik korelasi.pptx
kanonik korelasi.pptxkanonik korelasi.pptx
kanonik korelasi.pptxyogaajisukma
Β 
Korelasi(13)
Korelasi(13)Korelasi(13)
Korelasi(13)rizka_safa
Β 
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_201506bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015Masykur Abdullah
Β 
Makalah analisis regresi
Makalah analisis regresiMakalah analisis regresi
Makalah analisis regresirukmono budi utomo
Β 
Analisis Regresi
Analisis RegresiAnalisis Regresi
Analisis RegresiIrmaya Yukha
Β 
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptxPERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptxAlfan46
Β 
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdfMakalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdffitriunissula
Β 
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi SederhanaAnalisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi SederhanaAgung Anggoro
Β 
Analisis Hubungan
Analisis HubunganAnalisis Hubungan
Analisis Hubungangalih
Β 
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rsRizkisetiawan13
Β 
Makalah korelasi sederhana
Makalah korelasi sederhanaMakalah korelasi sederhana
Makalah korelasi sederhanaLusi Kurnia
Β 
Korelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaKorelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaindahnuur
Β 

Similar to Analisis Korelasi Kanonik (1) (20)

DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptx
DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptxDEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptx
DEFRIJON REGRESI GANDA 5A.pptx
Β 
Regresi Linear Berganda
Regresi Linear BergandaRegresi Linear Berganda
Regresi Linear Berganda
Β 
MODUL 6 Regresi Linier Sederhana
MODUL 6 Regresi Linier SederhanaMODUL 6 Regresi Linier Sederhana
MODUL 6 Regresi Linier Sederhana
Β 
kanonik korelasi.pptx
kanonik korelasi.pptxkanonik korelasi.pptx
kanonik korelasi.pptx
Β 
Korelasi(13)
Korelasi(13)Korelasi(13)
Korelasi(13)
Β 
Statistika
StatistikaStatistika
Statistika
Β 
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_201506bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015
06bab2 rahmatika 10060110003_skr_2015
Β 
Makalah analisis regresi
Makalah analisis regresiMakalah analisis regresi
Makalah analisis regresi
Β 
Analisis Regresi
Analisis RegresiAnalisis Regresi
Analisis Regresi
Β 
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
Minggu 9_Teknik Analisis KorelasiMinggu 9_Teknik Analisis Korelasi
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
Β 
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptxPERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
PERTEMUAN 2 - materi 12 OKakdfsf(1).pptx
Β 
Makalah Korelasi
Makalah KorelasiMakalah Korelasi
Makalah Korelasi
Β 
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdfMakalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Makalah_Analisis_Regresi_Berganda.pdf
Β 
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi SederhanaAnalisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana
Β 
Analisis Hubungan
Analisis HubunganAnalisis Hubungan
Analisis Hubungan
Β 
Statistika
StatistikaStatistika
Statistika
Β 
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
6. analisa regresi dan korelasi sederhana rs
Β 
Makalah korelasi sederhana
Makalah korelasi sederhanaMakalah korelasi sederhana
Makalah korelasi sederhana
Β 
PPT KELOMPOK 5.pptx
PPT KELOMPOK 5.pptxPPT KELOMPOK 5.pptx
PPT KELOMPOK 5.pptx
Β 
Korelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan gandaKorelasi parsial dan ganda
Korelasi parsial dan ganda
Β 

Analisis Korelasi Kanonik (1)

  • 1. Analisis Korelasi Kanonik Kelompok 1 Analisis Peubah Ganda (APG) Dosen Pengampu : Rani Nooerani, S.ST., M.Stat.
  • 2. Kelompok 1 – Dedi Anggriawan – Dilla Citra Dewi – Dira Annisa Nasution – Ervina Jayanti Siagian – Fadli Fimantaka – Galih Hasan Ibrahim – Miftah Aamalia Putri – Muhammad Zaky Nafi’ – Novantia – Rufaida Nurjanah Kelas 4 SK 3 Sekolah Tinggi Ilmu Statistik Tahun Akademik 2016/2017
  • 3. Pendahuluan – Analisis korelasi kanonik (canonical analysis) pertama kali diperkenalkan oleh Hotelling (1936), sebagai suatu teknik statistika peubah ganda (Multivariat) yang menyelidiki keeratan hubungan antara dua gugus variabel. Gugus maksudnya disini kelompok. Satu gugus variabel diidentifikasikan sebagai gugus variabel penduga (independent variables), sedangkan gugus variabel lainnya diperlakukan sebagai gugus variabel respon (dependent variabel). Dan melalui ketergantungan (dependency) antar kedua gugus variabel tersebut dapat dijelaskan pengaruh dari satu gugus variabel terhadap gugus variabel lainnya.
  • 4. Hubungan Simultan Antar Peubah – Analisis korelasi kanonik adalah salah satu teknik analisis statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antara satu kumpulan peubah independen dengan satu kumpulan peubah dependen. Sebagai contoh hubungan antara sekelompok variabel kepribadian dan sekelompok variabel kemampuan, hubungan antara indeks harga dan indeks produksi. – Analisis ini dapat mengukur tingkat keeratan hubungan antara satu kumpulan peubah dependen dengan satu kumpulan peubah independen. Disamping itu, analisis korelasi kanonik juga mampu menguraikan struktur hubungan di dalam kumpulan peubah independen. – Semua data untuk analisis Korelasi Kanonik bertipe metrik, yakni data interval atau data rasio.
  • 5. Hubungan Simultan Antar Peubah – Korelasi Kanonik fokus pada korelasi antara kombinasi linier dalam satu set variabel dengan kombinasi linear variabel set berikutnya, sehingga korelasi anatara dua set variabel tersebut maksimum. – Hal ini bertujuan untuk menentukan pasangan kombinasi linier dengan korelasi terbesar. Selanjutnya, kita menentukan pasangan yang memiliki kombinasi linier korelasi terbesar di antara semua pasangan yang pada awalnya tidak berkorelasi, dan seterusnya. – Pasangan kombinasi linier variabel disebut variabel kanonik, dan korelasinya disebut korelasi kanonik.
  • 6. Asumsi – Variabel dalam set variabel bebas dan set variabel tak bebas, saling berhubungan linier – Tidak ada hubungan antar variabel dalam set yang sama (tidak terjadi multikolinieritas) – Jika diperlukan, sifat selanjutnya adalah memenuhi sebaran multivariat normal
  • 7. Hubungan linier antar peubah (1) – Salah satu asumsi untuk analisis korelasi kanonik adanya hubungan linier pada dua variabel. Misal : – 2 variabel Promosi dan Penjualan, yakni makin besar pengeluaran promosi, makin tinggi penjualan – Analisis korelasi kanonik memaksimalkan hubungan linier antar variabel kanonik, karena jika non linier maka koefisien korelasi kanonik tidak menangkap hubungan tersebut.
  • 8. Hubungan linier antar peubah (2) – Jika hubungan tidak linier, maka satu atau kedua variabel kanonik harus diubah jika memungkinkan. Pengujian linieritas antara sepasang variabel kanonik dapat dilihat dari nilai korelasi kanoniknya. Jika nilai tersebut tergolong signifikan secara statistik, maka dapat dipastikan bahwa asumsi linieritas telah dipenuhi untuk variabel kanonik tersebut – Pengujian linieritas menggunakan korelasi kanonik adalah sbb : – Menyusun matriks kovarian (S) atau matriks korelasi (R) – Mencari nilai eigen berdasarkan matriks S atau R – Mencari vektor eigen berdasarkan nilai eigen yang telah diperoleh Selanjutnya mencari korelasi kanonik menggunakan rumus :
  • 9. Hubungan linier antar peubah (3) – Mencari Proporsi atau keragaman data yang dijelaskan oleh setiap pasangan variabel kanonik – Keragaman data ini digunakan untuk memilih pasangan variabel kanonik mana yang akan dianalisis lebih lanjut. Batasan minimum keragaman kumulatif yang dikemukakan oleh Dillon dan Goldstein (1984) adalah 80%
  • 10. Hubungan linier antar peubah (4) – Selanjutnya melakukan pengujian hipotesis untuk setiap korelasi kanonik : H0 : ρ𝑖 = 0, artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara pasangan variabel kanonik ke-i H1 : ρ𝑖 β‰  0, artinya ada hubungan yang signifikan antara pasangan variabel kanonik ke-i – Tolak H0 jika
  • 11. Hubungan linier antar peubah (5) – Selain itu, untuk mengetahui ukuran kelinieran dari dua peubah dapat dilihat dari koefisien determinasi (𝑅2 ). – Koefisien determinasi menyatakan proporsi keragaman total nilai-nilai peubah dependen yang dapat dijelaskan oleh nilai-nilai peubah independen melalui hubungan linear tersebut. – Nilai koefisien determinasi terletak antara 0 dan 1. Jika semua observasi terletak sepanjang garis linier maka koefisien determinasi bernilai 1. – Jika slope dari garis regresi yang sesuai adalah 0 dan koefisien determinasi 0, berarti tidak ada hubungan linier antara independen dan dependen, dan peubah bebas independen tidak membantu dalam mengurangi keragaman dependen dengan regresi linear.
  • 12. Pembentukan Peubah Kanonik U1 = a11X1 + a12X2+…+a1PXP= A1 TX V1 = b11Y1 + b12Y2+…+b1PYP = B1 TY Akan ditentukan a1 dan b1 sehingga rU1V1 maksimum
  • 13.
  • 14.
  • 15.
  • 16.
  • 17. Sifat Peubah Kanonik β€’ Var (π‘ˆ π‘˜) = Var (π‘‰π‘˜) = 1 β€’ Cov (π‘ˆ π‘˜, π‘ˆβ„“) = Corr (π‘ˆ π‘˜, π‘ˆβ„“) = 0 β€’ Cov (π‘‰π‘˜, 𝑉ℓ) = Corr (π‘‰π‘˜, 𝑉ℓ) = 0 β€’ Cov (π‘ˆ π‘˜, 𝑉ℓ) = Corr (π‘ˆ π‘˜, 𝑉ℓ) = 0 β€’ Corr (π‘ˆ1, 𝑉1) > Corr (π‘ˆ2, 𝑉2) > Corr (π‘ˆ3, 𝑉3) > ... > Corr (π‘ˆπ‘Ÿ, π‘‰π‘Ÿ)
  • 19. Misalkan untuk kedua set variabel X dan Y, diketahui: E(X)=ΞΌX E(Y)=ΞΌY Cov (X) = Ξ£XX Cov (Y) = Ξ£YY Cov (X, Y) = Ξ£XY = Ξ£YX Dengan susunan matrik kovariansinya adalah: Sedangkan: Maka: οƒΊ  οƒΉ οƒͺ       YYYX XYXX qpxqp )()( baWVCov bbWVar aaVVar XY YY XX οƒ₯ οƒ₯ οƒ₯ ο€½ ο€½ ο€½ '),( ')( ')( bbaa ba WVarVVar WVCov WVCorr YYXX XY οƒ₯οƒ₯ οƒ₯ο€½ο€½ '' ' )()( ),( ),(
  • 20. Contoh Kasus – Dilakukan studi terhadap 16 koloni kupu-kupu Euphydryas Editha di California dan Oregon. Dicatat nilai dua kelompok peubah: – Y : Peubah lingkungan – X : Peubah penyebaran (frekuensi gen utk phosphoglucose isomerase yang ditentukan dengan teknik elektroforesis) – Ingin diketahui apakah terdapat keterkatitan kedua kelompok peubah.Y1= altitute Y2= persitipasi Y3= Suhu maksimum Y4 =Suhu Minimum X1 = frek. Gen dengan mobilitas 0.40 X2 = frek. Gen dengan mobilitas 0.60 X3 = frek. Gen dengan mobilitas 0.80 X4 = frek. gen dengan mobilitas 1.00 X5 = frek. Gen dengan mobilitas 1.16
  • 23. Langkah-langkah 1. Input data (lengkap dengan nama peubah) 2. Menu : File > New >Syntax 3. Tuliskan perintah : 4. Menu : Run >All 5. Interpretasikan output. Catatan : tidak semua output perlu
  • 24. Keterangan Syntax – MANOVAY1 toY4 WITH X1 to X5 β€’ Analisis Korelasi Kaninik terkait dengan MANOVA, sehingga perintahnya adalah perintah MANOVA β€’ Y1 toY4 : Peubah tak bebas (Y1 sampai Y4) β€’ X1 to X5 : Peubah bebas adalah (X1 sampai X5) – /PRINT=ERROR(SSCPCOV COR)SIGNIF β€’ Untuk mengatur yang akan ditampilkan –(SSCPCOV COR) : matriks SSCP,Kovarians dan Korelasi SIGNIF : Menampilkan hasil pengujian
  • 25. – (HYPOTH EIGEN DIMENR) β€’ Untuk melanjutkan pengujian – /DISCRIM=RAW STAN ESTIM COR ALPHA(5.0) β€’ Untuk membentuk fungsi diskriminan bagi data mentah (Raw), data terstandarkan (STAN)
  • 27. Pengujian signifikansi korelasi : dgWilk Lambda – Catatan: β€’ Dasar uji : uji F β€’ Prosedur uji sama dengan uji Bartlett, dimulai dengan menguji akar 1- 4 (untuk menguji korelasi pasangan pertama) dst β€’ Hasil pengujian sama dengan yang sebelumnya, bahwa korelasi pasangan peubah kanonik pertama tidak nyata (demikian juga pasangan yanglain)
  • 28. INTERPRETASI : dg bobot kanonik –Terlihat bahwa gen dengan mobilitas 0.40 (X1) kurang pada koloni yang terdapat pada daerah dengan presipitasi (Y2) tinggi dan daerah dengan yang suhu maksimumnya (Y3) rendah
  • 29. INTERPRETASI : dg korelasi kanonik – Koloni dg frekuensi gen dg mobilitas 1.00 (X4) yang tinggi terkait dengan koloni yang hidup pada daerah altitute (Y1) dan presipitasi (Y2) tinggi dengan suhu yang