SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN
PENGENTASAN KEMISKINAN
(Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural
Technology Innovation) di Kabupaten Malang)

Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan
oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya,
agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu
akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik
pada

masing-masing

ketidakefisienan,

sub

sektor.

kelambatan

Hasil

studi

perkembangan

mengungkapkan
dan

bahwa

kekurangmampuan

beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan
kerjasama tim di agribisnis itu sendiri.
Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang
tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman
yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro.
Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu
sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada
SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis.
Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian,
yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik.
Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan
melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke
pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal
untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan
mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah
dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya
terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga
keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu :


perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka
pendek, menengah atau panjang, tergantung pada obyek atau
contoh dalam proses pembelajaran


obyek atau contoh yang diperagakan dalam kegiatan sesuai dengan
potensi lokal dan kepentingan petani agar menarik minat petani
peserta dan dapat memperpendek perubahan perilaku dan sikap petani.



kurikulum pelatihan relevan dengan aspek agribisnis, dan mampu
meningkatkan "managerial skill” petani peserta.



pelatih dan fasilitator mempunyai jiwa kewirausahaan; lebih diidamkan
adalah pelaku agribisnis yang terbukti berhasil.

Kalau kronologi proyek-proyek perbantuan Bank Dunia dan Bank
Pembangunan Asia ditelaah secara mendalam, maka FEATI adalah evolusi
dari proyek-proyek sebelumnya dengan pendekatan baru yang merupakan
improvisasi dari pendekatan lama. Setiap pendekatan baru tidak saja harus
dicoba, tetapi juga harus dinilai berdasarkan umpan balik dari lapangan.
Umpan balik yang dimaksud bukan hanya berkenaan dengan dampaknya
terhadap pembangunan pertanian di pedesaan, tetapi juga terhadap psikologi
dan sosial masyarakat petani. Pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan
efisien masih belum berakhir, dan pencarian itu ke depan harus dilaksanakan
oleh lembaga-lembaga pemerintah sendiri, karena transaction cost-nya akan
jauh lebih rendah.
Banyak proyek pembangunan ekonomi pedesaan dengan tujuan dan
sasaran yang bersifat top-down dengan pendekatan paternalisme hadial.
Proyek proyek demikian umumnya tidak efektif dan akhirnya gagal (Bunch ,
2001) 1. Proyek yang diarahkan ke sifat bottom-up,memberikan kesempatan
serta kemampuan petani ditingkatkan melalui program pembelajaran. Akan
tetapi kalau program pembelajaran itu salah langkah, dan tidak dipersiapkan
dengan benar dan seksama, tujuan dan sasaran tidak tercapai.
Pilar Inisiasi dan Pengembangan Agribisnis pada Kelompoktani
PAI-UN

(1996)2

mendefinisikan

agribisnis

sebagai

"kegiatan

menyeluruh mulai dari manufaktur dan penjualan sarana produksi pertanian
untuk mendukung proses produksi komoditas pertanian, diikuti oleh
pengelola hasil, penyimpanan dan distribusi produk produknya sesuai
dengan permintaan pasar, dan hal-hal yang timbul dari semua kegiatan
tersebut".
Dalam

menginisiasi

dan

mengembangkan

agribisnis

konsultan/

Penyuluh lokal, pemandu atau fasilitator kegiatan petani, gabungan kelompok
tani (Gapoktan) dan Asosiasi Gapoktan atau FMA (Farmer's Managed
Activity), harus menempuh langkah-langkah berikut: (a) pemilahan klaster
agribisnis, (b) perencanaan bisnis yang tepat, (c) penelusuran peluang, (d)
orientasi kemitraan dengan analis, (e) analisis informasi pasar, (f)
perhitungan pendanaan yang diperlukan, (g) ketersediaan modal (kredit
Bank atau skema kredit yang lain), dan (h) pelaksanaan agribisnis sesuai
dengan rencana (dari Gapoktan / asosiasi Gapoktan).

Keterkaitan Produsen dengan konsumen
Petani individual yang bergabung dengan Gapoktan / asosiasi
Gapoktan adalah produsen komoditas pertanian, sedangkan konsumennya
adalah masyarakat desa, kecamatan, kabupaten, dsb. Konsumen tersebut
memanfaatkannya dalam bentuk bahan mentah secara langsung seperti
beras, sayuran, buah-buahan. Hasil komoditas pertanian yang lain ada yang
dikonsumsi dalam bentuk olahannya. Jadi, industri pertanian adalah pasar
komoditas pertanian yang memberi nilai hasil pertanian lebih tinggi dari yang
dinilai oleh konsumen langsung.
Industri pertanian mempunyai selera yang berbeda dengan konsumen
bahan segar (masyarakat kebanyakan di pedesaan dan perkotaan) pada
tingkat pendapatan menengah kebawah, sebab itu perlu memahami perbedaan
karakteristik pertanian dan industri pertanian (Tabel 1)
Tabel 1. Perbedaan ciri utama pertanian dan industri
Penciri

Pertanian

Agrobisnis

• Hasil produktifitas

- Sangat dipengaruhi oleh - Tidak dipengaruhi oleh iklim

• Kualitas

iklim / cuaca
- Tidak konsisten

• Harga

- Fltuktuatif (rendah pada - Stabil (cenderung naik secara

dan cuaca
- konsisten

puncak panen)
• Tenaga kerja (SDM) - Tradisional

bertahap)
- Profesional (terlatih)

Kelemahan pertanian dalam menunjang pengembangan agroindustri,
disebabkan karena tiadanya kesinambungan suplai bahan baku industri, dan
bahan baku yang tersedia kualitasnya tidak memenuhi kualitas standar dari
industri. Banyak contoh dari penutupan pabrik-pabrik pengolahan hasil
pertanian akibat dari ketidaksinambungan ketersediaan bahan baku dengan
kualitas baik dan terjamin.
Program Pelatihan bagi petani anggota Gapoktan dan pengurus
Gapoktan / Asosiasi Gapoktan bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai
petani tangguh pula. Petani yang tangguh akan menjadikan pertanian yang
tangguh pula. Pabrik pengolahan membutuhkan jaminan ketersediaan
bahan baku dengan kualitas yang baik dari petani / Gapoktan / Asosiasi
Gapoktan, sebab itu perlunya menginisiasi kontrak pertanian (contract farming).
Mengenal Daerah Kerja Sebagai Sasaran Kegiatan
Pembangunan pertanian dan pengembangan agribisnisnya merupakan
usaha

yang

sangat

kompleks.

Ada

banyak

kasus

kesalahan

yang

mengakibatkan kegagalan dari proyek pembangunan pertanian. Di banyak
negara berkembang banyak kasus-kasus kegagalan itu disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan tentang daerah kerja-sasaran dari proyek-proyek
tersebut (Burn, 2001).
Informasi tentang daerah kerja-sasaran harus diketahui sebelum
kegiatan dimulai. Informasi yang dimaksud meliputi : lingkungan fisik, kondisi
petani dan pertanian.
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik menyangkut keadaan umum yang meliputi luas,
jenis tanah, iklim (terutama pola dan distribusi hujan), konservasi tanah
dan air yang telah diterapkan dan diperlukan. Jenis tanah, topografi, iklim
dan cuaca dikelompokan dan dipetakan yang disebut Zona Agroekologi (ZAE).
Suhu, lingkungan perakaran (drainase, tekstur tanah, kedalaman solum) dan
ketersediaan hara menentukan tingkat kesesuaian tanah bagi tanaman
(kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang atau kesesuaian marjinal) (CSR-FAO, 1983)4
Kondisi lingkungan fisik tersebut merefleksikan potensi sumberdaya
pertanian yaitu ketersediaan, hambatan (masalah) dan kendala bagi
pembangunan pertanian. Kondisi ini menentukan sebaran jenis dan
varietas tanaman budidaya (tanaman semusim, tanaman setahun dan
tanaman tahunan), jenis ternak dan sistem petemakan, jenis ikan dan system
perikanan.
2.Pertanian
Informasi dari kabupaten dalam angka dan potensi desa (Podes)
menjelaskan

sumbangan

masing-masing

komoditas

terhadap

ekonomi

kabupaten dan ekonomi desa.
Informasi lingkungan fisik ZAE, kesesuaian lahan dan sebaran jenis
tanaman,direkonstruksi dalam Gambar 2. Jenis komoditas tersebut tersebar
pada berbagai ZAE. Tingkat hasil dan kualitasnya ditentukan oleh kesesuaian
tanah di lokasi, yang merupakan gabungan perinci yaitu suhu, lingkungan
perakaran dan ketersediaan hara. Berbagai komoditas itu ditanam oleh petani
individual dalam suatu sistem usaha tani (SUT) rumah tangga. Jenis-jenis
komoditas dipilih oleh petani dan tetap bertahan karena produktivitas,
stabilitas (kemantapan) dan keberlanjutannya sedang sampai tinggi, dan
mempunyai peluang pasar. Komoditas tanaman tersebut ditanam secara
bersisipan (inter cropping), bersusulan (relaycropping) atau berurutan (rotational
cropping).
Teknologi diintroduksi ke daerah sasaran untuk meningkatkan
produktifitasnya

memantapkan

stabilitas

dan

mempertahankan

keberlanjutannya. Petani subsistem mengelola usahataninya secara individual,
menyebabkan hal itu rentan terhadap distorsi pasar.
Kondisi Internal dan Eksternal Petani
Kondisi sosial ekonomi petani menentukan tingkat dan kecepatan
adopsi teknologi dan posisi tawarnya dalam pasar. Di antara kondisi sosial
yang patut dicatat, adalah :
Gambar 2.Zone agroekosistem (ZAE) dan kesesuaian lahan menentukan
pilihan sistem usahatani berbasis komoditas unggulan, dan menentukan
produktivitas agribisnisnya secara berkelanjutan (Fagi et.al., 1989)5


Kependidikan : pengetahuan aritmatik yang memadai untuk menjumlah,
mengalikan dan membagi berguna dalam membuat catatan usahatani;
kemampuan membaca dan bergaul akan meningkatkan pengetahuan
tentang hukum permintaan dan penawaran.



Ekonomi : sumber dan tingkat pendapatan mencerminkan ekuitabilitas untuk
digunakan dalam upaya pemerataan; tingkat pendapatan juga menentukan
investasi penghasilan, pembelanjaan dan besarnya tabungan; ada kalanya
tabungan tidak cukup untuk modal investasi, sehingga kredit masih
diperlukan, maka sumber perkreditan dan masalah yang dihadapi adalah
informasi penting; kepentingan ekonomis, tekanan ekonomis dari luar desa,
bentuk-bentuk eksploitasi dan kemungkinan terjadinya konflik harus pula
diinventarisasi.



Sosial : tatanilai dan sikap terhadap inovasi, dan pluralisme di desa, keinginan
terhadap perubahan dengan kehidupan yang lebih baik perlu diketahui;
proyek-proyek dengan sasaran senada dan tanggap / sikap mereka terhadap
eksperimentasi, pendekatan baru adalah dasar bagi perbaikan metode agar
agribisnis yang berkembang berlangsung secara lestari.



Keagamaan : tatanilai dan pantangan berdasarkan agama dan tahayul
berdasarkan budaya harus dipertimbangkan dalam kegiatan ; tokoh-tokoh
agama dan budaya yang menjadi panutan adalah narasumber, bahkan dapat
dipandang sebagai mitra penggerak dari kegiatan.



Politik : kebijakan Pemda yang menyangkut program pertanian swasta,
pendapat masyarakat petani tentang mereka, dan hubungan kemitraan
dengan mereka (produsen - perantara - konsumen) perlu dipahami;
pengaruh perpolitikan nasional dan daerah terhadap suasana berusaha di
pedesaan bisa mendorong atau menghambat pengembangan agribisnis.



Kelembagaan : program-program lain yang pernah ada berpengaruh positif
atau negatif, maka situasi ini harus diketahui; falsafah / pendekatan dari
programprogram bisa bersinergi atau bertolak belakang dengan falsafah
PMT, maka harus dicermati; meniru keberhasilan dan program-program
sebelumnya tidak ditabukan, tetapi kegagalannya jangan terulang pada PMT.

MENARIK MINAT PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI
1.Proses Pengambilan Keputusan
Inovasi teknologi ada yang bersifat renovatif dan ada yang introduktif.
Teknologi renovatif adalah yang hanya memperbaiki teknologi yang telah ada,
sedang teknologi introduktif adalah yang sama sekali baru di lokasi kegiatan.
Teknologi yang digunakan di lokasi sasaran PMT adalah yang bersifat renovatif.
Adopsi dan diseminasi teknologi oleh petani melalui satu proses
pengambilan keputusan seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Teknologi yang
diperkenalkan kepada petani oleh BPTP adalah teknologi yang telah matang dan
teruji kehandalannya. Namun demikian verifikasi teknologi dalam dem-plot atau
dem-farm oleh petani akan membuktikan kehandalan teknologi tersebut.
Keyakinan petani akan kehandalan teknologi tersebut menentukan keputusan
petani.

Gambar 3. Proses pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi atau
menolak teknologi yang diperkenalkan kepada mereka (Roger,1983)6
Teknologi yang matang dan handal menurut pandangan peneliti atau
penyuluh, belum tentu menarik minat petani. Teknologi harus memenuhi syaratsyarat tambahan sebagai berikut :
(a) Sesuai dengan potensi sumberdaya dan pola pertanian setempat serta
memenuhi kebutuhan petani,
(b) Berkenaan dengan factor-faktor yang paling membatasi produktivitas,
kemantapan dan keberlanjutan pola pertanian,
(c) Keberhasilan dan keuntungan secara financial tampak nyata dalam waktu
singkat,
(d) Mudah dipahami dan diajarkan, maka mudah pula dipraktekkan oleh petani,
(e) Lebih padat karya daripada padat modal, sehingga berpeluang menyerap
tenaga kerja,
(f) Peluang pasar terbuka dan mempunyai kedalaman pasar (daya serap
tanpa pengaruhterhadap harga) yang memadai,
(g) Semangat petani terpicu dan terpacu oleh inovasi teknologi tersebut.
2.

Pilihan Komoditas dan Skala Usaha
2.1. Pilihan komoditas
Informasi dalam Kabupaten dalam Angka dan Potensi Desa (Podes) adalah

petunjuk awal untuk menentukan komoditas unggulan. Sumbangan komoditas
terhadap ekonomi kabupaten ditelusuri lebih lanjut, desa-desa mana penghasil
komoditas tersebut.
2.2. Skala usaha
Hasil komoditas pertanian dari komoditas unggulan yang dibudidayakan
ada yang dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga (tanaman pangan dan
hortikultura), ada yang dijual di pasar lokal (tanaman hortikultura sayuran dan
buah-buahan) dan ada yang dijual untuk industry pertanian/agroindustri melalui
pedagang pengumpul atau langsung (dikelolah oleh Koperasi/Kelompok
Tani/Gabungan Kelompok Tani).
Pemanfaatan hasil pertanian dan pola usahataninya mengindikasikan
skala usaha dan ciri agribisnisnya, seperti diilustrasikan dalam Gambar
4.Fasilitator/pemandu dan konsultan local harus memilah-milah model-model
agribisnis di desa. :


Skala usahatani kecil - usahatani rumah tangga, jenis komoditasnya beraneka
ragam,hasilnya untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar desa/
kecamatan, maka tidaktersentuh oleh Bank.



Skala usahatani sedang - usahatani rumah tangga dengan lahan usaha agak
luas, atau usahatani rumah tangga yang bergabung dalam Kelompok Tani
(Poktan), hasilnya sebagian dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual di pasar
lokal (tembus ke pasar kabupaten sampai lintas kabupaten yang
berdekatan), ketidak pastian produksi dan pasar karena komoditasnya belum
terspesialisasi membuat usahatani demikian belum tersentuh oleh Bank.

Gambar 4. Transisi perkembangan skala agribisnis (A)' dan penciri dan cirinya (B)8
Di desa-desa sasaran keberadaan tiga skala agribisnis tersebut harus didata dan
dievaluasi statusnya, serta dominasi dari masing-masing skala agribisnis. Tujuan
utama adalah meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan,
maka semua skala agribisnis tersebut harus mendapat pelayanan dan bimbingan
yang sama.
LANGKAH STRATEGIS MENUJU AGRIBISNIS PEDESAAN
Pemahaman

tentang

pengertian

agribisnis

dan

perspektifnya,

pengetahuan tentang daerah kerja sasaran dan kiat-kiat untuk menarik minat
petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan adalah acuan untuk
menyusun langkah-langkah strategis menuju agribisnis pedesaan. Langkah
strategis dibagi menjadi beberapa tahap.
Tahap 1 :Persiapan


Setelah Dinas Pertanian Kabupaten, desa-desa sasaran, informasi tentang
lingkungan fisik, pertanian dan kondisi internal dan eksternal petani
dievaluasi; desa-desa tersebut diposisikan dalam peta ZAE,



Data Kabupaten dalam Angka dan Podes memberi petunjuk tentang
komoditas pertanian unggulan berdasarkan luas pertanaman atau pcpulasi
ternak, dan sumbangannya terhadap ekonomi kabupaten umumnya dan
ekonomi desa khususnya,



Sebaran komoditas di kabupaten dan desa dilokalisasi dalam peta ZAE;
komoditas yang ditanam atau dipelihara paling luas terus-menerus
mengindikasikan bahwa lokasi sesuai, disukai oleh petani karena ada
pemasarannya.

Tahap 2: Pengenalan Pedesaan Partisipatif
• Informasi dan data sekunder yang telah dikumpulkan pada Tahap 1
diverifikasi dengan petani dengan metoda Pengenalan Pedesaan
Partisipatif atau PRA (Participatory Rural A p p ra i sa l );

hasil PRA

memantapkan atau mengklarifikasi interpretasi informasi dalam data
sekunder,

dan

mengetahui

masalah

dan

kendala

produksi

dan
pengembangan agribisnis, serta mencari pemecahannya, yang akan diuji/dikaji
dalam dem-plots.


Pelatihan petani (Sekolah Lapang Petani) berkenaan dengan pengelolaan
dem-plots dan penerapan teknologi, termasuk pencatatan kegiatan
sehari-hari (Farm Record Keeping); data dari FRK digunakan dalam
menganalisis untung-rugi usahatani.

Tahap 3 : Inventarisasi Klaster Agribisnis


Pra-panen - ketersediaan sarana produksi benih, bibit, bakalan (temak),
fingerlings (ikan), pupuk, pestisida (tanaman), obat-obatan/vaksin
(temak), pakan (ternak), alat pengolah tanah (tanaman),



Proses produksi - tenaga kerja tanam, pemeliharaan dan panen, alat tanam,



Panen dan pasca panen - tenaga kerja, fasilitas prosesing hasil
(penjemuran, alat dan mesin, sisa-sisa tanaman, pengemasan.

Tahap 4 :Pemasaran


Tataniaga dan potensi pasar dievaluasi dengan metode RMA (Rapid Market
Appraisal),



Pelatihan berjenjang - pelatihan nara sumber (training of master = TOM),
pelatihan parapelatih (training of trainers) pelatihan fasilitator dan
pelatihan petani berkenaan denganaspek agribisnis, termasuk negosiasi
kontrak dengan pihak mitra usaha.

Tahap 5 : Negosiasi


Fasilitasi pertemuan regular antara Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan
dengan

pihak

mitra

untuk

menggalang

kemitraan

antara

petani/Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan dengan mitra usaha.


Penandatangan kontrak penyediaan bahan baku industri pertanian dengan
mitra usaha.
Tahap 6 :Kegiatan Pendukung


Pemilihan petani - penyuluh
Petani-petani terpilih ialah yang diikut sertakan dalam pelatihanpelatihan bernuansa agribisnis dan juga dalam magang. Syarat-syarat petani
untuk dipilih, adalah :
(1) warga desa yang perilakunya baik dan berjiwa sosial, dan telah dikenal
kredibilitasnya,
(2) mengetahui ciri-ciri khas desa, masyarakatnya, kelompok-kelompok
yang ada, sejarah dan masalahnya,
(3) mempunyai dasar-dasar persahabatan dan hubungan baik dengan
kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi dalam desa,
(4) secara naluri mengetahui cara memotivasi warga desa agar berinovasi
dengan member contoh berupa kerja keras, rajin dan berhasil.

Tugas utama dari petani penyuluh adalah membantu warga desa (petani)
memecahkan masalah-masalah melalui proses belajar dengan bekerja,
dan menggerakkan momentum peluang agribisnis.


Pelatihan bernuansa agribisnis
(1) kurikulum yang baik adalah yang berkenaan dengan satu atau dua
inovasi sederhana dan memenuhi kebutuhan yang dirasakan,
(2) kurikulum disusun dari kesimpulan wawancara petani - keberhasilan
dan kegagalan petani menjadi landasan perumusan kurikulum,
(3) kurikulum harus mampu menarik minat dan memotivasi peserta untuk
mencoba suatu inovasi, maka kurikulum harus menjawab keraguraguan terhadap inovasi dengan bukti nyata di lapang (dem Plots),
(4) kurikulum yang bernuansa agribisnis, adalah farm record keeping, book
keeping, hukum permintaan dan penawaran, dsb,
(5) pelatihan dengan kurikulumnya dianggap berhasil, kalau :
- bersikap orientasi pasar dalam berusahatani (perhatian terhadap
kualitas hasil dan efisiensi sistem produksi naik),
- mampu menganalisis untung-rugi, dengan perhitungan B/C ratio,
- kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan perlindungan dan
degradasi sumberdaya lahannya naik.
 Pembangunan infrastruktur
Pembangunan infrastruktur, terutama jaringan irigasi, jalan desa (jalan
usahatani). Maka, kerjasama dan harmonisasi atau integrasi programprogram terkait merupakan keharusan.


Pengembangan kelembagaan
Banyak alasan mengapa lembaga-lembaga pedesaan begitu penting : (a)
banyak masalah pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu
lembaga,

seperti

koordinasi

pemberian kredit, pembentukan modal petani,

proyek-proyek

irigasi skala

besar, pengendalian erosi,

pembasmian OPT, penyebaran inovasi teknologi, transportasi dan penjualan
produk pertanian, (b) organisasi petani lebih menjamin keberlanjutan
usaha dan meningkatkan posisi tawar, dan (c) meningkatkan daya saing.
Banyak contoh lembaga koperasi yang kehilangan kepercayaan dari
anggotanya karena salah urus, pembukuan kacau, tabungan anggota
disalahgunakan oleh pengurus.Tentu bukan kelembagaan seperti ini yang
diharapkan.
Kelembagaan yang diidamkan di desa sasaran PMT adalah yang memenuhi cirriciri berikut:
(a) lembaga yang benar-benar hidup bukan hanya berbentuk
organisasi,
(b) tetapi anggotanya merasa turut memiliki, saling percaya dan
usahanya dikelola dengan kompeten,
(c) semangat kerjasama terbina dan terpelihara, karena keberadaan
lembaga terasa manfaatnya,
(d) secara finansial sehat karena anggaran dikelola secara transparan,
(e) lembaga-lembaga tersebut mirip dengan lembaga-lembaga setempat,
artinya tidak keluar dari tatanan sosial budaya setempat.
Sumberdaya manusia (SDM) adalah modal utama untuk mencapai
keberhasilan pengembangan agribisnis di pedesaan.SDM yang tangguh mampu
mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia di desa.
5 prinsip program dengan menempatkan pembinaan SDM sebagai
prioritas utama, agar mampu memecahkan masalah secara mandiri melalui
proses pembelajaran, dan berkembangnya agribisnis tercapai secara efektif
(Gambar 5).

Gambar 5. Dengan Prinsip-prinsip pogram yang benar dan perencanaan serta
pelaksanaan yang baik, tujuan dan sasaran akan tercapai
Menghadapi masa depan, paradigma agribisnis adalah menghasilkan apa yang
dituntut oleh pasar / konsumen atau pendekatan sisi permintaan / demand side
approach. Artinya preferensi konsumen yang berkembang atau dikembangkan
merupakan dari diferensiasi teknologi pengolahan, teknologi budidaya,
teknologi pembibitan, teknologi pakan dan lainnya. Dengan kata lain bila dimasa
lalu kegiatan budidaya yang menentukan subsistem agribisnis hilir, maka
dengan paradigma agribisnis, subsistem agribisnis hilir-lah yang menjadi
penggerak utama / primer mover bagi kegiatan budidaya dan subsistem
agribisnis hulu.
Dengan konsep kemampuan bersaing yang demikian berarti kemampuan
menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan selera konsumen merupakan
syarat utama agar berdaya saing. Karena mutu akhir dari suatu produk
merupakan resultante dari teknologi maka diperlukan pengembangan teknologi
secara simultan dan konsisten.
Pada masa lalu paradigma penyuluhan terbatas pada peningkatan kemampuan
pada kegiatan budidaya dalam produksinya, maka dalam paradigma baru
berubah menjadi peningkatan kemampuan seluruh pelaku agribisnis sampai
pada lembaga penyedia jasanya. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan tidak
hanya meliputi kemampuan teknis dan manajerial saja tetapi aspek kemampuan
kerjasam tim / teamwork.
Beberapa strategis dalam upaya penyuluhan yakni 1). Pembinaan konsumen
produk dalam memperluas dan memperbesar pasar. Peranan penyuluh adalah
membina konsumen agar menghargai mutu produk, meluruskan persepsi
konsumen tentang nilai gizi, dan memberikan informasi yang lengkap dalam
mengambil keputusan dan menciptakan nilai dikalangan konsumen. 2).
Pembinaan pelaku ekonomi subsistem agribisnis hilir mampu menyajikan atribut
yang dibutuhkan konsumen pada segmen pasar. Peranan penyuluh adalah
menyampaikan produk pada waktu, tempat, bentuk yang sesuai dengan nilai
konsumen. 3). Mengkomunikasikan informasi perubahan pasar produk yang
terjadi.
Sehingga dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan penyuluh
diperlukan peningkatan pendidikan / pengetahuan para penyuluh baik
pendidikan formal maupun informal, selain itu perlu pertemuan teknis
penyuluhan secara reguler antara penyuluh yang membina di subsistem
agribisnis hilir dengan subsistem lain adalah sangat penting dilakukan secara
simultan mulai dari hulu hingga hilir.

More Related Content

What's hot

Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIAN
Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIANBab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIAN
Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIANNanda Saragih
 
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnisKuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnissamsul alam
 
Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
Sistem Agribisnis Komoditas StroberiSistem Agribisnis Komoditas Stroberi
Sistem Agribisnis Komoditas StroberiShofiyah Nada
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaHeri Saputra
 
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIAN
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIANPENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIAN
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIANRepository Ipb
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------Imo Priyanto
 
Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauYuca Siahaan
 
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem AgribisnisW1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem Agribisnislatifstpp
 
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)Bondan the Planter of Palm Oil
 
Subsistem Budidaya Stroberi
Subsistem Budidaya StroberiSubsistem Budidaya Stroberi
Subsistem Budidaya StroberiMuhammad Hanif
 
Manajemen Agro industri
Manajemen Agro industriManajemen Agro industri
Manajemen Agro industriAhya Alamsyah
 

What's hot (17)

Buku ekonomi pertanian
Buku ekonomi pertanianBuku ekonomi pertanian
Buku ekonomi pertanian
 
Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIAN
Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIANBab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIAN
Bab 4 PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNG DISVERSIFIKASI PERTANIAN
 
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnisKuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
Kuliah+2+ +ruang+lingkup+sistem+agribisnis
 
Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
Sistem Agribisnis Komoditas StroberiSistem Agribisnis Komoditas Stroberi
Sistem Agribisnis Komoditas Stroberi
 
Masalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di IndonesiaMasalah Perkebunan di Indonesia
Masalah Perkebunan di Indonesia
 
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIAN
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIANPENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIAN
PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGRIBISNIS: ASPEK MEKANISASI PERTANIAN
 
Rdhp upbs
Rdhp upbsRdhp upbs
Rdhp upbs
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
 
Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijau
 
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem AgribisnisW1D3-1.3 Sistem Agribisnis
W1D3-1.3 Sistem Agribisnis
 
Pengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kelPengantar ilmu pertanian kel
Pengantar ilmu pertanian kel
 
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)
Ringkasan perkuliahan semester 2 pengantar teknologi pertanian (bagian 13)
 
Prospek Agribisnis
Prospek AgribisnisProspek Agribisnis
Prospek Agribisnis
 
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptxPembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
Pembangunan pertanian dan pedesaan.pptx
 
makalah pertanian
makalah pertanianmakalah pertanian
makalah pertanian
 
Subsistem Budidaya Stroberi
Subsistem Budidaya StroberiSubsistem Budidaya Stroberi
Subsistem Budidaya Stroberi
 
Manajemen Agro industri
Manajemen Agro industriManajemen Agro industri
Manajemen Agro industri
 

Similar to Perspektif Agribisnis

Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianEem Masitoh
 
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGK
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGKAdm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGK
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGKUGK
 
Pedoman pendamping tanaman tahunan
Pedoman pendamping tanaman tahunanPedoman pendamping tanaman tahunan
Pedoman pendamping tanaman tahunanWarnet Raha
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------Imo Priyanto
 
TANI BANGKIT [farmers empowerment]
TANI BANGKIT  [farmers empowerment]TANI BANGKIT  [farmers empowerment]
TANI BANGKIT [farmers empowerment]LAZISMU
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]LAZISMU
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]LAZISMU
 
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalPetani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalHikmat Hikmatullah
 
Power_Point_Agribisnis.pptx
Power_Point_Agribisnis.pptxPower_Point_Agribisnis.pptx
Power_Point_Agribisnis.pptxPuteriAprilani2
 
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiDampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiAjat Learner
 
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxMANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxnelvameyriani1
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianTrisna Nurdiaman
 
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate)
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate)
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Togar Simatupang
 
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)Lia Kristiana
 
Strategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaStrategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaTogar Simatupang
 

Similar to Perspektif Agribisnis (20)

Peran sektor Pertanian
Peran sektor PertanianPeran sektor Pertanian
Peran sektor Pertanian
 
KOMUNIKASI PERTANIAN
KOMUNIKASI PERTANIANKOMUNIKASI PERTANIAN
KOMUNIKASI PERTANIAN
 
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGK
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGKAdm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGK
Adm Pembangunan PENGEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN Aning dan Inas Prodi AP UGK
 
Pedoman pendamping tanaman tahunan
Pedoman pendamping tanaman tahunanPedoman pendamping tanaman tahunan
Pedoman pendamping tanaman tahunan
 
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah  pip  6--------
Agrobisnis&agroindustri.ppt -bahan kuliah pip 6--------
 
Makalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petaniMakalah kesejahteraan petani
Makalah kesejahteraan petani
 
TANI BANGKIT [farmers empowerment]
TANI BANGKIT  [farmers empowerment]TANI BANGKIT  [farmers empowerment]
TANI BANGKIT [farmers empowerment]
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]
 
Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]Tani bangkit [farmers empowerment]
Tani bangkit [farmers empowerment]
 
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan ProfesionalPetani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
Petani Indonesia Yang Modern Dan Profesional
 
Power_Point_Agribisnis.pptx
Power_Point_Agribisnis.pptxPower_Point_Agribisnis.pptx
Power_Point_Agribisnis.pptx
 
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiDampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
 
22 35-1-sm
22 35-1-sm22 35-1-sm
22 35-1-sm
 
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptxMANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
MANAJEMEN_AGRIBISNIS_pptx (2).pptx
 
Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1
 
Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1Sinkronisasi rumusan 1
Sinkronisasi rumusan 1
 
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM PertanianUrgensi Regenerasi SDM Pertanian
Urgensi Regenerasi SDM Pertanian
 
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate)
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate) Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate)
Program Bioekonomi dan Lumbung Pangan (Food Estate)
 
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
TM 3_Kelembagaan Pertanian (PIP_1)
 
Strategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesiaStrategi kemandirian pangan indonesia
Strategi kemandirian pangan indonesia
 

Recently uploaded

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 

Perspektif Agribisnis

  • 1. PERSPEKTIF AGRIBISNIS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI DAN PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Kasus Program FEATI (Farmers Empowerment Through Agricultural Technology Innovation) di Kabupaten Malang) Keberhasilan pembangunan dengan pendekatan agribisnis ditentukan oleh konsistensi pengelolaan antar subsistem agribisnis hulu, budidaya, agribisnis hilir, dan jasa penunjang agribisnis. Oleh karena itu, keberhasilan itu akan sangat ditentukan keharmonisan kerjasama tim sumberdaya manusia baik pada masing-masing ketidakefisienan, sub sektor. kelambatan Hasil studi perkembangan mengungkapkan dan bahwa kekurangmampuan beradaptasi dari suatu agribisnis banyak bersumber dari ketidakharmonisan kerjasama tim di agribisnis itu sendiri. Persoalan khusus di Indonesia adalah bahwa SDM agribisnis yang tersedia umumnya memiliki perbedaan dan variasi pendidikan dan pengalaman yang cukup kontras. Selain itu wawasan SDM masih terbatas pada level mikro. Menghadapi mutu SDM yang demikian perlu mengembangkan suatu sistem pengembangan mutu SDM yang terencana dan memberi akses kepada SDM yang ada untuk memiliki aspek mikro – makro – global dari agribisnis. Pemberdayaan Penyuluh Petani melalui Teknologi Informasi Pertanian, yang diterapkan di Kabupaten Malang adalah suatu proyek yang unik. Keunikannya yaitu meningkatkan aktivitas kegiatan agribisnis di pedesaan melalui perubahan pola pikir petani dari pertanian subsistem tradisional ke pertanian modern dengan tumbuhnya sikap kewirausahaan yang handal untuk mengurangi pengangguran, meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan. Pola pikir yaitu perilaku dan sikap petani itu diubah dengan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Dalam perkembangannya terdapat 4 faktor yang perlu mendapat perhatian oleh pengelola sehingga keberlanjutan agribisnis ini dapat berlangsung dengan baik yaitu :  perubahan perilaku dan sikap petani dapat berlangsung dalam jangka
  • 2. pendek, menengah atau panjang, tergantung pada obyek atau contoh dalam proses pembelajaran  obyek atau contoh yang diperagakan dalam kegiatan sesuai dengan potensi lokal dan kepentingan petani agar menarik minat petani peserta dan dapat memperpendek perubahan perilaku dan sikap petani.  kurikulum pelatihan relevan dengan aspek agribisnis, dan mampu meningkatkan "managerial skill” petani peserta.  pelatih dan fasilitator mempunyai jiwa kewirausahaan; lebih diidamkan adalah pelaku agribisnis yang terbukti berhasil. Kalau kronologi proyek-proyek perbantuan Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia ditelaah secara mendalam, maka FEATI adalah evolusi dari proyek-proyek sebelumnya dengan pendekatan baru yang merupakan improvisasi dari pendekatan lama. Setiap pendekatan baru tidak saja harus dicoba, tetapi juga harus dinilai berdasarkan umpan balik dari lapangan. Umpan balik yang dimaksud bukan hanya berkenaan dengan dampaknya terhadap pembangunan pertanian di pedesaan, tetapi juga terhadap psikologi dan sosial masyarakat petani. Pendekatan-pendekatan yang lebih efektif dan efisien masih belum berakhir, dan pencarian itu ke depan harus dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemerintah sendiri, karena transaction cost-nya akan jauh lebih rendah. Banyak proyek pembangunan ekonomi pedesaan dengan tujuan dan sasaran yang bersifat top-down dengan pendekatan paternalisme hadial. Proyek proyek demikian umumnya tidak efektif dan akhirnya gagal (Bunch , 2001) 1. Proyek yang diarahkan ke sifat bottom-up,memberikan kesempatan serta kemampuan petani ditingkatkan melalui program pembelajaran. Akan tetapi kalau program pembelajaran itu salah langkah, dan tidak dipersiapkan dengan benar dan seksama, tujuan dan sasaran tidak tercapai.
  • 3. Pilar Inisiasi dan Pengembangan Agribisnis pada Kelompoktani PAI-UN (1996)2 mendefinisikan agribisnis sebagai "kegiatan menyeluruh mulai dari manufaktur dan penjualan sarana produksi pertanian untuk mendukung proses produksi komoditas pertanian, diikuti oleh pengelola hasil, penyimpanan dan distribusi produk produknya sesuai dengan permintaan pasar, dan hal-hal yang timbul dari semua kegiatan tersebut". Dalam menginisiasi dan mengembangkan agribisnis konsultan/ Penyuluh lokal, pemandu atau fasilitator kegiatan petani, gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan Asosiasi Gapoktan atau FMA (Farmer's Managed Activity), harus menempuh langkah-langkah berikut: (a) pemilahan klaster agribisnis, (b) perencanaan bisnis yang tepat, (c) penelusuran peluang, (d) orientasi kemitraan dengan analis, (e) analisis informasi pasar, (f) perhitungan pendanaan yang diperlukan, (g) ketersediaan modal (kredit Bank atau skema kredit yang lain), dan (h) pelaksanaan agribisnis sesuai dengan rencana (dari Gapoktan / asosiasi Gapoktan). Keterkaitan Produsen dengan konsumen Petani individual yang bergabung dengan Gapoktan / asosiasi Gapoktan adalah produsen komoditas pertanian, sedangkan konsumennya adalah masyarakat desa, kecamatan, kabupaten, dsb. Konsumen tersebut memanfaatkannya dalam bentuk bahan mentah secara langsung seperti beras, sayuran, buah-buahan. Hasil komoditas pertanian yang lain ada yang dikonsumsi dalam bentuk olahannya. Jadi, industri pertanian adalah pasar komoditas pertanian yang memberi nilai hasil pertanian lebih tinggi dari yang dinilai oleh konsumen langsung. Industri pertanian mempunyai selera yang berbeda dengan konsumen bahan segar (masyarakat kebanyakan di pedesaan dan perkotaan) pada tingkat pendapatan menengah kebawah, sebab itu perlu memahami perbedaan karakteristik pertanian dan industri pertanian (Tabel 1)
  • 4.
  • 5. Tabel 1. Perbedaan ciri utama pertanian dan industri Penciri Pertanian Agrobisnis • Hasil produktifitas - Sangat dipengaruhi oleh - Tidak dipengaruhi oleh iklim • Kualitas iklim / cuaca - Tidak konsisten • Harga - Fltuktuatif (rendah pada - Stabil (cenderung naik secara dan cuaca - konsisten puncak panen) • Tenaga kerja (SDM) - Tradisional bertahap) - Profesional (terlatih) Kelemahan pertanian dalam menunjang pengembangan agroindustri, disebabkan karena tiadanya kesinambungan suplai bahan baku industri, dan bahan baku yang tersedia kualitasnya tidak memenuhi kualitas standar dari industri. Banyak contoh dari penutupan pabrik-pabrik pengolahan hasil pertanian akibat dari ketidaksinambungan ketersediaan bahan baku dengan kualitas baik dan terjamin. Program Pelatihan bagi petani anggota Gapoktan dan pengurus Gapoktan / Asosiasi Gapoktan bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai petani tangguh pula. Petani yang tangguh akan menjadikan pertanian yang tangguh pula. Pabrik pengolahan membutuhkan jaminan ketersediaan bahan baku dengan kualitas yang baik dari petani / Gapoktan / Asosiasi Gapoktan, sebab itu perlunya menginisiasi kontrak pertanian (contract farming). Mengenal Daerah Kerja Sebagai Sasaran Kegiatan Pembangunan pertanian dan pengembangan agribisnisnya merupakan usaha yang sangat kompleks. Ada banyak kasus kesalahan yang mengakibatkan kegagalan dari proyek pembangunan pertanian. Di banyak negara berkembang banyak kasus-kasus kegagalan itu disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang daerah kerja-sasaran dari proyek-proyek tersebut (Burn, 2001). Informasi tentang daerah kerja-sasaran harus diketahui sebelum kegiatan dimulai. Informasi yang dimaksud meliputi : lingkungan fisik, kondisi petani dan pertanian.
  • 6. 1. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik menyangkut keadaan umum yang meliputi luas, jenis tanah, iklim (terutama pola dan distribusi hujan), konservasi tanah dan air yang telah diterapkan dan diperlukan. Jenis tanah, topografi, iklim dan cuaca dikelompokan dan dipetakan yang disebut Zona Agroekologi (ZAE). Suhu, lingkungan perakaran (drainase, tekstur tanah, kedalaman solum) dan ketersediaan hara menentukan tingkat kesesuaian tanah bagi tanaman (kesesuaian tinggi, kesesuaian sedang atau kesesuaian marjinal) (CSR-FAO, 1983)4 Kondisi lingkungan fisik tersebut merefleksikan potensi sumberdaya pertanian yaitu ketersediaan, hambatan (masalah) dan kendala bagi pembangunan pertanian. Kondisi ini menentukan sebaran jenis dan varietas tanaman budidaya (tanaman semusim, tanaman setahun dan tanaman tahunan), jenis ternak dan sistem petemakan, jenis ikan dan system perikanan. 2.Pertanian Informasi dari kabupaten dalam angka dan potensi desa (Podes) menjelaskan sumbangan masing-masing komoditas terhadap ekonomi kabupaten dan ekonomi desa. Informasi lingkungan fisik ZAE, kesesuaian lahan dan sebaran jenis tanaman,direkonstruksi dalam Gambar 2. Jenis komoditas tersebut tersebar pada berbagai ZAE. Tingkat hasil dan kualitasnya ditentukan oleh kesesuaian tanah di lokasi, yang merupakan gabungan perinci yaitu suhu, lingkungan perakaran dan ketersediaan hara. Berbagai komoditas itu ditanam oleh petani individual dalam suatu sistem usaha tani (SUT) rumah tangga. Jenis-jenis komoditas dipilih oleh petani dan tetap bertahan karena produktivitas, stabilitas (kemantapan) dan keberlanjutannya sedang sampai tinggi, dan mempunyai peluang pasar. Komoditas tanaman tersebut ditanam secara bersisipan (inter cropping), bersusulan (relaycropping) atau berurutan (rotational cropping).
  • 7. Teknologi diintroduksi ke daerah sasaran untuk meningkatkan produktifitasnya memantapkan stabilitas dan mempertahankan keberlanjutannya. Petani subsistem mengelola usahataninya secara individual, menyebabkan hal itu rentan terhadap distorsi pasar. Kondisi Internal dan Eksternal Petani Kondisi sosial ekonomi petani menentukan tingkat dan kecepatan adopsi teknologi dan posisi tawarnya dalam pasar. Di antara kondisi sosial yang patut dicatat, adalah :
  • 8. Gambar 2.Zone agroekosistem (ZAE) dan kesesuaian lahan menentukan pilihan sistem usahatani berbasis komoditas unggulan, dan menentukan produktivitas agribisnisnya secara berkelanjutan (Fagi et.al., 1989)5  Kependidikan : pengetahuan aritmatik yang memadai untuk menjumlah, mengalikan dan membagi berguna dalam membuat catatan usahatani; kemampuan membaca dan bergaul akan meningkatkan pengetahuan tentang hukum permintaan dan penawaran.  Ekonomi : sumber dan tingkat pendapatan mencerminkan ekuitabilitas untuk digunakan dalam upaya pemerataan; tingkat pendapatan juga menentukan investasi penghasilan, pembelanjaan dan besarnya tabungan; ada kalanya tabungan tidak cukup untuk modal investasi, sehingga kredit masih diperlukan, maka sumber perkreditan dan masalah yang dihadapi adalah informasi penting; kepentingan ekonomis, tekanan ekonomis dari luar desa, bentuk-bentuk eksploitasi dan kemungkinan terjadinya konflik harus pula diinventarisasi.  Sosial : tatanilai dan sikap terhadap inovasi, dan pluralisme di desa, keinginan terhadap perubahan dengan kehidupan yang lebih baik perlu diketahui; proyek-proyek dengan sasaran senada dan tanggap / sikap mereka terhadap eksperimentasi, pendekatan baru adalah dasar bagi perbaikan metode agar agribisnis yang berkembang berlangsung secara lestari.  Keagamaan : tatanilai dan pantangan berdasarkan agama dan tahayul berdasarkan budaya harus dipertimbangkan dalam kegiatan ; tokoh-tokoh agama dan budaya yang menjadi panutan adalah narasumber, bahkan dapat dipandang sebagai mitra penggerak dari kegiatan.  Politik : kebijakan Pemda yang menyangkut program pertanian swasta, pendapat masyarakat petani tentang mereka, dan hubungan kemitraan dengan mereka (produsen - perantara - konsumen) perlu dipahami; pengaruh perpolitikan nasional dan daerah terhadap suasana berusaha di pedesaan bisa mendorong atau menghambat pengembangan agribisnis.  Kelembagaan : program-program lain yang pernah ada berpengaruh positif
  • 9. atau negatif, maka situasi ini harus diketahui; falsafah / pendekatan dari programprogram bisa bersinergi atau bertolak belakang dengan falsafah PMT, maka harus dicermati; meniru keberhasilan dan program-program sebelumnya tidak ditabukan, tetapi kegagalannya jangan terulang pada PMT. MENARIK MINAT PETANI TERHADAP INOVASI TEKNOLOGI 1.Proses Pengambilan Keputusan Inovasi teknologi ada yang bersifat renovatif dan ada yang introduktif. Teknologi renovatif adalah yang hanya memperbaiki teknologi yang telah ada, sedang teknologi introduktif adalah yang sama sekali baru di lokasi kegiatan. Teknologi yang digunakan di lokasi sasaran PMT adalah yang bersifat renovatif. Adopsi dan diseminasi teknologi oleh petani melalui satu proses pengambilan keputusan seperti ditunjukkan dalam Gambar 3. Teknologi yang diperkenalkan kepada petani oleh BPTP adalah teknologi yang telah matang dan teruji kehandalannya. Namun demikian verifikasi teknologi dalam dem-plot atau dem-farm oleh petani akan membuktikan kehandalan teknologi tersebut. Keyakinan petani akan kehandalan teknologi tersebut menentukan keputusan petani. Gambar 3. Proses pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi atau menolak teknologi yang diperkenalkan kepada mereka (Roger,1983)6
  • 10. Teknologi yang matang dan handal menurut pandangan peneliti atau penyuluh, belum tentu menarik minat petani. Teknologi harus memenuhi syaratsyarat tambahan sebagai berikut : (a) Sesuai dengan potensi sumberdaya dan pola pertanian setempat serta memenuhi kebutuhan petani, (b) Berkenaan dengan factor-faktor yang paling membatasi produktivitas, kemantapan dan keberlanjutan pola pertanian, (c) Keberhasilan dan keuntungan secara financial tampak nyata dalam waktu singkat, (d) Mudah dipahami dan diajarkan, maka mudah pula dipraktekkan oleh petani, (e) Lebih padat karya daripada padat modal, sehingga berpeluang menyerap tenaga kerja, (f) Peluang pasar terbuka dan mempunyai kedalaman pasar (daya serap tanpa pengaruhterhadap harga) yang memadai, (g) Semangat petani terpicu dan terpacu oleh inovasi teknologi tersebut. 2. Pilihan Komoditas dan Skala Usaha 2.1. Pilihan komoditas Informasi dalam Kabupaten dalam Angka dan Potensi Desa (Podes) adalah petunjuk awal untuk menentukan komoditas unggulan. Sumbangan komoditas terhadap ekonomi kabupaten ditelusuri lebih lanjut, desa-desa mana penghasil komoditas tersebut. 2.2. Skala usaha Hasil komoditas pertanian dari komoditas unggulan yang dibudidayakan ada yang dimanfaatkan untuk konsumsi rumah tangga (tanaman pangan dan hortikultura), ada yang dijual di pasar lokal (tanaman hortikultura sayuran dan buah-buahan) dan ada yang dijual untuk industry pertanian/agroindustri melalui pedagang pengumpul atau langsung (dikelolah oleh Koperasi/Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani).
  • 11. Pemanfaatan hasil pertanian dan pola usahataninya mengindikasikan skala usaha dan ciri agribisnisnya, seperti diilustrasikan dalam Gambar 4.Fasilitator/pemandu dan konsultan local harus memilah-milah model-model agribisnis di desa. :  Skala usahatani kecil - usahatani rumah tangga, jenis komoditasnya beraneka ragam,hasilnya untuk dikonsumsi sendiri atau dijual di pasar desa/ kecamatan, maka tidaktersentuh oleh Bank.  Skala usahatani sedang - usahatani rumah tangga dengan lahan usaha agak luas, atau usahatani rumah tangga yang bergabung dalam Kelompok Tani (Poktan), hasilnya sebagian dikonsumsi sendiri dan sisanya dijual di pasar lokal (tembus ke pasar kabupaten sampai lintas kabupaten yang berdekatan), ketidak pastian produksi dan pasar karena komoditasnya belum terspesialisasi membuat usahatani demikian belum tersentuh oleh Bank. Gambar 4. Transisi perkembangan skala agribisnis (A)' dan penciri dan cirinya (B)8
  • 12. Di desa-desa sasaran keberadaan tiga skala agribisnis tersebut harus didata dan dievaluasi statusnya, serta dominasi dari masing-masing skala agribisnis. Tujuan utama adalah meningkatkan pendapatan petani dan mengentaskan kemiskinan, maka semua skala agribisnis tersebut harus mendapat pelayanan dan bimbingan yang sama. LANGKAH STRATEGIS MENUJU AGRIBISNIS PEDESAAN Pemahaman tentang pengertian agribisnis dan perspektifnya, pengetahuan tentang daerah kerja sasaran dan kiat-kiat untuk menarik minat petani terhadap inovasi teknologi dan kelembagaan adalah acuan untuk menyusun langkah-langkah strategis menuju agribisnis pedesaan. Langkah strategis dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap 1 :Persiapan  Setelah Dinas Pertanian Kabupaten, desa-desa sasaran, informasi tentang lingkungan fisik, pertanian dan kondisi internal dan eksternal petani dievaluasi; desa-desa tersebut diposisikan dalam peta ZAE,  Data Kabupaten dalam Angka dan Podes memberi petunjuk tentang komoditas pertanian unggulan berdasarkan luas pertanaman atau pcpulasi ternak, dan sumbangannya terhadap ekonomi kabupaten umumnya dan ekonomi desa khususnya,  Sebaran komoditas di kabupaten dan desa dilokalisasi dalam peta ZAE; komoditas yang ditanam atau dipelihara paling luas terus-menerus mengindikasikan bahwa lokasi sesuai, disukai oleh petani karena ada pemasarannya. Tahap 2: Pengenalan Pedesaan Partisipatif • Informasi dan data sekunder yang telah dikumpulkan pada Tahap 1 diverifikasi dengan petani dengan metoda Pengenalan Pedesaan Partisipatif atau PRA (Participatory Rural A p p ra i sa l ); hasil PRA memantapkan atau mengklarifikasi interpretasi informasi dalam data sekunder, dan mengetahui masalah dan kendala produksi dan
  • 13. pengembangan agribisnis, serta mencari pemecahannya, yang akan diuji/dikaji dalam dem-plots.  Pelatihan petani (Sekolah Lapang Petani) berkenaan dengan pengelolaan dem-plots dan penerapan teknologi, termasuk pencatatan kegiatan sehari-hari (Farm Record Keeping); data dari FRK digunakan dalam menganalisis untung-rugi usahatani. Tahap 3 : Inventarisasi Klaster Agribisnis  Pra-panen - ketersediaan sarana produksi benih, bibit, bakalan (temak), fingerlings (ikan), pupuk, pestisida (tanaman), obat-obatan/vaksin (temak), pakan (ternak), alat pengolah tanah (tanaman),  Proses produksi - tenaga kerja tanam, pemeliharaan dan panen, alat tanam,  Panen dan pasca panen - tenaga kerja, fasilitas prosesing hasil (penjemuran, alat dan mesin, sisa-sisa tanaman, pengemasan. Tahap 4 :Pemasaran  Tataniaga dan potensi pasar dievaluasi dengan metode RMA (Rapid Market Appraisal),  Pelatihan berjenjang - pelatihan nara sumber (training of master = TOM), pelatihan parapelatih (training of trainers) pelatihan fasilitator dan pelatihan petani berkenaan denganaspek agribisnis, termasuk negosiasi kontrak dengan pihak mitra usaha. Tahap 5 : Negosiasi  Fasilitasi pertemuan regular antara Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan dengan pihak mitra untuk menggalang kemitraan antara petani/Poktan/Gapoktan/Asosiasi Gapoktan dengan mitra usaha.  Penandatangan kontrak penyediaan bahan baku industri pertanian dengan mitra usaha.
  • 14. Tahap 6 :Kegiatan Pendukung  Pemilihan petani - penyuluh Petani-petani terpilih ialah yang diikut sertakan dalam pelatihanpelatihan bernuansa agribisnis dan juga dalam magang. Syarat-syarat petani untuk dipilih, adalah : (1) warga desa yang perilakunya baik dan berjiwa sosial, dan telah dikenal kredibilitasnya, (2) mengetahui ciri-ciri khas desa, masyarakatnya, kelompok-kelompok yang ada, sejarah dan masalahnya, (3) mempunyai dasar-dasar persahabatan dan hubungan baik dengan kelompok-kelompok dan organisasi-organisasi dalam desa, (4) secara naluri mengetahui cara memotivasi warga desa agar berinovasi dengan member contoh berupa kerja keras, rajin dan berhasil. Tugas utama dari petani penyuluh adalah membantu warga desa (petani) memecahkan masalah-masalah melalui proses belajar dengan bekerja, dan menggerakkan momentum peluang agribisnis.  Pelatihan bernuansa agribisnis (1) kurikulum yang baik adalah yang berkenaan dengan satu atau dua inovasi sederhana dan memenuhi kebutuhan yang dirasakan, (2) kurikulum disusun dari kesimpulan wawancara petani - keberhasilan dan kegagalan petani menjadi landasan perumusan kurikulum, (3) kurikulum harus mampu menarik minat dan memotivasi peserta untuk mencoba suatu inovasi, maka kurikulum harus menjawab keraguraguan terhadap inovasi dengan bukti nyata di lapang (dem Plots), (4) kurikulum yang bernuansa agribisnis, adalah farm record keeping, book keeping, hukum permintaan dan penawaran, dsb, (5) pelatihan dengan kurikulumnya dianggap berhasil, kalau : - bersikap orientasi pasar dalam berusahatani (perhatian terhadap kualitas hasil dan efisiensi sistem produksi naik),
  • 15. - mampu menganalisis untung-rugi, dengan perhitungan B/C ratio, - kesadaran untuk melestarikan lingkungan dan perlindungan dan degradasi sumberdaya lahannya naik.  Pembangunan infrastruktur Pembangunan infrastruktur, terutama jaringan irigasi, jalan desa (jalan usahatani). Maka, kerjasama dan harmonisasi atau integrasi programprogram terkait merupakan keharusan.  Pengembangan kelembagaan Banyak alasan mengapa lembaga-lembaga pedesaan begitu penting : (a) banyak masalah pertanian yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga, seperti koordinasi pemberian kredit, pembentukan modal petani, proyek-proyek irigasi skala besar, pengendalian erosi, pembasmian OPT, penyebaran inovasi teknologi, transportasi dan penjualan produk pertanian, (b) organisasi petani lebih menjamin keberlanjutan usaha dan meningkatkan posisi tawar, dan (c) meningkatkan daya saing. Banyak contoh lembaga koperasi yang kehilangan kepercayaan dari anggotanya karena salah urus, pembukuan kacau, tabungan anggota disalahgunakan oleh pengurus.Tentu bukan kelembagaan seperti ini yang diharapkan. Kelembagaan yang diidamkan di desa sasaran PMT adalah yang memenuhi cirriciri berikut: (a) lembaga yang benar-benar hidup bukan hanya berbentuk organisasi, (b) tetapi anggotanya merasa turut memiliki, saling percaya dan usahanya dikelola dengan kompeten, (c) semangat kerjasama terbina dan terpelihara, karena keberadaan lembaga terasa manfaatnya, (d) secara finansial sehat karena anggaran dikelola secara transparan, (e) lembaga-lembaga tersebut mirip dengan lembaga-lembaga setempat, artinya tidak keluar dari tatanan sosial budaya setempat.
  • 16. Sumberdaya manusia (SDM) adalah modal utama untuk mencapai keberhasilan pengembangan agribisnis di pedesaan.SDM yang tangguh mampu mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia di desa. 5 prinsip program dengan menempatkan pembinaan SDM sebagai prioritas utama, agar mampu memecahkan masalah secara mandiri melalui proses pembelajaran, dan berkembangnya agribisnis tercapai secara efektif (Gambar 5). Gambar 5. Dengan Prinsip-prinsip pogram yang benar dan perencanaan serta pelaksanaan yang baik, tujuan dan sasaran akan tercapai
  • 17. Menghadapi masa depan, paradigma agribisnis adalah menghasilkan apa yang dituntut oleh pasar / konsumen atau pendekatan sisi permintaan / demand side approach. Artinya preferensi konsumen yang berkembang atau dikembangkan merupakan dari diferensiasi teknologi pengolahan, teknologi budidaya, teknologi pembibitan, teknologi pakan dan lainnya. Dengan kata lain bila dimasa lalu kegiatan budidaya yang menentukan subsistem agribisnis hilir, maka dengan paradigma agribisnis, subsistem agribisnis hilir-lah yang menjadi penggerak utama / primer mover bagi kegiatan budidaya dan subsistem agribisnis hulu. Dengan konsep kemampuan bersaing yang demikian berarti kemampuan menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan selera konsumen merupakan syarat utama agar berdaya saing. Karena mutu akhir dari suatu produk merupakan resultante dari teknologi maka diperlukan pengembangan teknologi secara simultan dan konsisten. Pada masa lalu paradigma penyuluhan terbatas pada peningkatan kemampuan pada kegiatan budidaya dalam produksinya, maka dalam paradigma baru berubah menjadi peningkatan kemampuan seluruh pelaku agribisnis sampai pada lembaga penyedia jasanya. Oleh sebab itu kegiatan penyuluhan tidak hanya meliputi kemampuan teknis dan manajerial saja tetapi aspek kemampuan kerjasam tim / teamwork. Beberapa strategis dalam upaya penyuluhan yakni 1). Pembinaan konsumen produk dalam memperluas dan memperbesar pasar. Peranan penyuluh adalah membina konsumen agar menghargai mutu produk, meluruskan persepsi konsumen tentang nilai gizi, dan memberikan informasi yang lengkap dalam mengambil keputusan dan menciptakan nilai dikalangan konsumen. 2). Pembinaan pelaku ekonomi subsistem agribisnis hilir mampu menyajikan atribut yang dibutuhkan konsumen pada segmen pasar. Peranan penyuluh adalah menyampaikan produk pada waktu, tempat, bentuk yang sesuai dengan nilai konsumen. 3). Mengkomunikasikan informasi perubahan pasar produk yang terjadi.
  • 18. Sehingga dengan demikian untuk meningkatkan kemampuan penyuluh diperlukan peningkatan pendidikan / pengetahuan para penyuluh baik pendidikan formal maupun informal, selain itu perlu pertemuan teknis penyuluhan secara reguler antara penyuluh yang membina di subsistem agribisnis hilir dengan subsistem lain adalah sangat penting dilakukan secara simultan mulai dari hulu hingga hilir.