SlideShare a Scribd company logo
1 of 22
Download to read offline
i
No Kode: DAR@/Profesional/1/4/2019
PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN
MODUL 6: FABRIKASI LOGAM DAN MANUFAKTUR
KEGIATAN BELAJAR 2
SAMBUNGAN KELING
Nama Penulis:
Didik Nurhadiyanto
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2019
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
A. PENDAHULUAN 1
1. Deskripsi Singkat 1
2. Relevansi 1
3. Panduan Belajar 1
B. INTI 2
1. Capaian Pembelajaran 2
2. Sub Capaian Pembelajaran 2
3. Pokok-pokok Materi 2
4. Uraian Materi 2
a. Penyambungan Keling 2
b. Sambungan Pop 10
c. Kerusakan dan Perhitungan Kekuatan Keling 13
5. Forum Diskusi 19
C. PENUTUP 19
1. Rangkuman 19
2. Tes Formatif 20
DAFTAR PUSTAKA 23
1
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Modul pada kegiatan belajar ini mempelajari pengertian penyambungan keling,
penggunaan sambungan keling, bagaimana proses sambungan keling, macam-macam
sambungan keling, gambar manufaktur, dan perhitungan kekuatan keling. Setelah
mempelajari kegiatan belajar ini peserta dapat memahami sambungan keling,
merencanakan sabungan keling dan menghitung kekuatan sambungan keling.
Kompetensi diperlukan sebagai guru pada program keahlian teknik mesin.
2. Relevansi
Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 5. Capaian pembelajaran
modul dalam lingkup pengetahuan dan ketrampilan PPG Vokasi Teknik Mesin yang
relevan dengan struktur kurikulum SMK. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan
relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar bidang keahlian teknologi dan
rekayasa, program keahlian teknik mesin. Dengan dikuasainya materi sambungan
keling maka cukup signifikan dengan pekerjaan di industri bidang fabrikasi logam dan
manufaktur.
3. Panduan Belajar
Proses pembelajaran materi fabrikasi logam dan manufaktur yang sedang diikuti
sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah
belajar sebagai berikut :
a. Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian pembelajaran kemudian
catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang sudah Anda kuasai.
b. Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila belum
cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku bacaan di daftar
pustaka. Lakukan kajian terhadap proes pengecoran yang telah ada dan yang telah
dilakukan di tempat kerja Anda.
c. Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat kegiatan
belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas akhir dan tes akhir.
2
B. INTI
1. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda peserta PPG akan mampu menganalisis
dan menerapkan sambungan keling
2. Sub Capaian Pembelajaran
Setelah melakukan kegiatan belajar sambungan keling peserta PPG akan mampu
a. Menganalisis sambungan keling
b. Menerapkan sambungan keling
3. Pokok-pokok Materi
a. Penyambungan Keling
b. Sambungan Pop
c. Kerusakan dan Perhitungan Kekuatan Keling
4. Uraian Materi
a. Penyambungan Keling
Menyambung pelat dengan tersebut berfungsi untuk menyambung bagian pelat satu
dengan pelat lainnya atau pelat dengan profil. Pelat disatukan satu sama lain dengan cara
ditumpangkan, kemudian dibor dan dipasang paku keling.
Macam sambungan keling dilihat dari kekuatan sambungan dapat dibedakan menjadi
sambungan ringan, sambungan kuat, sambungan rapat, sambungan kuat dan rapat.
Sambungan ringan yaitu sambungan yang berfungsi untuk menyambung dua bagian dari
suatu produk dengan sambungan yang tidak mempunyai beban besar , misalnya peralatan
rumah tangga, furnitur dan alat-alat elektronika. Sambungan kuat yaitu sambungan pada
pekerjaan pelat yang mendapatkan beban sehingga memerlukan kekuatan tertentu. Contoh
sambungan kuat antara lain konstruksi jembatan dan kendaraan. Sambungan rapat, yaitu
sambungan yang memerlukan kerapatan dan tidak bocor. Contoh sambungan ini antara
lain pada bak air terbuka atau tangki air bertekanan kecil. Sambungan kuat dan rapat, yaitu
sambungan keling yang selain kuat juga memerlukan kerapatan tinggi. Sambungan ini
biasanya dilakukan pada tangki gas bertekanan tinggi, ketel, pesawat terbang dan boiler.
Proses penyambungan pelat dengan paku keling/rivet yaitu proses penggabungan dua
atau lebih pelat dengan melubangi pelat-pelat tersebut dan memasangkan paku keling
3
sebagai pengikatnya. Sambungan keling termasuk metoda penyambungan yang sederhana.
Sambungan paku keling sangat kuat dan tidak dapat dilepas lagi, jika dilepas maka akan
terjadi kerusakan pada sambungan tersebut. Bagian utama paku keling meliputi kepala
(head), badan (shank/body), ekor (tail) dan kepala lepas. Gambar 1.1 menunjukkan bagian-
bagian dari paku keling.
Gambar 2.1. Bagian-bagian paku keling
Penggunaan metoda penyambungan dengan paku keling banyak digunakan untuk
penyambungan pelat-pelat alumnium, yang sulit disolder atau dilas. Macam paku keling
yang digunakan diantaranya yaitu solid, tubular, split dan compression, seperti pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Contoh macam-macam paku keling (a) solid, (b) tubular, (c) split dan (d)
compression (Kalpakjian, 2009: 940)
4
Bahan paku keling yang banyak digunakan antara lain baja, brass, alumunium dan
tembaga tergantung jenis sambungan atau beban yang harus diterima sambungan.
Penggunaan paku keling secara umum pada bidang mesin antara lain ductile (low carbon),
steel dan wrought iron, sedangkan penggunaan khusus antara lain weight, corrosion,
copper (+alloys), allumunium (+alloys), dan monel.
Bentuk kepala paku keling solid ada beberapa macam seperti (a) setengah bola
(round), (b) datar (flat) (c) kerucut (countersunk), (d) payung (truss) dapat di lihat pada
Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Macam bentuk kepala dan ukuran paku keling solid (Rivetking, 2011)
Bentuk kepala keling Ukuran
Kepala round
Kepala flat
Kepala countersunk
5
Bentuk kepala keling Ukuran
Kepala truss
Jenis paku keling cukup beragam dan bisa dilakukan dengan cara atau alat yang
beragam pula. Contoh sambungan keling antara lain keling pejal dan keling pop. Paku
keling pejal merupakan salah satu penyambungan yang sederhana. Sambungan ini
diterapkan seperti pada jembatan dan pesawat terbang, dan biasanya digunakan pada
sambungan pelat-pelat alumunium, durauminium dan baja lunak. Pengembangan
pembuatan paku keling pejal dengan rivet set dewasa ini umumnya untuk pelat-pelat yang
sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini
memiliki kegunaan tersendiri. Peralatan untuk membuat paku keling pejal bisa dilihat pada
Gambar 2.2. Penggunaan paku keli3g pejal bisa dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.2. Alat paku keling pejal
Gambar 2.4. Penggunaan paku keling pejal
6
Desain sambungan pelat dengan paku keling, struktur sambungannya didesain sesuai
dengan tuntutan konstruksi dan kondisi pelat yang akan disambung. Desain sambungan
paku keling dapat berupa sambungan lap joint, joggled lap joint, single strap butt joint
atau double strap butt joint. Contoh sambungan pelat dengan paku keling seperti
ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Contoh desain sambungan pelat dengan paku keling.
Cara pemasangan paku keling meliputi beberapa langkah. Langkah pemasangan
dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan diuraikan sebagai berikut:
1) Menentukan desain sambungan dan menentukan posisi penempatan paku keling.
Menandai dan membuat lubang pada pelat sesuai diameter paku keling yang akan
digunakan dengan menggunaakan bor atau punch. Biasanya diameter lubang dibuat 1,5
mm lebih besar dari diameter paku keling.
2) Memasang paku keling pada lubang yang telah dibuat. Bagian kepala lepas
dimasukkan ke bagian ekor dari paku keling.
3) Membentuk kepala paku keling dengan batang pembentuk hingga bentuk kepala
sempurna. Bagian kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian
paksa.
4) Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa dipotong dan dirapikan/ratakan.
5) Mesin/alat pemasang paku keling bisa digerakkan dengan udara, hidrolik atau tekanan
uap tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.
7
Gambar 2.6. Proses penyambungan pelat dengan paku keling
Sementara itu persyaratan paku keling pejal adalah sebagai berikut.
1) Tidak terlalu berdekatan dan berjauhan jaraknya
2) Jika jarak antar paku terlalu besar dapat terjadi buckling, jarak pemasangan paku
keling bisa dilihat pada Gambar 2.7.
3) Jarak maksimumnya biasanya adalah 16 x tebal plat
4) Jarak dan pusat paku keling sisi pelat tidak boleh terlalu kecil, sebab bisa terjadi
kegagalan.
Gambar 2.7. Jarak pemasangan paku keling
Tipe pemasangan paku keling dilihat dari posisi pelat yang disambung dengan bahan
penyambung meliputi 4 macam, yaitu sambungan berimpit, sambungan bilah tunggal,
sambungan bilah ganda dan sambungan rowe.
Sambungan berimpit ,yaitu menyambung dua buah pelat yang dilakukan ujung pelat
satu dengan ujung pelat lainnya berimpit satu sama lainnya. Selanjutnya kedua ujung
dibor, dipasangi paku keling dan dibentuk kepala paku sehingga membentuk sambungan
keling. Gambar 2.8 merupakan contoh sambungan keling berimpit.
8
Gambar 2.8. Sambungan keling berimpit
Pada sambungan keling berimpit dapat dilakukan dengan cara memasang satu baris
paku keling dan disebut sambungan berimpit keling tunggal. Apabila dipasang dua baris
paku keling dinamakan sambungan berimpit keling ganda dan tiga baris paku keling
dinamakan sambungan berimpit keling triple. Gambar 2.9 menunjukkan sambungan
berimpit keling tunggal, ganda dan triple.
Gambar 2.9. Sambungan berimpit keling tunggal, ganda dan triple
Sambungan bilah, jika ujung pelat disambung dengan menggunakan pelat dan
berbentuk bilah. Ditinjau dari jumlah bilah yang digunakan untuk menyambungnya,
sambungan bilah dibedakan menjadi sambungan bilah tunggal dan sambungan bilah
ganda. Sambungan bilah tunggal, yaitu sambungan keling yang menggunakan satu buah
bilah yang dipasang pada satu sisi atas pelat. Sambungan bilah tunggal dapat dilaksanakan
dengan memasang satu baris paku keling, dua baris atau tiga baris paku keling. Gambar
2.10 menunjukkan sambungan bilah tunggal.
9
Gambar 2.10. Sambungan bilah tunggal
Sambungan bilah ganda jika ujung-ujung pelat disambung dengan menggunakan dua
buah pelat lain yang berbentuk bilah dan dipasangpada bagian atas dan bawah kemudian
disambung dengan paku keling. Sambungan keling tersebut merupakan sambungan keling
ganda. Gambar 2.11 menunjukkan sambungan keling ganda
Gambar 2.11. Sambungan bilah ganda
Sambungan rowe adalah sambungan keling kombinasi antara sambungan keling
tunggal dan keling ganda dengan ukuran bilah bawah lebih lebar dari pada bilah atas.
Sambungan rowe dibedakan atas kampuh ganda dan kampuh triple. Gambar 2.12
menunjukkan sambungan rowe.
10
Gambar 2.12. Sambungan rowe
Terdapat beberapa istilah terminologi sambungan paku keling. Beberapa istilah
sambungan paku keling bisa dijelaskan sebagai berikut.
1) Pitch (p) adalah jarak antara pusat satu paku keling ke pusat berikutnya diukur
secara paralel.
2) Diagonal pitch (pd) adalah jarak antara pusat paku keling pada pemasangan secara
zig zag dilihat dari lajur atau baris.
3) Back pitch (pb) adalah jarak antara sumbu kolom dengan sumbu kolom berikutnya.
4) Margin (m) adalah jarak terdekat antara luang paku keling dengan sisi pelat terluar.
b. Sambungan Pop
Pengeling pop atau blint riveter adalah rivet yang pemasangan kepala bawahnya
tidak memungkinkan menggunakan buckling bar. Penggunaan rivet jenis ini dikarenakan
terlalu sulit kondisi tempat pemasangan buckling bar pada sisi shop head-nya. Sewaktu
pembentukan kepala shop-nya tidak dapat menggunakan buckling bar. Kenyataan inilah
diperlukan rivet spesial yang pemasangannya hanya dilakukan pada salah satu sisi saja.
Alat rivet pop manual bisa dilihat pada Gambar 2.13 dan alat rivet pneumatik bisa dilihat
pada Gambar 2.14. Sedangkan bentuk paku tembak bisa dilihat pada Gambar 2.15.
11
Gambar 2.13. Alat rivet manual
Gambar 2.14. Alat rivet pneumatik
12
Gambar 2.15. Bentuk paku tembak keling pop
Kekuatan rivet spesial ini tidak sepenuhnya diperlukan. Rivet tipe ini lebih ringan
daripada rivet-rivet lainnya. Untuk pemasangan dan pembongkaran memerlukan peralatan
yang khusus. Komposisi rivet spesial ini mengandung 99,45% alumunium murni, sehingga
kekuatannya tidak melebihi faktor utama.
Cara menggunakan keling pop bisa dilihat pada Gambar 2.16. Langkah-langkahnya
adalah sebagai berikut ini.
1) Tempatkan/masukkan paku keling pop ke lubang sambungan keling dan pasangkan
pengeling pop sampai rapat dengan permukaan paku keling (lihat Gambar 2.16(a)).
2) Tekan tuas pengeling pop beberapa kali sambil tekan pengeling sampai paku
penariknya putus (lihat Gambar 2.16(b))
3) Tarik tuas pengeling dan keluarkan paku penariknya yang telah putus (lihat Gambar
2.16(c)).
(a) (b)
13
(c)
Gambar 2.16. Langkah-langkah pemasangan paku keling pop
c. Perhitungan Kekuatan Keling
Kerusakan dapat terjadi pada sambungan paku keling akibat menerima beberapa
beban antara lain sebagai berikut.
1) Robek (tearing) pada bagian pinggir dari pelat. Robek ini biasanya disebabkan karena
gaya tarik pada pelat. Pelat tidak sanggup menahan gaya tarik tersebut pada arah yang
sama dengan arah gaya.
2) Robek pada garis sumbu lubang paku keling
Robek pelat pada garis sumbu lubang paku keling dan bersilangan dengan garis gaya.
Robek ini juga disebabkan karena gaya tarik pada pelat. Pelat tidak sanggup menahan
gaya tarik tersebut pada arah yang tegak lurus dengan arah gaya
Jika:
p = pitch
d = diameter paku keling
T = tebal pelat
t = tegangan tarik ijin bahan, maka
At = luas bidang robekan = (p – d) t
Resistensi robekan per pitch height adalah seperti terlihat pada persamaan (2.1)
14
F σ . A F σ p d t (2.1)
3) Beban geser paku keling
Kerusakan sambungan paku keling bisa terjadi karena beban geser oleh gaya yang
bekerja pada pelat.
Jika
d = diameter paku keling
t = tegangan geser ijin bahan paku keling
n = jumlah paku keling per panjang pitch, maka
a) Geseran tunggal
Luas permukaan geser A = d
Gaya geser maksimum FS = d . t . n
b) Geseran ganda teoritis
Luas permukaan geser A = 2 . d
Gaya geser maksimum FS = 2 . d . t . n
c) Geseran ganda aktual
Luas permukaan geser A = 1,875 . d
Gaya geser maksimum FS = 1,875 . d . t . n
4) Crushing paku keling. Kerusakan ini terjadi pada paku keling karena beban gaya yang
terjadi pada pelat.
Jika
d = diameter paku keling
t = tebal plat
g = tegangan geser ijin bahan paku keling
n = jumlah paku keling per panjang pitch, maka
15
Luas permukaan crushing per paku keling Ac = d . t
Total crushing area AC tot = n . d . t
Tahanan crushing maksimum FC = n . d . t . t
Efisiensi paku keling dihitung berdasarkan perbandingan kekuatan sambungan
dengan kekuatan unriveted. Kekuatan sambungan paku keling tergantung pada harga
terkecil dari Ft, FS, FC.
Kekuatan unriveted F = p . .t . t
Efisiensi sambungan paku keling, seperti terlihat pada (1.2)

, ,
. .
(2.2)
Harga efisiensi sambungan keling untuk tunggal, ganda dan triple bisa dilihat pada
Tabel 2.2. Sedangkan diameter paku keling standar bisa di lihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.2. Harga efisiensi sambungan paku keling
16
Tabel 2.3. Diameter paku keling standar
d. Perhitungan Sambungan Keling
Perhitungan sambungan keling untuk mengetahui dan menentukan ukuran paku
keling supaya sambungan paku keling aman terhadap beban tertentu atau untuk memeriksa
besarnya beban yang diijinkan pada sambungan kelingan itu sendiri.
Perhitungan sederhana untuk sambungan kelingan yang mendapatkan beban sentris
dapat dilaksanakan pada kekuatan geser pada paku keling bisa dilihat pada persamaan
(2.3).
τ (2.3)
Jika sambungan kelingan berimpit dengan kampuh tunggal mendapatkan beban sentris F
(N), paku keling yang terpasang berjumlah n (buah) dengan ukuran d (mm) seperti terlihat
pada Gambar 2.17, maka tegangan geser yang terjadi adalah seperti pada persamaan (2.1)
di mana A adalah jumlah seluruh paku keling, sehingga menjadi persamaan (2.4).
τ
17
A d n
τ (2.4)
Gambar 2.17 Sambungan berimpit
Contoh Soal 2.1
Suatu konstruksi sambungan keling seperti terlihat pada gambar di bawah. Diketahui
diameter paku keling 20 mm dan gaya F = 4000 N. Hitung tegangan geser yang terjadi
pada paku keling!
18
Jawab:
Tegangan yang terjadi menggunakan rumus
τ
Luas penampang paku keling yang tergeser terdapat di dua tempat, yaitu
A 2 x d
A = 2 x 0,785 x 202
= 628 mm2
Jadi
τ 6,4
Contoh Soal 2.2
Hitung efisiensi sambungan paku keling jenis single riveted lap joint pada plat dengan
tebal 6 mm dengan diameter lubang 2 cm dan pitch 5 cm dengan asumsi:
t = 1200 kg/cm2
(bahan plat)
t = 900 kg/cm2
(bahan paku keling)
g = 1800 kg/cm2
(bahan paku keling)
Jawab:
T = 6 mm = 0,6 cm
D = 2 cm
t = 1200 kg/cm2
= 12.000 N/cm2
(bahan plat)
t = 900 kg/cm2
= 9.000 N/cm2
(bahan paku keling)
g = 1800 kg/cm2
= 18.000 N/cm2
(bahan paku keling)
Ketahanan plat terhadap robekan (tearing):
Ft = (p – d) . t . t
19
(5 – 2) . 0,6 . 12.000 = 21.600 N
Shearing resistence of the rivet
Fs = /4 d2
. t = /4 (2)2
. 900 = 28.270 N
Crushing resistence of the rivet
FC = d . t . g = 25 (0,6) 18.000 = 21.600 N
Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan terhadap tearing Ft
atau FC.
Beban maksimum yang boleh diterima plat adalah
Fmax = p . t . t = 5 (0,6) 12.000 = 36.000 N
Efisiensi sambungan keling

. .
.
.
0,6 60%
5. Forum Diskusi
Kerusakan yang terjadi pada sambungan keling antara lain:
 Robek pada bagian pinggir pelat
 Robek pada garis sumbu lubang paku keling
 Beban gesek paku keling
 Chrushing paku keling
Kerusakan pada sambungan keling ini terjadi pada pelat maupun paku kelingnya.
Diskusikan di antara peserta PPG terkait penyebab apa dan kondisi yang bagaimana saja
paku keling bisa terjadi kerusakan seperti itu?
20
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Proses penyambungan pelat dengan paku keling/rivet yaitu proses penggabungan
dua atau lebih pelat dengan menggunakan paku keling sebagai pengikatnya.
Penyambungan dengan paku keling banyak digunakan untuk penyambungan pelat-pelat
alumnium, yang sulit disolder atau dilas. Macam paku keling dibedakan:
 Sambungan ringan
 Sambungan kuat
 Sambungan rapat
 Sambungan kuat dan rapat
Berdasarkan bentuk sambungan, keling dibedakan:
 Sambungan berimpit
 Sambungan bilah tunggal
 Sambungan bilah ganda
 Sambungan rowe

More Related Content

What's hot

Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Aziz Adi
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Surya BS
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-betonRais Fadli
 
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2MOSES HADUN
 
1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayuArief Rahman
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMOSES HADUN
 
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungpenulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungAgus Fitriyanto
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautJunaida Wally
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiJunaida Wally
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanterbott
 
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia ) Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia ) Athif Muhammad
 
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIK
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIKSTRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIK
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIKMOSES HADUN
 
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-itsRoni Fauzi
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuYoon Tua Simbolon
 

What's hot (20)

Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
STRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATANSTRUKTUR JEMBATAN
STRUKTUR JEMBATAN
 
Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1Tugas besar baja 1
Tugas besar baja 1
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
Pengujian kuat tarik_baja_beton (umum)
 
Kayu
KayuKayu
Kayu
 
10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton10 penyaluran-tulangan-beton
10 penyaluran-tulangan-beton
 
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
STRUKTUR STATIS TAK TENTU METODE CLAPEYRON- CONTINUOUS BEAM-2
 
Modul statika pdf Kelas X SMK
Modul statika pdf Kelas X SMKModul statika pdf Kelas X SMK
Modul statika pdf Kelas X SMK
 
1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu1472 mk struktur kayu
1472 mk struktur kayu
 
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANGMETODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
METODE RITTER PADA STRUKTUR RANGKA BATANG
 
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedungpenulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
penulangan kolom, balok dan plat bangunan gedung
 
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-bautKonstruksi baja-3 sambungan-baut
Konstruksi baja-3 sambungan-baut
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Handout mer iv d iii
Handout mer iv d iiiHandout mer iv d iii
Handout mer iv d iii
 
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia ) Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
Jenis jenis kayu ( Kelas Kekuatan & Keawetan & Berat Jenis Kayu Indonesia )
 
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIK
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIKSTRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIK
STRUKTUR KAYU, SAMBUNGAN, PAKU, SAMBUNGAN MEKANIK
 
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its
221096408 dasar-dasar-sap-2000-puski-its
 
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentuBab 4. balok sederhana statis tak tentu
Bab 4. balok sederhana statis tak tentu
 

Similar to SAMBUNGAN KELING

Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1PPGhybrid3
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxAdhimasTirta
 
Laporan pratikum permesinan
Laporan pratikum permesinanLaporan pratikum permesinan
Laporan pratikum permesinannaufaltahraj
 
Laporan kegiatan praktek muhsin ali
Laporan kegiatan praktek muhsin ali Laporan kegiatan praktek muhsin ali
Laporan kegiatan praktek muhsin ali Muhsin Ali
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...Muhamad Bagus Setiakawan
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Fajar Istu
 
2. laporan sambungan plat simpul baja fix
2. laporan sambungan plat simpul baja fix2. laporan sambungan plat simpul baja fix
2. laporan sambungan plat simpul baja fixKysunRyo
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfDeni Prasetyo
 
Struktur baja ii
Struktur baja iiStruktur baja ii
Struktur baja iinizar amody
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danM Agus Saparudin
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Dewi Izza
 
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMakalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMask Black
 
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikKd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikSILVIANAWANDAFENTIA1
 

Similar to SAMBUNGAN KELING (20)

Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
 
2
22
2
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2
 
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 
Jobsheet kabel
Jobsheet kabelJobsheet kabel
Jobsheet kabel
 
Laporan pratikum permesinan
Laporan pratikum permesinanLaporan pratikum permesinan
Laporan pratikum permesinan
 
Laporan kegiatan praktek muhsin ali
Laporan kegiatan praktek muhsin ali Laporan kegiatan praktek muhsin ali
Laporan kegiatan praktek muhsin ali
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...
Tugas Struktur Beton Bertulang Lanjut (Universitas 17 Agustus 1945 Semarang -...
 
Konstruksi baja4
Konstruksi baja4Konstruksi baja4
Konstruksi baja4
 
2. laporan sambungan plat simpul baja fix
2. laporan sambungan plat simpul baja fix2. laporan sambungan plat simpul baja fix
2. laporan sambungan plat simpul baja fix
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
 
Baut dan-mur
Baut dan-murBaut dan-mur
Baut dan-mur
 
Struktur baja ii
Struktur baja iiStruktur baja ii
Struktur baja ii
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
 
Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4Modul Elemen Mesin 4
Modul Elemen Mesin 4
 
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMakalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
 
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknikKd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
Kd 3.3 jobsheet kerja bengkel dan gambar teknik
 

More from PPGhybrid3

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3PPGhybrid3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2PPGhybrid3
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1PPGhybrid3
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORPPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2PPGhybrid3
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4PPGhybrid3
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3PPGhybrid3
 

More from PPGhybrid3 (20)

Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 4
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 5
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 3
 
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
Contoh Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 2
 
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
Forum Diskusi Agribisnis ternak Modul 1
 
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERRORMODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
MODUL 1 FARMASI KB3: MEDICATION ERROR
 
AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4AT Modul 6 kb 4
AT Modul 6 kb 4
 
AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3AT Modul 6 kb 3
AT Modul 6 kb 3
 
AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1AT Modul 6 kb 1
AT Modul 6 kb 1
 
AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2AT Modul 6 kb 2
AT Modul 6 kb 2
 
AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4AT Modul 5 kb 4
AT Modul 5 kb 4
 
AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3AT Modul 5 kb 3
AT Modul 5 kb 3
 
AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2AT Modul 5 kb 2
AT Modul 5 kb 2
 
AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1AT Modul 5 kb 1
AT Modul 5 kb 1
 
AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4AT Modul 4 kb 4
AT Modul 4 kb 4
 
AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3AT Modul 4 kb 3
AT Modul 4 kb 3
 
AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2AT Modul 4 kb 2
AT Modul 4 kb 2
 
AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1AT Modul 4 kb 1
AT Modul 4 kb 1
 
AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4AT Modul 3 kb 4
AT Modul 3 kb 4
 
AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3AT Modul 3 kb 3
AT Modul 3 kb 3
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 

SAMBUNGAN KELING

  • 1. i No Kode: DAR@/Profesional/1/4/2019 PENDALAMAN MATERI TEKNIK MESIN MODUL 6: FABRIKASI LOGAM DAN MANUFAKTUR KEGIATAN BELAJAR 2 SAMBUNGAN KELING Nama Penulis: Didik Nurhadiyanto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2019
  • 2. ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i DAFTAR ISI ii A. PENDAHULUAN 1 1. Deskripsi Singkat 1 2. Relevansi 1 3. Panduan Belajar 1 B. INTI 2 1. Capaian Pembelajaran 2 2. Sub Capaian Pembelajaran 2 3. Pokok-pokok Materi 2 4. Uraian Materi 2 a. Penyambungan Keling 2 b. Sambungan Pop 10 c. Kerusakan dan Perhitungan Kekuatan Keling 13 5. Forum Diskusi 19 C. PENUTUP 19 1. Rangkuman 19 2. Tes Formatif 20 DAFTAR PUSTAKA 23
  • 3. 1 A. PENDAHULUAN 1. Deskripsi Singkat Modul pada kegiatan belajar ini mempelajari pengertian penyambungan keling, penggunaan sambungan keling, bagaimana proses sambungan keling, macam-macam sambungan keling, gambar manufaktur, dan perhitungan kekuatan keling. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini peserta dapat memahami sambungan keling, merencanakan sabungan keling dan menghitung kekuatan sambungan keling. Kompetensi diperlukan sebagai guru pada program keahlian teknik mesin. 2. Relevansi Kedalaman materi modul ini setara dengan KKNI level 5. Capaian pembelajaran modul dalam lingkup pengetahuan dan ketrampilan PPG Vokasi Teknik Mesin yang relevan dengan struktur kurikulum SMK. Kegiatan-kegiatan belajar yang disajikan relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar bidang keahlian teknologi dan rekayasa, program keahlian teknik mesin. Dengan dikuasainya materi sambungan keling maka cukup signifikan dengan pekerjaan di industri bidang fabrikasi logam dan manufaktur. 3. Panduan Belajar Proses pembelajaran materi fabrikasi logam dan manufaktur yang sedang diikuti sekarang ini, dapat berjalan dengan lebih lancar bila Anda mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut : a. Bacalah dan pahami capaian pembelajaran dan sub capaian pembelajaran kemudian catat bagian yang belum Anda kuasai dan yang sudah Anda kuasai. b. Bacalah uraian materi pada bagian yang belum Anda kuasai dan apabila belum cukup dapat ditambah dengan sumber belajar lain dari buku bacaan di daftar pustaka. Lakukan kajian terhadap proes pengecoran yang telah ada dan yang telah dilakukan di tempat kerja Anda. c. Setelah Anda menguasai semua tugas dan tes formatif pada keempat kegiatan belajar, silahkan Anda lanjutkan dengan mengerjakan tugas akhir dan tes akhir.
  • 4. 2 B. INTI 1. Capaian Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Anda peserta PPG akan mampu menganalisis dan menerapkan sambungan keling 2. Sub Capaian Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar sambungan keling peserta PPG akan mampu a. Menganalisis sambungan keling b. Menerapkan sambungan keling 3. Pokok-pokok Materi a. Penyambungan Keling b. Sambungan Pop c. Kerusakan dan Perhitungan Kekuatan Keling 4. Uraian Materi a. Penyambungan Keling Menyambung pelat dengan tersebut berfungsi untuk menyambung bagian pelat satu dengan pelat lainnya atau pelat dengan profil. Pelat disatukan satu sama lain dengan cara ditumpangkan, kemudian dibor dan dipasang paku keling. Macam sambungan keling dilihat dari kekuatan sambungan dapat dibedakan menjadi sambungan ringan, sambungan kuat, sambungan rapat, sambungan kuat dan rapat. Sambungan ringan yaitu sambungan yang berfungsi untuk menyambung dua bagian dari suatu produk dengan sambungan yang tidak mempunyai beban besar , misalnya peralatan rumah tangga, furnitur dan alat-alat elektronika. Sambungan kuat yaitu sambungan pada pekerjaan pelat yang mendapatkan beban sehingga memerlukan kekuatan tertentu. Contoh sambungan kuat antara lain konstruksi jembatan dan kendaraan. Sambungan rapat, yaitu sambungan yang memerlukan kerapatan dan tidak bocor. Contoh sambungan ini antara lain pada bak air terbuka atau tangki air bertekanan kecil. Sambungan kuat dan rapat, yaitu sambungan keling yang selain kuat juga memerlukan kerapatan tinggi. Sambungan ini biasanya dilakukan pada tangki gas bertekanan tinggi, ketel, pesawat terbang dan boiler. Proses penyambungan pelat dengan paku keling/rivet yaitu proses penggabungan dua atau lebih pelat dengan melubangi pelat-pelat tersebut dan memasangkan paku keling
  • 5. 3 sebagai pengikatnya. Sambungan keling termasuk metoda penyambungan yang sederhana. Sambungan paku keling sangat kuat dan tidak dapat dilepas lagi, jika dilepas maka akan terjadi kerusakan pada sambungan tersebut. Bagian utama paku keling meliputi kepala (head), badan (shank/body), ekor (tail) dan kepala lepas. Gambar 1.1 menunjukkan bagian- bagian dari paku keling. Gambar 2.1. Bagian-bagian paku keling Penggunaan metoda penyambungan dengan paku keling banyak digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium, yang sulit disolder atau dilas. Macam paku keling yang digunakan diantaranya yaitu solid, tubular, split dan compression, seperti pada Gambar 2.2. Gambar 2.2. Contoh macam-macam paku keling (a) solid, (b) tubular, (c) split dan (d) compression (Kalpakjian, 2009: 940)
  • 6. 4 Bahan paku keling yang banyak digunakan antara lain baja, brass, alumunium dan tembaga tergantung jenis sambungan atau beban yang harus diterima sambungan. Penggunaan paku keling secara umum pada bidang mesin antara lain ductile (low carbon), steel dan wrought iron, sedangkan penggunaan khusus antara lain weight, corrosion, copper (+alloys), allumunium (+alloys), dan monel. Bentuk kepala paku keling solid ada beberapa macam seperti (a) setengah bola (round), (b) datar (flat) (c) kerucut (countersunk), (d) payung (truss) dapat di lihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Macam bentuk kepala dan ukuran paku keling solid (Rivetking, 2011) Bentuk kepala keling Ukuran Kepala round Kepala flat Kepala countersunk
  • 7. 5 Bentuk kepala keling Ukuran Kepala truss Jenis paku keling cukup beragam dan bisa dilakukan dengan cara atau alat yang beragam pula. Contoh sambungan keling antara lain keling pejal dan keling pop. Paku keling pejal merupakan salah satu penyambungan yang sederhana. Sambungan ini diterapkan seperti pada jembatan dan pesawat terbang, dan biasanya digunakan pada sambungan pelat-pelat alumunium, durauminium dan baja lunak. Pengembangan pembuatan paku keling pejal dengan rivet set dewasa ini umumnya untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap bentuk kepala rivet ini memiliki kegunaan tersendiri. Peralatan untuk membuat paku keling pejal bisa dilihat pada Gambar 2.2. Penggunaan paku keli3g pejal bisa dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.2. Alat paku keling pejal Gambar 2.4. Penggunaan paku keling pejal
  • 8. 6 Desain sambungan pelat dengan paku keling, struktur sambungannya didesain sesuai dengan tuntutan konstruksi dan kondisi pelat yang akan disambung. Desain sambungan paku keling dapat berupa sambungan lap joint, joggled lap joint, single strap butt joint atau double strap butt joint. Contoh sambungan pelat dengan paku keling seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Gambar 2.5. Contoh desain sambungan pelat dengan paku keling. Cara pemasangan paku keling meliputi beberapa langkah. Langkah pemasangan dapat dilihat pada Gambar 2.6 dan diuraikan sebagai berikut: 1) Menentukan desain sambungan dan menentukan posisi penempatan paku keling. Menandai dan membuat lubang pada pelat sesuai diameter paku keling yang akan digunakan dengan menggunaakan bor atau punch. Biasanya diameter lubang dibuat 1,5 mm lebih besar dari diameter paku keling. 2) Memasang paku keling pada lubang yang telah dibuat. Bagian kepala lepas dimasukkan ke bagian ekor dari paku keling. 3) Membentuk kepala paku keling dengan batang pembentuk hingga bentuk kepala sempurna. Bagian kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa. 4) Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa dipotong dan dirapikan/ratakan. 5) Mesin/alat pemasang paku keling bisa digerakkan dengan udara, hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.
  • 9. 7 Gambar 2.6. Proses penyambungan pelat dengan paku keling Sementara itu persyaratan paku keling pejal adalah sebagai berikut. 1) Tidak terlalu berdekatan dan berjauhan jaraknya 2) Jika jarak antar paku terlalu besar dapat terjadi buckling, jarak pemasangan paku keling bisa dilihat pada Gambar 2.7. 3) Jarak maksimumnya biasanya adalah 16 x tebal plat 4) Jarak dan pusat paku keling sisi pelat tidak boleh terlalu kecil, sebab bisa terjadi kegagalan. Gambar 2.7. Jarak pemasangan paku keling Tipe pemasangan paku keling dilihat dari posisi pelat yang disambung dengan bahan penyambung meliputi 4 macam, yaitu sambungan berimpit, sambungan bilah tunggal, sambungan bilah ganda dan sambungan rowe. Sambungan berimpit ,yaitu menyambung dua buah pelat yang dilakukan ujung pelat satu dengan ujung pelat lainnya berimpit satu sama lainnya. Selanjutnya kedua ujung dibor, dipasangi paku keling dan dibentuk kepala paku sehingga membentuk sambungan keling. Gambar 2.8 merupakan contoh sambungan keling berimpit.
  • 10. 8 Gambar 2.8. Sambungan keling berimpit Pada sambungan keling berimpit dapat dilakukan dengan cara memasang satu baris paku keling dan disebut sambungan berimpit keling tunggal. Apabila dipasang dua baris paku keling dinamakan sambungan berimpit keling ganda dan tiga baris paku keling dinamakan sambungan berimpit keling triple. Gambar 2.9 menunjukkan sambungan berimpit keling tunggal, ganda dan triple. Gambar 2.9. Sambungan berimpit keling tunggal, ganda dan triple Sambungan bilah, jika ujung pelat disambung dengan menggunakan pelat dan berbentuk bilah. Ditinjau dari jumlah bilah yang digunakan untuk menyambungnya, sambungan bilah dibedakan menjadi sambungan bilah tunggal dan sambungan bilah ganda. Sambungan bilah tunggal, yaitu sambungan keling yang menggunakan satu buah bilah yang dipasang pada satu sisi atas pelat. Sambungan bilah tunggal dapat dilaksanakan dengan memasang satu baris paku keling, dua baris atau tiga baris paku keling. Gambar 2.10 menunjukkan sambungan bilah tunggal.
  • 11. 9 Gambar 2.10. Sambungan bilah tunggal Sambungan bilah ganda jika ujung-ujung pelat disambung dengan menggunakan dua buah pelat lain yang berbentuk bilah dan dipasangpada bagian atas dan bawah kemudian disambung dengan paku keling. Sambungan keling tersebut merupakan sambungan keling ganda. Gambar 2.11 menunjukkan sambungan keling ganda Gambar 2.11. Sambungan bilah ganda Sambungan rowe adalah sambungan keling kombinasi antara sambungan keling tunggal dan keling ganda dengan ukuran bilah bawah lebih lebar dari pada bilah atas. Sambungan rowe dibedakan atas kampuh ganda dan kampuh triple. Gambar 2.12 menunjukkan sambungan rowe.
  • 12. 10 Gambar 2.12. Sambungan rowe Terdapat beberapa istilah terminologi sambungan paku keling. Beberapa istilah sambungan paku keling bisa dijelaskan sebagai berikut. 1) Pitch (p) adalah jarak antara pusat satu paku keling ke pusat berikutnya diukur secara paralel. 2) Diagonal pitch (pd) adalah jarak antara pusat paku keling pada pemasangan secara zig zag dilihat dari lajur atau baris. 3) Back pitch (pb) adalah jarak antara sumbu kolom dengan sumbu kolom berikutnya. 4) Margin (m) adalah jarak terdekat antara luang paku keling dengan sisi pelat terluar. b. Sambungan Pop Pengeling pop atau blint riveter adalah rivet yang pemasangan kepala bawahnya tidak memungkinkan menggunakan buckling bar. Penggunaan rivet jenis ini dikarenakan terlalu sulit kondisi tempat pemasangan buckling bar pada sisi shop head-nya. Sewaktu pembentukan kepala shop-nya tidak dapat menggunakan buckling bar. Kenyataan inilah diperlukan rivet spesial yang pemasangannya hanya dilakukan pada salah satu sisi saja. Alat rivet pop manual bisa dilihat pada Gambar 2.13 dan alat rivet pneumatik bisa dilihat pada Gambar 2.14. Sedangkan bentuk paku tembak bisa dilihat pada Gambar 2.15.
  • 13. 11 Gambar 2.13. Alat rivet manual Gambar 2.14. Alat rivet pneumatik
  • 14. 12 Gambar 2.15. Bentuk paku tembak keling pop Kekuatan rivet spesial ini tidak sepenuhnya diperlukan. Rivet tipe ini lebih ringan daripada rivet-rivet lainnya. Untuk pemasangan dan pembongkaran memerlukan peralatan yang khusus. Komposisi rivet spesial ini mengandung 99,45% alumunium murni, sehingga kekuatannya tidak melebihi faktor utama. Cara menggunakan keling pop bisa dilihat pada Gambar 2.16. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini. 1) Tempatkan/masukkan paku keling pop ke lubang sambungan keling dan pasangkan pengeling pop sampai rapat dengan permukaan paku keling (lihat Gambar 2.16(a)). 2) Tekan tuas pengeling pop beberapa kali sambil tekan pengeling sampai paku penariknya putus (lihat Gambar 2.16(b)) 3) Tarik tuas pengeling dan keluarkan paku penariknya yang telah putus (lihat Gambar 2.16(c)). (a) (b)
  • 15. 13 (c) Gambar 2.16. Langkah-langkah pemasangan paku keling pop c. Perhitungan Kekuatan Keling Kerusakan dapat terjadi pada sambungan paku keling akibat menerima beberapa beban antara lain sebagai berikut. 1) Robek (tearing) pada bagian pinggir dari pelat. Robek ini biasanya disebabkan karena gaya tarik pada pelat. Pelat tidak sanggup menahan gaya tarik tersebut pada arah yang sama dengan arah gaya. 2) Robek pada garis sumbu lubang paku keling Robek pelat pada garis sumbu lubang paku keling dan bersilangan dengan garis gaya. Robek ini juga disebabkan karena gaya tarik pada pelat. Pelat tidak sanggup menahan gaya tarik tersebut pada arah yang tegak lurus dengan arah gaya Jika: p = pitch d = diameter paku keling T = tebal pelat t = tegangan tarik ijin bahan, maka At = luas bidang robekan = (p – d) t Resistensi robekan per pitch height adalah seperti terlihat pada persamaan (2.1)
  • 16. 14 F σ . A F σ p d t (2.1) 3) Beban geser paku keling Kerusakan sambungan paku keling bisa terjadi karena beban geser oleh gaya yang bekerja pada pelat. Jika d = diameter paku keling t = tegangan geser ijin bahan paku keling n = jumlah paku keling per panjang pitch, maka a) Geseran tunggal Luas permukaan geser A = d Gaya geser maksimum FS = d . t . n b) Geseran ganda teoritis Luas permukaan geser A = 2 . d Gaya geser maksimum FS = 2 . d . t . n c) Geseran ganda aktual Luas permukaan geser A = 1,875 . d Gaya geser maksimum FS = 1,875 . d . t . n 4) Crushing paku keling. Kerusakan ini terjadi pada paku keling karena beban gaya yang terjadi pada pelat. Jika d = diameter paku keling t = tebal plat g = tegangan geser ijin bahan paku keling n = jumlah paku keling per panjang pitch, maka
  • 17. 15 Luas permukaan crushing per paku keling Ac = d . t Total crushing area AC tot = n . d . t Tahanan crushing maksimum FC = n . d . t . t Efisiensi paku keling dihitung berdasarkan perbandingan kekuatan sambungan dengan kekuatan unriveted. Kekuatan sambungan paku keling tergantung pada harga terkecil dari Ft, FS, FC. Kekuatan unriveted F = p . .t . t Efisiensi sambungan paku keling, seperti terlihat pada (1.2)  , , . . (2.2) Harga efisiensi sambungan keling untuk tunggal, ganda dan triple bisa dilihat pada Tabel 2.2. Sedangkan diameter paku keling standar bisa di lihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.2. Harga efisiensi sambungan paku keling
  • 18. 16 Tabel 2.3. Diameter paku keling standar d. Perhitungan Sambungan Keling Perhitungan sambungan keling untuk mengetahui dan menentukan ukuran paku keling supaya sambungan paku keling aman terhadap beban tertentu atau untuk memeriksa besarnya beban yang diijinkan pada sambungan kelingan itu sendiri. Perhitungan sederhana untuk sambungan kelingan yang mendapatkan beban sentris dapat dilaksanakan pada kekuatan geser pada paku keling bisa dilihat pada persamaan (2.3). τ (2.3) Jika sambungan kelingan berimpit dengan kampuh tunggal mendapatkan beban sentris F (N), paku keling yang terpasang berjumlah n (buah) dengan ukuran d (mm) seperti terlihat pada Gambar 2.17, maka tegangan geser yang terjadi adalah seperti pada persamaan (2.1) di mana A adalah jumlah seluruh paku keling, sehingga menjadi persamaan (2.4). τ
  • 19. 17 A d n τ (2.4) Gambar 2.17 Sambungan berimpit Contoh Soal 2.1 Suatu konstruksi sambungan keling seperti terlihat pada gambar di bawah. Diketahui diameter paku keling 20 mm dan gaya F = 4000 N. Hitung tegangan geser yang terjadi pada paku keling!
  • 20. 18 Jawab: Tegangan yang terjadi menggunakan rumus τ Luas penampang paku keling yang tergeser terdapat di dua tempat, yaitu A 2 x d A = 2 x 0,785 x 202 = 628 mm2 Jadi τ 6,4 Contoh Soal 2.2 Hitung efisiensi sambungan paku keling jenis single riveted lap joint pada plat dengan tebal 6 mm dengan diameter lubang 2 cm dan pitch 5 cm dengan asumsi: t = 1200 kg/cm2 (bahan plat) t = 900 kg/cm2 (bahan paku keling) g = 1800 kg/cm2 (bahan paku keling) Jawab: T = 6 mm = 0,6 cm D = 2 cm t = 1200 kg/cm2 = 12.000 N/cm2 (bahan plat) t = 900 kg/cm2 = 9.000 N/cm2 (bahan paku keling) g = 1800 kg/cm2 = 18.000 N/cm2 (bahan paku keling) Ketahanan plat terhadap robekan (tearing): Ft = (p – d) . t . t
  • 21. 19 (5 – 2) . 0,6 . 12.000 = 21.600 N Shearing resistence of the rivet Fs = /4 d2 . t = /4 (2)2 . 900 = 28.270 N Crushing resistence of the rivet FC = d . t . g = 25 (0,6) 18.000 = 21.600 N Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan terhadap tearing Ft atau FC. Beban maksimum yang boleh diterima plat adalah Fmax = p . t . t = 5 (0,6) 12.000 = 36.000 N Efisiensi sambungan keling  . . . . 0,6 60% 5. Forum Diskusi Kerusakan yang terjadi pada sambungan keling antara lain:  Robek pada bagian pinggir pelat  Robek pada garis sumbu lubang paku keling  Beban gesek paku keling  Chrushing paku keling Kerusakan pada sambungan keling ini terjadi pada pelat maupun paku kelingnya. Diskusikan di antara peserta PPG terkait penyebab apa dan kondisi yang bagaimana saja paku keling bisa terjadi kerusakan seperti itu?
  • 22. 20 C. PENUTUP 1. Rangkuman Proses penyambungan pelat dengan paku keling/rivet yaitu proses penggabungan dua atau lebih pelat dengan menggunakan paku keling sebagai pengikatnya. Penyambungan dengan paku keling banyak digunakan untuk penyambungan pelat-pelat alumnium, yang sulit disolder atau dilas. Macam paku keling dibedakan:  Sambungan ringan  Sambungan kuat  Sambungan rapat  Sambungan kuat dan rapat Berdasarkan bentuk sambungan, keling dibedakan:  Sambungan berimpit  Sambungan bilah tunggal  Sambungan bilah ganda  Sambungan rowe