SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
51
BAB IV
BALOK STATIS TAK TENTU
A. Konsep Dasar
Struktur statis tertentu terjadi dikarenakan adanya kelebihan jumlah komponen
reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya.
Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis
tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan
dengan momen pimer, yang dianggap sebagai beban momen.
Sebagai contoh struktur terkekang
dengan beban merata penuh sebagaimana
tergambar pada gambar 4.1a, dapat dirubah
menjadi struktur statis tertentu seperti pada
gambar 4.1b. Akibat adanya perubahan tumpuan
jepit menjadi sendi atau rol, maka pada tumpuan
tersebut terdapat beban momen, yang besarnya
sama dengan momen primer. Agar
penyelesaiannya lebih mudah, maka struktur
yang tergambar pada gambar 4.1b tersebut dapat
dipisah-pisah lagi menjadi 3 (tiga) struktur
sederhana (simple beam) sebagaimana
tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d
serta gambar 4.1e. Dalam penyelesaiannya
struktur tersebut dihitung sendiri-sendiri, baik
reaksi, gaya lintang maupun momennya,
kemudian hasil akhir merupakan penjumlahan
dari 3 (tiga) struktur tersebut. Gambar 4.1.b,
merupakan struktur sederhana yang menahan
beban merata, momen di A dan momen di B.
Sedangkan gambar 4.1c. struktur yang menahan
beban merata saja, gambar 4.1d, yang menahan
beban momen di A, dan gambar 4.1e, yang
menahan momen di B.
Gambar 4,1. Balok Terkekang
dengan Beban Merata Penuh
(a)
q
L
A B
q
RA
EI
L
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
q
L
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
52
B. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Penuh
Struktur terkekang dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a, dapat
diselesaikan dengan cara dirubah menjadi struktur statis tertentu, sebagaimana dijelaskan
pada sub bab A.
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata
dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar
4.1e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
12
L.q
M
2
AB 
12
L.q
M
2
BA 
Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) :
RA = RB =
2
qL
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.1d) :
RA =
12
L.q
L
MAB

RB =
12
L.q
L
MAB

Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1e)
RA =
12
L.q
L
MBA

RB =
12
L.q
L
MBA

Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA =
2
qL
+
12
L.q
–
12
L.q
=
2
qL
RB =
2
qL
–
12
L.q
+
12
L.q
=
2
qL
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.2a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.
53
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e.
Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.2a
terletak di tengah bentang.
Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) :
MA = MB = 0
MT = RA .
2
L
–
4
L
.
2
L
.q
=
2
qL
.
2
L
–
8
qL2
=
8
qL2
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.2.b. yang berupa diagram momen lentur
(Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
Momen akibat beban momen di A dan B
(gambar 4.1c dan gambar 4.1d) dapat dihitung
bersamaan dan hasilnya digambarkan pada gambar
4.2.c.
MA = MB =
12
L.q 2

Momen di tengah bentang besarnya sama dengan
MA dan MB sehingga didapat :
MT =
12
L.q 2

Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.2.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.2.e,
besarnya momen yaitu :
MA = MB =
12
L.q 2

Gambar 4,2. SFD dan BMD
(e)
(a)
(b)
(c)
(d)
2
qL
2
qL
8
qL2
12
qL2

12
qL2

12
qL2

12
qL2
12
qL2

12
qL2

12
qL2
54
MT = Mmax =
8
qL2
12
L.q 2
 =
24
L.q 2
C. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Sebagian
Struktur terkekang dengan beban merata sebagian sebagaimana gambar 4.3a,
merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat
dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan
yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar
4.3b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan
beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.3c, gambar 4.3d dan gambar 4.3e.
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata
dari gambar 4.3.c, akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat momen dari gambar
4.3e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
2
AB qL
192
11
M 
2
BA qL
192
5
M 
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.3c) :
0MB 
RA . L – q .
2
L
. L
2
3
= 0
RA = qL
8
3
0MA 
RB = qL
8
1
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.3d) :
RA =
L
MAB
= qL
192
11
Gambar 4.3. Balok Terkekang
dengan Beban Merata Sebagian
q
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
q
RA
EI
L/2
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
q
L/2
A B
L/2
L/2
L/2 L/2
55
RB =
L
MAB
 = qL
192
11

Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e)
RA =
L
MBA
 = qL
192
5

RB =
L
MBA
= qL
192
5
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = qL
8
3
+ qL
192
11
– qL
192
5
= qL
32
13
RB = qL
8
1
– qL
192
11
+ qL
192
5
= qL
32
3
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.4a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil
momen akibat beban merata dari gambar 4.3.c,
akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat
momen dari gambar 4.3e. Momen maksimum akan
terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak
pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.4a jarak
sebagai berikut :
SFX = 0
qL
32
13
– qx = 0
x = L
32
13
Momen akibat beban merata (gambar 4.3c) :
MA = MB = 0
MT = RA .
2
L
–
4
L
.
2
L
.q
Gambar 4.4. SFD dan BMD
(e)
(b)
(c)
(d)
2
192
11
qL
2
192
5
qL2
192
8
qL2
6144
274
qL
2
192
7
qL2
1536
41
qL
2
192
11
qL 2
192
5
qL
2
192
11
qL
2
192
5
qL
(a)
qL
32
13
qL
32
3L
32
13
x 
2
64
5
qL2
1024
65
qL
2
192
7
qL2
1536
41
qL
56
= qL
32
13
.
2
L
–
8
qL2
= 2
qL
64
5
Mx = RA. L
32
13
– .q L
32
13
.
4
L
= qL
32
13
. L
32
13
– 2
qL
128
13
= 2
qL
1024
65
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4b. yang berupa diagram
momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.3c dan gambar 4.3d) dapat
digambarkan seperti pada gambar 4.4c.
MA = 2
qL
192
11

MB = 2
qL
192
5

MT = 2
qL
192
5
 –
L
2
L
qL
192
5
qL
192
11 22













= – 2
qL
192
5
– 











2
1
qL
192
6 2
= 2
qL
192
8

MX = – 2
qL
192
5
–
L
L
32
13
LqL
192
5
qL
192
11 22













= – 2
qL
192
5
– 












32
13
1qL
192
6 2
= – 2
qL
6144
160
– 2
qL
6144
114
= – 2
qL
6144
274
57
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.4.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.4.e,
besarnya momen yaitu :
MA = 2
qL
192
11

MB = 2
qL
192
5

MT = 2
qL
64
5 2
qL
192
8
 = 2
qL
192
7
Mmax = 2
qL
1024
65
– 2
qL
6144
274
= 2
qL
6144
116
= 2
qL
1536
41
Contoh 4.1. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban merata sebagian seperti
tergambar pada gambar 4.5.a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang
sebesar 10 meter. Hitung dan gambarkan gaya lintang dan momennya.
Penyelesaian :
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.5.c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan
akibat momen dari gambar 4.5e. Besarnya Momen
Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
2
AB qL
192
11
M  = 2
10.8.
192
11
 = – 45,83
kNm
2
BA qL
192
5
M  = 2
10.8.
192
5
= 20,83 kNm
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.5c) :
0MB 
RA . 10 – 8.5.(5/2+5) = 0
Gambar 4.5. Balok Terkekang
dengan Beban Merata Sebagian
8 kN/m
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A (d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A B
RB
EI
RA
EI
8 KN/m
RA
EI
5m
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
8 kN/m
5 m
A B
5 m
5m
5m 5m
45,83
20,83
58
RA =
10
300
= 30 kN
0MA 
– RB . 10 + 8.5.5/2 = 0
RB =
10
100
= 10 kN
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.5d) :
RA =
L
MAB
=
10
83,45
= 4,58 kN
RB =
L
MAB
 = –
10
83,45
= – 4,58 kN
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e)
RA =
L
MBA
 =
10
83,20
 = – 2,08 kN
RB =
L
MBA
=
10
83,20
= 2,08 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut :
RA = 30 + 4,58 – 2,08 = 32,5 kN
RB = 10 – 4,58 + 2,08 = 7,5 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.6a,
yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.5c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan akibat momen dari gambar 4.5e. Momen
maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A.
Berdasarkan gambar 4.6a jarak sebagai berikut :
SFX = 0
32,5 – x8 = 0
x =
8
5,32
= 4,05 m
Momen akibat beban merata (gambar 4.5c) :
MA = MB = 0
MT = 30.5 – 8.5.5/2 = 50 kNm
59
Mx = 30.4,05 – 8.4,05.4,05/2 = 55,86 kNm
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.6b. yang berupa diagram momen lentur
(Bending Momen Diagram), disingkat BMD.
Momen akibat beban momen di A dan B
(gambar 4.5c dan gambar 4.5d) dapat digambarkan
seperti pada gambar 4.6c.
MA = – 45,83 kNm
MB = – 20,83 kNm
MT = – 20,83 –
  
10
583,2083,45 
= – 33,33 kNm
MX = – 20,83 –
  
10
05,483,2083,45 
= – 30,98 kNm
Gabungan akibat beban merata dan momen
dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.6d, dan
jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana
gambar 4.6e, besarnya momen yaitu :
MA = – 45,83 kNm
MB = – 20,83 kNm
MT = 50 – 33,33 = 16,67 kNm
Mmax = 55,86 – 30,98 = 24,88 kNm
D. Struktur Terkekang dengan Satu Beban Terpusat
Struktur terkekang dengan beban terpusat sebagaimana gambar 4.5a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah
menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang
terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.5b.
Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban
terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.5c, gambar 4.5d dan gambar 4.5e.
Gambar 4.6. SFD dan BMD
(e)
(b)
(c)
(d)
83,45
83,2033,3398,30
67,16
88,24
83,45 83,20
83,45
83,20
(a)
5,32
5,7
mx 05,4
50
86,55
67,1688,24
60
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban terpusat dari gambar
4.7c, akibat beban momen dari gambar 4.7d, dan
akibat momen dari gambar 4.7e.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen
akibat beban merata dari gambar 4.7c, akibat beban
momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari
gambar 4.7e.
Contoh 4.2. Jika struktur seperti tergambar pada
gambar 4.7a, diketahui nilai beban terpusat P sebesar
40 kN, jarak a sebesar 2 meter dan b sebesar 6
meter. Hitung dan Gambarkan SFD, dan BMD nya.
Penyelesaian :
Besarnya momen primer berdasarkan Tabel 3.1, sebesar :
2
2
AB
L
b.a.P
M  = 2
2
8
4.2.40
 = 20 kNm
2
2
BA
L
b.a.P
M  = 2
2
8
4.2.40
= 10 kNm
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.7c) :
RA =
L
Pb
=
8
4.40
= 20 kN
RB =
L
Pa
=
8
2.40
= 10 kN
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.7d) :
RA =
L
MAB
=
8
20
= 2,25 kN
RB =
L
MAB
 =
8
20
 = – 2,25 kN
Gambar 4.7. Balok Terkekang
dengan Beban Terpusat
P
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
P
RA
EI
a
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
P
a
A B
b
b
a b
61
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.7e)
RA =
L
MBA
 =
8
10
 = – 1,25 kN
RB =
L
MBA
=
8
10
= 1,25 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 20 + 2,5 – 1,25 = 21,25 kN
RB = 20 – 2,5 + 1,25 = 18,75 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat
digambar sebagaimana gambar 4.8a, yang berupa
SFD.
Momen akibat beban terpusat (gambar 4.7c) :
MA = MB = 0
Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.8b.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.7c dan gambar 4.7d) dapat
digambarkan menjadi seperti pada gambar 4.8c.
MA = – 20 kNm
MB = – 10 kNm
Mmax = –10 –
  
8
61020 
= – 17,5 KNm
Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.8d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.8e, besarnya
momen yaitu :
MA = – 20 kNm
MB = – 10 kNm
Mmax = 42,5 – 17,5 = 25 kNm
E. Struktur Terkekang dengan Dua Beban Terpusat
Gambar 4.8. SFD dan BMD
(e)
(b)
(c)
(d)
20
10
5,17
5,17
20
10
20
10
(a)
20
10
5,42
5,17
62
Struktur terkekang dengan dua beban
terpusat sebagaimana gambar 4.9a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur
statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka
gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan
dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada
gambar 4.9b. Dengan demikian struktur tersebut
sudah menjadi struktur statis tertentu dengan dua
beban terpusat dan beban momen di ujungnya.
Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi
struktur sederhana sebagaimana tergambar pada
gambar 4.9c, gambar 4.9d dan gambar 4.9e.
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat dua beban terpusat dari
gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar
4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.9c, akibat beban momen dari gambar 4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e.
Contoh 4.3. Jika diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 meter
dan L sebesar 6 meter, maka besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar :
L
)aL(Pa
MAB

 = 2
6
)26(2.40 
 = – 8,89
kNm
L
)aL(Pa
MBA

 = 2
6
)26(2.40 
= 8,89
kNm
RA
EI
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
P
a
A B
L-2a
P
a
a L-2a a
P P
Gambar 4.9. Balok Terkekang
dengan Dua Beban Terpusat
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
a L-2a a
P P
63
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.9c) :
RA = RB =
6
2.404.40 
= 40 kN
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.9d) :
RA =
L
MAB
=
6
89,8
= 1,48 kN
RB =
L
MAB
 =
6
89,8
 = – 1,48 kN
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.9e)
RA =
L
MBA
 =
6
89,8
 = – 1,48 kN
RB =
L
MBA
=
6
89,8
= 1,48 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 40 + 1,48 – 1,48 = 40 kN
RB = 40 – 1,48 + 1,48 = 40 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.10a,
yang berupa SFD.
Momen akibat beban terpusat (gambar 4.9c) :
MA = MB = 0
Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.10b.
Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.9c dan gambar 4.9d) dapat
digambarkan seperti pada gambar 4.10c.
MA = – 8,89 kNm
MB = – 8,89 kNm
Mmax = MB = –8,89 KNm
Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.10d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.10e,
besarnya momen yaitu :
MA = – 8,89 kNm
MB = – 8,89 kNm
Gambar 4.10. SFD dan BMD
(e)
(b)
(c)
(d)
89,8
25
89,8 89,8
(a)
20
10
5,42
89,8
5,42
89,8 89,8
25
25 25
64
Mmax = 42,5 – 8,89 = 25 kNm
Contoh 4.4. Jika beban terpusat P sebesar 40 kN saling berlawanan seperti pada gambar
4.11a, sedangkan jarak a dan L sama, yaitu sebesar 2 meter dan 6 meter, Hitung dan
Gambarkan SFD dan BMD nya.
Penyelesaian :
Besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar :
ABM =
BAM =   a2LaL
2L
Pa

= 2
6
)2.26)(26(2.40 
= 17,78 kNm
Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.11c) :
RA = RB = 0 kN
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.11d) :
RA =
L
MAB
=
6
78,17
= 2,96 kN
RB =
L
MAB
 =
6
78,17
 = –2,96 kN
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.11e)
RA =
L
MBA
=
6
78,17
= 2,96 kN
RB =
L
MBA
 =
6
78,17
 = –2,96 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 0 + 2,96 + 2,96 = 5,92 kN
RB = 0 – 2,96 – 2,96 = – 5,92 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.12a,
yang berupa SFD.
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban momen dari gambar
4.11d, dan akibat momen dari gambar 4.11e. Sedangkan momen akibat beban terpusat
Gambar 4.11. Balok Terkekang
dengan Dua Beban Terpusat
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RA
EI
RB
EI
RA
EI
MAB MBA
RB
EI
(a)A B
A (c)B
RA
EI
RA
EI
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
P
a
A B
L-2a
P
a
a L-2a a
a L-2a a
P P
P P
RB
EI
65
tidak ada (momen sama dengan nol), hal tersebut diakibatkan karena nilai reaksinya sama
dengan nol.
Hasil akhir hanya ada momen akibat beban
momen di A dan B (gambar 4.11c dan gambar
4.11d) dapat digambarkan seperti pada gambar
4.12b.
MA = – 17,78 kNm
MB = 17,78 kNm
F. Struktur Terkekang dengan Beban Segitiga
Struktur terkekang dengan beban segitiga sebagaimana gambar 4.13a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah
menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang
terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar
4.13b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan
beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka
struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar
pada gambar 4.13c, gambar 4.13d dan gambar 4.13e.
Contoh 4.5. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban segitiga seperti tergambar pada
gambar 4.13a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter.
Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintangnya.
Penyelesaian :
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban segitiga
dari gambar 4.13.c, akibat beban momen dari gambar 4.13d, dan akibat momen dari
gambar 4.13e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar :
20
qL
M
2
AB 
20
10.8 2
 = – 40 kNm
30
qL
M
2
BA 
30
10.8 2
 = 26,67 kNm
Reaksi akibat beban segitiga (gambar 4.13c) :
0MB 
Gambar 4.12. SFD dan BMD
(b)
78,17
(a)
92,5 92,5
78,17
66
RA .10 – 8 .
2
10
. 10.
3
2
= 0
RA =
10
67,266
= 26,67 kN
0MA 
RA . 10 – 8 .
2
10
. 10.
3
1
= 0
RB =
10
33,133
= 13,33 kN
Reaksi akibat momen di A (gambar 4.13d) :
RA =
L
MAB
=
10
40
= 4 kN
RB =
L
MAB
 =
10
40
 = – 4 kN
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.13e)
RA =
L
MBA
 =
10
67,26
 = – 2,67 kN
RB =
L
MBA
=
10
67,26
= 2,67 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 26,67 + 4 – 2,67 = 28 kN
RB = 13,33 – 4 + 2,67 = 12 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.13f.
Jika diinginkan gambar bidang momen maka letak momen maksimum harus diketahui,
yaitu terletak pada SFD = 0, yang berjarak x dari A. Besarnya nilai dapat dihitung sebagai
berikut :
SFX = 0
RA –
2
x.q
–
L
x)xL.(q 
= 0
28 –
2
x.8
–
10
x)x10.(8 
= 0
x = 2,05 m
Gambar 4.13. Balok Terkekang
dengan Beban Segitiga
q
A (c)B
RA
EI
RB
EI
L
A
MAB
(d)B
RA
EI
RB
EI (e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
q
RA
EI
L
A
MAB MBA
(b)B
RB
EI
(a)
q
L
A B
L
(f)
28
12
67
G. Struktur Sendi - Jepit dengan Beban Merata Penuh
Struktur sendi-jepit dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a,
merupakan stuktur statis tak tentu, sebab jumlah komponen reaksi perletakannya lebih
besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan
tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer,
sebagaimana tergambar pada gambar 4.1b. Dengan demikian struktur tersebut sudah
menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya.
Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi
struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d.
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.1.c, dan akibat beban momen dari gambar 4.1d.
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1,
yaitu sebesar :
8
qL
M
2
BA 
Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) :
RA = RB =
2
qL
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1d)
RA =
8
L.q
L
MBA

RB =
8
L.q
L
MBA

Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA =
2
qL
–
8
L.q
=
8
qL3
RB =
2
qL
+
8
L.q
=
8
qL5
Gambar 4,14. Balok Jepit-Sendi
dengan Beban Merata Penuh
q
L
A (c)B
RA
EI
RB
EI (d)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
(a)
q
L
A B
q
RA
EI
L
A
MBA
(b)B
RB
EI
(e)8
3qL
8
5qL
68
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar
4.14e.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.1c dan akibat beban momen dari gambar 4.1d. Momen maksimum akan terjadi pada
SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.14e terletak pada x. Jarak x sebagai berikut :
SFD = 0
8
qL3
– qx = 0
x = L
8
3
Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) :
MA = MB = 0
MT = RA .
2
L
–
4
L
.
2
L
.q
=
2
qL
.
2
L
–
8
qL2
=
8
qL2
Mx = RA . L
8
3
–
2
1
.
8
L3
.
8
L3
.q
=
2
qL
. L
8
3
– 2
qL
128
9
= 2
qL
128
15
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.15a.
Berdasarkan gambar 4.14d. momen akibat beban momen di A, BMD nya dapat
digambarkan seperti gambar 4.15b, dimana besarnya :
MA = 0
MB =
8
L.q 2

Gambar 4,15. SFD dan BMD
(d)
16
qL2
8
2
qL

16
2
qL
(a)
(b)
(c)
16
qL2

16
qL2
 8
qL2

8
2
qL

64
qL3 2

32
qL3 2

32
3 2
qL

128
qL15 2

69
MT =
L
2
L
8
L.q 2













=
16
L.q 2

Mx =
L
L
8
3
8
L.q 2













= 2
qL
64
3

Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.15c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.15d,
besarnya momen yaitu :
MA = 0
MB =
8
L.q 2

MT =
8
qL2
16
L.q 2
 =
16
L.q 2
Mx = 2
qL
128
15 2
qL
64
3
 = 2
qL
128
12
= 2
qL
32
3
H.Struktur Jepit - Sendi dengan Beban Merata Sebagian
Struktur jepit-sendi dengan beban merata
sebagian sebagaimana gambar 4.16a, merupakan
stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat
diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur
statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya
kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan
momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar
4.16b. Dengan demikian struktur tersebut sudah
menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata
dan beban momen di ujungnya. Untuk
mempermudah penyelesainnya maka struktur
tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur
sederhana sebagaimana tergambar pada gambar
4.16c dan gambar 4.16d.
Gambar 4.16. Balok Jepit-Sendi
dengan Beban Merata Sebagian
q
A (c)B
RA
EI
RB
EI (d)
(e)
L
A
MBA
B
RB
EI
RA
EI
q
RA
EI
L/2
A
MBA
(b)B
RB
EI
(a)
q
L/2
B
L/2
L/2
L/2 L/2
A
qL
128
41
qL
128
23Lx
128
41

70
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.16c dan akibat beban momen dari gambar 4.16d.
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1,
yaitu sebesar :
2
BA qL
128
7
M 
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) :
0MB 
RA . L – q .
2
L
. L
2
3
= 0
RA = qL
8
3
0MA 
RB = qL
8
1
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d)
RA =
L
MBA
 = qL
128
7

RB =
L
MBA
= qL
128
7
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = qL
8
3
– qL
128
7
= qL
128
41
RB = qL
8
1
+ qL
128
7
= qL
128
23
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat
digambar sebagaimana gambar 4.16e.
2. Momen CHECK MX
Momen merupakan gabungan dari hasil
momen akibat beban merata dari gambar 4.16c, dan
Gambar 4.17. BMD
(d)
(a)
(b)
(c)
2
qL
192
11

2
qL
192
5
2
qL
192
8
2
qL
6144
274

2qL
192
7
2
qL
1536
41
2
qL
192
11
 2
qL
192
5

2
qL
192
11

2
qL
192
5

2
qL
256
9
2
qL
1024
65
2
qL
192
72
qL
1536
41
71
akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen
maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol,
yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar
4.15e jarak x sebagai berikut :
SFX = 0
qL
128
41
– qx = 0
x = L
128
41
Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) :
MA = MB = 0
MT = RA .
2
L
–
4
L
.
2
L
.q
= qL
128
41
.
2
L
–
8
qL2
= 2
qL
256
9
Mx = RA. L
128
41
– .q L
128
41
.
4
L
= qL
128
41
. L
128
41
– 2
qL
504
41
= 2
qL
16384
369
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.17a.
Momen akibat beban momen di B (gambar 4.16d) dapat digambarkan seperti pada
gambar 4.17b.
MA = 0
MB = 2
qL
128
7

MT =
L
2
L
qL
128
7 2













= 2
qL
256
7

MX =
L
L
128
41
qL
128
7 2













= – 2
qL
16384
287
72
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.17c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.17d,
besarnya momen yaitu :
MA = 0
MB = 2
qL
128
7

MT = 2
qL
256
9 2
qL
256
7
 = 2
qL
256
2
= 2
qL
128
1
Mmax = 2
qL
16384
369
– 2
qL
16384
287
= 2
qL
16384
82
= 2
qL
8142
41
Contoh 4.6. Jika diketahui struktur jepit-sendi dengan beban merata sebagian seperti
tergambar pada gambar 4.18a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang
sebesar 10 meter. Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintang serta momennya.
Penyelesaian :
1. Reaksi dan Gaya Lintang
Reaksi perletakan merupakan jumlah dari
reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar
4.18c dan akibat beban momen dari gambar 4.18d.
Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1,
yaitu sebesar :
2
BA qL
128
7
M  2
10.8.
128
7
= 43,75 kNm
Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) :
0MB 
RA . 10 – 8.5. 






2
5
5 = 0
RA =
10
300
= 30 kN
0MA  Gambar 4.18. Balok Jepit-Sendi
dengan Beban Merata Sebagian
8 kN/m
A (c)B
RA
EI
RB
EI (d)
(e)
L
A
43,75
B
RB
EI
RA
EI
8 kN/m
kN/m
RA
EI
5m
A
43,75
(b)B
RB
EI
(a)
8 kN/m
5m
B
5m
5m
5m 5m
A
25,62
L
128
41
x  14,38
73
RB =
10
100
= 10 kN
Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d)
RA =
L
MBA
 =
10
75,43
 = – 4,38 kN
RB =
L
MBA
=
10
75,43
= 4,38 kN
Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai
berikut :
RA = 30 – 4,38 = 25,62 kN
RB = 10 + 4,38 = 14,38 kN
Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.16e.
2. Momen
Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar
4.16c, dan akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen maksimum akan terjadi pada
SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.15e jarak x
sebagai berikut :
SFX = 0
25,62 – 8 x = 0
x = 3,2 m
Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) :
MA = MB = 0
MT = 25,62 . 5 – 8 . 5 . 2,5
= 28,10 kNm
Mx = 25,62 . 3,2 – 8. 3,2 . 3,2/2
= 41,02 kNm
Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.19a.
Momen akibat beban momen di B (gambar
4.18d) dapat digambarkan seperti pada gambar
4.19b.
MA = 0
Gambar 4.19. BMD
(d)
(b)
(c)
2
qL
192
11

2
qL
192
5
2
qL
192
8
2
qL
6144
274

2
qL
192
7
2
qL
1536
41
2
qL
192
11
 2
qL
192
5

2
qL
192
11

2
qL
192
5

2
qL
256
9
(a
)
2
qL
1024
65
2
qL
192
72
qL
1536
41
74
MB = – 43,75
MT = –
10
5.75,43
= – 21,88 kNm
MX = –
10
2,3.75,43
= – 14 kNm
Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana
gambar 4.19c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.19d,
besarnya momen yaitu : MA = 0
MB = – 43,75
MT = 28,1 – 21,88 = 6,22 kNm
Mmax = 41,02 – 14 = 27,02 kNm
I. Soal Latihan
Hitung dan Gambarkan Reakasi, Gaya Lintang dan Momen Struktur yang
tergambar dibawah :
1. Struktur Jepit - Sendi dengan Satu Beban Terpusat
2. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat
3. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat
P
EI
a b
A B
L
MBA
P
E
I
a L-2a a
MAB MBA
A
P
E
I
B
q
L
EI
A B
MAB
75
4. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat
5. Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata Penuh
6. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat
3 T/m
6 m 3 m
3 T/m
6 m 3 m
10 T
3 m 3 m
10 T10 T
3 m

More Related Content

What's hot

Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiAyu Fatimah Zahra
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekanIndah Rosa
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalJulia Maidar
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Muhammad Umari
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasarUmar Fathoni
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momendika andika
 
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)MOSES HADUN
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMira Pemayun
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10noussevarenna
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasidwidam
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturKomang Satriawan
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2Aryo Bimantoro
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenSyukri Ghazali
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaYusrizal Mahendra
 
221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energiNorma Narulita
 

What's hot (20)

Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghiDaya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
Daya dukung pondasi dengan analisis terzaghi
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Modul 4 sesi 1 batang tekan
Modul 4  sesi 1 batang tekanModul 4  sesi 1 batang tekan
Modul 4 sesi 1 batang tekan
 
Cara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontalCara menghitung alinyemen horizontal
Cara menghitung alinyemen horizontal
 
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10Belajar sendiri-sap2000-versi-10
Belajar sendiri-sap2000-versi-10
 
Struktur baja-dasar
Struktur baja-dasarStruktur baja-dasar
Struktur baja-dasar
 
Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000Pengenalan sap 2000
Pengenalan sap 2000
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Bab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momenBab ii distribusi momen
Bab ii distribusi momen
 
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
METODE GARIS PENGARUH STRUKTUR RANGKA BATANG(1)
 
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANGMERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
MERENCANAKAN BALOK BETON PRATEGANG
 
Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10Tugas-Tugas Beton 1-10
Tugas-Tugas Beton 1-10
 
Eksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasiEksentrisitas pada-pondasi
Eksentrisitas pada-pondasi
 
Laporan prancangan struktur
Laporan prancangan strukturLaporan prancangan struktur
Laporan prancangan struktur
 
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
contoh kerjaan struktur beton bertulang 2
 
Perencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan rayaPerencanaan perkerasan jalan raya
Perencanaan perkerasan jalan raya
 
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semenPd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
Pd t 14-2003 - perencanaan perkerasan jalan beton semen
 
Penyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan betonPenyaluran tulangan beton
Penyaluran tulangan beton
 
Tabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi BajaTabel Profil Konstruksi Baja
Tabel Profil Konstruksi Baja
 
221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi221829084 bag-1-metode-energi
221829084 bag-1-metode-energi
 

Similar to Bab 4. balok sederhana statis tak tentu

2 struktur-statis-tertentu2-libre
2 struktur-statis-tertentu2-libre2 struktur-statis-tertentu2-libre
2 struktur-statis-tertentu2-librerosidahmad
 
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMOSES HADUN
 
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vMateri struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vikecantik
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-iSupian Ian
 

Similar to Bab 4. balok sederhana statis tak tentu (7)

2 struktur-statis-tertentu2-libre
2 struktur-statis-tertentu2-libre2 struktur-statis-tertentu2-libre
2 struktur-statis-tertentu2-libre
 
Balok gerber
Balok gerberBalok gerber
Balok gerber
 
Sistem koordinat bola
Sistem koordinat bolaSistem koordinat bola
Sistem koordinat bola
 
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBERMEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
MEKANIKA TEKNIK 1- BALOK GERBER
 
Materi Mektek.ppt
Materi Mektek.pptMateri Mektek.ppt
Materi Mektek.ppt
 
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,vMateri struktur pertemuan iii,iv,v
Materi struktur pertemuan iii,iv,v
 
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
2 perilaku-komponen-struktur-lentur-profil-i
 

Recently uploaded

Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturAhmadAffandi36
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPusatKeteknikanKehut
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxArisatrianingsih
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfYoyokSuwiknyo
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptxVinaAmelia23
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxMuhamadIrfan190120
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxAndimarini2
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxssuserdfcb68
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfIftitahKartika
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptAchmadDwitamaKarisma
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxyoodika046
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...rororasiputra
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdffitriAnnisa54
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 

Recently uploaded (19)

Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufakturBahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
Bahan kuliah elemen mesin semester 2 rekayasa manufaktur
 
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdfPengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
Pengeloaan Limbah NonB3 KLHK-Upik-090921.pdf
 
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdfGambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
Gambar Rencana TOYOMARTO KETINDAN Malang jawa timur.pdf
 
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptxppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
ppt hidrolika_ARI SATRIA NINGSIH_E1A120026.pptx
 
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdfGambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
Gambar kerja TUREN KETAWANG malang jawa timur.pdf
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
397187784-Contoh-Kasus-Analisis-Regresi-Linear-Sederhana.pptx
 
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptxperbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
perbedaan jalan raya dan rel bahasa Indonesia.pptx
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptxUTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
UTILITAS BANGUNAN BERUPA PENANGKAL PETIR.pptx
 
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptxPPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
PPT AHLI MADYA BANGUNAN GEDUNGggggg.pptx
 
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdfLAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
LAJU RESPIRASI.teknologi hasil pertanianpdf
 
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.pptKalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
Kalor dan Perpindahan Kalor presentasi.ppt
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptxPresentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
Presentation Bisnis Teknologi Modern Biru & Ungu_20240429_074226_0000.pptx
 
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
Lecture 02 - Kondisi Geologi dan Eksplorasi Batubara untuk Tambang Terbuka - ...
 
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdfPengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
Pengolahan Kelapa Sawit 1 pabrik pks.pdf
 
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 

Bab 4. balok sederhana statis tak tentu

  • 1. 51 BAB IV BALOK STATIS TAK TENTU A. Konsep Dasar Struktur statis tertentu terjadi dikarenakan adanya kelebihan jumlah komponen reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, yang dianggap sebagai beban momen. Sebagai contoh struktur terkekang dengan beban merata penuh sebagaimana tergambar pada gambar 4.1a, dapat dirubah menjadi struktur statis tertentu seperti pada gambar 4.1b. Akibat adanya perubahan tumpuan jepit menjadi sendi atau rol, maka pada tumpuan tersebut terdapat beban momen, yang besarnya sama dengan momen primer. Agar penyelesaiannya lebih mudah, maka struktur yang tergambar pada gambar 4.1b tersebut dapat dipisah-pisah lagi menjadi 3 (tiga) struktur sederhana (simple beam) sebagaimana tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d serta gambar 4.1e. Dalam penyelesaiannya struktur tersebut dihitung sendiri-sendiri, baik reaksi, gaya lintang maupun momennya, kemudian hasil akhir merupakan penjumlahan dari 3 (tiga) struktur tersebut. Gambar 4.1.b, merupakan struktur sederhana yang menahan beban merata, momen di A dan momen di B. Sedangkan gambar 4.1c. struktur yang menahan beban merata saja, gambar 4.1d, yang menahan beban momen di A, dan gambar 4.1e, yang menahan momen di B. Gambar 4,1. Balok Terkekang dengan Beban Merata Penuh (a) q L A B q RA EI L A MAB MBA (b)B RB EI q L A (c)B RA EI RB EI L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RB EI RA EI
  • 2. 52 B. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Penuh Struktur terkekang dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a, dapat diselesaikan dengan cara dirubah menjadi struktur statis tertentu, sebagaimana dijelaskan pada sub bab A. 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 12 L.q M 2 AB  12 L.q M 2 BA  Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) : RA = RB = 2 qL Reaksi akibat momen di A (gambar 4.1d) : RA = 12 L.q L MAB  RB = 12 L.q L MAB  Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1e) RA = 12 L.q L MBA  RB = 12 L.q L MBA  Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 2 qL + 12 L.q – 12 L.q = 2 qL RB = 2 qL – 12 L.q + 12 L.q = 2 qL Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.2a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD.
  • 3. 53 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.1.c, akibat beban momen dari gambar 4.1d, dan akibat momen dari gambar 4.1e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.2a terletak di tengah bentang. Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) : MA = MB = 0 MT = RA . 2 L – 4 L . 2 L .q = 2 qL . 2 L – 8 qL2 = 8 qL2 Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.2.b. yang berupa diagram momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.1c dan gambar 4.1d) dapat dihitung bersamaan dan hasilnya digambarkan pada gambar 4.2.c. MA = MB = 12 L.q 2  Momen di tengah bentang besarnya sama dengan MA dan MB sehingga didapat : MT = 12 L.q 2  Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.2.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.2.e, besarnya momen yaitu : MA = MB = 12 L.q 2  Gambar 4,2. SFD dan BMD (e) (a) (b) (c) (d) 2 qL 2 qL 8 qL2 12 qL2  12 qL2  12 qL2  12 qL2 12 qL2  12 qL2  12 qL2
  • 4. 54 MT = Mmax = 8 qL2 12 L.q 2  = 24 L.q 2 C. Struktur Terkekang dengan Beban Merata Sebagian Struktur terkekang dengan beban merata sebagian sebagaimana gambar 4.3a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.3b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.3c, gambar 4.3d dan gambar 4.3e. 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.3.c, akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat momen dari gambar 4.3e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 2 AB qL 192 11 M  2 BA qL 192 5 M  Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.3c) : 0MB  RA . L – q . 2 L . L 2 3 = 0 RA = qL 8 3 0MA  RB = qL 8 1 Reaksi akibat momen di A (gambar 4.3d) : RA = L MAB = qL 192 11 Gambar 4.3. Balok Terkekang dengan Beban Merata Sebagian q A (c)B RA EI RB EI L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RB EI RA EI q RA EI L/2 A MAB MBA (b)B RB EI (a) q L/2 A B L/2 L/2 L/2 L/2
  • 5. 55 RB = L MAB  = qL 192 11  Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e) RA = L MBA  = qL 192 5  RB = L MBA = qL 192 5 Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = qL 8 3 + qL 192 11 – qL 192 5 = qL 32 13 RB = qL 8 1 – qL 192 11 + qL 192 5 = qL 32 3 Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.4a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.3.c, akibat beban momen dari gambar 4.3d, dan akibat momen dari gambar 4.3e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.4a jarak sebagai berikut : SFX = 0 qL 32 13 – qx = 0 x = L 32 13 Momen akibat beban merata (gambar 4.3c) : MA = MB = 0 MT = RA . 2 L – 4 L . 2 L .q Gambar 4.4. SFD dan BMD (e) (b) (c) (d) 2 192 11 qL 2 192 5 qL2 192 8 qL2 6144 274 qL 2 192 7 qL2 1536 41 qL 2 192 11 qL 2 192 5 qL 2 192 11 qL 2 192 5 qL (a) qL 32 13 qL 32 3L 32 13 x  2 64 5 qL2 1024 65 qL 2 192 7 qL2 1536 41 qL
  • 6. 56 = qL 32 13 . 2 L – 8 qL2 = 2 qL 64 5 Mx = RA. L 32 13 – .q L 32 13 . 4 L = qL 32 13 . L 32 13 – 2 qL 128 13 = 2 qL 1024 65 Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4b. yang berupa diagram momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.3c dan gambar 4.3d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.4c. MA = 2 qL 192 11  MB = 2 qL 192 5  MT = 2 qL 192 5  – L 2 L qL 192 5 qL 192 11 22              = – 2 qL 192 5 –             2 1 qL 192 6 2 = 2 qL 192 8  MX = – 2 qL 192 5 – L L 32 13 LqL 192 5 qL 192 11 22              = – 2 qL 192 5 –              32 13 1qL 192 6 2 = – 2 qL 6144 160 – 2 qL 6144 114 = – 2 qL 6144 274
  • 7. 57 Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.4.d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.4.e, besarnya momen yaitu : MA = 2 qL 192 11  MB = 2 qL 192 5  MT = 2 qL 64 5 2 qL 192 8  = 2 qL 192 7 Mmax = 2 qL 1024 65 – 2 qL 6144 274 = 2 qL 6144 116 = 2 qL 1536 41 Contoh 4.1. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban merata sebagian seperti tergambar pada gambar 4.5.a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter. Hitung dan gambarkan gaya lintang dan momennya. Penyelesaian : 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.5.c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan akibat momen dari gambar 4.5e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 2 AB qL 192 11 M  = 2 10.8. 192 11  = – 45,83 kNm 2 BA qL 192 5 M  = 2 10.8. 192 5 = 20,83 kNm Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.5c) : 0MB  RA . 10 – 8.5.(5/2+5) = 0 Gambar 4.5. Balok Terkekang dengan Beban Merata Sebagian 8 kN/m A (c)B RA EI RB EI L A (d)B RA EI RB EI (e) L A B RB EI RA EI 8 KN/m RA EI 5m A MAB MBA (b)B RB EI (a) 8 kN/m 5 m A B 5 m 5m 5m 5m 45,83 20,83
  • 8. 58 RA = 10 300 = 30 kN 0MA  – RB . 10 + 8.5.5/2 = 0 RB = 10 100 = 10 kN Reaksi akibat momen di A (gambar 4.5d) : RA = L MAB = 10 83,45 = 4,58 kN RB = L MAB  = – 10 83,45 = – 4,58 kN Reaksi akibat momen di B (gambar 4.3e) RA = L MBA  = 10 83,20  = – 2,08 kN RB = L MBA = 10 83,20 = 2,08 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 30 + 4,58 – 2,08 = 32,5 kN RB = 10 – 4,58 + 2,08 = 7,5 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.6a, yang berupa diagram gaya lintang (Shearing Force Diagram), disingkat SFD. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.5c, akibat beban momen dari gambar 4.5d, dan akibat momen dari gambar 4.5e. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.6a jarak sebagai berikut : SFX = 0 32,5 – x8 = 0 x = 8 5,32 = 4,05 m Momen akibat beban merata (gambar 4.5c) : MA = MB = 0 MT = 30.5 – 8.5.5/2 = 50 kNm
  • 9. 59 Mx = 30.4,05 – 8.4,05.4,05/2 = 55,86 kNm Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.6b. yang berupa diagram momen lentur (Bending Momen Diagram), disingkat BMD. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.5c dan gambar 4.5d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.6c. MA = – 45,83 kNm MB = – 20,83 kNm MT = – 20,83 –    10 583,2083,45  = – 33,33 kNm MX = – 20,83 –    10 05,483,2083,45  = – 30,98 kNm Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.6d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.6e, besarnya momen yaitu : MA = – 45,83 kNm MB = – 20,83 kNm MT = 50 – 33,33 = 16,67 kNm Mmax = 55,86 – 30,98 = 24,88 kNm D. Struktur Terkekang dengan Satu Beban Terpusat Struktur terkekang dengan beban terpusat sebagaimana gambar 4.5a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.5b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.5c, gambar 4.5d dan gambar 4.5e. Gambar 4.6. SFD dan BMD (e) (b) (c) (d) 83,45 83,2033,3398,30 67,16 88,24 83,45 83,20 83,45 83,20 (a) 5,32 5,7 mx 05,4 50 86,55 67,1688,24
  • 10. 60 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban terpusat dari gambar 4.7c, akibat beban momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari gambar 4.7e. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.7c, akibat beban momen dari gambar 4.7d, dan akibat momen dari gambar 4.7e. Contoh 4.2. Jika struktur seperti tergambar pada gambar 4.7a, diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 meter dan b sebesar 6 meter. Hitung dan Gambarkan SFD, dan BMD nya. Penyelesaian : Besarnya momen primer berdasarkan Tabel 3.1, sebesar : 2 2 AB L b.a.P M  = 2 2 8 4.2.40  = 20 kNm 2 2 BA L b.a.P M  = 2 2 8 4.2.40 = 10 kNm Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.7c) : RA = L Pb = 8 4.40 = 20 kN RB = L Pa = 8 2.40 = 10 kN Reaksi akibat momen di A (gambar 4.7d) : RA = L MAB = 8 20 = 2,25 kN RB = L MAB  = 8 20  = – 2,25 kN Gambar 4.7. Balok Terkekang dengan Beban Terpusat P A (c)B RA EI RB EI L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RB EI RA EI P RA EI a A MAB MBA (b)B RB EI (a) P a A B b b a b
  • 11. 61 Reaksi akibat momen di B (gambar 4.7e) RA = L MBA  = 8 10  = – 1,25 kN RB = L MBA = 8 10 = 1,25 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 20 + 2,5 – 1,25 = 21,25 kN RB = 20 – 2,5 + 1,25 = 18,75 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.8a, yang berupa SFD. Momen akibat beban terpusat (gambar 4.7c) : MA = MB = 0 Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.8b. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.7c dan gambar 4.7d) dapat digambarkan menjadi seperti pada gambar 4.8c. MA = – 20 kNm MB = – 10 kNm Mmax = –10 –    8 61020  = – 17,5 KNm Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.8d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.8e, besarnya momen yaitu : MA = – 20 kNm MB = – 10 kNm Mmax = 42,5 – 17,5 = 25 kNm E. Struktur Terkekang dengan Dua Beban Terpusat Gambar 4.8. SFD dan BMD (e) (b) (c) (d) 20 10 5,17 5,17 20 10 20 10 (a) 20 10 5,42 5,17
  • 12. 62 Struktur terkekang dengan dua beban terpusat sebagaimana gambar 4.9a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.9b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan dua beban terpusat dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.9c, gambar 4.9d dan gambar 4.9e. 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat dua beban terpusat dari gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar 4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.9c, akibat beban momen dari gambar 4.9d, dan akibat momen dari gambar 4.9e. Contoh 4.3. Jika diketahui nilai beban terpusat P sebesar 40 kN, jarak a sebesar 2 meter dan L sebesar 6 meter, maka besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar : L )aL(Pa MAB   = 2 6 )26(2.40   = – 8,89 kNm L )aL(Pa MBA   = 2 6 )26(2.40  = 8,89 kNm RA EI A MAB MBA (b)B RB EI (a) P a A B L-2a P a a L-2a a P P Gambar 4.9. Balok Terkekang dengan Dua Beban Terpusat A (c)B RA EI RB EI L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RB EI RA EI a L-2a a P P
  • 13. 63 Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.9c) : RA = RB = 6 2.404.40  = 40 kN Reaksi akibat momen di A (gambar 4.9d) : RA = L MAB = 6 89,8 = 1,48 kN RB = L MAB  = 6 89,8  = – 1,48 kN Reaksi akibat momen di B (gambar 4.9e) RA = L MBA  = 6 89,8  = – 1,48 kN RB = L MBA = 6 89,8 = 1,48 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 40 + 1,48 – 1,48 = 40 kN RB = 40 – 1,48 + 1,48 = 40 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.10a, yang berupa SFD. Momen akibat beban terpusat (gambar 4.9c) : MA = MB = 0 Mmax = RA . a = 21,25 . 2 = 42,5 kNm Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.10b. Momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.9c dan gambar 4.9d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.10c. MA = – 8,89 kNm MB = – 8,89 kNm Mmax = MB = –8,89 KNm Gabungan akibat beban terpusat dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.10d, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.10e, besarnya momen yaitu : MA = – 8,89 kNm MB = – 8,89 kNm Gambar 4.10. SFD dan BMD (e) (b) (c) (d) 89,8 25 89,8 89,8 (a) 20 10 5,42 89,8 5,42 89,8 89,8 25 25 25
  • 14. 64 Mmax = 42,5 – 8,89 = 25 kNm Contoh 4.4. Jika beban terpusat P sebesar 40 kN saling berlawanan seperti pada gambar 4.11a, sedangkan jarak a dan L sama, yaitu sebesar 2 meter dan 6 meter, Hitung dan Gambarkan SFD dan BMD nya. Penyelesaian : Besarnya momen primer berdsarkan Tabel 3.1, sebesar : ABM = BAM =   a2LaL 2L Pa  = 2 6 )2.26)(26(2.40  = 17,78 kNm Reaksi akibat beban terpusat (gambar 4.11c) : RA = RB = 0 kN Reaksi akibat momen di A (gambar 4.11d) : RA = L MAB = 6 78,17 = 2,96 kN RB = L MAB  = 6 78,17  = –2,96 kN Reaksi akibat momen di B (gambar 4.11e) RA = L MBA = 6 78,17 = 2,96 kN RB = L MBA  = 6 78,17  = –2,96 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 0 + 2,96 + 2,96 = 5,92 kN RB = 0 – 2,96 – 2,96 = – 5,92 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.12a, yang berupa SFD. Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban momen dari gambar 4.11d, dan akibat momen dari gambar 4.11e. Sedangkan momen akibat beban terpusat Gambar 4.11. Balok Terkekang dengan Dua Beban Terpusat L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RA EI RB EI RA EI MAB MBA RB EI (a)A B A (c)B RA EI RA EI A MAB MBA (b)B RB EI (a) P a A B L-2a P a a L-2a a a L-2a a P P P P RB EI
  • 15. 65 tidak ada (momen sama dengan nol), hal tersebut diakibatkan karena nilai reaksinya sama dengan nol. Hasil akhir hanya ada momen akibat beban momen di A dan B (gambar 4.11c dan gambar 4.11d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.12b. MA = – 17,78 kNm MB = 17,78 kNm F. Struktur Terkekang dengan Beban Segitiga Struktur terkekang dengan beban segitiga sebagaimana gambar 4.13a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.13b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.13c, gambar 4.13d dan gambar 4.13e. Contoh 4.5. Jika diketahui struktur terjepit dengan beban segitiga seperti tergambar pada gambar 4.13a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter. Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintangnya. Penyelesaian : Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban segitiga dari gambar 4.13.c, akibat beban momen dari gambar 4.13d, dan akibat momen dari gambar 4.13e. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 20 qL M 2 AB  20 10.8 2  = – 40 kNm 30 qL M 2 BA  30 10.8 2  = 26,67 kNm Reaksi akibat beban segitiga (gambar 4.13c) : 0MB  Gambar 4.12. SFD dan BMD (b) 78,17 (a) 92,5 92,5 78,17
  • 16. 66 RA .10 – 8 . 2 10 . 10. 3 2 = 0 RA = 10 67,266 = 26,67 kN 0MA  RA . 10 – 8 . 2 10 . 10. 3 1 = 0 RB = 10 33,133 = 13,33 kN Reaksi akibat momen di A (gambar 4.13d) : RA = L MAB = 10 40 = 4 kN RB = L MAB  = 10 40  = – 4 kN Reaksi akibat momen di B (gambar 4.13e) RA = L MBA  = 10 67,26  = – 2,67 kN RB = L MBA = 10 67,26 = 2,67 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 26,67 + 4 – 2,67 = 28 kN RB = 13,33 – 4 + 2,67 = 12 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.13f. Jika diinginkan gambar bidang momen maka letak momen maksimum harus diketahui, yaitu terletak pada SFD = 0, yang berjarak x dari A. Besarnya nilai dapat dihitung sebagai berikut : SFX = 0 RA – 2 x.q – L x)xL.(q  = 0 28 – 2 x.8 – 10 x)x10.(8  = 0 x = 2,05 m Gambar 4.13. Balok Terkekang dengan Beban Segitiga q A (c)B RA EI RB EI L A MAB (d)B RA EI RB EI (e) L A MBA B RB EI RA EI q RA EI L A MAB MBA (b)B RB EI (a) q L A B L (f) 28 12
  • 17. 67 G. Struktur Sendi - Jepit dengan Beban Merata Penuh Struktur sendi-jepit dengan beban merata penuh sebagaimana gambar 4.1a, merupakan stuktur statis tak tentu, sebab jumlah komponen reaksi perletakannya lebih besar dari pada jumlah persamaan keseimbangan statisnya. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.1b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.1c dan gambar 4.1d. 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.1.c, dan akibat beban momen dari gambar 4.1d. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 8 qL M 2 BA  Reaksi akibat beban merata (gambar 4.1c) : RA = RB = 2 qL Reaksi akibat momen di B (gambar 4.1d) RA = 8 L.q L MBA  RB = 8 L.q L MBA  Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 2 qL – 8 L.q = 8 qL3 RB = 2 qL + 8 L.q = 8 qL5 Gambar 4,14. Balok Jepit-Sendi dengan Beban Merata Penuh q L A (c)B RA EI RB EI (d) L A MBA B RB EI RA EI (a) q L A B q RA EI L A MBA (b)B RB EI (e)8 3qL 8 5qL
  • 18. 68 Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.14e. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.1c dan akibat beban momen dari gambar 4.1d. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, berdasarkan gambar 4.14e terletak pada x. Jarak x sebagai berikut : SFD = 0 8 qL3 – qx = 0 x = L 8 3 Momen akibat beban merata (gambar 4.1c) : MA = MB = 0 MT = RA . 2 L – 4 L . 2 L .q = 2 qL . 2 L – 8 qL2 = 8 qL2 Mx = RA . L 8 3 – 2 1 . 8 L3 . 8 L3 .q = 2 qL . L 8 3 – 2 qL 128 9 = 2 qL 128 15 Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.15a. Berdasarkan gambar 4.14d. momen akibat beban momen di A, BMD nya dapat digambarkan seperti gambar 4.15b, dimana besarnya : MA = 0 MB = 8 L.q 2  Gambar 4,15. SFD dan BMD (d) 16 qL2 8 2 qL  16 2 qL (a) (b) (c) 16 qL2  16 qL2  8 qL2  8 2 qL  64 qL3 2  32 qL3 2  32 3 2 qL  128 qL15 2 
  • 19. 69 MT = L 2 L 8 L.q 2              = 16 L.q 2  Mx = L L 8 3 8 L.q 2              = 2 qL 64 3  Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.15c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.15d, besarnya momen yaitu : MA = 0 MB = 8 L.q 2  MT = 8 qL2 16 L.q 2  = 16 L.q 2 Mx = 2 qL 128 15 2 qL 64 3  = 2 qL 128 12 = 2 qL 32 3 H.Struktur Jepit - Sendi dengan Beban Merata Sebagian Struktur jepit-sendi dengan beban merata sebagian sebagaimana gambar 4.16a, merupakan stuktur statis tak tentu. Agar struktur tersebut dapat diselesaiakan maka dapat dirubah menjadi stuktur statis tertentu. Akibat perubahan tersebut, maka gaya kelebihan yang terjadi dapat digantikan dengan momen pimer, sebagaimana tergambar pada gambar 4.16b. Dengan demikian struktur tersebut sudah menjadi struktur statis tertentu dengan beban merata dan beban momen di ujungnya. Untuk mempermudah penyelesainnya maka struktur tersebut dapat dipisah-pisah menjadi struktur sederhana sebagaimana tergambar pada gambar 4.16c dan gambar 4.16d. Gambar 4.16. Balok Jepit-Sendi dengan Beban Merata Sebagian q A (c)B RA EI RB EI (d) (e) L A MBA B RB EI RA EI q RA EI L/2 A MBA (b)B RB EI (a) q L/2 B L/2 L/2 L/2 L/2 A qL 128 41 qL 128 23Lx 128 41 
  • 20. 70 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.16c dan akibat beban momen dari gambar 4.16d. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 2 BA qL 128 7 M  Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) : 0MB  RA . L – q . 2 L . L 2 3 = 0 RA = qL 8 3 0MA  RB = qL 8 1 Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d) RA = L MBA  = qL 128 7  RB = L MBA = qL 128 7 Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = qL 8 3 – qL 128 7 = qL 128 41 RB = qL 8 1 + qL 128 7 = qL 128 23 Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.16e. 2. Momen CHECK MX Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.16c, dan Gambar 4.17. BMD (d) (a) (b) (c) 2 qL 192 11  2 qL 192 5 2 qL 192 8 2 qL 6144 274  2qL 192 7 2 qL 1536 41 2 qL 192 11  2 qL 192 5  2 qL 192 11  2 qL 192 5  2 qL 256 9 2 qL 1024 65 2 qL 192 72 qL 1536 41
  • 21. 71 akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.15e jarak x sebagai berikut : SFX = 0 qL 128 41 – qx = 0 x = L 128 41 Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) : MA = MB = 0 MT = RA . 2 L – 4 L . 2 L .q = qL 128 41 . 2 L – 8 qL2 = 2 qL 256 9 Mx = RA. L 128 41 – .q L 128 41 . 4 L = qL 128 41 . L 128 41 – 2 qL 504 41 = 2 qL 16384 369 Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.17a. Momen akibat beban momen di B (gambar 4.16d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.17b. MA = 0 MB = 2 qL 128 7  MT = L 2 L qL 128 7 2              = 2 qL 256 7  MX = L L 128 41 qL 128 7 2              = – 2 qL 16384 287
  • 22. 72 Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.17c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.17d, besarnya momen yaitu : MA = 0 MB = 2 qL 128 7  MT = 2 qL 256 9 2 qL 256 7  = 2 qL 256 2 = 2 qL 128 1 Mmax = 2 qL 16384 369 – 2 qL 16384 287 = 2 qL 16384 82 = 2 qL 8142 41 Contoh 4.6. Jika diketahui struktur jepit-sendi dengan beban merata sebagian seperti tergambar pada gambar 4.18a, dengan beban q sebesar 8 kN/m dan panjang bentang sebesar 10 meter. Hitung reaksi dan gambarkan gaya lintang serta momennya. Penyelesaian : 1. Reaksi dan Gaya Lintang Reaksi perletakan merupakan jumlah dari reaksi perletakan akibat beban merata dari gambar 4.18c dan akibat beban momen dari gambar 4.18d. Besarnya Momen Primer diambil dari Tabel 3.1, yaitu sebesar : 2 BA qL 128 7 M  2 10.8. 128 7 = 43,75 kNm Reaksi akibat beban merata sebagian (gambar 4.16c) : 0MB  RA . 10 – 8.5.        2 5 5 = 0 RA = 10 300 = 30 kN 0MA  Gambar 4.18. Balok Jepit-Sendi dengan Beban Merata Sebagian 8 kN/m A (c)B RA EI RB EI (d) (e) L A 43,75 B RB EI RA EI 8 kN/m kN/m RA EI 5m A 43,75 (b)B RB EI (a) 8 kN/m 5m B 5m 5m 5m 5m A 25,62 L 128 41 x  14,38
  • 23. 73 RB = 10 100 = 10 kN Reaksi akibat momen di B (gambar 4.16d) RA = L MBA  = 10 75,43  = – 4,38 kN RB = L MBA = 10 75,43 = 4,38 kN Dengan demikian reaksi di A dan B, sebagai berikut : RA = 30 – 4,38 = 25,62 kN RB = 10 + 4,38 = 14,38 kN Berdasarkan hasil reaksi tersebut gaya lintang dapat digambar sebagaimana gambar 4.16e. 2. Momen Momen merupakan gabungan dari hasil momen akibat beban merata dari gambar 4.16c, dan akibat beban momen dari gambar 4.16d. Momen maksimum akan terjadi pada SFD sama dengan nol, yaitu terletak pada x dari A. Berdasarkan gambar 4.15e jarak x sebagai berikut : SFX = 0 25,62 – 8 x = 0 x = 3,2 m Momen akibat beban merata (gambar 4.16c) : MA = MB = 0 MT = 25,62 . 5 – 8 . 5 . 2,5 = 28,10 kNm Mx = 25,62 . 3,2 – 8. 3,2 . 3,2/2 = 41,02 kNm Hasil momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.19a. Momen akibat beban momen di B (gambar 4.18d) dapat digambarkan seperti pada gambar 4.19b. MA = 0 Gambar 4.19. BMD (d) (b) (c) 2 qL 192 11  2 qL 192 5 2 qL 192 8 2 qL 6144 274  2 qL 192 7 2 qL 1536 41 2 qL 192 11  2 qL 192 5  2 qL 192 11  2 qL 192 5  2 qL 256 9 (a ) 2 qL 1024 65 2 qL 192 72 qL 1536 41
  • 24. 74 MB = – 43,75 MT = – 10 5.75,43 = – 21,88 kNm MX = – 10 2,3.75,43 = – 14 kNm Gabungan akibat beban merata dan momen dapat digambarkan sebagaimana gambar 4.19c, dan jika disederhanakan maka hasilnya sebagaimana gambar 4.19d, besarnya momen yaitu : MA = 0 MB = – 43,75 MT = 28,1 – 21,88 = 6,22 kNm Mmax = 41,02 – 14 = 27,02 kNm I. Soal Latihan Hitung dan Gambarkan Reakasi, Gaya Lintang dan Momen Struktur yang tergambar dibawah : 1. Struktur Jepit - Sendi dengan Satu Beban Terpusat 2. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat 3. Struktur Jepit - Sendi dengan Dua Beban Terpusat P EI a b A B L MBA P E I a L-2a a MAB MBA A P E I B q L EI A B MAB
  • 25. 75 4. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat 5. Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata Penuh 6. Struktur Struktur Balok – Cantilever dengan Beban Merata dan Beban Terpusat 3 T/m 6 m 3 m 3 T/m 6 m 3 m 10 T 3 m 3 m 10 T10 T 3 m