SlideShare a Scribd company logo
1 of 79
Download to read offline
Konstruksi Baja
AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material
Referensi
• Construction Material, their Nature and Behavior. Edited by.
J.M. ILLSTON, E&FN Spon An Imprint of Chapman& Hall.
• Structure, Daniel L. Schoedeck
• Konstruksi Baja, Podma
Penurunan Tugas- 3

Konstruksi BAJA
Tujuan Sambungan
• Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batangbatang
• Baja yang digabung membentuk satu kesatuan bentuk
konstruksi dengan
• Menggunakan berbagai macam teknik sambungan.
Tujuan Sambungan
• Untuk menggabungkan beberapa batang baja
membentuk kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan.
• Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan
(panjang, lebar, tebal, dan sebagainya).
• Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi
baja di lapangan.
• Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian /
batang konstruksi mengalami rusak.
• Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian /
batang konstruksi yang dapat bergerak missal
peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.
Alat- alat Sambung Baja
• Paku keling (rivet joint)
• Baut (bolt, nut)
• Las
Paku Keling
• Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat
permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada
bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku
kelingnya. Oleh karena itu pengelingan banyak dipakai pada
bangunan-bangunan bergerak atau bergetar.
• Keuntungan: tidak ada perubahan struktur dari logam
disambung. Oleh karena itu banyak dipakai pada
pembebanan-pembebanan dinamis.
• Kelemahan: ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang
paku kelingnya, dan kemungkinan terjadi karat di sekeliling
lubang tadi selama paku keling dipasang.
Paku Keling
Paku Keling
• Bagian- bagian:
•
•
•
•

Kepala
Badan
Ekor
Kepala lepas

• Bahan atau material:
• baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis
sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.
• Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel,
wrought iron.
• Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints
apply : copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll.
Paku Keling
Macam Paku Keling
Macam Paku Keling
Tipe Head
• Snap Head: digunakan untuk pekerjaan struktur. Cara
pemasangan menggunakan mesin rivet
• Counter Sunk Head: digunakan pada pembuatan kapal
• Conical Head: digunakan pada produk- produk kerajinan
tangan
• Pan Head: memiliki kekuatan maksimum tetapi sukar
dibentuk.
Paku Keling
• Cara pemasangan
Pemasangan Paku Keling
• Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku
keling yang akan digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1.5
mm lebih besar dari diameter paku keling.
• Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung.
• Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan
disambung.
• Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian
kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa.
• Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan
dirapikan/ratakan.
• Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara,
hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling
yang akan dipasang.
Pemasangan Paku Keling
Paku Keling
Ukuran- ukuran di pasaran:
• Paku keling untuk konstruksi baja terdapat beberapa macam
ukuran diameter yaitu : 11 mm, 14 mm, 17 mm, 20 mm, 23
mm, 26 mm, 29 mm, dan 32 mm.
Jenis Sambungan Paku Keling
Berdasarkan cara plat disambungkan, ada dua jenis sambungan
rivet:
1.

Lap Joint : dua plat ditumpuk kemudian dirivet

2.

Butt Joint : dua plat utama diletakkan saling bersentuhan,
kemudian plat cover/ strap diletakkan pada salah satu sisi atau
kedia sisi plat utama tersebut , baru kemudian dirivet.
Lap Joint
Butt Joint
Simbol- simbol
Kegagalan Sambungan Keling
•
•
•
•

Robek pada salah satu sisi plat (tear off at the edge)
Robek pada plat melintas baris rivet (tear off across a row)
Bergesernya rivet (shear off)
Hancur atau rusaknya rivet (crushing off)
Mengatasi Kegagalan Rivet
• Mengatasi kegagalan robek pada salah satu sisi plat dapat
dilakukan dengan memasang rivet dengan ukuran
m= (1.5 – 2)d; m adalah margin, dan d adalah diameter rivet
Ada Pertanyaan?
Baut
• Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir,
salah satu ujungnya dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk
kepala segi enam ) dan ujung lainnya dipasang mur/pengunci.
• Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk
membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak,
maupun sambungan sementara yang dapat dibongkar/dilepas
kembali.
• Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada
umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu
sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir
tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah
tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
Baut
Jenis Baut
• Baut Hitam
Yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk
konstruksi ringan / sedang misalnya bangunan gedung, diameter
lubang dan diameter batang baut memiliki kelonggaran 1 mm.
• Baut Pass
Yaitu baut dari baja mutu tinggi (>St-42 ) dipakai untuk
konstruksi berat atau beban bertukar seperti jembatan jalan
raya, diameter lubang dan diameter batang baut relatif pass
yaitu kelonggaran < 0,1 mm.
Ukuran Diameter Baut
Keuntungan Sambungan Baut
1) Lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan konstruksi di
lapangan.
2) Konstruksi sambungan dapat dibongkar-pasang.
3) Dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja
> 4d ( tidak seperti paku keling dibatasi maksimum 4d ).
4) Dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan
untuk konstruksi berat /jembatan.
Contoh Sambungan Baut
Jenis- Jenis Sambungan Baut
1. Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan
sumbu baut)

2. Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan
sumbu baut)
Jenis- Jenis Sambungan Baut
3. Baut yang dibebani sejajar dengan sumbunya

4. Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu
Jarak- Jarak Baut Pada
Sambungan
• Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar
arah gaya, tidak boleh lebih dari 5 buah.
• Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi atau ke ujung
bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan
tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil
bagian yang disambungkan).
• Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari
sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh
kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d
Jarak- Jarak Baut Pada
Sambungan
• Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris baut yang tidak
berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak
sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu baris
tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7
d atau 14 t.
Prinsip Umum Jarak- Jarak
Sambungan Baut
Prinsip Umum Jarak- Jarak
Sambungan Baut
Ketentuan Banyaknya Baut
Detail
Prinsip- prinsip Baut dari SNI
• Jarak
Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3
kali diameter nominal pengencang. Jarak minimum pada pelat
harus melalui perhitungan struktur seperti pada SNI.
• Jarak tepi minimum
Jarak minimum dari pusat pengencang ke tepi pelat atau pelat
saya profil harus memenuhi spesifikasi dalam tabel:
Prinsip- prinsip Baut dari SNI
• Jarak tepi maksimum
Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu bagian
yang berhubungan dengan tepi yang lain tidak boleh lebih dari
12 kali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan dan juga
tidak boleh melebihi 150 mm.
Ada Pertanyaan?
Pengelasan (Welded Joint)
• Las adalah menyambung dengan cara memanaskan baja
hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa
bahan pengisi, yang kemudian setelah dingin akan menyatu
dengan baik.
• Suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga
didefinisikan sebagaiikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh
gaya tarik menarik antara atom.
Sambungan Las
• Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk
menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat
dalam berikut:
Tipe Sambungan Las
a. sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang
akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama
dan disambung pada kedua ujungnya.
b. sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang
akan disambungmembentuk sudut siku-siku dan disambung
pada ujung sudut tersebut.
c. sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan
disambung saling menumpang (overlapping) satu sama
lainnya.
Tipe Sambungan Las
d. sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus
pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik.
e. sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke
dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat
pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut
Las Dalam Bangunan
• Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 jenis las
berdasarkan bahannya yaitu :
1. Las Karbid ( Las OTOGEN )
Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas
oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas karbid). Dalam
konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan
atau konstruksi sekunder, seperti ; pagar besi, teralis dan
sebagainya
1. Las Listrik ( Las LUMER )
Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk
pengelasannya diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan
dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda
kerja dan satu kabel yang lain dihubungkan dengan tang
penjepit batang las / elektrode las.
Las Dalam Bangunan
• Jika elektrode las tersebut didekatkan pada benda kerja maka
terjadi kontak yang menimbulkan panas yang dapat
melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut
melebur ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah
sambungan las. Karena elektrode / batang las ikut melebur
maka lama-lama habis dan harus diganti dengan elektrode
yang lain.
• Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai
ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6
mm, dan 7 mm.
Las Otogen
Las Listrik
Pengelasan

Untuk konstruksi baja yang bersifat struktural (memikul beban konstruksi))
maka sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus
dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang
profesional.
Jenis- jenis Las Sebagai Alat
Sambung
• Pada Konstruksi baja biasanya terdapat 2 macam las, yaitu las
tumpul dan las sudut.
• Las Tumpul adalah las untuk menyambung arah memanjang/
melebar plat atau profil baja
• Las sudut adalah las untuk menyambung arah sudut dari plat
atau profil baja
Jenis Las Berdasarkan
Geometrinya
a. Las jalur (fillet weld), digunakan untuk mengisi tepi pelat
pada sambungan sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T
dalam gambar berikut, logam pengisi digunakan untuk
menyambung sisi melintang bagian yang membentuk segitiga
siku-siku.
Jenis Las Berdasarkan
Geometrinya
b. Las alur (groove welds), ujung bagian yang akan disambung
dibuat alur dalam bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J
pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar
di bawah, pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang
biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan pengelasan
gas.
Las Tumpul
• Las tumpul persegi panjang : Sambungan jenis ini hanya
dipakai bila tebal logam dasar tidak lebih dari 5 mm.

• Las tumpul V tunggal : Sambungan jenis ini tidak ekonomis
bilalogam dasar tebalnya melebihi 15 mm.
Las Tumpul
• Las tumpul V ganda : sambungan jenis ini lebih cocok untuk
seluruh kondisi.

• Las tumpul U tunggal : Sambungan jenis ini cocok untuk
logam dasar yang tebalnya tidak lebih dari 30 mm
Las Tumpul
Las Tumpul
Las Tumpul
Las Tumpul :
A. Tanpa Pekerjaan Pendahuluan (Pelat Tipis).
• las satu belah (A)
• las dua belah (B)
•
•

= 1 s/d 4 mm

s

Gambar A
S

Gambar B
Las Tumpul
B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan :
•
Las satu belah V (C)
70 + 90

C
Las V – terbuka (hanya untuk Konstruksi yang tidak
memikul beban dinamis)
Las Tumpul

  70

Las V – terbuka
3…
…..
28
Min. 2

8…
…..2
0

0.
5…
….
3

b

Ruang kosong – bahaya takik

a
Las Sudut
• Las sudut datar : Sambungan jenis ini adalah sambungan las
yang paling umum digunakan karena memberikan kekuatan
yang sama dengan pemakaian elektroda yang lebih sedikit
Las Sudut
• Las sudut cekung : Pemakaian elektroda lebih banyak
dibandingkan dengan las sudut datar.
Las Sudut
• Las sudut cembung : Pemakaian elektroda lebih banyak sama
seperti las sudut cekung
Jenis Las Lainnya
c. Las sumbat dan las slot (plug and slot welds),
digunakan untuk menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam
gambar di bawah, dengan membuat satu lubang atau lebih atau slot
pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi
lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat
lumer menjadi satu.
Jenis Las Lainnya
d. Las titik dan las kampuh (spot and seam welds), digunakan
untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar
di bawah. Las-an titik adalah manik las yang kecil antara
permukaan lembaran atau pelat. Lasan titik diperoleh dari hasil
pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama
dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu
dibandingkan dengan las-an titik.
Jenis Las Lainnya
e. Las lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds), Las-an
lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan
disambung, biasanya merupakan lembaran logam atau pelat
tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk. Las-an datar tidak
digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan
lapisan penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
Aturan dan Prinsip Las
Aturan dan Prinsip Las
1. Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8 a 10
kali tebal las.
2. Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40 kali tebal las.
Kalau diperlukan panjang netto las yang lebih dari 40 kali
tebal las, sebaiknya dibuat las yang terputus-putus.
3. Untuk las terputus pada batang tekan, jarak bagian-bagian
las itu tidak boleh melebihi 16 t atau 30 cm. Sedangkan pada
batang tarik, jarak itu tidak boleh melebihi 24 t atau 30 cm,
dimana t adalah tebal terkecil dari elemen yang dilas.
4. Tebal las sudut tidak boleh lebih dari ½ t (2)1/2
Aturan Las

• Perhitungan harus jelas dan
mudah dapat dikontrol.
Bentuk dan ukuran dari las
harus mudah dibaca dari
gambar.

a
I netto
kepala
I bruto

kawah

t

9

Perhitungan
A) Panjang Netto Las-Sudut :
(Peraturan Tentang
Sambungan Las / PPBB I Ps. 85).
Tiap rigi las mempunyai tebal
“a” dan panjang :
L netto = L bruto – 3a
Agar panjang dikedua ujung las
tidak meleleh, maka panjang las
dibatasi :
L < 40 a
L > 8 @ 10 a, atau L > 4 cm
Aturan Tebal Las
• Penentuan tebal las didasarkan pada dimensi profil baja yang
disambungkan. Tebal las (a) harus memenuhi ketentuan di
bawah ini :
Contoh Las
Contoh Las
Keuntungan Sambungan Las
1) Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama
elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih
sempurna).
2) Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
3) Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih
ringan. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5%
dari berat konstruksi, sedang dengan paku keling / baut berkisar
2,5 – 4% dari berat konstruksi.
4) Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat
lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku /
pelat penyambung, dan sebagainya ).
5) Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak
dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
Kerugian Sambungan Las
1) Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas
pengelasan. Jika pengelasannya baik maka keuatan sambungan
akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka
kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan
dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat
laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan
akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian
materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa.
Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti
jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan
menggunakan sambungan las.
2) Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
Ada Pertanyaan?
MINGGU DEPAN UTS

More Related Content

What's hot

LAPORAN PKL PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3
LAPORAN PKL  PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3 LAPORAN PKL  PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3
LAPORAN PKL PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3 sukrohejo
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatanFarid Thahura
 
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfYuliantoDwiPutro
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokLeticia Freidac
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANMOSES HADUN
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan PPGHybrid1
 
Struktur beton prategang dan pracetak
Struktur beton prategang dan pracetakStruktur beton prategang dan pracetak
Struktur beton prategang dan pracetakفهرودين سفي
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangMira Pemayun
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal kompositkahar pasca
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasArief Rachman
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositAfret Nobel
 
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok baja
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok bajaPerhitungan sambungan lentur dan geser balok baja
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok bajaAfret Nobel
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatanAgus Tri
 

What's hot (20)

LAPORAN PKL PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3
LAPORAN PKL  PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3 LAPORAN PKL  PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3
LAPORAN PKL PEKERJAAN KOLOM LANTAI 1 DAN K3
 
perhitungan jembatan
perhitungan jembatanperhitungan jembatan
perhitungan jembatan
 
Pondasi sumuran
Pondasi sumuranPondasi sumuran
Pondasi sumuran
 
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdfKONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
KONSTRUKSI JALAN PAVING BLOCK.pdf
 
Struktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balokStruktur baja-5 lentur-balok
Struktur baja-5 lentur-balok
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
 
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
Modul TKP M2KB3 - Mekanika Bahan
 
Sni tiang pancang
Sni tiang pancangSni tiang pancang
Sni tiang pancang
 
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatanMetode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
Metode pelaksanaan-konstruksi-jembatan
 
KERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASIKERUNTUHAN PONDASI
KERUNTUHAN PONDASI
 
Pkki Pertemuan 3
Pkki Pertemuan 3Pkki Pertemuan 3
Pkki Pertemuan 3
 
1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan1. analisis slab lantai jembatan
1. analisis slab lantai jembatan
 
Struktur beton prategang dan pracetak
Struktur beton prategang dan pracetakStruktur beton prategang dan pracetak
Struktur beton prategang dan pracetak
 
Struktur Beton Bertulang
Struktur Beton BertulangStruktur Beton Bertulang
Struktur Beton Bertulang
 
Contoh soal komposit
Contoh soal kompositContoh soal komposit
Contoh soal komposit
 
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai PanasSni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
Sni 07 2054 2006 Baja Profil Siku Sama Kaki Proses Canai Panas
 
Perencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom kompositPerencanaan struktur kolom komposit
Perencanaan struktur kolom komposit
 
Preliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisiPreliminary design kel. 3revisi
Preliminary design kel. 3revisi
 
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok baja
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok bajaPerhitungan sambungan lentur dan geser balok baja
Perhitungan sambungan lentur dan geser balok baja
 
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
4. bagian bagian struktur konstruksi jembatan
 

Similar to STRUKTUR BAJA

macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxAdhimasTirta
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaNunu Nurul
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaFajar Istu
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfDeni Prasetyo
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajafrans2014
 
Macam macam alat_penyambung_baja
Macam macam alat_penyambung_bajaMacam macam alat_penyambung_baja
Macam macam alat_penyambung_bajaKeyz Luphniezz
 
Peralatan tangan......
Peralatan tangan......Peralatan tangan......
Peralatan tangan......Hamdan Gulam
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2PPGhybrid3
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danM Agus Saparudin
 
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...NoelepediHarianja
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1PPGhybrid3
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileAngga Nugraha
 
429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt
429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt
429168001-Erection-Bangunan-Baja.pptMemedPermadiSatriyo1
 

Similar to STRUKTUR BAJA (20)

macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptxmacam macam sambungan pada struktur baja.pptx
macam macam sambungan pada struktur baja.pptx
 
Konsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur bajaKonsep sambungan struktur baja
Konsep sambungan struktur baja
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdfMechanical-fasterener standard for engineering.pdf
Mechanical-fasterener standard for engineering.pdf
 
Perencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-bajaPerencanaan sambungan-profil-baja
Perencanaan sambungan-profil-baja
 
Macam macam alat_penyambung_baja
Macam macam alat_penyambung_bajaMacam macam alat_penyambung_baja
Macam macam alat_penyambung_baja
 
Welding consumables fix 1
Welding consumables fix 1Welding consumables fix 1
Welding consumables fix 1
 
Mah smk
Mah smkMah smk
Mah smk
 
Rivets joint
Rivets jointRivets joint
Rivets joint
 
Peralatan tangan......
Peralatan tangan......Peralatan tangan......
Peralatan tangan......
 
Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2Ppt modul 6 kb 2
Ppt modul 6 kb 2
 
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_danPerbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
Perbedaan menggunakan sambungan_baut_dan
 
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
Ppt mk desain media pembelajaran.Menghitung volume besi pada bangunan pada mk...
 
Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1Materi i teknik mesin m6 kb1
Materi i teknik mesin m6 kb1
 
Kerja Pelat
Kerja PelatKerja Pelat
Kerja Pelat
 
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss PileCara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
Cara Menghitung Kebutuhan Besi pada Pekerjaan Bore Pile dan Strauss Pile
 
429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt
429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt
429168001-Erection-Bangunan-Baja.ppt
 
Macam macam profil_baja
Macam macam profil_bajaMacam macam profil_baja
Macam macam profil_baja
 
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-BajaKonstruksi Bahan Bangunan-Baja
Konstruksi Bahan Bangunan-Baja
 

Recently uploaded

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptYanseBetnaArte
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfChrodtianTian
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).pptModul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
Modul 9 Penjas kelompok 7 (evaluasi pembelajaran penjas).ppt
 
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdfLAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
LAPORAN PKP KESELURUHAN BAB 1-5 NURUL HUSNA.pdf
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

STRUKTUR BAJA

  • 1. Konstruksi Baja AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material
  • 2. Referensi • Construction Material, their Nature and Behavior. Edited by. J.M. ILLSTON, E&FN Spon An Imprint of Chapman& Hall. • Structure, Daniel L. Schoedeck • Konstruksi Baja, Podma
  • 4. Tujuan Sambungan • Suatu konstruksi bangunan baja adalah tersusun atas batangbatang • Baja yang digabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi dengan • Menggunakan berbagai macam teknik sambungan.
  • 5. Tujuan Sambungan • Untuk menggabungkan beberapa batang baja membentuk kesatuan konstruksi sesuai kebutuhan. • Untuk mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan (panjang, lebar, tebal, dan sebagainya). • Untuk memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja di lapangan. • Untuk memudahkan penggantian bila suatu bagian / batang konstruksi mengalami rusak. • Untuk memberikan kemungkinan adanya bagian / batang konstruksi yang dapat bergerak missal peristiwa muai-susut baja akibat perubahan suhu.
  • 6. Alat- alat Sambung Baja • Paku keling (rivet joint) • Baut (bolt, nut) • Las
  • 7. Paku Keling • Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku kelingnya. Oleh karena itu pengelingan banyak dipakai pada bangunan-bangunan bergerak atau bergetar. • Keuntungan: tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai pada pembebanan-pembebanan dinamis. • Kelemahan: ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku kelingnya, dan kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling dipasang.
  • 9. Paku Keling • Bagian- bagian: • • • • Kepala Badan Ekor Kepala lepas • Bahan atau material: • baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan. • Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron. • Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll.
  • 13. Tipe Head • Snap Head: digunakan untuk pekerjaan struktur. Cara pemasangan menggunakan mesin rivet • Counter Sunk Head: digunakan pada pembuatan kapal • Conical Head: digunakan pada produk- produk kerajinan tangan • Pan Head: memiliki kekuatan maksimum tetapi sukar dibentuk.
  • 14. Paku Keling • Cara pemasangan
  • 15. Pemasangan Paku Keling • Plat yang akan disambung dibuat lubang, sesuai diameter paku keling yang akan digunakan. Biasanya diameter lubang dibuat 1.5 mm lebih besar dari diameter paku keling. • Paku keling dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung. • Bagian kepala lepas dimasukkan ke dalam lubang plat yang akan disambung. • Dengan menggunakan alat atau mesin penekan (palu), tekan bagian kepala lepas masuk ke bagian ekor paku keling dengan suaian paksa. • Setelah rapat/kuat, bagian ekor sisa kemudian dipotong dan dirapikan/ratakan. • Mesin/alat pemasang paku keling dapat digerakkan dengan udara, hidrolik atau tekanan uap tergantung jenis dan besar paku keling yang akan dipasang.
  • 17. Paku Keling Ukuran- ukuran di pasaran: • Paku keling untuk konstruksi baja terdapat beberapa macam ukuran diameter yaitu : 11 mm, 14 mm, 17 mm, 20 mm, 23 mm, 26 mm, 29 mm, dan 32 mm.
  • 18. Jenis Sambungan Paku Keling Berdasarkan cara plat disambungkan, ada dua jenis sambungan rivet: 1. Lap Joint : dua plat ditumpuk kemudian dirivet 2. Butt Joint : dua plat utama diletakkan saling bersentuhan, kemudian plat cover/ strap diletakkan pada salah satu sisi atau kedia sisi plat utama tersebut , baru kemudian dirivet.
  • 22. Kegagalan Sambungan Keling • • • • Robek pada salah satu sisi plat (tear off at the edge) Robek pada plat melintas baris rivet (tear off across a row) Bergesernya rivet (shear off) Hancur atau rusaknya rivet (crushing off)
  • 23. Mengatasi Kegagalan Rivet • Mengatasi kegagalan robek pada salah satu sisi plat dapat dilakukan dengan memasang rivet dengan ukuran m= (1.5 – 2)d; m adalah margin, dan d adalah diameter rivet
  • 25. Baut • Baut adalah alat sambung dengan batang bulat dan berulir, salah satu ujungnya dibentuk kepala baut ( umumnya bentuk kepala segi enam ) dan ujung lainnya dipasang mur/pengunci. • Dalam pemakaian di lapangan, baut dapat digunakan untuk membuat konstruksi sambungan tetap, sambungan bergerak, maupun sambungan sementara yang dapat dibongkar/dilepas kembali. • Bentuk uliran batang baut untuk baja bangunan pada umumnya ulir segi tiga (ulir tajam) sesuai fungsinya yaitu sebagai baut pengikat. Sedangkan bentuk ulir segi empat (ulir tumpul) umumnya untuk baut-baut penggerak atau pemindah tenaga misalnya dongkrak atau alat-alat permesinan yang lain.
  • 26.
  • 27.
  • 28. Baut
  • 29. Jenis Baut • Baut Hitam Yaitu baut dari baja lunak ( St-34 ) banyak dipakai untuk konstruksi ringan / sedang misalnya bangunan gedung, diameter lubang dan diameter batang baut memiliki kelonggaran 1 mm. • Baut Pass Yaitu baut dari baja mutu tinggi (>St-42 ) dipakai untuk konstruksi berat atau beban bertukar seperti jembatan jalan raya, diameter lubang dan diameter batang baut relatif pass yaitu kelonggaran < 0,1 mm.
  • 31. Keuntungan Sambungan Baut 1) Lebih mudah dalam pemasangan/penyetelan konstruksi di lapangan. 2) Konstruksi sambungan dapat dibongkar-pasang. 3) Dapat dipakai untuk menyambung dengan jumlah tebal baja > 4d ( tidak seperti paku keling dibatasi maksimum 4d ). 4) Dengan menggunakan jenis Baut Pass maka dapat digunakan untuk konstruksi berat /jembatan.
  • 33. Jenis- Jenis Sambungan Baut 1. Baut dengan 1 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut) 2. Baut dengan 2 irisan (Tegangan geser tegak lurus dengan sumbu baut)
  • 34. Jenis- Jenis Sambungan Baut 3. Baut yang dibebani sejajar dengan sumbunya 4. Baut yang dibebani sejajar sumbu dan tegak lurus sumbu
  • 35. Jarak- Jarak Baut Pada Sambungan • Banyaknya baut yang dipasang pada satu baris yang sejajar arah gaya, tidak boleh lebih dari 5 buah. • Jarak antara sumbu buat paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari 1,2 d dan tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6 t (t adalah tebal terkecil bagian yang disambungkan). • Pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d
  • 36. Jarak- Jarak Baut Pada Sambungan • Jika sambungan terdiri dari lebih satu baris baut yang tidak berseling, maka jarak antara kedua baris baut itu dan jarak sumbu ke sumbu dari 2 baut yang berurutan pada satu baris tidak boleh kurang dari 2,5 d dan tidak boleh lebih besar dari 7 d atau 14 t.
  • 37. Prinsip Umum Jarak- Jarak Sambungan Baut
  • 38. Prinsip Umum Jarak- Jarak Sambungan Baut
  • 41. Prinsip- prinsip Baut dari SNI • Jarak Jarak antar pusat lubang pengencang tidak boleh kurang dari 3 kali diameter nominal pengencang. Jarak minimum pada pelat harus melalui perhitungan struktur seperti pada SNI. • Jarak tepi minimum Jarak minimum dari pusat pengencang ke tepi pelat atau pelat saya profil harus memenuhi spesifikasi dalam tabel:
  • 42. Prinsip- prinsip Baut dari SNI • Jarak tepi maksimum Jarak dari pusat tiap pengencang ke tepi terdekat suatu bagian yang berhubungan dengan tepi yang lain tidak boleh lebih dari 12 kali tebal pelat lapis luar tertipis dalam sambungan dan juga tidak boleh melebihi 150 mm.
  • 44. Pengelasan (Welded Joint) • Las adalah menyambung dengan cara memanaskan baja hingga mencapai suhu lumer (meleleh) dengan ataupun tanpa bahan pengisi, yang kemudian setelah dingin akan menyatu dengan baik. • Suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagaiikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom.
  • 45.
  • 46. Sambungan Las • Terdapat lima jenis sambungan yang biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian benda logam, seperti dapat dilihat dalam berikut:
  • 47. Tipe Sambungan Las a. sambungan tumpu (butt joint); kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang datar yang sama dan disambung pada kedua ujungnya. b. sambungan sudut (corner joint); kedua bagian benda yang akan disambungmembentuk sudut siku-siku dan disambung pada ujung sudut tersebut. c. sambungan tumpang (lap joint); bagian benda yang akan disambung saling menumpang (overlapping) satu sama lainnya.
  • 48. Tipe Sambungan Las d. sambungan T (tee joint); satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan membentuk huruf T yang terbalik. e. sambungan tekuk (edge joint); sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung sejajar, dan sambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan yang sejajar tersebut
  • 49. Las Dalam Bangunan • Untuk menyambung baja bangunan kita mengenal 2 jenis las berdasarkan bahannya yaitu : 1. Las Karbid ( Las OTOGEN ) Yaitu pengelasan yang menggunakan bahan pembakar dari gas oksigen (zat asam) dan gas acetylene (gas karbid). Dalam konstruksi baja las ini hanya untuk pekerjaan-pekerjaan ringan atau konstruksi sekunder, seperti ; pagar besi, teralis dan sebagainya 1. Las Listrik ( Las LUMER ) Yaitu pengelasan yang menggunakan energi listrik. Untuk pengelasannya diperlukan pesawat las yang dilengkapi dengan dua buah kabel, satu kabel dihubungkan dengan penjepit benda kerja dan satu kabel yang lain dihubungkan dengan tang penjepit batang las / elektrode las.
  • 50. Las Dalam Bangunan • Jika elektrode las tersebut didekatkan pada benda kerja maka terjadi kontak yang menimbulkan panas yang dapat melelehkan baja ,dan elektrode (batang las) tersebut juga ikut melebur ujungnya yang sekaligus menjadi pengisi pada celah sambungan las. Karena elektrode / batang las ikut melebur maka lama-lama habis dan harus diganti dengan elektrode yang lain. • Dalam perdagangan elektrode / batang las terdapat berbagai ukuran diameter yaitu 21/2 mm, 31/4 mm, 4 mm, 5 mm, 6 mm, dan 7 mm.
  • 53. Pengelasan Untuk konstruksi baja yang bersifat struktural (memikul beban konstruksi)) maka sambungan las tidak diijinkan menggunakan las Otogen, tetapi harus dikerjakan dengan las listrik dan harus dikerjakan oleh tenaga kerja ahli yang profesional.
  • 54. Jenis- jenis Las Sebagai Alat Sambung • Pada Konstruksi baja biasanya terdapat 2 macam las, yaitu las tumpul dan las sudut. • Las Tumpul adalah las untuk menyambung arah memanjang/ melebar plat atau profil baja • Las sudut adalah las untuk menyambung arah sudut dari plat atau profil baja
  • 55. Jenis Las Berdasarkan Geometrinya a. Las jalur (fillet weld), digunakan untuk mengisi tepi pelat pada sambungan sudut, sambungan tumpang, dan sambungan T dalam gambar berikut, logam pengisi digunakan untuk menyambung sisi melintang bagian yang membentuk segitiga siku-siku.
  • 56. Jenis Las Berdasarkan Geometrinya b. Las alur (groove welds), ujung bagian yang akan disambung dibuat alur dalam bentuk persegi, serong (bevel), V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda, seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, pengisi digunakan untuk mengisi sambungan, yang biasanya dilakukan dengan pengelasan busur dan pengelasan gas.
  • 57. Las Tumpul • Las tumpul persegi panjang : Sambungan jenis ini hanya dipakai bila tebal logam dasar tidak lebih dari 5 mm. • Las tumpul V tunggal : Sambungan jenis ini tidak ekonomis bilalogam dasar tebalnya melebihi 15 mm.
  • 58. Las Tumpul • Las tumpul V ganda : sambungan jenis ini lebih cocok untuk seluruh kondisi. • Las tumpul U tunggal : Sambungan jenis ini cocok untuk logam dasar yang tebalnya tidak lebih dari 30 mm
  • 61. Las Tumpul Las Tumpul : A. Tanpa Pekerjaan Pendahuluan (Pelat Tipis). • las satu belah (A) • las dua belah (B) • • = 1 s/d 4 mm s Gambar A S Gambar B
  • 62. Las Tumpul B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan : • Las satu belah V (C) 70 + 90 C Las V – terbuka (hanya untuk Konstruksi yang tidak memikul beban dinamis)
  • 63. Las Tumpul   70 Las V – terbuka 3… ….. 28 Min. 2 8… …..2 0 0. 5… …. 3 b Ruang kosong – bahaya takik a
  • 64. Las Sudut • Las sudut datar : Sambungan jenis ini adalah sambungan las yang paling umum digunakan karena memberikan kekuatan yang sama dengan pemakaian elektroda yang lebih sedikit
  • 65. Las Sudut • Las sudut cekung : Pemakaian elektroda lebih banyak dibandingkan dengan las sudut datar.
  • 66. Las Sudut • Las sudut cembung : Pemakaian elektroda lebih banyak sama seperti las sudut cekung
  • 67. Jenis Las Lainnya c. Las sumbat dan las slot (plug and slot welds), digunakan untuk menyambung pelat datar seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah, dengan membuat satu lubang atau lebih atau slot pada bagian pelat yang diletakkan paling atas, dan kemudian mengisi lubang tersebut dengan logam pengisi sehingga kedua bagian pelat lumer menjadi satu.
  • 68. Jenis Las Lainnya d. Las titik dan las kampuh (spot and seam welds), digunakan untuk sambungan tumpang seperti dapat dilihat dalam gambar di bawah. Las-an titik adalah manik las yang kecil antara permukaan lembaran atau pelat. Lasan titik diperoleh dari hasil pengelasan resistansi listrik. Las-an kampuh hampir sama dengan las-an titik, tetapi las-an kampuh lebih kontinu dibandingkan dengan las-an titik.
  • 69. Jenis Las Lainnya e. Las lekuk dan las-an rata (flange and surfacing welds), Las-an lekuk dibuat pada ujung dua atau lebih bagian yang akan disambung, biasanya merupakan lembaran logam atau pelat tipis, paling sedikit satu bagian ditekuk. Las-an datar tidak digunakan untuk menyambung bagian benda, tetapi merupakan lapisan penyakang (ganjal) logam pada permukaan bagian dasar.
  • 71. Aturan dan Prinsip Las 1. Panjang netto las tidak boleh kurang dari 40 mm atau 8 a 10 kali tebal las. 2. Panjang netto las tidak boleh lebih dari 40 kali tebal las. Kalau diperlukan panjang netto las yang lebih dari 40 kali tebal las, sebaiknya dibuat las yang terputus-putus. 3. Untuk las terputus pada batang tekan, jarak bagian-bagian las itu tidak boleh melebihi 16 t atau 30 cm. Sedangkan pada batang tarik, jarak itu tidak boleh melebihi 24 t atau 30 cm, dimana t adalah tebal terkecil dari elemen yang dilas. 4. Tebal las sudut tidak boleh lebih dari ½ t (2)1/2
  • 72. Aturan Las • Perhitungan harus jelas dan mudah dapat dikontrol. Bentuk dan ukuran dari las harus mudah dibaca dari gambar. a I netto kepala I bruto kawah t 9 Perhitungan A) Panjang Netto Las-Sudut : (Peraturan Tentang Sambungan Las / PPBB I Ps. 85). Tiap rigi las mempunyai tebal “a” dan panjang : L netto = L bruto – 3a Agar panjang dikedua ujung las tidak meleleh, maka panjang las dibatasi : L < 40 a L > 8 @ 10 a, atau L > 4 cm
  • 73. Aturan Tebal Las • Penentuan tebal las didasarkan pada dimensi profil baja yang disambungkan. Tebal las (a) harus memenuhi ketentuan di bawah ini :
  • 76. Keuntungan Sambungan Las 1) Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna). 2) Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi. 3) Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi, sedang dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi. 4) Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ). 5) Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
  • 77. Kerugian Sambungan Las 1) Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya baik maka keuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las. 2) Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.