SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Download to read offline
MANAJEMEN
LOGISTIK FARMASI
RENCANA PENYEMPURNAAN INSTALASI
FARMASI RUMAH SAKIT
Pembimbing :
Dr.Dra. AGUSDINI BANUN SAPTANINGSIH, Apt.MARS
KELOMPOK IV:
dr. Arie Widiyasa (150520029)
dr. Dedi Wahyudi (150520031)
dr. Dwi Winda O. (150520034)
dr. Uganda Sonpriyadi (150520049)
PASCA SARJANA
PROGRAM ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
2016
1
PELAYANAN INSTALASI
FARMASI
RENCANA PENYEMPURNAAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
KATA PENGATAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas ridho
Nya sehingga makalah mengenai “RENCANA PENYEMPURNAAN
INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT” dapat diselesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah
Manajemen logistic khususnya mengenai logistik farmasi rumah sakit
agar dapat kami aplikasikan di kemudian hari.
Kami menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada Ibu
Dr.Dra.AGUSDINI BANUN
SAPTANINGSIH,Apt.MARS
Sebagai pembimbing mata
kuliah manajemen logistik
farmasi.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memenuhi
nilai kami pada mata kuliah manajemen logistik pada semester ini.
Jakarta, Oktober 2016
Penyusun
Pelayanan farmasi rumah
sakit adalah bagian yang
tidak terpisahkan dari
sistem pelayanan kesehatan
rumah sakit
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG
Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang harus
diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan
kesehatan bagi masyarakat dengan karateristiktersendiri yang
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan,kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi
masyarakat yang harus tetapmampu meningkatkan pelayanan
yang lebih bermutu dan terjangkau olehmasyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU No.44tahun
2009).
Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan,prasarana, sumber daya manusia,
kefarmasian, dan peralatan. Persyaratankefarmasian harus
menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam
menjalankan praktek kefarmasianpada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan
Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan
Menteri Kesehatan.
3
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan
di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu.
Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor :1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah
Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit
adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik,
yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat
kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan
diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan
penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif, yang
dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan
bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit.
Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan
pemulihan bagi pasien.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
masalah terkait Obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan
peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepadaproduk (drug
oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien
(patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian
(pharmaceutical care).
4
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan
farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigm
lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi
Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
I.2. PENGERTIAN
a) Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implant
yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada manusia
dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
b) Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di
rumah sakit yang meliputi penilaian terhadap sumber daya
manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan
kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik.
c) Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi
yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam
menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan
rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan
standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan
kode etik profesi farmasi.
d) Obat yang menurut undang-undang yang berlaku,
dikelompokkan ke dalam obat keras, obat keras tertentu dan
obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh Apoteker.
e) Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang
merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
5
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan
pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan
pelayanan.
f) Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan
pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan,
secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi
peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan
mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses
peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan.
g) Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari
obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan
gas medis.
h) Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang
terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen
dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi.
i) Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan
yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan
kefarmasian di farmasi rumah sakit.
j) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi,
dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.
k) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan
kosmetika.
6
I.3. TUJUAN
Tujuan pelayanan farmasi ialah :
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai
dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia.
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional
berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi)
mengenai obat.
d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku.
e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan.
f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa,
telaah dan evaluasi pelayanan.
g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan
metoda.
7
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
II. STANDART PELAYANAN FARMASI
Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada
pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk
pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan
masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua
barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut.
Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian
dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan
kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan
atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah
tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan
kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi,
Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
II.1.TUGAS POKOK
a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi
professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik
profesi
c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
8
d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan
evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi
e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang
berlaku
f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang
farmasi
g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang
farmasi
h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar
pengobatan dan formularium rumah sakit
II.2.FUNGSI
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan
rumah sakit
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara
optimal
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada
perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang
berlaku
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan
ketentuan yang berlaku
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi
dan persyaratan kefarmasian
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan
dirumah sakit.
9
B. Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat Dan Alat
Kesehatan
a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan alat kesehatan
c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan
obat dan alat kesehatan
d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan
alat kesehatan
e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan,
pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan
Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya
pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas
yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal.
1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas,
fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan
koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit.
2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali
setiap tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :
10
a. Perubahan pola kepegawaian
b. Perubahan standar pelayanan farmasi
c. Perubahan peran rumah sakit
d. Penambahan atau pengurangan pelayanan
3. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat dalam perencanaan
manajemen dan penentuan anggaran serta penggunaan sumber
daya.
4. Instalasi Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan
untuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan
pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan
dan dicatat untuk disimpan.
5. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan
apoteker IFRS (Insatalasi Farmasi Rumah Sakit) menjadi
sekretaris komite/panitia.
6. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis,
serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas
masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi
dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi.
7. Hasil penilaian/pencatatan konduite terhadap staf
didokumentasikan secara rahasia dan hanya digunakan oleh
atasan yang mempunyai wewenang untuk itu.
8. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan
dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga
tahun.
9. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam
perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan
pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
11
II.3 STAF DAN PIMPINAN
Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan
pelayanan
1. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh
Apoteker.
2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh
Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di
bagian farmasi rumah sakit.
3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin
kerja.
4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli
Madya Farmasi (D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA).
5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala
aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap
pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi.
6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk
melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus
ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila
kepala farmasi berhalangan.
7. Adanya uraian tugas job description bagi staf dan pimpinan
farmasi.
8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya
disesuaikan dengan kebutuhan.
9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas
farmasi atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk
apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk
mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
12
10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas
yang terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan
juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam
meningkatkan mutu pelayanan.
II.4.FASILITAS DAN PERALATAN
Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat
mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik
pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan
farmasi yang fungsional, profesional dan etis.
1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang
menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik
dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi
masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan.
2. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar.
3. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat.
4. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi.
5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep.
6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat
yang baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan
yang baik.
7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi
menjamin keamanan setiap staf.
II.5. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan
dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan
dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan
13
farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada
pelayanan farmasi itu sendiri.
1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi,
panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker.
2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari
dokter dan apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat
adalah bahan berkhasiat dengan nama generik.
3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan
beberapa hal berikut :
a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas
perintah dokter
b. Label obat yang memadai
c. Daftar obat yang tersedia
d. Gabungan obat parenteral dan labelnya
e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis
obat yang diberikan
f. Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit
g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap,
rawat jalan, karyawan dan pasien tidak mampu.
h. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi
perencanaan, pengadaan, penerimaan, pembuatan/
produksi, penyimpanan, pendistribusian dan
penyerahan.
i. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai
pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat
inap dan rawat jalan serta pencatatan penggunaan obat
yang salah dan atau dikeluhkan pasien
j. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian
perbekalan farmasi.
14
k. Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada
pasien maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan
dan penyimpanan obat serta berbagai aspek
pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat
kepatuhan dalam penggunaan obat.
l. Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian
penggunaan obat
m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping
instalasi maka secara organisasi dibawah koordinasi
instalasi farmasi.
n. Prosedur penarikan/penghapusan obat
o. Pengaturan persediaan dan pesanan
p. Cara pembuatan obat yang baik
q. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat
kepada staf.
r. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan
pengaturan/undang-undang
s. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat
harus terjamin.
t. Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat
sitotoksik
u. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi
terhadap staf.
4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat
yang salah dan atau mengatasi masalah obat.
5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap system
pelayanan rumah sakit lainnya.
15
II.6 PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN
Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam
menyusun program pengembangan staf.
2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga
mengetahui tugas dan tanggung jawab.
3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan
bagi staf.
4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk
mengikutipelatihan dan program pendidikan berkelanjutan.
5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang
diadakan oleh organisasi profesi, perkumpulan dan institusi
terkait.
6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi :
a. penggunaan obat dan penerapannya
b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi
c. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana
farmasi
II.7. EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU
Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan
kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi
rumah sakit yang baik.
1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian
mutu pelayanan rumah sakit.
16
2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodic
terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang
diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan.
3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program
pengendalian mutu.
4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut :
a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang
penting yang berhubungan dengan pelayanan farmasi.
b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan
masalah-masalah pelayanan dan berupaya untuk
memperbaiki.
c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat
ditentukan maka harus diambil tindakan untuk
memperbaikinya dan didokumentasi.
d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar
dapat diterapkan dalam program jangka panjang.
e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur
diinformasikan kepada staf.
APOTEK
Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat
dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sarana dan prasarana
yang harus dimiliki oleh apotek untuk meningkatkan kualitas
pelayanan adalah (Menkes RI, 2004):
1. Papan nama apotek yang dapat terlihat dengan jelas, memuat
nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor izin
apotek dan alamat apotek.
17
2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yaitu bersih, ventilasi
yang memadai, cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan
ada tempat sampah.
3. Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat
bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur,
leaflet, poster atau majalah kesehatan.
4. Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien.
5. Ruang peracikan.
6. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan
kesehatan lainnya.
7. Ruang/tempat penyerahan obat.
8. Tempat pencucian alat.
9. Peralatan penunjang kebersihan apotek.
II.8. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber
daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit
yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan
persyaratan :
• Terdaftar di Departeman Kesehatan
• Terdaftar di Asosiasi Profesi
• Mempunyai izin kerja.
• Mempunyai SK penempatan
Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh
tenaga farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang-
undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata
pendidikan, kualitas maupun kuantitas denganjaminan kepastian
adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan
18
kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan
dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta
perkembangan dan visi rumah sakit.
II.8.1 Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai
Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP 51,
2009). Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan
memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat,
mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai
pemimpim dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola
sumber daya (manusia, fisik dan anggaran) secara efektif, selalu
belajar sepanjang karir dan membantu memberi pendidikan dan
memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Menkes RI,
2004).
Kompetensi Apoteker :
Sebagai Pimpinan :
 Mempunyai kemampuan untuk memimpin
 Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan
mengembangkan pelayananfarmasi
 Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri
 Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak
lain
 Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah,
menganalisa dan memecahkan masalah
Sebagai Tenaga Fungsional
 Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
19
 Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian
 Mampu mengelola manajemen praktis farmasi
 Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian
 Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan
pengembangan
 Dapat mengoperasionalkan komputer
 Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang
farmasi klinik.
Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus
dijabarkan secara jelas fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggung
jawab, hubungan koordinasi, fungsional, dan uraian tugas serta
persyaratan/kualifikasi sumber daya manusia untuk dapat menduduki
posisi
II.8.2. Asisten Apoteker
Asisten apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam pengelolaan
apotek, yaitu:
1. Fungsi pembelian meliputi: mendata kebutuhan barang,
membuat kebutuhan pareto barang, mendata pemasok,
merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang
dibutuhkan, kecuali ketentuan lain dari APA dan memeriksa
harga.
2. Fungsi gudang meliputi: menerima dan mengeluarkan
berdasarkan fisik barang, menata, merawat dan menjaga
keamanan barang.
3. Fungsi pelayanan meliputi: melakukan penjualan dengan harga
yang telah ditetapkan, menjaga kenyamanan ruang tunggu,
melayani konsumen dengan ramah dan membina hubungan
baik dengan pelanggan.
20
II.9. MANAJEMEN APOTEK
Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau
kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat
dipelajari tetapi hasil yang diperoleh dalam penerapannya masih
banyak tergantung pada bakat-bakat perorangan. Manajemen yang
baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai harapan (Anief,
1995).
Menurut Umar (2005), dalam mengelola sebuah apotek berlaku
cara mengelola fungsi-fungsi manajemen meliputi:
1. Fungsi perencanaan (planning) yaitu menyusun program kerja
untuk mencapai suatu tujuan (sasaran).
2. Fungsi pengorganisasian (organization) yaitu membagi-bagi
pekerjaan yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan
tanggung jawab pada setiap fungsi.
3. Fungsi Kepemimpinan (actuating) yaitu melaksanakan program
kerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab
pekerjaannya serta sasaran yang akan dicapainya.
4. Fungsi pengawasan (controlling) yaitu melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap pelaksanaan sistem operasional dan
sasaran yang dicapai melalui indikator tingkat keberhasilan pada
setiap fungsi Apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi
dan perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen
memiliki 5 fungsi kegiatan (Umar, 2005) yaitu:
a. Pembelian (phurcashing)
b. Gudang (ware house)
c. Pelayanan dan penjualan (servicing and selling)
d. Keuangan (finanching)
e. Pembukuan (accounting)
21
Seorang APA selain menguasai ilmu kefarmasian, juga harus
dibekali dengan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan
ilmu akuntansi (accounting). Sehingga seorang APA dalam
menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya sebagai
penanggung jawab teknik kefarmasian saja, melainkan juga dapat
mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat
memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki
kepentingan tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di
masyarakat (Umar, 2005).
II.9.1.Administrasi Dan Pelaporan
Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan
teknis yang dilakukan oleh suatu perusahaan.
Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta
penyusunan laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara
rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran
atau tahunan.
Administrasi Keuangan Pelayanan Farmasi merupakan
pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan
informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang
berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan farmasi secara rutin atau
tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau
tahunan.
Administrasi Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian
terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa,
rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
22
penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan
prosedur yang berlaku.
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan
yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Menurut Anief (1995), administrasi yang biasa dilakukan
apotek meliputi:
a. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan uang masuk dan
uang yang keluar.
b. Administrasi penjualan yaitu pencatatan pelayanan resep,
penjualan bebas dan penjualan secara tunai dan kredit.
c. Administrasi pergudangan yaitu pencatatan penerimaan dan
pengeluaran barang.
d. Administrasi pembelian yaitu pencatatan pembelian harian
secara tunai atau kredit.
e. Administrasi piutang yaitu pencatatan penjualan kredit,
pelunasan piutang dan penghasilan sisa piutang.
f. Administrasi kepegawaian yaitu pencatatan absensi karyawan
dan gaji.
Tujuan
 Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi
 Tersedianya informasi yang akura
 Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat
dan laporan
 Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat
perencanaan
23
 Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan
perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan
efektif.
II.9.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan
Bahan Medis Habis Pakai
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai
dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan,
pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan
Pelayanan Kefarmasian. Apoteker bertanggung jawab terhadap
pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian
kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta
memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya.
Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44
Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan
Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di
Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu
pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem
satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non
elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung,
implan, dan stent.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk
pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
24
Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di
Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah
Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang
dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.
 PEMILIHAN
Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai
dengan kebutuhan. Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau
masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan
terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan
memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan
memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan
peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk
menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi
pembelian. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa
dan terapi
b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang telah ditetapkan
c. Pola penyakit
d. Efektifitas dan keamanan
e. Pengobatan berbasis bukti
f. Mutu
g. Harga
h. Ketersediaan di pasaran
25
Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada
Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar
Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan
Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep,
pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap
Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan
revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Kriteria
pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. Mengutamakan penggunaan obat generik;
b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio)
yang paling menguntungkan penderita;
c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan
oleh pasien;
g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio)
yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak
lansung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan
aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan
untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
 PERENCANAAN KEBUTUHAN
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil
kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
26
jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan
untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan
yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi
metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan
anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan:
1. Anggaran yang tersedia;
2. Penetapan prioritas;
3. Sisa persediaan;
4. Data pemakaian periode yang lalu;
5. Waktu tunggu pemesanan; dan
6. Rencana pengembangan.
7. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi
Rumah Sakit, Ketentuan setempat yang berlaku.
8. Data catatan medic
9. Siklus penyakit
Besarnya permintaan diukur dengan besarnya omset penjualan yang
terjadi selama waktu tertentu dengan catatan tidak ada permintaan
yang ditolak. Untuk tercapainya keseimbangan antara persediaan
dengan permintaan dapat ditentukan oleh :
a. Persediaan obat didasarkan atas kecepatan gerak atau perputaran
barang (slow moving, fast moving) yang merupakan ketentuan
paling sederhana dalam keseimbangan. Obat yang laku keras
disediakan dalam jumlah banyak, sedangkan yang kurang laku
disediakan dalam jumlah sedikit.
b. Persediaan obat ditentukan berdasarkan lokasi Pedagang Besar
Farmasi (PBF) Jika lokasi apotek jauh dari PBF sebaiknya
27
persediaan obat lebih banyak dengan mempertimbangkan jarak
dan lama pemesanan obat dapat dipenuhi.
c. Penambahan persediaan obat didasarkan atau kebutuhan
perbulan atau hasil penjualan.
Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek
besar maupun kecil. Persediaan obat merupakan harta paling besar
dari sebuah apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan
dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki
pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas
investasi apotek.
Pengelolaan dan pengendalian persediaan di apotek berfungsi
untuk :
a. Memastikan pasien memperoleh obat yang dibutuhkan.
b. Menyiapkan bahan baku/obat yang berhubungan dengan penyakit
musiman dan mewabah.
c. Mencegah resiko kualitas barang yang dipesan tidak baik, sehingga
harus dikembalikan.
d. Mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih
distributor obat yang memberi harga bersaing, pengiriman cepat
dan kualitas obat yang baik.
Pengendalian dan pengawasan barang dapat dilakukan dengan cara :
a. Membadingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan
b. Menggunakan kartu gudang untuk mencatat mutasi tiap obat.
Tiap obat mempunyai kartu tersendiri untuk mencatat setiap
penambahan atau pengurangan stok obat dan diletakkan di
gudang.
28
Parameter-parameter dalam pengendalian persediaan :
1. Konsumsi rata-rata
Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand).
Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya
merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok
barang yang harus dipesan. Walaupun banyaknya permintaan dapat
diprediksi, barang yang stok mati dapat terjadi apabila salah
memperkirakan lead time barang.
2. Lead Time
Lead time merupakan waktu tenggangan yang dibutuhkan
mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang
dari supplier yang telah ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk
setiap supplier.
3. Buffer Stock(safety Stock/stock pengaman)
Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan
selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi
keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu
keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada
permintaan, misalnya karena adanya permintaan barang yang
meningkat secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit).
Buffer Stock dapat dihitung dengan rumus:
SS = LT x CA
SS = Safety stock
LT = Lead Time
CA = Konsumsi rata-rata
29
4. Persediaan maksimum
Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia.
Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum ini maka tidak perlu
lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati
yang dapat menyebabkan kerugian
5. Persediaan minimum
Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia.
Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini,
maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat
berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari
jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong.
6. Jumlah pesanan
Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada
dalam apotik pada waktu tertentu atau besarnya persediaan yang
harus dibangun. Di apotek, jumlah persediaan yang harus dibangun
adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan
dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dibangun agar
setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi
permintaan yang tidak menentu, kemampuan PBF yang terbatas,
waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim yang
mahal dan sebagianya. Faktor yang dipertimbangkan untuk
membangun persediaan erat hubungannnya dengan biaya dan resiko
penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan.
Membangun persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan
jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic
Order Quality (EOQ) :
EOQ = √ 2 RS
PI
30
R = Jumlah kebutuhan dalam setahun
P = Harga barang/unit
S = Biaya memesan tiap kali pemesanan
I = % Harga persediaan rata-rata
7. Reorder Point
Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan
kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan
barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas
persediaan pengaman sama dengan nol. Pada keadaan khusus (CITO),
dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari
pembelian yang telah ditentukan bersama antara apotek dan supplier.
ReOrder Point = Jumlah Safety Stock + Jumlah pemakaian selama
Lead Time
Metode pengendalian dan persediaan dapat dilakukan dengan cara
menyusun prioritas berdasarkan salah satunya dengan Analisis ABC.
1. Pengertian
Analisis ABC (Always Better Control) adalah suatu analisis
yang digunakan untuk mengurutkan dan kemudian
mengelompokan jenis barang dalam rangka inventory control
(pengendalian barang).
2. Klasifikasi barang
Klasifikasi barang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok barang A :
 memerlukan pemantauan yg ketat, evaluasi setiap bulan.
 memerlukan sistem pencatatan yg lengkap dan akurat.
 memerlukan peninjauan secara tetap oleh pengambil
keputusan.
31
2. Kelompok barang B :
 memerlukan pemantauan/ pengendalian yg tidak terlalu
ketat, evaluasi 3-6 bulan sekali.
 memerlukan sistem pencatatan yg cukup baik.
 peninjauan dilakukan secara berkala.
3. Kelompok barang C :
 Pemantauan/pengendalian bisa dilakukan sangat longgar,
evaluasi 6 bulan – 1 tahun sekali.
 Sistem pencatatan cukup sederhana, atau bahkan tidak
menggunakan sistem pencatatan.
 Pencatatan dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan
pemesanan kembali (re-ordering).
Analisis ABC adalah aplikasi teori persediaan yang dikenal dengan
“Pareto Principle” yaitu yang menyatakan bahwa ada beberapa
barang yang merupakan katagori barang yang kritis dan barang yang
tidak perlu terlalu diperhatikan. Pareto berprinsip lebih baik
mengawasi atau mengendalikan secara ketat terhadap barang-barang
yang jumlahnya sedikit namun memiliki nilai investasi yang besar,
dengan harapan barang-barang yang lainnya akan terkena imbasnya
 PENGADAAN
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk
merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif
harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan
harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan
merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara
kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
32
pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses
pengadaan, dan pembayaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain:
a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa;
b. Bahan berbahaya harus menyertakan material safety
data sheet (msds);
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai harus mempunyai nomor izin edar; dan
d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain).
Pengadaan dapat dilakukan melalui:
a) Pembelian, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pembelian adalah Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum
dan kriteria mutu Obat; Persyaratan pemasok; Penentuan
waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi,
Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan
Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan
waktu.
Pembelian :
 Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)
 Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar
farmasi/rekanan
b) Produksi sediaan farmasi, yang dapat dilakukan bila Sediaan
Farmasi tidak ada di pasaran; Sediaan Farmasi lebih murah
jika diproduksi sendiri; Sediaan Farmasi dengan formula
khusus; Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih
33
kecil/repacking; Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan
Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus
dibuat baru (recenter paratus).
Produksi/pembuatan sediaan farmasi:
• Produksi Steril
• Produksi Non Steril
c) Sumbangan/Dropping/Hibah, yang harus disertai dengan
dokumen administrasi yang lengkap dan jelas.
 PRODUKSI
Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan
pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Kriteria obat yang diproduksi :
• Sediaan farmasi dengan formula khusus
• Sediaan farmasi dengan harga murah
• Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil
• Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran
• Sediaan farmasi untuk penelitian
• Sediaan nutrisi parenteral
• Rekonstruksi sediaan obat kanker
 PENERIMAAN
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi
fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus
tersimpan dengan baik.
34
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang
telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan.
Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi:
• Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa
• Barang harus bersumber dari distributor utama
• Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS)
• Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus
mempunyai certificate of origin
• Expire date minimal 2 tahun
 PENYIMPANAN
Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut
persyaratan yang ditetapkan:
• Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya
• Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
• Mudah tidaknya meledak/terbakar
• Tahan/tidaknya terhadap cahaya
disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin
ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan
Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan
keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian.
Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai.
35
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu bahan yang mudah
terbakar (disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya) dan gas medis (disimpan dengan posisi berdiri,
terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan
pengambilan jenis gas medis, penyimpanan tabung gas medis kosong
terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya, penyimpanan tabung
gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan).
Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas
terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan
menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First
Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen.
Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip
(LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan
harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan
pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi
penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan.
Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari
penyalahgunaan dan pencurian.
 PENDISTRIBUSIAN
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam
rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu,
stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
36
Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang
dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat
dilakukan dengan cara sistem persediaan lengkap di ruangan (floor
stock), sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem
kombinasi.
Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
dianjurkan untuk pasienrawat inap karena dapat meminimalkan
sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau
resep individu yang mencapai 18%.
Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan :
• Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada
• Metode sentralisasi atau desentralisasi
• Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau
kombinasi
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan
system persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan,
sistem unit dosis dan system kombinasi oleh Satelit Farmasi.
37
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat
Jalan
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang
diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan
system resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk
memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan
oleh:
a. Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam
b. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi
emergensi
Sistem pelayanan distribusi :
a. Sistem persediaan lengkap di ruangan
• Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di
ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan.
• Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab
obat.
• Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan
dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi.
b. Sistem resep perorangan
Pendistribusian perbekalan farmasi resep
perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui
Instalasi Farmasi.
38
c. Sistem unit dosis
Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan
yang disiapkan, diberikan/ digunakan dan dibayar dalam unit
dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang
telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan
satu kali dosis biasa.
Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada:
a. Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan
b. Satelit farmasi dengan sistem dosis unit
c. Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan
 PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila produk tidak
memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak
memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin
edarnya. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis habis Pakai yang akan dimusnahkan;
b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan;
c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan
kepada pihak terkait;
d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk
sediaan serta peraturan yang berlaku.
Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut
39
oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai
sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.
 PENGENDALIAN
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah
persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai.
Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi
harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah
Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk :
a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit;
b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi;
c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi
kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan,
kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian
pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai.
Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow
moving);
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam
waktu tiga bulan berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
40
II.10. PELAYANAN FARMASI KLINIK
1. Pengkajian Dan Pelayanan Resep
Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan
Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan
terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error).
Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait
Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan
kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan
pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan
farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin,
berat badan dan tinggi badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan
paraf dokter; tanggal Resep; dan ruangan/unit asal Resep. Persyaratan
farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis
dan jumlaoat, stabilitas, dan aturan dan cara penggunaan.
Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi dan Reaksi Obat
Yang Tidak Dikehendaki (ROTD); kontraindikasi; dan interaksi obat.
Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat
Kesehatan Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab
dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi,
efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
41
pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta
bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya.
Tujuan :
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan
farmasi di rumah sakit
b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin
efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat
c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi
kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi
d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka
meningkatkan penggunaan obat secara rasional.
PENGKAJIAN RESEP
Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari
seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Persyaratan administrasi meliputi :
• Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien
• Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
• Tanggal resep
• Ruangan/unit asal resep
Persyaratan farmasi meliputi :
• Bentuk dan kekuatan sediaan
• Dosis dan Jumlah obat
• Stabilitas dan ketersediaan
• Aturan, cara dan tehnik penggunaan
Persyaratan klinis meliputi :
42
• Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
• Duplikasi pengobatan
• Alergi, interaksi dan efek samping obat
• Kontra indikasi
• Efek aditif
DISPENSING
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan
label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang
memadai disertai system dokumentasi.
Tujuan
 Mendapatkan dosis yang tepat dan aman
 Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat
menerima makanan secara oral atau emperal
 Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan
bermutu.
 Menurunkan total biaya obat
Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya :
DISPENSING SEDIAAN FARMASI KHUSUS
a. Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi
Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan
pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan
kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan :
 Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin,
mineral untuk kebutuhan perorangan.
43
 Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi
 Faktor yang perlu diperhatikan :
 Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.
 Sarana dan prasarana
 Ruangan khusus
 Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
 Kantong khusus untuk nutrisi parenteral
b. Dispensing sediaan farmasi pencampuranobat steril
Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien
yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah
sesuai dengan dosis yang ditetapkan.
Kegiatan :
 Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus
 Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk
dengan pelarut yang sesuai
 Mengemas menjadi sediaan siap pakai
Faktor yang perlu diperhatikan :
 Ruangan khusus
 Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
 HEPA Filter
DISPENSING SEDIAAN FARMASI BERBAHAYA
Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam
kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang
terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan,
petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi,
dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat
44
pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien
sampai pembuangan limbahnya.
Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan
harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri
yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali.
Kegiatan :
 Melakukan perhitungan dosis secara akurat
 Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang
sesuai
 Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol
pengobatan
 Mengemas dalam kemasan tertentu
 Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku
Faktor yang perlu diperhatikan :
 Cara pemberian obat kanker
 Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang
sesuai
 Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet
 Hepa Filter
 Pakaian khusus
 Sumber Daya Manusia yang terlatih
Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat
yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal
yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan
terapi.
Tujuan :
 Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin
terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
45
 Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat
yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.
 Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi timbulnya Efek Samping
Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya
Efek Samping Obat.
Kegiatan :
 Menganalisa laporan Efek Samping Obat
 Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang
mempunyai resiko tinggi mengalami Efek Samping Obat
 Mengisi formulir Efek Samping Obat
 Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
Faktor yang perlu diperhatikan :
 Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang
rawat
 Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat
Pelayanan Informasi Obat
Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker
untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini
kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan
pasien.
Tujuan
 Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien
dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit.
46
 Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakankebijakan yang berhubungan dengan obat,
terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.
 Meningkatkan profesionalisme apoteker.
 Menunjang terapi obat yang rasional.
Kegiatan :
 Memberikan dan menyebarkan informasi kepada
konsumen secara aktif dan pasif.
 Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga
kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.
 Membuat buletin, leaflet, label obat.
 Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi
dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit.
 Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan
penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.
 Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga
farmasi dan tenaga kesehatan lainnya.
 Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan
pelayanan kefarmasian.
47
BAB III
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN ANALISA MASALAH
DI INSTALASI FARMASI RS X
3.1. VISI RUMAH SAKIT “X” :
Sebagai Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berkualitas
dengan biaya terjangkau dan menjadi Rumah Sakit pilihan di
wilayah Kabupaten Bekasi.
3.2. MISI RUMAH SAKIT “X” :
a) Memberikan pelayanan kesehatan, optimal, bermutu,
berorientasi, pada kecepatan, ketepatan, keselamatan, dan
kenyamanan berlandaskan etika dan profesionalisme.
b) Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan
kompeten di semua lini pelayanan Rumah Sakit.
c) Memberikan pelayanan prima yang didukung dengan
peralatan yang berkualitas.
d) Menyediakan peralatan sarana dan prasarana pendukung
Rumah Sakit yang berkualitas dan aman.
e) Menjalin kerjasama dengan mitra Rumah Sakit, Bidan
Praktek Mandiri dan pelayanan kesehatan lainnya.
f) Menekan angka kematian Ibu dan Bayi dalam rangka upaya
peran aktif tercapainya target MDGs.
3.3. MOTTO RUMAH SAKIT “X” :
“ Kesehatan Anda adalah Prioritas Kami “
48
3.4. NILAI-NILAI BUDAYA KERJA RUMAH SAKIT “X” :
a) Ramah
b) Sopan
c) Cepat dan tepat
d) Efektif dan Efisien
e) Tanggung Jawab
3.5. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT “X”
STRUKTURORGANISASIRSKARTIKAHUSADATAMBUN
Direktur
ManagerPelayanan
Medis&Keperawatan
DokterSpesialis
DokterUmum
Ka.Bid.
Keperawatan
KURawatInap
KURawatJalan
KUUGD
KUKamar
Bersalin
KUKamar
Operasi
KUICU/NICU/
PICU
KUPerinatologi
KUHemodialisa
KUCSSD
Ka.Bid.Rekam
Medis
StafRekam
Medik
Manager
Penunjang
Medis
Ka.Bid.Farmasi
KUPerbekalan
Farmasi
KUPelayanan
FarmasiRI&RJ
Ka.Bid.Umum
KUSecurity
KUIPRS&
IPAL
KUDriver&
Ambulance
KULaundry
KUHouse
Keeping
KU
Maintenance
KURadiologi
KU
Laboratorium
KUFisioterapi KUGizi
ManagerSDM&
Mutu
Ka.Bid.Diklat&
Mutu Ka.BidSDM
Staf
Administrasi
Manager
Finance
Ka.Bid.Finance
KUFinance
StafFinance
Ka.Bid.
Purchasing
KULogis k
Umum
StafGudang
Umum
KUKasir KUIT
Manager
Marke ng
KUAdm
StafSales&
Marke ng
Ka.Bid.Casemix
Staf Casemix
KomiteMedis
Satuan
Pengawas
Internal
49
BAB IV
ANALISA MASALAH DI INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT “X”
4.1. Struktur Organisasi
Instalasi Farmasi merupakan bagian dari Penunjang Medis
Rumah Sakit, Instalasi Farmasi di pimpin oleh seorang Kepala
Instalasi Farmasi dimana kepala instalasi ini secara struktural
berkedudukan di bawah Kepala Penunjang Medik dan berkoordinasi
dengan Gudang Farmasi dan Purchasing
Dalam melaksanakan tugas sehari-hari di Apotek RSU Permata
Ibu Apoteker di bantu oleh 6 (enam) orang Asisten Apoteker
50
Uraian tugas Kepala Instalasi Farmasi :
1. Membantu kepala penunjang medik dalam penyusunan program
kerja pelayanan kefarmasian untuk pasien gawat darurat, rawat
jalan, rawat inap, perawatan intensif, kamar operasi dan tindakan
medik
2. Melaksanakan kegiatan kefarmasian klinik, konseling dan
informasi obat.
3. Bertanggung jawab atas penggunaan, pemeliharan dan peningkatan
efisiensi fasilitas material kesehatan, sarana dan prasaran di unit
farmasi.
4. Meningkatkan kemampuan personel dalam kegiatan pelayanan
kefarmasian.
5. Melakukan waskat terhadap kegiatan dan menjaga keselamatan
kerja di unit farmasi.
6. Membantu kepala penunjang medik dalam menyusun,
mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
kefarmasian.
7. Membantu Kepala Penunjang Medik dalam kegiatan pengendalian
mutu dan kinerja pelayanan kefarmasian.
Uraian Tugas Gudang Farmasi :
1. Menyusun rencana kebutuhan material umum dan material
kesehatan yang diperlukan dalam kegiatan di unit farmasi.
2. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian,
penerimaan, distribusi obat dan supply medik.
3. Membantu kepala penunjang medik dalam menyusun,
mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan
kefarmasian.
51
4.2. Manajemen Farmasi
Sesuai struktur organisasi maka kepala Instalasi Farmasi
bertanggung jawab kepada kepala Penunjang Medik yang dalam
pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan Gudang Farmasi dan
bagian Purchasing. Instalasi farmasi mengelola barang-barang yaitu
obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai.
RS ”X” mempunyai Komite Farmasi dan Terapi yang berkoordinasi
dengan Manajemen RS ”X”, bertugas membuat daftar obat esential
rumah sakit, yang selanjutnya dipakai oleh panitia standardisasi obat
dan alkes RS untuk menentukan dan membuat daftar obat dan alkes
rumah sakit. Daftar standar obat dan alkes ini merupakan pedoman
bagi seluruh unit terkait di rumah sakit dalam melaksanakan
tugasnya masing-masing tim dokter RS “X” dan pengadaan.
Namun pada kenyataannya komite ini belum bekerja secara
optimal, formularium yang telah dibuat belum berjalan sepenuhnya
namun diterapkan secara bertahap, hal ini lah yang berimbas kepada
banyaknya varian obat yang ada sehingga mengakibatkan
pembelanjaan obat yang besar.
4.3. Sumber Daya Manusia
Posisi dan kondisi sumber daya manusia yang ada di Instalasi farmasi
saat ini adalah :
NO Jabatan Jumlah Jenis Tenaga
1 Manager Penunjang Medis 1 Dokter Gigi
2 Kepala Bidang Farmasi 1 S2 – Farmasi Klinik
3 Kepala Unit Farmasi 1 S1 – Farmasi
4 Kepala Gudang Farmasi 1 S1 – Farmasi
5 Asisten Apoteker 13 D3 Kefarmasian
6 Pekarya Farmasi 2 SMU & SMF
7 Kurir 1 SMU
52
BAB IV
ANALISA MASALAH DAN RENCANA
PENYEMPURNAAN DI INSTALASI FARMASI RS
KARTIKA HUSADA TAMBUN
IV.1 Hasil Pemotretan
Dari hasil survei yang dilakukan pada bulan September 2016 di
Instalasi Farmasi RS “X” , ternyata banyak hal yang harus dibenahi
di semua poin-poin yang mempengaruhi terbentuknya suatu
pelayanan Instalasi Farmasi yang profesional.
1. Pemilihan obat
 Jumlah obat yang beredar terlalu banyak, total ada
2910
 Komite Farmasi dan terapi belum bekerja secara
optimal
 Formularium yang telah dibuat belum berjalan
sepenuhnya namun diterapkan secara bertahap, hal
ini lah yang berimbas kepada banyaknya varian
obat yang ada sehingga mengakibatkan
pembelanjaan obat yang besar
2. Pengadaan barang
 Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan
metoda konsumsi. Analisa ABC belum pernah
dibuat.
 Proses permintaan barang ke gudang dan
permintaan pembelian masih dilakukan secara
manual dengan melihat fisik barang satu per satu,
permintaan berdasarkan konsumsi rata-rata 3
bulan terakhir.
53
 Proses pembuatan permintaan pembelian (PP)
masih agak lama karena:
1). Manual
2). Harus mengkroscek PP yang sudah ada tetapi
barang belum datang, supaya tidak terjadi double
permintaan
3). data diinput ke excel agar dapat diketahui
jumlah pemakaian 3 bulan sebelumnya untuk
menentukan jumlah permintaan yang tepat
 Lead Time dari permintaan barang sampai barang
datang rata2 2 hari- 1 minggu.
 Pembuatan PO di sistem dilakukan setelah faktur
ada, sehingga Laporan penerimaan barang (LPB)
ke sistem terlambat diinput. Efek yang
ditimbulkan antara lain:
1). stok fisik dan sistem selisih
2). Kesulitan pada saat Stock Opname
3). Data laporan jumlah stok gudang dan
pembelian barang menjadi bias.
3. Pengawasan stok
 Tempat penyimpanan terlalu kecil
 Belum ada Pallet
 Obat High Alert baru satu item yang ditempel
stiker HA per ampul obat yaitu RECAIN
(Bupivacain)
 Pemantauan Suhu/Kelembaban kulkas dan
ruangan sudah dilakukan, tapi disiplin petugas
masih kurang.
 Sistem FEFO dan FIFO belum maksimal karena
kondisi tempat penyimpanan obat
54
4. Pelaporan
 Masih banyak ditemukan selisih antara stok fisik
dengan sistem ketika melakukan stock opname
5. Standar Prosedur Operasional
 Pembuatan laporan bulanan Gudang farmasi
belum ada. Seharusnya minimal ada:
1) Laporan penerimaan barang harian dan bulanan
2) Laporan distribusi barang ke Unit pelayanan per
bulan; Laporan Pemakaian BMHP (barang medis
habis pakai) unit per bulan
 Laporan Bulanan dari Purchasing belum ada.
Seharusnya :
1) Laporan Pembelian per Bulan (detail)
2) Rekap pembelian per PBF per Bulan
3) Rekap pembelian per principal per bulan (10
principal terbesar sampai terkecil); Rekap Laporan
pembelian per jenis barang (obat, Alkes, Lab, Rad,
Oksigen); Laporan Diskon obat On dan Off Faktur;
3). Rata2 Lead Time per bulan
4) Daftar barang yang mengalami kenaikan
harga/discontinue/kosong PBF sementara
6. Standar Prosedur Operasional
 SOP Farmasi sudah ada tapi belum
disosialisasikan
7. Job description (uraian tugas)
 Jobdesc staf Farmasi sudah dibuat, belum
disahkan
 Floor stock, stock troley emergency ruangan, dan
BMHP belum terstandar.
55
 Key Performance Indicator farmasi baru ada
mengenai persentase resep yang tidak bisa
terlayani di farmasi
 Kompetensi Apoteker dan Asisten Apoteker belum
ditingkatkan sepenuhnya.
Dan mungkin masih banyak lagi kekurangan-kekurangan yang
mungkin masih dapat ditemui namun karena terbatasnya waktu
penelitian, penulis hanya menuliskan beberapa permasalahan saja.
IV.2. Rencana Penyempurnaan
Rencana penyempurnaan di unit Farmasi Rumah Sakit ”X”
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Bagan 1. Hasil Pemotretan dan rencana penyempurnaan pelayanan
Unit Farmasi RS ”X”
No Hasil Pemotretan Rencana
Target
Waktu
1
Pemilihan
Obat
Jumlah obat yang
beredar terlalu banyak,
total ada 2910 item.
Dilakukan
pengurangan
item obat,
sehingga terjadi
penurunan
menjadi 1381
item
1-5 Nov
16
2
Pengadaan
Barang
Perencanaan
perbekalan farmasi
dilakukan dengan
metoda konsumsi.
Analisa ABC belum
pernah dibuat.
Membuat
perencanaan
berdasarkan
analisa ABC
6-9 Nov
16
Proses permintaan
barang ke gudang dan
permintaan pembelian
masih dilakukan
secara manual dengan
melihat fisik barang
satu per satu,
permintaan
berdasarkan konsumsi
rata-rata 3 bulan
Penggantian
Sistem informasi
RS dari TEN
Medical ke
SMART HIS
1-30 Nov
16
56
terakhir.
Proses pembuatan
permintaan pembelian
(PP) masih agak lama
karena 1). Manual; 2).
Harus mengkroscek PP
yang sudah ada tetapi
barang belum datang,
supaya tidak terjadi
double permintaan; 3).
data diinput ke excel
agar dapat diketahui
jumlah pemakaian 3
bulan sebelumnya
untuk menentukan
jumlah permintaan
yang tepat.
Pembuatan stok
min-max di
sistem SMART
HIS
6-9 Nov
16
Lead Timedari
permintaan barang
sampai barang datang
rata2 2 hari- 1 minggu.
Koordinasi
dengan
Purchasing
6-9 Nov
16
Pembuatan PO di
sistem dilakukan
setelah faktur ada,
sehingga Laporan
penerimaan barang
(LPB) ke sistem
terlambat diinput.
Efeknya 1). stok fisik
dan sistem selisih; 2).
Kesulitan pada saat
Stock Opname; 3). Data
laporan jumlah stok
gudang dan pembelian
barang menjadi bias.
Koordinasi
dengan
Purchasing
6-9 nov
16
3
Penyimpanan
Barang
Tempat penyimpanan
terlalu kecil
Renovasi gudang
farmasi
Nov-Jan
16
Belum ada Pallet
Proses
pengajuan
(done),
sementara dialas
kardus bekas
Oct-16
Obat High Alert baru
satu item yang
ditempel stiker HA per
ampul obat yaitu
RECAIN (Bupivacain)
Penetapan Obat
High Alert,
Pembuatan
stiker HA
Oct-16
57
Pemantauan
Suhu/Kelembaban
kulkas dan ruangan
sudah dilakukan, tapi
disiplin petugas masih
kurang.
Peningkatan
disiplin petugas
dalam mengisi
Formulir
Pemantauan
Suhu
Oct-16
Sistem FEFO dan
FIFO belum maksimal
karena kondisi tempat
penyimpanan obat
Renovasi gudang
farmasi
Okt-Des
16
4
Pengawasan
stok
Masih banyak
ditemukan selisih
antara stok fisik
dengan sistem ketika
melakukan stock
opname
Dilakukan stock
opname bulanan,
stock opname
internal
pertengahan
bulan, sampling
stok fisik dan
sistem per hari
Sep-des
Obat ED kurang
dari 6 bulan
kedepan sudah
di data untuk di
follow-up bisa
retur/tidak.
Apabila tidak
bisa di retur
maka
dikoordinasikan
ke dokter untuk
diutamakan
peresepannya.
Sept-des
Disiplin serah
terima barang
harus
ditingkatkan.
Serah terima
fisik dan bukti
distribusi
sistem, bukan di
form manual.
Sept-des
5 Laporan
Pembuatan laporan
bulanan Gudang
farmasi belum ada.
Seharusnya minimal
ada: 1) Laporan
penerimaan barang
harian dan bulanan; 2)
Laporan distribusi
barang ke Unit
pelayanan per bulan;
Penggantian
Sistem informasi
RS dari TEN
Medical ke
SMART HIS
1-30 Sept
16
58
Laporan Pemakaian
BMHP (barang medis
habis pakai) unit per
bulan
Laporan Bulanan dari
Purchasing belum ada.
Seharusnya : 1)
Laporan Pembelian per
Bulan (detail); 2)
Rekap pembelian per
PBF per Bulan; 3)
Rekap pembelian per
principal per bulan (10
principal terbesar
sampai terkecil); Rekap
Laporan pembelian per
jenis barang (obat,
Alkes, Lab, Rad,
Oksigen); Laporan
Diskon obat On dan Off
Faktur; 3). Rata2 Lead
Time per bulan; 4).
Daftar barang yang
mengalami kenaikan
harga/discontinue/koso
ng PBF sementara
Koordinasi
dengan
Purchasing
6-9 Sept
16
6 SOP
SOP Farmasi sudah
ada tapi belum
disosialisasikan.
Pengesahan SOP
dan sosialisasi
Oct-16
7
Jobdesc
Jobdesc staf Farmasi
sudah dibuat, belum
disahkan.
Pengesahan
Jobdesc dan
sosialisasi
Oct-16
8
Floor stock, stock troley
emergency ruangan,
dan BMHP belum
terstandar.
Koordinasi
dengan
Keperawatan
dalam membuat
standar stock
unit.
6-9 Nov
16
9
Key Performance
Indicator farmasi baru
ada mengenai
persentase resep yang
tidak bisa terlayani di
farmasi.
Membuat KPI
untuk respon
time pelayanan
resep obat jadi
dan resep
racikan.
Oct-16
10
Kompetensi Apoteker
dan Asisten Apoteker
belum ditingkatkan
sepenuhnya.
Mengadakan
training internal
dan eksternal
untuk staf
Sept-dst
59
BAB IV
EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN INS. FARMASI
RUMAH SAKIT “X”
Untuk mengetahui kinerja pengendalian persediaan, perlu dilakukan
evaluasi parameter dibawah ini secara periodik :
MS = Nilai stok Jan-Maret = Rp. 1.544.136.171 =
2,46
Nilai pemakaian rata2 Jan-Maret Rp. 627.073.615
MS = Nilai stok April-Jun = Rp 1.265.443.560 = 1,38
Nilai pemakaian rata2 April-Jun Rp 915.801.230
 Semakin kecil nilai MS berarti semakin efisensi persediaan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
MS Jan- Mar MS Apr-Jun
2.46
1.38
Month Stock
1. Month Stock (MS)
MS = Nilai stok rata-rata x 1 bulan
Nilai pemakaian rata-rata
60
TO = Nilai pemakaian Jan-Maret = Rp 627.073.615 =
0,41
Nilai stok rata2 Jan-Maret Rp 1.544.136.171
TO = Nilai pemakaian April-Jun = Rp 915.801.230 =
0,72
Nilai stok rata2 April-Jun Rp 1.265.443.560
 Semakin besar nilai TO berarti semakin efisien
persediaan
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
MS Jan- Mar MS Apr-Jun
0.41
0.72
Turn Over
2.Turn Over
TO = Nilai pemakaian/satu periode
Nilai stok rata-rata
61
ANALISIS ABC
Analisis ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa
sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari
total konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC (Always, Better,
Control) merupakan pembagian konsumsi obat dan pengeluaran untuk
perencanaan. Metode ini cenderung pada profit oriented product
karena berdasar pada dana yang dibutuhkan dari masing-masing obat.
Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat konsumsi semua
jenis obat. Analisis ini mengenai 3 kelas yaitu:
a. A (Always)
Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam
pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A
tersebut menunjukkan 10%-20% macam persediaan memiliki 70%-
80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki
nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan ekstra dan
pengendalian yang harus baik (Quick, 1997).
b. B (Better)
Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15%
dari keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80-
95% (Quick, 1997).
c. C (Control)
Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah
obat sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia
maka pengendalian pada tingkat ini tidak begitu berat. Persentase
kumulatifnya antara 95%-100% (Quick, 1997).
Tabel. Pareto ABC
Kelompok Jumlah item Nilai
A
B
C
10-20 % item
20-40% item
60% item
80 %
15 %
5 %
Contoh perhitungan menggunakan data 40 macam item barang farmasi
adalah sebagai berikut :
62
. Diperoleh data penjualan obat selama periode bulan Januari – September
2016, bagian pelayanan resep instalasi farmasi, sebagai berikut:
Catatan:
Nilai kumulatif 0-80% adalah kelompok A, 80-96% adalah kelompok B
dan 96-100% adalah kelompok C.
Untuk kepentingan perhitungan persediaan (Inventory), kelompok A
biasanya berjumlah kurang lebih 20% dari total elemen tetapi
merepresentasikan 80% dari nilai total investasi. Kelompok B
berjumlah 20% dari total item dan merepresentasikan 10-20% total
nilai investasi. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70% dari total
elemen dan merepresentasikan 10-20% total nilai investasi
63
No Nama Barang Jml Penggunaan harga Nilai (Rp) % nilai Kum Nilai Kategori
1 CEFOMAX 1GR
1355 115,500 156,502,500 5.7 5.7 A
2 RL / TM WIDA 11805 12,705 149,982,525 5 11.1 A
3
TERFACEF
INJEKSI 662 210,100 139,086,200 5 16.1 A
4
CEFTRIAXONE
INJEKSI 10542 10,313 108,719,646 3.9 20.1 A
5
F-HEMOSOL
PART A ( HD ) 1137 92,400 105,058,800 3.8 23.9 A
6
BLOODLINE ( HD
) 1058 97,680 103,345,440 3.7 27.6 A
7
RL 500ML DP/
INFUSAN RL DP 5100 19,085 97,333,500 3.5 31.2 A
8 SPORETIK SYRUP
1151 83,050 95,590,550 3.5 34.6 A
9
BIBAG SODIUM
BICARBONATE 1139 80,850 92,088,150 3.3 38.0 A
10
SARUNG
TANGAN STERIL 5965 14,500 86,492,500 3.1 41.1 A
11
PROHELIC CAP 15969 5,134 81,984,846 3 44.1 A
12 SPUIT 10 CC 16825 4,650 78,236,250 2.8 46.9 A
13 MAXMOR SYRUP
760 99,000 75,240,000 2.7 49.6 A
14 SPUIT 3 CC 25530 2,900 74,037,000 2.7 52.3 A
15
ISPRINOL
TABLET 7120 10,313 73,428,560 2.7 55.0 A
16 SIMFIX 200MG 2984 22,000 65,648,000 2.4 57.3 A
17
PANTOMEX
INJEKSI 438 143,000 62,634,000 2.3 59.6 A
18
MYOTONIC
TABLET 21217 2,915 61,847,555 2.2 61.9 A
19
CEFADROXYL
500 MG TAB 50717 1,210 61,367,570 2.2 64.1 A
20 INFUSET MAKRO
4901 12,100 59,302,100 2.1 66.2 A
21
NACL INFUS
100ML OTSU 4890 12,100 59,169,000 2.1 68.4 A
22 PROGESTON
14800 3,740 55,352,000 2.0 70.4 A
23
NACL 100ML /
INFUSAN NS 3315 16,555 54,879,825 2 72.4 A
24 VOSTRIN SYRUP 1313 41,250 54,161,250 2 74.3 A
25
NUTRICIA
BEBELOVE 1 BB 1511 35,587 53,771,957 2 76.3 A
26
EPHEDRINE
INJEKSI 941 55,000 51,755,000 1.9 78.1 A
27
NACL 500ML /
NS /TM WIDA 4868 10,516 51,191,888 1.9 80.0 B
28 FLOKSID
4209 12,100 50,928,900 1.8 81.8 B
29
CEFILA 100MG
TAB 2802 18,150 50,856,300 1.8 83.7 B
30
ABBOCATH 24 (
INTROCAN G 24 1826 25,410 46,398,660 1.7 85.4 B
31 SPUIT 1 CC
11430 4,000 45,720,000 1.7 87.0 B
32 RECAIN INJEKSI
806 55,000 44,330,000 1.6 88.6 B
33 SANMOL INFUS
684 60,720 41,532,480 1.5 90.1 B
34 PROFAT SYRUP
680 60,500 41,140,000 1.5 91.6 B
35
IMUNVIT PLUS
TAB 5689 7,150 40,676,350 1.5 93.1 B
36
PROVERA
TABLET 100MG 2336 16,591 38,756,576 1.4 94.5 B
37
SPORETIK
100MG 2016 19,168 38,642,688 1.4 95.9 B
38
CEFIXIME
100MG TAB 13207 2,874 37,956,918 1.4 97.3 C
39 PROBIOKID
2962 12,705 37,632,210 1.4 98.6 C
40
SPIRAMYCIN
500MG 18076 2,068 37,381,168 1.4 100.0 C
284736 2,760,158,862 100.0
Analisa ABC
64
SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK
GUDANG
Obat fast moving Kategori A
Cefadroxil
1 Hari : 200 tab (2 box)
Rata-rata 2 bulan : 6000 tab (60 box)
Lead Time : 2 Hari
Sisa Stok Gudang : 2000 (20 Box)
Sisa Stok Apotik : 400 (4 Box)
Rumus :
Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok
Gdg+Apotik
4
= (6000 + 30% + 2 hr ) - ( 2000+400) = (1500 + 1800 + 200) – 2400
4
=1100 tab (11 box) tiap minggu
Obat Midle Moving kategori B
Sporetik 100 mg tab
1 Hari : 15 tab
Rata-rata 2 bulan : 400 tab (4 box)
Lead Time : 2 Hari
Sisa Stok Gudang : 100 (1 box)
Sisa Stok Apotik : 10 tab
RUMUS :
Rerata penjualan 2 Bln+20%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok
Gdg+Apotik
4
= (400 + 20% + 2 hr ) - (100+10 ) = (100 + 80 +30 ) – (100+10)
4
= 100 tab tiap minggu
65
SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK
APOTIK RAWAT INAP
Obat fast moving Kategori A
Cefadroxil
1 Hari : 50 tab
Rata-rata 2 bulan : 1500 tab (15 box)
Lead Time : 2 Hari
Sisa Stok Apotik Rawat Inap : 100 tab(1 box)
Rumus :
Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Rawat inap
30
= (1500 + 30% + 2 hr ) – (100) = (50 + 450 + 100) – 100 = 500 tab (5
box)
30
SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK
APOTIK RAWAT JALAN
Obat fast moving Kategori A
Cefadroxil
1 Hari : 100 tab
Rata-rata 2 bulan : 3000 tab (30 box)
Lead Time : 2 Hari
Sisa Stok apotik Rawat jalan : 200 tab(2 box)
Rumus :
Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Rawat jalan
15
= (3000 + 30% + 2 hr ) – (200)
15
= (200 + 900 + 200) – 200
= 1100 tabs (11 box)
66
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan
masalah terkait Obat. Pada kesempatan ini kami melakukan
pemotretan di rumah sakit “X” di daerah bekasi dima adari hasil
tersebut telah ada upaya atau perencanaan terkait perbaikan system
di unit farmasi.
Besaran nilai guna mengukur beberapa item dimulai dari bulan
januari sampai dengan juni dikarenakan sedang adanya proses
perapihan sehingga data full baru kami dapatkan untuk periode
tersebut.
Pengendalian Persediaan untuk stok barang bertujuan untuk
 Meminimkan investasi.
 Menetapkan tingkat pelayanan yang tetap.
 Meminimkan biaya penyimpanan
 Menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran barang
 Mempertahankan sistem pengendalian yang “up to date”
Dari hasil pengamatan dan perhitungan kami, adanya
peningkatan kinerja dari unit farmasi dima ada penurunan dari
Month Stok dan peningkatan dari turn over obat di rumah sakit “X”.
Saran untuk mencapai pelayanan farmasi secara optimal adalah
selain menetapkan struktur organisasi yang baku, pelatihan logistik
farmasi bagi petugas, penetapan standar minimal pelayanan Farmasi,
melakukan proses pengadaan dan pengendalian obat dan alkes
menggunakan metoda ABC , revisi Formularium Rumah Sakit , dan
67
kepada pihak manajemen untuk meng evaluasi pelayanan obat bagi
karyawan agar tercapainya efisiensi dan efektifitas.
Pada pemotretan di bagian pengadaan barang diketahui bahwa
Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metoda konsumsi.
Analisa ABC belum pernah dibuat. Sehingga pada tahap perbaikan
direncanakan untuk membuat perencanaan obat dengan
menggunakan analisa ABC yang efektif dapat membantu Rumah
Sakit dalam membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan
aspek pemakaian, nilai investasi dan kekritisan obat. Pengindeksan
obat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana
dalam perencanaan pembelian obat.
68
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman perencanaan
dan Pengelolaan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jakarta. 1990.
Departemen Kesehatan RI. SK Menkes No.1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta, 1999.
https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com/2013/11/standar-
pelayanan-farmasi-di-rs.pdf
Quick dkk, J.D., Hume, M.L., Rankin, J.R.,O’Connor, R.W., 1997,
Managing Drug Supply, Management Sciences for Health, 7th printing,
Boston, Massachussets
Siregar, Charles. Farmasi Rumah Sakit. EGC.Jakarta.2003
Subagya. Manajemen Logistik. Penerbit CV. Hanmas Agung. Jakarta.
1994.

More Related Content

What's hot

Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Ulfah Hanum
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
 
PPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxPPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxromawaode
 
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptxAnonymouswJTlxhI
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBNesha Mutiara
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Ulfah Hanum
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Kanaidi ken
 
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...Adelina Hutauruk
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasLinaNadhilah2
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
 
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptx
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptxPPT SHARING PKPA RS FIX.pptx
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptxJellaIranda
 
Spo penyimp narkotika
Spo penyimp narkotikaSpo penyimp narkotika
Spo penyimp narkotikaWawan Wan
 

What's hot (20)

Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1   1. perencanaan obat di puskesmasMi 1   1. perencanaan obat di puskesmas
Mi 1 1. perencanaan obat di puskesmas
 
Panitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi TerapiPanitia Farmasi Terapi
Panitia Farmasi Terapi
 
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
Materi pelatihan manajemen kefarmasian di puskesmas (jica)
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 
PPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptxPPT Materi PKPA.pptx
PPT Materi PKPA.pptx
 
Power point ikm 11
Power point   ikm 11Power point   ikm 11
Power point ikm 11
 
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx
523846755-5-Pemilihan-Indikator-Mutu-RS.pptx
 
Buku pedoman rekam medis
Buku pedoman rekam medisBuku pedoman rekam medis
Buku pedoman rekam medis
 
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOBPembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
Pembahasan UKAI Farmasi Industri Berdasarkan Aspek CPOB
 
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
Permenkes No. 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di puskesmas
 
Manajemen persediaan farmasi rs
Manajemen persediaan farmasi rsManajemen persediaan farmasi rs
Manajemen persediaan farmasi rs
 
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA PADA TINDAKAN ANESTESI DI RS
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA PADA TINDAKAN ANESTESI DI RSKENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA PADA TINDAKAN ANESTESI DI RS
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA PADA TINDAKAN ANESTESI DI RS
 
Contoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rmContoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rm
 
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) _BimTek "Standar AKREDITASI RUMAH S...
 
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik  pratama, te...
Permenkes no. 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik pratama, te...
 
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmasMi 1   8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
Mi 1 8. pemantauan dan evaluasi pengelolaan obat di puskesmas
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
 
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptx
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptxPPT SHARING PKPA RS FIX.pptx
PPT SHARING PKPA RS FIX.pptx
 
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakitManajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
Manajemen Pengadaan Obat di rumah sakit
 
Spo penyimp narkotika
Spo penyimp narkotikaSpo penyimp narkotika
Spo penyimp narkotika
 

Viewers also liked

Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitKANDA IZUL
 
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...Taylor & Francis (Africa)
 
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODL
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODLPublication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODL
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODLTerry Anderson
 
Academic writing - publishing in international journals and conferences
Academic writing - publishing in international journals and conferencesAcademic writing - publishing in international journals and conferences
Academic writing - publishing in international journals and conferencesNatalia Konstantinova
 
Academic journals in elt
Academic journals in eltAcademic journals in elt
Academic journals in eltalidincerbey
 
Predatory publishing: what it is and how to avoid it
Predatory publishing: what it is and how to avoid itPredatory publishing: what it is and how to avoid it
Predatory publishing: what it is and how to avoid itUQSCADS
 

Viewers also liked (6)

Manajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakitManajemen obat di rumah sakit
Manajemen obat di rumah sakit
 
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...
Predatory journals and the impact on the scholarly publishing community final...
 
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODL
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODLPublication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODL
Publication in International Journals: Tips, traps and a look at IRRODL
 
Academic writing - publishing in international journals and conferences
Academic writing - publishing in international journals and conferencesAcademic writing - publishing in international journals and conferences
Academic writing - publishing in international journals and conferences
 
Academic journals in elt
Academic journals in eltAcademic journals in elt
Academic journals in elt
 
Predatory publishing: what it is and how to avoid it
Predatory publishing: what it is and how to avoid itPredatory publishing: what it is and how to avoid it
Predatory publishing: what it is and how to avoid it
 

Similar to Tugas logistik kel 4 baru

Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiLiaManggraSari
 
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasiSisca Yoliza
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 2020
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto 2020Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto 2020
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 2020dinasintia
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerAkira Sama
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasLinaNadhilah2
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasHelenWidaya
 
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di PuskesmasPetunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di PuskesmasAndrieFitriansyah1
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521BidangTFBBPKCiloto
 
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptxShintapermata9
 
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptx
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptxPROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptx
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptxResertifikasiKabTega
 

Similar to Tugas logistik kel 4 baru (20)

Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwiPedoman pelayanan kefarmasian di bwi
Pedoman pelayanan kefarmasian di bwi
 
Farmasi
FarmasiFarmasi
Farmasi
 
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
3 draft keputusan direktur mengenai kebijakan pelayanan farmasi
 
Ifrs
IfrsIfrs
Ifrs
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 2020
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto 2020Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto 2020
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 2020
 
update Logistik Klp 7.pptx
update Logistik Klp 7.pptxupdate Logistik Klp 7.pptx
update Logistik Klp 7.pptx
 
asuhan kefarmasian.pptx
asuhan kefarmasian.pptxasuhan kefarmasian.pptx
asuhan kefarmasian.pptx
 
Makalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apotekerMakalah tugas dan fungsi apoteker
Makalah tugas dan fungsi apoteker
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmasPetunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
Petunjuk teknis standar pelayanan kefarmasian di puskesmas
 
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di PuskesmasPetunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkmPelayanan kefarmasian di pkm
Pelayanan kefarmasian di pkm
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521Pelayanan kefarmasian di pkm   ciloto  050521
Pelayanan kefarmasian di pkm ciloto 050521
 
Kelompok 7 .pptx
Kelompok 7 .pptxKelompok 7 .pptx
Kelompok 7 .pptx
 
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
247939801-pelayanan-Kefarmasian-Di-Puskesmas.pptx
 
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptx
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptxPROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptx
PROFESIONALISME DALAM PRAKTIK KEFARMASIAN.pptx
 

More from INDONESIAN NAVY MEDICAL CORPS (10)

Gambaran kepribadian kita
Gambaran kepribadian kitaGambaran kepribadian kita
Gambaran kepribadian kita
 
Perdarahan rsmc 12 oktober16
Perdarahan rsmc 12 oktober16Perdarahan rsmc 12 oktober16
Perdarahan rsmc 12 oktober16
 
HPV MARINIR
HPV MARINIRHPV MARINIR
HPV MARINIR
 
Uas manejemen problem solving
Uas manejemen problem solvingUas manejemen problem solving
Uas manejemen problem solving
 
Presentation pok 4 hbl
Presentation pok 4 hblPresentation pok 4 hbl
Presentation pok 4 hbl
 
Model organisasi 4.pptx.kel.4
Model organisasi 4.pptx.kel.4Model organisasi 4.pptx.kel.4
Model organisasi 4.pptx.kel.4
 
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSEKESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
KESEHATAN REPRODUKSI MENOPAUSE
 
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
Hut Yalasenastri Kormar 22 sept 2016
 
Harkesal 4 oktober 2016
Harkesal 4 oktober 2016Harkesal 4 oktober 2016
Harkesal 4 oktober 2016
 
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
150520029.arie widiyasa.urindo 24 b.
 

Tugas logistik kel 4 baru

  • 1. MANAJEMEN LOGISTIK FARMASI RENCANA PENYEMPURNAAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT Pembimbing : Dr.Dra. AGUSDINI BANUN SAPTANINGSIH, Apt.MARS KELOMPOK IV: dr. Arie Widiyasa (150520029) dr. Dedi Wahyudi (150520031) dr. Dwi Winda O. (150520034) dr. Uganda Sonpriyadi (150520049) PASCA SARJANA PROGRAM ADMINISTRASI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA 2016
  • 2. 1 PELAYANAN INSTALASI FARMASI RENCANA PENYEMPURNAAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT KATA PENGATAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas ridho Nya sehingga makalah mengenai “RENCANA PENYEMPURNAAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT” dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah Manajemen logistic khususnya mengenai logistik farmasi rumah sakit agar dapat kami aplikasikan di kemudian hari. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Dr.Dra.AGUSDINI BANUN SAPTANINGSIH,Apt.MARS Sebagai pembimbing mata kuliah manajemen logistik farmasi. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memenuhi nilai kami pada mata kuliah manajemen logistik pada semester ini. Jakarta, Oktober 2016 Penyusun Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit
  • 3. 2 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristiktersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetapmampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau olehmasyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (UU No.44tahun 2009). Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan lokasi, bangunan,prasarana, sumber daya manusia, kefarmasian, dan peralatan. Persyaratankefarmasian harus menjamin ketersediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bermutu, bermanfaat, aman, dan terjangkau. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian juga dinyatakan bahwa dalam menjalankan praktek kefarmasianpada Fasilitas Pelayanan Kefarmasian, Apoteker harus menerapkan Standar Pelayanan Kefarmasian yang diamanahkan untuk diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.
  • 4. 3 Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor :1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik, yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit preventif, penyembuhan penyakit kuratif, dan pemulihan kesehatan rehabilitatif, yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Tuntutan pasien dan masyarakat akan peningkatan mutu Pelayanan Kefarmasian,mengharuskan adanya perluasan dari paradigma lama yang berorientasi kepadaproduk (drug oriented) menjadi paradigma baru yang berorientasi pada pasien (patient oriented) dengan filosofi Pelayanan Kefarmasian (pharmaceutical care).
  • 5. 4 Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigm lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. I.2. PENGERTIAN a) Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin implant yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, serta pemulihan kesehatan, pada manusia dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. b) Evaluasi adalah proses penilaian kinerja pelayanan farmasi di rumah sakit yang meliputi penilaian terhadap sumber daya manusia (SDM), pengelolaan perbekalan farmasi, pelayanan kefarmasian kepada pasien/pelayanan farmasi klinik. c) Mutu pelayanan farmasi rumah sakit adalah pelayanan farmasi yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi. d) Obat yang menurut undang-undang yang berlaku, dikelompokkan ke dalam obat keras, obat keras tertentu dan obat narkotika harus diserahkan kepada pasien oleh Apoteker. e) Pengelolaan perbekalan farmasi adalah suatu proses yang merupakan siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan,
  • 6. 5 perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan. f) Pengendalian mutu adalah suatu mekanisme kegiatan pemantauan dan penilaian terhadap pelayanan yang diberikan, secara terencana dan sistematis, sehingga dapat diidentifikasi peluang untuk peningkatan mutu serta menyediakan mekanisme tindakan yang diambil sehingga terbentuk proses peningkatan mutu pelayanan farmasi yang berkesinambungan. g) Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang terdiri dari obat, bahan obat, alat kesehatan, reagensia, radio farmasi dan gas medis. h) Perbekalan kesehatan adalah semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan, yang terdiri dari sediaan farmasi, alat kesehatan, gas medik, reagen dan bahan kimia, radiologi, dan nutrisi. i) Perlengkapan farmasi rumah sakit adalah semua peralatan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelayanan kefarmasian di farmasi rumah sakit. j) Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada Apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. k) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.
  • 7. 6 I.3. TUJUAN Tujuan pelayanan farmasi ialah : a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia. b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. c. Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat. d. Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. e. Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan. f. Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan. g. Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda.
  • 8. 7 BAB II TINJUAN PUSTAKA II. STANDART PELAYANAN FARMASI Sesuai dengan SK Menkes Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang utuh dan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Farmasi rumah sakit bertanggung jawab terhadap semua barang farmasi yang beredar di rumah sakit tersebut. Menurut PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian, apoteker dapat dibantu oleh apoteker pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. II.1.TUGAS POKOK a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi c. Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)
  • 9. 8 d. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi e. Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku f. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi g. Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi h. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit II.2.FUNGSI A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan dirumah sakit.
  • 10. 9 B. Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat Dan Alat Kesehatan a. Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien b. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan c. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan d. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan e. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga g. Melakukan pencampuran obat suntik h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral i. Melakukan penanganan obat kanker j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan l. Melaporkan setiap kegiatan Pelayanan diselenggarakan dan diatur demi berlangsungnya pelayanan farmasi yang efisien dan bermutu, berdasarkan fasilitas yang ada dan standar pelayanan keprofesian yang universal. 1. Adanya bagan organisasi yang menggambarkan uraian tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan koordinasi di dalam maupun di luar pelayanan farmasi yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. 2. Bagan organisasi dan pembagian tugas dapat direvisi kembali setiap tiga tahun dan diubah bila terdapat hal :
  • 11. 10 a. Perubahan pola kepegawaian b. Perubahan standar pelayanan farmasi c. Perubahan peran rumah sakit d. Penambahan atau pengurangan pelayanan 3. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat dalam perencanaan manajemen dan penentuan anggaran serta penggunaan sumber daya. 4. Instalasi Farmasi harus menyelenggarakan rapat pertemuan untuk membicarakan masalah-masalah dalam peningkatan pelayanan farmasi. Hasil pertemuan tersebut disebar luaskan dan dicatat untuk disimpan. 5. Adanya Komite/Panitia Farmasi dan Terapi di rumah sakit dan apoteker IFRS (Insatalasi Farmasi Rumah Sakit) menjadi sekretaris komite/panitia. 6. Adanya komunikasi yang tetap dengan dokter dan paramedis, serta selalu berpartisipasi dalam rapat yang membahas masalah perawatan atau rapat antar bagian atau konferensi dengan pihak lain yang mempunyai relevansi dengan farmasi. 7. Hasil penilaian/pencatatan konduite terhadap staf didokumentasikan secara rahasia dan hanya digunakan oleh atasan yang mempunyai wewenang untuk itu. 8. Dokumentasi yang rapi dan rinci dari pelayanan farmasi dan dilakukan evaluasi terhadap pelayanan farmasi setiap tiga tahun. 9. Kepala Instalasi Farmasi harus terlibat langsung dalam perumusan segala keputusan yang berhubungan dengan pelayanan farmasi dan penggunaan obat.
  • 12. 11 II.3 STAF DAN PIMPINAN Pelayanan farmasi diatur dan dikelola demi terciptanya tujuan pelayanan 1. IFRS (Instalasi Farmasi Rumah Sakit) dipimpin oleh Apoteker. 2. Pelayanan farmasi diselenggarakan dan dikelola oleh Apoteker yang mempunyai pengalaman minimal dua tahun di bagian farmasi rumah sakit. 3. Apoteker telah terdaftar di Depkes dan mempunyai surat ijin kerja. 4. Pada pelaksanaannya Apoteker dibantu oleh Tenaga Ahli Madya Farmasi (D-3) dan Tenaga Menengah Farmasi (AA). 5. Kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-peraturan farmasi baik terhadap pengawasan distribusi maupun administrasi barang farmasi. 6. Setiap saat harus ada apoteker di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan. 7. Adanya uraian tugas job description bagi staf dan pimpinan farmasi. 8. Adanya staf farmasi yang jumlah dan kualifikasinya disesuaikan dengan kebutuhan. 9. Apabila ada pelatihan kefarmasian bagi mahasiswa fakultas farmasi atau tenaga farmasi lainnya, maka harus ditunjuk apoteker yang memiliki kualifikasi pendidik/pengajar untuk mengawasi jalannya pelatihan tersebut.
  • 13. 12 10. Penilaian terhadap staf harus dilakukan berdasarkan tugas yang terkait dengan pekerjaan fungsional yang diberikan dan juga pada penampilan kerja yang dihasilkan dalam meningkatkan mutu pelayanan. II.4.FASILITAS DAN PERALATAN Harus tersedia ruangan, peralatan dan fasilitas lain yang dapat mendukung administrasi, profesionalisme dan fungsi teknik pelayanan farmasi, sehingga menjamin terselenggaranya pelayanan farmasi yang fungsional, profesional dan etis. 1. Tersedianya fasilitas penyimpanan barang farmasi yang menjamin semua barang farmasi tetap dalam kondisi yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan spesifikasi masing-masing barang farmasi dan sesuai dengan peraturan. 2. Tersedianya fasilitas produksi obat yang memenuhi standar. 3. Tersedianya fasilitas untuk pendistribusian obat. 4. Tersedianya fasilitas pemberian informasi dan edukasi. 5. Tersedianya fasilitas untuk penyimpanan arsip resep. 6. Ruangan perawatan harus memiliki tempat penyimpanan obat yang baik sesuai dengan peraturan dan tata cara penyimpanan yang baik. 7. Obat yang bersifat adiksi disimpan sedemikian rupa demi menjamin keamanan setiap staf. II.5. KEBIJAKAN DAN PROSEDUR Semua kebijakan dan prosedur yang ada harus tertulis dan dicantumkan tanggal dikeluarkannya peraturan tersebut. Peraturan dan prosedur yang ada harus mencerminkan standar pelayanan
  • 14. 13 farmasi mutakhir yang sesuai dengan peraturan dan tujuan dari pada pelayanan farmasi itu sendiri. 1. Kriteria kebijakan dan prosedur dibuat oleh kepala instalasi, panita/komite farmasi dan terapi serta para apoteker. 2. Obat hanya dapat diberikan setelah mendapat pesanan dari dokter dan apoteker menganalisa secara kefarmasian. Obat adalah bahan berkhasiat dengan nama generik. 3. Kebijakan dan prosedur yang tertulis harus mencantumkan beberapa hal berikut : a. Macam obat yang dapat diberikan oleh perawat atas perintah dokter b. Label obat yang memadai c. Daftar obat yang tersedia d. Gabungan obat parenteral dan labelnya e. Pencatatan dalam rekam farmasi pasien beserta dosis obat yang diberikan f. Pengadaan dan penggunaan obat di rumah sakit g. Pelayanan perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap, rawat jalan, karyawan dan pasien tidak mampu. h. Pengelolaan perbekalan farmasi yang meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, pembuatan/ produksi, penyimpanan, pendistribusian dan penyerahan. i. Pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta pencatatan penggunaan obat yang salah dan atau dikeluhkan pasien j. Pengawasan mutu pelayanan dan pengendalian perbekalan farmasi.
  • 15. 14 k. Pemberian konseling/informasi oleh apoteker kepada pasien maupun keluarga pasien dalam hal penggunaan dan penyimpanan obat serta berbagai aspek pengetahuan tentang obat demi meningkatkan derajat kepatuhan dalam penggunaan obat. l. Pemantauan terapi obat (PTO) dan pengkajian penggunaan obat m. Apabila ada sumber daya farmasi lain disamping instalasi maka secara organisasi dibawah koordinasi instalasi farmasi. n. Prosedur penarikan/penghapusan obat o. Pengaturan persediaan dan pesanan p. Cara pembuatan obat yang baik q. Penyebaran informasi mengenai obat yang bermanfaat kepada staf. r. Masalah penyimpanan obat yang sesuai dengan pengaturan/undang-undang s. Pengamanan pelayanan farmasi dan penyimpanan obat harus terjamin. t. Peracikan, penyimpanan dan pembuangan obat-obat sitotoksik u. Prosedur yang harus ditaati bila terjadi kontaminasi terhadap staf. 4. Harus ada sistem yang mendokumentasikan penggunaan obat yang salah dan atau mengatasi masalah obat. 5. Kebijakan dan prosedur harus konsisten terhadap system pelayanan rumah sakit lainnya.
  • 16. 15 II.6 PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN Setiap staf di rumah sakit harus mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. 1. Apoteker harus memberikan masukan kepada pimpinan dalam menyusun program pengembangan staf. 2. Staf yang baru mengikuti program orientasi sehingga mengetahui tugas dan tanggung jawab. 3. Adanya mekanisme untuk mengetahui kebutuhan pendidikan bagi staf. 4. Setiap staf diberikan kesempatan yang sama untuk mengikutipelatihan dan program pendidikan berkelanjutan. 5. Staf harus secara aktif dibantu untuk mengikuti program yang diadakan oleh organisasi profesi, perkumpulan dan institusi terkait. 6. Penyelenggaraan pendidikan dan penyuluhan meliputi : a. penggunaan obat dan penerapannya b. pendidikan berkelanjutan bagi staf farmasi c. praktikum farmasi bagi siswa farmasi dan pasca sarjana farmasi II.7. EVALUASI DAN PENGENDALIAN MUTU Pelayanan farmasi harus mencerminkan kualitas pelayanan kefarmasian yang bermutu tinggi, melalui cara pelayanan farmasi rumah sakit yang baik. 1. Pelayanan farmasi dilibatkan dalam program pengendalian mutu pelayanan rumah sakit.
  • 17. 16 2. Mutu pelayanan farmasi harus dievaluasi secara periodic terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan. 3. Apoteker dilibatkan dalam merencanakan program pengendalian mutu. 4. Kegiatan pengendalian mutu mencakup hal-hal berikut : a. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang berhubungan dengan pelayanan farmasi. b. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki. c. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi. d. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan dalam program jangka panjang. e. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan kepada staf. APOTEK Berdasarkan PP 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian, apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek untuk meningkatkan kualitas pelayanan adalah (Menkes RI, 2004): 1. Papan nama apotek yang dapat terlihat dengan jelas, memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola Apotek, nomor izin apotek dan alamat apotek.
  • 18. 17 2. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien yaitu bersih, ventilasi yang memadai, cahaya yang cukup, tersedia tempat duduk dan ada tempat sampah. 3. Tersedianya tempat untuk mendisplai obat bebas dan obat bebas terbatas serta informasi bagi pasien berupa brosur, leaflet, poster atau majalah kesehatan. 4. Ruang untuk memberikan konseling bagi pasien. 5. Ruang peracikan. 6. Ruang/tempat penyimpanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya. 7. Ruang/tempat penyerahan obat. 8. Tempat pencucian alat. 9. Peralatan penunjang kebersihan apotek. II.8. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) Personalia Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah sumber daya manusia yang melakukan pekerjaan kefarmasian di rumah sakit yang termasuk dalam bagan organisasi rumah sakit dengan persyaratan : • Terdaftar di Departeman Kesehatan • Terdaftar di Asosiasi Profesi • Mempunyai izin kerja. • Mempunyai SK penempatan Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian dilaksanakan oleh tenaga farmasi profesional yang berwewenang berdasarkan undang- undang, memenuhi persyaratan baik dari segi aspek hukum, strata pendidikan, kualitas maupun kuantitas denganjaminan kepastian adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap keprofesian terus menerus dalam rangka menjaga mutu profesi dan
  • 19. 18 kepuasan pelanggan. Kualitas dan rasio kuantitas harus disesuaikan dengan beban kerja dan keluasan cakupan pelayanan serta perkembangan dan visi rumah sakit. II.8.1 Apoteker Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker (PP 51, 2009). Apoteker harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pemimpim dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola sumber daya (manusia, fisik dan anggaran) secara efektif, selalu belajar sepanjang karir dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan (Menkes RI, 2004). Kompetensi Apoteker : Sebagai Pimpinan :  Mempunyai kemampuan untuk memimpin  Mempunyai kemampuan dan kemauan mengelola dan mengembangkan pelayananfarmasi  Mempunyai kemampuan untuk mengembangkan diri  Mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan pihak lain  Mempunyai kemampuan untuk melihat masalah, menganalisa dan memecahkan masalah Sebagai Tenaga Fungsional  Mampu memberikan pelayanan kefarmasian
  • 20. 19  Mampu melakukan akuntabilitas praktek kefarmasian  Mampu mengelola manajemen praktis farmasi  Mampu berkomunikasi tentang kefarmasian  Mampu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengembangan  Dapat mengoperasionalkan komputer  Mampu melaksanakan penelitian dan pengembangan bidang farmasi klinik. Setiap posisi yang tercantum dalam bagan organisasi harus dijabarkan secara jelas fungsi ruang lingkup, wewenang, tanggung jawab, hubungan koordinasi, fungsional, dan uraian tugas serta persyaratan/kualifikasi sumber daya manusia untuk dapat menduduki posisi II.8.2. Asisten Apoteker Asisten apoteker memiliki tugas dan fungsi dalam pengelolaan apotek, yaitu: 1. Fungsi pembelian meliputi: mendata kebutuhan barang, membuat kebutuhan pareto barang, mendata pemasok, merencanakan dan melakukan pembelian sesuai dengan yang dibutuhkan, kecuali ketentuan lain dari APA dan memeriksa harga. 2. Fungsi gudang meliputi: menerima dan mengeluarkan berdasarkan fisik barang, menata, merawat dan menjaga keamanan barang. 3. Fungsi pelayanan meliputi: melakukan penjualan dengan harga yang telah ditetapkan, menjaga kenyamanan ruang tunggu, melayani konsumen dengan ramah dan membina hubungan baik dengan pelanggan.
  • 21. 20 II.9. MANAJEMEN APOTEK Manajemen dapat diartikan sebagai salah satu usaha atau kegiatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prinsip-prinsip dasar manajemen dapat dipelajari tetapi hasil yang diperoleh dalam penerapannya masih banyak tergantung pada bakat-bakat perorangan. Manajemen yang baik akan memberikan hasil yang memuaskan sesuai harapan (Anief, 1995). Menurut Umar (2005), dalam mengelola sebuah apotek berlaku cara mengelola fungsi-fungsi manajemen meliputi: 1. Fungsi perencanaan (planning) yaitu menyusun program kerja untuk mencapai suatu tujuan (sasaran). 2. Fungsi pengorganisasian (organization) yaitu membagi-bagi pekerjaan yang ada di apotek dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pada setiap fungsi. 3. Fungsi Kepemimpinan (actuating) yaitu melaksanakan program kerja sesuai dengan tugas, wewenang dan tanggung jawab pekerjaannya serta sasaran yang akan dicapainya. 4. Fungsi pengawasan (controlling) yaitu melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan sistem operasional dan sasaran yang dicapai melalui indikator tingkat keberhasilan pada setiap fungsi Apotek dalam mendistribusikan perbekalan farmasi dan perbekalan kesehatan dari pemasok kepada konsumen memiliki 5 fungsi kegiatan (Umar, 2005) yaitu: a. Pembelian (phurcashing) b. Gudang (ware house) c. Pelayanan dan penjualan (servicing and selling) d. Keuangan (finanching) e. Pembukuan (accounting)
  • 22. 21 Seorang APA selain menguasai ilmu kefarmasian, juga harus dibekali dengan ilmu lainnya seperti ilmu pemasaran (marketing) dan ilmu akuntansi (accounting). Sehingga seorang APA dalam menjalankan profesi apotekernya di apotek tidak hanya sebagai penanggung jawab teknik kefarmasian saja, melainkan juga dapat mengelola apotek sesuai dengan prinsip-prinsip bisnis yang dapat memberikan keuntungan kepada pihak-pihak yang memiliki kepentingan tanpa harus menghilangkan fungsi sosialnya di masyarakat (Umar, 2005). II.9.1.Administrasi Dan Pelaporan Administrasi merupakan proses pencatatan seluruh kegiatan teknis yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Administrasi Perbekalan Farmasi merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pencatatan manajemen perbekalan farmasi serta penyusunan laporan yang berkaitan dengan perbekalan farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Administrasi Keuangan Pelayanan Farmasi merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan pelayanan farmasi secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. Administrasi Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan
  • 23. 22 penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi perbekalan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan. Menurut Anief (1995), administrasi yang biasa dilakukan apotek meliputi: a. Administrasi pembukuan yaitu pencatatan uang masuk dan uang yang keluar. b. Administrasi penjualan yaitu pencatatan pelayanan resep, penjualan bebas dan penjualan secara tunai dan kredit. c. Administrasi pergudangan yaitu pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang. d. Administrasi pembelian yaitu pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit. e. Administrasi piutang yaitu pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang dan penghasilan sisa piutang. f. Administrasi kepegawaian yaitu pencatatan absensi karyawan dan gaji. Tujuan  Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi  Tersedianya informasi yang akura  Tersedianya arsip yang memudahkan penelusuran surat dan laporan  Mendapat data/laporan yang lengkap untuk membuat perencanaan
  • 24. 23  Agar anggaran yang tersedia untuk pelayanan dan perbekalan farmasi dapat dikelola secara efisien dan efektif. II.9.2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Dan Bahan Medis Habis Pakai Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Alat Kesehatan yang dikelola oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu berupa alat medis habis pakai/peralatan non elektromedik, antara lain alat kontrasepsi (IUD), alat pacu jantung, implan, dan stent. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi
  • 25. 24 Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit.  PEMILIHAN Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi b. Standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah ditetapkan c. Pola penyakit d. Efektifitas dan keamanan e. Pengobatan berbasis bukti f. Mutu g. Harga h. Ketersediaan di pasaran
  • 26. 25 Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit: a. Mengutamakan penggunaan obat generik; b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita; c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas; d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan; e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan; f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien; g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak lansung; dan h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.  PERENCANAAN KEBUTUHAN Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat
  • 27. 26 jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: 1. Anggaran yang tersedia; 2. Penetapan prioritas; 3. Sisa persediaan; 4. Data pemakaian periode yang lalu; 5. Waktu tunggu pemesanan; dan 6. Rencana pengembangan. 7. DOEN, Formularium Rumah Sakit, Standar Terapi Rumah Sakit, Ketentuan setempat yang berlaku. 8. Data catatan medic 9. Siklus penyakit Besarnya permintaan diukur dengan besarnya omset penjualan yang terjadi selama waktu tertentu dengan catatan tidak ada permintaan yang ditolak. Untuk tercapainya keseimbangan antara persediaan dengan permintaan dapat ditentukan oleh : a. Persediaan obat didasarkan atas kecepatan gerak atau perputaran barang (slow moving, fast moving) yang merupakan ketentuan paling sederhana dalam keseimbangan. Obat yang laku keras disediakan dalam jumlah banyak, sedangkan yang kurang laku disediakan dalam jumlah sedikit. b. Persediaan obat ditentukan berdasarkan lokasi Pedagang Besar Farmasi (PBF) Jika lokasi apotek jauh dari PBF sebaiknya
  • 28. 27 persediaan obat lebih banyak dengan mempertimbangkan jarak dan lama pemesanan obat dapat dipenuhi. c. Penambahan persediaan obat didasarkan atau kebutuhan perbulan atau hasil penjualan. Pengendalian persediaan sangat penting baik untuk apotek besar maupun kecil. Persediaan obat merupakan harta paling besar dari sebuah apotek. Karena begitu besar jumlah yang diinvestasikan dalam persediaan, pengendalian persediaan obat yang tepat memiliki pengaruh kuat dan langsung terhadap perolehan kembali atas investasi apotek. Pengelolaan dan pengendalian persediaan di apotek berfungsi untuk : a. Memastikan pasien memperoleh obat yang dibutuhkan. b. Menyiapkan bahan baku/obat yang berhubungan dengan penyakit musiman dan mewabah. c. Mencegah resiko kualitas barang yang dipesan tidak baik, sehingga harus dikembalikan. d. Mendapatkan keuntungan dari pembelian dengan memilih distributor obat yang memberi harga bersaing, pengiriman cepat dan kualitas obat yang baik. Pengendalian dan pengawasan barang dapat dilakukan dengan cara : a. Membadingkan jumlah pembelian dengan penjualan tiap bulan b. Menggunakan kartu gudang untuk mencatat mutasi tiap obat. Tiap obat mempunyai kartu tersendiri untuk mencatat setiap penambahan atau pengurangan stok obat dan diletakkan di gudang.
  • 29. 28 Parameter-parameter dalam pengendalian persediaan : 1. Konsumsi rata-rata Konsumsi rata-rata sering juga disebut permintaan (demand). Permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan. Walaupun banyaknya permintaan dapat diprediksi, barang yang stok mati dapat terjadi apabila salah memperkirakan lead time barang. 2. Lead Time Lead time merupakan waktu tenggangan yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai dengan penerimaan barang di gudang dari supplier yang telah ditentukan. Lead time ini berbeda-beda untuk setiap supplier. 3. Buffer Stock(safety Stock/stock pengaman) Merupakan persediaan yang dicadangkan untuk kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan karena perubahan pada permintaan, misalnya karena adanya permintaan barang yang meningkat secara tiba-tiba (karena adanya wabah penyakit). Buffer Stock dapat dihitung dengan rumus: SS = LT x CA SS = Safety stock LT = Lead Time CA = Konsumsi rata-rata
  • 30. 29 4. Persediaan maksimum Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika telah mencapai nilai persediaan maksimum ini maka tidak perlu lagi melakukan pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat menyebabkan kerugian 5. Persediaan minimum Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini, maka langsung dilakukan pemesanan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat terjadi stok kosong. 6. Jumlah pesanan Untuk menghitung banyaknya persediaan yang harus ada dalam apotik pada waktu tertentu atau besarnya persediaan yang harus dibangun. Di apotek, jumlah persediaan yang harus dibangun adalah persediaan untuk jangka waktu tertentu dan disesuaikan dengan kebijakan pada pola kebutuhan. Persediaan dibangun agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan PBF yang terbatas, waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim yang mahal dan sebagianya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan erat hubungannnya dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan, dan biaya pemeliharaan. Membangun persediaan dapat dilakukan dengan perhitungan jumlah pesanan yang ekonomis atau dikenal dengan rumus Economic Order Quality (EOQ) : EOQ = √ 2 RS PI
  • 31. 30 R = Jumlah kebutuhan dalam setahun P = Harga barang/unit S = Biaya memesan tiap kali pemesanan I = % Harga persediaan rata-rata 7. Reorder Point Merupakan suatu titik dimana harus diadakan pemesanan kembali sedemikian rupa sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan adalah tepat waktu, dimana persediaan di atas persediaan pengaman sama dengan nol. Pada keadaan khusus (CITO), dapat dilakukan pemesanan langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama antara apotek dan supplier. ReOrder Point = Jumlah Safety Stock + Jumlah pemakaian selama Lead Time Metode pengendalian dan persediaan dapat dilakukan dengan cara menyusun prioritas berdasarkan salah satunya dengan Analisis ABC. 1. Pengertian Analisis ABC (Always Better Control) adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengurutkan dan kemudian mengelompokan jenis barang dalam rangka inventory control (pengendalian barang). 2. Klasifikasi barang Klasifikasi barang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Kelompok barang A :  memerlukan pemantauan yg ketat, evaluasi setiap bulan.  memerlukan sistem pencatatan yg lengkap dan akurat.  memerlukan peninjauan secara tetap oleh pengambil keputusan.
  • 32. 31 2. Kelompok barang B :  memerlukan pemantauan/ pengendalian yg tidak terlalu ketat, evaluasi 3-6 bulan sekali.  memerlukan sistem pencatatan yg cukup baik.  peninjauan dilakukan secara berkala. 3. Kelompok barang C :  Pemantauan/pengendalian bisa dilakukan sangat longgar, evaluasi 6 bulan – 1 tahun sekali.  Sistem pencatatan cukup sederhana, atau bahkan tidak menggunakan sistem pencatatan.  Pencatatan dilakukan secara berkala dan dapat dilakukan pemesanan kembali (re-ordering). Analisis ABC adalah aplikasi teori persediaan yang dikenal dengan “Pareto Principle” yaitu yang menyatakan bahwa ada beberapa barang yang merupakan katagori barang yang kritis dan barang yang tidak perlu terlalu diperhatikan. Pareto berprinsip lebih baik mengawasi atau mengendalikan secara ketat terhadap barang-barang yang jumlahnya sedikit namun memiliki nilai investasi yang besar, dengan harapan barang-barang yang lainnya akan terkena imbasnya  PENGADAAN Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan
  • 33. 32 pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain: a. Bahan baku obat harus disertai sertifikat analisa; b. Bahan berbahaya harus menyertakan material safety data sheet (msds); c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus mempunyai nomor izin edar; dan d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Pengadaan dapat dilakukan melalui: a) Pembelian, Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelian adalah Kriteria Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, yang meliputi kriteria umum dan kriteria mutu Obat; Persyaratan pemasok; Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; dan Pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu. Pembelian :  Secara tender (oleh Panitia Pembelian Barang Farmasi)  Secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan b) Produksi sediaan farmasi, yang dapat dilakukan bila Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran; Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; Sediaan Farmasi dengan formula khusus; Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih
  • 34. 33 kecil/repacking; Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). Produksi/pembuatan sediaan farmasi: • Produksi Steril • Produksi Non Steril c) Sumbangan/Dropping/Hibah, yang harus disertai dengan dokumen administrasi yang lengkap dan jelas.  PRODUKSI Merupakan kegiatan membuat, merubah bentuk, dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi : • Sediaan farmasi dengan formula khusus • Sediaan farmasi dengan harga murah • Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil • Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran • Sediaan farmasi untuk penelitian • Sediaan nutrisi parenteral • Rekonstruksi sediaan obat kanker  PENERIMAAN Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
  • 35. 34 Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Pedoman dalam penerimaan perbekalan farmasi: • Pabrik harus mempunyai Sertifikat Analisa • Barang harus bersumber dari distributor utama • Harus mempunyai Material Safety Data Sheet (MSDS) • Khusus untuk alat kesehatan/kedokteran harus mempunyai certificate of origin • Expire date minimal 2 tahun  PENYIMPANAN Merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan: • Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya • Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya • Mudah tidaknya meledak/terbakar • Tahan/tidaknya terhadap cahaya disertai dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai.
  • 36. 35 Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu bahan yang mudah terbakar (disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya) dan gas medis (disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis, penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya, penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan). Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan Obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian.  PENDISTRIBUSIAN Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
  • 37. 36 Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan. Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara sistem persediaan lengkap di ruangan (floor stock), sistem resep perorangan, sistem unit dosis, dan sistem kombinasi. Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat dianjurkan untuk pasienrawat inap karena dapat meminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan dengan sistem floor stock atau resep individu yang mencapai 18%. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan : • Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada • Metode sentralisasi atau desentralisasi • Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan system persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan system kombinasi oleh Satelit Farmasi.
  • 38. 37 Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan system resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit. Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: a. Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam b. Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi Sistem pelayanan distribusi : a. Sistem persediaan lengkap di ruangan • Pendistribusian perbekalan farmasi untuk persediaan di ruang rawat merupakan tanggung jawab perawat ruangan. • Setiap ruang rawat harus mempunyai penanggung jawab obat. • Perbekalan yang disimpan tidak dalam jumlah besar dan dapat dikontrol secara berkala oleh petugas farmasi. b. Sistem resep perorangan Pendistribusian perbekalan farmasi resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi.
  • 39. 38 c. Sistem unit dosis Pendistribusian obat-obatan melalui resep perorangan yang disiapkan, diberikan/ digunakan dan dibayar dalam unit dosis tunggal atau ganda, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditetapkan atau jumlah yang cukup untuk penggunaan satu kali dosis biasa. Kegiatan pelayanan distribusi diselenggarakan pada: a. Apotik rumah sakit dengan sistem resep perorangan b. Satelit farmasi dengan sistem dosis unit c. Ruang perawat dengan sistem persediaan di ruangan  PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila produk tidak memenuhi persyaratan mutu, telah kadaluwarsa, tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan, dan dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan Obat terdiri dari: a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis habis Pakai yang akan dimusnahkan; b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan; c. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait; d. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut
  • 40. 39 oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan.  PENGENDALIAN Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk : a. Penggunaan Obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit; b. Penggunaan Obat sesuai dengan diagnosis dan terapi; c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving); b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock); c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala.
  • 41. 40 II.10. PELAYANAN FARMASI KLINIK 1. Pengkajian Dan Pelayanan Resep Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep. Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien; nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter; tanggal Resep; dan ruangan/unit asal Resep. Persyaratan farmasetik meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlaoat, stabilitas, dan aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat; duplikasi pengobatan; alergi dan Reaksi Obat Yang Tidak Dikehendaki (ROTD); kontraindikasi; dan interaksi obat. Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan
  • 42. 41 pengetahuan, keahlian, ketrampilan dan perilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Tujuan : a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di rumah sakit b. Memberikan pelayanan farmasi yang dapat menjamin efektifitas, keamanan dan efisiensi penggunaan obat c. Meningkatkan kerjasama dengan pasien dan profesi kesehatan lain yang terkait dalam pelayanan farmasi d. Melaksanakan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat secara rasional. PENGKAJIAN RESEP Kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang dimulai dari seleksi persyaratan administarasi, persyaratan farmasi dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi : • Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien • Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter • Tanggal resep • Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasi meliputi : • Bentuk dan kekuatan sediaan • Dosis dan Jumlah obat • Stabilitas dan ketersediaan • Aturan, cara dan tehnik penggunaan Persyaratan klinis meliputi :
  • 43. 42 • Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat • Duplikasi pengobatan • Alergi, interaksi dan efek samping obat • Kontra indikasi • Efek aditif DISPENSING Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai system dokumentasi. Tujuan  Mendapatkan dosis yang tepat dan aman  Menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau emperal  Menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu.  Menurunkan total biaya obat Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya : DISPENSING SEDIAAN FARMASI KHUSUS a. Dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan :  Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan.
  • 44. 43  Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi  Faktor yang perlu diperhatikan :  Tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat, ahli gizi.  Sarana dan prasarana  Ruangan khusus  Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet  Kantong khusus untuk nutrisi parenteral b. Dispensing sediaan farmasi pencampuranobat steril Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas, dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan :  Mencampur sediaan intravena kedalam cairan infus  Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai  Mengemas menjadi sediaan siap pakai Faktor yang perlu diperhatikan :  Ruangan khusus  Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet  HEPA Filter DISPENSING SEDIAAN FARMASI BERBAHAYA Merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat
  • 45. 44 pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai, sehingga kecelakaan terkendali. Kegiatan :  Melakukan perhitungan dosis secara akurat  Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai  Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan  Mengemas dalam kemasan tertentu  Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku Faktor yang perlu diperhatikan :  Cara pemberian obat kanker  Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai  Lemari pencampuran Biological Safety Cabinet  Hepa Filter  Pakaian khusus  Sumber Daya Manusia yang terlatih Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan :  Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang.
  • 46. 45  Menentukan frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan.  Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek Samping Obat. Kegiatan :  Menganalisa laporan Efek Samping Obat  Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami Efek Samping Obat  Mengisi formulir Efek Samping Obat  Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional Faktor yang perlu diperhatikan :  Kerjasama dengan Panitia Farmasi dan Terapi dan ruang rawat  Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat Pelayanan Informasi Obat Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan  Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit.
  • 47. 46  Menyediakan informasi untuk membuat kebijakankebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi.  Meningkatkan profesionalisme apoteker.  Menunjang terapi obat yang rasional. Kegiatan :  Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif.  Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka.  Membuat buletin, leaflet, label obat.  Menyediakan informasi bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit.  Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap.  Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya.  Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.
  • 48. 47 BAB III GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT DAN ANALISA MASALAH DI INSTALASI FARMASI RS X 3.1. VISI RUMAH SAKIT “X” : Sebagai Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berkualitas dengan biaya terjangkau dan menjadi Rumah Sakit pilihan di wilayah Kabupaten Bekasi. 3.2. MISI RUMAH SAKIT “X” : a) Memberikan pelayanan kesehatan, optimal, bermutu, berorientasi, pada kecepatan, ketepatan, keselamatan, dan kenyamanan berlandaskan etika dan profesionalisme. b) Meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten di semua lini pelayanan Rumah Sakit. c) Memberikan pelayanan prima yang didukung dengan peralatan yang berkualitas. d) Menyediakan peralatan sarana dan prasarana pendukung Rumah Sakit yang berkualitas dan aman. e) Menjalin kerjasama dengan mitra Rumah Sakit, Bidan Praktek Mandiri dan pelayanan kesehatan lainnya. f) Menekan angka kematian Ibu dan Bayi dalam rangka upaya peran aktif tercapainya target MDGs. 3.3. MOTTO RUMAH SAKIT “X” : “ Kesehatan Anda adalah Prioritas Kami “
  • 49. 48 3.4. NILAI-NILAI BUDAYA KERJA RUMAH SAKIT “X” : a) Ramah b) Sopan c) Cepat dan tepat d) Efektif dan Efisien e) Tanggung Jawab 3.5. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT “X” STRUKTURORGANISASIRSKARTIKAHUSADATAMBUN Direktur ManagerPelayanan Medis&Keperawatan DokterSpesialis DokterUmum Ka.Bid. Keperawatan KURawatInap KURawatJalan KUUGD KUKamar Bersalin KUKamar Operasi KUICU/NICU/ PICU KUPerinatologi KUHemodialisa KUCSSD Ka.Bid.Rekam Medis StafRekam Medik Manager Penunjang Medis Ka.Bid.Farmasi KUPerbekalan Farmasi KUPelayanan FarmasiRI&RJ Ka.Bid.Umum KUSecurity KUIPRS& IPAL KUDriver& Ambulance KULaundry KUHouse Keeping KU Maintenance KURadiologi KU Laboratorium KUFisioterapi KUGizi ManagerSDM& Mutu Ka.Bid.Diklat& Mutu Ka.BidSDM Staf Administrasi Manager Finance Ka.Bid.Finance KUFinance StafFinance Ka.Bid. Purchasing KULogis k Umum StafGudang Umum KUKasir KUIT Manager Marke ng KUAdm StafSales& Marke ng Ka.Bid.Casemix Staf Casemix KomiteMedis Satuan Pengawas Internal
  • 50. 49 BAB IV ANALISA MASALAH DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT “X” 4.1. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi merupakan bagian dari Penunjang Medis Rumah Sakit, Instalasi Farmasi di pimpin oleh seorang Kepala Instalasi Farmasi dimana kepala instalasi ini secara struktural berkedudukan di bawah Kepala Penunjang Medik dan berkoordinasi dengan Gudang Farmasi dan Purchasing Dalam melaksanakan tugas sehari-hari di Apotek RSU Permata Ibu Apoteker di bantu oleh 6 (enam) orang Asisten Apoteker
  • 51. 50 Uraian tugas Kepala Instalasi Farmasi : 1. Membantu kepala penunjang medik dalam penyusunan program kerja pelayanan kefarmasian untuk pasien gawat darurat, rawat jalan, rawat inap, perawatan intensif, kamar operasi dan tindakan medik 2. Melaksanakan kegiatan kefarmasian klinik, konseling dan informasi obat. 3. Bertanggung jawab atas penggunaan, pemeliharan dan peningkatan efisiensi fasilitas material kesehatan, sarana dan prasaran di unit farmasi. 4. Meningkatkan kemampuan personel dalam kegiatan pelayanan kefarmasian. 5. Melakukan waskat terhadap kegiatan dan menjaga keselamatan kerja di unit farmasi. 6. Membantu kepala penunjang medik dalam menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan kefarmasian. 7. Membantu Kepala Penunjang Medik dalam kegiatan pengendalian mutu dan kinerja pelayanan kefarmasian. Uraian Tugas Gudang Farmasi : 1. Menyusun rencana kebutuhan material umum dan material kesehatan yang diperlukan dalam kegiatan di unit farmasi. 2. Membuat laporan pelaksanaan kegiatan pelayanan kefarmasian, penerimaan, distribusi obat dan supply medik. 3. Membantu kepala penunjang medik dalam menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan kefarmasian.
  • 52. 51 4.2. Manajemen Farmasi Sesuai struktur organisasi maka kepala Instalasi Farmasi bertanggung jawab kepada kepala Penunjang Medik yang dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan Gudang Farmasi dan bagian Purchasing. Instalasi farmasi mengelola barang-barang yaitu obat, alat kesehatan dan bahan habis pakai. RS ”X” mempunyai Komite Farmasi dan Terapi yang berkoordinasi dengan Manajemen RS ”X”, bertugas membuat daftar obat esential rumah sakit, yang selanjutnya dipakai oleh panitia standardisasi obat dan alkes RS untuk menentukan dan membuat daftar obat dan alkes rumah sakit. Daftar standar obat dan alkes ini merupakan pedoman bagi seluruh unit terkait di rumah sakit dalam melaksanakan tugasnya masing-masing tim dokter RS “X” dan pengadaan. Namun pada kenyataannya komite ini belum bekerja secara optimal, formularium yang telah dibuat belum berjalan sepenuhnya namun diterapkan secara bertahap, hal ini lah yang berimbas kepada banyaknya varian obat yang ada sehingga mengakibatkan pembelanjaan obat yang besar. 4.3. Sumber Daya Manusia Posisi dan kondisi sumber daya manusia yang ada di Instalasi farmasi saat ini adalah : NO Jabatan Jumlah Jenis Tenaga 1 Manager Penunjang Medis 1 Dokter Gigi 2 Kepala Bidang Farmasi 1 S2 – Farmasi Klinik 3 Kepala Unit Farmasi 1 S1 – Farmasi 4 Kepala Gudang Farmasi 1 S1 – Farmasi 5 Asisten Apoteker 13 D3 Kefarmasian 6 Pekarya Farmasi 2 SMU & SMF 7 Kurir 1 SMU
  • 53. 52 BAB IV ANALISA MASALAH DAN RENCANA PENYEMPURNAAN DI INSTALASI FARMASI RS KARTIKA HUSADA TAMBUN IV.1 Hasil Pemotretan Dari hasil survei yang dilakukan pada bulan September 2016 di Instalasi Farmasi RS “X” , ternyata banyak hal yang harus dibenahi di semua poin-poin yang mempengaruhi terbentuknya suatu pelayanan Instalasi Farmasi yang profesional. 1. Pemilihan obat  Jumlah obat yang beredar terlalu banyak, total ada 2910  Komite Farmasi dan terapi belum bekerja secara optimal  Formularium yang telah dibuat belum berjalan sepenuhnya namun diterapkan secara bertahap, hal ini lah yang berimbas kepada banyaknya varian obat yang ada sehingga mengakibatkan pembelanjaan obat yang besar 2. Pengadaan barang  Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metoda konsumsi. Analisa ABC belum pernah dibuat.  Proses permintaan barang ke gudang dan permintaan pembelian masih dilakukan secara manual dengan melihat fisik barang satu per satu, permintaan berdasarkan konsumsi rata-rata 3 bulan terakhir.
  • 54. 53  Proses pembuatan permintaan pembelian (PP) masih agak lama karena: 1). Manual 2). Harus mengkroscek PP yang sudah ada tetapi barang belum datang, supaya tidak terjadi double permintaan 3). data diinput ke excel agar dapat diketahui jumlah pemakaian 3 bulan sebelumnya untuk menentukan jumlah permintaan yang tepat  Lead Time dari permintaan barang sampai barang datang rata2 2 hari- 1 minggu.  Pembuatan PO di sistem dilakukan setelah faktur ada, sehingga Laporan penerimaan barang (LPB) ke sistem terlambat diinput. Efek yang ditimbulkan antara lain: 1). stok fisik dan sistem selisih 2). Kesulitan pada saat Stock Opname 3). Data laporan jumlah stok gudang dan pembelian barang menjadi bias. 3. Pengawasan stok  Tempat penyimpanan terlalu kecil  Belum ada Pallet  Obat High Alert baru satu item yang ditempel stiker HA per ampul obat yaitu RECAIN (Bupivacain)  Pemantauan Suhu/Kelembaban kulkas dan ruangan sudah dilakukan, tapi disiplin petugas masih kurang.  Sistem FEFO dan FIFO belum maksimal karena kondisi tempat penyimpanan obat
  • 55. 54 4. Pelaporan  Masih banyak ditemukan selisih antara stok fisik dengan sistem ketika melakukan stock opname 5. Standar Prosedur Operasional  Pembuatan laporan bulanan Gudang farmasi belum ada. Seharusnya minimal ada: 1) Laporan penerimaan barang harian dan bulanan 2) Laporan distribusi barang ke Unit pelayanan per bulan; Laporan Pemakaian BMHP (barang medis habis pakai) unit per bulan  Laporan Bulanan dari Purchasing belum ada. Seharusnya : 1) Laporan Pembelian per Bulan (detail) 2) Rekap pembelian per PBF per Bulan 3) Rekap pembelian per principal per bulan (10 principal terbesar sampai terkecil); Rekap Laporan pembelian per jenis barang (obat, Alkes, Lab, Rad, Oksigen); Laporan Diskon obat On dan Off Faktur; 3). Rata2 Lead Time per bulan 4) Daftar barang yang mengalami kenaikan harga/discontinue/kosong PBF sementara 6. Standar Prosedur Operasional  SOP Farmasi sudah ada tapi belum disosialisasikan 7. Job description (uraian tugas)  Jobdesc staf Farmasi sudah dibuat, belum disahkan  Floor stock, stock troley emergency ruangan, dan BMHP belum terstandar.
  • 56. 55  Key Performance Indicator farmasi baru ada mengenai persentase resep yang tidak bisa terlayani di farmasi  Kompetensi Apoteker dan Asisten Apoteker belum ditingkatkan sepenuhnya. Dan mungkin masih banyak lagi kekurangan-kekurangan yang mungkin masih dapat ditemui namun karena terbatasnya waktu penelitian, penulis hanya menuliskan beberapa permasalahan saja. IV.2. Rencana Penyempurnaan Rencana penyempurnaan di unit Farmasi Rumah Sakit ”X” membutuhkan waktu yang cukup lama. Bagan 1. Hasil Pemotretan dan rencana penyempurnaan pelayanan Unit Farmasi RS ”X” No Hasil Pemotretan Rencana Target Waktu 1 Pemilihan Obat Jumlah obat yang beredar terlalu banyak, total ada 2910 item. Dilakukan pengurangan item obat, sehingga terjadi penurunan menjadi 1381 item 1-5 Nov 16 2 Pengadaan Barang Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metoda konsumsi. Analisa ABC belum pernah dibuat. Membuat perencanaan berdasarkan analisa ABC 6-9 Nov 16 Proses permintaan barang ke gudang dan permintaan pembelian masih dilakukan secara manual dengan melihat fisik barang satu per satu, permintaan berdasarkan konsumsi rata-rata 3 bulan Penggantian Sistem informasi RS dari TEN Medical ke SMART HIS 1-30 Nov 16
  • 57. 56 terakhir. Proses pembuatan permintaan pembelian (PP) masih agak lama karena 1). Manual; 2). Harus mengkroscek PP yang sudah ada tetapi barang belum datang, supaya tidak terjadi double permintaan; 3). data diinput ke excel agar dapat diketahui jumlah pemakaian 3 bulan sebelumnya untuk menentukan jumlah permintaan yang tepat. Pembuatan stok min-max di sistem SMART HIS 6-9 Nov 16 Lead Timedari permintaan barang sampai barang datang rata2 2 hari- 1 minggu. Koordinasi dengan Purchasing 6-9 Nov 16 Pembuatan PO di sistem dilakukan setelah faktur ada, sehingga Laporan penerimaan barang (LPB) ke sistem terlambat diinput. Efeknya 1). stok fisik dan sistem selisih; 2). Kesulitan pada saat Stock Opname; 3). Data laporan jumlah stok gudang dan pembelian barang menjadi bias. Koordinasi dengan Purchasing 6-9 nov 16 3 Penyimpanan Barang Tempat penyimpanan terlalu kecil Renovasi gudang farmasi Nov-Jan 16 Belum ada Pallet Proses pengajuan (done), sementara dialas kardus bekas Oct-16 Obat High Alert baru satu item yang ditempel stiker HA per ampul obat yaitu RECAIN (Bupivacain) Penetapan Obat High Alert, Pembuatan stiker HA Oct-16
  • 58. 57 Pemantauan Suhu/Kelembaban kulkas dan ruangan sudah dilakukan, tapi disiplin petugas masih kurang. Peningkatan disiplin petugas dalam mengisi Formulir Pemantauan Suhu Oct-16 Sistem FEFO dan FIFO belum maksimal karena kondisi tempat penyimpanan obat Renovasi gudang farmasi Okt-Des 16 4 Pengawasan stok Masih banyak ditemukan selisih antara stok fisik dengan sistem ketika melakukan stock opname Dilakukan stock opname bulanan, stock opname internal pertengahan bulan, sampling stok fisik dan sistem per hari Sep-des Obat ED kurang dari 6 bulan kedepan sudah di data untuk di follow-up bisa retur/tidak. Apabila tidak bisa di retur maka dikoordinasikan ke dokter untuk diutamakan peresepannya. Sept-des Disiplin serah terima barang harus ditingkatkan. Serah terima fisik dan bukti distribusi sistem, bukan di form manual. Sept-des 5 Laporan Pembuatan laporan bulanan Gudang farmasi belum ada. Seharusnya minimal ada: 1) Laporan penerimaan barang harian dan bulanan; 2) Laporan distribusi barang ke Unit pelayanan per bulan; Penggantian Sistem informasi RS dari TEN Medical ke SMART HIS 1-30 Sept 16
  • 59. 58 Laporan Pemakaian BMHP (barang medis habis pakai) unit per bulan Laporan Bulanan dari Purchasing belum ada. Seharusnya : 1) Laporan Pembelian per Bulan (detail); 2) Rekap pembelian per PBF per Bulan; 3) Rekap pembelian per principal per bulan (10 principal terbesar sampai terkecil); Rekap Laporan pembelian per jenis barang (obat, Alkes, Lab, Rad, Oksigen); Laporan Diskon obat On dan Off Faktur; 3). Rata2 Lead Time per bulan; 4). Daftar barang yang mengalami kenaikan harga/discontinue/koso ng PBF sementara Koordinasi dengan Purchasing 6-9 Sept 16 6 SOP SOP Farmasi sudah ada tapi belum disosialisasikan. Pengesahan SOP dan sosialisasi Oct-16 7 Jobdesc Jobdesc staf Farmasi sudah dibuat, belum disahkan. Pengesahan Jobdesc dan sosialisasi Oct-16 8 Floor stock, stock troley emergency ruangan, dan BMHP belum terstandar. Koordinasi dengan Keperawatan dalam membuat standar stock unit. 6-9 Nov 16 9 Key Performance Indicator farmasi baru ada mengenai persentase resep yang tidak bisa terlayani di farmasi. Membuat KPI untuk respon time pelayanan resep obat jadi dan resep racikan. Oct-16 10 Kompetensi Apoteker dan Asisten Apoteker belum ditingkatkan sepenuhnya. Mengadakan training internal dan eksternal untuk staf Sept-dst
  • 60. 59 BAB IV EVALUASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN INS. FARMASI RUMAH SAKIT “X” Untuk mengetahui kinerja pengendalian persediaan, perlu dilakukan evaluasi parameter dibawah ini secara periodik : MS = Nilai stok Jan-Maret = Rp. 1.544.136.171 = 2,46 Nilai pemakaian rata2 Jan-Maret Rp. 627.073.615 MS = Nilai stok April-Jun = Rp 1.265.443.560 = 1,38 Nilai pemakaian rata2 April-Jun Rp 915.801.230  Semakin kecil nilai MS berarti semakin efisensi persediaan 0 0.5 1 1.5 2 2.5 MS Jan- Mar MS Apr-Jun 2.46 1.38 Month Stock 1. Month Stock (MS) MS = Nilai stok rata-rata x 1 bulan Nilai pemakaian rata-rata
  • 61. 60 TO = Nilai pemakaian Jan-Maret = Rp 627.073.615 = 0,41 Nilai stok rata2 Jan-Maret Rp 1.544.136.171 TO = Nilai pemakaian April-Jun = Rp 915.801.230 = 0,72 Nilai stok rata2 April-Jun Rp 1.265.443.560  Semakin besar nilai TO berarti semakin efisien persediaan 0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 MS Jan- Mar MS Apr-Jun 0.41 0.72 Turn Over 2.Turn Over TO = Nilai pemakaian/satu periode Nilai stok rata-rata
  • 62. 61 ANALISIS ABC Analisis ABC adalah analisis yang digunakan dalam beberapa sistem persediaan untuk menganalisis pola konsumsi dan jumlah dari total konsumsi untuk semua jenis obat. Analisis ABC (Always, Better, Control) merupakan pembagian konsumsi obat dan pengeluaran untuk perencanaan. Metode ini cenderung pada profit oriented product karena berdasar pada dana yang dibutuhkan dari masing-masing obat. Analisis ABC digunakan untuk menganalisa tingkat konsumsi semua jenis obat. Analisis ini mengenai 3 kelas yaitu: a. A (Always) Obat harus ada karena berhubungan dengan pengendalian dalam pengadaannya. Persentase kumulatifnya antara 75%-80%. Kelas A tersebut menunjukkan 10%-20% macam persediaan memiliki 70%- 80% dari total biaya persediaan. Hal ini berarti persediaan memiliki nilai jual yang tinggi sehingga memerlukan pengawasan ekstra dan pengendalian yang harus baik (Quick, 1997). b. B (Better) Kelas B, 20-40% item obat di rumah sakit dengan alokasi dana 10-15% dari keseluruhan anggaran obat. Persentase kumulatifnya antara 80- 95% (Quick, 1997). c. C (Control) Obat mempunyai nilai yang rendah, yaitu sekitar 5% namun jumlah obat sangat banyak, yaitu mencapai 60%. Karena obat selalu tersedia maka pengendalian pada tingkat ini tidak begitu berat. Persentase kumulatifnya antara 95%-100% (Quick, 1997). Tabel. Pareto ABC Kelompok Jumlah item Nilai A B C 10-20 % item 20-40% item 60% item 80 % 15 % 5 % Contoh perhitungan menggunakan data 40 macam item barang farmasi adalah sebagai berikut :
  • 63. 62 . Diperoleh data penjualan obat selama periode bulan Januari – September 2016, bagian pelayanan resep instalasi farmasi, sebagai berikut: Catatan: Nilai kumulatif 0-80% adalah kelompok A, 80-96% adalah kelompok B dan 96-100% adalah kelompok C. Untuk kepentingan perhitungan persediaan (Inventory), kelompok A biasanya berjumlah kurang lebih 20% dari total elemen tetapi merepresentasikan 80% dari nilai total investasi. Kelompok B berjumlah 20% dari total item dan merepresentasikan 10-20% total nilai investasi. Kelompok C biasanya berjumlah 60-70% dari total elemen dan merepresentasikan 10-20% total nilai investasi
  • 64. 63 No Nama Barang Jml Penggunaan harga Nilai (Rp) % nilai Kum Nilai Kategori 1 CEFOMAX 1GR 1355 115,500 156,502,500 5.7 5.7 A 2 RL / TM WIDA 11805 12,705 149,982,525 5 11.1 A 3 TERFACEF INJEKSI 662 210,100 139,086,200 5 16.1 A 4 CEFTRIAXONE INJEKSI 10542 10,313 108,719,646 3.9 20.1 A 5 F-HEMOSOL PART A ( HD ) 1137 92,400 105,058,800 3.8 23.9 A 6 BLOODLINE ( HD ) 1058 97,680 103,345,440 3.7 27.6 A 7 RL 500ML DP/ INFUSAN RL DP 5100 19,085 97,333,500 3.5 31.2 A 8 SPORETIK SYRUP 1151 83,050 95,590,550 3.5 34.6 A 9 BIBAG SODIUM BICARBONATE 1139 80,850 92,088,150 3.3 38.0 A 10 SARUNG TANGAN STERIL 5965 14,500 86,492,500 3.1 41.1 A 11 PROHELIC CAP 15969 5,134 81,984,846 3 44.1 A 12 SPUIT 10 CC 16825 4,650 78,236,250 2.8 46.9 A 13 MAXMOR SYRUP 760 99,000 75,240,000 2.7 49.6 A 14 SPUIT 3 CC 25530 2,900 74,037,000 2.7 52.3 A 15 ISPRINOL TABLET 7120 10,313 73,428,560 2.7 55.0 A 16 SIMFIX 200MG 2984 22,000 65,648,000 2.4 57.3 A 17 PANTOMEX INJEKSI 438 143,000 62,634,000 2.3 59.6 A 18 MYOTONIC TABLET 21217 2,915 61,847,555 2.2 61.9 A 19 CEFADROXYL 500 MG TAB 50717 1,210 61,367,570 2.2 64.1 A 20 INFUSET MAKRO 4901 12,100 59,302,100 2.1 66.2 A 21 NACL INFUS 100ML OTSU 4890 12,100 59,169,000 2.1 68.4 A 22 PROGESTON 14800 3,740 55,352,000 2.0 70.4 A 23 NACL 100ML / INFUSAN NS 3315 16,555 54,879,825 2 72.4 A 24 VOSTRIN SYRUP 1313 41,250 54,161,250 2 74.3 A 25 NUTRICIA BEBELOVE 1 BB 1511 35,587 53,771,957 2 76.3 A 26 EPHEDRINE INJEKSI 941 55,000 51,755,000 1.9 78.1 A 27 NACL 500ML / NS /TM WIDA 4868 10,516 51,191,888 1.9 80.0 B 28 FLOKSID 4209 12,100 50,928,900 1.8 81.8 B 29 CEFILA 100MG TAB 2802 18,150 50,856,300 1.8 83.7 B 30 ABBOCATH 24 ( INTROCAN G 24 1826 25,410 46,398,660 1.7 85.4 B 31 SPUIT 1 CC 11430 4,000 45,720,000 1.7 87.0 B 32 RECAIN INJEKSI 806 55,000 44,330,000 1.6 88.6 B 33 SANMOL INFUS 684 60,720 41,532,480 1.5 90.1 B 34 PROFAT SYRUP 680 60,500 41,140,000 1.5 91.6 B 35 IMUNVIT PLUS TAB 5689 7,150 40,676,350 1.5 93.1 B 36 PROVERA TABLET 100MG 2336 16,591 38,756,576 1.4 94.5 B 37 SPORETIK 100MG 2016 19,168 38,642,688 1.4 95.9 B 38 CEFIXIME 100MG TAB 13207 2,874 37,956,918 1.4 97.3 C 39 PROBIOKID 2962 12,705 37,632,210 1.4 98.6 C 40 SPIRAMYCIN 500MG 18076 2,068 37,381,168 1.4 100.0 C 284736 2,760,158,862 100.0 Analisa ABC
  • 65. 64 SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK GUDANG Obat fast moving Kategori A Cefadroxil 1 Hari : 200 tab (2 box) Rata-rata 2 bulan : 6000 tab (60 box) Lead Time : 2 Hari Sisa Stok Gudang : 2000 (20 Box) Sisa Stok Apotik : 400 (4 Box) Rumus : Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Gdg+Apotik 4 = (6000 + 30% + 2 hr ) - ( 2000+400) = (1500 + 1800 + 200) – 2400 4 =1100 tab (11 box) tiap minggu Obat Midle Moving kategori B Sporetik 100 mg tab 1 Hari : 15 tab Rata-rata 2 bulan : 400 tab (4 box) Lead Time : 2 Hari Sisa Stok Gudang : 100 (1 box) Sisa Stok Apotik : 10 tab RUMUS : Rerata penjualan 2 Bln+20%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Gdg+Apotik 4 = (400 + 20% + 2 hr ) - (100+10 ) = (100 + 80 +30 ) – (100+10) 4 = 100 tab tiap minggu
  • 66. 65 SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK APOTIK RAWAT INAP Obat fast moving Kategori A Cefadroxil 1 Hari : 50 tab Rata-rata 2 bulan : 1500 tab (15 box) Lead Time : 2 Hari Sisa Stok Apotik Rawat Inap : 100 tab(1 box) Rumus : Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Rawat inap 30 = (1500 + 30% + 2 hr ) – (100) = (50 + 450 + 100) – 100 = 500 tab (5 box) 30 SIMULASI PERHITUNGAN PERENCANAAN OBAT UNTUK APOTIK RAWAT JALAN Obat fast moving Kategori A Cefadroxil 1 Hari : 100 tab Rata-rata 2 bulan : 3000 tab (30 box) Lead Time : 2 Hari Sisa Stok apotik Rawat jalan : 200 tab(2 box) Rumus : Rerata penjualan 2 Bln+30%+Lead Time 2 Hari-Sisa Stok Rawat jalan 15 = (3000 + 30% + 2 hr ) – (200) 15 = (200 + 900 + 200) – 200 = 1100 tabs (11 box)
  • 67. 66 BAB V PENUTUP KESIMPULAN Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan menyelesaikan masalah terkait Obat. Pada kesempatan ini kami melakukan pemotretan di rumah sakit “X” di daerah bekasi dima adari hasil tersebut telah ada upaya atau perencanaan terkait perbaikan system di unit farmasi. Besaran nilai guna mengukur beberapa item dimulai dari bulan januari sampai dengan juni dikarenakan sedang adanya proses perapihan sehingga data full baru kami dapatkan untuk periode tersebut. Pengendalian Persediaan untuk stok barang bertujuan untuk  Meminimkan investasi.  Menetapkan tingkat pelayanan yang tetap.  Meminimkan biaya penyimpanan  Menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran barang  Mempertahankan sistem pengendalian yang “up to date” Dari hasil pengamatan dan perhitungan kami, adanya peningkatan kinerja dari unit farmasi dima ada penurunan dari Month Stok dan peningkatan dari turn over obat di rumah sakit “X”. Saran untuk mencapai pelayanan farmasi secara optimal adalah selain menetapkan struktur organisasi yang baku, pelatihan logistik farmasi bagi petugas, penetapan standar minimal pelayanan Farmasi, melakukan proses pengadaan dan pengendalian obat dan alkes menggunakan metoda ABC , revisi Formularium Rumah Sakit , dan
  • 68. 67 kepada pihak manajemen untuk meng evaluasi pelayanan obat bagi karyawan agar tercapainya efisiensi dan efektifitas. Pada pemotretan di bagian pengadaan barang diketahui bahwa Perencanaan perbekalan farmasi dilakukan dengan metoda konsumsi. Analisa ABC belum pernah dibuat. Sehingga pada tahap perbaikan direncanakan untuk membuat perencanaan obat dengan menggunakan analisa ABC yang efektif dapat membantu Rumah Sakit dalam membuat perencanaan obat dengan mempertimbangkan aspek pemakaian, nilai investasi dan kekritisan obat. Pengindeksan obat digunakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan dana dalam perencanaan pembelian obat.
  • 69. 68 DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman perencanaan dan Pengelolaan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1990. Departemen Kesehatan RI. SK Menkes No.1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta, 1999. https://mulyanipharmaco.files.wordpress.com/2013/11/standar- pelayanan-farmasi-di-rs.pdf Quick dkk, J.D., Hume, M.L., Rankin, J.R.,O’Connor, R.W., 1997, Managing Drug Supply, Management Sciences for Health, 7th printing, Boston, Massachussets Siregar, Charles. Farmasi Rumah Sakit. EGC.Jakarta.2003 Subagya. Manajemen Logistik. Penerbit CV. Hanmas Agung. Jakarta. 1994.