2. a. Review konsep dasar farmasetika
b. Pengantar Konsep Pharmaceutical Care
c. Aturan yang mengatur Standar pelayanan kefarmasian
d. Jenis-jenis standar pelayanan kefarmasian
e. Cara mencari sumber ilmiah
3. Tinjauan Umum
Orientasi pelayanan
kefarmasian yang lebih
dikenal dengan
pharmaceutical care
atau asuhan kefarmasian
awalnya berorientasi
kepada produk (product
oriented) kemudian
bergeser berorientasi
kepada pasien (patient
oriented).
4. FARMASI KLINIK ???
Definisi:
Semua pelayanan yang diberikan oleh farmasis dalam
usaha meningkatkan pengobatan rasional yang tepat,
aman, dan ekonomis
adalah suatu keahlian khas ilmu kesehatan yang
bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan obat
yang aman dan sesuai dengan kebutuhan pasien, melalui
penerapan pengetahuan dan berbagai fungsi
terspesialisasi dalam perawatan pasien yang
memerlukan pendidikan khusus dan atau pelatihan yang
terstruktur.
6. Masalah yg berkaitan dg obat dan penggunaannya
Semakin meningkatnya keadaan sosio ekonomi
Semakin meningkatnya pendidikan masyarakat
Adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kefarmasian yg
berkualitas baik
FARMASI KLINIK
Pengobatan efektif
Aman
Biaya terjangkau
Obat yang
rasional
8. PELAYANAN FARMASIS BERORIENTASI PASIEN
MELAKUKAN
KONSELING
MONITORING
EFEK SAMPING
OBAT (MESO)
PENCAMPURAN
OBAT SUNTIK
MENGANALISA
EFEKTIFITAS
BIAYA
PEMANTAUAN
KADAR OBAT
DALAM DARAH
PENANGANAN
OBAT SITOSTATIKA
PENYIAPAN
TOTAL
PARENTERAL
NUTRISI
PEMANTAUAN
PENGGUNAAN
OBAT
PENGAJUAN
PENGGUNAAN
OBAT
ORIENTASI
PASIEN
9. Periode perkembangan
pelayanan kefarmasian
Hepler dan Strand (1990)
dalam "Opportunities and
Responsibilities in
Pharmaceutical Care"
mendiskusikan manfaat
profesi farmasis untuk
menurunkan Drug Related
Morbidity and Mortality
(DRMM), beliau
mengemukakan bahwa ada
tiga periode perkembangan
farmasi, yaitu tradisional,
transisi, dan rawatan pasien.
copy right : hendri.apt@gmail.com
10. Pada periode tradisional, farmasis
menyediakan, membuat, dan
mengevaluasi produk atau
sediaan farmasi yang diberikan.
Pada periode transisi, mulai
dikembangkan pelayanan farmasi
klinik yang hingga kini masih
dilakukan oleh beberapa rumah
sakit di Indonesia.
11. Pada periode ketiga yakni
rawatan pasien yang lebih dikenal
dengan konsep pharmaceutical
care terjadi perubahan dari
orientasi obat ke pasien.
Jadi, pada periode ketiga ini
pasien merupakan objek yang
berkaitan dengan penurunan
angka kelahiran dan kematian
yang dikaitkan dengan obat yang
digunakan.
12. Peraturan pemerintah
mengenai pharmaceutical
care
• Permenkes RI No.
284/MENKES/PER/III/2007
Pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical care) adalah bentuk
pelayanan dan tanggung jawab
langsung profesi apoteker dalam
pelayanan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
13. Pharmaceutical care adalah tanggung
jawab pemberi pelayanan obat/tenaga
kefarmasian sampai pada dampak yang
diharapkan yaitu meningkatnya kualitas
hidup pasien (Hepler dan Strand, 1990)
Tenaga Kefarmasian menurut PP. 32 / 96
adalah :
– Apoteker,
– Asisten apoteker
– Ahli madya farmasi.
14. Peran Farmasis
• Apotik
• Rumah Sakit
• Industri Farmasi
Dasar hukum peran tenaga kefarmasian :
1.Peraturan perundang-undangan
kefarmasian dari Pemerintah
2.Aturan yang ditetapkan organisasi (Kode
Etik)
3.Aturan yang ditetapkan oleh Badan
Kesehatan Sedunia (WHO)
15. TUJUAN / SASARAN FARMASI
KLINIK
MENDUKUNG PENGGUNAAN OBAT
& PERBEKALAN KESEHATAN YANG
RASIONAL, DG CARA :
1. Memaksimalkan efek terapi
2. Meminimalkan risiko
3. Meminimalkan biaya
pengobatan
4. Menghormati pilihan pasien
16. TAHAP PERAN FARMASI KLINIK
Tahap
I
• SEBELUM
PERESEPAN
Taha
p II
• SELAMA
PERESEPAN
Tahap
III
• SESUDAH
PERESEPAN
17. 10/25/2023 17
TERLIBAT DALAM PEMBUATAN DAN
PENYUSUNAN:
1. Kebijakan penulisan resep dan
penggunaan obat
2. Standar Terapi
3. Formularium Rumah Sakit
4. Bulletin Informasi Obat
5. Evaluasi penggunaan obat
6. Monitoring efek samping obat
19. 10/25/2023 19
1. MELAKUKAN KOREKSI
2. PENYEMPURNAAN KUALITAS
PERESEPAN DENGAN
MELAKUKAN PEMANTAUAN
PENULISAN RESEP
3. EVALUASI PENGGUNAAN
OBAT
4. PENGKAJIAN PENGGUNAAN
OBAT
5. MONITORING EFEK SAMPING
OBAT
20. KARAKTERISTIK FARMASI
KLINIK
1. Berorientasi kepada pasien
2. Terlibat langsung diruang perawatan dirumah
sakit(bangsal)
3. Bersifat pasif, dengan melakukan intervensi
setelah pengobatan dimulai atau memberikan
informasi jika diperlukan
4. Bersifat aktif, dengan memberikan masukan
kepada dokter sebelum pengobatan dimulai
atau menerbitkan buletin-buletin informasi obat
atau pengobatan.
5. Bertanggung jawab terhadap setiap saran atau
tindakan yang dilakukan
6. Menjadi mitra dan pendamping dokter.
30. Menurut PP no.51 th 2009 “farmasis
bersama tenaga kefarmasian
memiliki wewenang & tanggung
jawab memberikan pelayanan
kefarmasian”
Tingkatkan pengetahuan &
keterampilan agar mampu
berkomunikasi dg tenaga kesehatan
lain secara aktif
Terus belajar, meng-upgrade keilmuan
dan keterampilan (pengetahuan selalu
uptodate dan relevan)
Paradigma
patien
oriented
31. HASIL PENELITIAN
MENUNJUKKAN
Pelayanan farmasi klinis mampu
mengidentifikasi masalah penting yg terkait
obat serta menurunkan kejadian merugikan.
Menyempurnakan pendidikan pasien serta
kepatuhan
Memperbaiki peresepan
Menyempurnakan hasil klinis
Meningkatkan efektifitas biaya
Mempersingkat masa tinggal di RS
32. DAMPAK
1. Relasi yang baik antar tim kesehatan (dokter,
perawat dan farmasis).
2. Menjamin penerapan pengobatan berbasis bukti
(evidence based medicine)
3. Perbaikan perawatan pasien dengan pelayan
4. Mempromosikan praktek dengan biaya yang efektif
5. Memperluas kualitas peresepan
6. Menjamin keamanan pemberian obat
7. Memperbaiki khasiat dan meminimalkan toksisitas
terapi obat
8. Meningkatkan kepuasan kerja
33. Regulasi
1.Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
Permenkes No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit
2. Permenkes No. 73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek
3. Permenkes No. 74 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas
4. Permenkes No. 34 Tahun 2021 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Klinik.