2. Visi Prodi
Menghasilkan Lulusan Yang Unggul dan Terdepan Dalam Bidang Kefarmasian di
Tingkat Nasional, Serta Mewarisi Nilai-Nilai Kejuangan Jenderal Achmad Yani
3. Misi Prodi
1. Melaksanakan pendidikan tinggi kefarmasian yang bermutu dan
responsif terhadap kemajuan ilmu dan teknologi.
2. Melaksanakan kegiatan penelitian yang unggul di bidang kefarmasian
berdasarkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya bangsa, dan
menghasilkan produk-produk inovasi.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat di bidang kefarmasian
yang berdaya guna dan berhasil guna.
4. Melakukan kerja sama yang berkelanjutan dengan stakeholder untuk
mewujudkan daya saing global.
5. Menyelenggarakan dan mengembangkan manajemen yang baik dan
mandiri (Good University Governance).
6. Mendalami dan mengembangkan nilai-nilai kejuangan Jenderal Achmad
Yani untuk diterapkan oleh sivitas akademika dan pendukungnya
5. A. Pendahuluan
Penggunaan obat di masyarakat semakin meluas
bersamaan dengan semakin banyaknya jumlah
obat baru yang di produksi industri farmasi
(ledakan terapeutik).
Obat baru sering diformulasikan secara lebih
kompleks dan mengandung bahan-bahan yang
diklaim lebih manjur, sehingga sering meningkatkan
kejadian iatrogenic diseases, penyakit yang muncul
karena pemakaian obat.
6. Perkembangan produk obat selalu disertai dengan
perkembangan informasi yang berkaitan dengan
produk obat tersebut ledakan informasi
Kedua faktor (ledakan terapeutik dan ledakan
informasi) memicu suatu kebutuhan terhadap
informasi produk obat dan terapi yang independen,
tidak bias secara komersial, terkini dan terkaji.
7. B. Definisi PIO
merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter,
Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
8. Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi
mengenai Obat yang tidak memihak, dievaluasi dengan kritis
dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan
Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat.
Informasi mengenai Obat termasuk Obat Resep, Obat bebas
dan herbal.
Menurut PERMENKES No. 35 Tahun 2014 :
9.
10. PIO memerlukan integrasi pengetahuan
dan keahlian
Pengetahuan terapi Farmakologi
Pengetahuan terapi non farmakologi
Pengetahuan penyakit
Pengetahuan interpretasi uji lab & diagnostik
Pengetahuan Teknologi Farmasi
PIO
Ketrampilan Informasi & Konsultasi Obat
Ketrampilan penentuan DRP & penyelesaiannya
Ketrampilan Memonitor pasien
12. Tempat farmasis melakukan pelayanan informasi obat, dengan
aktivitas utama meliputi :
Penerbitan produk informasi seperti buletin, newsletter,
informasi obat baru
Aktivitas yang berkaitan dengan penyusunan formularium
Evaluasi penggunaan obat
Monitoring efek samping obat
Riset
Pelatihan
14. C. Tujuan PIO
Tujuan PIO:
1. Menunjang ketersediaan dan penggunaan obat
yang rasional, berorientasi pada pasien, tenaga
kesehatan dan pihak lain
2. Menyediakan dan memberikan informasi obat
kepada pasien, tenaga kesehatan dan pihak lain
3. Menyediakan informasi untuk membuat
kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan
obat terutama bagi PFT/KFT di rumah sakit
15. D. Pusat Informasi Obat (PIO)
PIO pertama kali didirikan di University of Kentucky
Medical Center, United States pada tahun 1962
yang diberi wewenang terpisah untuk menyediakan
informasi, mengevaluasi dan membandingkan obat
dari sumber-sumber yang terseleksi dan
komprehensif bagi para dokter, dokter gigi, farmasi
maupun perawat farmasi diharapkan menjadi
konsultan obat yang profesional.
16. Suatu PIO harus reaktif dan proaktif:
Reaktif/pasif: memberikan informasi kepada orang
yang datang untuk bertanya atau menelpon ke PIO.
Proaktif: berusaha memperluas jangkauan orang
yang memerlukan informasi obat, misalnya dengan
cara pembuatan buletin atau promosi
17. E. Alasan perlunya PIO
Untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu
obat bagi pasien tertentu, diperlukan informasi pengobatan yang tepat
dan menyeluruh.
Bagi profesional kesehatan, kebanyakan informasi tentang obat
disebarkan oleh industri farmasi melalui perwakilannya (medical
representatif) dalam rangka mempromosikan produknya atau melalui
iklan yang dikirim oleh industri tersebut atau PBF kepada dokter di RS
dalam banyak hal, sulit mendapat informasi yang objektif dari
industri tersebut.
18. Alasan PIO perlu didirikan:
1. Dokter sering menghadapi situasi klinik yang memerlukan informasi
untuk mengambil kesimpulan tentang pengobatan tertentu
2. Pengadaan suatu PIO berkaitan dengan pelaksanaan sistem
formularium RS yang efisien
3. PIO selalu membantu memutakhirkan dan memelihara formularium RS
4. Pelayanan PIO penting untuk mendukung apoteker farmasi klinik di unit
pasien (bangsal) di rumah sakit
5. PIO adalah sumber materi edukasi dan konseling bagi profesional
kesehatan dan pasien
6. PIO berfungsi sebagai informasi ilmiah yang dapat membantu kegiatan
penelitian di RS