Dokumen tersebut membahas tentang teori kognitif yang mempelajari proses mental manusia seperti berpikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Teori ini berbeda dengan psikoanalisis yang mempelajari proses ketidaksadaran dan teori behavioristik yang menekankan studi tentang perilaku luar seperti rangsangan dan balasan. Dokumen ini juga membahas konsep-konsep dasar teori kognitif seperti persepsi, belajar, motivasi, dan reorgan
3. • Orientasi kognitif merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses
mental, bagaimana manusia berfikir,merasakan, mengingat, dan belajar.
• Orientasi ini dibedakan dengan orientasi psikoanalitik yang mempelajari
proses yang paling dalam, misalnya ketidaksadaran dan Id. Dan juga
terhadap teori-teori behavioristik, yang menekankan studinya tentang
perilaku pada proses-proses luar, misalnya rangsangan dan balasan.
3
4. 4
Perbedaan antar teori Orientasi Kognitif dengan Neo-Behaviorisme :
1. Behaviorisme berkaitan dengan conditioning klasik maupun operant, banyak
mempelajari proses belajar. Sedang teori-teori orientasi kognitif lebih banyak
mempelajari pembentukan konsep berpikir dan membangun pengetahuan.
2. Behaviorisme mempelajari perilaku-perilaku yang kasat mata, sedang teori-
teori orientasi kognitif membicarakan konsep-konsep mentalistik.
3. Analisis Behaviorisme berbentuk molekuler (perilaku diuraikan ke dalam
refleks-refleks), sedang analisis pada orientasi kognitif bersifat molar (secara
menyeluruh).
4. Behaviorisme mementingkan faktor-faktor genetic, sedang aliran orientasi
kognitif tidak menganggap penting.
5. Behaviorisme berkeyakinan, bahwa setiap perilaku dirangsang oleh
kebutuhan primer tertentu, sehingga jika kebutuhan-kebutuhan itu tidak
terpenuhi, proses belajar tidak akan terjadi, sedang orientasi kognitif
berpendapat, bahwa proses belajar dapat terus berlangsung walau tanpa
harus dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan tertentu (Allport, 1937).
6. 1. Kognisi dan Struktur Kognitif
‐ Kognisi (Scheerer, 1954:49), Proses sentral yang menghubungkan
peristiwa-peristiwa di luar (external) dan di dalam (internal) diri sendiri.
‐ Kognisi (Festinger, 1957), Elemen-elemen kognitif, yakni perihal yang
diketahui oleh seseorang tentang dirinya sendiri, tentang perilakunya,
dan tentang keadaan sekitarnya.
‐ Kognisi (Neisser, 1967), Proses yang mengubah, mereduksi, memerinci,
menyimpan, mengungkapkan dan memakai setiap masukan (input) yang
datang asal alat indera.
6
7. 2. Ransang (Stimulus)
Menurut Scheerer ada tiga macam rangsang sesuai dengan adanya tiga
elemen dari proses penginderaan, yaitu:
Rangsangan yang merupakan objek dalam bentuk fisiknya (rangsang
distal).
Rangsangan sebagai keseluruhan yang tersebar dalam lapang
proksimal (belum menyangkut proses system syaraf).
Rangsangan sebagai representasi fenomenal (gejala yang dikesankan)
dari objek-objek yang ada di luar.
7
8. 8
3. Respons (Balas)
Menurut Scheerer, respons adalah proses pengorganisasian rangsang.
Rangsang proksimal di organisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi
representasi fenomena dari rangsang proksimal itu. Proses inilah yang
dinamakan respons.
9. 9
4. Arti (Meaning)
Arti (meaning) adalah konsep utama dalam teori kognitif dan memainkan
peran dalam menerangkan segala proses psikologik yang rumit. Ausbel
(1965) menyatakan arti merupakan hasil dari proses belajar yang berwujud
gejala idiosinkratik.
11. 11
Vestibulum
congue
Persepsi
Scheerer (1954) menyatakan bahwa persepsi adalah reprentasi fenomenal
tentang objek distal sebagai hasil pengorganisasian objek distal itu sendiri,
medium, dan rangsang proksimal.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi, Krech & Crutchfield (1948)
menyatakan bahwa ada dua golongan variabel yang memengaruhi persepsi
yaitu:
1. Variabel struktural : faktor-faktor yang tergantung dalam rangsang fisik dan
proses neurofisiologik.
2. Variabel fungsional : faktor-faktor yang terdapat dalam diri si pengamat,
seperti kebutuhan, suasana hati, pengalaman masa lampau, dan sifat-sifat
individual lainnya.
12. 12
Belajar
Menurut Ausubel (1961) ada empat tipe belajar:
1. Belajar dengan menerima saja (reception learning)
2. Belajar dengan menemukan arti (discovery learning)
3. Belajar dengan menghafal (rote learning)
4. Belajar dengan mengartikan (meaningful learning)
13. Motivasi dan Penguat
Menurut Cohen, dKk (1955) yang mendefinisikan kebutuhan akan kognisi
sebagai kebutuhan untuk menstruktur situasi-situasi yang berarti dengan cara
terintegrasi dan dapat dimengerti.
Dua ukuran kebutuhan kognisi menurut Cohen:
1. Tinggi atau rendahnya kebutuhan akan kognisi itu sendiri
2. Kebutuhan itu muncul dalam situasi yang membingungkan atau situasi yang
jelas.
13
15. A. Dinamika Tingkah Laku
Krech & cruthfield dalam teori tersebut mengajukan beberapa proposisi
(pernyataan).
• Proposisi 1 : unit yang paling tepat untuk menganalisis motivasi adalah
tingkah laku molar (keseluruhan) yang mencakup kebutuhan (needs) dan
tujuan (goals)
• Proposisi 2 : dinamika prilaku molar merupakan hasil dari hal yang
terdapat dalam lapang psikologis pada saat itu (immediate
psychological field) .
• Prosposisi 3 : ketidakstabilan dalam lapang psikologik menghasilkan
keteganagan(tension) yang mempengaruhi presepsi , kognisi, dan
tindakan(action) sedemikian rupa sehingga lapang psikologik tersebut
mengarah kembali ke struktur yang lebih stabil.
15
16. • Proposisi 4 : frustasi terhadap pencapaian tujuan dan kegagalan untuk
mengurangi keteganagan bisa membawa individu kepada prilaku-prilaku
adaptif (penyesuain diri dengan lingkungan) atau unadaptif (tidak bisa
menyesuaikan diri).
• Proposisis 5 : cara-cara khusus untuk mencapai tujuan dan mengurangi
keteganagn dapat dipelajari dan dianut secara tetap oleh seseorang.
16
17. 17
B. Struktur Presepsi dan Kognitif
Proposisi-proposisi berikut ini adalah tentang hukum-hukum presepsi dan kognisi.
‐ Proposisi 1: lapang presepsi dan kognisi dalam keadaannya yang alamiah
sudah terorganisir dan berarti.
‐ Proposisi 2 : presepsi secara fungsional adalah selektif (bersifat memilih)
‐ Proposisi 3 : hal-hal yang bersifat presepsi dan kognisi dari suatu substruktur
sebagian terbesar dipengaruhi oleh hal-hal dari struktur yang lebih besar
dimana substruktur yang bersangkutan menjadi anggota.
‐ Proposisi 4 : objek-objek atau peristiwa yang saling berdekatan dalam waktu
atau tempat atau mirip satu sama lain cenderung diartikan sebagai bagian dari
suatu struktur yanag sama. (proposisi ini jelas didasarkan pada prinsip gestalt
tentang kesamaan dan kedekatan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi).
18. 18
C. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya, tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajarnya. Teori kognitif menekankan bahwa bagian-baian dari suatu
situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks situasi tersbut. Belajar
merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengoloahan informasi, emosi, dan aspkE-aspek kejiwaan lainnya.
19. D. Reorganisasi Kognitif
Prosisi-prosisi berikut menyangkut reorganisasi kognitif, meliputi belajar, berfikir,
pemecahan masalah, lupa, dan perubahan psikologis.
• Prosisi 1: selama ada sesuatu yang memblokir pencapaian tujuan, akan
terjadilah reorganisasi kognitif; sifat reorganisasi ini sedemikian rupa sehingga
menurunkan ketegangan (tension) yang ditimbulkan oleh situasi yang
menimbulkan frustasi.
• Prosisi 2: proses reorganisasi kognitif secara khas terdiri dari serangkaian
organisasi yang saling berkaitan dan tersusun secara heirarkis.
• Prosisi 3: struktur kognitif setelah beberapa saat mengalami prubahan-
perubahan yang progesif sesuai dengan prinsip-prinsip organisasi.
• Prosisi 4: mudah dan cepatnya proses reorganisasi kognitif merupakan fungsi
dari diferensiasi, isolasi, dan kekakuan (rigi-dity) dari struktur kognitif yang asli.
19