Dokumen tersebut membahas tentang adab mendengarkan Al-Quran dan keharusan pendengar Al-Quran memperhatikan bacaan orang lain. Dokumen tersebut juga menyebutkan bahwa bacaan Al-Quran yang merdu, tenang, dan sesuai kondisi dapat mempengaruhi pendengar untuk menjadi lebih baik. Selain itu, dokumen tersebut mencontohkan kisah Umar bin Khatab yang hatinya yang keras dapat diluluhkan oleh
2. Seorang mukmin sejati adalah orang yang mempunyai ciri-ciri
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Al Qur’an sebagai berikut:
1) Menjauhkan diri dari perbuatan yang tidak berguna. (Q.S. 23, Al-
Mu’minun:3).
2) Apabila disebut ayat-ayat Allah, maka bertambah iman karenanya.
(Q.S. 8, Al-Anfal:2).
3) Mendengarkan bacaan Al Qur’an dengan penuh khidmat. (Q.S. 7, Al-
A’raf:204).
4) Mencucurkan air mata karena kagum akan kebenaran isi kandungan
Al Qur’an, serta takut tidak dapat melaksanakan. (Q.S. 5, Al-
Maidah:83).
5) Jika Al Qur’an dibaca orang, ia menjadi meniarap sujud dan menangis.
(Q.S. 17, Al-Isra’:108 dan Q.S. 19, Maryam: 58).
6) Mengikuti bacaan yang telah dibaca oleh orang yang mampu
membaca Al Qur’an. (Q.S. 75, Al-Qiyamah: 17-18).
7) Memperhatikan apa yang telah dibaca dari Al Qur’an dengan cara
merenung, memahami, menghayati, dan mengamalkannya. (Q.S. 23,
Al-Mu’minun:69)
3. KEHARUSAN PENDENGAR AL QUR’AN ADALAH
MEMPERHATIKAN BACAAN ORANG LAIN
Mengikuti dan memperhatikan bacaan seseorang agar ia
mendapat rahmat dari Allah swt.
Menegur pembaca yang keliru dan memberi tahu sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
Jangan sekali-kali mengganggu orang yang sedang membaca
Al Qur’an karena hal itu (membaca Al Qur’an ) adalah
perbuatan mulia. Terlebih tidak mengizinkan untuk membaca
Al Qur’an ditempat tertentu bagi seseorang yang mempunyai
wewenang.
Bila perlu memberikan fasilitas lengkap untuk keperluan
pembudayaan membaca Al Qur’an. Dengan demikian akan
muncul prinsip ataupun semboyan “MengQur’ankan
masyarakat dan memasyarakatkan Al Qur’an atau
membudayakan Al Qur’an”. Sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam Al Qur’an benar-benar menjadi perilaku
masyarakat sebagaimana Nabi Muhammad Saw. perilakunya
adalah Al Qur’an. (H.R. Aisyah).
4. Jika bacaan Al Qur’an dialunkan dengan merdu,
tenang, tertib, dan baik, lagi pula isinya bertepatan
dengan kondisi yang ada, maka bacaan Al Qur’an itu
akan mudah mempengaruhi seseorang. Setidaknya
orang sedih dapat menjadi senang, orang bingung
dapat mencari jalan keluar, dan orang yang keras
dapat menjadi lunak
5. KISAH UMAR BIN KHATHAB
Konon, sewaktu Umar Bin Khaththab belum masuk
Islam, beliau sangat memusuhi Nabi Saw. dan
umat Islam. Bahkan tidak segan-segan menyiksa
dan menghina orang Islam. Suatu saat hatinya
yang keras dapat diluluhkan oleh adiknya: Fatimah.
Pada malam hari Umar akan menyiksa adiknya
yang masuk Islam, namun niat buruknya terhenti
karena Umar mendengar bacaan Al Qur’an
adiknya, tepatnya ketika membaca surah Thaahaa.
Sehingga dengan pengaruh bacaan adiknya
tersebut, Umar langsung menemui Nabi saw. untuk
masuk Islam dan belajar isi kandungan Al Qur’an