SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
PENGEMBANGAN TES KOSAKATA MENCOCOKKAN KATA

                           DENGAN ANCANGAN DESCRETE

                                         Oleh: Marlina




1.   LATAR BELAKANG

Pembelajaran bahasa untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA)
tingkat dasar adalah pembelajaran yang dikhususkan untuk memperkenalkan bahasa
Indonesia kepada para penutur asing. Para pembelajar ini pada umumnya belum memiliki
dasar dalam pengetahuan bahasa dan bila pun ada yang telah memiliki pengetahuan
dasar, pengetahuan tersebut belumlah cukup memadai sebagai pengetahuan bahasa.

Belakangan ini di Indonesia, pembelajaran BIPA kian berkembang pesat. Ketertarikan para
pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia dari hari ke hari semakin
meningkat jumlahnya. Dengan demikian, pengajar BIPA harus terus berupaya
menciptakan pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga target atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.

Salah satu hal yang penting dalam mengukur hasil belajar adalah adanya tes. Dengan
adanya tes maka pengajar akan dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar
pembelajar. Dalam mengembangkan sebuah tes , pengajar harus menyesuaikan isi materi
yang diajarkan dengan tes yang dibuat, sehingga tes tersebut menggambarkan segala hal
yang telah dipelajari oleh pembelajar.

Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran bahasa kedua dan merupakan hal
mendasar adalah penguasaan kosakata bahasa target. Hal ini penting karena dengan
penguasaan kosakata yang banyak maka pembelajar pada akhirnya akan mampu
menerima atau memproduksi bahasa dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya.
Oleh karena itu, sebagai pembelajaran awal di kelas BIPA, para pembelajar BIPA pada
umumnya memerlukan penguasaan kosakata dalam bahasa Indonesia sebelum pada
akhirnya akan mengarah pada pembelajaran keterampilan berbahasa maupun pada
pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa.

Pembelajaran kosakata perlu dilakukan terpisah dari pembelajaran lainnya mengingat
untuk lebih banyak mengenal dan menguasai kosakata dalam bahasa target, para
pembelajar memrlukan focus pembelajaran terhadap pembelajaran kosakata. Dengan
demikian, jumlah kosakata yang diharapkan dapat diketahui dan dikuasai pembelajar
dapat diketahui oleh pengajar sehingga dengan jumlah kosakata yang mencukupi atau
memadai pembelajar dianggap siap untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan
tingkatan yang lebih tinggi –dalam hal ini mencakup empat keterampilan berbahasa
maupun pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa-.

Dalam pengembangan tes yang dimaksudkan untuk penguasaan kosakata pembelajar,
pengajar dapat mengembangkan tes yang bertujuan untuk memperkenalkan kata-kata
dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan atau hubungan makna seperti halnya
sinonim kata, antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan, dan mengklasifikasikan
atau menemukan kata-kata berdasarkan tema tertentu. Bentuk-bentuk tersebut dapat
membantu pembelajar dalam mengenali kosakata bahasa Indonesia lebih banyak lagi.




2. KAJIAN TEORI

2.1 Hakikat Tes Descrete

Dinyatakan Oller bahwa “a descrete point tests is one that attempts to focus attention one
point of grammar at a time.1(tes diskret adalah suatu upaya untuk memusatkan perhatian
pada satu hal di suatu waktu). Selanjutnya dikatakan juga secara lebih jelas sebagai
berikut:

           Each test item is aimed at one and only one element of a particular component of
           a grammar (or perhaps we should say hyphothesized grammar), such as
           phonology, syntax, or vocabulary. Moreover, a descrete point test purports to



1
    John W Oller, Jr., Language Tests at School, (London: Longman, 1979), p. 37.
asses only one skill at a time (e.g., listening or speaking or reading, or writing) and
          only one aspect of a skill (e.g., productive versus receptive or oral versus visual). 2
Pernyataan di atas secara jelas menjelaskan bahwa tes diskret ini hanya memusatkan
pada satu bagian grammar seperti fonologi, sintaksis, atau kosakata. Selain itu, tes deskrit
bias juga berfokus pada satu keterampilan seperti menyimak, berbicara, membaca, atau
menulis, serta pada satu aspek keterampilan baik itu yang berupa keterampilan produktif
atau reseptif dan oral atau visual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebuah tes
diskret tidak menghubungkan antara satu materi-baik berupa grammar atau berupa jenis
keterampilan- dengan yang lainnya.

Djiwandono menyatakan perihal tes dikret ini sebagai sebuah tes yang bersumber pada
pendekatan structural dalam kajian kebahasaaan. Adapaun yang dimaksudkan dengan
pendekatan struktural ini adalah adanya pandangan bahwa bahasa dianggap sebagai
sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan terdiri atas komponen-komponen
bahasa seperti komponen bunyi, kosakata, dan tata bahasa. Komponen-komponen
tersebut pun terususn secara berjenjang berdasarkan sebuah struktur tertentu. 3

Secara jelas perihal pendekatan structural dinyatakan oleh Heaton sebagai berikut:

          The structural approach is characterized by the view that language learning is
          chiefly concerned with the systematic acquisition of a set of habits.It draws on the
          work of structural linguistics, in particular the importance of contrastive analysis
          and the need of identify and measure the lerner’s mastery of the separate
          elements of the target language: phonology, vocabulary, and grammar. Such
          mastery is tested using words and sentences completely divorce from any context
          on the grounds that a larger sample of language forms can be covered in the test
          in a comparatively short time.4
    Dalam pernyataan tersebut, Heaton menjelaskan bahwa pendekatan struktural melihat
pembelajaran bahasa berpusat pada pemerolehan yang sistematis dari satu set
kebiasaan. Ini tergambar dari linguistic structural yang termasuk dalam bagian analisis
kontrastive yang membutuhkan identifikasi dan mengukur secara terpisah bagian dari
bahasa target. Pandangan ini menunjukkan bahwa fonologi, kosakata dan tatbahasa

2
  Ibid.
3
  M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), p. 9.
4
  J. B. Heaton, Writing English Language Tests New Edition,(London and New York: Longman,
1989), p. 15.
dalam tes kata atau kalimat lengkap dipisahkan dari konteks. Dengan demikian, pendapat
linguistic strukturalis yang menjadi sumber dari pendekatan structural ini menganggap
bahwa semua bagian –seperti fonologi, kosakata, maupun tatabahasa- merupakan bagian
penting dan harus diberikan secara terpisah baik dari materi pembelajaran maupun
penyajian tesnya. Bagian-bagian dari linguistic ini dianggap sebagai bagian yang terpisah
dari konteks.

Berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dan
dihubungkan dengan tes dikret maka dapat dikatakan bahwa suatu tes diskret adalah
sebuah tes yang memisahkan bagian-bagian bahasa –baik fonologi, kosakata, maupun
tatabahasa- dan beragam keterampilan berbahasa –seperti menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis- dari konteks apa pun. Tes dikret ini berfokus hanya pada satu
bidang kajian saja dan terlepas dari kajian-kajian yang lainnya.




2.2 Hakikat Tes Kosakata

Djiwandono mengatakan bahwa kosakata dalam pembelajaran bahasa merupakan bagian
yang sangat penting karena melalui kosakata inilah suatu wacana memperoleh sebagian
besar maknanya.Pemilihan kosakata yang tepat merupakan hal yang penting untuk
pengungkapan makna yang dikehendaki. Adapun tes kosakata secara lebih lanjut
dinyatakannya sebagai penguasaan makna kata-kata, di samping menggunakan kata-kata
tersebut secara tepat.5

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa suatu tes kosakata adalah tes
yang mengarahkan pembelajar untuk menguasai kosakata. Dalam hal ini adalah kosakata
dalam bahasa target. Penguasaan kosakata tersebut jelas berkenan dengan penguasaan
dari makna kata-kata tersebut. Bila pembelajar menguasai banyak kata maka itu berarti
bahwa pembelajar tersebut secara tidak langsung telah menguasai makna kata yang
dikuasainya.

5
    Djiwandono, Op. Cit., p. 43
Adapun Heaton menyebutkan bentuk-bentuk tes kosakata terdiri atas: (1) Multiple Choice
items (A), (2) Multiple Choice items (B), (3) Sets (Associated words), (4) Matching items,
(5) More Objective items, dan (6) Completion items6

Pada tes kosakata dinyatakan Heaton bahwa ”The firs tasks for the writer of a vocabulary
test is to determine the degree to which he or she to concentrate on testing the students
active or pasive vocabulary”.7

Dari pernyataan Heaton tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis kosakata yang
dapat diberikan kepada pembelajar, yakni kosakata aktif dan kosakata pasif.

Adapun Oller menyebutkan bahwa sebagai bagian dari tes diskret, ”A synonym matching
tasks is the most popular form of task usually called a ’Vocabulary Tests’. 8

Berdasarkan pendapat Oller tersebut maka dapat dikatakan bahwa salah satu bentuk tes
kosakata adalah memasangkan sinonim kata.




2.3 Materi Kosakata

Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa kosakata, perbendaharaan kata, atau kata
saja, juga: leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu
bahasa.9 Burhan membatasi hakikat kosakata sebagai kekayaan kata atau
perbendaharaan kata suatu bahasa. Pendapat ini merupakan definisi kosakata secara
sempit.

Seperti dinyatakan sebelumnya oleh Heaton bahwa dalam tes kosakata terdapat tes
kosakata aktif dan tes kosakata pasif. Djiwandono menjelaskan secara lebih lanjut perihal
kosakata aktif dan pasif ini bahwa yang dimaksud dengan kosakata aktif yaitu kosakata
yang daoat digunakan oleh seorang pemakai bahsa secara wajar dan tanpa banyak
kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Adapun yang dimaksud dengan kosakata pasif

6
  Heaton. Op. Cit., p.p. 52-62.
7
  Ibid., p. 51.
8
  Oller, Op. Cit., p. 176.
9
  Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1988),p. 198.
adalah adalah kosakata yang hanya dapat dipahami oleh pemakai bahasa bila kosakata
tersebut digunakan oleh orang lain tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar. 10

Dua jenis kosakata yang dijelaskan di atas menjadi pertimbangan dalam penyusunan tes
kosakata. Hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran tersebut.

Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa mencocokkan sinonim kata juga
merupakan materi yang sangat populer dalam tes kosakata. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa materi kosakata yang dapat digunkan adalah sinonim kata.




2.4 Hakikat Matching Items Tests

Dinyatakan oleh Grolund sebagai berikut:

      In it’s traditional form, the matching exercise of two parallel columns wich each
      words, number, or symbol in one column being matched to a word, sentence, or
      phrase in the other column. The items in the column for which a match is sought are
      called premises, and the items in the column from which the selection is made are
      called responses. The basis for matching premises to responses is sometimes self-
      evident but more often must be explained in the directions. In any event, the student
      tasks is to identify the pairs of items that are to be associated on the basis
      indicated.11
Berdasarkan bentuk tradisional, Gronlund menyatakan bahwa latihan mencocokkan
memiliki dua kolom yang masing-masing kolom berisi kata, angka, atau symbol dan
dicocokkan dengan kata, angka atau symbol di kolom lainnya. Butir pada kolom yang
dicocokkan disebut premis dan butir pada kolom yang lainnya disebut respons. Pada
dasarnya, dalam mencocokkan premis dan respons kadangkala berupa pemahaman diri
namun seringkali harus memberikan penjelasan secara langsung. Dalam moment yang
lain, tugas pembelajar adalah memsangkan butir-butir tersebut.

Tes mencocokkan ini sangat terbatas untuk mengukur informasi faktual yang sederhana.
Dinyatakan oleh Gronlund bahwa “ the matching exercise has also been used with pictorial


10
  Djiwandono, Loc. Cit.
11
  Robert Linn dan Norman E. Gronlund, Meassurement and Assasementin Teaching, (New Jersey:
Englewoods Cliffs, 1995), p. 166.
materials in relating pictures and words or to identify positions on maps, charts, and
diagrams”.12




2.4.1. Tipe Tes Mencocokkan

Sementara itu, Heaton memberikan beberapa tipe dalam tes mencocokkan. Tipe tersebut
antara lain dijelaskan sebagai berikut:

(1) Type 1 of the following test items suffers from testing lexical items from different word
       classes.

(2) Type 2 tests a mixed bag of tense forms, etc the result is that for both types of test
       items grammatical clues are importance, since they are instrumental in limiting the
       range of choices facing the testees for each blank.

(3) Type 3 is from the list of words given, and choose one which is most suitable for each
       blank.

(4) Type 4 most useful type of meaning item is undoubtedly that based on a reading
       comprehension passage.13

Tipe-tipe tes mencocokkan yang dijabarkan oleh Heaton dapat menjadi pilihan dalam
membuat sebuat tes mencocokkan. Berdasarkan ketentuan tes diskret, maka bentuk yang
dapat digunakan adalah tipe pertama. Hal ini karena yang difokuskan hanya pada
kosakata saja.




2.4.2. Saran Penyusunan Butir Tes Mencocokkan

Adapun saran-saran yang diberikan oleh Gronlund dalam menyusun tes mencocokkan
adalah sebagai berikut:

(1) Use only homogeneous material in a single matching exercise.
12
     Gronlund, Loc. Cit.
13
     Heaton, Op. Cit., p.p. 58-60.
(2) Include an unequal number of responses and premises, and instruct the student that
       responses may be used once, more than once, or not at all.

(3) Keep the list of items to be matched brief, and place the shorter responses on the
       right.

(4) Arrange the list of responses in logical order: Place words in alpabeticcal order and
       number in sequence.

(5) Indicate in the directions the basis for matching the responses and premises.

(6) Place all of the items for one matching exercises on the same page. 14




3. RAMBU-RAMBU TES

3.1 Tujuan Pembelajaran

Dalam pembelajaran ini pembelajar diharapkan dapat:

1) Menemukan atau mengklasifikasi kata-kata berdasarkan tema keluarga.

2) Pembelajar mampu menemukan sinonim kata dari kata-kata yang tersedia

3) Pembelajar mampu menemukan istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan
       masyarakat Indonesia.

4) Pembelajar mampu menemukan antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan
       dari kata-kata yang tersedia berdasarkan kelas kata tertentu.




3.2 Materi Tes

14
     Ibid., p.p. 168-170.
Materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1) kata-kata yang terdapat dalam lingkup tema keluarga yang menyebutkan hubungan
    kekerabatan.

2) Sinonim kata atau nama lain dari jenis hubungan kekerabatan

3) Istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat Indonesia




3.3 Kisi-kisi

Dalam pengembangan tes mencocokkan yang akan dibuat, tes yang akan diberikan
adalah sebagai berikut:

1) Jenis-jenis hubungan kekerabatan dalam masyarakat Indonesia

2) Nama lain atau sinonim kata dari jenis-jenis hubungan kekerabatan pada masyarakat
    Indonesia.

3) Istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan




3.4 Bentuk Tes

Adapun bentuk tes yang digunakan pada tes ini adalah tes mencocokkan model tradisional
dengan menggunakan dua kolom. Kolom pertama adalah kolom berupa premis dan kolom
kedua berupa respons.




4. WUJUD TES
4.1 Identifikasi Tes

Di dalam tes ini, pembelajar BIPA dapat mengenali jenis-jenis hubungan kekerabatan yang
ada pada masyarakat Indonesia dan menemukan sinonim atau nama lain dari jenis
kekerabatan tersebut. Selain itu, pembelajar dapat juga menambah penguasaan kosakata
mereka dengan menemukan istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan yang ada pada
masyarakat Indonesia.




4.2 Petunjuk Tes

Petunjuk atau instruksi yang digunakan pada tes ini adalah sebagai berikut:

Tes Pertama

Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna yang ada
pada kolom sebelah kiri.




Tes Ke-2

Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih sinonim
kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!




Tes ke-3

Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang sesuai
dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah kiri!




4.3 Soal
1. Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna
yang ada pada kolom sebelah kiri!

                    Makna                                Kata

1. anak yang lebih muda dari saya       1. adik

2. anak yang lebih tua dari saya        2. ayah

3. perempuan yang melahirkan saya       3. bibi

4. suami dari ibu                       4. ibu

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu    5. istri

6.adik perempuan ayah atau ibu          6. kakak

7. perempuan yang menikah               7. kakek

8. laki-laki yang menikah               8. nenek

9. ayah dari ayah atau ibu              9. suami

10. ibu dari ayah atau ibu              10. paman




2. Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih
sinonim kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!
Kata 1                                 Kata 2

1. ibu                                  1. tante

2. ayah                                 2. opa

3. paman                                3. oma

4. bibi                                 4. om

5. kakek                                5. papa

6. nenek                                6. mama




3. Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang
sesuai dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah
kiri!

Deskripsi hubungan kekerabatan         Istilah

    1. Ayah dengan Nenek dari Ibu          1. Anak

    2. Anak saya dengan Kakek              2. Cicit

    3. Kakek dari ayah dengan Nenek        3. Besan
          dari ibu
                                           4. Cucu
    4. Nenek dari ayah dengan Ibu
                                           5. Ipar
    5. Saya dengan Kakek
                                           6. Keponakan
    6. Tante dari ibu dengan Ayah
                                           7. Mertua
    7. Bibi dengan Saya
                                           8. Menantu
8. Saya dengan Anak bibi                9. sepupu

    9. Nenek dengan Anak saya




4.4. Lembar Jawaban

Tes Pertama

          Tes PertamaMakna                              Kata

1. anak yang lebih muda dari saya        1………………………………

2. anak yang lebih tua dari saya         2 ………………………………

3. perempuan yang melahirkan saya        3. ……………………………...

4. suami dari ibu                        4. ………………………………

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu     5. ………………………………..

6.adik perempuan ayah atau ibu           6. ………………………………

7. perempuan yang menikah                7. ………………………………

8. laki-laki yang menikah                8. ……………………………..

9. ayah dari ayah atau ibu               9. ………………………………...

10. ibu dari ayah atau ibu               10………………………………..




2. Tes ke-2

Kata 1                                 Kata 2

1. ibu                                  1. ……………………..
2. ayah

3. paman                                  2. ………………………

4. bibi                                   3. ………………………

5. kakek                                  4. ……………………..

6. nenek                                  5. ………………………

                                          6. ……………………….



3. Tes ke-3

Dua jenis hubungan kekerabatan         Istilah

    1. Ayah dengan Nenek dari Ibu          1. ……………………………..

    2. Anak saya dengan Kakek              2. ………………………………

    3. Kakek dari ayah dengan Nenek        3. ………………………………
          dari ibu
                                           4. ………………………………
    4. Nenek dari ayah dengan Ibu
                                           5. ……………………………..
    5. Saya dengan Kakek
                                           6. ……………………………
    6. Tante dari ibu dengan Ayah
                                           7. ……………………………..
    7. Bibi dengan Saya
                                           8. ……………………………
    8. Saya dengan Anak bibi
                                           9. …………………………….
    9. Nenek dengan Anak saya



4.5. Kunci Jawaban

Kunci jawaban dari tes tersebu adalah sebagai berikut:
Tes Pertama

1. anak yang lebih muda dari saya aadalah adik

2. anak yang lebih tua dari saya adalah kakak

3. perempuan yang melahirkan saya adalah ibu

4. suami dari ibu adalah ayah

5. adik laki-laki ayah atau adik ibu adalah paman

6.adik perempuan ayah atau ibu adalah bibi

7. perempuan yang menikah adalah istri

8. laki-laki yang menikah adalah suami

9. ayah dari ayah atau ibu adalah kakek

10. ibu dari ayah atau ibu adalah nenek




Tes ke-2

1. Sinonim dari ibu adalah mama

2. Sinonim dari ayah adalah papa

3. Sinonim dari paman adalah om

4. Sinonim dari bibi adalah tante

5. Sinonim dari kakek adalah opa

6. Sinonim dari nenek adalah oma




Tes ke-3
1. Istilah hubungan antara ayah dengan nenek dari Ibu adalah menantu

2. Istilah hubungan antara anak saya dengan kakek adalah cicit

3. Istilah hubungan antara kakek dari ayah dengan nenek dari ibu adalah besan

4. Istilah hubungan antara nenek dari ayah dengan ibu adalah mertua

5. Istilah hubungan antara saya dengan Kakek adalah cucu

6. Istilah hubungan antara tante dari ibu dengan ayah adalah ipar

7. Istilah hubungan antara saya bibi dengan saya adalah keponakan

8. Istilah hubungan antara saya dengan anak bibi adalah sepupu

9. Istilah hubungan antara nenek dengan anak saya adalah buyut




4.6 Cara Penilaian

Penilaian dalam tes ini berdasarkan penskoran dalam tes objektif adalah sebagai berikut:

1. Skor untuk masing-masing tes adalah sama dengan jumlah soal (satu soal diberi skor
    1)

    Pada tes pertama terdapat 10 soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat
    menjawab secara benar keseluruhan soal maka pembelajar akan mendapatkan skor
    maksimal 10.

    Pada tes ke-2 terdapat 6 butir soal. Dengan demikian, apabila pembelajar dapat
    menjawab benar keseluruhan butir soal maka skor maksimalnya adalah 6.

    Pada tes ke-3 terdapat 9 butir soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat
    menjawab secara keseluruhan butir soal dengan benar maka akan mendapat skor 9

2. Total skor mentah pada tes ini adalah sebagai berikut:

    Tes Pertama         Skor Maksimum            10
Tes ke-2            Skor Maksimum         6

   Tes ke-3            Skor Maksimum         9

   Total               Skor Maksimum         25




5. REKOMENDASI

Tes mencocokkan yang dibuat dapat digunakan untuk para pembelajar bahsa Indonesia
bagi penutur asing (BIPA) dalam mengenali jenis hubungan kekerabatan yang ada pada
masyarakat Indonesia. Tes ini dibuat untuk pembelajar tingkat dasar karena tercakup
dalam tema ’Keluarga’ yang merupakan tema sederhana dan dekat dengan kehidupan
para pembelajar.




6. DAFTAR PUSTAKA

Djiwandono, M. Soenardi. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. 1996.

Heaton, J. B. Writing English Language Tests New Edition. London and New York:
Longman. 1989.

Linn, Robert and Norman E. Gronlund. Meassurement and Assasementin Teaching. New
    Jersey: Englewoods Cliffs. 1995.
Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE. 1988.

Oller, John W. Language Tests at School. London: Longman. 1979

More Related Content

What's hot

Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikLizaTriH
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIArief Kurniatama
 
1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastraCoral Reef
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacanafebrino
 
Rpp RPP Invitation Kelas VIII
Rpp RPP Invitation Kelas VIIIRpp RPP Invitation Kelas VIII
Rpp RPP Invitation Kelas VIIIechan_vega
 
Aspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanaAspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanamursiaekawati
 
Kkm bahasa inggris kelas xi 1
Kkm bahasa inggris kelas xi 1Kkm bahasa inggris kelas xi 1
Kkm bahasa inggris kelas xi 1Dudi Ridwan
 
RPP b,inggris semester kelas 7
RPP b,inggris semester  kelas 7RPP b,inggris semester  kelas 7
RPP b,inggris semester kelas 7Nur Khairiah
 
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1Khairul Ikhsan
 
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my Birthday
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my BirthdayRPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my Birthday
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my BirthdayMas Iis .
 
3 rpp hopes and dreams
3 rpp hopes and dreams3 rpp hopes and dreams
3 rpp hopes and dreamsRusinah21
 
Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3astutyutomo
 
Pertemuan 6 kohesi dan koherensi
Pertemuan 6 kohesi dan koherensiPertemuan 6 kohesi dan koherensi
Pertemuan 6 kohesi dan koherensiAinul Fikri
 

What's hot (20)

Situasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- PragmatikSituasi tutur- Pragmatik
Situasi tutur- Pragmatik
 
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSIANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
ANALISIS WACANA KOHESI DAN KOHERENSI
 
1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra1. hakikat kritik sastra
1. hakikat kritik sastra
 
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
Contoh RPP Bahasa Indonesia K13
 
Pengertian wacana
Pengertian wacanaPengertian wacana
Pengertian wacana
 
Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)Kritik sastra ppt (2)
Kritik sastra ppt (2)
 
Rpp RPP Invitation Kelas VIII
Rpp RPP Invitation Kelas VIIIRpp RPP Invitation Kelas VIII
Rpp RPP Invitation Kelas VIII
 
Aspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacanaAspek gramatikal wacana
Aspek gramatikal wacana
 
Kkm bahasa inggris kelas xi 1
Kkm bahasa inggris kelas xi 1Kkm bahasa inggris kelas xi 1
Kkm bahasa inggris kelas xi 1
 
tindak tutur
tindak tuturtindak tutur
tindak tutur
 
RPP b,inggris semester kelas 7
RPP b,inggris semester  kelas 7RPP b,inggris semester  kelas 7
RPP b,inggris semester kelas 7
 
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1
Lesson plan 3 sampel rpp b.inggris sma berkarakter kls xii smt1
 
linguistik historis komparatif
linguistik historis komparatiflinguistik historis komparatif
linguistik historis komparatif
 
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian DramaPendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
Pendahuluan & Hakikat Pengkajian Drama
 
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my Birthday
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my BirthdayRPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my Birthday
RPP SMP Kelas 7 Kurikulum 2013 Bahasa Inggris It's my Birthday
 
Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening Instrumen penilaian listening
Instrumen penilaian listening
 
3 rpp hopes and dreams
3 rpp hopes and dreams3 rpp hopes and dreams
3 rpp hopes and dreams
 
Fungsi Sastra 1
Fungsi Sastra 1Fungsi Sastra 1
Fungsi Sastra 1
 
Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3Rpp teks berita kd 3
Rpp teks berita kd 3
 
Pertemuan 6 kohesi dan koherensi
Pertemuan 6 kohesi dan koherensiPertemuan 6 kohesi dan koherensi
Pertemuan 6 kohesi dan koherensi
 

Similar to Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSssusi
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaAi Rahayu
 
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptx
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptxPendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptx
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptxPutriWindriani1
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxRidwanRamdhan
 
Metodologi_pengajaran_bahasa.ppt
Metodologi_pengajaran_bahasa.pptMetodologi_pengajaran_bahasa.ppt
Metodologi_pengajaran_bahasa.pptMohammadSiddiq26
 
14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahyavinaserevina
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesiaAmr Ali
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakYuns Saragih
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piagetuniku
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptxraniManggor
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Activian Grapiter
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall921920
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaMarliena An
 

Similar to Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete (20)

SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docxSRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
SRISURYAS_858946008_TT1BI.docx
 
Metodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasaMetodologi pengajaran-bahasa
Metodologi pengajaran-bahasa
 
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptx
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptxPendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptx
Pendekatan Tes Bahasa Kelompok 4.pptx
 
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptxLINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
LINGKUNGAN BAHASA DALAM PEMBELAJARAN BIPA-1.pptx
 
Metodologi_pengajaran_bahasa.ppt
Metodologi_pengajaran_bahasa.pptMetodologi_pengajaran_bahasa.ppt
Metodologi_pengajaran_bahasa.ppt
 
14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya14.vina serevina fandi cahya
14.vina serevina fandi cahya
 
Bahasa indonesia
Bahasa indonesiaBahasa indonesia
Bahasa indonesia
 
Setya trinugraha2
Setya trinugraha2Setya trinugraha2
Setya trinugraha2
 
Bbm 4
Bbm 4Bbm 4
Bbm 4
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
 
Faktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajarFaktor yang mempengaruhi belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar
 
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
5. relevansi teori-psikologi-dari-piaget
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT  MODUL 1 _MPBISD.pptxPPT  MODUL 1 _MPBISD.pptx
PPT MODUL 1 _MPBISD.pptx
 
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
Tesis hubungan minat membaca dan penguasaan kosakata dengan keterampilan berb...
 
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatifBagian ii-e-peendekatan-komunikatif
Bagian ii-e-peendekatan-komunikatif
 
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwallUpaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
Upaya peningkatan vocabulary siswa dengan media wordwall
 
Artikel
ArtikelArtikel
Artikel
 
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata KerjaAnalisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
Analisis Kontrastif Pembentukan Kata Kerja
 
Makalah BING kel 3.docx
Makalah BING kel 3.docxMakalah BING kel 3.docx
Makalah BING kel 3.docx
 

More from Marliena An

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruMarliena An
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahMarliena An
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnMarliena An
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaMarliena An
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanMarliena An
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Marliena An
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasMarliena An
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Marliena An
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisMarliena An
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Marliena An
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisMarliena An
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranMarliena An
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra filmMarliena An
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarMarliena An
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMarliena An
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaMarliena An
 

More from Marliena An (16)

Contoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baruContoh artikel hasil penelitian baru
Contoh artikel hasil penelitian baru
 
Panduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilahPanduan pembakuan istilah
Panduan pembakuan istilah
 
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbnPedoman umum pembentukan istilah_pbn
Pedoman umum pembentukan istilah_pbn
 
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesiaKamus tesaurus bahasa-indonesia
Kamus tesaurus bahasa-indonesia
 
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakanPedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
Pedoman umum ejaan-yang_disempurnakan
 
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
Psikologi Sastra Novel "Cala Ibi"
 
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan KelasProposal Penelitian Tindakan Kelas
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
 
Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar Gaya dan Strategi Belajar
Gaya dan Strategi Belajar
 
Seminar Proposal Tesis
Seminar Proposal TesisSeminar Proposal Tesis
Seminar Proposal Tesis
 
Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya Pragmatik Lintas Budaya
Pragmatik Lintas Budaya
 
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan MenulisKreativitas dan Keterampilan Menulis
Kreativitas dan Keterampilan Menulis
 
Penilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku PelajaranPenilaian Buku Pelajaran
Penilaian Buku Pelajaran
 
Resepsi sastra film
Resepsi sastra filmResepsi sastra film
Resepsi sastra film
 
Pengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi AjarPengembangan Materi Ajar
Pengembangan Materi Ajar
 
Metodologi Pembelajaran
Metodologi PembelajaranMetodologi Pembelajaran
Metodologi Pembelajaran
 
Analisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan BerbahasaAnalisis Kesalahan Berbahasa
Analisis Kesalahan Berbahasa
 

Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete

  • 1. PENGEMBANGAN TES KOSAKATA MENCOCOKKAN KATA DENGAN ANCANGAN DESCRETE Oleh: Marlina 1. LATAR BELAKANG Pembelajaran bahasa untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) tingkat dasar adalah pembelajaran yang dikhususkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing. Para pembelajar ini pada umumnya belum memiliki dasar dalam pengetahuan bahasa dan bila pun ada yang telah memiliki pengetahuan dasar, pengetahuan tersebut belumlah cukup memadai sebagai pengetahuan bahasa. Belakangan ini di Indonesia, pembelajaran BIPA kian berkembang pesat. Ketertarikan para pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia dari hari ke hari semakin meningkat jumlahnya. Dengan demikian, pengajar BIPA harus terus berupaya menciptakan pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga target atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik. Salah satu hal yang penting dalam mengukur hasil belajar adalah adanya tes. Dengan adanya tes maka pengajar akan dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar pembelajar. Dalam mengembangkan sebuah tes , pengajar harus menyesuaikan isi materi yang diajarkan dengan tes yang dibuat, sehingga tes tersebut menggambarkan segala hal yang telah dipelajari oleh pembelajar. Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran bahasa kedua dan merupakan hal mendasar adalah penguasaan kosakata bahasa target. Hal ini penting karena dengan penguasaan kosakata yang banyak maka pembelajar pada akhirnya akan mampu menerima atau memproduksi bahasa dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya. Oleh karena itu, sebagai pembelajaran awal di kelas BIPA, para pembelajar BIPA pada umumnya memerlukan penguasaan kosakata dalam bahasa Indonesia sebelum pada
  • 2. akhirnya akan mengarah pada pembelajaran keterampilan berbahasa maupun pada pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa. Pembelajaran kosakata perlu dilakukan terpisah dari pembelajaran lainnya mengingat untuk lebih banyak mengenal dan menguasai kosakata dalam bahasa target, para pembelajar memrlukan focus pembelajaran terhadap pembelajaran kosakata. Dengan demikian, jumlah kosakata yang diharapkan dapat diketahui dan dikuasai pembelajar dapat diketahui oleh pengajar sehingga dengan jumlah kosakata yang mencukupi atau memadai pembelajar dianggap siap untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan tingkatan yang lebih tinggi –dalam hal ini mencakup empat keterampilan berbahasa maupun pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa-. Dalam pengembangan tes yang dimaksudkan untuk penguasaan kosakata pembelajar, pengajar dapat mengembangkan tes yang bertujuan untuk memperkenalkan kata-kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan atau hubungan makna seperti halnya sinonim kata, antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan, dan mengklasifikasikan atau menemukan kata-kata berdasarkan tema tertentu. Bentuk-bentuk tersebut dapat membantu pembelajar dalam mengenali kosakata bahasa Indonesia lebih banyak lagi. 2. KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Tes Descrete Dinyatakan Oller bahwa “a descrete point tests is one that attempts to focus attention one point of grammar at a time.1(tes diskret adalah suatu upaya untuk memusatkan perhatian pada satu hal di suatu waktu). Selanjutnya dikatakan juga secara lebih jelas sebagai berikut: Each test item is aimed at one and only one element of a particular component of a grammar (or perhaps we should say hyphothesized grammar), such as phonology, syntax, or vocabulary. Moreover, a descrete point test purports to 1 John W Oller, Jr., Language Tests at School, (London: Longman, 1979), p. 37.
  • 3. asses only one skill at a time (e.g., listening or speaking or reading, or writing) and only one aspect of a skill (e.g., productive versus receptive or oral versus visual). 2 Pernyataan di atas secara jelas menjelaskan bahwa tes diskret ini hanya memusatkan pada satu bagian grammar seperti fonologi, sintaksis, atau kosakata. Selain itu, tes deskrit bias juga berfokus pada satu keterampilan seperti menyimak, berbicara, membaca, atau menulis, serta pada satu aspek keterampilan baik itu yang berupa keterampilan produktif atau reseptif dan oral atau visual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebuah tes diskret tidak menghubungkan antara satu materi-baik berupa grammar atau berupa jenis keterampilan- dengan yang lainnya. Djiwandono menyatakan perihal tes dikret ini sebagai sebuah tes yang bersumber pada pendekatan structural dalam kajian kebahasaaan. Adapaun yang dimaksudkan dengan pendekatan struktural ini adalah adanya pandangan bahwa bahasa dianggap sebagai sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan terdiri atas komponen-komponen bahasa seperti komponen bunyi, kosakata, dan tata bahasa. Komponen-komponen tersebut pun terususn secara berjenjang berdasarkan sebuah struktur tertentu. 3 Secara jelas perihal pendekatan structural dinyatakan oleh Heaton sebagai berikut: The structural approach is characterized by the view that language learning is chiefly concerned with the systematic acquisition of a set of habits.It draws on the work of structural linguistics, in particular the importance of contrastive analysis and the need of identify and measure the lerner’s mastery of the separate elements of the target language: phonology, vocabulary, and grammar. Such mastery is tested using words and sentences completely divorce from any context on the grounds that a larger sample of language forms can be covered in the test in a comparatively short time.4 Dalam pernyataan tersebut, Heaton menjelaskan bahwa pendekatan struktural melihat pembelajaran bahasa berpusat pada pemerolehan yang sistematis dari satu set kebiasaan. Ini tergambar dari linguistic structural yang termasuk dalam bagian analisis kontrastive yang membutuhkan identifikasi dan mengukur secara terpisah bagian dari bahasa target. Pandangan ini menunjukkan bahwa fonologi, kosakata dan tatbahasa 2 Ibid. 3 M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), p. 9. 4 J. B. Heaton, Writing English Language Tests New Edition,(London and New York: Longman, 1989), p. 15.
  • 4. dalam tes kata atau kalimat lengkap dipisahkan dari konteks. Dengan demikian, pendapat linguistic strukturalis yang menjadi sumber dari pendekatan structural ini menganggap bahwa semua bagian –seperti fonologi, kosakata, maupun tatabahasa- merupakan bagian penting dan harus diberikan secara terpisah baik dari materi pembelajaran maupun penyajian tesnya. Bagian-bagian dari linguistic ini dianggap sebagai bagian yang terpisah dari konteks. Berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dan dihubungkan dengan tes dikret maka dapat dikatakan bahwa suatu tes diskret adalah sebuah tes yang memisahkan bagian-bagian bahasa –baik fonologi, kosakata, maupun tatabahasa- dan beragam keterampilan berbahasa –seperti menyimak, berbicara, membaca, dan menulis- dari konteks apa pun. Tes dikret ini berfokus hanya pada satu bidang kajian saja dan terlepas dari kajian-kajian yang lainnya. 2.2 Hakikat Tes Kosakata Djiwandono mengatakan bahwa kosakata dalam pembelajaran bahasa merupakan bagian yang sangat penting karena melalui kosakata inilah suatu wacana memperoleh sebagian besar maknanya.Pemilihan kosakata yang tepat merupakan hal yang penting untuk pengungkapan makna yang dikehendaki. Adapun tes kosakata secara lebih lanjut dinyatakannya sebagai penguasaan makna kata-kata, di samping menggunakan kata-kata tersebut secara tepat.5 Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa suatu tes kosakata adalah tes yang mengarahkan pembelajar untuk menguasai kosakata. Dalam hal ini adalah kosakata dalam bahasa target. Penguasaan kosakata tersebut jelas berkenan dengan penguasaan dari makna kata-kata tersebut. Bila pembelajar menguasai banyak kata maka itu berarti bahwa pembelajar tersebut secara tidak langsung telah menguasai makna kata yang dikuasainya. 5 Djiwandono, Op. Cit., p. 43
  • 5. Adapun Heaton menyebutkan bentuk-bentuk tes kosakata terdiri atas: (1) Multiple Choice items (A), (2) Multiple Choice items (B), (3) Sets (Associated words), (4) Matching items, (5) More Objective items, dan (6) Completion items6 Pada tes kosakata dinyatakan Heaton bahwa ”The firs tasks for the writer of a vocabulary test is to determine the degree to which he or she to concentrate on testing the students active or pasive vocabulary”.7 Dari pernyataan Heaton tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis kosakata yang dapat diberikan kepada pembelajar, yakni kosakata aktif dan kosakata pasif. Adapun Oller menyebutkan bahwa sebagai bagian dari tes diskret, ”A synonym matching tasks is the most popular form of task usually called a ’Vocabulary Tests’. 8 Berdasarkan pendapat Oller tersebut maka dapat dikatakan bahwa salah satu bentuk tes kosakata adalah memasangkan sinonim kata. 2.3 Materi Kosakata Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa kosakata, perbendaharaan kata, atau kata saja, juga: leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu bahasa.9 Burhan membatasi hakikat kosakata sebagai kekayaan kata atau perbendaharaan kata suatu bahasa. Pendapat ini merupakan definisi kosakata secara sempit. Seperti dinyatakan sebelumnya oleh Heaton bahwa dalam tes kosakata terdapat tes kosakata aktif dan tes kosakata pasif. Djiwandono menjelaskan secara lebih lanjut perihal kosakata aktif dan pasif ini bahwa yang dimaksud dengan kosakata aktif yaitu kosakata yang daoat digunakan oleh seorang pemakai bahsa secara wajar dan tanpa banyak kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Adapun yang dimaksud dengan kosakata pasif 6 Heaton. Op. Cit., p.p. 52-62. 7 Ibid., p. 51. 8 Oller, Op. Cit., p. 176. 9 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1988),p. 198.
  • 6. adalah adalah kosakata yang hanya dapat dipahami oleh pemakai bahasa bila kosakata tersebut digunakan oleh orang lain tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar. 10 Dua jenis kosakata yang dijelaskan di atas menjadi pertimbangan dalam penyusunan tes kosakata. Hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran tersebut. Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa mencocokkan sinonim kata juga merupakan materi yang sangat populer dalam tes kosakata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa materi kosakata yang dapat digunkan adalah sinonim kata. 2.4 Hakikat Matching Items Tests Dinyatakan oleh Grolund sebagai berikut: In it’s traditional form, the matching exercise of two parallel columns wich each words, number, or symbol in one column being matched to a word, sentence, or phrase in the other column. The items in the column for which a match is sought are called premises, and the items in the column from which the selection is made are called responses. The basis for matching premises to responses is sometimes self- evident but more often must be explained in the directions. In any event, the student tasks is to identify the pairs of items that are to be associated on the basis indicated.11 Berdasarkan bentuk tradisional, Gronlund menyatakan bahwa latihan mencocokkan memiliki dua kolom yang masing-masing kolom berisi kata, angka, atau symbol dan dicocokkan dengan kata, angka atau symbol di kolom lainnya. Butir pada kolom yang dicocokkan disebut premis dan butir pada kolom yang lainnya disebut respons. Pada dasarnya, dalam mencocokkan premis dan respons kadangkala berupa pemahaman diri namun seringkali harus memberikan penjelasan secara langsung. Dalam moment yang lain, tugas pembelajar adalah memsangkan butir-butir tersebut. Tes mencocokkan ini sangat terbatas untuk mengukur informasi faktual yang sederhana. Dinyatakan oleh Gronlund bahwa “ the matching exercise has also been used with pictorial 10 Djiwandono, Loc. Cit. 11 Robert Linn dan Norman E. Gronlund, Meassurement and Assasementin Teaching, (New Jersey: Englewoods Cliffs, 1995), p. 166.
  • 7. materials in relating pictures and words or to identify positions on maps, charts, and diagrams”.12 2.4.1. Tipe Tes Mencocokkan Sementara itu, Heaton memberikan beberapa tipe dalam tes mencocokkan. Tipe tersebut antara lain dijelaskan sebagai berikut: (1) Type 1 of the following test items suffers from testing lexical items from different word classes. (2) Type 2 tests a mixed bag of tense forms, etc the result is that for both types of test items grammatical clues are importance, since they are instrumental in limiting the range of choices facing the testees for each blank. (3) Type 3 is from the list of words given, and choose one which is most suitable for each blank. (4) Type 4 most useful type of meaning item is undoubtedly that based on a reading comprehension passage.13 Tipe-tipe tes mencocokkan yang dijabarkan oleh Heaton dapat menjadi pilihan dalam membuat sebuat tes mencocokkan. Berdasarkan ketentuan tes diskret, maka bentuk yang dapat digunakan adalah tipe pertama. Hal ini karena yang difokuskan hanya pada kosakata saja. 2.4.2. Saran Penyusunan Butir Tes Mencocokkan Adapun saran-saran yang diberikan oleh Gronlund dalam menyusun tes mencocokkan adalah sebagai berikut: (1) Use only homogeneous material in a single matching exercise. 12 Gronlund, Loc. Cit. 13 Heaton, Op. Cit., p.p. 58-60.
  • 8. (2) Include an unequal number of responses and premises, and instruct the student that responses may be used once, more than once, or not at all. (3) Keep the list of items to be matched brief, and place the shorter responses on the right. (4) Arrange the list of responses in logical order: Place words in alpabeticcal order and number in sequence. (5) Indicate in the directions the basis for matching the responses and premises. (6) Place all of the items for one matching exercises on the same page. 14 3. RAMBU-RAMBU TES 3.1 Tujuan Pembelajaran Dalam pembelajaran ini pembelajar diharapkan dapat: 1) Menemukan atau mengklasifikasi kata-kata berdasarkan tema keluarga. 2) Pembelajar mampu menemukan sinonim kata dari kata-kata yang tersedia 3) Pembelajar mampu menemukan istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan masyarakat Indonesia. 4) Pembelajar mampu menemukan antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan dari kata-kata yang tersedia berdasarkan kelas kata tertentu. 3.2 Materi Tes 14 Ibid., p.p. 168-170.
  • 9. Materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut: 1) kata-kata yang terdapat dalam lingkup tema keluarga yang menyebutkan hubungan kekerabatan. 2) Sinonim kata atau nama lain dari jenis hubungan kekerabatan 3) Istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat Indonesia 3.3 Kisi-kisi Dalam pengembangan tes mencocokkan yang akan dibuat, tes yang akan diberikan adalah sebagai berikut: 1) Jenis-jenis hubungan kekerabatan dalam masyarakat Indonesia 2) Nama lain atau sinonim kata dari jenis-jenis hubungan kekerabatan pada masyarakat Indonesia. 3) Istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan 3.4 Bentuk Tes Adapun bentuk tes yang digunakan pada tes ini adalah tes mencocokkan model tradisional dengan menggunakan dua kolom. Kolom pertama adalah kolom berupa premis dan kolom kedua berupa respons. 4. WUJUD TES
  • 10. 4.1 Identifikasi Tes Di dalam tes ini, pembelajar BIPA dapat mengenali jenis-jenis hubungan kekerabatan yang ada pada masyarakat Indonesia dan menemukan sinonim atau nama lain dari jenis kekerabatan tersebut. Selain itu, pembelajar dapat juga menambah penguasaan kosakata mereka dengan menemukan istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan yang ada pada masyarakat Indonesia. 4.2 Petunjuk Tes Petunjuk atau instruksi yang digunakan pada tes ini adalah sebagai berikut: Tes Pertama Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna yang ada pada kolom sebelah kiri. Tes Ke-2 Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih sinonim kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan! Tes ke-3 Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah kiri! 4.3 Soal
  • 11. 1. Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna yang ada pada kolom sebelah kiri! Makna Kata 1. anak yang lebih muda dari saya 1. adik 2. anak yang lebih tua dari saya 2. ayah 3. perempuan yang melahirkan saya 3. bibi 4. suami dari ibu 4. ibu 5. adik laki-laki ayah atau adik ibu 5. istri 6.adik perempuan ayah atau ibu 6. kakak 7. perempuan yang menikah 7. kakek 8. laki-laki yang menikah 8. nenek 9. ayah dari ayah atau ibu 9. suami 10. ibu dari ayah atau ibu 10. paman 2. Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih sinonim kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!
  • 12. Kata 1 Kata 2 1. ibu 1. tante 2. ayah 2. opa 3. paman 3. oma 4. bibi 4. om 5. kakek 5. papa 6. nenek 6. mama 3. Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah kiri! Deskripsi hubungan kekerabatan Istilah 1. Ayah dengan Nenek dari Ibu 1. Anak 2. Anak saya dengan Kakek 2. Cicit 3. Kakek dari ayah dengan Nenek 3. Besan dari ibu 4. Cucu 4. Nenek dari ayah dengan Ibu 5. Ipar 5. Saya dengan Kakek 6. Keponakan 6. Tante dari ibu dengan Ayah 7. Mertua 7. Bibi dengan Saya 8. Menantu
  • 13. 8. Saya dengan Anak bibi 9. sepupu 9. Nenek dengan Anak saya 4.4. Lembar Jawaban Tes Pertama Tes PertamaMakna Kata 1. anak yang lebih muda dari saya 1……………………………… 2. anak yang lebih tua dari saya 2 ……………………………… 3. perempuan yang melahirkan saya 3. ……………………………... 4. suami dari ibu 4. ……………………………… 5. adik laki-laki ayah atau adik ibu 5. ……………………………….. 6.adik perempuan ayah atau ibu 6. ……………………………… 7. perempuan yang menikah 7. ……………………………… 8. laki-laki yang menikah 8. …………………………….. 9. ayah dari ayah atau ibu 9. ………………………………... 10. ibu dari ayah atau ibu 10……………………………….. 2. Tes ke-2 Kata 1 Kata 2 1. ibu 1. ……………………..
  • 14. 2. ayah 3. paman 2. ……………………… 4. bibi 3. ……………………… 5. kakek 4. …………………….. 6. nenek 5. ……………………… 6. ………………………. 3. Tes ke-3 Dua jenis hubungan kekerabatan Istilah 1. Ayah dengan Nenek dari Ibu 1. …………………………….. 2. Anak saya dengan Kakek 2. ……………………………… 3. Kakek dari ayah dengan Nenek 3. ……………………………… dari ibu 4. ……………………………… 4. Nenek dari ayah dengan Ibu 5. …………………………….. 5. Saya dengan Kakek 6. …………………………… 6. Tante dari ibu dengan Ayah 7. …………………………….. 7. Bibi dengan Saya 8. …………………………… 8. Saya dengan Anak bibi 9. ……………………………. 9. Nenek dengan Anak saya 4.5. Kunci Jawaban Kunci jawaban dari tes tersebu adalah sebagai berikut:
  • 15. Tes Pertama 1. anak yang lebih muda dari saya aadalah adik 2. anak yang lebih tua dari saya adalah kakak 3. perempuan yang melahirkan saya adalah ibu 4. suami dari ibu adalah ayah 5. adik laki-laki ayah atau adik ibu adalah paman 6.adik perempuan ayah atau ibu adalah bibi 7. perempuan yang menikah adalah istri 8. laki-laki yang menikah adalah suami 9. ayah dari ayah atau ibu adalah kakek 10. ibu dari ayah atau ibu adalah nenek Tes ke-2 1. Sinonim dari ibu adalah mama 2. Sinonim dari ayah adalah papa 3. Sinonim dari paman adalah om 4. Sinonim dari bibi adalah tante 5. Sinonim dari kakek adalah opa 6. Sinonim dari nenek adalah oma Tes ke-3
  • 16. 1. Istilah hubungan antara ayah dengan nenek dari Ibu adalah menantu 2. Istilah hubungan antara anak saya dengan kakek adalah cicit 3. Istilah hubungan antara kakek dari ayah dengan nenek dari ibu adalah besan 4. Istilah hubungan antara nenek dari ayah dengan ibu adalah mertua 5. Istilah hubungan antara saya dengan Kakek adalah cucu 6. Istilah hubungan antara tante dari ibu dengan ayah adalah ipar 7. Istilah hubungan antara saya bibi dengan saya adalah keponakan 8. Istilah hubungan antara saya dengan anak bibi adalah sepupu 9. Istilah hubungan antara nenek dengan anak saya adalah buyut 4.6 Cara Penilaian Penilaian dalam tes ini berdasarkan penskoran dalam tes objektif adalah sebagai berikut: 1. Skor untuk masing-masing tes adalah sama dengan jumlah soal (satu soal diberi skor 1) Pada tes pertama terdapat 10 soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat menjawab secara benar keseluruhan soal maka pembelajar akan mendapatkan skor maksimal 10. Pada tes ke-2 terdapat 6 butir soal. Dengan demikian, apabila pembelajar dapat menjawab benar keseluruhan butir soal maka skor maksimalnya adalah 6. Pada tes ke-3 terdapat 9 butir soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat menjawab secara keseluruhan butir soal dengan benar maka akan mendapat skor 9 2. Total skor mentah pada tes ini adalah sebagai berikut: Tes Pertama Skor Maksimum 10
  • 17. Tes ke-2 Skor Maksimum 6 Tes ke-3 Skor Maksimum 9 Total Skor Maksimum 25 5. REKOMENDASI Tes mencocokkan yang dibuat dapat digunakan untuk para pembelajar bahsa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) dalam mengenali jenis hubungan kekerabatan yang ada pada masyarakat Indonesia. Tes ini dibuat untuk pembelajar tingkat dasar karena tercakup dalam tema ’Keluarga’ yang merupakan tema sederhana dan dekat dengan kehidupan para pembelajar. 6. DAFTAR PUSTAKA Djiwandono, M. Soenardi. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. 1996. Heaton, J. B. Writing English Language Tests New Edition. London and New York: Longman. 1989. Linn, Robert and Norman E. Gronlund. Meassurement and Assasementin Teaching. New Jersey: Englewoods Cliffs. 1995.
  • 18. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. 1988. Oller, John W. Language Tests at School. London: Longman. 1979