Pengembangan Tes Kosakata dengan Ancangan Descrete
1. PENGEMBANGAN TES KOSAKATA MENCOCOKKAN KATA
DENGAN ANCANGAN DESCRETE
Oleh: Marlina
1. LATAR BELAKANG
Pembelajaran bahasa untuk pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA)
tingkat dasar adalah pembelajaran yang dikhususkan untuk memperkenalkan bahasa
Indonesia kepada para penutur asing. Para pembelajar ini pada umumnya belum memiliki
dasar dalam pengetahuan bahasa dan bila pun ada yang telah memiliki pengetahuan
dasar, pengetahuan tersebut belumlah cukup memadai sebagai pengetahuan bahasa.
Belakangan ini di Indonesia, pembelajaran BIPA kian berkembang pesat. Ketertarikan para
pembelajar asing dalam mempelajari bahasa Indonesia dari hari ke hari semakin
meningkat jumlahnya. Dengan demikian, pengajar BIPA harus terus berupaya
menciptakan pembelajaran yang menarik dan sesuai sehingga target atau tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai dapat tercapai dengan baik.
Salah satu hal yang penting dalam mengukur hasil belajar adalah adanya tes. Dengan
adanya tes maka pengajar akan dapat melakukan penilaian terhadap hasil belajar
pembelajar. Dalam mengembangkan sebuah tes , pengajar harus menyesuaikan isi materi
yang diajarkan dengan tes yang dibuat, sehingga tes tersebut menggambarkan segala hal
yang telah dipelajari oleh pembelajar.
Salah satu hal yang penting dalam pembelajaran bahasa kedua dan merupakan hal
mendasar adalah penguasaan kosakata bahasa target. Hal ini penting karena dengan
penguasaan kosakata yang banyak maka pembelajar pada akhirnya akan mampu
menerima atau memproduksi bahasa dengan menggunakan bahasa yang dipelajarinya.
Oleh karena itu, sebagai pembelajaran awal di kelas BIPA, para pembelajar BIPA pada
umumnya memerlukan penguasaan kosakata dalam bahasa Indonesia sebelum pada
2. akhirnya akan mengarah pada pembelajaran keterampilan berbahasa maupun pada
pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa.
Pembelajaran kosakata perlu dilakukan terpisah dari pembelajaran lainnya mengingat
untuk lebih banyak mengenal dan menguasai kosakata dalam bahasa target, para
pembelajar memrlukan focus pembelajaran terhadap pembelajaran kosakata. Dengan
demikian, jumlah kosakata yang diharapkan dapat diketahui dan dikuasai pembelajar
dapat diketahui oleh pengajar sehingga dengan jumlah kosakata yang mencukupi atau
memadai pembelajar dianggap siap untuk mempelajari bahasa Indonesia dengan
tingkatan yang lebih tinggi –dalam hal ini mencakup empat keterampilan berbahasa
maupun pembelajaran tingkat sintaksis dan tatabahasa-.
Dalam pengembangan tes yang dimaksudkan untuk penguasaan kosakata pembelajar,
pengajar dapat mengembangkan tes yang bertujuan untuk memperkenalkan kata-kata
dalam bahasa Indonesia yang memiliki keterkaitan atau hubungan makna seperti halnya
sinonim kata, antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan, dan mengklasifikasikan
atau menemukan kata-kata berdasarkan tema tertentu. Bentuk-bentuk tersebut dapat
membantu pembelajar dalam mengenali kosakata bahasa Indonesia lebih banyak lagi.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Hakikat Tes Descrete
Dinyatakan Oller bahwa “a descrete point tests is one that attempts to focus attention one
point of grammar at a time.1(tes diskret adalah suatu upaya untuk memusatkan perhatian
pada satu hal di suatu waktu). Selanjutnya dikatakan juga secara lebih jelas sebagai
berikut:
Each test item is aimed at one and only one element of a particular component of
a grammar (or perhaps we should say hyphothesized grammar), such as
phonology, syntax, or vocabulary. Moreover, a descrete point test purports to
1
John W Oller, Jr., Language Tests at School, (London: Longman, 1979), p. 37.
3. asses only one skill at a time (e.g., listening or speaking or reading, or writing) and
only one aspect of a skill (e.g., productive versus receptive or oral versus visual). 2
Pernyataan di atas secara jelas menjelaskan bahwa tes diskret ini hanya memusatkan
pada satu bagian grammar seperti fonologi, sintaksis, atau kosakata. Selain itu, tes deskrit
bias juga berfokus pada satu keterampilan seperti menyimak, berbicara, membaca, atau
menulis, serta pada satu aspek keterampilan baik itu yang berupa keterampilan produktif
atau reseptif dan oral atau visual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sebuah tes
diskret tidak menghubungkan antara satu materi-baik berupa grammar atau berupa jenis
keterampilan- dengan yang lainnya.
Djiwandono menyatakan perihal tes dikret ini sebagai sebuah tes yang bersumber pada
pendekatan structural dalam kajian kebahasaaan. Adapaun yang dimaksudkan dengan
pendekatan struktural ini adalah adanya pandangan bahwa bahasa dianggap sebagai
sesuatu yang memiliki struktur yang tertata rapi dan terdiri atas komponen-komponen
bahasa seperti komponen bunyi, kosakata, dan tata bahasa. Komponen-komponen
tersebut pun terususn secara berjenjang berdasarkan sebuah struktur tertentu. 3
Secara jelas perihal pendekatan structural dinyatakan oleh Heaton sebagai berikut:
The structural approach is characterized by the view that language learning is
chiefly concerned with the systematic acquisition of a set of habits.It draws on the
work of structural linguistics, in particular the importance of contrastive analysis
and the need of identify and measure the lerner’s mastery of the separate
elements of the target language: phonology, vocabulary, and grammar. Such
mastery is tested using words and sentences completely divorce from any context
on the grounds that a larger sample of language forms can be covered in the test
in a comparatively short time.4
Dalam pernyataan tersebut, Heaton menjelaskan bahwa pendekatan struktural melihat
pembelajaran bahasa berpusat pada pemerolehan yang sistematis dari satu set
kebiasaan. Ini tergambar dari linguistic structural yang termasuk dalam bagian analisis
kontrastive yang membutuhkan identifikasi dan mengukur secara terpisah bagian dari
bahasa target. Pandangan ini menunjukkan bahwa fonologi, kosakata dan tatbahasa
2
Ibid.
3
M. Soenardi Djiwandono, Tes Bahasa dalam Pengajaran, (Bandung: ITB, 1996), p. 9.
4
J. B. Heaton, Writing English Language Tests New Edition,(London and New York: Longman,
1989), p. 15.
4. dalam tes kata atau kalimat lengkap dipisahkan dari konteks. Dengan demikian, pendapat
linguistic strukturalis yang menjadi sumber dari pendekatan structural ini menganggap
bahwa semua bagian –seperti fonologi, kosakata, maupun tatabahasa- merupakan bagian
penting dan harus diberikan secara terpisah baik dari materi pembelajaran maupun
penyajian tesnya. Bagian-bagian dari linguistic ini dianggap sebagai bagian yang terpisah
dari konteks.
Berdasarkan pemahaman yang didapatkan dari pernyataan-pernyataan tersebut dan
dihubungkan dengan tes dikret maka dapat dikatakan bahwa suatu tes diskret adalah
sebuah tes yang memisahkan bagian-bagian bahasa –baik fonologi, kosakata, maupun
tatabahasa- dan beragam keterampilan berbahasa –seperti menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis- dari konteks apa pun. Tes dikret ini berfokus hanya pada satu
bidang kajian saja dan terlepas dari kajian-kajian yang lainnya.
2.2 Hakikat Tes Kosakata
Djiwandono mengatakan bahwa kosakata dalam pembelajaran bahasa merupakan bagian
yang sangat penting karena melalui kosakata inilah suatu wacana memperoleh sebagian
besar maknanya.Pemilihan kosakata yang tepat merupakan hal yang penting untuk
pengungkapan makna yang dikehendaki. Adapun tes kosakata secara lebih lanjut
dinyatakannya sebagai penguasaan makna kata-kata, di samping menggunakan kata-kata
tersebut secara tepat.5
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa suatu tes kosakata adalah tes
yang mengarahkan pembelajar untuk menguasai kosakata. Dalam hal ini adalah kosakata
dalam bahasa target. Penguasaan kosakata tersebut jelas berkenan dengan penguasaan
dari makna kata-kata tersebut. Bila pembelajar menguasai banyak kata maka itu berarti
bahwa pembelajar tersebut secara tidak langsung telah menguasai makna kata yang
dikuasainya.
5
Djiwandono, Op. Cit., p. 43
5. Adapun Heaton menyebutkan bentuk-bentuk tes kosakata terdiri atas: (1) Multiple Choice
items (A), (2) Multiple Choice items (B), (3) Sets (Associated words), (4) Matching items,
(5) More Objective items, dan (6) Completion items6
Pada tes kosakata dinyatakan Heaton bahwa ”The firs tasks for the writer of a vocabulary
test is to determine the degree to which he or she to concentrate on testing the students
active or pasive vocabulary”.7
Dari pernyataan Heaton tersebut dapat diketahui bahwa terdapat dua jenis kosakata yang
dapat diberikan kepada pembelajar, yakni kosakata aktif dan kosakata pasif.
Adapun Oller menyebutkan bahwa sebagai bagian dari tes diskret, ”A synonym matching
tasks is the most popular form of task usually called a ’Vocabulary Tests’. 8
Berdasarkan pendapat Oller tersebut maka dapat dikatakan bahwa salah satu bentuk tes
kosakata adalah memasangkan sinonim kata.
2.3 Materi Kosakata
Burhan Nurgiyantoro mengungkapkan bahwa kosakata, perbendaharaan kata, atau kata
saja, juga: leksikon adalah kekayaan kata yang dimiliki oleh (terdapat dalam) suatu
bahasa.9 Burhan membatasi hakikat kosakata sebagai kekayaan kata atau
perbendaharaan kata suatu bahasa. Pendapat ini merupakan definisi kosakata secara
sempit.
Seperti dinyatakan sebelumnya oleh Heaton bahwa dalam tes kosakata terdapat tes
kosakata aktif dan tes kosakata pasif. Djiwandono menjelaskan secara lebih lanjut perihal
kosakata aktif dan pasif ini bahwa yang dimaksud dengan kosakata aktif yaitu kosakata
yang daoat digunakan oleh seorang pemakai bahsa secara wajar dan tanpa banyak
kesulitan dalam mengungkapkan dirinya. Adapun yang dimaksud dengan kosakata pasif
6
Heaton. Op. Cit., p.p. 52-62.
7
Ibid., p. 51.
8
Oller, Op. Cit., p. 176.
9
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE, 1988),p. 198.
6. adalah adalah kosakata yang hanya dapat dipahami oleh pemakai bahasa bila kosakata
tersebut digunakan oleh orang lain tanpa mampu menggunakannya sendiri secara wajar. 10
Dua jenis kosakata yang dijelaskan di atas menjadi pertimbangan dalam penyusunan tes
kosakata. Hal ini disesuaikan dengan tujuan dari pembelajaran tersebut.
Pada bagian sebelumnya telah dijelaskan bahwa mencocokkan sinonim kata juga
merupakan materi yang sangat populer dalam tes kosakata. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa materi kosakata yang dapat digunkan adalah sinonim kata.
2.4 Hakikat Matching Items Tests
Dinyatakan oleh Grolund sebagai berikut:
In it’s traditional form, the matching exercise of two parallel columns wich each
words, number, or symbol in one column being matched to a word, sentence, or
phrase in the other column. The items in the column for which a match is sought are
called premises, and the items in the column from which the selection is made are
called responses. The basis for matching premises to responses is sometimes self-
evident but more often must be explained in the directions. In any event, the student
tasks is to identify the pairs of items that are to be associated on the basis
indicated.11
Berdasarkan bentuk tradisional, Gronlund menyatakan bahwa latihan mencocokkan
memiliki dua kolom yang masing-masing kolom berisi kata, angka, atau symbol dan
dicocokkan dengan kata, angka atau symbol di kolom lainnya. Butir pada kolom yang
dicocokkan disebut premis dan butir pada kolom yang lainnya disebut respons. Pada
dasarnya, dalam mencocokkan premis dan respons kadangkala berupa pemahaman diri
namun seringkali harus memberikan penjelasan secara langsung. Dalam moment yang
lain, tugas pembelajar adalah memsangkan butir-butir tersebut.
Tes mencocokkan ini sangat terbatas untuk mengukur informasi faktual yang sederhana.
Dinyatakan oleh Gronlund bahwa “ the matching exercise has also been used with pictorial
10
Djiwandono, Loc. Cit.
11
Robert Linn dan Norman E. Gronlund, Meassurement and Assasementin Teaching, (New Jersey:
Englewoods Cliffs, 1995), p. 166.
7. materials in relating pictures and words or to identify positions on maps, charts, and
diagrams”.12
2.4.1. Tipe Tes Mencocokkan
Sementara itu, Heaton memberikan beberapa tipe dalam tes mencocokkan. Tipe tersebut
antara lain dijelaskan sebagai berikut:
(1) Type 1 of the following test items suffers from testing lexical items from different word
classes.
(2) Type 2 tests a mixed bag of tense forms, etc the result is that for both types of test
items grammatical clues are importance, since they are instrumental in limiting the
range of choices facing the testees for each blank.
(3) Type 3 is from the list of words given, and choose one which is most suitable for each
blank.
(4) Type 4 most useful type of meaning item is undoubtedly that based on a reading
comprehension passage.13
Tipe-tipe tes mencocokkan yang dijabarkan oleh Heaton dapat menjadi pilihan dalam
membuat sebuat tes mencocokkan. Berdasarkan ketentuan tes diskret, maka bentuk yang
dapat digunakan adalah tipe pertama. Hal ini karena yang difokuskan hanya pada
kosakata saja.
2.4.2. Saran Penyusunan Butir Tes Mencocokkan
Adapun saran-saran yang diberikan oleh Gronlund dalam menyusun tes mencocokkan
adalah sebagai berikut:
(1) Use only homogeneous material in a single matching exercise.
12
Gronlund, Loc. Cit.
13
Heaton, Op. Cit., p.p. 58-60.
8. (2) Include an unequal number of responses and premises, and instruct the student that
responses may be used once, more than once, or not at all.
(3) Keep the list of items to be matched brief, and place the shorter responses on the
right.
(4) Arrange the list of responses in logical order: Place words in alpabeticcal order and
number in sequence.
(5) Indicate in the directions the basis for matching the responses and premises.
(6) Place all of the items for one matching exercises on the same page. 14
3. RAMBU-RAMBU TES
3.1 Tujuan Pembelajaran
Dalam pembelajaran ini pembelajar diharapkan dapat:
1) Menemukan atau mengklasifikasi kata-kata berdasarkan tema keluarga.
2) Pembelajar mampu menemukan sinonim kata dari kata-kata yang tersedia
3) Pembelajar mampu menemukan istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan
masyarakat Indonesia.
4) Pembelajar mampu menemukan antonim atau kata yang memiliki makna berlawanan
dari kata-kata yang tersedia berdasarkan kelas kata tertentu.
3.2 Materi Tes
14
Ibid., p.p. 168-170.
9. Materi dalam pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1) kata-kata yang terdapat dalam lingkup tema keluarga yang menyebutkan hubungan
kekerabatan.
2) Sinonim kata atau nama lain dari jenis hubungan kekerabatan
3) Istilah-istilah dalam hubungan kekerabatan pada masyarakat Indonesia
3.3 Kisi-kisi
Dalam pengembangan tes mencocokkan yang akan dibuat, tes yang akan diberikan
adalah sebagai berikut:
1) Jenis-jenis hubungan kekerabatan dalam masyarakat Indonesia
2) Nama lain atau sinonim kata dari jenis-jenis hubungan kekerabatan pada masyarakat
Indonesia.
3) Istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan
3.4 Bentuk Tes
Adapun bentuk tes yang digunakan pada tes ini adalah tes mencocokkan model tradisional
dengan menggunakan dua kolom. Kolom pertama adalah kolom berupa premis dan kolom
kedua berupa respons.
4. WUJUD TES
10. 4.1 Identifikasi Tes
Di dalam tes ini, pembelajar BIPA dapat mengenali jenis-jenis hubungan kekerabatan yang
ada pada masyarakat Indonesia dan menemukan sinonim atau nama lain dari jenis
kekerabatan tersebut. Selain itu, pembelajar dapat juga menambah penguasaan kosakata
mereka dengan menemukan istilah-istilah dari jenis hubungan kekerabatan yang ada pada
masyarakat Indonesia.
4.2 Petunjuk Tes
Petunjuk atau instruksi yang digunakan pada tes ini adalah sebagai berikut:
Tes Pertama
Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna yang ada
pada kolom sebelah kiri.
Tes Ke-2
Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih sinonim
kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!
Tes ke-3
Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang sesuai
dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah kiri!
4.3 Soal
11. 1. Pasangkanlah kata-kata pada kolom sebelah kanan yang sesuai dengan makna
yang ada pada kolom sebelah kiri!
Makna Kata
1. anak yang lebih muda dari saya 1. adik
2. anak yang lebih tua dari saya 2. ayah
3. perempuan yang melahirkan saya 3. bibi
4. suami dari ibu 4. ibu
5. adik laki-laki ayah atau adik ibu 5. istri
6.adik perempuan ayah atau ibu 6. kakak
7. perempuan yang menikah 7. kakek
8. laki-laki yang menikah 8. nenek
9. ayah dari ayah atau ibu 9. suami
10. ibu dari ayah atau ibu 10. paman
2. Pasangkanlah kata-kata yang ada pada kolom sebelah kiri dengan cara memilih
sinonim kata-kata yang ada pada kolom sebelah kanan!
12. Kata 1 Kata 2
1. ibu 1. tante
2. ayah 2. opa
3. paman 3. oma
4. bibi 4. om
5. kakek 5. papa
6. nenek 6. mama
3. Pilihlah istilah-istilah kekerabatan yang ada pada kolom sebelah kanan yang
sesuai dengan jenis hubungan kekerabatan yang digambarkan pada kolom sebelah
kiri!
Deskripsi hubungan kekerabatan Istilah
1. Ayah dengan Nenek dari Ibu 1. Anak
2. Anak saya dengan Kakek 2. Cicit
3. Kakek dari ayah dengan Nenek 3. Besan
dari ibu
4. Cucu
4. Nenek dari ayah dengan Ibu
5. Ipar
5. Saya dengan Kakek
6. Keponakan
6. Tante dari ibu dengan Ayah
7. Mertua
7. Bibi dengan Saya
8. Menantu
13. 8. Saya dengan Anak bibi 9. sepupu
9. Nenek dengan Anak saya
4.4. Lembar Jawaban
Tes Pertama
Tes PertamaMakna Kata
1. anak yang lebih muda dari saya 1………………………………
2. anak yang lebih tua dari saya 2 ………………………………
3. perempuan yang melahirkan saya 3. ……………………………...
4. suami dari ibu 4. ………………………………
5. adik laki-laki ayah atau adik ibu 5. ………………………………..
6.adik perempuan ayah atau ibu 6. ………………………………
7. perempuan yang menikah 7. ………………………………
8. laki-laki yang menikah 8. ……………………………..
9. ayah dari ayah atau ibu 9. ………………………………...
10. ibu dari ayah atau ibu 10………………………………..
2. Tes ke-2
Kata 1 Kata 2
1. ibu 1. ……………………..
14. 2. ayah
3. paman 2. ………………………
4. bibi 3. ………………………
5. kakek 4. ……………………..
6. nenek 5. ………………………
6. ……………………….
3. Tes ke-3
Dua jenis hubungan kekerabatan Istilah
1. Ayah dengan Nenek dari Ibu 1. ……………………………..
2. Anak saya dengan Kakek 2. ………………………………
3. Kakek dari ayah dengan Nenek 3. ………………………………
dari ibu
4. ………………………………
4. Nenek dari ayah dengan Ibu
5. ……………………………..
5. Saya dengan Kakek
6. ……………………………
6. Tante dari ibu dengan Ayah
7. ……………………………..
7. Bibi dengan Saya
8. ……………………………
8. Saya dengan Anak bibi
9. …………………………….
9. Nenek dengan Anak saya
4.5. Kunci Jawaban
Kunci jawaban dari tes tersebu adalah sebagai berikut:
15. Tes Pertama
1. anak yang lebih muda dari saya aadalah adik
2. anak yang lebih tua dari saya adalah kakak
3. perempuan yang melahirkan saya adalah ibu
4. suami dari ibu adalah ayah
5. adik laki-laki ayah atau adik ibu adalah paman
6.adik perempuan ayah atau ibu adalah bibi
7. perempuan yang menikah adalah istri
8. laki-laki yang menikah adalah suami
9. ayah dari ayah atau ibu adalah kakek
10. ibu dari ayah atau ibu adalah nenek
Tes ke-2
1. Sinonim dari ibu adalah mama
2. Sinonim dari ayah adalah papa
3. Sinonim dari paman adalah om
4. Sinonim dari bibi adalah tante
5. Sinonim dari kakek adalah opa
6. Sinonim dari nenek adalah oma
Tes ke-3
16. 1. Istilah hubungan antara ayah dengan nenek dari Ibu adalah menantu
2. Istilah hubungan antara anak saya dengan kakek adalah cicit
3. Istilah hubungan antara kakek dari ayah dengan nenek dari ibu adalah besan
4. Istilah hubungan antara nenek dari ayah dengan ibu adalah mertua
5. Istilah hubungan antara saya dengan Kakek adalah cucu
6. Istilah hubungan antara tante dari ibu dengan ayah adalah ipar
7. Istilah hubungan antara saya bibi dengan saya adalah keponakan
8. Istilah hubungan antara saya dengan anak bibi adalah sepupu
9. Istilah hubungan antara nenek dengan anak saya adalah buyut
4.6 Cara Penilaian
Penilaian dalam tes ini berdasarkan penskoran dalam tes objektif adalah sebagai berikut:
1. Skor untuk masing-masing tes adalah sama dengan jumlah soal (satu soal diberi skor
1)
Pada tes pertama terdapat 10 soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat
menjawab secara benar keseluruhan soal maka pembelajar akan mendapatkan skor
maksimal 10.
Pada tes ke-2 terdapat 6 butir soal. Dengan demikian, apabila pembelajar dapat
menjawab benar keseluruhan butir soal maka skor maksimalnya adalah 6.
Pada tes ke-3 terdapat 9 butir soal tes. Dengan demikian, bila pembelajar dapat
menjawab secara keseluruhan butir soal dengan benar maka akan mendapat skor 9
2. Total skor mentah pada tes ini adalah sebagai berikut:
Tes Pertama Skor Maksimum 10
17. Tes ke-2 Skor Maksimum 6
Tes ke-3 Skor Maksimum 9
Total Skor Maksimum 25
5. REKOMENDASI
Tes mencocokkan yang dibuat dapat digunakan untuk para pembelajar bahsa Indonesia
bagi penutur asing (BIPA) dalam mengenali jenis hubungan kekerabatan yang ada pada
masyarakat Indonesia. Tes ini dibuat untuk pembelajar tingkat dasar karena tercakup
dalam tema ’Keluarga’ yang merupakan tema sederhana dan dekat dengan kehidupan
para pembelajar.
6. DAFTAR PUSTAKA
Djiwandono, M. Soenardi. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB. 1996.
Heaton, J. B. Writing English Language Tests New Edition. London and New York:
Longman. 1989.
Linn, Robert and Norman E. Gronlund. Meassurement and Assasementin Teaching. New
Jersey: Englewoods Cliffs. 1995.
18. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:
BPFE. 1988.
Oller, John W. Language Tests at School. London: Longman. 1979