5. Minyak sawit mulai digunakan secara komersial sebagai bahan
baku produk oleokimia sejak tahun 1990-an. Minyak sawit mampu
menggantikan minyak bumi, minyak nabati lainnya dan minyak
hewani, sehingga pemanfaatan minyak sawit sebagai bahan baku
produk oleokimia berkembang dengan pesat.Perkembangan ini
terutama didorong oleh harga minyak sawit yang lebih rendah
dibandingkan minyak/lemak alami lainnya dan ketersediaannya
yang tinggi di pasar dunia.
Oleokimia adalah bahan kimia yang diperoleh dari lemak dan
minyak. Oleokimia sawit merupakan hasil konversi minyak
sawit (CPO, RBDPO, Olein, Stearin, PFAD dan PKO) melalui
teknologi proses fisika/kimia/biologi ataupun kombinasinya
menjadi produk-produk asam lemak (fatty acid), alkohol
lemak (fatty alcohol), metil ester dan gliserol.
7. Produksi oleokimia dari perengkahan kelapa sawit dengan opatsimized
menggunakan desain komposit Central (responsmetodologi permukaan)
untuk menentukan nilai optimum variabel proses. Untuk memeriksa
perengkahan katalitik dariminyak kelapa sawit efek gabungan dari tiga
perbedaan tofarsc (variabel independen): suhu, waktu dan berat katalis
digunakan untuk mengembangkan desain eksperimental untuk mempelajari
efisiensi pada hasil produksi oleokimia.
Oleokimia sering disebut “natural” diolah dari bahan minyak nabati,
seperti kelapa sawit, minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil, PKO),
minyak kelapa, minyak kedelai, minyak rapeseed, minyak canola,
minyak biji bunga matahari, tallow, dan sebagainya.
8. Salah satu bahan bakar alternatif yang saat ini sedang dipelajari adalah biofuel dan zat
antara kimia (Oleokimia) diperoleh dari minyak nabati. Biofuel cair diperoleh dari minyak
nabati, terbarukan dan juga bebas dari senyawa nitrogen dan Sulfur dibandingkan dengan
bahan bakar fosil. Di antara semua minyak nabati, sawit minyak merupakan salah satu minyak
nabati yang memiliki kandungan terbesar kemungkinan untuk digunakan dalam produksi bahan
bakar bio karena dari kelimpahannya di alam.
Lemak dan minyak kelapa telah menjadi bahan baku tradisional
yang digunakan untuk produksi panjang rantai C16-C18 dan C12-C14
masing-masing. Hidrolisis atau alkoholisis minyak dan lemak
membentuk dasar dari Oleochemicals industry.
10. Oleokimia merupakan substitusi dari senyawa kimia yang berasal dari
turunan (derivatives) energi fosil yang populer disebut sebagai petrokimia.
Oleokimia sebagai biobased chemical memiliki sejumlah keunggulan
dibandingkan dengan petrokimia. Oleokimia dapat diperbarui (renewable),
dapat terurai secara biologis (biodegradable) dan umumnya tidak
mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga lebih ramah
lingkungan. Sebaliknya, petrokimia tidak dapat diperbarui (non-
renewable) dan umumnya tidak dapat terurai secara biologis
(nondegradable), mengandung logam berat yang bersifat toxic sehingga
dapat menimbulkan masalah lingkungan.
Apa Itu Oleokimia ?
11. Oleokimia?
Secara umum, oleokimia merupakan senyawa kimia yang
dihasilkan dari lemak dan minyak baik bersumber dari
tumbuhan (nabati) maupun hewan. Karena dihasilkan dari
makhluk hidup, oleokimia juga disebut sebagai biobased
chemical. Dari kedalaman hilirisasi, oleokimia dapat
dibedakan atas oleokimia dasar (basic oleochemical),
turunan oleokimia atau oleokimia antara (oleochemical
intermediate) dan produk akhir yang menggunakan
oleokimia (oleochemical based product).
12. Pertumbuhan Industri Oleokimia
Indonesia merupakan salah satu negara produsen oleokimia terbesar dunia. Kapasitas
produksi oleokimia dasar Indonesia mencapai 19.93 juta ton per tahun (Tabel 1). Dalam
periode 2016-2020, industri oleokimia dasar mengalami pertumbuhan yang signifikan. Dari
segi jumlah perusahaan mengalami peningkatan dari 19 perusahaan menjadi 21 perusahaan.
Total kapasitas produksi industri oleokimia dasar berbasis sawit juga mengalami peningkatan
dari 18 juta ton menjadi hampir 20 juta ton.
Deskripsi 2016 2017 2018 2019 2020
Fatty Acid 4.37 4.47 4.47 4.55 4.55
Fatty Alcohol 1.96 2.12 2.12 2.12 2.12
Glycerol 0.86 0.88 0.88 0.88 0.88
Methyl Ester 10.90 11.55 11.55 11.62 12.38
Tabel 1. Kapasitas Produksi Oleokimia Dasar Indonesia Tahun 2016-2020 (Juta Ton)
13. Meski pernah mengalami penurunan produksi pada periode 2014- 2016, namun
total produksi oleokimia dasar meningkat dari 6.6 juta ton menjadi 12.9 juta ton
dalam periode 2016-2020 (Tabel 2). Pertumbuhan yang impresif terjadi pada
produksi methyl ester meningkat dari sekitar 3 juta ton menjadi 8.59 juta ton.
Deskripsi 2014 2016 2018 2020*
Fatty Acid 2.02 1.81 1.80 1.85
Fatty Alcohol 1.96 0.97 0.92 1.50
Glycerol 0.96 0.70 0.94 0.98
Methyl Ester 2.88 3.17 5.23 8.59
Pertumbuhan industri oleokimia tersebut tidak dapat terlepas dari ekosistem
hilirisasi sawit yang dibangun Pemerintah Indonesia sejak tahun 2011 (Sipayung,
2018; PASPI-Monitor, 2021; Kemenperin, 2021). Dua kebijakan hilirisasi yang sangat
berpengaruh pada pertumbuhan industri oleokimia sawit di dalam negeri adalah
kebijakan pajak ekspor dan kebijakan hilirisasi khususnya mandatori biodiesel B-30.
14. Peluang untuk hilirisasi sawit lewat jalur oleokimia semakin prospektif di
masa depan khususnya sebagai substitusi produk petrokimia yang dinilai
tidak sustainable, mengingat masih banyak dan luas industri yang
menggunakan produk petrokimia. Senyawa kimia petrokimia dinilai terkait
dengan sumber emisi GHG utama dunia pada industri hulu nya (fossil energy),
tidak dapat diperbaharui (non-renewable), sulit terurai secara alamiah (non-
biodegradable) dan bersifat toxic (Patino, 2005; MPOC, 2021; Acme-
Hardesty, 2021).
15. Mekanisme Perengkahan Kelapa
Sawit:
• Jalur reaksi untuk pemecahan trigliserida minyak
kelapa sawit
Dekomposisi termal trigliserida menghasilkan senyawa
kelas termasuk alkana, alkena, alkadiena, aromatik dan
asam karboksilat. Panas dekomposisi strukturnya
berlangsung melalui baik radikal bebas atau mekanisme
ion karbonium sebagai ditunjukkan di bawah ini:
• Pembentukan alkana, alkena, gas bahan bakar (CO,
CO2, H2) adalah dengan menghasilkan radikal RCOO
dari pembelahan trigliserida dan selanjutnya
kehilangan karbon (iv) oksida isomerisasi
menghasilkan pembentukan C5 menjadi C10 alkana.
• Pembentukan aromatik didukung oleh Adisi Diels-Alder
dari etilena ke diena terkonjugasi yang terbentuk
dalam pirolisis reaksi.
• Asam karboksilat yang terbentuk selama pirolisis
minyak nabati mungkin terjadi dari pembelahan
bagian gliserida.
16. • Deoksigenasi dan Perengkahan
Ini melibatkan pemisahan karbon yang terikat dengan atom oksigen
mengikatnya untuk membentuk alifatik hidrokarbon (misalnya Alkana
adalah atom oksigen adalah diganti dengan H+ sebagai hasil dari
pemanasan trigliserida molekul.
17. Perengkahan sekunder dan Deoksigenasi:
Perengkahan lebih lanjut di sini menghasilkan pembentukan
hidrokarbon alifatik dari 2 sampai 10 karbon (etana, propana,
pentana, heksana, butana, heptana).
18. • Oligomerisasi:
Ini adalah proses mengubah monomer atau campuran monomer menjadi kompleks
makromolekul. Proses ini menghasilkan pembentukan olefin (disebut alkena) dan parafin
(alkana) seperti yang dinyatakan sebelumnya pemecahan asam lemak tak jenuh dan jenuh
untuk pembentukan hidrokarbon 2 sampai 10 karbon. Sebelum aromatisasi dapat terjadi
Isomerisasi harus telah terjadi.
• Aromatisasi
i. Pembentukan senyawa aromatik dari alkana (sikloalkana) melalui dehidrogenasi.
ii. Alkilasi: Kombinasi alkena dan alkana (olefin dan parafin) sebagai perengkahan terus
menghasilkan kombinasi dari dua hidrokarbon alifatik untuk membentuk hidrokarbon
rantai panjang.
• Polimerisasi
Ketika alkana, alkena dan senyawa aromatik dipanaskan dengan sedikit oksigen atau
peroksida,
senyawa dengan berat molekul lebih tinggi diperoleh.
19. Spesifik Materi Perengkahan Kelapa Sawit
dengan Katalis
Minyak sawit dapat diproses untuk menghasilkan suatu
bahan bakar alternatif sebagai pengganti gasoline, kerosene
dan solar, karena minyak sawit memiliki rantai hidrokarbon
panjang yang mirip dengan minyak bumi (Heny, 2007).
Pada beberapa penelitian, proses perengkahan minyak
nabati dengan berbagai macam katalis menghasilkan berbagai
jenis biofuel yang komposisinya dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya waktu reaksi, suhu reaksi, laju alir umpan,
dan jenis katalis.
20. Proses perengkahan katalitik
Keterangan gambar :
1. Gas N2
2. Flow meter
3. Pemanas umpan
4. Katalis
5. Mikroreaktor
6. Kondensor
7. Air pendingin
8. Sampel liquid
9. Sampel gas ke udara terbuka
21. Perengkahan adalah proses penyulingan minyak bumi di mana berat-berat molekul
hidrokarbon dipecah menjadi molekul hidrokarbon cahaya oleh aplikasi panas dan tekanan
dengan atau tanpa menggunakan katalis untuk mendapatkan berbagai produk bahan bakar.
Untuk mengidentifikasi oleokimia melalui perengkahan dilakukan Uji FTIR dan GC-MS. Perengkahan
termal merupakan perengkahan yang menggunakan energi panas untuk pemecahan senyawa
(disebut juga sebagai perengkahan non katalis). Perengkahan termal dilakukan pada suhu 7000 C
sampai 900oC pada waktu 30 sampai 150 menit. Perengkahan katalitik merupakan perengkahan
yang melibatkan proses katalis untuk menghasilkan produk, dilakukan pada suhu 100oC sampai
400oC, waktu 30 sampai 150 menit dan berat katalis 10 sampai 50 gram. Penilaian produk
melibatkan FTIR, GC-MS, dan Pengaruh parameter proses (Suhu, Waktu dan berat katalis)
terhadap nilai asam, densitas dan viskositas kinematik. Viskositas, nilai asam dan densitas dari
kondensat cair berada dalam batas yang diterima dari standar oleokimia, dan ini menunjukkan
bahwa molekul trigliserida dalam minyak sawit dipecah menjadi molekul ringan. Perengkahan
katalitik minyak sawit (pada tingkat suhu yang jauh lebih rendah) dengan bantuan katalis tanah
liat menghasilkan oleokimia yang lebih baik daripada yang diperoleh dari perengkahan termal
minyak pada suhu yang sangat tingg (Nwokedi, 2015), penelitian tersebut juga menunjukkan
bahwa perengkahan katalitik adalah proses yang baik yang dapat digunakan secara industri
dalam memperoleh oleokimia.
KESIMPULAN