SlideShare a Scribd company logo
TUGAS 
BIONOMIKA TERNAK 
PEMANFAATAN BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL 
NAMA : HILDEGARDIS NAI ULU 
NIM : 1311010004 
SEMESTER : I 
PRODI : ILMU PETERNAKAN 
PROGRAM PASCA SARJANA 
UNIVERSITAS NUSA CENDANA 
KUPANG 
2014
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. 
Ditjen Peternakan Kementrian Pertanian mencatat konsumsi daging secara nasional pada 
tahun 2010 mencapai 1,7 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2011 konsumsi tersebut telah 
melonjak mencapai 1,87 kg/kapita/tahun. Hal senada juga terjadi di daerah Nusa 
Tenggara Timur (NTT) dimana konsumsi daging mengalami peningkatan setiap tahun 
yaitu rata-rata 5.580 kg/tahun pada tahun 2007 meningkat menjadi 12.165 kg/tahun di 
tahun 2010 (BPS 2008; 2009; 2010; dan 2011). Hal ini mendorong peningkatan 
permintaan daging baik lokal maupun skala nasional. 
Anas., dkk (2011) menyatakan bahwa daging sapi yang merupakan sumber 
protein hewani memiliki kontribusi ±23% dalam memenuhi kebutuhan konsumen 
nasional.Upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional ini adalah dengan 
meningkatkan produksi daging. Produksi daging yang optimum dari ternak sangat 
dipengaruhi oleh pakan yang memegang peranan penting dan merupakan bagian terbesar 
dari total biaya produksi. Upaya untuk meminimalkan biaya pakan dapat digunakan 
alternatif bahan pakan lokal yang bersifat nonkonvensional dan tidak bersaing dengan 
kebutuhan manusia, harga murah, tetapi mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk 
ternak. 
Kulit buah coklat atau biasa disebutpod kakao berasal daritanaman kakao 
(Theobroma cacao L.) atau biasa disebut dengan cokelat. Tanaman ini banyak ditemukan 
tumbuh di daerah tropis. Anas., dkk (2011) melaporkan bahwa kandungan nutrisi kulit 
buah kakao segar memiliki kandungan protein sebesar 9,07%, selulosa 38,65%, dan 
lignin 20,15%, sedangkan apabila telah difermentasi maka nilai kandungan nutrisi kulit 
buah kakao berturut-turut adalah 17,68%, 46,34%, dan 12,26%.Teknologi fermentasi 
menggunakan kapang merupakan sebuah alternatif dalam melonggarkan ikatan atom 
hidrogen selulosa dan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim sellulotik yang 
dihasilkan kapang (Yunilas 2009). Sedangkan menurut Hidayat dkk., (2006) fermentasi 
didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim dari beberapa bakteri, khamir dan 
jamur.
Penggunaan Aspergillus niger sebagai fermentor bahan pakan ternak sering 
dilakukan karena adanya sifat dari kapang yang mampu menghasilkan enzim-enzim yang 
berguna untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan protein kasar bahan pakan. 
Enari (1983) menyatakan bahwaA. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim 
pendegradasi serat. Kemampuan dari kapang inilah yang dapat dijadikan bahan bagi 
proses fermentasi kulit buah kakao yang memiliki kandungan serat kasar yang cukup 
tinggi. Dengan begitu, maka dapat memudahkan ternak dalam mencerna nutrisi dalam 
bahan pakan tersebut. 
1.2 Tujuan 
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami 
pemanfaatan bahan pakan inkonvensional yaitu kulit buah kakao fermentasi bagi ternak.
BAB II 
PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK 
2. 1 Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Ternak 
Masalah karena terbatasnya ketersediaan pakan konvensional seiring perkembangan 
ternak ruminansia menjadikanperlunya menekankan pemanfaatan hasil ikutan 
tanamanpertanian untuk pakan, di antaranya yang berasal dariperkebunan kakao. 
2.1.1 Kandungan Nutrisi Kulit Buah Kakao 
Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk genus Theobroma,family 
Sterculiaceae dan ordo Malvalae (Figuerra et al., 1993). Kakao memiliki jumlah 
kulit sekitar 70 % dan kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, 
sedangkan bila diberikan pada ternak kulit kakao dapat diberikan 30-40% dari 
kebutuhan pakan (Anas, dkk., 2011). Limbah kulit buah kakao merupakan bagian 
kulit yang tebal dankeras, mencakup kulit terluar hingga daging buah sebelum 
kumpulan biji (Wonget al., 1987). 
Taksonomi kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut : 
Divisi : Spermatophyta 
Sub divisi : Angiosperma 
Kelas : Dicotyledoneae 
Sub Kelas : Dialypetalae 
Bangsa : Malvales 
Suku : Sterculiaceae 
Marga : Theobroma 
Jenis : Theobroma cacao L. 
Nuraini (2007) melaporkan bahwa kandungan zat-zat makanankulit buah 
kakao mengandung protein kasar11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan 
BETN 34,90% sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Sedangkan menurut 
Wong et al. (1987) kulit buah kakao mengandung protein kasar 8.5%dan serat 
kasar sebesar 27%, sehingga lebih digunakan sebagai pakan ternakruminansia 
dibandingkan dengan ternak monogastrik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kulit buah 
kakao tidak dapat diberikan pada ternak monogastrik karena kandungan lignin
yang cukup tinggi yaitu mencapai 38,70% serta adanya theobromin dan terdapat 
antinutrisi tanin yang menjadi pembatas penggunaan kulit buah kakao ini (Wong et 
al., 1987; Duke, 1993). Keberadaan tannin dapat mengurangi manfaatnya sebagai 
pakan karena kemampuannya dalam mengendapkan protein dan juga lignin yang 
berikatan dengan selulosa menyebabkan sellosatidak bisa dimanfaatkan oleh ternak 
(Cheeke and Shull, 1985). Figuera et al., (1993) melaporkan bahwa jenis tanin 
yang terdapat dalam kulit buah kakao merupakan tannin kondensasi yaitu 
anthocyanidin, catekin, danleukoanthocyanidin. 
2.1.2 Zat Anti Nutrisi Tanin dan Theobromindalam Kulit Buah Kakao 
Tanin merupakan senyawa polyphenol dengan bobot molekul tinggi 
yangmengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya untuk membentuk kompleks 
yangkuat dengan protein dan molekul lain, seperti karbohidrat (Cannas, 
2001).Tannin terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun danbuah – 
buahan.Tanin mengandung sejumlah gugusfungsional yang dapat membentuk 
kompleks yang kuat dengan molekul proteindan menghasilkan efek negatif dan 
positif bagi ternak. Kumar dan Singh (1984) menyatakan bahwa rasa pahit yang 
timbul dalam mulut diakibatkan oleh komplek tanin dan proteinsaliva yang pada 
akhirnya mempengaruhi palatabilitas dan konsumsi pakan. 
Tandi, E. (2010) melaporkan bahwa tannin berpengaruh sangat nyata 
terhadap aktivitas enzim protease (tripsin). Ini berarti semakin tinggi kadar tanin 
dalam substrat akan menyebabkan aktivitas enzim protease semakin rendah dalam 
memecah protein menjadi asam amino. Melihat penurunan aktivitas enzim tripsin 
yang sangat signifikan maka pada kadar tanin yang lebih tinggi dari 8% 
kemungkinan besar aktivitas enzim tripsin akan berhenti. Ternak yang 
mengkonsumsi tanin tinggi akan menimbulkan berbagai problem akibat dari 
gangguan metabolisme protein, energi dan vitamin B komplek. 
Cheeke and Shull (1985) melaporkan bahwa terdapat dua kelompok dari 
tanin yang berpengaruh terhadap nutrisiternak yaitu tannin kondensasi yang paling 
banyak terdistribusi pada tanaman dan tidak mudah terhidrolisis dan terdapat 
dalam struktur yang kompleks dan yang kedua tanin hidrolisis yang merupakan 
ester dari glukosa dengan asam laktat dan kelompok ini dapat dihidrolisis 
menggunakan asam mineral panas menjadi glukosa dan asam-asamyang menjadi
unsur pokoknya. Kedua kelompok ini biasa disebut Proanthocyanidin (Cannas, 
2001). 
Berdasarkan aspek gizi, apabila digunakan langsung sebagaipakan ternak, 
kelemahan kulit buah kakao adalah kandunganserat kasar yang tinggi, protein 
rendah, mengandung alkaloidtheobromin dan kafein (1,8-2,1%), dan kandungan 
asam filtratyang tinggi.Theobromin asam filtrat dapat menyebabkan diare 
padaternak . Kandungan asam filtrat yang tinggi juga dapatmenurunkan 
kemampuan usus ruminansia menyerap zat-zatmakanan. Oleh karena itu, 
diperlukan suatu teknologi untukmendegradasi unsur-unsur yang membahayakan 
kesehatanternak. 
Theobromin merupakan alkaloid golongan methylatedxanthine seperti 
kafein dalam kopi yang beracun sehinggapenggunaan pakan sumber teobromin 
perlu dibatasi. Namuntingkat bahayanya terhadap gangguan sistem saraf pusat 
tidaksekuat methyl xanthine yang lain. Jenis alkaloid ini mudahdiserap dan 
didistribusikan ke seluruh tubuh dan cepatdimetabolis, sedangkan sisanya dibuang 
lewat urin. Belumadanya laporan tentang kandungan teobromin dalam daging, susu 
dan telur tidak mencemaskan konsumen poduk hewanidibanding yang 
mcngkonsumsi produk-produk cokelat secaralangsung. 
Teobromin terkandung di semua bagian tanaman kakao dengan kadar yang 
berbeda-beda. Pada cangkang kakao Hansen (2003) melaporkan kandungan 
teobrominnya 0,3-1,2%, pada kulit biji 1-4%. Sedangkan menurut EFSA (2008) 
teobromin dalam cangkang, kulit biji dan tepung coklat berturut-turut adalah 0,15- 
0,40%, 0,80-1,69%, dan 2,00-3,30%. Sedangkan menurut Odunsi et al., (1999) 
kulit biji kakao mengandung teobromin sebanyak 2,24%. 
2. 2 Fermentasi Pakan 
Winarmo et al (1981) menyatakan bahwa kualitas bahan pakan bergantung pada 
komposisi kandungan nutrisi dan keberadaan zat anti nutrisi dalam pakan tersebut. Dari 
pembahasan sebelumnya diketahui bahwa kulit buah kakao memiliki kandungan 
protein 8-11% dan memiliki potensi untuk diberikan pada ternak, namun ada faktor 
pembatas yang ada dalam kulit buah kakao yaitu tingginya kandungan serat kasar (20- 
27%) serta keberadaan zat anti nutrisi tannin yang membuat limbah ini kurang palatable 
untuk ternak. Untuk itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk memanfaatkan limbah
tersebut dengan meningkatkan kualitas pakan dengan melalukan teknik fermentasi 
dengan menggunakan mikroogranisme. 
Secara teknik fermentasi didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi anaerobik 
atau partial anaerobik karbohidrat yang menghasilkan alkohol serta beberapa asam, 
namun banyak proses fermentasi yang menggunakan substrat protein dan lemak 
(Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010).Fermentasi dapat melonggarkan ikatan atom 
hidrogen selulosa dan melonggarkan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim 
sellulotik yang dihasilkan kapang sehingga pakan berserat juga mampu menghilangkan 
senyawa beracun dalam bahan (Yunilas 2009).Sedangkan menurut Winarno, et al 
(1981) fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi dalam system biologi yang 
menghasilkan energy dimana sebagai donor proton dan aseptor electron digunakan 
substrat organic.Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasiadalah 
karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri 
tertentu (Fardiaz, 1992). 
Selama proses fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu 
terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya seluosa dan hemiselulsa menjadi 
gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain 
dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme 
kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983). Dilihat dari jenis 
mediumnya Chahal (1985) membagi proses fermentasi menjadi 2, yaitu medium cair 
yang mana fermentasi dengan substrat terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel 
dalam fase cair dan yang kedua medium padat dengan menggunakan substrat tidak larut 
atau tanpa adanya air bebas.Selanjutnya untuk media fermentasi dibutuhkan media 
yang mengandung nutrient yang seimbang dan diperlukan untuk menunjang kehidupan 
kapang dalam memproduksi enzim. 
2. 3 Aspergillus niger Sebagai Bioaktif Fermentasi Pakan 
Aspergillus niger termasuk genus Aspergillus, famili Monilliceae, ordo 
Monoliales, kelas Ascomycetes. A. niger memiliki kepala konidia yang besar, padat, 
bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini bersifat aerobic, 
sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yang cukup. A. niger merupakan 
mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35-37˚C, dan derajat 
keasaman 2,0-8,5. Pertumbuhan kapang A. niger akan lebih optimal pada kondisi 
keasaman (pH) yang rendah (Fardiaz, 1989).
A. nigermampu menhasilkan beberapa enzim diantaranya adalah karbohidrase, 
selulase, lipase, glukosa oksidase, katalase, pectinase dan tanase (tannin asil 
hydrolase), amylase, dan amiloglukosidae(Winarno, 1983). Lebih lanjut dijelaskan 
bahwa enzim tanase yang dihasilkan A. niger dapat melarutkan senyawa tannin yang 
tidak larut menjadi asam galat dan glukosa yang mudah larut. Enzim selulase yang 
dihasilkan dapat beraktivitas optimum apabila berada pada kisaran pH 4,5 – 5,5 dengan 
suhu 35OC. 
Menurut Enari (1983) A. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim 
pendegradasi serat. Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger 
menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan 
protein meningkat.A. niger termasuk kapang yang tumbuh cepat dan tidak 
membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin (Rapper dan Fennel, 1977). 
Menurut Gandjar dan Wellyzar (2006) pertumbuhan kapang mempunyai beberapa 
fase, antara lain : 
1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan pembentukan enzim-enzim 
untuk mengurai substrat. 
2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase 
aktif. 
3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, 
aktivitas sel sangat meningkat. Pada awal fase-fase ini kita dapat memanen enzim-enzim 
dan akhir pada fase ini. 
4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat 
memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel. 
5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif 
seimbang. Banyak senyawa metabolit sekunder yang dapat dipanen pada fase ini. 
6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel-sel 
yang masih hidup. 
Soeprijanto et al. (2009) menyatakan bahwa kapang A. niger melewati fase 
adaptasi dari jam ke 8, dilanjutkan dengan fase eksponensial pada jam ke 16-24. Fase 
stasioner merupakan jumlah kapang yang tumbuh sama dengan kapang yang mati, fase 
stasioner terjadi pada jam ke 40-100. Setelah diatas jam ke 100 terjadi penurunan 
biomassa kapang yang dinamakan fase kematian, dimana biomassa kapang yang mati 
lebih banyak dari yang tumbuh.
Pertumbuhan kapang yang maksimal perlu ditunjang dengan kandungan nutrien 
dasar yang merupakan sumber karbon, nitrogen, energi, mineral dan vitamin. Hardjo 
dkk., (1989) menambahkan A. niger menambahkan unsur utama seperti karbon, 
nitrogen, dan sulfur dalam pertumbuhannya serta Fe, Zn, Mn, Co, Li, Na, K dan Rb. 
Proses fermentasimenggunakan kapang, selain membentuk miselium selalu di 
ikuti oleh pembentukan spora yang berguna untuk pembuatan inokulum pada proses 
fermentasi. Inokulum yang berupa spora, merupakan stater yang baik dalam fermentasi 
(Purwadaria, dkk., 1995). Peningkatan kandungan protein yang sejalan dengan 
pertumbuhan kapang (jamur) dikarenakan tubuh jamur terdiri dari elemen yang 
mengandung nitrogen. Selain itu enzim yang dihasilkan oleh jamur juga merupakan 
protein (Noferdiman,dkk., 2008). Hal ini didukung oleh Garraway dan Evans (1984) 
yang menyatakan dinding sel jamur mengandung 6,3% protein, sedangkan membran sel 
pada jamur yang berhifa mengandung protein 25-45% dan karbohidrat 25-30%. Dalam 
pertumbuhannya jamur menggunakan karbon dan nitrogen untuk komponen sel tubuh 
jamur (Musnandar, 2003). Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger 
menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan 
protein meningkat. Menurut penelitian Munieret al. (2012) lama fermentasi Aspergillus 
niger yang terbaik adalah selama enam hari. 
2. 4 Fermentasi Kulit Buah Kakao 
Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari limbah kakao (70-75%) yang 
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, namun kualitasnya rendah yang ditandai 
dengan kandungan protein kasar, serat kasar dan lignin yang cukup tinggi sehingga sulit 
dicerna.Dalam penelitiannya, Nuranthy (2004) telah mencoba menggunakanbeberapa 
isolate kapang untuk memecah ikatan tanin pada kulit buah kakao. Darihasil 
penelitiannya bahwa dari sembilan jenis isolat, hanya ada empat jenis isolatyang dapat 
digunakan secara aman yaitu: Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus,Mucor 
circinelloides, dan Pestalotiopsis guepinii. Namun dari keempat jeniskapang tersebut, 
hanya A. niger dan P. guepinii yang mampu tumbuh pada semuajenis substrat yang 
mengandung tanin dan memiliki kemampuan dalammendegradasi tanin. 
Purnama (2004) dalam penelitiannya telah mencoba memfermentasi kulitbuah 
kakao dengan menggunakan kapang Pestalotiopsis guiepinii untukmeningkatkat 
kualitas kulit buah kakao. Namun dari hasil penelitian tersebutbahwa fermentasi dengan 
kapang Pestalotiopsis guepinii belum mampumemperbaiki kecernaan dari kulit buah 
kakao (kecernaan bahan kering 19,696% dan kecernaan bahan organik 10,501%).
Berikut adalah skema proses pengolahan kulit buah kakao (Guntoro, 2008) 
Kulit Buah Kakao 
(KBK) 
Cacahan KBK 
Pencacahan 
Penyiraman Larutan 
Inokulan A. niger 
Penutupan KBK dengan 
karung goni/plastik 
Fermentasi KBK 
(5-6 hari) 
KBK 
Terfementasi 
Penjemuran 
(2-3 hari) 
Limbah Kering 
Penggilingan 
Tepung Limbah
2. 5 Pengaruh Pemberian Limbah Kakako Fermentasi Pada Ternak 
Anas, dkk (2011) melaporkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai 
pakan pada sapi bali memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi Bali 
dengan penambahan berat badan1,21 kg/hari. Selanjutnya, pada penelitian Muzaki (2011) 
dilaporkan bahwa pemberian limbah kakao fermentasi yang diberikan pada itik raja 
memberikan pengaruh yang baik pada konversi ransum dengan pertambahan berat 
badannya yaitu 183,82 gr/ekor/minggu. Dalam bukunya (Guntoro, 2008) melaporkan 
beberapa pengaruh dari pemberian pakan dari limbah kakao fermentasi diantaranya: 
a. Peningkatan pertambahan berat badan harian anak kambing yang diberi pakan hijauan 
dan limbah kakao terfermentasi yaitu 140 gr/ekor/hari dibandingkan dengan pemberian 
limbah kakao tanpa fermentasi yaitu hanya mencapai 119 gr/ekor/hari (Guntoro, dkk., 
2002). Selanjutnya dijelaskan pada ternak induk kambing peranakan Etawa (PE) yang 
mendapat perlakuan limbah kakao terfermentasi dapat mencapai produksi susu hingga 
1.100 ml/hari (Guntoro, 2006). 
b. Pemanfaatan limbah kakao juga diberikan pada ternak sapi dengan dosis pemberiannya 
0,8% dari berat hidup sapi. Pemberian limbah kakao ini memberikan pengaruh yang 
sangat besar pada pertambahan berat badan sapi yaitu mencapai 528 gr/ekor/hari 
dibandingkan tanpa pemberian pakan limbah kakao sebagai pakan penguat 
pertambahan berat badan sapi hanya mencapai 265 gr/ekor/hari (Guntoro, et al., 2006). 
c. Pada ternak babi, limbah kakao fermentasi digunakan peternak sebagai pengganti 
dedak padi memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan babi fase grower 
(umur 5-8 bulan). Dengan begitu, maka peternak dapat menekan biaya ransum dengan 
pemberian limbah kakao ini (Parwati, dkk., 2007).
BAB III 
KESIMPULAN 
Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik disimpulkan bahwa limbah kulit buah kakao 
dapat dijadikan sebagai pakan ternak (ternak monogastrik, ruminansia besar dan kecil) 
dimana kandungan nutrisi yang dimilikinya cukup baik ketika difermentasi yaitu protein 
kasar (17,68%), selulosa (46,34%), dan lignin (12,26%). Selain untuk meningkatkan kualitas 
pakan, teknik fermentasi ini juga membantu untuk mengurangi tingkat anti nutrisi yang 
dimiliki dalam kulit buah kakao ini yaitu tannin dan theobromin.Setelah difermentasi, maka 
kulit buah kakao ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi ternak.
DAFTAR PUSTAKA 
Anas S., A. Zubair., dan D. Rohmadi.2011. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi 
Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali.Jurnal Agrisistem Vol. 7 No. 2. Gorontalo. 
Badan Pusat Statistik NTT. 2008. Statistik Provinsi NTT. Kupang. 
Badan Pusat Statistik NTT. 2009. Statistik Provinsi NTT. Kupang. 
Badan Pusat Statistik NTT. 2010. Statistik Provinsi NTT. Kupang. 
Badan Pusat Statistik NTT. 2011. Statistik Provinsi NTT. Kupang. 
Cannas, A. 2001. Tannins. Animal Science at Cornell University. 
Cheeke, P. R. and L. R. Shull, 1985.Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants. Avi 
Publishing Company, INC. Davis, California. 
[EFSA] European Food Safety Authority. 2008. EFSA Assesses Possible Risks Related to 
Melamine in Composite Foods from China, Press Release 25 September 2008 
Enari TM. 1983. Microbial Cellulase. Dalam Microbial Enzyme and Biotecnology. Edited 
W.M. Fogarty. New York : Applied Science Publ. 
Fardiaz D. 1989.Kromatografi Gas dalam Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, 
Institut Pertanian Bogor 
Garraway, M.O. and R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition and Physiology. John willey and 
sons, New York. 
Guntoro, S. 2006. Petunjuk Teknis Pengolahan Limbah Perkebunan Untuk Pakan, Balai 
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Denpasar. 
Guntoro S. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Jakarta: Agromedia 
Pustaka. 
Guntoro, S., M. Londra, I.A. P. Parawati, dan N. Suyasa.2006. Pengaruh Pemberian Limbah 
Mete Olahan Terhadap Pertumbuhan Kambing Kacang.Prosiding Seminar Nasional 
Teknologi Peternakan dan Veteriner Puslitbang Peternakan, Badan LITBANG 
Pertanian, Bogor. 
Guntoro, S., Rai Yasa, I.M. Sumawa, I.N. Sumartini M., dan Rubiyo.2002. Laporan Akhir 
Pengkajian System Usaha Tani Integrasi Ternak Kambing Dengan Industry. 
Denpasar: Proyek pengkajian teknologi pertanian partisipasif –BPTP. 
Hansen, Don R. and Marynne M. Mowen. (2003), Management Accounting, 6th ed, 
Thomson South Western, United Stated of America. 
Hardjo, SS., N. S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi : Pemanfaatan Limbah Industri 
Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB 
Hidayat N, Masdiana CP dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta.
Muchtadi TR, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bandung: 
Alfabeta. 
Munier, F. F., H. Hartadi., and E. Winarti. 2012. Cocoa Pod Husk Fermentation Using 
Aspergillus niger Toward Intake Of Ettawa Grade Buck. International Conference 
on Livestock Production and Veterinary Technology. 
Muzakki, A. Subtitusi Dedak Padi dengan Kulit Buah Kakao Difermentasi Aspergillus 
nigerTerhadap Performans Itik Raja Umur 1 – 7 Minggu. 2011. Skripsi. Fakultas 
Peternakan, Universitas Sumatera Utara. 
Noferdiman, Y. Rizal, Mirzah, Y. Heryandi, & Y. Marlida. 2008. Penggunaan Urea Sebagai 
Sumber Nitrogen Pada Proses Biodegradasi Substrat Lumpur Sawit Oleh 
JamurPhanerochaete chrysosporium. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XI 
(4):175-181. 
Nuranthy, P. 2004. Kajian Potensi Jsolat Kapang Pemecah Ikatan Tanin pada Kulit Buah 
Kakao (Theobromti cacao L.).Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, 
Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut 
Pertanian Bogor. 
Odunsi, A.A., A.A. Onifade and O. G. Longe. 1999. Effect of Alkali or Hot Water Treatment 
of Cocoa Bean Cake Fed To Broiler Finisher as Artificial Replacement for Dietary 
Groundnut Cake. Arc. Zootec 48:337-342. 
Parwati I. A., Guntoro S., dan Suyasa N. Peningkatan Produktivitas Ternak Babi Dengan 
Introduksi Limbah Kakao Terfermentasi di Desa Pesagi Tabanan. Prosiding Seminar 
Nasional “Percepatan Alih Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan, 
Kerjasama Balai Besar Pengkajian Teknnologi Pertanian Bogor Dengan Balai Besar 
Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Denpasar. 
Purwadaria, T., T. Haryati, A.P. Sinurat, J. Darma, and T. Pasaribu. 1995. In vitro Nutrient 
Value of Coconut Meal Fermented WithAspergillus niger NRRL 337 at Different 
Enzimatic Incubation Temperatures. Proceeds.2nd Conf. on Agriculture 
Biotechnology, Jakarta - Indonesia. 
Tandi, E. J. 2010. Pengaruh Tanin Terhadap Aktivitas Enzim Protease.Seminar Nasional 
Teknologi Peternakan dan Veteriner.Makasar. 
Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University 
Press. Yogyakarta 
Wong, H. K., A. H. Osman and M. S. Idris. 1987. Utilization of cocoa by-product as 
ruminant feed. In: Dixon, R.M (Ed). Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous 
Agricultural Residues. 1986. School of Agriculture and Forestry. University of 
Melbourne.Parkville. Victoria. 
Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak 
Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatera 
Utara. Medan.

More Related Content

What's hot

Bahan ajar-industri-jasa-boga
Bahan ajar-industri-jasa-bogaBahan ajar-industri-jasa-boga
Bahan ajar-industri-jasa-bogaMissda MNs
 
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
Nurul Afdal Haris
 
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1Noti Setiani
 
makalah Danau
makalah Danaumakalah Danau
makalah Danau
Lintang Nur
 
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7Aulia Nurrahman
 
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRIMakalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRIIswi Haniffah
 
Pengelolaan sda
Pengelolaan sdaPengelolaan sda
Pengelolaan sdaDesta_92
 
Perang Dunia 1 dan 2
Perang Dunia 1 dan 2Perang Dunia 1 dan 2
Perang Dunia 1 dan 2
Ayik Novitasari
 
KONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptxKONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptx
AlLexOfficial
 
Pengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu SejarahPengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu SejarahMuhamad Yogi
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Fatur Fatkhurohman
 
penggunaan lahan dan pola pemukiman
penggunaan lahan dan pola pemukimanpenggunaan lahan dan pola pemukiman
penggunaan lahan dan pola pemukiman
Abdul Hafiz
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Agung Dwi Julianto
 
Materi sejarah xii-semester-1
Materi sejarah xii-semester-1Materi sejarah xii-semester-1
Materi sejarah xii-semester-1
Daniel Arie
 
Ppt kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
Ppt  kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsaPpt  kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
Ppt kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
University Of Tarbiyah
 
Keamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan PanganKeamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan PanganLilik Sholeha
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarSusy Amelia
 
Makalah pertambangan hukum sda
Makalah pertambangan hukum sdaMakalah pertambangan hukum sda
Makalah pertambangan hukum sdaMuhammad Fahri
 

What's hot (20)

Bahan ajar-industri-jasa-boga
Bahan ajar-industri-jasa-bogaBahan ajar-industri-jasa-boga
Bahan ajar-industri-jasa-boga
 
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
Laporan Penelitian (Kebun Teh Malino Highlands)
 
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1
Ppt sejarah persentasi selasa kelompok 1
 
makalah Danau
makalah Danaumakalah Danau
makalah Danau
 
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7
Proklamasi Kemerdekaan dan Konstitusi Pertama SMP kelas 7
 
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRIMakalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI
Makalah Sejarah kelas XII SMA: Permesta/PRRI
 
Pengelolaan sda
Pengelolaan sdaPengelolaan sda
Pengelolaan sda
 
Perang Dunia 1 dan 2
Perang Dunia 1 dan 2Perang Dunia 1 dan 2
Perang Dunia 1 dan 2
 
KONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptxKONSERVASI PPT.pptx
KONSERVASI PPT.pptx
 
Pengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu SejarahPengantar Ilmu Sejarah
Pengantar Ilmu Sejarah
 
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
Modul Pelatihan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Berbasis Masyarakat
 
penggunaan lahan dan pola pemukiman
penggunaan lahan dan pola pemukimanpenggunaan lahan dan pola pemukiman
penggunaan lahan dan pola pemukiman
 
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi AnaerobFermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
Fermentasi Tempe - Proses Respirasi Anaerob
 
Kelompok 4 'fisiografis'
Kelompok 4 'fisiografis'Kelompok 4 'fisiografis'
Kelompok 4 'fisiografis'
 
Materi sejarah xii-semester-1
Materi sejarah xii-semester-1Materi sejarah xii-semester-1
Materi sejarah xii-semester-1
 
Ppt kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
Ppt  kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsaPpt  kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
Ppt kesadaran terhadap pentingnya integrasi bangsa
 
mutu protein
mutu proteinmutu protein
mutu protein
 
Keamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan PanganKeamanan dan Ketahanan Pangan
Keamanan dan Ketahanan Pangan
 
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasarLaporan praktikum ilmu pangan dasar
Laporan praktikum ilmu pangan dasar
 
Makalah pertambangan hukum sda
Makalah pertambangan hukum sdaMakalah pertambangan hukum sda
Makalah pertambangan hukum sda
 

Similar to fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak

Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
MahardhikaAtmaja28
 
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptxPPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_kAktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Hellna Tehubijuluw
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
Ancela Rebeka
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
RiaAnggun
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Dewi Purwati
 
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangPembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangErvi Afifah
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Umi Lestari
 
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptxPPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
Universitas Muslim Nusantara Al-Washliyah
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianZakiyul Mu'min
 
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdfKelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
nahdi1
 
Makalah etanol
Makalah etanol Makalah etanol
Makalah etanol
Belladonna Chairini
 
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
Furqon Afumado
 
Chapter ii destilasi
Chapter ii destilasiChapter ii destilasi
Chapter ii destilasiandersen_123
 
Ampas tahu
Ampas tahuAmpas tahu
Ampas tahu
ahmadikaahmmad
 
Cara membuat ragi tape
Cara membuat ragi tapeCara membuat ragi tape
Cara membuat ragi tape
hasan ckp
 
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit JerukBab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
regiandira739
 

Similar to fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak (20)

Proposal Derivat
Proposal DerivatProposal Derivat
Proposal Derivat
 
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
Das sollen dan das sein ( i gede mahardhika atmaja)
 
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptxPPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
PPT PRODUK BIOETANOL KETAN HITAM_KELOMPOK 9_5J.pptx
 
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_kAktivitas antioksidan antosianin_beras_k
Aktivitas antioksidan antosianin_beras_k
 
makalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempemakalah pengendalian mutu pada tempe
makalah pengendalian mutu pada tempe
 
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI INDUSTRI PEMBUATAN TEMPE
 
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi TernakLaporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
Laporan Praktikum Ilmu Nutrisi Ternak
 
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisangPembuatan bioetanol dari kulit pisang
Pembuatan bioetanol dari kulit pisang
 
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
Pemanfaatan limbah kulit udang (PKM)
 
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptxPPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
PPT TUGAS BIOTEKNOLOGI PEMBUATAN PRODUK TAPE UBI KAYU.pptx
 
Contoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitianContoh proposal pkm penelitian
Contoh proposal pkm penelitian
 
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdfKelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
Kelompok 05_PPT_Peranan Mikroorganisme dalam Pembuatan Makanan Fermentasi.pdf
 
Makalah etanol
Makalah etanol Makalah etanol
Makalah etanol
 
mekanikal
mekanikalmekanikal
mekanikal
 
Contoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkmContoh proposal-pkm
Contoh proposal-pkm
 
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd6. ir. muhammad sragafa, m.pd
6. ir. muhammad sragafa, m.pd
 
Chapter ii destilasi
Chapter ii destilasiChapter ii destilasi
Chapter ii destilasi
 
Ampas tahu
Ampas tahuAmpas tahu
Ampas tahu
 
Cara membuat ragi tape
Cara membuat ragi tapeCara membuat ragi tape
Cara membuat ragi tape
 
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit JerukBab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
Bab II Karya Tulis Ilmiah Tisu Berbahan Dasar Kulit Jeruk
 

Recently uploaded

481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
FazaKhilwan1
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
NathanielIbram
 

Recently uploaded (10)

481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdfFinal_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
Final_Alur registrasi Plataran Sehat_webinar series HTBS 2024.pdf
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdfTahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
Tahapan Sinkron kurikulum merdeka pmm.pdf
 

fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan ternak

  • 1. TUGAS BIONOMIKA TERNAK PEMANFAATAN BAHAN PAKAN INKONVENSIONAL NAMA : HILDEGARDIS NAI ULU NIM : 1311010004 SEMESTER : I PRODI : ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ditjen Peternakan Kementrian Pertanian mencatat konsumsi daging secara nasional pada tahun 2010 mencapai 1,7 kg/kapita/tahun dan pada tahun 2011 konsumsi tersebut telah melonjak mencapai 1,87 kg/kapita/tahun. Hal senada juga terjadi di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dimana konsumsi daging mengalami peningkatan setiap tahun yaitu rata-rata 5.580 kg/tahun pada tahun 2007 meningkat menjadi 12.165 kg/tahun di tahun 2010 (BPS 2008; 2009; 2010; dan 2011). Hal ini mendorong peningkatan permintaan daging baik lokal maupun skala nasional. Anas., dkk (2011) menyatakan bahwa daging sapi yang merupakan sumber protein hewani memiliki kontribusi ±23% dalam memenuhi kebutuhan konsumen nasional.Upaya pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional ini adalah dengan meningkatkan produksi daging. Produksi daging yang optimum dari ternak sangat dipengaruhi oleh pakan yang memegang peranan penting dan merupakan bagian terbesar dari total biaya produksi. Upaya untuk meminimalkan biaya pakan dapat digunakan alternatif bahan pakan lokal yang bersifat nonkonvensional dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, harga murah, tetapi mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk ternak. Kulit buah coklat atau biasa disebutpod kakao berasal daritanaman kakao (Theobroma cacao L.) atau biasa disebut dengan cokelat. Tanaman ini banyak ditemukan tumbuh di daerah tropis. Anas., dkk (2011) melaporkan bahwa kandungan nutrisi kulit buah kakao segar memiliki kandungan protein sebesar 9,07%, selulosa 38,65%, dan lignin 20,15%, sedangkan apabila telah difermentasi maka nilai kandungan nutrisi kulit buah kakao berturut-turut adalah 17,68%, 46,34%, dan 12,26%.Teknologi fermentasi menggunakan kapang merupakan sebuah alternatif dalam melonggarkan ikatan atom hidrogen selulosa dan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim sellulotik yang dihasilkan kapang (Yunilas 2009). Sedangkan menurut Hidayat dkk., (2006) fermentasi didefinisikan sebagai perubahan gradual oleh enzim dari beberapa bakteri, khamir dan jamur.
  • 3. Penggunaan Aspergillus niger sebagai fermentor bahan pakan ternak sering dilakukan karena adanya sifat dari kapang yang mampu menghasilkan enzim-enzim yang berguna untuk menurunkan serat kasar dan meningkatkan protein kasar bahan pakan. Enari (1983) menyatakan bahwaA. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim pendegradasi serat. Kemampuan dari kapang inilah yang dapat dijadikan bahan bagi proses fermentasi kulit buah kakao yang memiliki kandungan serat kasar yang cukup tinggi. Dengan begitu, maka dapat memudahkan ternak dalam mencerna nutrisi dalam bahan pakan tersebut. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui dan memahami pemanfaatan bahan pakan inkonvensional yaitu kulit buah kakao fermentasi bagi ternak.
  • 4. BAB II PEMANFAATAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN TERNAK 2. 1 Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan Ternak Masalah karena terbatasnya ketersediaan pakan konvensional seiring perkembangan ternak ruminansia menjadikanperlunya menekankan pemanfaatan hasil ikutan tanamanpertanian untuk pakan, di antaranya yang berasal dariperkebunan kakao. 2.1.1 Kandungan Nutrisi Kulit Buah Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) termasuk genus Theobroma,family Sterculiaceae dan ordo Malvalae (Figuerra et al., 1993). Kakao memiliki jumlah kulit sekitar 70 % dan kurang dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak, sedangkan bila diberikan pada ternak kulit kakao dapat diberikan 30-40% dari kebutuhan pakan (Anas, dkk., 2011). Limbah kulit buah kakao merupakan bagian kulit yang tebal dankeras, mencakup kulit terluar hingga daging buah sebelum kumpulan biji (Wonget al., 1987). Taksonomi kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiosperma Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Dialypetalae Bangsa : Malvales Suku : Sterculiaceae Marga : Theobroma Jenis : Theobroma cacao L. Nuraini (2007) melaporkan bahwa kandungan zat-zat makanankulit buah kakao mengandung protein kasar11,71%, serat kasar 20,79%, lemak 11,80% dan BETN 34,90% sehingga dapat dijadikan sebagai pakan ternak. Sedangkan menurut Wong et al. (1987) kulit buah kakao mengandung protein kasar 8.5%dan serat kasar sebesar 27%, sehingga lebih digunakan sebagai pakan ternakruminansia dibandingkan dengan ternak monogastrik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kulit buah kakao tidak dapat diberikan pada ternak monogastrik karena kandungan lignin
  • 5. yang cukup tinggi yaitu mencapai 38,70% serta adanya theobromin dan terdapat antinutrisi tanin yang menjadi pembatas penggunaan kulit buah kakao ini (Wong et al., 1987; Duke, 1993). Keberadaan tannin dapat mengurangi manfaatnya sebagai pakan karena kemampuannya dalam mengendapkan protein dan juga lignin yang berikatan dengan selulosa menyebabkan sellosatidak bisa dimanfaatkan oleh ternak (Cheeke and Shull, 1985). Figuera et al., (1993) melaporkan bahwa jenis tanin yang terdapat dalam kulit buah kakao merupakan tannin kondensasi yaitu anthocyanidin, catekin, danleukoanthocyanidin. 2.1.2 Zat Anti Nutrisi Tanin dan Theobromindalam Kulit Buah Kakao Tanin merupakan senyawa polyphenol dengan bobot molekul tinggi yangmengandung gugus hidroksil dan gugus lainnya untuk membentuk kompleks yangkuat dengan protein dan molekul lain, seperti karbohidrat (Cannas, 2001).Tannin terdapat pada bagian kulit kayu, batang, daun danbuah – buahan.Tanin mengandung sejumlah gugusfungsional yang dapat membentuk kompleks yang kuat dengan molekul proteindan menghasilkan efek negatif dan positif bagi ternak. Kumar dan Singh (1984) menyatakan bahwa rasa pahit yang timbul dalam mulut diakibatkan oleh komplek tanin dan proteinsaliva yang pada akhirnya mempengaruhi palatabilitas dan konsumsi pakan. Tandi, E. (2010) melaporkan bahwa tannin berpengaruh sangat nyata terhadap aktivitas enzim protease (tripsin). Ini berarti semakin tinggi kadar tanin dalam substrat akan menyebabkan aktivitas enzim protease semakin rendah dalam memecah protein menjadi asam amino. Melihat penurunan aktivitas enzim tripsin yang sangat signifikan maka pada kadar tanin yang lebih tinggi dari 8% kemungkinan besar aktivitas enzim tripsin akan berhenti. Ternak yang mengkonsumsi tanin tinggi akan menimbulkan berbagai problem akibat dari gangguan metabolisme protein, energi dan vitamin B komplek. Cheeke and Shull (1985) melaporkan bahwa terdapat dua kelompok dari tanin yang berpengaruh terhadap nutrisiternak yaitu tannin kondensasi yang paling banyak terdistribusi pada tanaman dan tidak mudah terhidrolisis dan terdapat dalam struktur yang kompleks dan yang kedua tanin hidrolisis yang merupakan ester dari glukosa dengan asam laktat dan kelompok ini dapat dihidrolisis menggunakan asam mineral panas menjadi glukosa dan asam-asamyang menjadi
  • 6. unsur pokoknya. Kedua kelompok ini biasa disebut Proanthocyanidin (Cannas, 2001). Berdasarkan aspek gizi, apabila digunakan langsung sebagaipakan ternak, kelemahan kulit buah kakao adalah kandunganserat kasar yang tinggi, protein rendah, mengandung alkaloidtheobromin dan kafein (1,8-2,1%), dan kandungan asam filtratyang tinggi.Theobromin asam filtrat dapat menyebabkan diare padaternak . Kandungan asam filtrat yang tinggi juga dapatmenurunkan kemampuan usus ruminansia menyerap zat-zatmakanan. Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi untukmendegradasi unsur-unsur yang membahayakan kesehatanternak. Theobromin merupakan alkaloid golongan methylatedxanthine seperti kafein dalam kopi yang beracun sehinggapenggunaan pakan sumber teobromin perlu dibatasi. Namuntingkat bahayanya terhadap gangguan sistem saraf pusat tidaksekuat methyl xanthine yang lain. Jenis alkaloid ini mudahdiserap dan didistribusikan ke seluruh tubuh dan cepatdimetabolis, sedangkan sisanya dibuang lewat urin. Belumadanya laporan tentang kandungan teobromin dalam daging, susu dan telur tidak mencemaskan konsumen poduk hewanidibanding yang mcngkonsumsi produk-produk cokelat secaralangsung. Teobromin terkandung di semua bagian tanaman kakao dengan kadar yang berbeda-beda. Pada cangkang kakao Hansen (2003) melaporkan kandungan teobrominnya 0,3-1,2%, pada kulit biji 1-4%. Sedangkan menurut EFSA (2008) teobromin dalam cangkang, kulit biji dan tepung coklat berturut-turut adalah 0,15- 0,40%, 0,80-1,69%, dan 2,00-3,30%. Sedangkan menurut Odunsi et al., (1999) kulit biji kakao mengandung teobromin sebanyak 2,24%. 2. 2 Fermentasi Pakan Winarmo et al (1981) menyatakan bahwa kualitas bahan pakan bergantung pada komposisi kandungan nutrisi dan keberadaan zat anti nutrisi dalam pakan tersebut. Dari pembahasan sebelumnya diketahui bahwa kulit buah kakao memiliki kandungan protein 8-11% dan memiliki potensi untuk diberikan pada ternak, namun ada faktor pembatas yang ada dalam kulit buah kakao yaitu tingginya kandungan serat kasar (20- 27%) serta keberadaan zat anti nutrisi tannin yang membuat limbah ini kurang palatable untuk ternak. Untuk itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk memanfaatkan limbah
  • 7. tersebut dengan meningkatkan kualitas pakan dengan melalukan teknik fermentasi dengan menggunakan mikroogranisme. Secara teknik fermentasi didefinisikan sebagai suatu proses oksidasi anaerobik atau partial anaerobik karbohidrat yang menghasilkan alkohol serta beberapa asam, namun banyak proses fermentasi yang menggunakan substrat protein dan lemak (Muchtadi dan Ayustaningwarno 2010).Fermentasi dapat melonggarkan ikatan atom hidrogen selulosa dan melonggarkan ikatan lignosellulosa dengan bantuan enzim sellulotik yang dihasilkan kapang sehingga pakan berserat juga mampu menghilangkan senyawa beracun dalam bahan (Yunilas 2009).Sedangkan menurut Winarno, et al (1981) fermentasi adalah suatu reaksi oksidasi-reduksi dalam system biologi yang menghasilkan energy dimana sebagai donor proton dan aseptor electron digunakan substrat organic.Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasiadalah karbohidrat, sedangkan asam amino dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu (Fardiaz, 1992). Selama proses fermentasi terjadi pemecahan substrat oleh enzim-enzim tertentu terhadap bahan yang tidak dapat dicerna, misalnya seluosa dan hemiselulsa menjadi gula sederhana. Selama proses fermentasi terjadi pertumbuhan kapang, selain dihasilkan enzim juga dihasilkan protein ekstraseluler dan protein hasil metabolisme kapang sehingga terjadi peningkatan kadar protein (Winarno, 1983). Dilihat dari jenis mediumnya Chahal (1985) membagi proses fermentasi menjadi 2, yaitu medium cair yang mana fermentasi dengan substrat terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair dan yang kedua medium padat dengan menggunakan substrat tidak larut atau tanpa adanya air bebas.Selanjutnya untuk media fermentasi dibutuhkan media yang mengandung nutrient yang seimbang dan diperlukan untuk menunjang kehidupan kapang dalam memproduksi enzim. 2. 3 Aspergillus niger Sebagai Bioaktif Fermentasi Pakan Aspergillus niger termasuk genus Aspergillus, famili Monilliceae, ordo Monoliales, kelas Ascomycetes. A. niger memiliki kepala konidia yang besar, padat, bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini bersifat aerobic, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yang cukup. A. niger merupakan mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35-37˚C, dan derajat keasaman 2,0-8,5. Pertumbuhan kapang A. niger akan lebih optimal pada kondisi keasaman (pH) yang rendah (Fardiaz, 1989).
  • 8. A. nigermampu menhasilkan beberapa enzim diantaranya adalah karbohidrase, selulase, lipase, glukosa oksidase, katalase, pectinase dan tanase (tannin asil hydrolase), amylase, dan amiloglukosidae(Winarno, 1983). Lebih lanjut dijelaskan bahwa enzim tanase yang dihasilkan A. niger dapat melarutkan senyawa tannin yang tidak larut menjadi asam galat dan glukosa yang mudah larut. Enzim selulase yang dihasilkan dapat beraktivitas optimum apabila berada pada kisaran pH 4,5 – 5,5 dengan suhu 35OC. Menurut Enari (1983) A. niger telah diketahui dapat menghasilkan enzim pendegradasi serat. Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat.A. niger termasuk kapang yang tumbuh cepat dan tidak membahayakan karena tidak menghasilkan mikotoksin (Rapper dan Fennel, 1977). Menurut Gandjar dan Wellyzar (2006) pertumbuhan kapang mempunyai beberapa fase, antara lain : 1. Fase lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan pembentukan enzim-enzim untuk mengurai substrat. 2. Fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel membelah dan fase lag menjadi fase aktif. 3. Fase eksponensial, merupakan fase perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat. Pada awal fase-fase ini kita dapat memanen enzim-enzim dan akhir pada fase ini. 4. Fase deselerasi, yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel. 5. Fase stasioner, yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang. Banyak senyawa metabolit sekunder yang dapat dipanen pada fase ini. 6. Fase kematian dipercepat, jumlah sel-sel yang mati lebih banyak daripada sel-sel yang masih hidup. Soeprijanto et al. (2009) menyatakan bahwa kapang A. niger melewati fase adaptasi dari jam ke 8, dilanjutkan dengan fase eksponensial pada jam ke 16-24. Fase stasioner merupakan jumlah kapang yang tumbuh sama dengan kapang yang mati, fase stasioner terjadi pada jam ke 40-100. Setelah diatas jam ke 100 terjadi penurunan biomassa kapang yang dinamakan fase kematian, dimana biomassa kapang yang mati lebih banyak dari yang tumbuh.
  • 9. Pertumbuhan kapang yang maksimal perlu ditunjang dengan kandungan nutrien dasar yang merupakan sumber karbon, nitrogen, energi, mineral dan vitamin. Hardjo dkk., (1989) menambahkan A. niger menambahkan unsur utama seperti karbon, nitrogen, dan sulfur dalam pertumbuhannya serta Fe, Zn, Mn, Co, Li, Na, K dan Rb. Proses fermentasimenggunakan kapang, selain membentuk miselium selalu di ikuti oleh pembentukan spora yang berguna untuk pembuatan inokulum pada proses fermentasi. Inokulum yang berupa spora, merupakan stater yang baik dalam fermentasi (Purwadaria, dkk., 1995). Peningkatan kandungan protein yang sejalan dengan pertumbuhan kapang (jamur) dikarenakan tubuh jamur terdiri dari elemen yang mengandung nitrogen. Selain itu enzim yang dihasilkan oleh jamur juga merupakan protein (Noferdiman,dkk., 2008). Hal ini didukung oleh Garraway dan Evans (1984) yang menyatakan dinding sel jamur mengandung 6,3% protein, sedangkan membran sel pada jamur yang berhifa mengandung protein 25-45% dan karbohidrat 25-30%. Dalam pertumbuhannya jamur menggunakan karbon dan nitrogen untuk komponen sel tubuh jamur (Musnandar, 2003). Hal ini terjadi karena selama fermentasi, kapang A. niger menggunakan zat gizi (terutama karbohidrat) untuk pertumbuhannya dan kandungan protein meningkat. Menurut penelitian Munieret al. (2012) lama fermentasi Aspergillus niger yang terbaik adalah selama enam hari. 2. 4 Fermentasi Kulit Buah Kakao Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari limbah kakao (70-75%) yang dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, namun kualitasnya rendah yang ditandai dengan kandungan protein kasar, serat kasar dan lignin yang cukup tinggi sehingga sulit dicerna.Dalam penelitiannya, Nuranthy (2004) telah mencoba menggunakanbeberapa isolate kapang untuk memecah ikatan tanin pada kulit buah kakao. Darihasil penelitiannya bahwa dari sembilan jenis isolat, hanya ada empat jenis isolatyang dapat digunakan secara aman yaitu: Aspergillus niger, Rhizopus oligosporus,Mucor circinelloides, dan Pestalotiopsis guepinii. Namun dari keempat jeniskapang tersebut, hanya A. niger dan P. guepinii yang mampu tumbuh pada semuajenis substrat yang mengandung tanin dan memiliki kemampuan dalammendegradasi tanin. Purnama (2004) dalam penelitiannya telah mencoba memfermentasi kulitbuah kakao dengan menggunakan kapang Pestalotiopsis guiepinii untukmeningkatkat kualitas kulit buah kakao. Namun dari hasil penelitian tersebutbahwa fermentasi dengan kapang Pestalotiopsis guepinii belum mampumemperbaiki kecernaan dari kulit buah kakao (kecernaan bahan kering 19,696% dan kecernaan bahan organik 10,501%).
  • 10. Berikut adalah skema proses pengolahan kulit buah kakao (Guntoro, 2008) Kulit Buah Kakao (KBK) Cacahan KBK Pencacahan Penyiraman Larutan Inokulan A. niger Penutupan KBK dengan karung goni/plastik Fermentasi KBK (5-6 hari) KBK Terfementasi Penjemuran (2-3 hari) Limbah Kering Penggilingan Tepung Limbah
  • 11. 2. 5 Pengaruh Pemberian Limbah Kakako Fermentasi Pada Ternak Anas, dkk (2011) melaporkan bahwa pemberian fermentasi kulit buah kakao sebagai pakan pada sapi bali memberikan pengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi Bali dengan penambahan berat badan1,21 kg/hari. Selanjutnya, pada penelitian Muzaki (2011) dilaporkan bahwa pemberian limbah kakao fermentasi yang diberikan pada itik raja memberikan pengaruh yang baik pada konversi ransum dengan pertambahan berat badannya yaitu 183,82 gr/ekor/minggu. Dalam bukunya (Guntoro, 2008) melaporkan beberapa pengaruh dari pemberian pakan dari limbah kakao fermentasi diantaranya: a. Peningkatan pertambahan berat badan harian anak kambing yang diberi pakan hijauan dan limbah kakao terfermentasi yaitu 140 gr/ekor/hari dibandingkan dengan pemberian limbah kakao tanpa fermentasi yaitu hanya mencapai 119 gr/ekor/hari (Guntoro, dkk., 2002). Selanjutnya dijelaskan pada ternak induk kambing peranakan Etawa (PE) yang mendapat perlakuan limbah kakao terfermentasi dapat mencapai produksi susu hingga 1.100 ml/hari (Guntoro, 2006). b. Pemanfaatan limbah kakao juga diberikan pada ternak sapi dengan dosis pemberiannya 0,8% dari berat hidup sapi. Pemberian limbah kakao ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada pertambahan berat badan sapi yaitu mencapai 528 gr/ekor/hari dibandingkan tanpa pemberian pakan limbah kakao sebagai pakan penguat pertambahan berat badan sapi hanya mencapai 265 gr/ekor/hari (Guntoro, et al., 2006). c. Pada ternak babi, limbah kakao fermentasi digunakan peternak sebagai pengganti dedak padi memberikan pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan babi fase grower (umur 5-8 bulan). Dengan begitu, maka peternak dapat menekan biaya ransum dengan pemberian limbah kakao ini (Parwati, dkk., 2007).
  • 12. BAB III KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, maka dapat ditarik disimpulkan bahwa limbah kulit buah kakao dapat dijadikan sebagai pakan ternak (ternak monogastrik, ruminansia besar dan kecil) dimana kandungan nutrisi yang dimilikinya cukup baik ketika difermentasi yaitu protein kasar (17,68%), selulosa (46,34%), dan lignin (12,26%). Selain untuk meningkatkan kualitas pakan, teknik fermentasi ini juga membantu untuk mengurangi tingkat anti nutrisi yang dimiliki dalam kulit buah kakao ini yaitu tannin dan theobromin.Setelah difermentasi, maka kulit buah kakao ini dapat dimanfaatkan sebagai pakan tambahan bagi ternak.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Anas S., A. Zubair., dan D. Rohmadi.2011. Kajian Pemberian Pakan Kulit Kakao Fermentasi Terhadap Pertumbuhan Sapi Bali.Jurnal Agrisistem Vol. 7 No. 2. Gorontalo. Badan Pusat Statistik NTT. 2008. Statistik Provinsi NTT. Kupang. Badan Pusat Statistik NTT. 2009. Statistik Provinsi NTT. Kupang. Badan Pusat Statistik NTT. 2010. Statistik Provinsi NTT. Kupang. Badan Pusat Statistik NTT. 2011. Statistik Provinsi NTT. Kupang. Cannas, A. 2001. Tannins. Animal Science at Cornell University. Cheeke, P. R. and L. R. Shull, 1985.Natural Toxicants in Feeds and Poisonous Plants. Avi Publishing Company, INC. Davis, California. [EFSA] European Food Safety Authority. 2008. EFSA Assesses Possible Risks Related to Melamine in Composite Foods from China, Press Release 25 September 2008 Enari TM. 1983. Microbial Cellulase. Dalam Microbial Enzyme and Biotecnology. Edited W.M. Fogarty. New York : Applied Science Publ. Fardiaz D. 1989.Kromatografi Gas dalam Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor Garraway, M.O. and R.C. Evans. 1984. Fungal Nutrition and Physiology. John willey and sons, New York. Guntoro, S. 2006. Petunjuk Teknis Pengolahan Limbah Perkebunan Untuk Pakan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali, Denpasar. Guntoro S. 2008. Membuat Pakan Ternak Dari Limbah Perkebunan. Jakarta: Agromedia Pustaka. Guntoro, S., M. Londra, I.A. P. Parawati, dan N. Suyasa.2006. Pengaruh Pemberian Limbah Mete Olahan Terhadap Pertumbuhan Kambing Kacang.Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Puslitbang Peternakan, Badan LITBANG Pertanian, Bogor. Guntoro, S., Rai Yasa, I.M. Sumawa, I.N. Sumartini M., dan Rubiyo.2002. Laporan Akhir Pengkajian System Usaha Tani Integrasi Ternak Kambing Dengan Industry. Denpasar: Proyek pengkajian teknologi pertanian partisipasif –BPTP. Hansen, Don R. and Marynne M. Mowen. (2003), Management Accounting, 6th ed, Thomson South Western, United Stated of America. Hardjo, SS., N. S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi : Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB Hidayat N, Masdiana CP dan Suhartini S. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi: Yogyakarta.
  • 14. Muchtadi TR, Ayustaningwarno F. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bandung: Alfabeta. Munier, F. F., H. Hartadi., and E. Winarti. 2012. Cocoa Pod Husk Fermentation Using Aspergillus niger Toward Intake Of Ettawa Grade Buck. International Conference on Livestock Production and Veterinary Technology. Muzakki, A. Subtitusi Dedak Padi dengan Kulit Buah Kakao Difermentasi Aspergillus nigerTerhadap Performans Itik Raja Umur 1 – 7 Minggu. 2011. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Sumatera Utara. Noferdiman, Y. Rizal, Mirzah, Y. Heryandi, & Y. Marlida. 2008. Penggunaan Urea Sebagai Sumber Nitrogen Pada Proses Biodegradasi Substrat Lumpur Sawit Oleh JamurPhanerochaete chrysosporium. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan XI (4):175-181. Nuranthy, P. 2004. Kajian Potensi Jsolat Kapang Pemecah Ikatan Tanin pada Kulit Buah Kakao (Theobromti cacao L.).Skripsi.Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Odunsi, A.A., A.A. Onifade and O. G. Longe. 1999. Effect of Alkali or Hot Water Treatment of Cocoa Bean Cake Fed To Broiler Finisher as Artificial Replacement for Dietary Groundnut Cake. Arc. Zootec 48:337-342. Parwati I. A., Guntoro S., dan Suyasa N. Peningkatan Produktivitas Ternak Babi Dengan Introduksi Limbah Kakao Terfermentasi di Desa Pesagi Tabanan. Prosiding Seminar Nasional “Percepatan Alih Teknologi Pertanian Mendukung Ketahanan Pangan, Kerjasama Balai Besar Pengkajian Teknnologi Pertanian Bogor Dengan Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian Bali, Denpasar. Purwadaria, T., T. Haryati, A.P. Sinurat, J. Darma, and T. Pasaribu. 1995. In vitro Nutrient Value of Coconut Meal Fermented WithAspergillus niger NRRL 337 at Different Enzimatic Incubation Temperatures. Proceeds.2nd Conf. on Agriculture Biotechnology, Jakarta - Indonesia. Tandi, E. J. 2010. Pengaruh Tanin Terhadap Aktivitas Enzim Protease.Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner.Makasar. Tjitrosoepomo, G. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gajah Mada University Press. Yogyakarta Wong, H. K., A. H. Osman and M. S. Idris. 1987. Utilization of cocoa by-product as ruminant feed. In: Dixon, R.M (Ed). Ruminant Feeding System Utilizing Fibrous Agricultural Residues. 1986. School of Agriculture and Forestry. University of Melbourne.Parkville. Victoria. Yunilas. 2009. Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi Sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Departemen Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara. Medan.