SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Download to read offline
Bahan Bacaan 1.
KONSEP DAN PRINSIP PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
A. Konsep dan Prinsip Pengolahan Ikan Segar dan Beku
1. Pengolahan ikan segar standar ekspor
Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan
dengan daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan
pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi
biologis ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal. Oleh karena itu,
segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan
pendinginan atau pembekuan.
a. Pendinginan
Pada prinsipnya, pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu
serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan
tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan,
semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui
pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak
dihentikan. Untuk mendinginkan ikan, seharusnya ikan diselimuti oleh medium yang
lebih dingin darinya, dapat berbentuk cair, padat, atau gas. Pendinginan ikan dapat
dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut
dingin (chilled sea water).
Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan dengan pendinginan adalah
menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal
maupun setelah di darat, yaitu ketika di tempat pelelangan, selama distribusi dan
ketika dipasarkan. Penyimpanan ikan segar dengan menggunakan es atau sistem
pendinginan yang lain memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga kesegaran
ikan, biasanya 10–14 hari. Pertama yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan
dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat
digunakan. Es diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara sampai
mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian mempertahankan pada suhu
serendah mungkin, biasanya 0o
C. Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk
penyimpanan dingin dengan es adalah 1 : 1. Hal lain yang juga perlu dicermati di
dalam pengawetan ikan dengan es adalah wadah yang digunakan untuk
penyimpanan harus mampu mempertahankan es selama mungkin agar tidak
mencair. Wadah peng-es-an yang ideal harus mampu mempertahankan suhu tetap
dingin, kuat, tahan lama, kedap air, dan mudah dibersihkan.
Untuk itu diperlukan wadah yang memiliki daya insulasi yang baik. Balai Besar Riset
Pengolahan Produk dan Bioteknologi kelautan dan Perikanan (BBRP2B) telah
mengembangkan palka atau peti ikan berinsulasi. Palka/peti terbuat dari fiber glass
dan bahan insulator yang digunakan adalah poliuretan. Pada kenyataannya
penanganan ikan setelah penangkapan belum dilakukan dengan baik dan hal ini
ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat susut panen (postharvest losses), yaitu
diperkirakan sekitar 27% (Ditjen. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan,
2007).
Penerapan praktik-praktik penanganan ikan hasil tangkapan yang belum baik
adalah:
 Hasil tangkapan tidak dilakukan pengawetan dengan pendinginan dengan es
atau refrigerasi.
 Jumlah es yang digunakan untuk pengawetan kurang dari yang dipersyaratkan.
 Wadah atau palka/peti penyimpanan ikan tidak berinsulasi atau insulasi yang
digunakan tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.
 Teknologi pengawetan yang diterapkan tidak sesuai dengan lamanya waktu
penangkapan. Sebagai contoh es yang hanya mampu mengawetkan ikan 10 –
14 hari, tidak sesuai digunakan untuk mengawetkan ikan dengan lama
penangkapan sampai 40 hari. Di samping itu, kondisi sanitasi dan higiene yang
buruk di tempat pendaratan dan di pasar ikan memperparah keadaan tersebut.
Bahan pengawet seperti es dan air laut dingin termasuk bahan yang relatif aman
terhadap ikan yang diawetkan, terutama ketika dikonsumsi oleh masyarakat.
Penggunaan bahan pengawet yang tidak tepat untuk bagi bahan pangan, seperti
formalin, harus dicegah dan dilarang. Bahan pengawet mayat tersebut pernah
menghebohkan masyarakat, karena ternyata digunakan untuk mengawetkan hasil
tangkapan ikan oleh nelayan.
b. Pembekuan
Cara pengawetan ikan yang lain adalah dengan pembekuan. Pembekuan adalah
proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu jika
suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar -18o
C, meskipun umumnya produk
beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Definisi pembekuan menurut SNI 01-
4110.1-2006 adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan yang
mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, pencucian, sortasi, penyiangan,
penimbangan, penyusunan atau tanpa penyusunan, pembekuan, penggelasan atau
tanpa penggelasan, pengepakan, pelabelan dan penyimpanan.
Pembekuan, dengan kata lain berarti, mengubah kandungan cairan yang terdapat
pada sebagian besar tubuh ikan menjadi es. Pada kondisi suhu beku ini bahan
pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Ikan
akan mulai membeku pada suhu antara -0,6o
C sampai -2o
C, atau rata-rata pada -
1o
C, yang mula-mula membeku adalah air bebas (free water), disusul oleh air terikat
(bound water). Pembekuan dimulai dari bagian luar, bagian tengah membeku paling
akhir.
Pembekuan membutuhkan pengeluaran panas dari tubuh ikan. Prosesnya, terbagi
atas tiga tahapan, yaitu:
 Pada tahap pertama, suhu menurun dengan cepat hingga saat tercapainya titik
beku (20o
C hingga 0o
C).
 Pada tahapan kedua suhu turun perlahan-lahan (0o
C hingga mencapai -5o
C),
karena dua hal yaitu penarikan panas dari ikan, bukan berakibat pada penurunan
suhu, melainkan berakibat pada pembekuan air di dalam tubuh ikan dan
terbentuknya es pada bagian luar dari ikan, yang merupakan penghambat bagi
proses pendinginan dari bagian-bagian di dalamnya.
Waktu yang dibutuhkan ikan dalam pembekuan untuk melintasi tahapan kedua
(0o
C hingga -5o
C) disebut thermal arrest time. Berdasarkan panjang-pendeknya
waktu ini, pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu pembekuan cepat (quick
freezing) yang tidak lebih dari dua jam dan pembekuan lambat (slow freezing
atau sharp freezing) yang lebih dari dua jam. Pembekuan cepat dan pembekuan
lambat mempengaruhi besar dan kecilnya kristal es yang terbentuk. Semakin
cepat pembekuan semakin kecil kristal es yang terbentuk, sebaliknya semakin
lama pembekuan semakin besar kristal es yang terbentuk. Oleh karena itu, pada
pembekuan lambat jika dicairkan kembali maka kristal yang mencair akan
mendesak dan merusak susunan jaringan daging serta menimbulkan terjadinya
drip yang cukup banyak. Dengan demikian, pembekuan lambat menghasilkan
produk ikan bermutu rendah karena terjadinya denaturasi protein, khususnya
pada suhu -1o
C dan -2o
C.
 Pada tahapan ketiga, jika kira-kira ¾ bagian dari kandungan air sudah beku,
penurunan suhu berjalan cepat kembali dibawah -5o
C.
Untuk mendapatkan umur simpan yang panjang ikan harus dibekukan dengan
menggunakan alat pembeku dan kemudian disimpan beku dalam cold storage. Jika
cara tersebut dilakukan secara benar memungkinkan untuk menyediakan ikan yang
mutunya mendekati ikan segar. Istilah segar tercakup dua pengertian : yang pertama
baru saja ditangkap, tidak di simpan atau tidak diawetkan, dan yang kedua mutunya
masih orisinil, belum mengalami kemunduran mutu. Hanya dari bahan mentah yang
bermutu tinggi akan menghasilkan produk akhir yang bermutu tinggi.
Contoh produk-produk pengolahan ikan segar dan ikan beku adalah:
 Tuna segar,
 Tuna Loin Segar (fresh),
 Steak Tuna Segar (Fresh),
 Blocking Sashimi Tuna Segar (Fresh),
 Tuna Loin Beku (frozen),
 Steak Tuna Beku (Frozen),
 Blocking Sashimi Tuna Beku (Frozen)
B. Konsep Dan Prinsip Pengolahan Udang Beku
Pembekuan adalah proses mengeluarkan panas dari dalam produk dan selanjutnya produk
akan mengalami penurunan suhu. Proses ini merupakan salah satu cara untuk
memperpanjang daya simpan suatu produk dan mempertahankan mutu produk yaitu
dengan menyimpan produk dalam keadaan beku.
Selain itu pembekuan dapat menghambat proses kemunduran mutu produk yang
disebabkan proses mikroorganisme serta proses kimiawi dan fisik.
Pengawetan dengan pembekuan (dengan suhu sampai -50ºC) akan mampu menghentikan
kegiatan mikroorganisme, meskipun belum diketahui secara jelas pada suhu berapa bakteri
betul-betul sudah mati semuanya. Secara praktis dapat dinyatakan bahwa proses
pembusukan oleh bakteri dapat terhenti pada suhu dibawah -10ºC.
Meskipun demikian beberapa proses seperti biokimia, kimia dan fisika masih berlangsung
terus. Proses pembekuan dibagi menjadi dua yaitu pembekuan cepat dan pembekuan
lambat.
Pembekuan cepat, bila periode pembekuan kurang dari dua jam, contohnya adalah contact
plate freezer dan immersion freezer. Sedangkan pembekuan lambat, bila perode
pembekuannya lebih dari dua jam, contohnya air blast freezer dan sharp freezer.
Sedangkan untuk Individually Quick Freezer (IQF) produk bersinggungan langsung dengan
bahan pendingin. Udang di atas ban stainlees steel mula-mula bersinggungan dengan gas
nitrogen bersuhu -50ºC. Makin jauh, suhu bahan pendingin secara berangsur-angsur
berubah menjadi -196ºC.
Pada tahap pendinginan, udang didinginkan dan dibekukan sebagian oleh gas nitrogen.
Tahap ini merupakan pendahuluan (precooling) sebelum melintasi semprotan cairan
nitrogen. Jika langsung disemprot tanpa precooling, udang akan rusak akibat penurunan
suhu yang mendadak.
Untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi, maka seharusnya dilakukan pembekuan
cepat dengan suhu -24ºC sampai dengan -40ºC. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi
jumlah atau kecenderungan keluarnya garam-garam mineral dan zat gizi lainnya selama
proses pembekuan. Berdasarkan kecepatan pembekuan dapat dibedakan tipe pembekuan
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Kecepatan Pembekuan Berdasarkan Tipe Pembekuan
Kecepatan
Pembekuan (m/det)
Tipe Pembekuan
0 Pembekuan lambat dalam blast room
5-30 Pembekuan cepat dalam air blast (plate freezer)
30-100 Pembekuan cepat dalam produk berukuran kecil
100-1000 Pembekuan ultra cepat dalam gas cair seperti nitrogen cair,
karbondioksida
C. Konsep Dan Prinsip Pengolahan Pengalengan Ikan
Pengawetan makanan dalam kaleng diartikan sebagai suatu cara pengolahan yang
menyelamatkan bahan makanan dari proses pembusukan. Di dalam proses pengalengan,
ikan dimasukkan dalam wadah yang ditutup rapat supaya udara dan zat-zat serta
organisme perusak/pembusuk tidak dapat masuk kedalam kaleng. Kemudian wadah
tersebut dipanasi menggunakan suhu tinggi sekitar 1000
C – 1200
C, sehingga tercapai apa
yang dinamakan “ commercial sterility” yang berarti produk tersebut tidak sepenuhnya steril,
namun cukup bebas dari mikroorganisme seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim termasuk
spora yang terbentuk.
Pengalengan tidak dapat memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik ikan
yang tidak baik, penanganan yang tidak bagus, penyimpanan yang terlalu lama atau tidak
pada kondisi yang memadai.
Prinsip pengalengan adalah memanaskan ikan dalam kaleng sampai pada suhu dan waktu
tertentu agar semua mikroorganisme seperti jamur, ragi, dan aktifitas bakteri dapat
dimatikan serta enzim-enzim dapat di non aktifkan atau setidak-tidaknya dapat menghambat
perkembangan dalam kegiatannya, sehingga tidak menimbulkan proses pembusukan pada
ikan yang dikalengkan. Dalam pengalengan ikan, untuk mendapatkan produk akhir yang
bermutu, sangat tergantung dari bahan mentah yang dipakai. Bahan mentah yang kurang
segar atau telah mengalami kemunduran itu sebaiknya tidak digunakan karena akan
menghasilkan produk akhir yang kurang baik.

More Related Content

What's hot

12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaranFahmi Me
 
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit PendahuluanMaterialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit PendahuluanDwi Wahyu
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudafirmanahyuda
 
Presentasi kapal ikan tuna long line
Presentasi kapal ikan tuna long linePresentasi kapal ikan tuna long line
Presentasi kapal ikan tuna long lineYogga Haw
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPT. SASA
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatPT. SASA
 
Msdm amerika serikat
Msdm amerika serikatMsdm amerika serikat
Msdm amerika serikatfrendih
 
Tanya Jawab perihal Asam-Basa
Tanya Jawab perihal Asam-BasaTanya Jawab perihal Asam-Basa
Tanya Jawab perihal Asam-BasaAgung Anggoro
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Yogga Haw
 
Aplikasi determinan dalam geometri
Aplikasi determinan dalam geometriAplikasi determinan dalam geometri
Aplikasi determinan dalam geometriUdey Kumar
 
materi kuliah mekflu 2018
materi kuliah mekflu 2018materi kuliah mekflu 2018
materi kuliah mekflu 2018indrasupriatna2
 

What's hot (20)

EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 5EKMA4570 -  Penganggaran - Modul 5
EKMA4570 - Penganggaran - Modul 5
 
Laporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologiLaporan praktikum ikhtiologi
Laporan praktikum ikhtiologi
 
IFAC - Auditing
IFAC - AuditingIFAC - Auditing
IFAC - Auditing
 
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptxAVERTEBRATA AIR..1.pptx
AVERTEBRATA AIR..1.pptx
 
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan IkanBiologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
Biologi Perikanan Kebiasaan Makan Ikan
 
12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran12 neraca pembayaran
12 neraca pembayaran
 
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit PendahuluanMaterialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan
Materialitas, Risiko, dan Strategi Audit Pendahuluan
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Trigonometri 2
Trigonometri 2Trigonometri 2
Trigonometri 2
 
Presentasi kapal ikan tuna long line
Presentasi kapal ikan tuna long linePresentasi kapal ikan tuna long line
Presentasi kapal ikan tuna long line
 
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkunganPim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
Pim1221 13 penangkapan ikan ramah lingkungan
 
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obatAlat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
Alat tangkap-jenis-ikan-dan-obat
 
Msdm amerika serikat
Msdm amerika serikatMsdm amerika serikat
Msdm amerika serikat
 
Ppt halogen
Ppt halogenPpt halogen
Ppt halogen
 
PPT Auditing.pptx
PPT Auditing.pptxPPT Auditing.pptx
PPT Auditing.pptx
 
Tanya Jawab perihal Asam-Basa
Tanya Jawab perihal Asam-BasaTanya Jawab perihal Asam-Basa
Tanya Jawab perihal Asam-Basa
 
Penghimpunan dana
Penghimpunan danaPenghimpunan dana
Penghimpunan dana
 
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
Alat bantu perikanan (yoga dwi saputra)
 
Aplikasi determinan dalam geometri
Aplikasi determinan dalam geometriAplikasi determinan dalam geometri
Aplikasi determinan dalam geometri
 
materi kuliah mekflu 2018
materi kuliah mekflu 2018materi kuliah mekflu 2018
materi kuliah mekflu 2018
 

Similar to OPTIMASI PENGOLAHAN IKAN

pengondisian ikan
pengondisian ikan pengondisian ikan
pengondisian ikan Kiki Amelia
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananUmar Ashiddiq
 
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdf
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdfPertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdf
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdftriwuland025
 
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan
Teknologi Penanganan Hasil PerikananTeknologi Penanganan Hasil Perikanan
Teknologi Penanganan Hasil PerikananMaya Fitri Zuly
 
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdfModul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdfQoriHarfiyah
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)BLi' 'Abiee
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanMela Fitriani
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Aguss Aja
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)ttanitaaprilia
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan panganSyartiwidya Syariful
 
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahTeknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahRatnawati Sigamma
 
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.pptPPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.pptBuyungRizqiMaharani
 
Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1wahyuIDM
 
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptx
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptxdokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptx
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptxNathasaWeisdania
 
3.-Pendinginan.pptx
3.-Pendinginan.pptx3.-Pendinginan.pptx
3.-Pendinginan.pptxBocahAngon8
 

Similar to OPTIMASI PENGOLAHAN IKAN (20)

pengondisian ikan
pengondisian ikan pengondisian ikan
pengondisian ikan
 
Diktat php tpl
Diktat php tplDiktat php tpl
Diktat php tpl
 
Teknologi produk perikanan
Teknologi produk perikananTeknologi produk perikanan
Teknologi produk perikanan
 
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdf
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdfPertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdf
Pertemuan 1 - Jenis-jenis bahan pendingin ikan segar pdf.pdf
 
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan
Teknologi Penanganan Hasil PerikananTeknologi Penanganan Hasil Perikanan
Teknologi Penanganan Hasil Perikanan
 
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdfModul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
Modul 2_ Penanganan Ikan Pasca Panen-5e8c3a4609be3.pdf
 
Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)Kelompok 4(tekpan)
Kelompok 4(tekpan)
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
Pendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuanPendinginan pembekuan
Pendinginan pembekuan
 
6. Pembekuan
6. Pembekuan6. Pembekuan
6. Pembekuan
 
Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1Teknologi pengawetan ikan 1
Teknologi pengawetan ikan 1
 
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
Cara Pengolahan Ikan (Prakarya)
 
pengawetan ikan
pengawetan ikanpengawetan ikan
pengawetan ikan
 
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
Budidaya pertanian terhadap susunan bahan pangan
 
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu RendahTeknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
Teknologi Pangan : Pengawetan Suhu Rendah
 
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.pptPPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
PPT Tugas 4 Mesin Mesin Pendingin.ppt
 
Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1Boiler untuk pengalengan ika1
Boiler untuk pengalengan ika1
 
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptx
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptxdokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptx
dokumen.tips_3-pendinginan-powerpoint.pptx
 
3.-Pendinginan.pptx
3.-Pendinginan.pptx3.-Pendinginan.pptx
3.-Pendinginan.pptx
 
3.-Pendinginan.pptx (2).pptx
3.-Pendinginan.pptx (2).pptx3.-Pendinginan.pptx (2).pptx
3.-Pendinginan.pptx (2).pptx
 

Recently uploaded

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxazhari524
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 

Recently uploaded (20)

Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptxsoal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
soal AKM Mata Pelajaran PPKN kelas .pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 

OPTIMASI PENGOLAHAN IKAN

  • 1. Bahan Bacaan 1. KONSEP DAN PRINSIP PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN A. Konsep dan Prinsip Pengolahan Ikan Segar dan Beku 1. Pengolahan ikan segar standar ekspor Ikan termasuk komoditas yang cepat rusak dan bahkan lebih cepat dibandingkan dengan daging hewan lainnya. Kecepatan pembusukan ikan setelah penangkapan dan pemanenan sangat dipengaruhi oleh teknik penangkapan dan pemanenan, kondisi biologis ikan, serta teknik penanganan dan penyimpanan di atas kapal. Oleh karena itu, segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan pendinginan atau pembekuan. a. Pendinginan Pada prinsipnya, pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin, tetapi tidak sampai menjadi beku. Pada umumnya, pendinginan tidak dapat mencegah pembusukan secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, semakin besar penurunan aktivitas bakteri dan enzim. Dengan demikian melalui pendinginan proses bakteriologi dan biokimia pada ikan hanya tertunda, tidak dihentikan. Untuk mendinginkan ikan, seharusnya ikan diselimuti oleh medium yang lebih dingin darinya, dapat berbentuk cair, padat, atau gas. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan refrigerasi, es, slurry ice (es cair), dan air laut dingin (chilled sea water). Cara yang paling mudah dalam mengawetkan ikan dengan pendinginan adalah menggunakan es sebagai bahan pengawet, baik untuk pengawetan di atas kapal maupun setelah di darat, yaitu ketika di tempat pelelangan, selama distribusi dan ketika dipasarkan. Penyimpanan ikan segar dengan menggunakan es atau sistem pendinginan yang lain memiliki kemampuan yang terbatas untuk menjaga kesegaran ikan, biasanya 10–14 hari. Pertama yang perlu diperhatikan di dalam penyimpanan dingin ikan dengan menggunakan es adalah berapa jumlah es yang tepat digunakan. Es diperlukan untuk menurunkan suhu ikan, wadah dan udara sampai
  • 2. mendekati atau sama dengan suhu ikan dan kemudian mempertahankan pada suhu serendah mungkin, biasanya 0o C. Perbandingan es dan ikan yang ideal untuk penyimpanan dingin dengan es adalah 1 : 1. Hal lain yang juga perlu dicermati di dalam pengawetan ikan dengan es adalah wadah yang digunakan untuk penyimpanan harus mampu mempertahankan es selama mungkin agar tidak mencair. Wadah peng-es-an yang ideal harus mampu mempertahankan suhu tetap dingin, kuat, tahan lama, kedap air, dan mudah dibersihkan. Untuk itu diperlukan wadah yang memiliki daya insulasi yang baik. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi kelautan dan Perikanan (BBRP2B) telah mengembangkan palka atau peti ikan berinsulasi. Palka/peti terbuat dari fiber glass dan bahan insulator yang digunakan adalah poliuretan. Pada kenyataannya penanganan ikan setelah penangkapan belum dilakukan dengan baik dan hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya tingkat susut panen (postharvest losses), yaitu diperkirakan sekitar 27% (Ditjen. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, 2007). Penerapan praktik-praktik penanganan ikan hasil tangkapan yang belum baik adalah:  Hasil tangkapan tidak dilakukan pengawetan dengan pendinginan dengan es atau refrigerasi.  Jumlah es yang digunakan untuk pengawetan kurang dari yang dipersyaratkan.  Wadah atau palka/peti penyimpanan ikan tidak berinsulasi atau insulasi yang digunakan tidak sesuai dengan yang dipersyaratkan.  Teknologi pengawetan yang diterapkan tidak sesuai dengan lamanya waktu penangkapan. Sebagai contoh es yang hanya mampu mengawetkan ikan 10 – 14 hari, tidak sesuai digunakan untuk mengawetkan ikan dengan lama penangkapan sampai 40 hari. Di samping itu, kondisi sanitasi dan higiene yang buruk di tempat pendaratan dan di pasar ikan memperparah keadaan tersebut. Bahan pengawet seperti es dan air laut dingin termasuk bahan yang relatif aman terhadap ikan yang diawetkan, terutama ketika dikonsumsi oleh masyarakat. Penggunaan bahan pengawet yang tidak tepat untuk bagi bahan pangan, seperti formalin, harus dicegah dan dilarang. Bahan pengawet mayat tersebut pernah
  • 3. menghebohkan masyarakat, karena ternyata digunakan untuk mengawetkan hasil tangkapan ikan oleh nelayan. b. Pembekuan Cara pengawetan ikan yang lain adalah dengan pembekuan. Pembekuan adalah proses penurunan suhu bahan pangan sampai bahan pangan membeku, yaitu jika suhu pada bagian dalamnya paling tinggi sekitar -18o C, meskipun umumnya produk beku mempunyai suhu lebih rendah dari ini. Definisi pembekuan menurut SNI 01- 4110.1-2006 adalah produk olahan hasil perikanan dengan bahan baku ikan yang mengalami perlakuan sebagai berikut: penerimaan, pencucian, sortasi, penyiangan, penimbangan, penyusunan atau tanpa penyusunan, pembekuan, penggelasan atau tanpa penggelasan, pengepakan, pelabelan dan penyimpanan. Pembekuan, dengan kata lain berarti, mengubah kandungan cairan yang terdapat pada sebagian besar tubuh ikan menjadi es. Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif. Ikan akan mulai membeku pada suhu antara -0,6o C sampai -2o C, atau rata-rata pada - 1o C, yang mula-mula membeku adalah air bebas (free water), disusul oleh air terikat (bound water). Pembekuan dimulai dari bagian luar, bagian tengah membeku paling akhir. Pembekuan membutuhkan pengeluaran panas dari tubuh ikan. Prosesnya, terbagi atas tiga tahapan, yaitu:  Pada tahap pertama, suhu menurun dengan cepat hingga saat tercapainya titik beku (20o C hingga 0o C).  Pada tahapan kedua suhu turun perlahan-lahan (0o C hingga mencapai -5o C), karena dua hal yaitu penarikan panas dari ikan, bukan berakibat pada penurunan suhu, melainkan berakibat pada pembekuan air di dalam tubuh ikan dan terbentuknya es pada bagian luar dari ikan, yang merupakan penghambat bagi proses pendinginan dari bagian-bagian di dalamnya. Waktu yang dibutuhkan ikan dalam pembekuan untuk melintasi tahapan kedua (0o C hingga -5o C) disebut thermal arrest time. Berdasarkan panjang-pendeknya waktu ini, pembekuan dibagi menjadi dua, yaitu pembekuan cepat (quick
  • 4. freezing) yang tidak lebih dari dua jam dan pembekuan lambat (slow freezing atau sharp freezing) yang lebih dari dua jam. Pembekuan cepat dan pembekuan lambat mempengaruhi besar dan kecilnya kristal es yang terbentuk. Semakin cepat pembekuan semakin kecil kristal es yang terbentuk, sebaliknya semakin lama pembekuan semakin besar kristal es yang terbentuk. Oleh karena itu, pada pembekuan lambat jika dicairkan kembali maka kristal yang mencair akan mendesak dan merusak susunan jaringan daging serta menimbulkan terjadinya drip yang cukup banyak. Dengan demikian, pembekuan lambat menghasilkan produk ikan bermutu rendah karena terjadinya denaturasi protein, khususnya pada suhu -1o C dan -2o C.  Pada tahapan ketiga, jika kira-kira ¾ bagian dari kandungan air sudah beku, penurunan suhu berjalan cepat kembali dibawah -5o C. Untuk mendapatkan umur simpan yang panjang ikan harus dibekukan dengan menggunakan alat pembeku dan kemudian disimpan beku dalam cold storage. Jika cara tersebut dilakukan secara benar memungkinkan untuk menyediakan ikan yang mutunya mendekati ikan segar. Istilah segar tercakup dua pengertian : yang pertama baru saja ditangkap, tidak di simpan atau tidak diawetkan, dan yang kedua mutunya masih orisinil, belum mengalami kemunduran mutu. Hanya dari bahan mentah yang bermutu tinggi akan menghasilkan produk akhir yang bermutu tinggi. Contoh produk-produk pengolahan ikan segar dan ikan beku adalah:  Tuna segar,  Tuna Loin Segar (fresh),  Steak Tuna Segar (Fresh),  Blocking Sashimi Tuna Segar (Fresh),  Tuna Loin Beku (frozen),  Steak Tuna Beku (Frozen),  Blocking Sashimi Tuna Beku (Frozen) B. Konsep Dan Prinsip Pengolahan Udang Beku Pembekuan adalah proses mengeluarkan panas dari dalam produk dan selanjutnya produk akan mengalami penurunan suhu. Proses ini merupakan salah satu cara untuk
  • 5. memperpanjang daya simpan suatu produk dan mempertahankan mutu produk yaitu dengan menyimpan produk dalam keadaan beku. Selain itu pembekuan dapat menghambat proses kemunduran mutu produk yang disebabkan proses mikroorganisme serta proses kimiawi dan fisik. Pengawetan dengan pembekuan (dengan suhu sampai -50ºC) akan mampu menghentikan kegiatan mikroorganisme, meskipun belum diketahui secara jelas pada suhu berapa bakteri betul-betul sudah mati semuanya. Secara praktis dapat dinyatakan bahwa proses pembusukan oleh bakteri dapat terhenti pada suhu dibawah -10ºC. Meskipun demikian beberapa proses seperti biokimia, kimia dan fisika masih berlangsung terus. Proses pembekuan dibagi menjadi dua yaitu pembekuan cepat dan pembekuan lambat. Pembekuan cepat, bila periode pembekuan kurang dari dua jam, contohnya adalah contact plate freezer dan immersion freezer. Sedangkan pembekuan lambat, bila perode pembekuannya lebih dari dua jam, contohnya air blast freezer dan sharp freezer. Sedangkan untuk Individually Quick Freezer (IQF) produk bersinggungan langsung dengan bahan pendingin. Udang di atas ban stainlees steel mula-mula bersinggungan dengan gas nitrogen bersuhu -50ºC. Makin jauh, suhu bahan pendingin secara berangsur-angsur berubah menjadi -196ºC. Pada tahap pendinginan, udang didinginkan dan dibekukan sebagian oleh gas nitrogen. Tahap ini merupakan pendahuluan (precooling) sebelum melintasi semprotan cairan nitrogen. Jika langsung disemprot tanpa precooling, udang akan rusak akibat penurunan suhu yang mendadak. Untuk mendapatkan produk yang bermutu tinggi, maka seharusnya dilakukan pembekuan cepat dengan suhu -24ºC sampai dengan -40ºC. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah atau kecenderungan keluarnya garam-garam mineral dan zat gizi lainnya selama proses pembekuan. Berdasarkan kecepatan pembekuan dapat dibedakan tipe pembekuan seperti pada Tabel 1.
  • 6. Tabel 1. Kecepatan Pembekuan Berdasarkan Tipe Pembekuan Kecepatan Pembekuan (m/det) Tipe Pembekuan 0 Pembekuan lambat dalam blast room 5-30 Pembekuan cepat dalam air blast (plate freezer) 30-100 Pembekuan cepat dalam produk berukuran kecil 100-1000 Pembekuan ultra cepat dalam gas cair seperti nitrogen cair, karbondioksida C. Konsep Dan Prinsip Pengolahan Pengalengan Ikan Pengawetan makanan dalam kaleng diartikan sebagai suatu cara pengolahan yang menyelamatkan bahan makanan dari proses pembusukan. Di dalam proses pengalengan, ikan dimasukkan dalam wadah yang ditutup rapat supaya udara dan zat-zat serta organisme perusak/pembusuk tidak dapat masuk kedalam kaleng. Kemudian wadah tersebut dipanasi menggunakan suhu tinggi sekitar 1000 C – 1200 C, sehingga tercapai apa yang dinamakan “ commercial sterility” yang berarti produk tersebut tidak sepenuhnya steril, namun cukup bebas dari mikroorganisme seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim termasuk spora yang terbentuk. Pengalengan tidak dapat memperbaiki kesalahan yang disebabkan oleh kondisi fisik ikan yang tidak baik, penanganan yang tidak bagus, penyimpanan yang terlalu lama atau tidak pada kondisi yang memadai. Prinsip pengalengan adalah memanaskan ikan dalam kaleng sampai pada suhu dan waktu tertentu agar semua mikroorganisme seperti jamur, ragi, dan aktifitas bakteri dapat dimatikan serta enzim-enzim dapat di non aktifkan atau setidak-tidaknya dapat menghambat perkembangan dalam kegiatannya, sehingga tidak menimbulkan proses pembusukan pada ikan yang dikalengkan. Dalam pengalengan ikan, untuk mendapatkan produk akhir yang bermutu, sangat tergantung dari bahan mentah yang dipakai. Bahan mentah yang kurang segar atau telah mengalami kemunduran itu sebaiknya tidak digunakan karena akan menghasilkan produk akhir yang kurang baik.