SlideShare a Scribd company logo
1 of 154
Download to read offline
1
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP
Ny.SUMUR 27TAHUNP1A0 2 HARI POSTPARTUM
DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Disusun Oleh :
FertikaMayang Sari
201207020
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
2
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP Ny.S
UMUR 27 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN
BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Uuntuk Memproleh
Gelar Propesi Ahli Madya Kebidanan
DI SUSUN OLEH
FERTIKA MAYANG SARI
201207020
AKADEMI KEBIDANAN ADILA
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
i
3
PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan
Diploma III Kebidanan Adila pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 29Juli 2015
Penguji I Penguji II
Ninik Masturiyah, S.ST. M.Kes NopaUtari S.ST
NIK.20151143 NIK.11210043
Direktur Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung
dr. Wazni Adila, MPH
NIK.20110410
ii
4
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. S
UMUR 27 TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN
BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Fertika Mayang Sari, Ninik Masturiyah, S.ST, M.kes, Nopa Utari, S.ST
INTISARI
KTI ini membahas tentang Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang
tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat,
terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat
pula karena adanya pembantasan waktu menyusui. Pada saat penulis melakukan
pra survey di BPS MARTINI Amd.keb Bandar Lampung pada tanggal 27 April
2015, terdapat ibu inpartu primipara yaitu Ny.S. Berdasarkan asuhan kebidanan
pada ibu nifas serta besarnya peran bidan dalam pemberian asuhan kebidanan
pada ibu nifas, sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.S usia 27 tahun P1 A0 2 hari post partum
dengan bendungan ASI di Bps Martini Bandar lampung tahun 2015” . Tujuan
dilakukanya penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan
kebidanan sesuai dengan managemen kebidanan varney. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif, subjek dan objek penelitian, yaitu ibu nifas
dengan asuhan yang diberikan di BPS Martini. Setelah diaplikasikan managemen
varney diatas, diharapkan untuk kedepanya melakukan asuhan kebidanan pada ibu
nifas yang lebih baik. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu
Ny.S umur 27 tahun PIA0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS
Martini tahun 2015. Saran utama hasil penelitian ini di harapkan ibu dapat
mengetahui apa penyebab dari bendungan ASI dan bagaimana cara
penanganannya sehingga hal ini dapat bermanfaat bagi ibu dalam melakukan
perawatan masa nifas.
Kata kunci : Ibu nifas
Kepustakaan : 2005-2013
iii
5
CURRICULUM VITAE
Nama : Fertika Mayang Sari
NIM : 201207020
TTL : Menggala, 27 Oktober 1994
Agama : Islam
Alamat : jl 1 kibang no. 40 kec. Menggala kab, Tulang Bawang
Nama Orang Tua : Ayah : Ferhadi Lutfi Atik
Ibu : Herda Wati Idwar
Institusi : Akademi Kebidanan Adila
Angkatan : VII (2012/2015)
Riwayat pendidikan
1. Tk Darma Wanita Nusa Indah Menggala 1999 - 2000
2. SD Negeri 2 Kibang Menggala Tulang Bawang Tahun 2000 - 2006
3. SMP Negeri 1 Menggala Tulang Bawang Tahun 2006 - 2009
4. SMA Pembina Menggala Tulang Bawang Tahun 2009 - 2012
5. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Di Akademi Kebidanan ADILA
Bandar Lampung Sejak Tahun 2012 Hingga Sekarang
iv
6
MOTTO…!!!
Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan-
kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk
melakukan dalam suatu cara yang berbeda.
~ fertika m.s ~.
Kesuksesan ku adalah suatu kebanggaan & kebahagian bagi
kedua orang tua ku ~ fertika mayang sari ~
v
7
LEMBAR PERSEMBAHAN
Puji syukur aku ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan
sehingga akhirnya karya Tulis ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan
dengan lancar.
Buat mamah dan papah tersayang terima kasih yang tiada terhingga ku
persembahkan karya kecil ku ini kepada mamahku Herda Wati Idwar S.pd M.si
dan papahku Ferhadi Lutfi Atik yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang,
segala dukungan, motivasinya selama ini yang tiada mungkin dapat ku balas,
hanya dengan kata-kata dan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan buat mamah dan papah.
Tetesan air keringat yang menetes tak sempat kau hapus, curahan doa yang selalu
kau ucapkan kepada Allah SWT untuk kesuksesan anakmu semoga ini akan
menjadi langkah awal untuk membuat mamah dan papah bahagia karna kusadar
selama ini belum bisa memberikan kebahagian yang lebih buat mamah dan papah
hanya sebuah kado kecil yang dapat ku berikan dari bangku kuliahku.
Persembahan Buat keluarga kecilku..
Untuk kakak ku Ferda Wulan Dari Amd.Keb, Muhammad Firdaus, adikku
Syaipul Huda Aqla kakak ipar ku Darli, dan keponakan ku tersayang FurQon
Alfarizi AtaubaQ ku ucapkan terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan kalian
selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat ku persembahkan.
Buat temen – temen kamar evorbia terimakasih atas semangat dan motifasi kalian
semua kenangan selama 3 tahun yang takkan pernah terlupakan.
Buat Almamater Tercinta angkatan VII
Dosen pembimbing KTIku Ibu Andestyana Septiyaningsih, S.ST M.KES dan ibu
Vionita gustianto, S.ST
Terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah membimbingku selama
ini.
vi
8
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam
bentuk studi kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
Terhadap Ny.S Umur 27 P1A0 2 Hari Postpartum Dengan Bendungan ASI Di
BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2015”.
Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam
menulis Karya Tulis Ilmiah, penulis banyak menerima bantuan. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr.Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar
Lampung.
2. Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes selaku penguji 1 Karya Tulius Ilmiah
Dan Nova utari, S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah.
3. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung.
4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam studi kasus ini yang tidak
bisa disebut satu persatu.
Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Bandar Lampung, Juni 2015
Penulis
vii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii
ABSTRAK.......................................................................................... iii
CURICULUM VITAE....................................................................... iv
MOTTO ............................................................................................. v
PERSEMBAHAN .............................................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................ vii
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ................................................................... 1
1.2 RumusanMasalah .............................................................. 3
1.3 TujuanPenulis.................................................................... 4
1.4 RuangLingkup................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................. 6
1.6 Metodelogi Dan TeknikMemperoleh Data ......................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TinjauanTeoriMedis .......................................................... 9
2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan........................................ 63
2.3 LandasanHukumKewenanganBidan .................................. 74
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian......................................................................... 82
3.2 Matriks.............................................................................. 91
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian......................................................................... 111
4.2 Data Objektif..................................................................... 120
4.3 Interpretasi Data ................................................................ 124
4.4 Diagnosisdan MasalahPotensial......................................... 127
4.5 TindakanSegera dan Kolaborasi......................................... 128
4.6 Intervensi........................................................................... 129
4.7 Implementasi..................................................................... 131
4.8 Evaluasi............................................................................. 134
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 138
5.2 Saran ................................................................................ 139
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
viii
10
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Program Masa Nifas.............................................................10
Tabel2.3 Involusi Uterus......................................................................13
Tabel 3.1 Matriks.................................................................................87
ix
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi
Lampiran 2 :SuratIzinPenelitian
Lampiran3 :SuratBalasanBidan
Lampiran4 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) mengenai Perawatan payudara dan
Teknik menyusui
Lampiran 5 : Lembar Leaflet mengenai Perawatan payudara dan Teknik menyusui
Lampiran 6 : Dokumentasi
Lampiran7 :JadwalPenelitian
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi dan
Sunarsih, 2011; h.1).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara
telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu
yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi
meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi, (bonding) kurang
baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui.
(Prawirohardjo, 2010; h.652).
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI
dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi
karna adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (misalnya puting susu
datar, terbenam dan cekung).
Faktor-faktor penyebab bendungan ASI adalah pengosongan mamae yang
tidak sempurna, faktor hisapan bayi yang tidak aktif, faktor posisi menyusui
bayi yang tidak benar, puting susu terbenam, puting susu terlalu panjang
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345-346).
2
Menurut data dari WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan
450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan
rasio kematian ibu di sembilan negara maju. Menurut WHO, 81% AKI akibat
komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25 % selama post partum (WHO,
2012).
Millenium Development Goals adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk
Indonesia yang mulai dijalankan pada September 2000. Adapun program
pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target
MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI
yaitu, Target MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi
dapat dicegah atau dikurang (MDGS, 2010).
Berdasarkan data dari kementerian koordinator kesejahteraan rakyat
(kemenko kesra), jumlah bayi yang meninggal di Indonesia mencapai 34
kasus per 1.000 kelahiran. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu melahirkan tercatat
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23
per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012).
AKI yang tinggi menunjukan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus
kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan
Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. Terjadi peningkatan yang
signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Faktor medis yang
3
menjadi penyebab kematian ibu pada tahun 2012 di Provinsi Lampung dari
171.975 ibu bersalin adalah eklamsi 33,15%, perdarahan 22,47%, infeksi
2,25%, penyebab lain 42,13% dari 171.975 ibu bersalin (Profil Dinkes
Provinsi Lampung, 2012).
Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah
69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah
dari target yang di inginkan (80%) (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung,
2011).
Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan penulis di BPS Martini
Amd.Keb Bandar Lampung ditemukan 1 ibu nifas yang mengalami
bendungan ASI.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil judul
“Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari
post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar
Lampung tahun 2015.”
1.2 Rumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2
hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar
Lampung tahun 2015?”
4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S
usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS
Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas pada Ny.S usia
27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS
Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
b. Penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas pada
Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI
di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
c. Penulis dapat menentukan diagnose potensial pada ibu nifas pada
Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan
ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
d. Penulis dapat melakukan tindakan segera/ kolaborasi pada ibu nifas
pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan
bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun
2015.
e. Penulis dapat merencanakan tindakan segera pada ibu nifas pada
Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI
di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
5
f. Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada
Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI
di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
g. Penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas
pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan
ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran
Objek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu
nifas yaitu pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan
bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun
2015.
1.4.2 Tempat
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Martini
Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
1.4.3 Waktu
Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan
dari tanggal 27 April 2015 – 03 Mei 2015.
6
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi
mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam
menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya.
1.5.2 Bagi lahan praktek
Sebagai masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya
pencegahan dan penanganan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di
BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung.
1.5.3 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang bendungan ASI pada ibu nifas. Dan sebagai bahan
perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan
dilahan praktek.
1.5.4 Bagi Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada
pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data
1.6.1 Metodelogi Penelitian
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan
untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang
dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2005; h.138).
7
1.6.2 Teknik memperoleh data
1.6.2.1 Data Primer
a. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan
keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang
sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap
berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmodjo, 2005; h.102).
b. Wawancara dalam penelitian adalah menggunakan metode
wawancara :
1. Auto anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien
secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data
primer karena langsung dari sumbernya.
2. Allo anamnesa
Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga
pasien untuk memproleh data tentang pasien. Ini di
lakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak
memungkinkan data yang akurat
(Sulistyawaty, 2009; h.111).
c. Pengkajian fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
8
pemeriksaan organ utama dilakukan dengan inspeksi,
palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa pemeriksa khusus
mungkin diperlukan seperti tes neurologi (Tambunan dan
Kasim, 2011; h.2 ).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori Medis
2.1.1 Masa Nifas
2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium
adalah masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami prubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni et. all,
2009; h.1).
Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti
pra hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan
Wulandari, 2009; h.1).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009; h.4).
10
Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). masa nifas berlangsung
selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h.1).
2.1.1.2 Prinsip Dan Sasaran Asuhan Masa Nifas
Prinsip asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas dan
menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap
budaya setempat. Jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan
kebidanan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
2. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik
maupun psikis.
3. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang
pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan
hubungan antara ibu dan anak yang baik.
4. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan
memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi
keluarga dan budaya khusus.
5. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
6. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
7. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1).
11
2.1.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan
60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan
dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.
Kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu:
1. Tujuan Umum
Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal
mengasuh anak.
2. Tujuan khusus
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologinya.
b. Melaksanakan skirining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu dan bayinya.
c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi
dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga
berencana.
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.2).
12
2.1.1.4 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peran bidan antara lain sebagai berikut:
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama
masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta
keluarga
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang
berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan
administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda tanda-tanda
bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan
kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga
melaksanaknnya untuk memepercepat proses pemulihan,
serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu
dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara profesional.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.4).
13
2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal
ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2. Puerperium intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
3. Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk
pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu,
bulanan, bahkan tahunan.
(Sulistyawati, 2009; h.5 ).
2.1.1.6 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali.
Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru
lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani
masalah-masalah yang terjadi.
14
Tabel 2.1 program dan kebijakan teknis masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
Setelah
Persalinan
- Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas.
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
memberi rujukan bila perdarahan berlanjut.
- Memberikan konseling kepada ibu atau sala satu anggota
keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa
nifas karena atonia uteri.
- Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu.
- Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
- Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga
ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2 Enam hari
setelah
persalinan
- Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan
abnormal, dan tidak ada bau.
- Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan
pascamelahirkan.
- Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
- Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda penyulit.
- Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi
agar tetap hangat.
3 Dua
minggu
setelah
persalinan
Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan)
4 enam
minggu
setelah
persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami
atau bayinya.
Memberikan konseling KB secara dini.
(Saleha, 2009; h.6-7).
2.1.1.3 Asuhan Pada Ibu Nifas 6 Hari dan 2 Minggu
a. Asuhan 6 hari setelah persalinan
1. Involusi Uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan
memeriksa fundus uteri dengan cara:
a). Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm
dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas
pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
15
b). Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1
cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri
2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus
uteri setengah pusat dan simpisis. Pada hari ke 10
tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak
mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi
disebut dengan subinvolusi.
2. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai bau
amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu
menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap
wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan
adanya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.77-78).
3. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau kelainan
pasca melahirkan :
a) Perdarahan pervagina
1) Atonia uteri
Untuk melakukan penapisan terhadap kemungkinan
komplikasi atonia uteri.
2) Robekan jalan lahir
Untuk komplikasi ini, biasanya kejadiannya tidak
terduga.
16
3) Retensio plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran
plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi
(Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.296).
4) Tertinggalnya sisa plasenta
Bidan menentukan adanya retensio sisa plasenta jika
menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan
masih adanya perdarahan per vagina, padahal plasenta
sudah lahir.
5) Inversion uteri
Inversion uteri pada waktu persalinan biasanya
disebabkan oleh kesalahan dalam memberi
pertolongan pada kala III.
b) Infeksi Masa nifas
Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang di
sebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genital pada waktu persalinan dan nifas. Menurut John
Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat),
definisi morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu
sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari
pertama post partum, dengan mengecualikan hari
pertama.
c) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
d) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
17
e) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
f) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit :
1) Pembendungan air susu
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen
dan progesteron turun dalam 2-3 hari.
2) Mastitis
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara,
terutama pada primipara.
g) Kehilangan Nafsu makan untuk jangka waktu yang lama
h) Rasa sakit, merah, dan pembekakan kaki
i) Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan
dirinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h.173-196).
3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat :
a) kebutuhan gizi ibu menyusui
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan
sangat memengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus
mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800 kkal
yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk
aktivitas ibu sendiri.
Dengan penjelasan tersebut, akhirnya dapat dirumuskan
beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan
gizi ibu menyusui, antara lain:
18
1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500
kalori.
2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral,
dan vitamin.
3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah
menyusui.
4) Mengonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
(Sulistyawati, 2009; h.97 dan 100).
b) Istirahat: Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat
yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan
fisiknya. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan
keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan-
kegiatan rumah tangga, harus dilakukan secara perlahan-
lahan dan bertahap. Selain itu, pasien juga perlu diingatkan
untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya
tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam
sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan
siang (Sulistyawati, 2009; h.103).
19
4. dukungan bidan dalam pemberian ASI
Bukti menunjukan bahwa bila ibu tahu cara yang benar
untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui
pada waktu yang diinginkan bayinya, serta memperoleh
dukungan dan merasa percaya diri dalam memberi ASI
maka berbagai kesulitan umum dapat dihindari/dicegah.
Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI :
a) Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang
mencukupi dari payudara ibunya.
b) Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu
menyusui bayinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h.13).
5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap
hangat :
a) Lakukan perawatan tali pusat
1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka
agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih
secara longgar.
2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci
dengan sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan
sampai benar-benar kering
20
b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi
dipulangan kerumah, diberikan imunisasi BCG, polio,
dan hepatitis B.
c) Orangtua di ajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka
diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk
perawatan lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut:
1) Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali/ menit
2) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru,
atau pucat.
3) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
4). Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar
cairan (nanah), bau busuk, pernapasan sulit.
5) Feses/ kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, feses
lembek, sering kejang, tidak bisa tenang, menangis
terus-menerus.
d) Orangtua di ajarkan cara merawat bayi dan melakukan
perawatan harian untuk bayi baru lahir :
1) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3
jam, mulai dari hari pertama.
2) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan
kering, serta mengganti popok.
3) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
21
4) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi
(Sondakh, 2013; h. 161).
2.1.1.7 Proses Laktasi Dan Menyusui Dalam Masa Nifas
1. Fisiologi pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat
kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam–
macam hormon. pengaturan hormon terhadap pengeluaran
ASI, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai
berikut :
a. Pembentukan kelenjar payudara.
Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas
dari duktus yang baru, pecabangan-percabangan dan
lobulus, yang di pengaruhi oleh hormon-hormon plasenta
dan korpus luteum. Pada trimester pertama kehamilan,
prolaktin dari adenohipofisis/ hipofisis anterior mulai
merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu
yang disebut kolostrum. Pada trimester kedua kehamilan,
laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan
kolostrum.
b. Pembentukan air susu.
Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang
masing-masing berperan sebagai pembentukan dan
pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut:
22
1). Refleks Prolaktin
Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah
kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat
oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang
tinggi.
setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang
berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan
progesteron sangat berkurang, ditambah dengan
adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan
kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung
saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor
mekanik.
Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui
medula spinalis hipotalamus yang akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran
faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin.
Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan
merangsang hipopisis anterior sehingga keluar
prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang
berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin
akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. pada ibu
yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam
23
keadaan seperti: stres, atau pengaruh psikis, anastesi,
operasi, dan rangsangan puting susu.
2). Refleks let down
Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis
anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada
yang dilanjutkan ke hipofisis posterior
(neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan
oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju
uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus
sehingga terjadi involusi dari organ tersebut.
Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah
diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem
duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down
adalah sebagai berikut.
a). Melihat bayi.
b). Mendengarkan suara bayi.
c). Mencium bayi.
d). Memikirkan untuk menyusui bayi.
c. Pemeliharaan pengeluaran air susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis
akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah,
24
hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran
permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui.
d. Mekanisme menyusui.
1). Refleks mencari (rooting reflex)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah
sekeliling mulut merupakan rangsangan yang
menimbulkan reflex mencari pada bayi.
2). Refleks menghisap (sucking reflex)
Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut
dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang
menekan kalang payudara di belakang puting susu
yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit
keras.
3). Refleks menelan (swallowing reflex)
Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan
disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan
oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan
bertambah dan diteruskan dengan mekanisme
menelan masuk ke lambung (Dewi dan Sunarsih,
2011; h.11-14).
2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI.
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam
menunjang pemberian ASI.
25
Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI,
dengan cara-cara sebagai berikut.
a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama.
b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu
untuk mencegah masalah umum yang timbul.
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali member ASI.
d. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama
(rawat gabung). Manfaat rawat gabung dalam proses
laktasi dapat dilihat dari asfek fisik, fisiologis, psikologis,
edukatif, ekonomi, maupun medis.
1) Aspek fisik
Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah
bayi menyusu setiap saat dan tanpa jadwal.
2) Aspek fisiologis
Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi sering
disusui.
3) Aspek psikologis
Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara
ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother
bounding).
26
4) Aspek edukatif
Rawat gabung memberikan pengalamanbagi ibu dalam
hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri
pasca melahirkan.
5) Aspek ekonomi.
Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada
ibu maupun keluarga tetapi juga untuk rumah sakit
maupun pemerintah.
6) Aspek medis.
Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya
infeksi nosokomial.
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
f. Memberikan kolostrum dan ASI saja.
g. Menghindari susu botol dot empeng.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.15-16).
3. Upaya memperbanyak ASI
ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan
oleh bayi. ASI mengandung mengandung berbagai zat yang
penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan
kebutuhannya.
Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah
sebagai berikut.
27
a. Makanan
makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat
berpengaruh terhadap produksi ASI.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran.
Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi
kejiwaan dan pikiran harus tenang.
c. Penggunaan alat kontrasepsi.
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu
diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI.
d. Perawatan payudara.
Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara
sehingga memengaruhi hipopisis untuk mengeluarkan
hormon prolaktin dan oksitosin.
e. Anatomi payudara.
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi
produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk
anatomi papilla mammae atau putting susu ibu.
f. Faktor fisiologi.
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormone
prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan
sekresi air susu.
g. Pola istirahat.
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran
ASI.
28
h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan.
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka
produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak.
i. Berat lahir bayi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan
menghisap ASI yang lebih rendah disbanding bayi yang
berat lahir normal (>2.500 gr)
j. Umur kehamilan saat melahirkan.
Umur kehamilan dan berat lahir memengaruhi produksi
ASI.
k. Konsumsi rokok dan alcohol.
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk
produksi ASI.
4. Tanda Bayi Cukup ASI
a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal
mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan
warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir
c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali
sehari
d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
29
e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah
habis
f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal
g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi
sesuai dengan grafik pertumbuhan
h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya
sesuai dengan rentang usianya)
i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan
bangun dan tidur dengan cukup
J. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan
tertidur puas.
5. ASI eksklusif.
ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja
pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun
makanan lain (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.22-25).
6. Perawatan payudara.
Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara
lain puting tidak menonjol atau bendungan payudara.
a. Pengurutan payudara.
Langkah-langkah pengurutah payudara adalah sebagai
berikut.
1). Pengurutan pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak. Tempatkan
kedua tangan diantara payudara. Pengurutan
30
dilakukan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan
kanan kearah sisi kiri dan telapak tangan kiri kearah
sisi kanan.
2). Pengurutan kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian
dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan
memutar sambil menekan mulai dari pangkal
payudara dan berakhir pada puting susu.
3). Pengurutan ketiga.
Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan
tangan lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari
arah tepi ke arah puting susu. lakukan sekitar 30 kali.
4). Pengompresan
Kompres payudara dengan handuk kecil hangat
selama 2 menit, lalu ganti dengan air dingin. Kompres
bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres
air hangat.
5). Pengosongan ASI
Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah
pembendungan ASI. Keluarkan air susu dengan
meletakan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2 sampai 3
cm dari puting susu dan tampung ASI yang keluar.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.29-30).
31
7. Cara menyimpan ASI hasil pompaan atau perasan adalah
sebagai berikut:
a. Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih
dahulu (direbus, dikukus, atau bisa dengan
memanaskannya dengan oven).
b. Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat
dari gelas atau kaca.
c. Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan
plastiknya cukup kuat (tidak meleleh jika direndam
dalam air panas).
d. Jangan pakai botol susu berwarna atau bergambar
karena ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena
panas.
e. Jangan lupa bubuhkan label setiap kali ibu akan
menyimpan botol ASI, dengan mencantumkan tanggal
dan jam ASI dipompa atau diperas.
f. Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan
ditutup dengan dot karena masih ada peluang untuk
berinteraksi dengan udara.
g. Jika dalam satu hari ibu memompa atau memeras ASI
beberapa kali, bisa saja ASI itu di gabungkan dalam
botol yang sama, syaratnya, suhu tempat botol
disimpan stabil, antara 0-150
C.
32
h. Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan
asalkan jangka waktu pemompaan/pemerasan pertama
sampai terakhir tidak lebih dari 24 jam.
i. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik,
termasuk plastik klip, ± 80-100 cc.
j. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah
dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2
hari.
k. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 40
C
l. ASI beku tidak boleh di masak/ dipanaskan, hanya
dihangatkan dengan merendam dalam air hangat.
8. Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi
adalah sebagai berikut:
a. Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air
panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran atau
merendam botol didalam baskom atau mangkuk yang
berisi air panas atau bukan mendidih.
b. Jangan sekali-kali memanaskan botol dengan cara
mendidihkannya dalam panci, menggunakan
microwave atau alat pemanas lainnya, kecuali yang
memang didesain untuk memanaskan botol berisi
simpanan ASI.
33
c. Ibu tentunya mengetahui berapa banyak ASI yang
biasanya diminum oleh bayi ibu sesuaikan lah jumlah
susu yang dipanaskan dengan kebiasaan tersebut.
Misalnya, dalam satu botol ibu menyimpan sebanyak
180 cc ASI, tetapi bayi ibu biasanya hanya meminum
80 cc, jangan langsung dipanaskan semua karena susu
yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi
Tabel 2.2 penyimpanan ASI.
ASI Suhu ruang Lemari se Freezer
Setelah
diperas
6-8jam
(kurang lebih
260
C
3-5hari
(kurang
lebih 40
C
2minggu
freezer jadi 1
dengan
refrigeration
3 bln dengan
pintu sendiri
6-12bln(+-
180
C)
Dari freezer,
disimpan
dilemari es
(tidak
dihangatkan)
4 jam atau
kurang
(minum
berikutnya)
24 jam Jangan
dibekukan
ulang
Dikeluarkan
dari lemari
Langsung
diberikan
4 jam /
minum
Jangan
dibekukan
34
es berikutnya ulang
Sisa minum
bayi
Minum
berikutnya
Buang Buang
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.27-28)
9. Cara Menyusui Yang Benar
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI
kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi
dengan benar.
a. Pembentukan dan persiapan ASI.
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan
dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin
padat karena retensi air, lemak, serta bekembangnya
kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit.
b. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan
dengan jalan sebagai berikut :
1). Membersihkan puting susu dengan air atau minyak
sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2). Puting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga
menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3). Bila puting susu belum menonjol dapat memakai
pompa susu atau dengan jalan operasi.
c. Posisi dan Perlekatan Menyusui
35
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu
merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam
posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
d. Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah
sebagai berikut :
1). Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit
ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan
berbaring dengan santai.
2). Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk
tegak ditempat tidur/ kursi ibu harus merasa rileks.
3). Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh
badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis
lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu,
hidung bayi didepan puting susu ibu, posisi bayi
harus sedemikian rupa sehingga perut bayi
menghadap perut ibu.
4). Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke
payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap
menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan
menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara
ibu.
5). Ibu menyentuhkan puting susunya kebibir bayi,
menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
36
kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu
ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting
susu tersebut.
6). Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk
kedalam mulut bayi. Dagu rapat kepayudara ibu
dan hidungnya manyentuh bagian atas payudara.
7). Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi
sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher
dan dagunya saja, kepala dan tubuh bayi harus
lurus, hadapkan bayi kedada ibu sehingga hidung
bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan
badan bayi dengan badan ibu, menyentuh bibir
bayi ke puting susunya dan menunggu sampai
mulut bayi terbuka lebar.
8). Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu
mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara
memasukkan jari kelingking ibu diantara mulut dan
payudara.
9). Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi
di pundak atau menelungkupkan bayi melintang
kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
e. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
37
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat
mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak
keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi
ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila
bayi telah menyusu dengan benar, maka akan
memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut.
1). Bayi tampak tenang.
2). Badan bayi menempel pada perut ibu.
3). Mulut bayi terbuka lebar.
4). Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
5). Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola
bawah lebih banyak yang masuk.
6). Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang
menyentuh payudara ibu.
7). Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola
(tidak hanya puting saja).
8). Lidah bayi menopang puting dan areola bagian
bawah.
9). Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10). Bayi tampak mengisap kuat dengan irama
perlahan.
11). Puting susu tidak terasa nyeri.
12). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus.
38
13). Kepala bayi agak menengadah.
14). Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan
kadang disertai dengan berhenti sesaat
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.32-35).
b. Masalah Dalam pemberian ASI
Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan
karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada
ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak
paham masalah ini, kegagalan menyusui sering
dianggap masalah pada anak saja.
a. Puting Susu Lecet (Abraded and or cracked nipple)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah.
beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai
berikut.
1). Teknik menyusui yang tidak benar.
2). Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol,
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan
puting susu.
3). Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu.
4). Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue).
5). Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
39
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
puting susu lecet adalah sebagai berikut.
a) Cari penyebab puting lecet.
b) Selama puting susu diistirahatkan,
sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan
tangan, dan tidak di anjurkan menggunakan
pompa karena nyeri atau bayi disusukan
lebih dulu pada puting susu yang normal
atau lecetnya sedikit.
c) Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk),
tidak menggunakan sabun, krim, alkohol
ataupun zat iritan lain saat membersihkan
payudara.
d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24
jam)
e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan
untuk sementara waktu kurang lebih 1x24
jam, dan biasanya akan sembuh sendiri
dalam waktu sekitar 2x24 jam.
f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak
dibenarkan untuk menggunakan sabun.
g) Posisi menyusui harus benar, bayi
menyusu sampai ke kalang payudara dan
40
susukan secara bergantian di antara kedua
payudara.
h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke
puting yang lecet dan biarkan kering
i) Pergunakan bra yang menyangga.
j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat
pengurang rasa sakit
k) Jika penyebabnya monilia, diberi
pengobatan dengan tablet Nystatin.
b. Puting melesak (masuk ke dalam)
Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil,
hendaknya puting susu ditari-tarik dengan menggunakan
minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting
susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu
dengan tudung puting (nipple hoot) (Dewi dan Sunarsih,
2011; h.37-40).
c. Payudara Bengkak
Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara
penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah
rasa berat payudara, panas, dan keras, sedangkan pada
payudara bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien
41
merasakan sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat
walau tidak merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa
atau diisap, dan badan demam setelah 24 jam
(Sulistyawati, 2009; h.33).
d. Bendungan ASI
Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan
pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe
sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri
disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat
terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus
pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu
memiliki kelainan puting susu (misalnya puting susu
datar, terbenam, dan cekung) (Rukiyah dan Yulianti,
2010; h.345).
e. Abses Payudara (mastitis)
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara
menjadi merah, bengkak terkadang diikuti rasa nyeri dan
panas, suhu tubuh meningkat. Pada bagian dalam terasa
ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi
merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran
susu yang berlanjut.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut.
42
1) Kompres hangat/panas dan pemijatan.
2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang
tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher
punggung, dll.
3) Pemberian antibiotic; Flucloxacilin atau erythromycin
selama 7-10 hari.
4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat
untuk penghilang rasa nyeri.
5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena
mungkin perlu tindakan bedah.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.41).
2.1.1.8 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
1. Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. proses involusi adalah
proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus
menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat
uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot-atrofi.
b. Autolisis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi
didalam otot uterus. enzim proteolitik akan memendekkan
43
jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga
panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari
semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan
sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
c. Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat
implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh
perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen
dan kembali menjadi organ pelvis.
44
Tabel 2.3 Involusi uterus
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat
Uterus
(gr)
Diameter
bekas
melekat
plasenta
(cm)
Keadaan
Serviks
Bayi lahir Setinggi pusat 1000
Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek
Satu minggu Pertengahan pusat dan
simpisis
500 7,5 Beberapa hari
setelah
postpartum
dapat dilalui 2
jari.
Akhir minggu
pertama dapat
dimasuki 1 jari.
Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 3-4
Enam
minggu
Bertambah kecil 50-60 1-2
Delapan
minggu
Sebesar normal 30
2. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang
meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,
berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligamentum rotundum menjadi menjadi kendur yang
mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.
3. Lokia
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam
yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang
amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya
berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokia
45
terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri.
Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya diantaranya sebagai berikut.
a. Lokia rubra/ merah (kruenta)
Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya
merah dan mengandung darah dari perobekan/ luka pada
plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini
terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo,
sisa mekoneum, dan sisa darah.
b. Lokia sanguinolenta
Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir
karena pengaruh plasma darah pengeluarannya pada hari
ke 3–5 hari post partum.
c. Lokia serosa
Lokia serosa ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum
warnanya kekuningan atau kecoklatan. lokia ini terdiri
atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga
terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d. Lokia alba
Lokia alba ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum.
Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih
46
banyak mengandung leokosit, selaput lendir serviks, dan
serabut jaringan yang mati.
4. Perubahan pada vagina dan perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam
penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. vagiana yang
semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada
ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.
Rugae akan kembali sekitar minggu keempat, walaupun tidak
akan menonjol pada wanita nulipara
Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik
sedikit (37,5-380
C) sebagai akibat kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila
keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ke-3 suhu badan naik lagi karena pembentukan ASI
dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.55-60).
b. Nadi dan pernafasan
47
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah
partus, dan dapat terjadi bradikardia, bila terdapat
takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada
perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada
penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan
akan sedikit meningkat setelah partus kemudian seperti
keadaan semula.
c. Tekanan darah
Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi
postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak
terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½
bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009; h.61).
6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Selama kehamilan, volume darah normal di gunakan untuk
menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh
plasenta dan pembuluh darah uteri penarikan kembali estrogen
menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga
mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal
7. Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilanan, kadar
fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah
makin meningkat. pada hari pertama postpartum kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurn tetapi darah akan
48
mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah
(Sulistyawati, 2009 ; h.82).
8. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan.
Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat
pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon
menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktivitas tubuh.
Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi diet
tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal.
Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat
penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan
mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan
kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan.
9. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan
sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama.
Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah
bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan berlansung.
49
Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam
postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan
air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan
tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan
kembali normal dalam 6 minggu.
(Sulistyawati, 2009 ; h.78-79).
10. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan
pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang
berperan dalam proses tersebut.
a. Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon
oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah
pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI
dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus
kembali ke bentuk normal.
b. Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran
payudara untuk merangsang produksi susu.
c. Estrogen dan Progesteron
50
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti.
Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi
memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan
volume darah.
Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran kemih, ginjal,
usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva,
serta vagina.
11. Perubahan Payudara
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi
terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua
mekanisme fisiologi, yaitu sebagai berikut.
1. Produksi susu
2. Sekresi susu atau let down
Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara
tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan
makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika
hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk
menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan
prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah
melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa
dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
51
darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel-
sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi.
Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang
lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin.
Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan),
sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus
payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI
dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel
acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.
Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama
(Saleha, 2009 ; h.58 dan 60).
2.1.1.9 Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas.
Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga
tahap berikut ini :
a. Taking in period
Terjadi pada 1-2 ari setelah persalinan, ibu masih pasif dan
sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap
tubuhnya, ibu lebih Mengingat pengalaman melahirkan dan
persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu
makan meningkat.
b. Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuanya dalam menerima tanggung jawab
sepenuhnya, terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
52
menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan
dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami
ibu.
c. Taking go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah, ibu mulai secara
penuh menerima tanggung jawab sebagai “ seorang ibu “ dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantungan
pada dirinya.
(Saleha, 2009; h.64).
2.1.1.10 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas
a. Nutrisi dan cairan
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang
serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat
proses penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan
air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi,
cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan.
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi
sebagai berikut :
1. Mengkonsumsi tambahan 500 klori setiap hari.
2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan
protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
53
5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
(Saleha, 2009; h.71-72).
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani seperti
(ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur,
susu, dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kedelai, tahu, dan tampe).
Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air),
ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari
(anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui).
Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari
semua-semua jenis sayuran dan buah-buahan segar. Ibu
menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi
anak, sumbernya: susu dan keju (Ambarwati dan
Wulandari, 2009; h.98-100).
b. Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak
karena masih letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun
dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran
pervaginam.
Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis
vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu
menguatkan otot-otot perut dengan demikian menghasilkan
bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul
54
sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke
seluruh tubuh (Rukiyah, et. all.2011; h. 76).
c. Eliminasi
1. Buang air kecil
Ibu di minta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post
partum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat
berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc,
maka dilakukan keteterisasi.
2. Buang air besar
Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar
(defekasi) setelah hari kedua postpartum.
d. Personal Higiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencenggah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap
dijaga.
(Saleha, 2009; h.73).
e. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam
pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas
karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan. (Ambarwati dan wulandari, 2009 ; h. 136)
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:
55
1) Mengurangi jumlah ASI
2) Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan
perdarahan
3) Depresi
(Suherni, et. all, 2009; h.104-105).
f. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu
darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan
hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
g. Keluarga berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan kapan dan bagaimana mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas
kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya
dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
56
mengajarkan kehamilan yang tidak diinginkan (Rukiyah, et.
all. 2011; h.80).
2.1.1.11Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas Dan Penanganannya.
1. Perdarahan per vagina
Perdarahan per vagina/ perdarahan post partum/post partum
hemorargi/ hemorargi post partum/ PPH adalah kehilangan
darah sebanyak 500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah
melahirkan.
a. Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua
kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran.
Penyebab
1). Uterus atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau
selaput ketuban tertahan)
2). Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma
akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya
kelahiran yang menggunakan pralatan termasuk
section caesaria, episiotomy)
1) Koagulasi intravascular diseminata.
2) Inversio uteri.
b. Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua
kejadian hemorargi post partum yang terjadi antara 24 jam
setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum.
Penyebab
57
1) Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan.
2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet
(dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih,
rectum).
3) Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesaria,
ruptur uterus).
2. Infeksi Masa Nifas
a. Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi
pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara
awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan
dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana
terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini:
1) Nyeri pelvik.
2) Demam 38,5 0C atau lebih.
3) Rabas vagina yang abnormal.
4) Rabas vagina yang berbau busuk.
5) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus.
Bakteri penyebab sepsis puerperalis.
1). Streptokokus.
2). Stafilokokus.
3). E. Coli.
4). Clostridium tetani.
5). Clostridium welchi.
6). Clamidia dan gonocokus.
58
b. Bakteri endogen
Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum
tanpa menimbulkan bahaya, bahkan jika tehnik steril
sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat
membahayakan dan mendeteksi dini komplikasi masa
nifas dan penanganannya.
c. Bakteri eksogen
Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus,
klostridium tetani dll). Bakteri eksogen masuk kedalam
vagina:
1) Melalui tangan yang tidak bersih dan instrument yang
tidak steril.
2) Melalui substansi/ benda asing yang masuk ke dalam
vagina (misal ramuan/ jamu, minyak, kain).
3) Melalui aktivitas seksual.
(Suherni, et. all, 2009; h.128 dan 132).
2.1.2 Bendungan ASI
2.1.2.1 Pengertian Bendungan ASI
Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada
payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga
menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan
suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya
penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
59
terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (misalnya
putting susu datar, terbenam dan cekung) (Rukiyah dan Yulianti,
2010 ; h. 345).
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika
payudara telah memproduksi asi susu. Bendungan disebabkan
oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak
cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat
menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik,
dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusu
(Prawirohardjo, 2011 ; h. 652).
2.1.2.2 Patofisiologis
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan
progesterone turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari
hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic
hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh
estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin
oleh hipofisis.
Hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae
terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan
reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang
mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar
tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu (Rukiyah dan
yuliyanti, 2012; h.22).
60
2.1.2.3 Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa
laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang
produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu, dan payudara tidak dikosongkan, maka
masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut
jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila
ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika
bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan
bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang
salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu
menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi
menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan
terjadi bendungan ASI).
4. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan
menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat
menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan
akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (puting susu yang panjang
menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi
tidak dapat menghisap areola dan meransang sinus laktiferus
61
untuk megeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan
menimbulkan bendungan ASI)
2.1.2.4 Tanda dan gejala bendungan ASI
Ditandainya dengan: mamma panas serta keras pada perabaan
dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit
menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli
laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila
ditekan, warnanya kemerahan suhu tubuh sampai 380
C.
2.1.2.5 Diagnosis Bendungan ASI.
Pemeriksaan fisik payudara, pada pemeriksaan fisik payudara
harus dikerjakan dengan sangat teliti dan tidak boleh kasar dan
keras. Pertama lakukan dengan cara inspeksi (periksa pandang),
hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan
sesudah itu dengan tangan keatas, selagi pasien duduk.
Kemudian lakukan palpasi (periksa raba), ibu harus tidur dan
diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan
jari-jari yang harus ke bagian lateral. Palpasi ini harus meliputi
seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila belakang,
dan dari subklavikular kearah paling distal. Setelah palpasi
payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila dan
supraklivikular.
62
2.1.2.6 Penanganan bendungan ASI
1. Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan
mencegah terjadinya payudara bengkak, susukan bayi segera
setelah lahir, susukan bayi tanpa jadwal, keluarkan sedikit ASI
sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI
dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan
ASI.
2. Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan, untuk
mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin
dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan,
untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting
susu berikan kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi
bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara
lakukan pengerutan yang dimulai dari putting kearah korpus
mamae, ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang.
Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan
menjadi makanan utama bagi anak. Karena itu jauh
sebelumnya harus memakai BH yang sesuai dengan
pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari
bawah suspension bukan menekan dari depan (Rukiyah dan
yulianti, 2010; h.346 - 348).
63
2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
2.2.1 Pengertian manajemen asuhan kebidanan
Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen
kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberika asuhan kebidanan, agar
menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi
asuhan.
Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Helen varney dalam buku varney’s midwifery,
edisi ketiga tahun 1997; menggambarkan proses manajemen asuhan
kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara
sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h. 96).
2.2.2 Langkah manajemen menurut Helen varney.
2.2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan data dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah
mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama
untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
64
1. Data Subyektif
a. Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan
penanganan.
b. Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi
belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c. Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
d. Suku/ bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-
hari.
e. Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
65
f. Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut
g. Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
h. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang
dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum.
i. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data yang di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut,
kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma
yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini.
2) Riwayat kesehatan Sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada
saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas
dan bayinya.
66
3) Riwayat kesehatan Keluarga
Data ini di perlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu bila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
j. Riwayat Perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status
menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa
status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya
sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
k. Riwayat obstetri
1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang
lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong
persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat
ini.
67
l. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah
keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke
kontrasepsi apa.
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.131-134).
m.Pola kebutuhan Sehari-hari
Nutrisi
Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik
dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan
harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi
protein, dan banyak mengandung cairan (Saleha, 2009
; h.71).
n. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil
meliputi frekuensi, warna, jumlah.
o. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,
berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi
68
ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup
dapat mempercepat penyembuhan.
p. Personal Hygine
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia,
karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea.
(Ambarwati dan wulandari, 2009; h.136-137).
2. Data Objektif.
a. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan
darah akan rendah setelah melahirkan karena ada
perdarahan. Tekanan darah tinggi pada
postpartum dapat menandakan terjadinya
preeklamsia postpartum.
(Dewi dan Sunarsih, 2011; h.60).
2) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari
37,2°C. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5
°C dari keadaan normal, namun tidak akan
melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan
kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38
69
derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada
klien.
3) Nadi dan pernafasan
Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit
setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila
terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas
mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada
vitium kordis pada penderita.
(Saleha, 2009; h.61).
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki
Menjelaskan pemeriksaan fisik
1. Keadaan buah dada dan putting susu
- Simetris/ tidak
- Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak
- Putting menonjol/tidak, lecet/tidak
2. Keadaan abdomen
- Uterus:
Normal :
- Kokoh, berkontraksi baik
- Tidak berada diatas ketinggian fundal saat
masa nifas segera
Abnormal :
- Lembek
70
- Diatas ketinggian fundal saat masa post
partum segera
Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa
buang air
3. Keadaan genitalia
- Lochea :
Normal :
- Merah hitam (lochia rubra)
- Bau biasa
- Tidak ada bekuan darah atau butir-butir
darah beku (ukuran jeruk kecil)
- Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit
(hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5
jam)
Abnormal :
- Merah terang
- Bau busuk
- Mengeluarkan darah beku
- Perdarahan berat (memerlukan penggantian
pembalut setiap 0-2 jam)
- Keadaan perineum : oedema, hematoma,
bekas luka episiotomi/ robekan, hecting
- Keadaan anus : hemorrhoid
- Keadaan ekstremitas
71
- varices
- oedema
- reflex patella
(Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.139-141).
2.2.2.2 Interpretasi data dasar (langkah II)
a. Diagnosa Kebidanan
Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar
tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat
dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik
rumusan diagnosis masalah keduanya harus ditangani.
meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai
diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan
(Soepardan, 2007; h.99).
Diagnosa dapat ditegakkan dengan para, abortus, anak
hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi:
1. Data Subjektif
Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah
pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang
umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
72
2. Data Objektif
Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil
pemeriksaan
tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan
tanda-tanda vital
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan
pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.141-142).
c. Kebutuhan pasien
Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien
berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati dan
Nugraheny, 2010; h.229).
2.2.2.3 Diagnosa potensial
Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang
terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau
diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan
diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila
memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan
yang aman penting sekali dalam hal ini.
2.2.2.4 Antisipasi masalah
Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
73
segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
2.2.2.4 Perencanaan
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah
yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka
pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang
terjadi berikutnya.
2.2.2.5 Pelaksanaan
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan
penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau
melaksanakan rencana asuhan secara efisiens dan aman
(Ambarwati dan wulandari, 2009; h.142-145).
2.2.2.6 Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui
apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan
dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
74
sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan
kembali yang belum terlaksana.
(Ambarwati dan wulandari, 2009; h.147).
2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan,
kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:
2.3.1 Kewenangan normal
Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh
bidan.
Kewenangan ini meliputi :
2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu
a. Ruang lingkup :
1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil
2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
3. Pelayanan persalinan normal
4. Pelayanan ibu nifas normal
5. Pelayanan ibu menyusui
6. Pelayanan konseling pada masa antara dua
kehamilan
b. Kewenangan :
1. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II
2. Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan
dengan perujukan
75
3. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
4. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui
dini (IMD) dan promosi air susu (ASI)
eksklusif
5. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala
tiga dan postpartum
6. Penyuluhan dan konseling
7. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
8. Pemberian surat keterangan kematian
9. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak
a. Ruang lingkup :
1. Pelayanan bayi baru lahir
2. Pelayanan bayi
3. Pelayanan anak balita
4. Pelayanan anak pra sekolah
b. Kewenangan
1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui
dini (IMD), injeksi vitamin K1 Perawatan bayi baru
lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan
tali pusat
76
2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera
merujuk
3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan
4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan
anak pra sekolah
6. Pemberian konseling dan penyuluhan
7. Pemberian surat keterangan kelahiran
8. Pemberian surat keterangan kematian.
2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana, dengan kewenangan :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas,
khusus bagi bidan yang menjalankan program
pemerintahan mendapatkan kewenangan tambahan untuk
melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi :
1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi
dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat
kontrasepsi bawah kulit
77
2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi
khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah
suoervisi dokter)
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai
pedoman yang ditetapkan
4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di
bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan
remaja, dan penyehatan lingkungan
5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak
pra sekolah dan anak sekolah
6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunits
7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya
8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi
dan edukasi
9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakam program
pemerintah
Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit,
asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak
balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan
memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular
Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
78
penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan
yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.
Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau
keluruhan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga
diberikan kewenangan sementara untuk memberikan
pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal,
dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk
memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan
normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di
daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (Admin,
2011)
2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas
Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada
ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat.
2.4.1 Pengetahuan dasar
2.4.1.1 Fisiologi nifas
2.4.1.2 Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/
abortus.
2.4.1.3 Proses laktasi/ menyusui dan teknik menyusui yang benar
serta penyimpangan yang lazim terjadi, termasuk
pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet,
puting susu masuk.
79
2.4.1.4 Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktvitas dan
kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung
kemih.
2.4.1.5 Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir.
2.4.1.6 Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus.
2.4.1.7 Bonding dan attachement orang tua dan bayi baru lahir
untuk menciptakan hubungan positif.
2.4.1.8 Indikator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus
menerus, infeksi.
2.4.1.9 Indikator masalah-masalah laktasi.
2.4.1.10 Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan,
dan preeklamsia postpartum.
2.4.1.11 Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode
postpartum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi
urine dan inkontinensia fekal.
2.4.1.12 Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah
abortus.
2.4.1.13 Tanda dan gejala komplikasi abortus.
2.4.2 Keterampilan dasar
2.4.2.1 Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang
terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehemilan,
persalinan, dan kelahiran.
2.4.2.2 Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
80
2.4.2.3 Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/
luka jahitan.
2.4.2.4 Merumuskan diagnosis masa nifas.
2.4.2.5 Menyusun perencanaan.
2.4.2.6 Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif.
2.4.2.7 Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi
perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi
baru lahir.
2.4.2.8 Mengidentifikasikan hematoma vulva dan melaksanaan
rujukan, jika perlu.
2.4.2.9 Mengidentifikasikan infeksi pada ibu, mengobati sesuai
kewenangan, atau merujuk untuk tindakan yang sesuai.
2.4.9.10 Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta,
rejatan, dan infeksi ringan.
2.4.9.11 Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB
pascapersalinan.
2.4.9.12 Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk
wanita pascaaborsi.
2.4.9.13 Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi
tertentu.
2.4.9.14 Memberikan antibiotik yang sesuai.
2.4.9.15 Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan serta
intervensi yang dilakukan.
81
2.4.3 Keterampilan tambahan
Melakukan insisi pada hematoma vulva.
(Soepardan, 2007; h.65-67 ).
82
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 27
TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN
BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2015
Nama mahasiswa : Fertika Mayang Sari
NIM : 201207020
Tanggal : 27 April 2015
Jam : 10.00 WIB
3.1 Pengkajian
A. Data Subjektif
1. Identitas Pasien
Istri Suami
Nama : Ny. S Tn. D
Umur : 27 Tahun 24 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku Bangsa : Jawa Jawa
Pendidikan : D3 komputer S1 S.pd
Pekerjaan : K.Swasta Guru
Alamat : Jl. Haji Komar Rudin Gang Senen No46
Bandar Lampung.
83
2. Keluhan utama : Ibu mengatakan payudaranya sebelah kanan
bengkak, terasa nyeri saat menyusui dan puting susu ibu tenggelam.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyulit yang pernah / sedang diderita
1) Jantung : Tidak ada
2) Hipertensi : Tidak ada
3) Diabetes : Tidak ada
4) Asma : Tidak ada
5) Hepar : Tidak ada
6) Anemia berat : Tidak ada
7) PMS dan HIV/ AIDS : Tidak ada
b. Prilaku kesehatan
1) Penggunaa alkohol : Tidak ada
2) Pengkonsumsi jamu : Tidak ada
3) Merokok : Tidak ada
c. Riwayat kesehatan keluarga
1) Hipertensi : Tidak ada
2) Diabetes : Tidak ada
3) Asma : Tidak ada
4) Jantung : Tidak ada
d. Riwayat obstetri
1) Riwayat menstruasi
a) Menarche : 14 tahun
b) Siklus : 30 hari
84
c) Lamanya : 6 - 7 hari
d) Dismenorea : Tidak ada
e) Sifat darah : sedikit bergumpal.
f) Banyaknya : 4 kali ganti pembalut/ hari
g) Keputihan : Tidak ada
2). Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas saat ini.
N
o
Tanggal
persalinan
Tempat
persalinan
Umur
Kehamilan
Jenis
persalinan
Penol
ong
Penyulit Keadaan Ket
Nifas Anak
1 25-04-2015 BPS
Martini
39 minggu spontan bidan Tidak
ada
Baik Baik
a) Riwayat persalinan sekarang
Jenis persalinan : Spontan
Tanggal : 25 April 2015
Jam : 11.00 wib
Jenis Kelamin : Perempuan
Panjang Badan : 49 cm
Berat Badan : 2500 gr
Keadaan Bayi : Baik
b) Riwayat KB
Ibu sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
85
c) Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
a) Selama nifas
(1) Menu : Nasi dengan lauk pauk
(tempe, tahu, telur),
sayuran (bayem, katu),
buah – buahan
(2) Frekuensi : 3 x sehari secara teratur
(3) Jumlah per hari : Sesuai kebutuhan, 1 porsi
(4) Pantangan : Tidak ada
(5) Minum : Air putih 8-9 gelas kecil
sehari
(6) Vitamin : Tidak mengkonsumsi
2) Pola eliminasi
a) Selama nifas
BAK : 3 – 4 kali,
BAB : 1 kali sehari
3) Pola istirahat dan tidur
a) Malam : 4-5 jam
b) Siang : 1 jam
4) Pola aktivitas sehari – hari : IRT
5) Personal hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Mengganti pembalut : 3-4 kali per hari.
86
Mengganti celana dalam : 3x sehari
6) Riwayat psikososial
a) Kehamilan saat ini direncanakan : Ya
b) Status perkawinan : Syah
7) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan dan
nifas : tidak ada
8) Riwayat spiritual
Ibu mengatakan selama masa nifas ini belum
menjalankan ibadah .
B. Data objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Keadaan emosional : Stabil
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernapasan : 23 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 38,0 ºC
2. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
a. Kepala
Warna Rambut : Hitam
Ketombe : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak ada
87
b. Wajah
Cloasma : Tidak ada
Pucat :Tidak ada
Edema :Tidak ada
c. Mata
Simetris : Ya, kiri dan kanan
Kelopak Mata : Tidak ada oedema
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
d. Hidung
Simetris :Ya, kiri dan kanan
Polip : Tidak ada
Kebersihan : Bersih, tidak ada sekret
e. Mulut
Bibir : Lembab
Stomatitis : Tidak
Gusi : Tidak ada pembengkakan
Gigi : Tidak ada caries
f. Telinga
Simetris : Ya, kiri dan kanan
Gangguan Pendengaran : Tidak Ada
g. Leher
Pembesaran Kelenjar Tyroid: Tidak ada
Pembesaran Kelanjar Limfe : Tidak ada
88
h. Dada
Retraksi Dinding Dada : Tidak ada
Bunyi Mengi Dan Ronchi : Tidak ada
i. Payudara
Simetris : Tidak
Pembesaran : Terdapat pembengkakan sebelah
kanan.
Puting Susu : Tenggelam
Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola mamae
Benjolan : Tidak ada
Konsistensi : Keras dan teraba panas
Pengeluaran : Ada sedikit kolostrum
j. Punggung Dan Pinggang
Simetris : Ya
Nyeri Ketuk : tidak ada
Oedema : tidak ada
k. Abdomen
Pembesaran : Normal
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong
Uterus : 3 jari dibawah pusat
l. Anogenital
Perineum : Tidak ada luka jahitan
Pengeluaran Pervaginam : Lochea Rubra
89
Anus : Tidak terdapat hemoroid
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
HB : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Protein Urine : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Glukosa Urina : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
Golongan Darah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
4. Data Penunjang
a. Riwayat Persalinan Sekarang
Tempat Melahirkan : BPS Martini
Penolong : Bidan
Jenis Persalinan : Normal Pervaginam
Lama Persalinan : Kala I : 9 Jam
Kala II : 30 Menit
Kala III : 5 Menit
Kala IV : 2 Jam
Lamanya : 11 Jam 35 menit
Plasenta : Lahir Spontan
Perenium :Tidak terdapat luka jahitan
b. Bayi
Lahir tanggal : 25- 05- 2015, pukul 11.00 WIB
Berat badan : 2500 gram
Panjang badan : 49 cm
Jenis kelamin : Perempuan
90
Cacat bawaan : Tidak ada
Masa gestasi : 39 minggu
91
TABEL 3.1
MATRIKS
Tgl/Jam Pengkajian Interpretasi
Data
(Diagnose
Masalah Dan
Kebutuhan)
DX
Potensial/
Masalah
Potensial
Antisipasi/T
indakanSeg
era
Interfensi Implementasi Evaluasi
27 April
2015,
pukul
10.00
wib
DS:
a. Ibu
mengatak
an
bengkak
pada
payudara
sebelah
kanan
dan
puting
susu
tenggela
m disertai
nyeri
pada saat
menyusui
.
DO:
Keadaan
umum: Baik
Keadaan
emosional:
Stabil
Kesadaran:
Compos
mentis
TTV, TD:
Dx : Ny.S usia
27 tahun P1A0
2 hari post
partum dengan
bendungan
ASI
Dasar
a.Ibu
mengatakan
ini persalinan
yang pertama
dan belum
pernah
keguguran.
b.Ibu
mengatakan
melahirkan
tanggal
25April 2015
pkl 11.00 WIB
c.Ibu
mengatakan
bengkak pada
payudara
sebelah kanan
dan puting
susu
Payudara
bengkak
1.Perawatan
payudara
2.Teknik
menyusui
yang benar
1. Beritahu hasil
pemeriksaan
1. Memberitahu ibu hasil
pemeriksaan saat ini
bahwa ibu dalam
keadaan baik, dengan
hasil pemeriksaan
yaituTTV, TD: 110/70
mmhg, N: 88 x/menit,
RR: 23 x/menit, S:
38,0°C payudara :
Simetris: tidak,
pembesaran: terdapat
pembengkakan sebelah
kanan, puting susu:
tenggelam,
hiperpigmentasi: ada
disekitar areola mamae,
benjolan: tidak ada,
konsistensi: keras,
pengeluaran: ada sedikit
kolostrum.
Abdomen
Pembesaran: normal,
konsistensi: keras,
kandung kemih: kosong,
TFU: 3 jari dibawah
pusat.
Anogenital
Perineum: tidak ada luka
jahitan, pengeluaran
pervaginam: lochea
1. Ibu mengerti tentang
hasil pemeriksaan.
92
110/70
mmhg,N: 88
x/menit, RR:
23 x/menit,
S: 38,0°C
Payudara:
Simetris:
tidak,
pembesaran:
terdapat
pembengkak
an sebelah
kanan,
puting susu:
tenggelam,
hiperpigmen
tasi: ada
disekitar
areola
mamae,
benjolan:
tidak ada,
konsistensi:
keras,
pengeluaran:
kolestrum
Abdomen
Pembesaran:
normal,
konsistensi:
keras,
kandung
kemih:
kosong,
TFU: 3 jari
dibawah
tenggelam
disertai nyeri
pada saat
menyusui.
Masalah:
bendungan
ASI
Kebutuhan :
1. Perawatan
payudara
2. Teknik
menyusui
yang benar
2. Beritahu ibu
mengenai keluhan
yang ibu rasakan
3. Lakukan dan
ajarkan
kepada ibu
cara
perawatan
Rubra, anus: tidak
terdapat hemoroid.
2. Memberitahu ibu
mengenai keluhan yang
ibu rasakan bahwa ibu
mengalami bendungan
ASI yaitu terjadinya
pembengkakan pada
payudara karena
peningkatan aliran
vena yang diakibatkan
dari beberapa faktor:
a. pengosongan
payudara yang tidak
sempurna,
b. hisap bayi yang
tidak aktif,
c. faktor menyusui bayi
yang tidak benar,
puting susu
tenggelam
d. puting susu terlalu
panjang.
Ini merupakan masalah
yang tidak berbahaya
bagi ibu namun jika
tidak ditangani akan
menyebabkan infeksi
pada payudara.
3. Melakukan dan
mengajarkan kepada
ibu cara perawatan
payudara yaitu:
a. Pengurutan pertama
2. Ibu mengerti tentang
keluhan yang
dirasakan
3. Ibu mengerti dan
paham mengenai
perawatan payudara.
93
pusat.
Anogenital
Perineum:
tidak ada
luka jahitan,
pengeluaran
pervaginam:
lochea
Rubra, anus:
tidak
terdapat
hemoroid.
payudara. :licinkan kedua
tangan dengan
minyak, tempatkan
kedua tangan
diantara kedua
payudara,
pengurutan
dilakukan dimulai
kearah atas lalu
telapak tangan kanan
kearah sisi kiri dan
telapak tangan kiri
kearah sisi kanan.
b. Pengurutan kedua :
sokong payudara kiri
dengan tangan kiri,
kemudian dua atau
tiga jari tangan
kanan membuat
gerakan memutar
sambil menekan
mulai dari pangkal
payudara dan
berakhir pada putting
susu.
c. Pengurutan ketiga :
sokong payudara kiri
dengan satu tangan,
sedangkan tangan
lainnya mengurut
dengan sisi
kelingking dari arah
tepi kearah putting
susu lalukan sekitar
30 kali.
d. Pengompresan :
kompres payudara
94
4. Beritahu ibu
mengenai
teknik
menyusui
dengan handuk kecil
hangat selama 2
menit, lalu ganti
dengan air dingin.
Kompres bergantian
selama 3 kali dan
akhiri dengan
kompres air hangat.
e. Pengosongan ASI :
pengosongan ini
dimaksudkan untuk
mencegah
pembendungan ASI,
keluarkan air susu
dengan meletakkan
ibu jari dan telunjuk
kira – kira 2 sampai
3 cm dari puting
susu tampung ASI
yang keluar dengan
cangkir besar lalu
simpan ASI di dalam
lemari es kurang
lebih 4 0C dapat
digunakan 3-5hari
jika ASI beku tidak
boleh dimasak/
dipanaskan, hanya
dihangatkan dengan
merendam dalam air
hangat.
4. Memberitahu ibu
mengenai teknik
menyusui yang benar
seperti:
4. Ibu mengetahui
teknik menyusui
yang yang benar
95
yang benar a. Cuci tangan yang
bersih dengan sabun,
perah sedikit ASI
dan oleskan disekitar
puting, duduk dan
berbaring dengan
santai.
b. Ibu harus mencari
posisi nyaman,
biasanya duduk
tegak ditempat tidur
/kursi ibu harus
merasa rileks.
c. Lengan ibu
menopang kepala,
leher dan seluruh
badan bayi (kepala
dan tubuh berada
dalam garis lurus), .
muka bayi menghadap
kepayudara ibu,
hidung bayi didepan
putting susu ibu, posisi
bayi harus sedemikian
rupa sehingga perut
bayi menghadap perut
ibu.
d. Ibu mendekatkan bayi
ketubuhnya (muka
bayi kepayudara ibu)
dan mengamati bayi
yang siap menyusui:
membuka mulut,
bergerak mencari, dan
menoleh. Bayi harus
berada dekat dengan
payudara ibu.
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas
KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

More Related Content

What's hot (15)

Kti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata rahaKti minarni akbid paramata raha
Kti minarni akbid paramata raha
 
Kti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramataKti nur vita budirman akbid paramata
Kti nur vita budirman akbid paramata
 
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata rahaKti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
Kti sri wahyu ningsih akbid paramata raha
 
Kti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramataKti saraswati akbid paramata
Kti saraswati akbid paramata
 
Kti ayu safitri
Kti ayu safitriKti ayu safitri
Kti ayu safitri
 
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramataKti nur fitrianingsih akbid paramata
Kti nur fitrianingsih akbid paramata
 
Kti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramataKti liana desmiani akbid paramata
Kti liana desmiani akbid paramata
 
Kti novensky e.m
Kti novensky e.mKti novensky e.m
Kti novensky e.m
 
Kti mitra tanjung
Kti mitra tanjungKti mitra tanjung
Kti mitra tanjung
 
Kti eva seno safitri
Kti eva seno safitriKti eva seno safitri
Kti eva seno safitri
 
Kti bella citra andara
Kti bella citra andaraKti bella citra andara
Kti bella citra andara
 
Kti mayasari
Kti mayasariKti mayasari
Kti mayasari
 
Kti fidartin
Kti fidartinKti fidartin
Kti fidartin
 
Kti endang satuni
Kti endang satuniKti endang satuni
Kti endang satuni
 
Kati siti munarsih
Kati siti munarsihKati siti munarsih
Kati siti munarsih
 

Similar to KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas (20)

Kti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sariKti melisa purnama sari
Kti melisa purnama sari
 
Kti desty hery dyana
Kti desty hery dyanaKti desty hery dyana
Kti desty hery dyana
 
Kti istik analiza
Kti istik analizaKti istik analiza
Kti istik analiza
 
Kti habibah
Kti habibahKti habibah
Kti habibah
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
 
Pratiwi
PratiwiPratiwi
Pratiwi
 
Kti Ruli Desta
Kti Ruli DestaKti Ruli Desta
Kti Ruli Desta
 
Kti ruli desta
Kti ruli destaKti ruli desta
Kti ruli desta
 
Kti nelsa
Kti nelsaKti nelsa
Kti nelsa
 
Kti wayan seli novela
Kti wayan seli novelaKti wayan seli novela
Kti wayan seli novela
 
Kti hesti kirana
Kti hesti kiranaKti hesti kirana
Kti hesti kirana
 
Kti marliga septika putri
Kti marliga septika putriKti marliga septika putri
Kti marliga septika putri
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti tri wahyuni
Kti tri wahyuniKti tri wahyuni
Kti tri wahyuni
 
Kti linda wati
Kti linda watiKti linda wati
Kti linda wati
 
Kti setiawati
Kti setiawatiKti setiawati
Kti setiawati
 
Kti geta anggawa
Kti  geta anggawaKti  geta anggawa
Kti geta anggawa
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 
Kti vidia setyowati
Kti vidia setyowatiKti vidia setyowati
Kti vidia setyowati
 

Recently uploaded

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...Kanaidi ken
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptxSirlyPutri1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 

Recently uploaded (20)

MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING M...
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
(NEW) Template Presentasi UGM 2 (2).pptx
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 

KTI] Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

  • 1. 1 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP Ny.SUMUR 27TAHUNP1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Disusun Oleh : FertikaMayang Sari 201207020 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015
  • 2. 2 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP Ny.S UMUR 27 TAHUN P1A0 2 HARI POSTPARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Uuntuk Memproleh Gelar Propesi Ahli Madya Kebidanan DI SUSUN OLEH FERTIKA MAYANG SARI 201207020 AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 i
  • 3. 3 PENGESAHAN Diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Akhir Program Pendidikan Diploma III Kebidanan Adila pada : Hari : Rabu Tanggal : 29Juli 2015 Penguji I Penguji II Ninik Masturiyah, S.ST. M.Kes NopaUtari S.ST NIK.20151143 NIK.11210043 Direktur Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung dr. Wazni Adila, MPH NIK.20110410 ii
  • 4. 4 ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 27 TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Fertika Mayang Sari, Ninik Masturiyah, S.ST, M.kes, Nopa Utari, S.ST INTISARI KTI ini membahas tentang Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup untuk menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusui. Pada saat penulis melakukan pra survey di BPS MARTINI Amd.keb Bandar Lampung pada tanggal 27 April 2015, terdapat ibu inpartu primipara yaitu Ny.S. Berdasarkan asuhan kebidanan pada ibu nifas serta besarnya peran bidan dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu nifas, sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.S usia 27 tahun P1 A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di Bps Martini Bandar lampung tahun 2015” . Tujuan dilakukanya penelitian ini diharapkan penulis mampu memberikan asuhan kebidanan sesuai dengan managemen kebidanan varney. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, subjek dan objek penelitian, yaitu ibu nifas dengan asuhan yang diberikan di BPS Martini. Setelah diaplikasikan managemen varney diatas, diharapkan untuk kedepanya melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yang lebih baik. Setelah melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny.S umur 27 tahun PIA0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini tahun 2015. Saran utama hasil penelitian ini di harapkan ibu dapat mengetahui apa penyebab dari bendungan ASI dan bagaimana cara penanganannya sehingga hal ini dapat bermanfaat bagi ibu dalam melakukan perawatan masa nifas. Kata kunci : Ibu nifas Kepustakaan : 2005-2013 iii
  • 5. 5 CURRICULUM VITAE Nama : Fertika Mayang Sari NIM : 201207020 TTL : Menggala, 27 Oktober 1994 Agama : Islam Alamat : jl 1 kibang no. 40 kec. Menggala kab, Tulang Bawang Nama Orang Tua : Ayah : Ferhadi Lutfi Atik Ibu : Herda Wati Idwar Institusi : Akademi Kebidanan Adila Angkatan : VII (2012/2015) Riwayat pendidikan 1. Tk Darma Wanita Nusa Indah Menggala 1999 - 2000 2. SD Negeri 2 Kibang Menggala Tulang Bawang Tahun 2000 - 2006 3. SMP Negeri 1 Menggala Tulang Bawang Tahun 2006 - 2009 4. SMA Pembina Menggala Tulang Bawang Tahun 2009 - 2012 5. Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Di Akademi Kebidanan ADILA Bandar Lampung Sejak Tahun 2012 Hingga Sekarang iv
  • 6. 6 MOTTO…!!! Orang yang berhasil akan mengambil manfaat dari kesalahan- kesalahan yang ia lakukan, dan akan mencoba kembali untuk melakukan dalam suatu cara yang berbeda. ~ fertika m.s ~. Kesuksesan ku adalah suatu kebanggaan & kebahagian bagi kedua orang tua ku ~ fertika mayang sari ~ v
  • 7. 7 LEMBAR PERSEMBAHAN Puji syukur aku ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga akhirnya karya Tulis ilmiah yang sederhana ini dapat terselesaikan dengan lancar. Buat mamah dan papah tersayang terima kasih yang tiada terhingga ku persembahkan karya kecil ku ini kepada mamahku Herda Wati Idwar S.pd M.si dan papahku Ferhadi Lutfi Atik yang selalu memberikan cinta dan kasih sayang, segala dukungan, motivasinya selama ini yang tiada mungkin dapat ku balas, hanya dengan kata-kata dan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan persembahan buat mamah dan papah. Tetesan air keringat yang menetes tak sempat kau hapus, curahan doa yang selalu kau ucapkan kepada Allah SWT untuk kesuksesan anakmu semoga ini akan menjadi langkah awal untuk membuat mamah dan papah bahagia karna kusadar selama ini belum bisa memberikan kebahagian yang lebih buat mamah dan papah hanya sebuah kado kecil yang dapat ku berikan dari bangku kuliahku. Persembahan Buat keluarga kecilku.. Untuk kakak ku Ferda Wulan Dari Amd.Keb, Muhammad Firdaus, adikku Syaipul Huda Aqla kakak ipar ku Darli, dan keponakan ku tersayang FurQon Alfarizi AtaubaQ ku ucapkan terima kasih atas doa, motivasi dan dukungan kalian selama ini, hanya karya kecil ini yang dapat ku persembahkan. Buat temen – temen kamar evorbia terimakasih atas semangat dan motifasi kalian semua kenangan selama 3 tahun yang takkan pernah terlupakan. Buat Almamater Tercinta angkatan VII Dosen pembimbing KTIku Ibu Andestyana Septiyaningsih, S.ST M.KES dan ibu Vionita gustianto, S.ST Terima kasih banyak untuk kalian semua yang sudah membimbingku selama ini. vi
  • 8. 8 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dalam bentuk studi kasus kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Terhadap Ny.S Umur 27 P1A0 2 Hari Postpartum Dengan Bendungan ASI Di BPS Martini Bandar Lampung Tahun 2015”. Penulis menyadari karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam menulis Karya Tulis Ilmiah, penulis banyak menerima bantuan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr.Wazni Adila, MPH selaku direktur Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 2. Ninik Masturiyah, S.ST.,M.Kes selaku penguji 1 Karya Tulius Ilmiah Dan Nova utari, S.ST selaku penguji II Karya Tulis Ilmiah. 3. Seluruh dosen dan staf Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung. 4. Serta semua pihak yang telah membantu dalam studi kasus ini yang tidak bisa disebut satu persatu. Akhirnya penulis berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Bandar Lampung, Juni 2015 Penulis vii
  • 9. 9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii ABSTRAK.......................................................................................... iii CURICULUM VITAE....................................................................... iv MOTTO ............................................................................................. v PERSEMBAHAN .............................................................................. vi KATA PENGANTAR........................................................................ vii DAFTAR ISI...................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN...................................................................... x BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang ................................................................... 1 1.2 RumusanMasalah .............................................................. 3 1.3 TujuanPenulis.................................................................... 4 1.4 RuangLingkup................................................................... 5 1.5 Manfaat Penelitian............................................................. 6 1.6 Metodelogi Dan TeknikMemperoleh Data ......................... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TinjauanTeoriMedis .......................................................... 9 2.2 TinjauanTeoriAsuhanKebidanan........................................ 63 2.3 LandasanHukumKewenanganBidan .................................. 74 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian......................................................................... 82 3.2 Matriks.............................................................................. 91 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pengkajian......................................................................... 111 4.2 Data Objektif..................................................................... 120 4.3 Interpretasi Data ................................................................ 124 4.4 Diagnosisdan MasalahPotensial......................................... 127 4.5 TindakanSegera dan Kolaborasi......................................... 128 4.6 Intervensi........................................................................... 129 4.7 Implementasi..................................................................... 131 4.8 Evaluasi............................................................................. 134 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ....................................................................... 138 5.2 Saran ................................................................................ 139 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii
  • 10. 10 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Program Masa Nifas.............................................................10 Tabel2.3 Involusi Uterus......................................................................13 Tabel 3.1 Matriks.................................................................................87 ix
  • 11. 11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Konsultasi Lampiran 2 :SuratIzinPenelitian Lampiran3 :SuratBalasanBidan Lampiran4 : Satuan Acara Penyuluhan (SAP) mengenai Perawatan payudara dan Teknik menyusui Lampiran 5 : Lembar Leaflet mengenai Perawatan payudara dan Teknik menyusui Lampiran 6 : Dokumentasi Lampiran7 :JadwalPenelitian x
  • 12. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1). Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi, (bonding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. (Prawirohardjo, 2010; h.652). Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karna adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (misalnya puting susu datar, terbenam dan cekung). Faktor-faktor penyebab bendungan ASI adalah pengosongan mamae yang tidak sempurna, faktor hisapan bayi yang tidak aktif, faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar, puting susu terbenam, puting susu terlalu panjang (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345-346).
  • 13. 2 Menurut data dari WHO, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di sembilan negara maju. Menurut WHO, 81% AKI akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25 % selama post partum (WHO, 2012). Millenium Development Goals adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk Indonesia yang mulai dijalankan pada September 2000. Adapun program pemerintah dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015, telah dirumuskan skenario percepatan penurunan AKI yaitu, Target MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah atau dikurang (MDGS, 2010). Berdasarkan data dari kementerian koordinator kesejahteraan rakyat (kemenko kesra), jumlah bayi yang meninggal di Indonesia mencapai 34 kasus per 1.000 kelahiran. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka kematian ibu melahirkan tercatat sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). AKI yang tinggi menunjukan rawannya derajat kesehatan ibu. Jumlah kasus kematian ibu yang dilaporkan di Provinsi Lampung sampai dengan bulan Desember tahun 2012 sebanyak 178 kasus. Terjadi peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun 2011 yaitu 152 kasus. Faktor medis yang
  • 14. 3 menjadi penyebab kematian ibu pada tahun 2012 di Provinsi Lampung dari 171.975 ibu bersalin adalah eklamsi 33,15%, perdarahan 22,47%, infeksi 2,25%, penyebab lain 42,13% dari 171.975 ibu bersalin (Profil Dinkes Provinsi Lampung, 2012). Pencapaian ASI Ekslusif di Kota Bandar Lampung pada tahun 2009 adalah 69,04%. Hasil ini bila dibandingkan dengan target Nasional masih dibawah dari target yang di inginkan (80%) (Profil Dinkes Kota Bandar Lampung, 2011). Berdasarkan hasil pra survey yang dilakukan penulis di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung ditemukan 1 ibu nifas yang mengalami bendungan ASI. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan kebidanan pada ibu nifas terhadap Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.” 1.2 Rumusan Masalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015?”
  • 15. 4 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Penulis dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Penulis dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. b. Penulis dapat menentukan interpretasi data pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. c. Penulis dapat menentukan diagnose potensial pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. d. Penulis dapat melakukan tindakan segera/ kolaborasi pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. e. Penulis dapat merencanakan tindakan segera pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015.
  • 16. 5 f. Penulis dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. g. Penulis dapat melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Sasaran Objek yang diambil dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah satu orang ibu nifas yaitu pada Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.4.2 Tempat Dalam Karya Tulis Ilmiah ini penulis mengambil kasus di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung tahun 2015. 1.4.3 Waktu Pelaksanaan asuhan kebidanan dalam Karya Tulis Ilmiah dilaksanakan dari tanggal 27 April 2015 – 03 Mei 2015.
  • 17. 6 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi sumber bacaan bagi mahasiswi Akademi Kebidanan Adila Bandar Lampung dalam menerapkan ilmu dan sebagai acuan penelitian berikutnya. 1.5.2 Bagi lahan praktek Sebagai masukkan dan bahan informasi untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan kasus bendungan ASI pada ibu nifas di BPS Martini Amd.Keb Bandar Lampung. 1.5.3 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang bendungan ASI pada ibu nifas. Dan sebagai bahan perbandingan antara teori yang diperoleh dibangku kuliah dengan dilahan praktek. 1.5.4 Bagi Pasien Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada pada ibu nifas dengan bendungan ASI. 1.6 Metodelogi dan Teknik Memperoleh Data 1.6.1 Metodelogi Penelitian Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmodjo, 2005; h.138).
  • 18. 7 1.6.2 Teknik memperoleh data 1.6.2.1 Data Primer a. Wawancara Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2005; h.102). b. Wawancara dalam penelitian adalah menggunakan metode wawancara : 1. Auto anamnesa Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi, data yang diperoleh adalah data primer karena langsung dari sumbernya. 2. Allo anamnesa Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memproleh data tentang pasien. Ini di lakukan pada keadaan darurat ketika pasien tidak memungkinkan data yang akurat (Sulistyawaty, 2009; h.111). c. Pengkajian fisik Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah
  • 19. 8 pemeriksaan organ utama dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa pemeriksa khusus mungkin diperlukan seperti tes neurologi (Tambunan dan Kasim, 2011; h.2 ).
  • 20. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Medis 2.1.1 Masa Nifas 2.1.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1). Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi di lahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami prubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni et. all, 2009; h.1). Masa nifas (puerpurium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini 6-8 minggu (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.1). Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009; h.4).
  • 21. 10 Masa nifas (puerpurium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009; h.1). 2.1.1.2 Prinsip Dan Sasaran Asuhan Masa Nifas Prinsip asuhan kebidanan bagi ibu pada masa nifas dan menyusui harus yang bermutu tinggi serta tanggap terhadap budaya setempat. Jika dijabarkan lebih luas sasaran asuhan kebidanan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut. 1. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis. 2. Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis. 3. Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan anak yang baik. 4. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus. 5. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu. 6. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu. 7. Imunisasi ibu terhadap tetanus. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.1).
  • 22. 11 2.1.1.3 Tujuan Asuhan Masa Nifas Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Kematian BBL terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Tujuan asuhan masa nifas normal dibagi dua yaitu: 1. Tujuan Umum Membantu ibu dan pasangannya selama masa transisi awal mengasuh anak. 2. Tujuan khusus a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologinya. b. Melaksanakan skirining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya. c. Memberikan pendidikan kesehatan, tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana. (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.2).
  • 23. 12 2.1.1.4 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Peran bidan antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi, serta keluarga 3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi. 5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang aman. 7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosis dan rencana tindakan juga melaksanaknnya untuk memepercepat proses pemulihan, serta mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas. 8. Memberikan asuhan secara profesional. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.4).
  • 24. 13 2.1.1.5 Tahapan Masa Nifas 1. Puerperium dini Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. 2. Puerperium intermedial Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu. 3. Remote puerperium Remote puerperium merupakan masa yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan. (Sulistyawati, 2009; h.5 ). 2.1.1.6 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang terjadi.
  • 25. 14 Tabel 2.1 program dan kebijakan teknis masa nifas Kunjungan Waktu Tujuan 1 6-8 jam Setelah Persalinan - Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. - Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut. - Memberikan konseling kepada ibu atau sala satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. - Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. - Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. - Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. - Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 2 Enam hari setelah persalinan - Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, dan tidak ada bau. - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pascamelahirkan. - Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat. - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda- tanda penyulit. - Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan bagaimana menjaga bayi agar tetap hangat. 3 Dua minggu setelah persalinan Sama seperti di atas (enam hari setelah persalinan) 4 enam minggu setelah persalinan Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau bayinya. Memberikan konseling KB secara dini. (Saleha, 2009; h.6-7). 2.1.1.3 Asuhan Pada Ibu Nifas 6 Hari dan 2 Minggu a. Asuhan 6 hari setelah persalinan 1. Involusi Uteri dari luar dapat diamati yaitu dengan memeriksa fundus uteri dengan cara: a). Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira-kira 1 cm setiap hari.
  • 26. 15 b). Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat dan simpisis. Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. Bila uterus tidak mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi disebut dengan subinvolusi. 2. Lochea Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lochea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lochea mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi, meskipun tidak terlalu menyengat dan volume nya berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010; h.77-78). 3. Menilai adanya tanda-tanda demam infeksi atau kelainan pasca melahirkan : a) Perdarahan pervagina 1) Atonia uteri Untuk melakukan penapisan terhadap kemungkinan komplikasi atonia uteri. 2) Robekan jalan lahir Untuk komplikasi ini, biasanya kejadiannya tidak terduga.
  • 27. 16 3) Retensio plasenta Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah kelahiran bayi (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.296). 4) Tertinggalnya sisa plasenta Bidan menentukan adanya retensio sisa plasenta jika menemukan adanya kotiledon yang tidak lengkap dan masih adanya perdarahan per vagina, padahal plasenta sudah lahir. 5) Inversion uteri Inversion uteri pada waktu persalinan biasanya disebabkan oleh kesalahan dalam memberi pertolongan pada kala III. b) Infeksi Masa nifas Infeksi masa nifas mencakup semua peradangan yang di sebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Menurut John Committee on Maternal Welfare (Amerika Serikat), definisi morbiditas puerperalis adalah kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mengecualikan hari pertama. c) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur d) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
  • 28. 17 e) Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih f) Payudara berubah menjadi merah, panas, dan sakit : 1) Pembendungan air susu Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. 2) Mastitis Pada masa nifas dapat terjadi infeksi pada payudara, terutama pada primipara. g) Kehilangan Nafsu makan untuk jangka waktu yang lama h) Rasa sakit, merah, dan pembekakan kaki i) Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h.173-196). 3. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat : a) kebutuhan gizi ibu menyusui Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi akan sangat memengaruhi produksi ASI. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri. Dengan penjelasan tersebut, akhirnya dapat dirumuskan beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui, antara lain:
  • 29. 18 1) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori. 2) Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin. 3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui. 4) Mengonsumsi tablet zat besi selama masa nifas. 5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI (Sulistyawati, 2009; h.97 dan 100). b) Istirahat: Ibu post partum sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Bidan harus menyampaikan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk kembali melakukan kegiatan- kegiatan rumah tangga, harus dilakukan secara perlahan- lahan dan bertahap. Selain itu, pasien juga perlu diingatkan untuk selalu tidur siang atau beristirahat selagi bayinya tidur. Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari, yang dapat dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati, 2009; h.103).
  • 30. 19 4. dukungan bidan dalam pemberian ASI Bukti menunjukan bahwa bila ibu tahu cara yang benar untuk memposisikan bayinya pada payudaranya, menyusui pada waktu yang diinginkan bayinya, serta memperoleh dukungan dan merasa percaya diri dalam memberi ASI maka berbagai kesulitan umum dapat dihindari/dicegah. Peranan awal bidan dalam mendukung pemberian ASI : a) Yakinkan ibu bahwa bayi memperoleh makanan yang mencukupi dari payudara ibunya. b) Bantulah ibu sedemikian rupa sehingga ia mampu menyusui bayinya sendiri (Sulistyawati, 2009; h.13). 5. Memberikan konseling kepada ibu mengenai asuhan pada bayi, cara merawat tali pusat, dan menjaga bayi agar tetap hangat : a) Lakukan perawatan tali pusat 1) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan ditutupi dengan kain bersih secara longgar. 2) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, dicuci dengan sabun dan air bersih, kemudian dikeringkan sampai benar-benar kering
  • 31. 20 b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangan kerumah, diberikan imunisasi BCG, polio, dan hepatitis B. c) Orangtua di ajarkan tanda-tanda bahaya bayi dan mereka diberitahu agar merujuk bayi dengan segera untuk perawatan lebih lanjut jika ditemui hal-hal berikut: 1) Pernapasan : sulit atau lebih dari 60 kali/ menit 2) Warna : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru, atau pucat. 3) Tali pusat : merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. 4). Infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernapasan sulit. 5) Feses/ kemih: tidak berkemih dalam 24 jam, feses lembek, sering kejang, tidak bisa tenang, menangis terus-menerus. d) Orangtua di ajarkan cara merawat bayi dan melakukan perawatan harian untuk bayi baru lahir : 1) Pemberian ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam, mulai dari hari pertama. 2) Menjaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, serta mengganti popok. 3) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
  • 32. 21 4) Menjaga keamanan bayi terhadap trauma dan infeksi (Sondakh, 2013; h. 161). 2.1.1.7 Proses Laktasi Dan Menyusui Dalam Masa Nifas 1. Fisiologi pengeluaran ASI Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara rangsangan mekanik, saraf, dan bermacam– macam hormon. pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : a. Pembentukan kelenjar payudara. Pada permulaan kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktus yang baru, pecabangan-percabangan dan lobulus, yang di pengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus luteum. Pada trimester pertama kehamilan, prolaktin dari adenohipofisis/ hipofisis anterior mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada trimester kedua kehamilan, laktogen plasenta mulai merangsang untuk pembuatan kolostrum. b. Pembentukan air susu. Pada ibu yang menyusui memiliki dua refleks yang masing-masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu sebagai berikut:
  • 33. 22 1). Refleks Prolaktin Pada akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. setelah partus, lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum membuat estrogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara yang akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini di lanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis hipotalamus yang akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang hipopisis anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke-2-3. pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam
  • 34. 23 keadaan seperti: stres, atau pengaruh psikis, anastesi, operasi, dan rangsangan puting susu. 2). Refleks let down Bersama dengan pembentukan prolaktin oleh hipofisis anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke hipofisis posterior (neurohipofisis) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini diangkat menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus, selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah sebagai berikut. a). Melihat bayi. b). Mendengarkan suara bayi. c). Mencium bayi. d). Memikirkan untuk menyusui bayi. c. Pemeliharaan pengeluaran air susu Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofisis akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah,
  • 35. 24 hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. d. Mekanisme menyusui. 1). Refleks mencari (rooting reflex) Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan reflex mencari pada bayi. 2). Refleks menghisap (sucking reflex) Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan bantuan lidah ditarik lebih jauh dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah terletak pada langit-langit keras. 3). Refleks menelan (swallowing reflex) Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.11-14). 2. Dukungan bidan dalam pemberian ASI. Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI.
  • 36. 25 Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan cara-cara sebagai berikut. a. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama. b. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul. c. Membantu ibu pada waktu pertama kali member ASI. d. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung). Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari asfek fisik, fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi, maupun medis. 1) Aspek fisik Kedekatan ibu dengan bayinya dapat mempermudah bayi menyusu setiap saat dan tanpa jadwal. 2) Aspek fisiologis Bila ibu selalu dekat dengan bayinya, maka bayi sering disusui. 3) Aspek psikologis Rawat gabung dapat menjalin hubungan batin antara ibu dan bayi atau proses lekat (early infant mother bounding).
  • 37. 26 4) Aspek edukatif Rawat gabung memberikan pengalamanbagi ibu dalam hal cara merawat bayi dan merawat dirinya sendiri pasca melahirkan. 5) Aspek ekonomi. Rawat gabung tidak hanya memberikan manfaat pada ibu maupun keluarga tetapi juga untuk rumah sakit maupun pemerintah. 6) Aspek medis. Pelaksanaan rawat gabung dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial. e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin. f. Memberikan kolostrum dan ASI saja. g. Menghindari susu botol dot empeng. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.15-16). 3. Upaya memperbanyak ASI ASI adalah cairan kehidupan terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi. ASI mengandung mengandung berbagai zat yang penting untuk tumbuh kembang bayi dan sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa hal yang mempengaruhi produksi ASI adalah sebagai berikut.
  • 38. 27 a. Makanan makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap produksi ASI. b. Ketenangan jiwa dan pikiran. Untuk memproduksi ASI yang baik, maka kondisi kejiwaan dan pikiran harus tenang. c. Penggunaan alat kontrasepsi. Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui, perlu diperhatikan agar tidak mengurangi produksi ASI. d. Perawatan payudara. Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga memengaruhi hipopisis untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. e. Anatomi payudara. Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomi papilla mammae atau putting susu ibu. f. Faktor fisiologi. ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormone prolaktin yang menentukan produksi dan mempertahankan sekresi air susu. g. Pola istirahat. Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
  • 39. 28 h. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan. Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan pengeluaran ASI akan semakin banyak. i. Berat lahir bayi. Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah disbanding bayi yang berat lahir normal (>2.500 gr) j. Umur kehamilan saat melahirkan. Umur kehamilan dan berat lahir memengaruhi produksi ASI. k. Konsumsi rokok dan alcohol. Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormone prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. 4. Tanda Bayi Cukup ASI a. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama b. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebih muda pada hari kelima setelah lahir c. Bayi akan buang air kecil (BAK) paling tidak 6-8 kali sehari d. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
  • 40. 29 e. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI telah habis f. Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal g. Pertumbuhan berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) bayi sesuai dengan grafik pertumbuhan h. Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai dengan rentang usianya) i. Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar akan bangun dan tidur dengan cukup J. Bayi menyusu dengan kuat (rakus) kemudian melemah dan tertidur puas. 5. ASI eksklusif. ASI eksklusif (menurut WHO) adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.22-25). 6. Perawatan payudara. Perawatan payudara dilakukan atas berbagai indikasi, antara lain puting tidak menonjol atau bendungan payudara. a. Pengurutan payudara. Langkah-langkah pengurutah payudara adalah sebagai berikut. 1). Pengurutan pertama Licinkan kedua tangan dengan minyak. Tempatkan kedua tangan diantara payudara. Pengurutan
  • 41. 30 dilakukan dimulai kearah atas, lalu telapak tangan kanan kearah sisi kiri dan telapak tangan kiri kearah sisi kanan. 2). Pengurutan kedua Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. 3). Pengurutan ketiga. Sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi ke arah puting susu. lakukan sekitar 30 kali. 4). Pengompresan Kompres payudara dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres air hangat. 5). Pengosongan ASI Pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI. Keluarkan air susu dengan meletakan ibu jari dan telunjuk kira-kira 2 sampai 3 cm dari puting susu dan tampung ASI yang keluar. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.29-30).
  • 42. 31 7. Cara menyimpan ASI hasil pompaan atau perasan adalah sebagai berikut: a. Simpan ASI dalam botol yang telah disterilkan terlebih dahulu (direbus, dikukus, atau bisa dengan memanaskannya dengan oven). b. Botol yang paling baik sebetulnya adalah yang terbuat dari gelas atau kaca. c. Jika terpaksa menggunakan botol plastik, pastikan plastiknya cukup kuat (tidak meleleh jika direndam dalam air panas). d. Jangan pakai botol susu berwarna atau bergambar karena ada kemungkinan catnya meleleh jika terkena panas. e. Jangan lupa bubuhkan label setiap kali ibu akan menyimpan botol ASI, dengan mencantumkan tanggal dan jam ASI dipompa atau diperas. f. Simpan ASI di dalam botol yang tertutup rapat, jangan ditutup dengan dot karena masih ada peluang untuk berinteraksi dengan udara. g. Jika dalam satu hari ibu memompa atau memeras ASI beberapa kali, bisa saja ASI itu di gabungkan dalam botol yang sama, syaratnya, suhu tempat botol disimpan stabil, antara 0-150 C.
  • 43. 32 h. Penggabungan hasil simpanan ini bisa dilakukan asalkan jangka waktu pemompaan/pemerasan pertama sampai terakhir tidak lebih dari 24 jam. i. ASI dapat disimpan dalam botol gelas/ plastik, termasuk plastik klip, ± 80-100 cc. j. ASI yang disimpan dalam freezer dan sudah dikeluarkan sebaiknya tidak digunakan lagi setelah 2 hari. k. ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 40 C l. ASI beku tidak boleh di masak/ dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat. 8. Cara memberikan ASI yang sudah didinginkan pada bayi adalah sebagai berikut: a. Panaskan ASI dengan cara membiarkan botol dialiri air panas yang bukan mendidih yang keluar dari keran atau merendam botol didalam baskom atau mangkuk yang berisi air panas atau bukan mendidih. b. Jangan sekali-kali memanaskan botol dengan cara mendidihkannya dalam panci, menggunakan microwave atau alat pemanas lainnya, kecuali yang memang didesain untuk memanaskan botol berisi simpanan ASI.
  • 44. 33 c. Ibu tentunya mengetahui berapa banyak ASI yang biasanya diminum oleh bayi ibu sesuaikan lah jumlah susu yang dipanaskan dengan kebiasaan tersebut. Misalnya, dalam satu botol ibu menyimpan sebanyak 180 cc ASI, tetapi bayi ibu biasanya hanya meminum 80 cc, jangan langsung dipanaskan semua karena susu yang sudah dipanaskan tidak bisa disimpan lagi Tabel 2.2 penyimpanan ASI. ASI Suhu ruang Lemari se Freezer Setelah diperas 6-8jam (kurang lebih 260 C 3-5hari (kurang lebih 40 C 2minggu freezer jadi 1 dengan refrigeration 3 bln dengan pintu sendiri 6-12bln(+- 180 C) Dari freezer, disimpan dilemari es (tidak dihangatkan) 4 jam atau kurang (minum berikutnya) 24 jam Jangan dibekukan ulang Dikeluarkan dari lemari Langsung diberikan 4 jam / minum Jangan dibekukan
  • 45. 34 es berikutnya ulang Sisa minum bayi Minum berikutnya Buang Buang (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.27-28) 9. Cara Menyusui Yang Benar Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. a. Pembentukan dan persiapan ASI. Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak, serta bekembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. b. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan sebagai berikut : 1). Membersihkan puting susu dengan air atau minyak sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk. 2). Puting susu ditarik-tarik setiap mandi sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. 3). Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi. c. Posisi dan Perlekatan Menyusui
  • 46. 35 Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. d. Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut : 1). Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai. 2). Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur/ kursi ibu harus merasa rileks. 3). Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. 4). Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusu: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu. 5). Ibu menyentuhkan puting susunya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
  • 47. 36 kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. 6). Pastikan bahwa sebagian besar areola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat kepayudara ibu dan hidungnya manyentuh bagian atas payudara. 7). Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan dagunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi kedada ibu sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi dengan badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar. 8). Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara memasukkan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara. 9). Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. e. Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
  • 48. 37 Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut. 1). Bayi tampak tenang. 2). Badan bayi menempel pada perut ibu. 3). Mulut bayi terbuka lebar. 4). Dagu bayi menempel pada payudara ibu. 5). Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk. 6). Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu. 7). Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola (tidak hanya puting saja). 8). Lidah bayi menopang puting dan areola bagian bawah. 9). Bibir bawah bayi melengkung keluar. 10). Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan. 11). Puting susu tidak terasa nyeri. 12). Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
  • 49. 38 13). Kepala bayi agak menengadah. 14). Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang disertai dengan berhenti sesaat (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.32-35). b. Masalah Dalam pemberian ASI Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap masalah pada anak saja. a. Puting Susu Lecet (Abraded and or cracked nipple) Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembentukan celah-celah. beberapa penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut. 1). Teknik menyusui yang tidak benar. 2). Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu. 3). Moniliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu. 4). Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue). 5). Cara menghentikan menyusui yang kurang tepat.
  • 50. 39 Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi puting susu lecet adalah sebagai berikut. a) Cari penyebab puting lecet. b) Selama puting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak di anjurkan menggunakan pompa karena nyeri atau bayi disusukan lebih dulu pada puting susu yang normal atau lecetnya sedikit. c) Olesi puting dengan ASI akhir (hind milk), tidak menggunakan sabun, krim, alkohol ataupun zat iritan lain saat membersihkan payudara. d) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam) e) Puting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. f) Cuci payudara sekali sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan sabun. g) Posisi menyusui harus benar, bayi menyusu sampai ke kalang payudara dan
  • 51. 40 susukan secara bergantian di antara kedua payudara. h) Keluarkan sedikit ASI dan oleskan ke puting yang lecet dan biarkan kering i) Pergunakan bra yang menyangga. j) Bila terasa sangat sakit boleh minum obat pengurang rasa sakit k) Jika penyebabnya monilia, diberi pengobatan dengan tablet Nystatin. b. Puting melesak (masuk ke dalam) Jika puting susu melesak diketahui sejak hamil, hendaknya puting susu ditari-tarik dengan menggunakan minyak kelapa setiap mandi 2-3 kali sehari. Jika puting susu melesak diketahui setelah melahirkan, dapat dibantu dengan tudung puting (nipple hoot) (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.37-40). c. Payudara Bengkak Sebelumnya, kita perlu membedakan antara payudara penuh karena berisi ASI dengan payudara bengkak. Pada payudara penuh, gejala yang dirasakan pasien adalah rasa berat payudara, panas, dan keras, sedangkan pada payudara bengkak, akan terlihat payudara udem, pasien
  • 52. 41 merasakan sakit, puting susu kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, ASI tidak akan keluar bila diperiksa atau diisap, dan badan demam setelah 24 jam (Sulistyawati, 2009; h.33). d. Bendungan ASI Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan puting susu (misalnya puting susu datar, terbenam, dan cekung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010; h.345). e. Abses Payudara (mastitis) Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak terkadang diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Pada bagian dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
  • 53. 42 1) Kompres hangat/panas dan pemijatan. 2) Rangsangan oksitosin, dimulai pada payudara yang tidak sakit yaitu stimulasi putting susu, pijat leher punggung, dll. 3) Pemberian antibiotic; Flucloxacilin atau erythromycin selama 7-10 hari. 4) Bila perlu bisa diberikan istirahat total dan obat untuk penghilang rasa nyeri. 5) Kalau terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.41). 2.1.1.8 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas 1. Uterus Pada uterus terjadi proses involusi. proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut : a. Iskemia miometrium Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot-atrofi. b. Autolisis Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterus. enzim proteolitik akan memendekkan
  • 54. 43 jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron. c. Efek oksitosin Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelvis.
  • 55. 44 Tabel 2.3 Involusi uterus Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus (gr) Diameter bekas melekat plasenta (cm) Keadaan Serviks Bayi lahir Setinggi pusat 1000 Uri lahir 2 jari dibawah pusat 750 12,5 Lembek Satu minggu Pertengahan pusat dan simpisis 500 7,5 Beberapa hari setelah postpartum dapat dilalui 2 jari. Akhir minggu pertama dapat dimasuki 1 jari. Dua minggu Tak teraba diatas simpisis 350 3-4 Enam minggu Bertambah kecil 50-60 1-2 Delapan minggu Sebesar normal 30 2. Perubahan ligamen Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. 3. Lokia Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/ alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lokia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Sekret mikroskopik lokia
  • 56. 45 terdiri atas eritrosit, peluruhan desidua, sel epitel, dan bakteri. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya sebagai berikut. a. Lokia rubra/ merah (kruenta) Lokia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/ luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokia ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum, dan sisa darah. b. Lokia sanguinolenta Lokia ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah pengeluarannya pada hari ke 3–5 hari post partum. c. Lokia serosa Lokia serosa ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum warnanya kekuningan atau kecoklatan. lokia ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta. d. Lokia alba Lokia alba ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih
  • 57. 46 banyak mengandung leokosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. 4. Perubahan pada vagina dan perineum Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. vagiana yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil selama 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali sekitar minggu keempat, walaupun tidak akan menonjol pada wanita nulipara Perubahan Tanda-Tanda Vital a. Suhu badan Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5-380 C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan, dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena pembentukan ASI dan payudara menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.55-60). b. Nadi dan pernafasan
  • 58. 47 Nadi berkisar antara 60-80 denyutan permenit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia, bila terdapat takikardi dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian seperti keadaan semula. c. Tekanan darah Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009; h.61). 6. Perubahan Sistem Kardiovaskuler Selama kehamilan, volume darah normal di gunakan untuk menampung aliran darah yang meningkat, yang diperlukan oleh plasenta dan pembuluh darah uteri penarikan kembali estrogen menyebabkan diuresis yang terjadi secara cepat sehingga mengurangi volume plasma kembali pada proporsi normal 7. Perubahan Sistem Hematologi Selama minggu-minggu terakhir kehamilanan, kadar fibrinogen dan plasma, serta faktor-faktor pembekuan darah makin meningkat. pada hari pertama postpartum kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurn tetapi darah akan
  • 59. 48 mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah (Sulistyawati, 2009 ; h.82). 8. Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya, ibu akan mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi awal. Bila ini tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia. Selain konstipasi, ibu juga mengalami anoreksia akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi, serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan kurang nafsu makan. 9. Perubahan Sistem Perkemihan Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan berlansung.
  • 60. 49 Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam 12-36 jam postpartum. Kadar hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan tersebut disebut “diuresis”. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam 6 minggu. (Sulistyawati, 2009 ; h.78-79). 10. Perubahan Sistem Endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut. a. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal. b. Prolaktin Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. c. Estrogen dan Progesteron
  • 61. 50 Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Di samping itu, progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva, serta vagina. 11. Perubahan Payudara Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme fisiologi, yaitu sebagai berikut. 1. Produksi susu 2. Sekresi susu atau let down Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormon yang dihasilkan plasenta tidak ada lagi untuk menghambatnya kelenjar pituitari akan mengeluarkan prolaktin (hormon laktogenik). Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada payudara mulai bisa dirasakan. Pembuluh darah payudara menjadi bengkak terisi
  • 62. 51 darah, sehingga timbul rasa hangat, bengkak, dan sakit. Sel- sel acini yang menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap puting, refleks saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting. Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak. Refleks ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama (Saleha, 2009 ; h.58 dan 60). 2.1.1.9 Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas. Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini : a. Taking in period Terjadi pada 1-2 ari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih Mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. b. Taking hold period Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya, terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu
  • 63. 52 menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu. c. Taking go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi dirumah, ibu mulai secara penuh menerima tanggung jawab sebagai “ seorang ibu “ dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantungan pada dirinya. (Saleha, 2009; h.64). 2.1.1.10 Kebutuhan dasar ibu pada masa nifas a. Nutrisi dan cairan Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat proses penyembuhan ibu dan sangat memengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan. Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut : 1. Mengkonsumsi tambahan 500 klori setiap hari. 2. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup. 3. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari. 4. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi seitidaknya selam 40 hari pasca persalinan.
  • 64. 53 5. Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI. (Saleha, 2009; h.71-72). Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani seperti (ikan, udang, kerang, kepiting, daging ayam, hati, telur, susu, dan keju) dan protein nabati (kacang tanah, kacang merah, kacang hijau, kedelai, tahu, dan tampe). Sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air), ibu menyusui minum air sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali habis menyusui). Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperoleh dari semua-semua jenis sayuran dan buah-buahan segar. Ibu menyusui membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan gigi anak, sumbernya: susu dan keju (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.98-100). b. Ambulasi Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak bergerak karena masih letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu menguatkan otot-otot perut dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan otot dasar panggul
  • 65. 54 sehingga mencegah atau memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh (Rukiyah, et. all.2011; h. 76). c. Eliminasi 1. Buang air kecil Ibu di minta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum. Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan keteterisasi. 2. Buang air besar Ibu post partum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua postpartum. d. Personal Higiene Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencenggah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga. (Saleha, 2009; h.73). e. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. (Ambarwati dan wulandari, 2009 ; h. 136) Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:
  • 66. 55 1) Mengurangi jumlah ASI 2) Memperlambat ivolusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan 3) Depresi (Suherni, et. all, 2009; h.104-105). f. Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. g. Keluarga berencana Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara
  • 67. 56 mengajarkan kehamilan yang tidak diinginkan (Rukiyah, et. all. 2011; h.80). 2.1.1.11Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas Dan Penanganannya. 1. Perdarahan per vagina Perdarahan per vagina/ perdarahan post partum/post partum hemorargi/ hemorargi post partum/ PPH adalah kehilangan darah sebanyak 500cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan. a. Hemorargi post partum primer adalah mencakup semua kejadian perdarahan dalam 24 jam setelah kelahiran. Penyebab 1). Uterus atonik (terjadi karena misalnya : placenta atau selaput ketuban tertahan) 2). Trauma genital (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat penatalaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang menggunakan pralatan termasuk section caesaria, episiotomy) 1) Koagulasi intravascular diseminata. 2) Inversio uteri. b. Hemorargi post partum sekunder adalah mencakup semua kejadian hemorargi post partum yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu masa post partum. Penyebab
  • 68. 57 1) Fragmen placenta atau selaput ketuban tertahan. 2) Pelepasan jaringan mati setelah persalinan macet (dapat terjadi di serviks, vagina, kandung kemih, rectum). 3) Terbukanya luka pada uterus (setelah section caesaria, ruptur uterus). 2. Infeksi Masa Nifas a. Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia yang terjadi pada setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini: 1) Nyeri pelvik. 2) Demam 38,5 0C atau lebih. 3) Rabas vagina yang abnormal. 4) Rabas vagina yang berbau busuk. 5) Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus. Bakteri penyebab sepsis puerperalis. 1). Streptokokus. 2). Stafilokokus. 3). E. Coli. 4). Clostridium tetani. 5). Clostridium welchi. 6). Clamidia dan gonocokus.
  • 69. 58 b. Bakteri endogen Bakteri ini secara normal hidup di vagina dan rectum tanpa menimbulkan bahaya, bahkan jika tehnik steril sudah digunakan untuk persalinan, infeksi masih dapat membahayakan dan mendeteksi dini komplikasi masa nifas dan penanganannya. c. Bakteri eksogen Bakteri ini masuk ke dalam vagina dari luar (streptokokus, klostridium tetani dll). Bakteri eksogen masuk kedalam vagina: 1) Melalui tangan yang tidak bersih dan instrument yang tidak steril. 2) Melalui substansi/ benda asing yang masuk ke dalam vagina (misal ramuan/ jamu, minyak, kain). 3) Melalui aktivitas seksual. (Suherni, et. all, 2009; h.128 dan 132). 2.1.2 Bendungan ASI 2.1.2.1 Pengertian Bendungan ASI Bendungan Air Susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan. Bendungan ASI dapat terjadi karena adanya penyempitan duktus laktiferus pada payudara ibu dan dapat
  • 70. 59 terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (misalnya putting susu datar, terbenam dan cekung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010 ; h. 345). Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke- 2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi asi susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik, dan dapat pula karena adanya pembantasan waktu menyusu (Prawirohardjo, 2011 ; h. 652). 2.1.2.2 Patofisiologis Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesterone turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormone ini menyebabkan alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu (Rukiyah dan yuliyanti, 2012; h.22).
  • 71. 60 2.1.2.3 Faktor-faktor penyebab Bendungan ASI 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya berlebihan, apabila bayi sudah kenyang dan selesai menyusu, dan payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI didalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan bendungan ASI). 2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (pada masa laktasi, bila ibu tidak menyusukan bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif menghisap, maka akan menimbulkan bendungan ASI). 3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (teknik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat bayi menyusu. Akibatnya ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan ASI). 4. Puting susu terbenam (puting susu terbenam akan menyulitkan bayi dalam menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI). 5. Puting susu terlalu panjang (puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan meransang sinus laktiferus
  • 72. 61 untuk megeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI) 2.1.2.4 Tanda dan gejala bendungan ASI Ditandainya dengan: mamma panas serta keras pada perabaan dan nyeri, putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, pengeluaran susu kadang terhalang oleh duktuli laktiferi menyempit, payudara bengkak, keras, panas. Nyeri bila ditekan, warnanya kemerahan suhu tubuh sampai 380 C. 2.1.2.5 Diagnosis Bendungan ASI. Pemeriksaan fisik payudara, pada pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan sangat teliti dan tidak boleh kasar dan keras. Pertama lakukan dengan cara inspeksi (periksa pandang), hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan disamping dan sesudah itu dengan tangan keatas, selagi pasien duduk. Kemudian lakukan palpasi (periksa raba), ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus ke bagian lateral. Palpasi ini harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila belakang, dan dari subklavikular kearah paling distal. Setelah palpasi payudara selesai, dimulai dengan palpasi aksila dan supraklivikular.
  • 73. 62 2.1.2.6 Penanganan bendungan ASI 1. Penanganan yang dilakukan yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak, susukan bayi segera setelah lahir, susukan bayi tanpa jadwal, keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI. 2. Laksanakan perawatan payudara setelah melahirkan, untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kiri dan kanan, untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting susu berikan kompres sebelum menyusui, untuk mengurangi bendungan di vena dan pembuluh getah bening dalam payudara lakukan pengerutan yang dimulai dari putting kearah korpus mamae, ibu harus rileks, pijat leher dan punggung belakang. Perawatan payudara, payudara merupakan sumber yang akan menjadi makanan utama bagi anak. Karena itu jauh sebelumnya harus memakai BH yang sesuai dengan pembesaran payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah suspension bukan menekan dari depan (Rukiyah dan yulianti, 2010; h.346 - 348).
  • 74. 63 2.2 Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan 2.2.1 Pengertian manajemen asuhan kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberika asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen varney dalam buku varney’s midwifery, edisi ketiga tahun 1997; menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008; h. 96). 2.2.2 Langkah manajemen menurut Helen varney. 2.2.2.1 Pengkajian (Pengumpulan data dasar) Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
  • 75. 64 1. Data Subyektif a. Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan. b. Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas. c. Agama Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa. d. Suku/ bangsa Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari- hari. e. Pendidikan Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
  • 76. 65 f. Pekerjaan Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut g. Alamat Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. h. Keluhan utama dikaji untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum. i. Riwayat kesehatan 1) Riwayat kesehatan yang lalu Data yang di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas ini. 2) Riwayat kesehatan Sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
  • 77. 66 3) Riwayat kesehatan Keluarga Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu bila ada penyakit keluarga yang menyertainya. j. Riwayat Perkawinan Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas. k. Riwayat obstetri 1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu. 2) Riwayat persalinan sekarang Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini.
  • 78. 67 l. Riwayat KB Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa. (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.131-134). m.Pola kebutuhan Sehari-hari Nutrisi Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein, dan banyak mengandung cairan (Saleha, 2009 ; h.71). n. Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah. o. Istirahat Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur. Istirahat sangat penting bagi
  • 79. 68 ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan. p. Personal Hygine Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea. (Ambarwati dan wulandari, 2009; h.136-137). 2. Data Objektif. a. Tanda-tanda Vital 1) Tekanan darah Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan terjadinya preeklamsia postpartum. (Dewi dan Sunarsih, 2011; h.60). 2) Suhu badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. sesudah partus dapat naik kurang dari 0,5 °C dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu ibu lebih dari 38
  • 80. 69 derajat celsius, mungkin terjadi infeksi pada klien. 3) Nadi dan pernafasan Nadi berkisar antara 60-80 denyutan per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada vitium kordis pada penderita. (Saleha, 2009; h.61). b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki Menjelaskan pemeriksaan fisik 1. Keadaan buah dada dan putting susu - Simetris/ tidak - Konsistensi, ada pembengkakan/ tidak - Putting menonjol/tidak, lecet/tidak 2. Keadaan abdomen - Uterus: Normal : - Kokoh, berkontraksi baik - Tidak berada diatas ketinggian fundal saat masa nifas segera Abnormal : - Lembek
  • 81. 70 - Diatas ketinggian fundal saat masa post partum segera Kandung kemih : bisa buang air/ tak bisa buang air 3. Keadaan genitalia - Lochea : Normal : - Merah hitam (lochia rubra) - Bau biasa - Tidak ada bekuan darah atau butir-butir darah beku (ukuran jeruk kecil) - Jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam) Abnormal : - Merah terang - Bau busuk - Mengeluarkan darah beku - Perdarahan berat (memerlukan penggantian pembalut setiap 0-2 jam) - Keadaan perineum : oedema, hematoma, bekas luka episiotomi/ robekan, hecting - Keadaan anus : hemorrhoid - Keadaan ekstremitas
  • 82. 71 - varices - oedema - reflex patella (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.139-141). 2.2.2.2 Interpretasi data dasar (langkah II) a. Diagnosa Kebidanan Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis masalah keduanya harus ditangani. meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan (Soepardan, 2007; h.99). Diagnosa dapat ditegakkan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas. Data dasar meliputi: 1. Data Subjektif Pernyataan ibu tentang jumlah persalinan, apakah pernah abortus atau tidak, keterangan ibu tentang umur, keterangan ibu tentang keluhannya.
  • 83. 72 2. Data Objektif Palpasi tentang tinggi fundus uteri dan kontraksi, hasil pemeriksaan tentang pengeluaran pervaginam, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital b. Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2009; h.141-142). c. Kebutuhan pasien Dalam bagian ini bidan menentukan kebutuhan pasien berdasarkan keadaan dan masalahnya (Sulistyawati dan Nugraheny, 2010; h.229). 2.2.2.3 Diagnosa potensial Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini. 2.2.2.4 Antisipasi masalah Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan
  • 84. 73 segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. 2.2.2.4 Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang terjadi berikutnya. 2.2.2.5 Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisiens dan aman (Ambarwati dan wulandari, 2009; h.142-145). 2.2.2.6 Evaluasi Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang
  • 85. 74 sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. (Ambarwati dan wulandari, 2009; h.147). 2.3 Landasan Hukum Kewenangan Bidan Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi: 2.3.1 Kewenangan normal Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi : 2.3.1.1 Pelayanan kesehatan ibu a. Ruang lingkup : 1. Pelayanan konseling pada masa pra hamil 2. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal 3. Pelayanan persalinan normal 4. Pelayanan ibu nifas normal 5. Pelayanan ibu menyusui 6. Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan b. Kewenangan : 1. Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan II 2. Penangan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
  • 86. 75 3. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil 4. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini (IMD) dan promosi air susu (ASI) eksklusif 5. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum 6. Penyuluhan dan konseling 7. Bimbingan pada kelompok ibu hamil 8. Pemberian surat keterangan kematian 9. Pemberian surat keterangan cuti bersalin 2.3.1.2 Pelayanan kesehatan anak a. Ruang lingkup : 1. Pelayanan bayi baru lahir 2. Pelayanan bayi 3. Pelayanan anak balita 4. Pelayanan anak pra sekolah b. Kewenangan 1. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini (IMD), injeksi vitamin K1 Perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat
  • 87. 76 2. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk 3. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan 4. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah 5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah 6. Pemberian konseling dan penyuluhan 7. Pemberian surat keterangan kelahiran 8. Pemberian surat keterangan kematian. 2.3.1.3 Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan : a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program pemerintahan mendapatkan kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi : 1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit
  • 88. 77 2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah suoervisi dokter) 3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan 4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan 5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah 6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunits 7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya 8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi 9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakam program pemerintah Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan
  • 89. 78 penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut. Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau keluruhan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter (Admin, 2011) 2.4 Kompetensi bidan dalam masa nifas Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi pada ibu nifas dan menyusui dan tanggap terhadap budaya setempat. 2.4.1 Pengetahuan dasar 2.4.1.1 Fisiologi nifas 2.4.1.2 Proses involusi dan penyembuhan sesudah persalinan/ abortus. 2.4.1.3 Proses laktasi/ menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi, termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk.
  • 90. 79 2.4.1.4 Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktvitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. 2.4.1.5 Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 2.4.1.6 Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 2.4.1.7 Bonding dan attachement orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif. 2.4.1.8 Indikator subinvolusi, misalnya perdarahan yang terus menerus, infeksi. 2.4.1.9 Indikator masalah-masalah laktasi. 2.4.1.10 Tanda dan gejala yang mengancam kehidupan misalnya perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, renjatan, dan preeklamsia postpartum. 2.4.1.11 Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode postpartum, seperti anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine dan inkontinensia fekal. 2.4.1.12 Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus. 2.4.1.13 Tanda dan gejala komplikasi abortus. 2.4.2 Keterampilan dasar 2.4.2.1 Mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang terfokus, termasuk keterangan rinci tentang kehemilan, persalinan, dan kelahiran. 2.4.2.2 Melaksanakan pemeriksaan fisik yang terfokus pada ibu.
  • 91. 80 2.4.2.3 Pengkajian involusi uterus serta penyembuhan perlukaan/ luka jahitan. 2.4.2.4 Merumuskan diagnosis masa nifas. 2.4.2.5 Menyusun perencanaan. 2.4.2.6 Memulai dan mendukung pemberian ASI eksklusif. 2.4.2.7 Melaksanakan pendidikan kesehatan pada ibu yang meliputi perawatan diri sendiri, istirahat, nutrisi, dan asuhan bayi baru lahir. 2.4.2.8 Mengidentifikasikan hematoma vulva dan melaksanaan rujukan, jika perlu. 2.4.2.9 Mengidentifikasikan infeksi pada ibu, mengobati sesuai kewenangan, atau merujuk untuk tindakan yang sesuai. 2.4.9.10 Penatalaksanaan ibu postpartum abnormal : sisa plasenta, rejatan, dan infeksi ringan. 2.4.9.11 Melakukan konseling pada ibu tentang seksualitas dan KB pascapersalinan. 2.4.9.12 Melakukan konseling dan memberikan dukungan untuk wanita pascaaborsi. 2.4.9.13 Melakukan kolaborasi atau rujukan pada komplikasi tertentu. 2.4.9.14 Memberikan antibiotik yang sesuai. 2.4.9.15 Mencatat dan mendokumentasikan temuan-temuan serta intervensi yang dilakukan.
  • 92. 81 2.4.3 Keterampilan tambahan Melakukan insisi pada hematoma vulva. (Soepardan, 2007; h.65-67 ).
  • 93. 82 BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS TERHADAP NY. S UMUR 27 TAHUN P1A0 2 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPS MARTINI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015 Nama mahasiswa : Fertika Mayang Sari NIM : 201207020 Tanggal : 27 April 2015 Jam : 10.00 WIB 3.1 Pengkajian A. Data Subjektif 1. Identitas Pasien Istri Suami Nama : Ny. S Tn. D Umur : 27 Tahun 24 Tahun Agama : Islam Islam Suku Bangsa : Jawa Jawa Pendidikan : D3 komputer S1 S.pd Pekerjaan : K.Swasta Guru Alamat : Jl. Haji Komar Rudin Gang Senen No46 Bandar Lampung.
  • 94. 83 2. Keluhan utama : Ibu mengatakan payudaranya sebelah kanan bengkak, terasa nyeri saat menyusui dan puting susu ibu tenggelam. 3. Riwayat kesehatan a. Riwayat penyulit yang pernah / sedang diderita 1) Jantung : Tidak ada 2) Hipertensi : Tidak ada 3) Diabetes : Tidak ada 4) Asma : Tidak ada 5) Hepar : Tidak ada 6) Anemia berat : Tidak ada 7) PMS dan HIV/ AIDS : Tidak ada b. Prilaku kesehatan 1) Penggunaa alkohol : Tidak ada 2) Pengkonsumsi jamu : Tidak ada 3) Merokok : Tidak ada c. Riwayat kesehatan keluarga 1) Hipertensi : Tidak ada 2) Diabetes : Tidak ada 3) Asma : Tidak ada 4) Jantung : Tidak ada d. Riwayat obstetri 1) Riwayat menstruasi a) Menarche : 14 tahun b) Siklus : 30 hari
  • 95. 84 c) Lamanya : 6 - 7 hari d) Dismenorea : Tidak ada e) Sifat darah : sedikit bergumpal. f) Banyaknya : 4 kali ganti pembalut/ hari g) Keputihan : Tidak ada 2). Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas saat ini. N o Tanggal persalinan Tempat persalinan Umur Kehamilan Jenis persalinan Penol ong Penyulit Keadaan Ket Nifas Anak 1 25-04-2015 BPS Martini 39 minggu spontan bidan Tidak ada Baik Baik a) Riwayat persalinan sekarang Jenis persalinan : Spontan Tanggal : 25 April 2015 Jam : 11.00 wib Jenis Kelamin : Perempuan Panjang Badan : 49 cm Berat Badan : 2500 gr Keadaan Bayi : Baik b) Riwayat KB Ibu sebelumnya tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
  • 96. 85 c) Pola kebutuhan sehari-hari 1) Nutrisi a) Selama nifas (1) Menu : Nasi dengan lauk pauk (tempe, tahu, telur), sayuran (bayem, katu), buah – buahan (2) Frekuensi : 3 x sehari secara teratur (3) Jumlah per hari : Sesuai kebutuhan, 1 porsi (4) Pantangan : Tidak ada (5) Minum : Air putih 8-9 gelas kecil sehari (6) Vitamin : Tidak mengkonsumsi 2) Pola eliminasi a) Selama nifas BAK : 3 – 4 kali, BAB : 1 kali sehari 3) Pola istirahat dan tidur a) Malam : 4-5 jam b) Siang : 1 jam 4) Pola aktivitas sehari – hari : IRT 5) Personal hygiene Mandi : 2 kali sehari Mengganti pembalut : 3-4 kali per hari.
  • 97. 86 Mengganti celana dalam : 3x sehari 6) Riwayat psikososial a) Kehamilan saat ini direncanakan : Ya b) Status perkawinan : Syah 7) Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan dan nifas : tidak ada 8) Riwayat spiritual Ibu mengatakan selama masa nifas ini belum menjalankan ibadah . B. Data objektif 1. Pemeriksaan Umum Keadaan umum : Baik Keadaan emosional : Stabil Kesadaran : Compos mentis Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg Pernapasan : 23 x/menit Nadi : 88 x/menit Suhu : 38,0 ºC 2. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) a. Kepala Warna Rambut : Hitam Ketombe : Tidak ada Benjolan : Tidak ada Nyeri Tekan : Tidak ada
  • 98. 87 b. Wajah Cloasma : Tidak ada Pucat :Tidak ada Edema :Tidak ada c. Mata Simetris : Ya, kiri dan kanan Kelopak Mata : Tidak ada oedema Konjungtiva : Merah muda Sklera : Putih d. Hidung Simetris :Ya, kiri dan kanan Polip : Tidak ada Kebersihan : Bersih, tidak ada sekret e. Mulut Bibir : Lembab Stomatitis : Tidak Gusi : Tidak ada pembengkakan Gigi : Tidak ada caries f. Telinga Simetris : Ya, kiri dan kanan Gangguan Pendengaran : Tidak Ada g. Leher Pembesaran Kelenjar Tyroid: Tidak ada Pembesaran Kelanjar Limfe : Tidak ada
  • 99. 88 h. Dada Retraksi Dinding Dada : Tidak ada Bunyi Mengi Dan Ronchi : Tidak ada i. Payudara Simetris : Tidak Pembesaran : Terdapat pembengkakan sebelah kanan. Puting Susu : Tenggelam Hiperpigmentasi : Ada disekitar areola mamae Benjolan : Tidak ada Konsistensi : Keras dan teraba panas Pengeluaran : Ada sedikit kolostrum j. Punggung Dan Pinggang Simetris : Ya Nyeri Ketuk : tidak ada Oedema : tidak ada k. Abdomen Pembesaran : Normal Konsistensi : Keras Kandung Kemih : Kosong Uterus : 3 jari dibawah pusat l. Anogenital Perineum : Tidak ada luka jahitan Pengeluaran Pervaginam : Lochea Rubra
  • 100. 89 Anus : Tidak terdapat hemoroid 3. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium HB : Tidak Dilakukan Pemeriksaan Protein Urine : Tidak Dilakukan Pemeriksaan Glukosa Urina : Tidak Dilakukan Pemeriksaan Golongan Darah : Tidak Dilakukan Pemeriksaan 4. Data Penunjang a. Riwayat Persalinan Sekarang Tempat Melahirkan : BPS Martini Penolong : Bidan Jenis Persalinan : Normal Pervaginam Lama Persalinan : Kala I : 9 Jam Kala II : 30 Menit Kala III : 5 Menit Kala IV : 2 Jam Lamanya : 11 Jam 35 menit Plasenta : Lahir Spontan Perenium :Tidak terdapat luka jahitan b. Bayi Lahir tanggal : 25- 05- 2015, pukul 11.00 WIB Berat badan : 2500 gram Panjang badan : 49 cm Jenis kelamin : Perempuan
  • 101. 90 Cacat bawaan : Tidak ada Masa gestasi : 39 minggu
  • 102. 91 TABEL 3.1 MATRIKS Tgl/Jam Pengkajian Interpretasi Data (Diagnose Masalah Dan Kebutuhan) DX Potensial/ Masalah Potensial Antisipasi/T indakanSeg era Interfensi Implementasi Evaluasi 27 April 2015, pukul 10.00 wib DS: a. Ibu mengatak an bengkak pada payudara sebelah kanan dan puting susu tenggela m disertai nyeri pada saat menyusui . DO: Keadaan umum: Baik Keadaan emosional: Stabil Kesadaran: Compos mentis TTV, TD: Dx : Ny.S usia 27 tahun P1A0 2 hari post partum dengan bendungan ASI Dasar a.Ibu mengatakan ini persalinan yang pertama dan belum pernah keguguran. b.Ibu mengatakan melahirkan tanggal 25April 2015 pkl 11.00 WIB c.Ibu mengatakan bengkak pada payudara sebelah kanan dan puting susu Payudara bengkak 1.Perawatan payudara 2.Teknik menyusui yang benar 1. Beritahu hasil pemeriksaan 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa ibu dalam keadaan baik, dengan hasil pemeriksaan yaituTTV, TD: 110/70 mmhg, N: 88 x/menit, RR: 23 x/menit, S: 38,0°C payudara : Simetris: tidak, pembesaran: terdapat pembengkakan sebelah kanan, puting susu: tenggelam, hiperpigmentasi: ada disekitar areola mamae, benjolan: tidak ada, konsistensi: keras, pengeluaran: ada sedikit kolostrum. Abdomen Pembesaran: normal, konsistensi: keras, kandung kemih: kosong, TFU: 3 jari dibawah pusat. Anogenital Perineum: tidak ada luka jahitan, pengeluaran pervaginam: lochea 1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
  • 103. 92 110/70 mmhg,N: 88 x/menit, RR: 23 x/menit, S: 38,0°C Payudara: Simetris: tidak, pembesaran: terdapat pembengkak an sebelah kanan, puting susu: tenggelam, hiperpigmen tasi: ada disekitar areola mamae, benjolan: tidak ada, konsistensi: keras, pengeluaran: kolestrum Abdomen Pembesaran: normal, konsistensi: keras, kandung kemih: kosong, TFU: 3 jari dibawah tenggelam disertai nyeri pada saat menyusui. Masalah: bendungan ASI Kebutuhan : 1. Perawatan payudara 2. Teknik menyusui yang benar 2. Beritahu ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan 3. Lakukan dan ajarkan kepada ibu cara perawatan Rubra, anus: tidak terdapat hemoroid. 2. Memberitahu ibu mengenai keluhan yang ibu rasakan bahwa ibu mengalami bendungan ASI yaitu terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena yang diakibatkan dari beberapa faktor: a. pengosongan payudara yang tidak sempurna, b. hisap bayi yang tidak aktif, c. faktor menyusui bayi yang tidak benar, puting susu tenggelam d. puting susu terlalu panjang. Ini merupakan masalah yang tidak berbahaya bagi ibu namun jika tidak ditangani akan menyebabkan infeksi pada payudara. 3. Melakukan dan mengajarkan kepada ibu cara perawatan payudara yaitu: a. Pengurutan pertama 2. Ibu mengerti tentang keluhan yang dirasakan 3. Ibu mengerti dan paham mengenai perawatan payudara.
  • 104. 93 pusat. Anogenital Perineum: tidak ada luka jahitan, pengeluaran pervaginam: lochea Rubra, anus: tidak terdapat hemoroid. payudara. :licinkan kedua tangan dengan minyak, tempatkan kedua tangan diantara kedua payudara, pengurutan dilakukan dimulai kearah atas lalu telapak tangan kanan kearah sisi kiri dan telapak tangan kiri kearah sisi kanan. b. Pengurutan kedua : sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada putting susu. c. Pengurutan ketiga : sokong payudara kiri dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya mengurut dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah putting susu lalukan sekitar 30 kali. d. Pengompresan : kompres payudara
  • 105. 94 4. Beritahu ibu mengenai teknik menyusui dengan handuk kecil hangat selama 2 menit, lalu ganti dengan air dingin. Kompres bergantian selama 3 kali dan akhiri dengan kompres air hangat. e. Pengosongan ASI : pengosongan ini dimaksudkan untuk mencegah pembendungan ASI, keluarkan air susu dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk kira – kira 2 sampai 3 cm dari puting susu tampung ASI yang keluar dengan cangkir besar lalu simpan ASI di dalam lemari es kurang lebih 4 0C dapat digunakan 3-5hari jika ASI beku tidak boleh dimasak/ dipanaskan, hanya dihangatkan dengan merendam dalam air hangat. 4. Memberitahu ibu mengenai teknik menyusui yang benar seperti: 4. Ibu mengetahui teknik menyusui yang yang benar
  • 106. 95 yang benar a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai. b. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak ditempat tidur /kursi ibu harus merasa rileks. c. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), . muka bayi menghadap kepayudara ibu, hidung bayi didepan putting susu ibu, posisi bayi harus sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. d. Ibu mendekatkan bayi ketubuhnya (muka bayi kepayudara ibu) dan mengamati bayi yang siap menyusui: membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan payudara ibu.