5. COMMUNICATION
FOUCAULT Bahasa – Power - Hubungan Kekuasaan
GIDDENS Jejaring Sosial – Hidup Berdampingan
HABERMAS Penguraian Dominasi
6. COMMUNICATIVE RATIONALITY
Communicative Action
• Berorientasi pada kesepahaman
diantara subjek yang saling
berkomunikasi
• Alat koordinasi tindakan melalui
diskusi
• Alat bersosialisasi sesama anggota
komunitas (masyarakat)
Communicative Rationality
• Bebas dari dominasi,
• Bebas dari strategi salah satu actor
terlibat,
• Bebas dari kecurangan,
• Tidak ada larangan dalam berpartisipasi,
• Seluruh actor berkompeten dalam
berargumen maupun melakukan kritik
terhadap argument lainnya.
Sumber: Dryzek 1990 dalam Almendinger, 2009
Communicative
Rationality
Representative
Democracy
Legitimizing existing
power
Sumber: Almendinger, 2009
8. Latar Belakang
• Konsep dasar Perencanaan adalah Rasionalitas
• Perencanaan adalah Menyusun tindakan untuk masa
depan
• Pengertian Perencanaan berkembang sesuai masanya
• Paradigma Perencanaan bergeser ke arah Perencanaan
berbasis Komunikasi
9. Latar Belakang
• Perubahan pendekatan konsep perencanaan
• Konsep Davidoff (advocacy planning)
• Konsep Friedman (Perencanaan Transaktif)
• Konsep Healey (Interpretatif berlandaskan rasionalitas
komunikatif)
• Perencanaan Argumentatif, Perencanaan Komunikatif
dan Perencanaan Interpretatif
10. Perencanaan Kolaboratif (Healey)
• Proses Pembuatan Keputusan melibatkan berbagai
stakeholder dengan sudut pandangnya masing-masing
untuk menghasilkan konsensus
• Rasionalitas Komunikatif
• Dapat memecahkan permasalahan yang melibatkan multi
stakeholder
• Tidak terbatas tempat dan Waktu
11. Perencanaan Kolaboratif (Judith E. Innes)
• Kolaborasi adalah satu-satunya cara untuk memecahkan
masalah
• Dialog yang otentik adalah inti dari Perencanaan
Kolaboratif
• 4 Syarat Dialog Otentik menurut : Habermas, 1981; Fox and
Miller, 1996
• 6 Hal Penting dalam dialog kolaboratif
12. Keunggulan dan Keterbatasan
Perencanaan Kolaboratif
• Bermanfaat untuk memecahkan masalah Makro dan
Mezzo
• Membutuhkan waktu yang lama
• Kepastian rendah dan kurangnya komitmen
• Hasil Keputusan mungkin bukan yang terbaik
• Inbalace stakeholder
14. Perbandingan Perencanaan Transaktif, Komunikatif,
Partisipatif, Konsensus dan Kolaboratif
Dimensi
Transaktif Komunikatif Partisipatif Konsensus Kolaboratif
Partisipasi
Ekstensif Ekstensif Ekstensif Ekstensif Ekstensif
Subjek
Komunikasi
intersubjektif intersubjektif intersubjektif intersubjektif intersubjektif
Perencanaan
Negosiator, Fasilitator Negosiator, Fasilitator Mediator Negosiator, Fasilitator Negosiator, Fasilitator
Penekanan
Utama
Logika Komunikasi Logika Komunikasi Logika Komunikasi Logika Komunikasi Logika Komunikasi
Kekuasaaan
Terfragmentasi atau
terbagi
Tidak dibicarakan Terfragmentasi atau
terbagi
Terfragmentasi atau
terbagi
Terfragmentasi atau
terbagi
Tipe Rencana
Hasil Dialog Hasil Komunikasi Hasil deliberasi Paket Komitmen Hasil Musyawarah
(deliberasi)
Efektivitas
Terjadinya dialog Terjadinya Komunikasi Proses partisipasi-
deliberasi
Pencapaian
kesepakatan
Pelibatan pemangku
kepentingan
Lingkup
Perencanaan
Lebih luas, Masyarakat,
Komunitas,kota, wilayah
Mikro Komunitas, kota,
wilayah
Komunitas, kota,
wilayah
Komunitas, kota,
wilayah
Perbedaan
Utama
Dialog antara
Perencana dan Klien
Mementingkan
Informasi dalam
perencanaan
Mementingkan
Deliberasi-partisipasi
Konsensus Social institution
16. PERENCANAAN KOLABORATIF PADA PENATAAN PKL
DI SURAKARTA
Membangun kepercayaan
(1)
Membangun pemahaman
bersama
(2)
Menyusun pemecahan
masalah bersama
(3)
Membangun
komitmen bersama
(4)
Sumber: Sufianti, Ely. 2013.
17. PERMASALAHAN PENERTIBAN PKL SURAKARTA
😉PARTISIPASI KESETARAAN KEKUASAAN KOMPETENSI
IDEAL REALITA IDEAL REALITA IDEAL REALITA
Keterlibatan
seluruh
pemangku
kepentingan
sehingga
tingkat
partisipasi
tinggi
Partisipasi
PKL masih
rendah, masih
sebatas
kehadiran
Aktor-aktor
terlibat
memiliki
kesempatan
yang sama
salama
berpendapat,
saling
menghargai
dan informasi
tersebar
Dipengaruhi
feodalisme,
ada dominasi
kelompok
tertentu
Para aktor
memiliki
kompetensi
dalam
berkomunikasi
dan
menguasai
substansi
PKL di
Surakarta
umumnya
memiliki
tingkat
kompetensi
yang rendah
dilihat dari
tingkat
pendidikan.
Sumber: Sufianti, Ely. 2013.
19. KESIMPULAN
Perencanaan Kolaboratif sangat bergantung kepada berjalannya
proses komunikasi. Proses ini memerlukan partisipasi tinggi,
kesetaraan kekuasaaan, dan para aktor yang kompeten.
Serangkaian tahapan tersebut terjadi melalui suatu proses dialog
tatap muka. Proses kolaboratif juga didukung oleh peran
kepemimpinan.
20. DAFTAR PUSTAKA
ü Allmendinger, P. (2001) Planning in the Post Modern Times. London: Routledge.
ü Allmendinger, P. (2002) Planning Theory. New York: Palgrave.
ü Davidoff, Paul. (1965) Advocacy and Pluralism in Planning. In Andreas Faludi (Ed.) A
Reader in Planning Theory (1973), 277-296. Oxford: Pergamon Press Ltd.
ü Innes, J.E. and Booher, D.E. (2010) Beyond Collaboration Democratic Governance for
a Resilient Society, in Planning with Complexity, An Introduction to collaborative
rationality or public policy. Oxon: Routledge.