SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Nama : Listiana Nurwati
Kelas/Angkatan : B/2010
NPM : 170410100106
Dosen : Iman Soleh,S.IP.,M.Si.
Mata Kuliah : Sistem Sosial Indonesia
Review Buku Peradaban Jawa : dinamika pranata politik, agama, dan ekonomi Jawa kuno
(Supratikno Rahardjo).
Buku ini menjelaskan bagaimana dinamika pranata-pranata yang ada di masyarakat
yang berpengaruh penting dalam perkembangan peradaban Jawa pada masa itu. Pranata-
pranata yang dianggap memiliki peran penting dalam peradaban Jawa pada masa itu
diantaranya yakni pranata politik, agama, dan ekonomi.
Selain ketiga pranata itu, sebenarnya ada lagi pranata yang biasanya dianggap cukup
penting dalam perkembangan peradaban, diantaranya yakni pranata militer dan pranata
kekerabatan. Dalam buku ini, pranata militer tidak dibahas lebih dalam karena pranata militer
ini telah dimasukkan ke dalam pranata politik, sedangkan pranata kekerabatan tidak dibahas
mendalam karena hal-hal mengenai kekerabatan masyarakat Jawa pada masa kuno tidak
terlalu diperbincangkan, sehingga datanya kurang.
Aspek khusus dari ketiga pranata utama itu dinilai sangat memiliki peran dalam
peradaban Jawa kuno. Diantaranya aspek politik yang memegang peran penting dalam segi
birokrasi, aspek ekonomi pada masa itu mengenai pertanian sawah dan perdagangan jarak
jauh, dan agama terutama Hindu dan Budha yang dalam sejarah dikatakan berhasil masuk
melalui kegiatan perdagangan.
Dalam buku ini, ketiga pranata yang dianggap utama dan penting dalam
perkembangan peradaban itu dibahas secara mendalam. Dan dinamika ketiganya diamati
secara utuh dimulai sejak peradaban Jawa tumbuh antara abad ke-8 hingga abad ke-15.
Peradaban Jawa kuno pada masa itu biasanya dibedakan ke dalam dua periode utama
berdasarkan wilayah tempat berkembang. Periode pertama yakni periode Jawa Tengah
(termasuk Yogyakarta) yang perkembangannya dinilai pesat pada saat abad ke-8 hingga abag
ke-10 masehi. Dan periode kedua dari masa peradaban Jawa kuno yakni pada periode Jawa
Timur yang perkembangannya baik sekitar abad ke-10 hingga abad ke-15 Masehi. Namun
perbedaan periode itu bukanlah suatu hal yang dapat ditarik jalur pemisahnya dengan mudah,
namun kedua periode itu dalam kenyataannya saling berhubungan satu sama lain, yang
membedakan yakni wilayah mana yang lebih baik perkembangannya sehingga memiliki
potensi untuk dijadikan tempat pemusatan kegiatan-kegiatan politik, agama dan ekonomi
dalam perkembangan peradaban Jawa.
Perkembangan peradaban Jawa tentu berdinamika. Adakalanya peradaban yang lalu
berkembang cukup pesat dan berakibat perkembangan selanjutnya mengalami perkembangan
yang pesat pula, namun tidak mustahil pula apabila peradaban baru yang menggantikan
peradaban lama dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang digantikan. Dan kemajuan
seorang manusia dalam suatu peradaban seharusnya diukur dari peningkatan semangat yang
kuat dari dalam diri individu yang kreatif. Dan setiap pranata sosial, sebagai bagian dari
peradaban, dapat berkembang dan menyusut pada zaman yang berbeda-beda, oleh faktor
yang berbeda-beda, dan dengan kecepatan yang juga berbeda-beda.
Peradaban adalah sebuah sistem yang tersusun dari sejumlah pranata sosial yang
saling berhubungan. Pranata-pranata sosial kini tidak lagi dianalisis sebagai satuan-satuan
yang terpisah. Peradaban kini dilihat sebagai suatu sistem yang tertutup, dan analisisnya
dipusatkan pada hubungan antara satu pranata dengan pranata lainnya, hal itu diperuntukan
sebagai cara mengetahui pranata apa yang cenderung menonjol pengaruhnya pada suatu
periode tertentu.
Setiap pranata memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal fungsi dan hambatan-
hambatan yang akan dihadapi pada setiap pranata. Dinamika pranata-pranata itu kemudian
berhubungan dengan kedudukan setiap individu di dalamnya. Pada Peradaban Jawa masa
kuno, Individu-individu yang tidak berkuasa kemudian hanya menjadi suatu minoritas
penguasa. Dan kelompok penguasa (elite) adalah mereka yang memutuskan segala masalah-
masalah yang bersifat nasional. Peranan kelompok elite ini tercermin dalam sifat
kepemimpinan seorang raja, atau dominasi kelompok elite yang tercermin dalam struktur
pejabat-pejabat kerajaan.
Peradaban dapat diketahui perkembangan dan keadaannya yakni dengan
ditemukannya bukti-bukti adanya kehidupan pada masa itu. Diantaranya yakni dengan
ditemukannya sisa-sisa bangunan keagamaan, monumen-monumen, tulisan-tulisan pada batu
logam dan ditemukannya bekas pemukian dan kuburan untuk memperkirakan jumlah
penduduk yang ada pada masa itu.
Selanjutnya, yakni bagaimana gejala-gejala adanya peradaban ini muncul sampai pada
akhirnya menghasilkan sebuah negara. Negara adalah bentuk organisasi sosiopolitik dengan
sistem pemerintahan yang kuat dan terpusat. Dan negara berfungsi untuk menjaga monopoli
kekuasaan yang ditandai oleh sistem hukum yang pelaksanaannya mengikuti prosedur yang
dibakukan.
Dan dengan adanya bukti candi Borobudur, dapat diduga bahwa masyarakat pada
peradaban Jawa Kuno memiliki pola hubungan antaranggota masyarakat yang bersifat
solidaritas. Pola ini ditandai oleh bentuk hubungan yang mementingkan keseragaman dan
agama yang dijadikan sebagai sumber moral dan dasar pengendalian sosial yang cenderung
bersifat menekan(represif).
Dalam buku ini, digunakan istilah peradaban, konsep peradaban digunakan untuk
mengartikan gejala-gejala budaya yang tumbuh dalam masyarakat kompleks yang memiliki
ciri adanya keragaman, ketaksetaraan, dan munculnya pranata-pranata yang bersifat nasional.
Keanekaragaman dapat muncul akibat dari perbedaan latar belakang budaya dan sifat
lingkungan asal. Ketaksetaraan mengacu pada terciptanya pengelompokan sosial yang
didasarkan atas tinggi-rendahnya kedudukan seseorang dalam suatu tatanan masyarakat.
ketaksetaraan ini ditandai dengan munculnya organisasi pemerintahan yang disusun berlapis.
Sedangkan pranata yang bersifat nasional, mengacu pada munculnya unsur-unsur
kebudayaan yang dijadikan pedoman bagi para anggota masyarakat. pranata-pranata ini
berfungsi sebagai patokan yang dijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya
pranata-pranata ini dapat dianggap sebagai penanda atau bukti penting dari munculnya
kehidupan bernegara. Pranata-pranata pokok atau utama yang menjadi penanda adanya
kehidupan bernegara pada masa Jawa Kuno yakni diantaranya ada tiga pranata, pertama
pranata politik, kedua pranata ekonomi dan ketiga yakni pranata ekonomi.
Pranata politik. Dua masalah yang biasanya dikaitkan dengan aspek politik masa Jawa
Kuno, yakni corak sistem pemerintahan dan dinamika pemerintahan. Fungsi utama pranata
politik adalah untuk mempertahankan tatanan sosial dan melindungi warganya dari gangguan
internal dan eksternal.
Sistem pemerintahannya lebih menekankan pada hubungan antara pemerintah pusat
dengan pemerintah desa. Pengaruh pemerintah pusat sampai pada tingkat tertentu jelas
mempengaruhi sistem pemerintahan desa, khususnya dalam bidang ekonomi. Sistem
perekonomian mendorong bagaimana kekuasaan birokrasi mengontrol masyarakat.
Masyarakat secara tipikal dibagi menjadi dua, yakni masyarakat lingkungan keraton dan
lingkungan petani. Dari segi politik dan agama, kedua tipe masyarakat itu tidak dapat
diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan bagi keduanya saling berhubungan.
Dinamika pemerintahan Jawa Kuno ditandai dengan perebutan kekuasaan diantara
dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra. Dan satu hal yang tidak berubah dalam hal sistem
pemerintahannya adalah tidak pernah muncul adanya sistem pemerintahan yang terpusat.
Kerajaan terbagi ke dalam sejumlah wilayah yang dipimpin oleh seorang pangeran yang
bertindak sebagai raja. Dan dinamika pemerintahan Jawa Kuno juga diwarnai dengan
berpindahnya pusat pemerintahan, khususnya dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur.
Salah satu alasan perpindahan itu adalah karena masyarakat Jawa Tengah merasa
menanggung beban besar dalam pemerintahan. Namun selain itu, banyak pula alasan-alasan
yang mengakibatkan perpindahan pusat pemerintahan Jawa Kuno pada saat itu.
Para penyelenggara pemerintahan Jawa Kuno terbagi menjadi 2 kategori, yakni para
penyelenggara di tingkat kerajaan dan para penyelenggara di tingkat desa. Dan di tingkat
kerajaan, dibagi lagi dalam 5 kategori, diantaranya ada raja, dewan pertimbangan kerajaan,
pejabat non-keagamaan, para pejabat keagamaan dan peradilan, dan pejabat-pejabat lain.
Panjang atau pendeknya masa pemerintahan seorang raja, tidak berkaitan langsung dengan
kestabilan pemerintahan.
Sifat-sifat yang secara ideal seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin agar
mendapatkan legitimasi dari para pengikutnya diantaranya adalah tindakan berprestasi
(kemampuan membagi kekayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan prestasi di bidang
kemiliteran atau di bidang keagamaan), hubungan keturunan (faktor keturunan dari raja-raja
pendahulu merupakan sumber yang paling mantap bagi seseorang untuk diterima sebagai raja
pengganti. Anak laki-laki maupun anak perempuan memiliki hak untuk menduduki tahta
kerajaan), dan kharisma (kualitas kepribadian seseorang yang dirasakan oleh pengikutnya
berbeda dari orang-orang lain pada umumnya). Ketiga faktor itu tidak dapat terpisah satu
sama lainnya.
Sebagian besar perintah dari seorang raja, disampaikan langsung kepada seseorang
atau beberapa pejabat tinggi di bawah raja, dan kemudian mereka lalu meneruskannya kepada
pemimpin desa yang menjadi sasarannya.
Dan apabila kita berbicara mengenai penegakkan hukum pada masa itu, diketahui
bahwa dalam prasasti-prasasti Jawa Kuno, masalah terpenting yang diatur adalah masalah
pajak tanah dan sengketa hak waris tanah. Tiga hal penting yang menjadi sumber hukum
pada masa Jawa Kuno, yakni hukum adat, hukum tertulis yang bersifat nasional, dan hukum
formal yang telah dikenal oleh penduduk desa. Bentuk sanksi yang dikenakan yakni ada
sanksi denda dan kutuk. Kutuk dibacakan oleh pemimpin upacara. Dan denda dilaksanakan
dalam bentuk emas. Namun, hingga kini belum ditemukan prasasti yang menjelaskan secara
rinci siapa yang menegakkan hukumnya.
Pranata agama. Dua permasalah pokok yang menjadi perhatian dalam bidang agama
Jawa Kuno, yakni identifikasi sistem pantheon, dan perkembangan ajaran agama Hindu dan
Budha. Menurut kewenangannya, para pemimpin keagamaan di lingkungan keraton dapat
dibedakan menjadi dua kelompok utama, yakni pendeta istana dan pendeta yang bekerja
sebagai pejabat kerajaan.
Sistem pantheon maksudnya adalah dimana setiap candi memiliki penggambaran
tertentu terhadap seorang dewa yang sedikit sulit menentukan dewa apa yang digambarkan
pada suatu candi. Dan candi-candi yang ada pun sulit diketahui secara persis angka tahunnya.
Perkembangan ajaran agama pada masa itu yakni mengenai ajaran agama Hindu dan
Budha. Yang keduanya menanamkan doktrin yang sama, yakni ajaran keselamatan. Selama
periode Jawa Tengah agama Budha masih menunjukkan perkembangan secara penuh. Dan
pada masa Jawa Timur, kedua agama ini (Hindu dan Budha) cenderung mengembangkan
sistem pemikiran yang saling mempengaruhi satu sama lain, khususnya tentang Ptinsip
Kebenaran Tertinggi, sehingga muncul gejala yang disebutnya sebagai koalisi ataupun
paralelisme.
Kepercayaan yang dianut masyarakat Jawa Kuno tentu memiliki suatu kebenaran
tertinggi pada setiap agama. Dan kebenaran tertinggi ini mengacu pada kepercayaan yang
menjadi inti dan melandasi setiap tindakan keagamaan. Contoh dalam agama hindu, yang
menjadi kebenaran tertingginya adalah tujuan manusia yakni kembali menyatu kepada
sumber kehidupan, dan di agama budha, kebenaran tertinggi tujuan manusia yang utama
adalah menghentikan kelahiran, karena menurut kepercayaannya, kelahiran manusia di dunia
dipandang sebagai suatu penderitaan.
Pada masa itu, tempat-tempat suci terbagi menjadi tiga tempat suci, diantaranya : jenis
pertama adalah semua bangunan suci yang diperuntukan bagi raja dan keluarganya, Jenis
kedua adalah bangunan suci yang telah dihibahkan kepada orang-orang miskin, dan yang
ketiga yakni tempat-tempat suci untuk mengasingkan diri yang letaknya jauh di dalam hutan,
di lereng gunung, di puncak bukit, atau di tepian laut. Dan telah ditunjukkan pula bahwa
kepercayaan setempat pada masa itu disamping berdatangannya penyebaran agama Hindu
maupun Budha , kegiatan pemujaan kepada arwah leluhur juga dibuktikan dalam kitab-kitab
yang ada.
Pranata Ekonomi. Tiga aspek yang terkait dalam masalah dinamika pranata ekonomi,
yakni pertanian, perdagangan dan sistem moneter. Dalam bidang pertanian, usaha pengaturan
bangunan pengairan dikenal sejak abad-5. Namun, pengaturan bangunan irigasi untuk
kepentingan sawah dalam skala cukup maju, dimulai pada awal abad-9.
Dalam bidang perdagangan, dua kategori perdagangan yang berlangsung pada masa
Jawa Kuno, yakni kategori lokal yang berlangsung di tingkat desa, dan regional yang
mencakup wilayah yang lebih luas. Pusat perdagangan lokal adalah pada kegiatan pasar yang
berlangsung dengan pola khusus, yakni pola hari pasaran dengan siklus lima hari sepekan.
Maksudnya yakni dalam sepekan, penyelenggaraan kegiatan pasar dilakukan bergilir dan
biasanya menyangkut barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pola perdagangan ini tidak
mengalami perubahan hingga pertengahan abad ke-20. Dalam hal perdagangan regional yang
wilayahnya cukup luas, persoalan yang biasa dibahas adalah masalah perdagangan
internasional yang terjadi.
Sistem moneter telah dikenal di Jawa sejak awal abad ke-9. Memasuki abad ke-11
mulai diperkenalkan mata uang logam Cina dari tembaga, dan mulai digunakan pada masa
Majapahit. Satuan yang digunakan yakni picis, satuan ini dipengaruhi oleh pengaruh mata
uang Cina. Biasanya satuan ini digunakan untuk membayar pajak ataupun denda.
Pelaku-pelaku ekonomi pada masa Jawa Kuno diantaranya ada pegawai pemungut
pajak (mengambil sebagian hasil usaha penduduk untuk kepentingan kerajaan), pengrajin
(memasok kebutuhan pelengkap diluar kebutuhan pokok), pekerja senin (pelayan kebutuhan
akan hiburan dan keindahan), pedagang (mendistribusikan barang dan jasa), petani dan
petugas pertanian (penghasil dan pengelola kebutuhan pokok). Pajak diambil dari hasil bumi
dan usaha perdagangan. Jenis pajaknya dapat berupa hasil bumi (biasanya beras atau padi)
maupun dalam bentuk lain (emas atau perak).
Transaksi jual beli umumnya terjadi di pasar-pasar. Alat tukar yang digunakan pada
awalnya menggunakan mata uang yang menggunakan logam-logam mulia (emas dan perak).
Namun, karena jumlahnya yang terbatas, maka sebagian transaksi tidak menggunakan mata
uang, namun dengan cara barter.
Peranan orang-orang Jawa dalam menciptakan jaringan maritim di Indonesia dibagi
ke dalam dua periode. Periode pertama ditandai oleh orientasi ekspor dari hasil pertaniannya
dan meningkatnya perdagangan, ekspansi militer dan juga meningkatnya jumlah penduduk.
Dan periode kedua ditandai oleh disintegrasi pusat kekuasaan yang dominan dalam bidang
politik dan ekonomi.
Sebelum masa kolonial (abad ke-18), perekonomian Jawa secara keseluruhan tidak
mengalami banyak perubahan. Faktor yang menyebabkan hal itu diantaranya adalah karena
sebagian masyarakat desanya yang bersifat agraris cenderung terisolasi dan mandiri. Dan
faktor lainnya adalah adanya poros antara negara yang sangat kuat di bidang ekonomi dan
politik dengan penduduk pedesaan yang surplusnya dimanfaatkan oleh negara untuk hal-hal
yang bersifat non-ekonomis.
Pentingnya anak dalam keluarga memberikan pengaruh secara ekonomi, namun juga
secara sosial. Dalam bidang ekonomi, seorang anak berhak mendaparkan warisan. Dan
menurut sistem pembagian harta warisan, hak anak laki-laki lebih tinggi nilainya daripada
anak perempuan.
Setiap pranata diatas. Memiliki puncak keemasannya sendiri-sendiri. Puncak
pencapaian pranata politik dapat dlihat dengan berkembangnya birokrasi Jawa Kuno pada
tingkat yang terpola, peraturan-peraturan yang mengatur pelanggaran norma telah dibakukan
dan lain-lain. Puncak perkembangan pranata agama dapat ditunjukkan dengan adanya
penciptaan kitab-kitab keagamaan yang berisi sifat toleransi antaragama, pusat pendidikan
agama semakin meluas, pembangunan sarana peribadatan semakin tersebar dalam wilayah
yang luas, dan masih banyak lagi. Dan yang terakhir yakni puncak perkembangan pranata
ekonomi pada masa Jawa Kuno dapat dilihat pada pembangunan sarana irigasi, penggunaan
mata uang picis yang menggantikan kegiatan barter dalam transaksi jual beli di lingkungan
pasar ataupun penggunaan mata uang untuk pembayaran pajak dan denda hukuman,
konsumsi barang-barang mewah pada kalangan elite, dan lain-lain.
Buku Peradaban Jawa : dinamika pranata politik, agama, dan ekonomi Jawa Kuno ini
begitu rinci menjelaskan bagaimana peranan politik, agama, dan ekonomi dalam masa Jawa
Kuno dengan melirik bagaimana kerajaan-kerajaan pada masa sekitar itu mempunyai peran
terhadap perkembangan pranata-pranata yang ada. Kegiatan ibadat yang khas masyarakat
Jawa, bentuk kerajaan Jawa, dan juga bagaimana kegiatan perekonomian pada masa Jawa
Kuno itu berlangsung dengan kegiatan transaksi jual beli di kalangan masyarakat sampai
dengan kegiatan perdagangan luar negeri dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan
disekitar pesisir pantai.

More Related Content

What's hot

Tugas uas max webber
Tugas uas max webberTugas uas max webber
Tugas uas max webberW. Riany
 
Dampak Reformasi
Dampak ReformasiDampak Reformasi
Dampak Reformasiwidianbaron
 
Brief Introduction to Feminism
Brief Introduction to Feminism Brief Introduction to Feminism
Brief Introduction to Feminism Jessica Williams
 
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIF
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIFREVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIF
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIFDwi Kurniasih
 
Hakikat dan Prinsip Demokrasi
Hakikat dan Prinsip DemokrasiHakikat dan Prinsip Demokrasi
Hakikat dan Prinsip DemokrasiIntan Irawati
 
Domestic violence and gender inequality
Domestic violence and gender inequality Domestic violence and gender inequality
Domestic violence and gender inequality Aishwarya Subramanian
 
Xi sosiologi - diferensiasi klan
Xi   sosiologi - diferensiasi klanXi   sosiologi - diferensiasi klan
Xi sosiologi - diferensiasi klanmia amalia
 
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)SMAN 2 Genteng
 
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...Lili Puspita Sari
 
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...Rajabul Gufron
 
Media massa dan proses sosialisasi
Media massa dan proses sosialisasiMedia massa dan proses sosialisasi
Media massa dan proses sosialisasiPedroped Pedroro
 
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahliPengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahlijoko46
 
legitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIlegitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIAde Ayu Saputri
 
Feminism 121209142649-phpapp02
Feminism 121209142649-phpapp02Feminism 121209142649-phpapp02
Feminism 121209142649-phpapp02Tebogo Mthabela
 

What's hot (20)

Tugas uas max webber
Tugas uas max webberTugas uas max webber
Tugas uas max webber
 
Teori teori pembaharuan pem-da -all teory
Teori teori pembaharuan pem-da -all teoryTeori teori pembaharuan pem-da -all teory
Teori teori pembaharuan pem-da -all teory
 
Dampak Reformasi
Dampak ReformasiDampak Reformasi
Dampak Reformasi
 
Brief Introduction to Feminism
Brief Introduction to Feminism Brief Introduction to Feminism
Brief Introduction to Feminism
 
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIF
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIFREVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIF
REVIEW BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN INOVATIF
 
Materi Kuliah Stratifikasi Sosial
Materi Kuliah Stratifikasi  SosialMateri Kuliah Stratifikasi  Sosial
Materi Kuliah Stratifikasi Sosial
 
Hakikat dan Prinsip Demokrasi
Hakikat dan Prinsip DemokrasiHakikat dan Prinsip Demokrasi
Hakikat dan Prinsip Demokrasi
 
Domestic violence and gender inequality
Domestic violence and gender inequality Domestic violence and gender inequality
Domestic violence and gender inequality
 
Xi sosiologi - diferensiasi klan
Xi   sosiologi - diferensiasi klanXi   sosiologi - diferensiasi klan
Xi sosiologi - diferensiasi klan
 
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
Contoh Makalah (Orde Baru dan Reformasi)
 
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
Struktur sosial, pranata sosial dan proses sosial Konsep Dasar IPS PGSD FKIP ...
 
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...
Ideologi Pancasila dan Ideologi Liberal Kapitalis (Mata Kuliah Pendidikan Pan...
 
Media massa dan proses sosialisasi
Media massa dan proses sosialisasiMedia massa dan proses sosialisasi
Media massa dan proses sosialisasi
 
Kewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasiKewenangan dan legitimasi
Kewenangan dan legitimasi
 
Concept of feminism.pptx
Concept of feminism.pptxConcept of feminism.pptx
Concept of feminism.pptx
 
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahliPengertian kebudayaan menurut para ahli
Pengertian kebudayaan menurut para ahli
 
legitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab IIlegitimasi kekuasaan Bab II
legitimasi kekuasaan Bab II
 
Feminism 121209142649-phpapp02
Feminism 121209142649-phpapp02Feminism 121209142649-phpapp02
Feminism 121209142649-phpapp02
 
Feminisme
FeminismeFeminisme
Feminisme
 
Konstruksi teori hukum
Konstruksi teori hukumKonstruksi teori hukum
Konstruksi teori hukum
 

Similar to DinamikaPranata

ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahulu
ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahuluciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahulu
ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahuluNur Hidayah
 
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauNegara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauListiana Nurwati
 
Agama dan politik
Agama dan politikAgama dan politik
Agama dan politikzahro15sep
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiSatrio Arismunandar
 
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahBudaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahFathor Rahman
 
2 politik & negara
2  politik & negara2  politik & negara
2 politik & negaraNur Az
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisGideon Repi
 
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiSeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiRezki Wulandari
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanHafshah Zuhairoh
 
Konsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikKonsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikFirdaus Khalid
 
Demokrasi dalam islam
Demokrasi  dalam islamDemokrasi  dalam islam
Demokrasi dalam islamAmnias 21
 
Pendekatan Multidimensional_1.pptx
Pendekatan Multidimensional_1.pptxPendekatan Multidimensional_1.pptx
Pendekatan Multidimensional_1.pptxSeptianAditya9
 
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNG
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNGTAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNG
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNGImperial University
 
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negaraSumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negaraNovitaSari398
 

Similar to DinamikaPranata (20)

ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahulu
ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahuluciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahulu
ciri -ciri universal tamadun kini dan perbandingan tamadun dahulu
 
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampauNegara dan usaha bina negara di masa lampau
Negara dan usaha bina negara di masa lampau
 
Agama dan politik
Agama dan politikAgama dan politik
Agama dan politik
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
 
Struktur sosial
Struktur sosialStruktur sosial
Struktur sosial
 
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerahBudaya politik lokal di era otonomi daerah
Budaya politik lokal di era otonomi daerah
 
2 politik & negara
2  politik & negara2  politik & negara
2 politik & negara
 
Teori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori SosiohistorisTeori-Teori Sosiohistoris
Teori-Teori Sosiohistoris
 
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
SeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiSeniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Seniiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
 
92816410 sistem-pemerintahan-negara
92816410 sistem-pemerintahan-negara92816410 sistem-pemerintahan-negara
92816410 sistem-pemerintahan-negara
 
Laporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaanLaporan sosiologi pedesaan
Laporan sosiologi pedesaan
 
Bab I
Bab IBab I
Bab I
 
Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3Modul 9 kb 3
Modul 9 kb 3
 
Konsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnikKonsep konsep asas hubungan etnik
Konsep konsep asas hubungan etnik
 
Demokrasi dalam islam
Demokrasi  dalam islamDemokrasi  dalam islam
Demokrasi dalam islam
 
Pendekatan Multidimensional_1.pptx
Pendekatan Multidimensional_1.pptxPendekatan Multidimensional_1.pptx
Pendekatan Multidimensional_1.pptx
 
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNG
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNGTAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNG
TAMADUN ISLAM TAMADUN ASIA SEMENANJUNG
 
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negaraSumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
Sumber historis, sosiologis, politis pancasila sebagai dasar negara
 
Bab 2 potret hubungan etnik
Bab 2   potret hubungan etnikBab 2   potret hubungan etnik
Bab 2 potret hubungan etnik
 
CINA KUNO.pptx
CINA KUNO.pptxCINA KUNO.pptx
CINA KUNO.pptx
 

More from Listiana Nurwati

More from Listiana Nurwati (17)

BISNIS DAN POLITIK
BISNIS DAN POLITIKBISNIS DAN POLITIK
BISNIS DAN POLITIK
 
Praktikum kemanan daerah
Praktikum kemanan daerahPraktikum kemanan daerah
Praktikum kemanan daerah
 
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
PERDAGANGAN INTERNASIONALPERDAGANGAN INTERNASIONAL
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
 
PERAN MEDIA MASA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014
PERAN MEDIA MASA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014PERAN MEDIA MASA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014
PERAN MEDIA MASA TERHADAP PEMILIHAN PRESIDEN INDONESIA TAHUN 2014
 
Pemilu 2004
Pemilu 2004Pemilu 2004
Pemilu 2004
 
Pelayanan imb kota bandung
Pelayanan imb kota bandungPelayanan imb kota bandung
Pelayanan imb kota bandung
 
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSESKEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
KEBIJAKAN PUBLIK SEBAGAI PROSES
 
COLLABORATIVE PLANNING
COLLABORATIVE PLANNINGCOLLABORATIVE PLANNING
COLLABORATIVE PLANNING
 
LAND RIGHT
LAND RIGHTLAND RIGHT
LAND RIGHT
 
KONFLIK MESO DAN MIKRO
KONFLIK MESO DAN MIKROKONFLIK MESO DAN MIKRO
KONFLIK MESO DAN MIKRO
 
RESOLUSI KONFLIK
RESOLUSI KONFLIKRESOLUSI KONFLIK
RESOLUSI KONFLIK
 
SUSTAINABLE TOURISM
SUSTAINABLE TOURISMSUSTAINABLE TOURISM
SUSTAINABLE TOURISM
 
Manajemen Konflik
Manajemen KonflikManajemen Konflik
Manajemen Konflik
 
PEMBIAYAAN DAN TRANSFER
PEMBIAYAAN DAN TRANSFERPEMBIAYAAN DAN TRANSFER
PEMBIAYAAN DAN TRANSFER
 
POLICY PAPER
POLICY PAPERPOLICY PAPER
POLICY PAPER
 
POLICY ANALYSIS
POLICY ANALYSISPOLICY ANALYSIS
POLICY ANALYSIS
 
SMART PRACTICES
SMART PRACTICESSMART PRACTICES
SMART PRACTICES
 

DinamikaPranata

  • 1. Nama : Listiana Nurwati Kelas/Angkatan : B/2010 NPM : 170410100106 Dosen : Iman Soleh,S.IP.,M.Si. Mata Kuliah : Sistem Sosial Indonesia Review Buku Peradaban Jawa : dinamika pranata politik, agama, dan ekonomi Jawa kuno (Supratikno Rahardjo). Buku ini menjelaskan bagaimana dinamika pranata-pranata yang ada di masyarakat yang berpengaruh penting dalam perkembangan peradaban Jawa pada masa itu. Pranata- pranata yang dianggap memiliki peran penting dalam peradaban Jawa pada masa itu diantaranya yakni pranata politik, agama, dan ekonomi. Selain ketiga pranata itu, sebenarnya ada lagi pranata yang biasanya dianggap cukup penting dalam perkembangan peradaban, diantaranya yakni pranata militer dan pranata kekerabatan. Dalam buku ini, pranata militer tidak dibahas lebih dalam karena pranata militer ini telah dimasukkan ke dalam pranata politik, sedangkan pranata kekerabatan tidak dibahas mendalam karena hal-hal mengenai kekerabatan masyarakat Jawa pada masa kuno tidak terlalu diperbincangkan, sehingga datanya kurang. Aspek khusus dari ketiga pranata utama itu dinilai sangat memiliki peran dalam peradaban Jawa kuno. Diantaranya aspek politik yang memegang peran penting dalam segi birokrasi, aspek ekonomi pada masa itu mengenai pertanian sawah dan perdagangan jarak jauh, dan agama terutama Hindu dan Budha yang dalam sejarah dikatakan berhasil masuk melalui kegiatan perdagangan. Dalam buku ini, ketiga pranata yang dianggap utama dan penting dalam perkembangan peradaban itu dibahas secara mendalam. Dan dinamika ketiganya diamati secara utuh dimulai sejak peradaban Jawa tumbuh antara abad ke-8 hingga abad ke-15.
  • 2. Peradaban Jawa kuno pada masa itu biasanya dibedakan ke dalam dua periode utama berdasarkan wilayah tempat berkembang. Periode pertama yakni periode Jawa Tengah (termasuk Yogyakarta) yang perkembangannya dinilai pesat pada saat abad ke-8 hingga abag ke-10 masehi. Dan periode kedua dari masa peradaban Jawa kuno yakni pada periode Jawa Timur yang perkembangannya baik sekitar abad ke-10 hingga abad ke-15 Masehi. Namun perbedaan periode itu bukanlah suatu hal yang dapat ditarik jalur pemisahnya dengan mudah, namun kedua periode itu dalam kenyataannya saling berhubungan satu sama lain, yang membedakan yakni wilayah mana yang lebih baik perkembangannya sehingga memiliki potensi untuk dijadikan tempat pemusatan kegiatan-kegiatan politik, agama dan ekonomi dalam perkembangan peradaban Jawa. Perkembangan peradaban Jawa tentu berdinamika. Adakalanya peradaban yang lalu berkembang cukup pesat dan berakibat perkembangan selanjutnya mengalami perkembangan yang pesat pula, namun tidak mustahil pula apabila peradaban baru yang menggantikan peradaban lama dapat mencapai prestasi melebihi peradaban yang digantikan. Dan kemajuan seorang manusia dalam suatu peradaban seharusnya diukur dari peningkatan semangat yang kuat dari dalam diri individu yang kreatif. Dan setiap pranata sosial, sebagai bagian dari peradaban, dapat berkembang dan menyusut pada zaman yang berbeda-beda, oleh faktor yang berbeda-beda, dan dengan kecepatan yang juga berbeda-beda. Peradaban adalah sebuah sistem yang tersusun dari sejumlah pranata sosial yang saling berhubungan. Pranata-pranata sosial kini tidak lagi dianalisis sebagai satuan-satuan yang terpisah. Peradaban kini dilihat sebagai suatu sistem yang tertutup, dan analisisnya dipusatkan pada hubungan antara satu pranata dengan pranata lainnya, hal itu diperuntukan sebagai cara mengetahui pranata apa yang cenderung menonjol pengaruhnya pada suatu periode tertentu. Setiap pranata memiliki perbedaan-perbedaan dalam hal fungsi dan hambatan- hambatan yang akan dihadapi pada setiap pranata. Dinamika pranata-pranata itu kemudian berhubungan dengan kedudukan setiap individu di dalamnya. Pada Peradaban Jawa masa kuno, Individu-individu yang tidak berkuasa kemudian hanya menjadi suatu minoritas penguasa. Dan kelompok penguasa (elite) adalah mereka yang memutuskan segala masalah- masalah yang bersifat nasional. Peranan kelompok elite ini tercermin dalam sifat kepemimpinan seorang raja, atau dominasi kelompok elite yang tercermin dalam struktur pejabat-pejabat kerajaan.
  • 3. Peradaban dapat diketahui perkembangan dan keadaannya yakni dengan ditemukannya bukti-bukti adanya kehidupan pada masa itu. Diantaranya yakni dengan ditemukannya sisa-sisa bangunan keagamaan, monumen-monumen, tulisan-tulisan pada batu logam dan ditemukannya bekas pemukian dan kuburan untuk memperkirakan jumlah penduduk yang ada pada masa itu. Selanjutnya, yakni bagaimana gejala-gejala adanya peradaban ini muncul sampai pada akhirnya menghasilkan sebuah negara. Negara adalah bentuk organisasi sosiopolitik dengan sistem pemerintahan yang kuat dan terpusat. Dan negara berfungsi untuk menjaga monopoli kekuasaan yang ditandai oleh sistem hukum yang pelaksanaannya mengikuti prosedur yang dibakukan. Dan dengan adanya bukti candi Borobudur, dapat diduga bahwa masyarakat pada peradaban Jawa Kuno memiliki pola hubungan antaranggota masyarakat yang bersifat solidaritas. Pola ini ditandai oleh bentuk hubungan yang mementingkan keseragaman dan agama yang dijadikan sebagai sumber moral dan dasar pengendalian sosial yang cenderung bersifat menekan(represif). Dalam buku ini, digunakan istilah peradaban, konsep peradaban digunakan untuk mengartikan gejala-gejala budaya yang tumbuh dalam masyarakat kompleks yang memiliki ciri adanya keragaman, ketaksetaraan, dan munculnya pranata-pranata yang bersifat nasional. Keanekaragaman dapat muncul akibat dari perbedaan latar belakang budaya dan sifat lingkungan asal. Ketaksetaraan mengacu pada terciptanya pengelompokan sosial yang didasarkan atas tinggi-rendahnya kedudukan seseorang dalam suatu tatanan masyarakat. ketaksetaraan ini ditandai dengan munculnya organisasi pemerintahan yang disusun berlapis. Sedangkan pranata yang bersifat nasional, mengacu pada munculnya unsur-unsur kebudayaan yang dijadikan pedoman bagi para anggota masyarakat. pranata-pranata ini berfungsi sebagai patokan yang dijadikan landasan dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya pranata-pranata ini dapat dianggap sebagai penanda atau bukti penting dari munculnya kehidupan bernegara. Pranata-pranata pokok atau utama yang menjadi penanda adanya kehidupan bernegara pada masa Jawa Kuno yakni diantaranya ada tiga pranata, pertama pranata politik, kedua pranata ekonomi dan ketiga yakni pranata ekonomi.
  • 4. Pranata politik. Dua masalah yang biasanya dikaitkan dengan aspek politik masa Jawa Kuno, yakni corak sistem pemerintahan dan dinamika pemerintahan. Fungsi utama pranata politik adalah untuk mempertahankan tatanan sosial dan melindungi warganya dari gangguan internal dan eksternal. Sistem pemerintahannya lebih menekankan pada hubungan antara pemerintah pusat dengan pemerintah desa. Pengaruh pemerintah pusat sampai pada tingkat tertentu jelas mempengaruhi sistem pemerintahan desa, khususnya dalam bidang ekonomi. Sistem perekonomian mendorong bagaimana kekuasaan birokrasi mengontrol masyarakat. Masyarakat secara tipikal dibagi menjadi dua, yakni masyarakat lingkungan keraton dan lingkungan petani. Dari segi politik dan agama, kedua tipe masyarakat itu tidak dapat diciptakan suatu kondisi yang memungkinkan bagi keduanya saling berhubungan. Dinamika pemerintahan Jawa Kuno ditandai dengan perebutan kekuasaan diantara dinasti Sanjaya dan dinasti Syailendra. Dan satu hal yang tidak berubah dalam hal sistem pemerintahannya adalah tidak pernah muncul adanya sistem pemerintahan yang terpusat. Kerajaan terbagi ke dalam sejumlah wilayah yang dipimpin oleh seorang pangeran yang bertindak sebagai raja. Dan dinamika pemerintahan Jawa Kuno juga diwarnai dengan berpindahnya pusat pemerintahan, khususnya dari wilayah Jawa Tengah ke Jawa Timur. Salah satu alasan perpindahan itu adalah karena masyarakat Jawa Tengah merasa menanggung beban besar dalam pemerintahan. Namun selain itu, banyak pula alasan-alasan yang mengakibatkan perpindahan pusat pemerintahan Jawa Kuno pada saat itu. Para penyelenggara pemerintahan Jawa Kuno terbagi menjadi 2 kategori, yakni para penyelenggara di tingkat kerajaan dan para penyelenggara di tingkat desa. Dan di tingkat kerajaan, dibagi lagi dalam 5 kategori, diantaranya ada raja, dewan pertimbangan kerajaan, pejabat non-keagamaan, para pejabat keagamaan dan peradilan, dan pejabat-pejabat lain. Panjang atau pendeknya masa pemerintahan seorang raja, tidak berkaitan langsung dengan kestabilan pemerintahan. Sifat-sifat yang secara ideal seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin agar mendapatkan legitimasi dari para pengikutnya diantaranya adalah tindakan berprestasi (kemampuan membagi kekayaan, meningkatkan kesejahteraan, dan prestasi di bidang kemiliteran atau di bidang keagamaan), hubungan keturunan (faktor keturunan dari raja-raja pendahulu merupakan sumber yang paling mantap bagi seseorang untuk diterima sebagai raja pengganti. Anak laki-laki maupun anak perempuan memiliki hak untuk menduduki tahta
  • 5. kerajaan), dan kharisma (kualitas kepribadian seseorang yang dirasakan oleh pengikutnya berbeda dari orang-orang lain pada umumnya). Ketiga faktor itu tidak dapat terpisah satu sama lainnya. Sebagian besar perintah dari seorang raja, disampaikan langsung kepada seseorang atau beberapa pejabat tinggi di bawah raja, dan kemudian mereka lalu meneruskannya kepada pemimpin desa yang menjadi sasarannya. Dan apabila kita berbicara mengenai penegakkan hukum pada masa itu, diketahui bahwa dalam prasasti-prasasti Jawa Kuno, masalah terpenting yang diatur adalah masalah pajak tanah dan sengketa hak waris tanah. Tiga hal penting yang menjadi sumber hukum pada masa Jawa Kuno, yakni hukum adat, hukum tertulis yang bersifat nasional, dan hukum formal yang telah dikenal oleh penduduk desa. Bentuk sanksi yang dikenakan yakni ada sanksi denda dan kutuk. Kutuk dibacakan oleh pemimpin upacara. Dan denda dilaksanakan dalam bentuk emas. Namun, hingga kini belum ditemukan prasasti yang menjelaskan secara rinci siapa yang menegakkan hukumnya. Pranata agama. Dua permasalah pokok yang menjadi perhatian dalam bidang agama Jawa Kuno, yakni identifikasi sistem pantheon, dan perkembangan ajaran agama Hindu dan Budha. Menurut kewenangannya, para pemimpin keagamaan di lingkungan keraton dapat dibedakan menjadi dua kelompok utama, yakni pendeta istana dan pendeta yang bekerja sebagai pejabat kerajaan. Sistem pantheon maksudnya adalah dimana setiap candi memiliki penggambaran tertentu terhadap seorang dewa yang sedikit sulit menentukan dewa apa yang digambarkan pada suatu candi. Dan candi-candi yang ada pun sulit diketahui secara persis angka tahunnya. Perkembangan ajaran agama pada masa itu yakni mengenai ajaran agama Hindu dan Budha. Yang keduanya menanamkan doktrin yang sama, yakni ajaran keselamatan. Selama periode Jawa Tengah agama Budha masih menunjukkan perkembangan secara penuh. Dan pada masa Jawa Timur, kedua agama ini (Hindu dan Budha) cenderung mengembangkan sistem pemikiran yang saling mempengaruhi satu sama lain, khususnya tentang Ptinsip Kebenaran Tertinggi, sehingga muncul gejala yang disebutnya sebagai koalisi ataupun paralelisme.
  • 6. Kepercayaan yang dianut masyarakat Jawa Kuno tentu memiliki suatu kebenaran tertinggi pada setiap agama. Dan kebenaran tertinggi ini mengacu pada kepercayaan yang menjadi inti dan melandasi setiap tindakan keagamaan. Contoh dalam agama hindu, yang menjadi kebenaran tertingginya adalah tujuan manusia yakni kembali menyatu kepada sumber kehidupan, dan di agama budha, kebenaran tertinggi tujuan manusia yang utama adalah menghentikan kelahiran, karena menurut kepercayaannya, kelahiran manusia di dunia dipandang sebagai suatu penderitaan. Pada masa itu, tempat-tempat suci terbagi menjadi tiga tempat suci, diantaranya : jenis pertama adalah semua bangunan suci yang diperuntukan bagi raja dan keluarganya, Jenis kedua adalah bangunan suci yang telah dihibahkan kepada orang-orang miskin, dan yang ketiga yakni tempat-tempat suci untuk mengasingkan diri yang letaknya jauh di dalam hutan, di lereng gunung, di puncak bukit, atau di tepian laut. Dan telah ditunjukkan pula bahwa kepercayaan setempat pada masa itu disamping berdatangannya penyebaran agama Hindu maupun Budha , kegiatan pemujaan kepada arwah leluhur juga dibuktikan dalam kitab-kitab yang ada. Pranata Ekonomi. Tiga aspek yang terkait dalam masalah dinamika pranata ekonomi, yakni pertanian, perdagangan dan sistem moneter. Dalam bidang pertanian, usaha pengaturan bangunan pengairan dikenal sejak abad-5. Namun, pengaturan bangunan irigasi untuk kepentingan sawah dalam skala cukup maju, dimulai pada awal abad-9. Dalam bidang perdagangan, dua kategori perdagangan yang berlangsung pada masa Jawa Kuno, yakni kategori lokal yang berlangsung di tingkat desa, dan regional yang mencakup wilayah yang lebih luas. Pusat perdagangan lokal adalah pada kegiatan pasar yang berlangsung dengan pola khusus, yakni pola hari pasaran dengan siklus lima hari sepekan. Maksudnya yakni dalam sepekan, penyelenggaraan kegiatan pasar dilakukan bergilir dan biasanya menyangkut barang-barang kebutuhan sehari-hari. Pola perdagangan ini tidak mengalami perubahan hingga pertengahan abad ke-20. Dalam hal perdagangan regional yang wilayahnya cukup luas, persoalan yang biasa dibahas adalah masalah perdagangan internasional yang terjadi. Sistem moneter telah dikenal di Jawa sejak awal abad ke-9. Memasuki abad ke-11 mulai diperkenalkan mata uang logam Cina dari tembaga, dan mulai digunakan pada masa Majapahit. Satuan yang digunakan yakni picis, satuan ini dipengaruhi oleh pengaruh mata uang Cina. Biasanya satuan ini digunakan untuk membayar pajak ataupun denda.
  • 7. Pelaku-pelaku ekonomi pada masa Jawa Kuno diantaranya ada pegawai pemungut pajak (mengambil sebagian hasil usaha penduduk untuk kepentingan kerajaan), pengrajin (memasok kebutuhan pelengkap diluar kebutuhan pokok), pekerja senin (pelayan kebutuhan akan hiburan dan keindahan), pedagang (mendistribusikan barang dan jasa), petani dan petugas pertanian (penghasil dan pengelola kebutuhan pokok). Pajak diambil dari hasil bumi dan usaha perdagangan. Jenis pajaknya dapat berupa hasil bumi (biasanya beras atau padi) maupun dalam bentuk lain (emas atau perak). Transaksi jual beli umumnya terjadi di pasar-pasar. Alat tukar yang digunakan pada awalnya menggunakan mata uang yang menggunakan logam-logam mulia (emas dan perak). Namun, karena jumlahnya yang terbatas, maka sebagian transaksi tidak menggunakan mata uang, namun dengan cara barter. Peranan orang-orang Jawa dalam menciptakan jaringan maritim di Indonesia dibagi ke dalam dua periode. Periode pertama ditandai oleh orientasi ekspor dari hasil pertaniannya dan meningkatnya perdagangan, ekspansi militer dan juga meningkatnya jumlah penduduk. Dan periode kedua ditandai oleh disintegrasi pusat kekuasaan yang dominan dalam bidang politik dan ekonomi. Sebelum masa kolonial (abad ke-18), perekonomian Jawa secara keseluruhan tidak mengalami banyak perubahan. Faktor yang menyebabkan hal itu diantaranya adalah karena sebagian masyarakat desanya yang bersifat agraris cenderung terisolasi dan mandiri. Dan faktor lainnya adalah adanya poros antara negara yang sangat kuat di bidang ekonomi dan politik dengan penduduk pedesaan yang surplusnya dimanfaatkan oleh negara untuk hal-hal yang bersifat non-ekonomis. Pentingnya anak dalam keluarga memberikan pengaruh secara ekonomi, namun juga secara sosial. Dalam bidang ekonomi, seorang anak berhak mendaparkan warisan. Dan menurut sistem pembagian harta warisan, hak anak laki-laki lebih tinggi nilainya daripada anak perempuan. Setiap pranata diatas. Memiliki puncak keemasannya sendiri-sendiri. Puncak pencapaian pranata politik dapat dlihat dengan berkembangnya birokrasi Jawa Kuno pada tingkat yang terpola, peraturan-peraturan yang mengatur pelanggaran norma telah dibakukan dan lain-lain. Puncak perkembangan pranata agama dapat ditunjukkan dengan adanya penciptaan kitab-kitab keagamaan yang berisi sifat toleransi antaragama, pusat pendidikan
  • 8. agama semakin meluas, pembangunan sarana peribadatan semakin tersebar dalam wilayah yang luas, dan masih banyak lagi. Dan yang terakhir yakni puncak perkembangan pranata ekonomi pada masa Jawa Kuno dapat dilihat pada pembangunan sarana irigasi, penggunaan mata uang picis yang menggantikan kegiatan barter dalam transaksi jual beli di lingkungan pasar ataupun penggunaan mata uang untuk pembayaran pajak dan denda hukuman, konsumsi barang-barang mewah pada kalangan elite, dan lain-lain. Buku Peradaban Jawa : dinamika pranata politik, agama, dan ekonomi Jawa Kuno ini begitu rinci menjelaskan bagaimana peranan politik, agama, dan ekonomi dalam masa Jawa Kuno dengan melirik bagaimana kerajaan-kerajaan pada masa sekitar itu mempunyai peran terhadap perkembangan pranata-pranata yang ada. Kegiatan ibadat yang khas masyarakat Jawa, bentuk kerajaan Jawa, dan juga bagaimana kegiatan perekonomian pada masa Jawa Kuno itu berlangsung dengan kegiatan transaksi jual beli di kalangan masyarakat sampai dengan kegiatan perdagangan luar negeri dengan memanfaatkan pelabuhan-pelabuhan disekitar pesisir pantai.