1. Panduan Interaksi Obat 1
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI......................................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP.....................................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA......................................................................................................4
BAB IV DOKUMENTASI.......................................................................................................6
BAB V PENUTUP..................................................................................................................7
2. Panduan Interaksi Obat 1
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 215-SK/DIR-RSIAP/VIII/2018
TANGGAL : 25 Agustus 2018
PANDUAN INTERAKSI OBAT
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PASUTRI BOGOR
BAB I
DEFINISI
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana efek suatu
obat berubah karena adanya intervensi dengan obat lain, obat herbal, makanan,
minuman, atau zat-zat kimia lain. Kejadian interaksi obat yang mungkin terjadi
diperkirakan berkisar antara 2.2% hingga 30% dalam penelitian pasien rawat inap di
rumah sakit, dan berkisar antara 9.2% hingga 70.3% yang terjadi pada pasien di luar
rumah sakit (Jankel CA & Speedie SM, 1990). Meskipun kejadian interaksi obat yang
bermakna klinis relatif kecil, tetapi sejumlah besar pasien mempunyai risiko
morbiditas (angka kesakitan) atau bahkan mortalitas (angka kematian) akibat
interaksi obat, dalam pengobatan mereka. Interaksi obat dapat bersifat
farmakodinamik atau farmakokinetik.
a. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai
efek farmakologi atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan.
Interaksi ini dapat disebabkan karena kompetisi pada reseptor yang sama, atau
terjadi antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologik yang sama. Jika dua
obat yang mempunyai kerja yang serupa atau tidak serupa diberikan, maka efek
kombinasi dari kedua obat itu dapat menjadi aditif (efek dua kali lipat), sinergis
(lebih besar dua kali lipat), atau antagonis (efek dari salah satu atau kedua obat
itu menurun).
b. Interaksi farmakokinetik yaitu interaksi yang terjadi apabila satu obat mengubah
absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain. Dengan demikian
interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia (dalam
tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya.
Tujuan dari buku Panduan Interaksi Obat Rumah Sakit Ibu dan Anak Pasutri
antara lain:
3. Panduan Interaksi Obat 2
a. Sebagai panduan langkah-langkah dalam melakukan identifikasi interaksi obat
pasien Rumah Sakit Ibu dan Anak Pasutri
b. Memudahkan akses memperoleh informasi mengenai interaksi obat
c. Meningkatkan mutu pelayanan dan keamanan penggunaan obat pasien
4. Panduan Interaksi Obat 3
BAB II
RUANG LINGKUP
Pengecekan interaksi obat dilakukan kepada pasien rawat jalan, pasien rawat
inap, pasien one day care Rumah Sakit Ibu dan Anak Pasutri yang mendapatkan
resep dokter lebih dari satu macam, dan khususnya pada pasien yang rentan
mengalami interaksi obat, yaitu:
a. Pasien lansia
b. Pasien yang minum lebih dari satu macam obat
c. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan/atau hati
d. Pasien dengan penyakit akut
e. Pasien yang ditangani oleh lebih dari satu dokter
f. Pasien yang memiliki karakteristik genetic tertentu
g. Pasien dengan penyakit tidak stabil
Perlunya pemantauan khususnya pada obat-obat yang besar
kemungkinannya terlibat dalam interaksi obat yaitu:
a. Obat yang mempunyai rentang terapi sempit
Contoh: Digoksin, Fenitoin, Teofilin, Warfarin
b. Obat yang memerlukan pengendalian dosis yang teliti
Contoh: Obat antidiabetik oral, antihipertensi
c. Obat yang menginduksi atau menghambat system enzim mikrosom hepatik
sitokrom P450 monooksigenase.
Contoh obat penginduksi enzim: Golongan Barbiturat (Fenobarbital), Fenitoin,
Griseofulvin, Karbamazepin, Rifampisin.
Contoh obat penghambat enzim: Amiodaron, Diltiazem, Ketokonazol, Metronidazol,
Natrium Valproat, Simetidin, Siprofloksasin, Verapamil
5. Panduan Interaksi Obat 4
BAB III
TATA LAKSANA
Pengecekan interaksi obat dilakukan saat menerima resep/pesanan obat
khususnya pada pasien yang mendapatkan lebih dari satu macam obat, kemudian
menilai apakah interaksi tersebut bermakna klinis atau tidak. Segera informasikan
dan diskusikan dengan dokter untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi.
Strategi dalam penatalaksanaan interaksi obat, antara lain:
1. Hindari kombinasi obat yang berinteraksi
Apabila risiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya, maka
harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Sebagai contoh,
Simetidin memperlambat metabolisme hepatik oksidatif obat dengan mengikat
enzim sitokrom P450 (sebagai penghambat enzim), sedangkan Antagonis-H2
yang lain yaitu Ranitidin tidak bermakna dalam menghambat metabolisme
hepatik mikrosomal obat.
2. Penyesuaian dosis
Jika hasil interaksi obat meningkatkan atau mengurangi efek obat, maka perlu
dilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi
kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Contoh, dosis pemeliharaan
glikosida jantung Digoksin harus dikurangi menjadi setengahnya pada saat kita
mulai memberikan Amiodaron (antiaritmia).
3. Memantau pasien
Jika kombinasi obat yang saling berinteraksi diberikan, pemantauan diperlukan.
Keputusan untuk memantau atau tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti
karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai
menggunakan obat yang menyebabkan interaksi, dan waktu timbulnya reaksi
interaksi obat.
Pemantauan dapat meliputi hal-hal berikut ini:
a. Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan,
informasi ditulis pada catatan medik pasien.
b. Pengukuran kadar obat dalam darah jika diperlukan dan berdasarkan
konfirmasi dari dokter untuk obat-obat yang memerlukan penyesuaian dosis
dan obat yang mempunyai rentang terapi sempit, dan bila kadar obat dalam
6. Panduan Interaksi Obat 5
darah dan efek terapi diperkirakan saling berhubungan, misalnya Fenitoin;
Teofilin, Glikosida Jantung, dan antibiotika Aminoglikosida (Amikasin dan
Gentamisin)
c. Pengukuran indicator interaksi, contohnya pemantauan International
Normalized Ratio (INR) untuk pasien yang memperoleh pengobatan dengan
Warfarin.
4. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya
Jika interaksi obat tidak bermakna klinis, atau jika kombinasi obat yang
berinteraksi tersebut merupakan pengobatan yang optimal, pengobatan pasien
dapat diteruskan tanpa perubahan.
Pengecekan dilakukan dengan menggunakan sumber pustaka khusus untuk
interaksi obat misalnya Stockley Drug Interactions dan Drug Interactions by Hansten
and Horn, atau pustaka lainnya yaitu British National Formulary (BNF) dan Drug
Information Handbook (DIH), dapat juga melihat di website
http://reference.medscape.com/drug-interactionchecker. Jika buku pustaka dan
perangkat lunak untuk pengecekan secara online tidak tersedia maka pengecekan
dapat menggunakan informasi yang terdapat dalam buku panduan ini (Lampiran 1-
4).
7. Panduan Interaksi Obat 6
BAB IV
DOKUMENTASI
Penatalaksanaan pada pasien yang mengalami interaksi obat atau drug
related problem dicatat dan didokumentasikan pada rekam medis pasien, pada
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi, dituliskan masalah terkait; rekomendasi
dan penyelesaian dengan menggunakan SOAP.
8. Panduan Interaksi Obat 7
BAB V
PENUTUP
Demikian panduan ini dibuat untuk dapat dilaksanakan dan dilakukan evaluasi tiap 6
bulan.
Ditetapkan di Bogor
Pada Tanggal 25 Agustus 2018
DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PASUTRI BOGOR
dr. Dhima Paramitha Oktacynara