Expression vector adalah vektor DNA yang dirancang khusus untuk menyebabkan ekspresi gen tertentu dalam sebuah sel. Vektor tersebut biasanya mengandung beberapa elemen penting, termasuk promotor yang mengatur transkripsi gen target, situs pengikatan untuk enzim restriksi yang memungkinkan penggabungan dengan fragmen DNA lain, serta elemen seperti situs terminasi untuk mengakhiri transkripsi gen. Expression vector juga dapat mengandung elemen tambahan seperti sekuen yang mengarahkan protein ke lokasi spesifik dalam sel atau sekuen yang memfasilitasi produksi protein hasil ekspresi dalam jumlah besar. Expression vector digunakan dalam rekayasa genetika untuk menghasilkan protein tertentu dalam skala besar untuk keperluan penelitian atau produksi bioteknologi. Sejak ragi atau fungi filamentous umumnya digunakan untuk produksi protein kompleks, mereka bisa menjadi solusi untuk rhEPO. Namun, mereka menghasilkan pola glikosilasi yang berbeda yang memengaruhi protein yang sensitif terhadap glikosilasi seperti rhEPO. Itulah mengapa perusahaan seperti GlycoFi Inc, anak perusahaan Merck & Co., muncul. Mereka memproduksi biofarmasi dalam galur ragi yang dirancang untuk melakukan glikosilasi manusia tertentu. Sebagai contoh, mereka telah memproduksi rhEPO tersialilasi dalam Pichia pastoris "humanized" dan menunjukkan bahwa itu berfungsi dengan farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan rhEPO yang diproduksi dalam sel CHO, meskipun memiliki glikosilasi bi-antenari yang dominan.Sejak ragi atau fungi filamentous umumnya digunakan untuk produksi protein kompleks, mereka bisa menjadi solusi untuk rhEPO. Namun, mereka menghasilkan pola glikosilasi yang berbeda yang memengaruhi protein yang sensitif terhadap glikosilasi seperti rhEPO. Itulah mengapa perusahaan seperti GlycoFi Inc, anak perusahaan Merck & Co., muncul. Mereka memproduksi biofarmasi dalam galur ragi yang dirancang untuk melakukan glikosilasi manusia tertentu. Sebagai contoh, mereka telah memproduksi rhEPO tersialilasi dalam Pichia pastoris "humanized" dan menunjukkan bahwa itu berfungsi dengan farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan rhEPO yang diproduksi dalam sel CHO, meskipun memiliki glikosilasi bi-antenari yang dominan.Sejak ragi atau fungi filamentous umumnya digunakan untuk produksi protein kompleks, mereka bisa menjadi solusi untuk rhEPO. Namun, mereka menghasilkan pola glikosilasi yang berbeda yang memengaruhi protein yang sensitif terhadap glikosilasi seperti rhEPO. Itulah mengapa perusahaan seperti GlycoFi Inc, anak perusahaan Merck & Co., muncul. Mereka memproduksi biofarmasi dalam galur ragi yang dirancang untuk melakukan glikosilasi manusia tertentu. Sebagai contoh, mereka telah memproduksi rhEPO tersialilasi dalam Pichia pastoris "humanized" dan menunjukkan bahwa itu berfungsi dengan farmakokinetik dan farmakodinamik yang mirip dengan rhEPO yang diproduksi dalam sel CHO, meskipun memiliki glikosilasi bi-antenari yang dominan.
3. SUB BAB
01 Definisi Interaksi Obat
02 Mekanisme Interaksi
Obat-Obat
03 Praktik Klinis Mengatasi Potensi
Interaksi Obat-Obat
04
Contoh Kasus Interaksi
Obat-Obat dan Kesimpulan
4. Interaksi obat ?
Interaksi Obat dengan Makanan
01
Interaksi Obat dengan Suplemen Nutrisi
04
Interaksi Obat dengan Eksipien Formulasi
02
Interaksi Obat dengan Suatu Penyakit
05
Interaksi Obat dengan Obat Lainnya
03
Interaksi Obat Dengan Faktor Lingkungan
06
Interaksi obat adalah suatu kejadian ketika respon pasien terhadap obat dapat berubah karena
beberapa penyebab, diantaranya :
5. Menurunkan Efektifitas Obat satu
sama lainnya sehingga dapat
menyebabkanKegagalanTerapi.
MeningkatkanToksisitasObat
HARMFUL
BENEFIT
HARMFUL
Meningkatkan Efektivitas
Obat Satu Sama Lain
BENEFIT
Interaksi obat-obat
Interaksi obat-obat berbahaya menyebabkan
10-20% efek samping obat yang memerlukan
rawat inap dan dapat dihindari.
7. Mekanisme : Ketika satu obat merubah perilaku
pasien terhadap kepatuhan obat lainnya.
Misalnya pasien depresi yang mengkonsumsi antidepresan
mungkin menjadi lebih patuh terhadap obat lain seiring
dengan membaiknya gejala.
Perilaku
8. FARMASETIKA
Terjadi ketika Formulasi satu obat berubah karena obat lain
sebelum diberikan.
Contohnya : Pengendapan natrium tipenton dan vecuronium dalam
set pemberian intravena.
9. Farmakokinetik
01
03 Merubah Distribusi
Farmakokinetik merupakan respon tubuh terhadap obat. Interaksi ini terjadi
ketika obat “pelaku” mengubah konsentrasi obat lain “objek” dengan konsekuensi
klinis.
Terjadi ketika suatu obat mengubah konsentrasi sistemik obat lain, mengubah “how
much” dan “how long” obat tersebut berada pada tempat kerjanya.
Merubah
Bioavaibilitas
02
Merubah Klirens
Metabolisme
Prodrugs
Eksresi
10. Merubah Bioavaibilitas
Perubahan bioavaibilitas terjadi ketika sejumlah obat “objek” mencapai
sirkulasi sistemik dipengaruhi oleh obat “pelaku” lainnya.
Untuk obat oral perubahan terjadi saat Absorpsi atau Metabolism lintas
pertama.
Obat oral dengan bioavaibilitas rendah sering terpengaruh sedangkan, obat
dengan bioavaibilitas tinggi jarang terpengaruh.
Alendronate + Kalsium Menurunkan bioavaibilitas dan menyebabkan
alendronate tidak diserap Menurunkan Efektifitas Obat Gagal Terapi.
Dabigatran + Verapamil Verapamil Meningkatkan bioavaibilitas
Dabigatran dan menyebakan Peningkatan Risiko Pendarahan.
11. Merubah
Kliren
Obat “objek” dengan indeks terapi sempit (Table 1) sangat rentan,
sedikit perubahan dapat mempengaruhi efeknya yang mungkin
penting secara klinis.
Terjadi Ketika metabolism atau eksresi
obat “objek” dipengaruhi obat “pelaku”
Obat “pelaku” diketahui memiliki pengaruh besar
terhadap metabolism obat (Table 2) yang biasanya
menyebakan perubahan besar konsentrasi dan
karena itu menyebabkan konsekuensi klinis.
(Table 1)
(Table 2)
12. Penghambatan Enzyme CYP450 meningkatkan konsetrasi beberapa obat
dengan menurunkan metabolismenya.
Contohnya :
Klaritomisin penghambat kuat metabolisme simvastatin yang dikatalis CYP3A,
sehingga meningkatkan risiko miopati.
1
Pengambatan Enzyme CYP450 digunakan sebagai terapi.
Contohnya :
Ritonavir penghambat kuat CYP31 dengan mengurangi metabolisme
protease inhibitor lain sehingga meningkatkan efektivitas dalam mengobati HIV.
Sehingga disebut dengan “ritonavir-boosted-regimens”.
2
Induksi Enzyme CYP450 menurunkan konsentrasi beberapa obat dengan
meningkatkan metabolismenya.
Contohnya :
Karbamazepin merupakan penginduksi kuat CYP31 yang dapat meningkatkan
metabolism kontrasepsi oral kombinasi, sehingga meningkatkan risiko
kehamilan yang tidak diinginkan
3
Metabolisme
Perubahan metabolisme obat adalah penyebab terpenting
interaksi obat yang tidak terduga. Beberapa enzyme yang
berperan dalam metabolisme obat contohnya : Cytochrome
p450 (CYP450)
13. Prodrug
Prodrug Bentuk Aktifnya
Prodrug sangat rentan terhadap perubahan saat metabolisme.
Penghambatan perubahan dari prodrug ke bentuk aktif nya mungkin
dapat menyebabkan konsentrasi yang tidak adekuat dan kegagalan
terapi.
Contohnya :
Tamoxifen dimetabolisme oleh CYP2D6 menjadi bentuk aktifnya
endoksifen, digunakan bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4
seperti paroxetine telah dikaitkan dengan peningkatan angka kematian
pada kanker payudara.
Enzim sitokrom p450
14. Eksresi
Beberapa obat yang dieksresikan dari
tubuh tidak berubah dalam bentuk aktif, eksresi
biasanya melalui urin atau saluran empedu atau
feses. Eksresi obat di ginjal dapat berubah
karena efek pada tubulus ginjal atau pH urine.
Contohnya :
Probenesid mengurangi ekresi ginjal dari obat
anionic seperti metotrexat dan penisilin.
15. Merubah Distribusi
Beberapa obat menyebabkan perubahan signifikan pada transpor
membran sel obat lain.
Verapamil menghambat transfoter eflix (misalnya p-glikoprotein) sehingga
meningkatkan konsentrasi substrat seperti digoxin dan siklisporin.
Probenesid menghambat transporter anion (misalnya OAT-1) yang meningkatkan
konsentrasi substrat seperti metotreksat dan penisilin
Interaksi obat yang melibatkan distribusi kurang dipahami dengan baik daripada obat
interaksi yang melibatkan metabolisme
16. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah apa yang dilakukan
obat terhadap tubuh. Interaksi ini terjadi antara obat yang
memiliki sifat aditif atau berlawanan.
Interaksi farmakodinamik antar obat dengan
efek aditif mungkin disengaja contohnya menggabungkan
obat antihipertensi, pemberian zat besi dengan vitamin C,
kodein dengan paracetamol, dsb. atau tidak disengaja
misalnya sindrom serotonin karena penggunaan tramadol
dengan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI)
Sebaliknya menggabungkan obat dengan efek
yang berlawanan dapat mengakibatkan hilangnya efek
obat, misalnya berkurangnya bronkodilatasi oleh agonis
beta2 yang diresepkan dengan betabloker non-selektif,
Mempertimbangkan efek obat pada organ merupakan cara yang berguna
untuk mengenali interaksi farmakodinamik. mungkinkah obat-obatan ini
mempengaruhi organ yang sama (misalnya otak)? Pendekatan ini
memungkinkan Anda untuk mempertimbangkan interaksi antara obat dengan
cara kerja yang berbeda, misalnya aantikolinergik dan benzodiazepin.
17. Praktik Klinis Mengatasi Potensi
Interaksi Obat-Obat
Satu
Interaksi apapun antara
obat-obatan yang diberikan
kepada pasien yang pernah
terjadi. Ini bagian dari
diagnosis banding.
Dua
Pengetahuann tentang efek
farmakologi obat dan fisiologi
pasien memungkinakan
pengenalan potensi interaksi
farmakodinamik obat-obat .
Tiga
Obat dengan indeks terapi
sempit (tabel 1 ) sangat
rentan terhadap interaksi
farmakokinetik obat-obat
Empat
Sejumlah kecil obat
“pelaku” (tabel 2 )penting
dalam interaksi
farmakokinetik obat-obat.
Lima
Meresepkan atau
menghentikan obat resep
memungkinkan
menyebabkan interaksi
obat
1 2 3 4 5
Pentingnya memiliki daftar obat lengkap
termasuk obat herbal. Interaksi Farmakodinamik obat-
obat dapat diantisipasi berdasrakan pengetahuan tentang
efek klinis dari obat yang terlibat. Semakin banyak
pengetahuan farmakologis maka, akan semakain mudah
untuk menghindari kejadian interaksi obat. Sedangkan,
interaksi farmakokinetik lebih sulit diantisipasi karena
tidak dapat diprediksi dari efek klinis obat yang terlihat.
Memantau pasien terhadap toksisitas obat atau hilangnya
efektivitas adalah bagian dari perawatan rutin. Memeriksa
perubahan gejala, penanda biologis efek, atau konsentrasi
obat segera setelah perubahan resep membantu
mengidentifikasi interaksi obat sejak dini dan dapat
mengurangi bahaya. Terdapat 5 “rules” untuk mengelola
potensial interaksi obat-obat di praktek klinis, yaitu :
18. Monografi masing-masing
obat di formularium,
Australian Medicines
Handbook, berguna sebagai
awal pembelajaran untuk obat
baru.
Table yang berisi daftar obat
penyebab interaksi
farmakokinetik terdapat di
Australian Medicines
Handbook atau situs online
(www.pkis.org)
Akses terhadap layanan
infromasi obat seperti
Stockley’s Drug
Interactions and
Micromedex
Doctor
You can simply impress
your audience and add a
unique zing and appeal to
your Presentations.
19. Kasus
Seorang wanita berusia 85 tahun datang dengan gejala kelemahan
akut dan penurunan fungsi. Pasien memiliki riwayat diabetes yang
membutuhkan insulin, hiperkolesterolemia, hipertensi, glaukoma
dan penyakit ginjal kronis. Dia juga menderita keratitis jamur yang
sudah berlangsung lama (>60 hari) yang tidak berhasil diobati
dengan terapi topikal.
Kondisi kronis pasien ditangani dengan berbagai pengobatan,
termasuk simvastatin 20 mg setiap hari. Dia mulai menggunakan
vorikonazol oral 200 mg dua kali sehari, 32 hari sebelum dia masuk
rumah sakit.
Pasien dirawat di rumah sakit selama beberapa minggu. Dia
diperiksa oleh dua petugas senior oftalmologi dan seorang dokter
penyakit menular sebelum seorang dokter umum membuat
diagnosis rhabdomyolysis. Tes darah menunjukkan kreatin kinase
23.200 U/L (kisaran normal 34-145), aspartat transaminase 1030
U/L (<31), alanin transaminase 393 U/L (<34) dan kreatinin 255
mikromol/L (<110 ). Sodium, kalium, waktu protrombin dan hitung
darah lengkap normal. Rhabdomyolysis diduga akibat interaksi
obat antara simvastatin dan vorikonazol. Kedua obat tersebut
dihentikan pada hari ke 20 pasien masuk rumah sakit dan hasil tes
darahnya membaik. Sayangnya, gejala klinis pada wanita tersebut
tidak menunjukkan gejala kesembuhan dan dia meninggal karena
gagal napas akibat kelemahan otot pernapasan 10 hari setelah terapi
bersamaan dihentikan.
INTERAKSI SIMVASTATIN + VERIKONAZOL
Sumber : Medscape
Melibatkan pemecahan jaringan otot rangka
20. Peningkatan kewaspadaan tenaga Kesehatan pada saat
mengganti obat dapat meningkatkan kemungkinan
mengidentifikasi interaksi obat yang tidak dinginkan
sebelum menyebakan bahaya yang signifikan.
Sebagian besar potensial interaksi obat dapat
dikenali dengan menggunakan prinsip dari
clinical pharmacology dan good clinical care.
Mengetahui obat yang baik dan memanfaatkan
informasi yang tersedia secara bijaksanan lebih
efektif untuk mengelola interaksi obat.
Kesimpulan
1. Theopjylline + Makanan Tinggi Protein (Telur) Meningkatkan Eliminasi Theophylline Menurunkan Efektifitas.
2. Obat NSAID (Ibuprofen) dapat ditingkatkan laju disolusinya dengan menggunakan kaolin sebagai adsorben dan meningkatkanbioavailabilitas.
3. Antasida + Levedopa Membentuk Ikatan kompleks Menurunkan Efek Levedopa
4. Obat Anticonvulsan Mengubah Aktivitas Enzim Hati sehingga Menyebabkan Peningkatan Metabolisme Folat, Vitamin D dan Vitamin K.
5. Pseudoephedrine dan Hipertensi Pseudoephedrine memiliki kemampuan untuk menginduksi takikardia dan meningkatkan tekanan darah sistolik Risiko Jantung
6. Pestisida dapat mengubah efek enzim metabolisme dihati
Antidepresan adalah jenis obat yang digunakan untuk mengobati Obsessive-compulsive disorder (OCD), fobia, gangguan serangan panik, dan Post-traumatic stress disorder (PTSD) (Sheffler et al, 2021). Antidepresan bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada otak manusia. Beberapa neurotransmitter seperti serotonin dan noradrenalin, dalam kadar tertentu, dapat berpengaruh terhadap emosi dan perasaan (NHS, 2021). Merujuk pada UU Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika merupakan zat atau obat yang memiliki efek psikoaktif yang dapat memengaruhi aktivitas mental dan perilaku penggunanya.