SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber daya tanah merupakan salah satu aspek yang menentukan apakah suatu
wilayah yang dapat dihuni untuk kegiatan manusia. Di daerah dengan kondisi tanah
yang dihuni manusia dapat dibangun bangunan untuk keperluan manusia seperti rumah-
rumah. Tetapi, daerah yang tidak dihuni manusia dapat dijadikan sebagai daerah
konservasi.
Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan
manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan
setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Konservasi itu sendiri
berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare
(keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya
(keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan
oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang
mengemukakan tentang konsep konservasi.
Konservasi tanah sendiri adalah tindakan untuk menggunakan tanah berdasarkan
kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah
dapat tetap produktif dan tidak rusak. Konservasi tanah pada umumnya terdapat di
berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang kemiringan
tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut.
Pada dasarnya konservasi tanah tersebut menjadikan setiap wilayah memiliki ciri
khas atau karakteristik tertentu, seperti halnya dengan wilayah Kelurahan Sadeng,
Kecamatan Gunung Pati. Wilayah studi yang akan dianalisis ini merupakan sebuah
daerah yang memiliki tanah bergerak, sehingga rentan akan terjadinya tanah longsor
yang berdampak terhadap kualitas tanah. Maka dari itu perlu dilakukan analisis
permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah studi tersebut sehingga
menghasilkan suatu rekomendasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Peta Zona Gerakan Tanah Kota Semarang, Jawa Tengah, Kelurahan
Sadeng termasuk ke dalam zona gerakan tanah tinggi. Hal ini dapat membawa beberapa
dampak atau bahaya geologi di daerah tersebut. Sejauh ini, cukup banyak kerugian yang
dirasakan oleh penduduk sekitar kelurahan Sadeng. Dinding rumah penduduk retak-
retak akibat aktivitas pergerakan tanah di Kelurahan Sadeng. Selain itu, tanah ambles
juga merupakan bahaya yang sering terjadi di Kelurahan Sadeng. Padahal, cukup
banyak perumahan yang dibangun di daerah tersebut. Para pengembang menerapkan
sistem kluster ketika membangun perumahan guna mengurangi dampak dari bahaya
longsor atau tanah bergerak tersebut.
Tidak jarang terdengar berita bencana tanah longsor terjadi di Kecamatan
Gunugpati. Kelurahan Sadeng tidak lepas dari sorotan sebagai salah satu daerah yang
rawan bencana longsor. Ditambah dengan adanya sungai Kreo di kelurahan Sadeng
yang membuat permasalahan kondisi tanah di kelurahan ini semakin pelik. Setiap
pembangunan yang akan dilakukan di Kelurahan Sadeng haruslah direncanakan dengan
perencanaan yang cermat serta melibatkan koordinasi yang baik dengan pihak
pengembang, agar pembangunan yang akan dijalankan tetap disetai dengan tindakan
antisipasi atas bahaya-bahaya yang mungkin terjadi.
1.3 Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi tata guna
lahan dan tanah serta mengetahui bahaya yang mungkin terjadi yang berkenaan dengan
kondisi tanah di Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Kondisi
Kondisi tanah disekitar Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati memiliki
permasalahan berupa jenis tanah yang aktif atau tanah bergerak. Kondisi jalanan
bergelombang atau naik-turun dengan banyaknya jalan yang retak dan berlubang.
Karena merupakan jenis tanah aktif, banyak jalan yang telah dibeton tetapi tidak lama
setelahnya akan kembali rusak seperti semula. Selain itu, di dalam kelurahan ini,
terdapat salah satu daerah yang merupakan daerah rawan tanah longsor (land slide).
Lokasinya berada di dekat jalan utama yang merupakan salah satu universitas swasta
Katolik di Kota Semarang. Saat ini daerah yang rawan tanah longsor tersebut hanya
diganjal oleh bebatuan yang disusun agak tinggi untuk pencegahan awal apabila
nantinya terjadi tanah longsor lagi.
2.2 Kajian Pustaka
2.2.1 Pengertian Tanah
Tanah merupakan tubuh bumi atau alam yang mempunyai berbagai sifat fisik atau
kimia sebagai refleksi dari pengaruh yang terintegrasi dari berbagai faktor pembentukan
tanah. (Santun R.P. Sitorus)
Tanah terbentuk oleh hasil kerja interaksi iklim (i) dan jasat hidup (o) terhadap
bahan induk (b) dipengaruhi topografi (relief) tempat terbentuknya (r) dan waktu (w).
T = f(i,o,b,r,w)
Tanah terdiri dari beberapa bagian atau lapisan diantaranya yaitu :
• Lapisan Tanah Atas yang bersifat sangat subur dan humus;
• Lapisan Tanah Bawah yang merupakan lapisan kedua dari atas, warna lebih muda,
susunan lebih rapat, tidak subur dan tidak mengandung humus;
• Lapisan Bahan Induk merupakan lapisan yang banyak mengandung pecahan batuan
(bahan dasar tanah);
• Batuan : Bersifat keras karena banyak mengandung batuan.
2.2.2 Jenis Tanah
Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan
sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah,
beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda.
a. Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri
warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur,
konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah.
Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan
rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk
pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
b. Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal
dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis
ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai.
c. Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar.
Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di
daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
d. Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak
begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses
pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan
pegunungan di seluruh Indonesia.
e. Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan
ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan
gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.
f. Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah
iklim subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
g. Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa
bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir,
kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
h. Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah,
topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan
Papua Barat. Kesuburan tanah rendah.
i. Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim
sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya
dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter.
Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam.
j. Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah
beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah
400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di
daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.
k. Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi
yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna
kelabu hingga kekuningan.
2.2.3 Gerakan Tanah
Gerakan tanah diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat
asalnya karena pengaruh gaya berat (gravitasi). Faktor internal yang dapat
mengakibatkan terjadinya gerakan adalah daya ikat (kohesi) dari tanah/batuan kecil
sehingga partikel tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya, bergerak ke bawah dengan
menyeret partikel lain yang dilaluinya membentuk massa yang lebih besar. Kecilnya
daya ikat dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelulusan air
(permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari massa tersebut. Faktor
eksternal yang daat mempercepat terjadinya gerakan terdiri dari berbagai sebab yang
kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban air hujan, tutupan
vegetasi, dan pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti
ekskavasi.
2.2.4 Tanah Longsor
Longsoran tanah atau gerakan tanah adalah proses perpindahan masa batuan/tanah
akibat gaya berat (gravitasi). Tidak jarang permukiman yang dibangun di sekitar
perbukitan kurang memperhatikan masalah kestabilan lereng sehingga secara tidak
sadar potensi bahaya longsoran tanah setiap saat dapat mengancam.
Faktor internal yang menjadi penyebab longsoran tanah adalah daya ikat kohesi
tanah yang lemah. Hal ini disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air
(permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan
tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan menjadi pemicu
longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai faktor yang kompleks seperti kemiringan
lereng, perubahan kelembapan tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan
serta pola pengolahan lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air permukaan), ulah
manusia seperti penggalian dan lain sebagainya. Selain itu terdapat faktor yang bersifat
aktif pada longsoran tanah adalah gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan,
kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air, pengisian air kedalam tanah
yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh air dan getaran–getaran
tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaraan berat. (Noor, Geologi Untuk
Perencanaan, 2011)
2.2.5 Erosi
Erosi adalah proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun hasil pelapukan
batuan (tanah) oleh media air, angin, maupun es/gletser. Berdasarkan bentuk dan
ukurannya, erosi dapat dibagi menjadi 5 (lima), yaitu:
1) Erosi alur (riil erosion) adalah erosi yang berbentuk alur-alur dengan ukuran lebar
lembahnya berkisar antara beberapa milimeter hingga beberapa centimeter.
2) Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang berbentuk lembaran dengan ukuran
sesuai dengan bidang yang dierosi.
3) Erosi drainase (travine erosion) adalah erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran
lebar lembahnya berkisar antara beberapa centimeter hingga satu meter.
4) Erosi saluran (gully erosion) adalah erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran
lebar lembahnya lebih besar satu meter hingga beberapa meter.
5) Erosi lembah (valley erosion) adalah erosi yang berbentuk lembah dengan ukuran
lebar lembahnya diatas sepuluh meter.
Dampak dari erosi adalah menurunnya produktivitas lahan pertanian, menurunnya
kualitas air, memabawa bahan kimia penyebab pencemaran, dan mengurangi kapasitas
sungai/saluran air dan waduk.
BESARNYA EROSI
E = R K LS C P
 E = banyaknya tanah yang tererosi satuan luas/waktu
 R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan
 K = faktor erodibilitas tanah
 LS = panjang kemiringan lereng
 C = faktor tanaman penutup
 P = tindakan konservasi
§
2.2.6 Kawasan Lindung
Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan. Termasuk dalam kawasan lindung ialah kawasan rawan bencana alam,
terdiri atas:
• kawasan rawan tanah longsor;
• kawasan rawan gelombang pasang; dan
• kawasan rawan banjir.
2.3 Analisis Problem Solving
Berdasarkan kondisi tanah di Kelurahan Sadeng dapat menimbulkan terjadinya
tanah longsor. Jenis tanah yang terdapat di kelurahan tersebut adalah tanah lempung
(tanah liat). Tanah tidak cocok dijadikan kawasan pertanian karena kondisi tanahnya
rentan dengan masalah ambelsan dan tanahnya kurang subur. Oleh karena itu,
pembangunan perumahan di kelurahan tersebut haruslah menggunakan sistem cluster
dan ketinggian antar tiang pancang disesuaikan dengan kedalaman tanah.
Sedangkan daerah rawan longsor di Kelurahan Sadeng terletak di daerah tebing di
atas akses jalan utama yang di bawahnya juga terdapat permukiman penduduk. Tanah
Longsor disini terjadi akibat beberapa hal. Pertama, tidak adanya penutup lahan di atas
tebing tersebut, sehingga tidak ada yang menahan tanah ketika air hujan mengikis.
Kedua, jenis tanah yang merupakan tanah liat yang memiliki sifat apabila terkena air
akan menjadi lempung. Air dalam lempung ini lama kelamaan akan membuat massa
tanah bertambah, sehingga pada akhirnya tanah pun amblas dan menyebabkan longsor.
Dari identifikasi kondisi, dapat diperkirakan apabila terjadi hujan yang cukup
lebar, sangat mungkin longsor kembali terjadi. Akibatnya, longsoran tanah ini akan
menutupi badan jalan utama dan juga jatuh ke rumah-rumah warga yang berada di
bagian bawah. Kejadian seperti ini dapat menimbulkan banyak kerugian baik materiil
maupun nonmateriil. Beberapa di antaranya ialah terganggunya akses transportasi
penduduk yang dapat menghambat aktivitas. Kemudian kerugian materiil berupa barang
atau bagian rumah serta jalan yang rusak yang dalam perbaikan dan perawatan di masa
selanjutnya membutuhkan biaya.
BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, merupakan daerah yang memiliki sumber
daya tanah berupa tanah bergerak. Selain itu Kelurahan Sadeng juga memiliki daerah
rawan longsor. Daerah rawan longsor ini merupakan sebuah tebing yang terletak diatas
jalan utama dan di bawahnya terdapat permukiman penduduk. Tanah longsor terjadi
karena tidak adanya penutup lahan di atas terbing tersebut. Selain itu, juga karena jenis
tanahnya yang berupa tanah liat. Kelerengan yang curam juga menjadi faktor penyebab
terjadinya longsor di daerah ini. Jika terjadi hujan cukup lebat, banyak kerugian yang
materiil maupun materiil yang dirasakan baik pemerintah maupun warga.
Untuk mengatasi permasalahan tanah di Kelurahan Sadeng ini diperlukan usaha
dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Membuat terasering dan
membeton jalan utama merupakan beberapa usaha yang telah dilakukan pemerintah.
Selain itu, diperlukan partisapasi warga sekitar untuk membuat bronjong yang terbuat
dari kawat yang cara pemakaiannya dengan mengumpulkan batu–batuan besar yang
diikat guna menahan longsoran.
3.2 Rekomendasi
Dalam menanggulangi tanah longsor dan tanah bergerak rekomendasi yang
diberikan adalah:
a. Membuat terasering di kawasan perbukitan yang berlereng terjal.
b. Membuat bronjong, terbuat dari kawat yang cara pemakaiannya dengan
mengumpulkan batu–batuan besar yang diikat.
c. Membeton jalan utama.
d. Menetapkan daerah tersebut menjadi kawasan lindung rawan bencana alam.
Pada poin rekomendasi penetapan daerah menjadi daerah kawasan lindung rawan
bencana artinya tidak diizinkan bagi penduduk sekitar untuk membangun permukiman
di daerah tersebut karena terlalu beresiko. Bagi penduduk yang sudah memiliki tempat
tinggal di daerah tersebut dapat direlokasikan ke daerah yang lebih aman. Disini peran
pemerintah dalam membuat kebijakannya sangat diperlukan, yaitu dalam mencari
alternatif lokasi yang aman bagi tempat bermukim penduduk yang baru serta
menyediakan segala akomodasi dalam prosesnya.

More Related Content

What's hot

Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanMenjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanzahrahoca
 
Presentasi triani
Presentasi trianiPresentasi triani
Presentasi trianiNurul Aulia
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHAlfian Nopara Saifudin
 
Bentuk muka bumi : Hand out IPS
Bentuk muka bumi : Hand out IPSBentuk muka bumi : Hand out IPS
Bentuk muka bumi : Hand out IPSedmundtanjaya
 
Keragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiKeragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiNur Istikomah
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Verani Nurizki
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanahHusna Kadir
 
Presentation permukaan bumi
Presentation permukaan bumiPresentation permukaan bumi
Presentation permukaan bumiMarni Marni
 
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ips
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ipsKeragaman bentuk muka bumi, presentasi ips
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ipsRania Maharani
 
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7Dianda Fakhira
 
Bentuk - bentuk muka bumi
Bentuk - bentuk muka bumiBentuk - bentuk muka bumi
Bentuk - bentuk muka bumiMuhammad Fajri
 
Aan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanahAan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanahaanjuniardi
 
Modul penuh geomorfologi
Modul penuh   geomorfologiModul penuh   geomorfologi
Modul penuh geomorfologiAsmawi Abdullah
 

What's hot (20)

Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanamanMenjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
Menjelaskan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman
 
Tanah - Litosfer
Tanah - Litosfer Tanah - Litosfer
Tanah - Litosfer
 
Presentasi triani
Presentasi trianiPresentasi triani
Presentasi triani
 
Litosfer
LitosferLitosfer
Litosfer
 
Laporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanahLaporan ilmu tanah
Laporan ilmu tanah
 
Bab i geomorfo
Bab i geomorfoBab i geomorfo
Bab i geomorfo
 
Geografi physical
Geografi physicalGeografi physical
Geografi physical
 
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAHlaporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
laporan praktikum acara 5 PENGENALAN PROFIL TANAH
 
Bentuk muka bumi : Hand out IPS
Bentuk muka bumi : Hand out IPSBentuk muka bumi : Hand out IPS
Bentuk muka bumi : Hand out IPS
 
Keragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumiKeragaman bentuk-muka-bumi
Keragaman bentuk-muka-bumi
 
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu TanahTugas Geologi dan Ilmu Tanah
Tugas Geologi dan Ilmu Tanah
 
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
Dinamika Litosfer ( Geografi Kelas X)
 
Pembentukan tanah
Pembentukan tanahPembentukan tanah
Pembentukan tanah
 
Presentation permukaan bumi
Presentation permukaan bumiPresentation permukaan bumi
Presentation permukaan bumi
 
Laporan resmi
Laporan resmiLaporan resmi
Laporan resmi
 
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ips
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ipsKeragaman bentuk muka bumi, presentasi ips
Keragaman bentuk muka bumi, presentasi ips
 
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7
Ilmu Pengetahuan Sosial kelas 7
 
Bentuk - bentuk muka bumi
Bentuk - bentuk muka bumiBentuk - bentuk muka bumi
Bentuk - bentuk muka bumi
 
Aan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanahAan kerusakan tanah
Aan kerusakan tanah
 
Modul penuh geomorfologi
Modul penuh   geomorfologiModul penuh   geomorfologi
Modul penuh geomorfologi
 

Viewers also liked

Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoLaras Kun Rahmanti Putri
 
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2Laras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaras Kun Rahmanti Putri
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaStudio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaLaras Kun Rahmanti Putri
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalLaras Kun Rahmanti Putri
 

Viewers also liked (19)

Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2Jurnal KTI Smt 2
Jurnal KTI Smt 2
 
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyantoPemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
Pemuda dalam perubahan sosial bram widyanto
 
Laporan
Laporan Laporan
Laporan
 
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2
Penulisan Artikel Ilmiah Pengantar Ekonomi Smt 2
 
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara KualanamuJurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
Jurnal Kesadaran Sosial Bandara Kualanamu
 
Lapor
LaporLapor
Lapor
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
 
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau RuangLaporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
Laporan Tubes Teknik Komunikasi Semester 2: Uang atau Ruang
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Laporan Tubes Geoling Kelompok IIB 2013.
Laporan Tubes Geoling Kelompok IIB 2013.Laporan Tubes Geoling Kelompok IIB 2013.
Laporan Tubes Geoling Kelompok IIB 2013.
 
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegaraTubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
Tubes II EWK :Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kab. banjarnegara
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-NgampelStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area : Pegandon-Ngampel
 
Perencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota SemarangPerencanaan BRT Kota Semarang
Perencanaan BRT Kota Semarang
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota BatamLaporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
Laporan Tubes Pempem Analisis Data Keuangan Kota Batam
 
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio PerencanaanLaporan Akhir Regional Studio Perencanaan
Laporan Akhir Regional Studio Perencanaan
 
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri RayaStudio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
Studio Proses Perencanaan - Profil Wilayah Regionaliasi Weleri Raya
 
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota KendalStudio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
Studio Perencanaan Laporan Akhir Fokus Area Kota Kendal
 
Studio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknisStudio Perencanaa - Proposal teknis
Studio Perencanaa - Proposal teknis
 

Similar to KONDISI TANAH DI KELURAHAN SADENG

Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasSilmi Kaffah
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpsNovita Lessy
 
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdfadoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdfTarisaNovsidaTarigan
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Paranody
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiDian Ulfa
 
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptx
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptxKonektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptx
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptxSyafiraShahnaz1
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptricky235411101008
 
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxFungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxAgathaHaselvin
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferDewi Maulida
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew Hidayat
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew Hidayat
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanmuhammadirfhan
 

Similar to KONDISI TANAH DI KELURAHAN SADENG (20)

Bahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugasBahan ajar dan tugas
Bahan ajar dan tugas
 
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptpspenyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
penyehatan tanah dan konsep tanah - ptps
 
Geografi lahan
Geografi lahanGeografi lahan
Geografi lahan
 
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdfadoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
 
Makalah erosi
Makalah erosiMakalah erosi
Makalah erosi
 
Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012Pedosfer x6 2012
Pedosfer x6 2012
 
Mengenal pedosfer
Mengenal pedosferMengenal pedosfer
Mengenal pedosfer
 
Tugas ipa
Tugas ipaTugas ipa
Tugas ipa
 
makalah-erosi
makalah-erosimakalah-erosi
makalah-erosi
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Sejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumiSejarah terbentuknya bumi
Sejarah terbentuknya bumi
 
Pedosfer
PedosferPedosfer
Pedosfer
 
Bab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashuluBab4 tanah brantashulu
Bab4 tanah brantashulu
 
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptx
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptxKonektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptx
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu.pptx
 
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.pptPertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
Pertemuan ke 9a_ Tanah Sawah_PMAET_2023.ppt
 
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptxFungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan-Fungsi_Tanah_bagi_Tumbuhan.pptx
 
Geografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika LitosferGeografi Dinamika Litosfer
Geografi Dinamika Litosfer
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
 
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...Andrew hidayat  memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan...
 
Hubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanamanHubungan tanah air dan tanaman
Hubungan tanah air dan tanaman
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdfPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdfLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaras Kun Rahmanti Putri
 
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node DistrictLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER Mapper
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER MapperLaprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER Mapper
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER MapperLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaras Kun Rahmanti Putri
 
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + Luas
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + LuasLaporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + Luas
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + LuasLaras Kun Rahmanti Putri
 

More from Laras Kun Rahmanti Putri (11)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdfPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KONDISI PASTI.pdf
 
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12BLaporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
Laporan Tubes Evaper IPAL di Wonosari Demak Kel. 12B
 
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
1. STUDIO RANCANG SERIES : Laporan Final Transit Node District
 
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
6. STUDIO RANCANG SERIES : Weblog Transit Node District
 
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
7. STUDIO RANCANG SERIES : Artikel Jurnal Transit Node District
 
Laporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron KidulLaporan Perkim Penggaron Kidul
Laporan Perkim Penggaron Kidul
 
Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)Studio 2 (Studio Perencanaan)
Studio 2 (Studio Perencanaan)
 
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER Mapper
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER MapperLaprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER Mapper
Laprak Interpretasi Ruang: Cropping Citra dg ER Mapper
 
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan ArcgisLaporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
Laporan Interpret: Deliniasi Peta dengan Arcgis
 
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + Luas
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + LuasLaporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + Luas
Laporan Interpret: Kontur + Tracking Jalan + Volume + Luas
 
Laporan Interpretasi Ruang Peta Tematik
Laporan Interpretasi Ruang Peta TematikLaporan Interpretasi Ruang Peta Tematik
Laporan Interpretasi Ruang Peta Tematik
 

Recently uploaded

manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1YudiPradipta
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehBISMIAULIA
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxnursariheldaseptiana
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanamalaguswan1
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxAhmadSyajili
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptAhmadSyajili
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasidadan50
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompokelmalinda2
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxnugrohoaditya12334
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalHendriKurniawanP
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Surveikustiyantidew94
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxrikosyahputra0173
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanBungaCitraNazwaAtin
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiCristianoRonaldo185977
 

Recently uploaded (14)

manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1manajemen analisis data export data epidata 3.1
manajemen analisis data export data epidata 3.1
 
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS AcehSKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
SKP GURU satuan kinerja pegawai tahun 2023 untuk PNS Aceh
 
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptxPPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
PPT Olah Nilai Kurikulum merdeka belajar.pptx
 
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaanANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
ANALISA KASUS KECELAKAAN KERJA pada saat melakukan pekerjaan
 
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptxkesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
kesalahan tipe 1 dan 2 pada statistik.pptx
 
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.pptpertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
pertemuan-3-distribusi pada-frekuensi.ppt
 
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasiDasar Telekomunikasi Pengenalan dasar  telekomunikasi
Dasar Telekomunikasi Pengenalan dasar telekomunikasi
 
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
415418921-statistika- mean media modus data tunggal dan data kelompok
 
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptxMANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
MANAJEMEN ASET DAN PENGADAAN BARANG_KEL 4_PEMANFAATAN BMN.pptx
 
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normalmenghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
menghitung skewness dan kurtosis pada distribusi normal
 
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau SurveiMetode penelitian Deskriptif atau Survei
Metode penelitian Deskriptif atau Survei
 
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptxMATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
MATERI SESI 2 KONSEP ETIKA KOMUNIKASI.pptx
 
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupanVULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
VULKANISME.pdf vulkanisme dan pengaruh nya terhadap kehidupan
 
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet RiyadiManajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
Manajemen Lalu Lintas Baru Di Jalan Selamet Riyadi
 

KONDISI TANAH DI KELURAHAN SADENG

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya tanah merupakan salah satu aspek yang menentukan apakah suatu wilayah yang dapat dihuni untuk kegiatan manusia. Di daerah dengan kondisi tanah yang dihuni manusia dapat dibangun bangunan untuk keperluan manusia seperti rumah- rumah. Tetapi, daerah yang tidak dihuni manusia dapat dijadikan sebagai daerah konservasi. Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Konservasi itu sendiri berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Konservasi tanah sendiri adalah tindakan untuk menggunakan tanah berdasarkan kemampuannya dan memperlakukannya sesuai syarat-syarat yang diperlukan agar tanah dapat tetap produktif dan tidak rusak. Konservasi tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Pada dasarnya konservasi tanah tersebut menjadikan setiap wilayah memiliki ciri khas atau karakteristik tertentu, seperti halnya dengan wilayah Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati. Wilayah studi yang akan dianalisis ini merupakan sebuah daerah yang memiliki tanah bergerak, sehingga rentan akan terjadinya tanah longsor yang berdampak terhadap kualitas tanah. Maka dari itu perlu dilakukan analisis permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah studi tersebut sehingga menghasilkan suatu rekomendasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
  • 2. 1.2. Perumusan Masalah Menurut Peta Zona Gerakan Tanah Kota Semarang, Jawa Tengah, Kelurahan Sadeng termasuk ke dalam zona gerakan tanah tinggi. Hal ini dapat membawa beberapa dampak atau bahaya geologi di daerah tersebut. Sejauh ini, cukup banyak kerugian yang dirasakan oleh penduduk sekitar kelurahan Sadeng. Dinding rumah penduduk retak- retak akibat aktivitas pergerakan tanah di Kelurahan Sadeng. Selain itu, tanah ambles juga merupakan bahaya yang sering terjadi di Kelurahan Sadeng. Padahal, cukup banyak perumahan yang dibangun di daerah tersebut. Para pengembang menerapkan sistem kluster ketika membangun perumahan guna mengurangi dampak dari bahaya longsor atau tanah bergerak tersebut. Tidak jarang terdengar berita bencana tanah longsor terjadi di Kecamatan Gunugpati. Kelurahan Sadeng tidak lepas dari sorotan sebagai salah satu daerah yang rawan bencana longsor. Ditambah dengan adanya sungai Kreo di kelurahan Sadeng yang membuat permasalahan kondisi tanah di kelurahan ini semakin pelik. Setiap pembangunan yang akan dilakukan di Kelurahan Sadeng haruslah direncanakan dengan perencanaan yang cermat serta melibatkan koordinasi yang baik dengan pihak pengembang, agar pembangunan yang akan dijalankan tetap disetai dengan tindakan antisipasi atas bahaya-bahaya yang mungkin terjadi. 1.3 Tujuan Laporan ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi tata guna lahan dan tanah serta mengetahui bahaya yang mungkin terjadi yang berkenaan dengan kondisi tanah di Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Identifikasi Kondisi Kondisi tanah disekitar Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunungpati memiliki permasalahan berupa jenis tanah yang aktif atau tanah bergerak. Kondisi jalanan bergelombang atau naik-turun dengan banyaknya jalan yang retak dan berlubang. Karena merupakan jenis tanah aktif, banyak jalan yang telah dibeton tetapi tidak lama setelahnya akan kembali rusak seperti semula. Selain itu, di dalam kelurahan ini, terdapat salah satu daerah yang merupakan daerah rawan tanah longsor (land slide). Lokasinya berada di dekat jalan utama yang merupakan salah satu universitas swasta Katolik di Kota Semarang. Saat ini daerah yang rawan tanah longsor tersebut hanya diganjal oleh bebatuan yang disusun agak tinggi untuk pencegahan awal apabila nantinya terjadi tanah longsor lagi. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Pengertian Tanah Tanah merupakan tubuh bumi atau alam yang mempunyai berbagai sifat fisik atau kimia sebagai refleksi dari pengaruh yang terintegrasi dari berbagai faktor pembentukan tanah. (Santun R.P. Sitorus) Tanah terbentuk oleh hasil kerja interaksi iklim (i) dan jasat hidup (o) terhadap bahan induk (b) dipengaruhi topografi (relief) tempat terbentuknya (r) dan waktu (w). T = f(i,o,b,r,w) Tanah terdiri dari beberapa bagian atau lapisan diantaranya yaitu : • Lapisan Tanah Atas yang bersifat sangat subur dan humus; • Lapisan Tanah Bawah yang merupakan lapisan kedua dari atas, warna lebih muda, susunan lebih rapat, tidak subur dan tidak mengandung humus; • Lapisan Bahan Induk merupakan lapisan yang banyak mengandung pecahan batuan (bahan dasar tanah); • Batuan : Bersifat keras karena banyak mengandung batuan.
  • 4. 2.2.2 Jenis Tanah Interaksi antara faktor-faktor pembentuk tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah dengan klasifikasi yang berbeda. a. Tanah Organosol atau Tanah Gambut Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa, mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi. b. Tanah Aluvial Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai. c. Tanah Regosol Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. d. Tanah Litosol Tanah litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna. Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh Indonesia. e. Tanah Latosol Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut. f. Tanah Grumusol Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumidatau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
  • 5. g. Tanah Podsolik Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering. h. Tanah Podsol Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah. i. Tanah Andosol Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu hingga hitam. j. Tanah Mediteran Merah Kuning Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”. k. Hidromorf Kelabu Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan. 2.2.3 Gerakan Tanah Gerakan tanah diartikan sebagai suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (gravitasi). Faktor internal yang dapat mengakibatkan terjadinya gerakan adalah daya ikat (kohesi) dari tanah/batuan kecil sehingga partikel tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya, bergerak ke bawah dengan menyeret partikel lain yang dilaluinya membentuk massa yang lebih besar. Kecilnya daya ikat dapat disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelulusan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari massa tersebut. Faktor eksternal yang daat mempercepat terjadinya gerakan terdiri dari berbagai sebab yang
  • 6. kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan kelembaban air hujan, tutupan vegetasi, dan pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti ekskavasi. 2.2.4 Tanah Longsor Longsoran tanah atau gerakan tanah adalah proses perpindahan masa batuan/tanah akibat gaya berat (gravitasi). Tidak jarang permukiman yang dibangun di sekitar perbukitan kurang memperhatikan masalah kestabilan lereng sehingga secara tidak sadar potensi bahaya longsoran tanah setiap saat dapat mengancam. Faktor internal yang menjadi penyebab longsoran tanah adalah daya ikat kohesi tanah yang lemah. Hal ini disebabkan oleh sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut. Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempercepat dan menjadi pemicu longsoran tanah dapat terdiri dari berbagai faktor yang kompleks seperti kemiringan lereng, perubahan kelembapan tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan serta pola pengolahan lahan, pengikisan oleh air yang mengalir (air permukaan), ulah manusia seperti penggalian dan lain sebagainya. Selain itu terdapat faktor yang bersifat aktif pada longsoran tanah adalah gangguan yang terjadi secara alamiah ataupun buatan, kemiringan lereng yang menjadi terjal karena aliran air, pengisian air kedalam tanah yang melebihi kapasitasnya, sehingga tanah menjadi jenuh air dan getaran–getaran tanah yang diakibatkan oleh seismisitas atau kendaraan berat. (Noor, Geologi Untuk Perencanaan, 2011) 2.2.5 Erosi Erosi adalah proses pengikisan yang terjadi pada batuan maupun hasil pelapukan batuan (tanah) oleh media air, angin, maupun es/gletser. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, erosi dapat dibagi menjadi 5 (lima), yaitu: 1) Erosi alur (riil erosion) adalah erosi yang berbentuk alur-alur dengan ukuran lebar lembahnya berkisar antara beberapa milimeter hingga beberapa centimeter. 2) Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang berbentuk lembaran dengan ukuran sesuai dengan bidang yang dierosi.
  • 7. 3) Erosi drainase (travine erosion) adalah erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya berkisar antara beberapa centimeter hingga satu meter. 4) Erosi saluran (gully erosion) adalah erosi yang berbentuk saluran dengan ukuran lebar lembahnya lebih besar satu meter hingga beberapa meter. 5) Erosi lembah (valley erosion) adalah erosi yang berbentuk lembah dengan ukuran lebar lembahnya diatas sepuluh meter. Dampak dari erosi adalah menurunnya produktivitas lahan pertanian, menurunnya kualitas air, memabawa bahan kimia penyebab pencemaran, dan mengurangi kapasitas sungai/saluran air dan waduk. BESARNYA EROSI E = R K LS C P  E = banyaknya tanah yang tererosi satuan luas/waktu  R = faktor erosivitas hujan dan aliran permukaan  K = faktor erodibilitas tanah  LS = panjang kemiringan lereng  C = faktor tanaman penutup  P = tindakan konservasi § 2.2.6 Kawasan Lindung Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Termasuk dalam kawasan lindung ialah kawasan rawan bencana alam, terdiri atas: • kawasan rawan tanah longsor; • kawasan rawan gelombang pasang; dan • kawasan rawan banjir. 2.3 Analisis Problem Solving Berdasarkan kondisi tanah di Kelurahan Sadeng dapat menimbulkan terjadinya tanah longsor. Jenis tanah yang terdapat di kelurahan tersebut adalah tanah lempung (tanah liat). Tanah tidak cocok dijadikan kawasan pertanian karena kondisi tanahnya rentan dengan masalah ambelsan dan tanahnya kurang subur. Oleh karena itu,
  • 8. pembangunan perumahan di kelurahan tersebut haruslah menggunakan sistem cluster dan ketinggian antar tiang pancang disesuaikan dengan kedalaman tanah. Sedangkan daerah rawan longsor di Kelurahan Sadeng terletak di daerah tebing di atas akses jalan utama yang di bawahnya juga terdapat permukiman penduduk. Tanah Longsor disini terjadi akibat beberapa hal. Pertama, tidak adanya penutup lahan di atas tebing tersebut, sehingga tidak ada yang menahan tanah ketika air hujan mengikis. Kedua, jenis tanah yang merupakan tanah liat yang memiliki sifat apabila terkena air akan menjadi lempung. Air dalam lempung ini lama kelamaan akan membuat massa tanah bertambah, sehingga pada akhirnya tanah pun amblas dan menyebabkan longsor. Dari identifikasi kondisi, dapat diperkirakan apabila terjadi hujan yang cukup lebar, sangat mungkin longsor kembali terjadi. Akibatnya, longsoran tanah ini akan menutupi badan jalan utama dan juga jatuh ke rumah-rumah warga yang berada di bagian bawah. Kejadian seperti ini dapat menimbulkan banyak kerugian baik materiil maupun nonmateriil. Beberapa di antaranya ialah terganggunya akses transportasi penduduk yang dapat menghambat aktivitas. Kemudian kerugian materiil berupa barang atau bagian rumah serta jalan yang rusak yang dalam perbaikan dan perawatan di masa selanjutnya membutuhkan biaya.
  • 9. BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 3.1 Kesimpulan Kelurahan Sadeng, Kecamatan Gunung Pati, merupakan daerah yang memiliki sumber daya tanah berupa tanah bergerak. Selain itu Kelurahan Sadeng juga memiliki daerah rawan longsor. Daerah rawan longsor ini merupakan sebuah tebing yang terletak diatas jalan utama dan di bawahnya terdapat permukiman penduduk. Tanah longsor terjadi karena tidak adanya penutup lahan di atas terbing tersebut. Selain itu, juga karena jenis tanahnya yang berupa tanah liat. Kelerengan yang curam juga menjadi faktor penyebab terjadinya longsor di daerah ini. Jika terjadi hujan cukup lebat, banyak kerugian yang materiil maupun materiil yang dirasakan baik pemerintah maupun warga. Untuk mengatasi permasalahan tanah di Kelurahan Sadeng ini diperlukan usaha dari semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat. Membuat terasering dan membeton jalan utama merupakan beberapa usaha yang telah dilakukan pemerintah. Selain itu, diperlukan partisapasi warga sekitar untuk membuat bronjong yang terbuat dari kawat yang cara pemakaiannya dengan mengumpulkan batu–batuan besar yang diikat guna menahan longsoran. 3.2 Rekomendasi Dalam menanggulangi tanah longsor dan tanah bergerak rekomendasi yang diberikan adalah: a. Membuat terasering di kawasan perbukitan yang berlereng terjal. b. Membuat bronjong, terbuat dari kawat yang cara pemakaiannya dengan mengumpulkan batu–batuan besar yang diikat. c. Membeton jalan utama. d. Menetapkan daerah tersebut menjadi kawasan lindung rawan bencana alam. Pada poin rekomendasi penetapan daerah menjadi daerah kawasan lindung rawan bencana artinya tidak diizinkan bagi penduduk sekitar untuk membangun permukiman di daerah tersebut karena terlalu beresiko. Bagi penduduk yang sudah memiliki tempat tinggal di daerah tersebut dapat direlokasikan ke daerah yang lebih aman. Disini peran pemerintah dalam membuat kebijakannya sangat diperlukan, yaitu dalam mencari
  • 10. alternatif lokasi yang aman bagi tempat bermukim penduduk yang baru serta menyediakan segala akomodasi dalam prosesnya.