Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
makalah-erosi
1. TUGAS MAKALAH
KAPITA SELEKTA GEOGRAFI
OLEH :
ARMEIDI
13131 / 09
PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
2. Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas
hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi
badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya,
kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di
lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi.
sedimen yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang
curam, lebih mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah.
porositas dan permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan
dengan mudah tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah,
limpasan permukaan yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan.
Sedimen yang mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir
atau silt. Dampak sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya
diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua
lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-
hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di
permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau
penebangan, derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang
parah dapat menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat.
dalam hal kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus
dihilangkan atau dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi
jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan
dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan
meniru pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan
erosi.
EROSI
3. Erosi atau pengikisan adalah proses pelepasan dan pemindahan massa batuan secara
alami dari satu tempat ke tempat lain oleh suatu tenaga pengangkut yang ada di permukaan
bumi, antara lain air, angin dan gletser. Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan
(sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat transportasi angin, air atau es,
karakteristik hujan,creep pada tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh
makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi
tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran
mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah
yang digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh
lebih besar dari tanah dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian
meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna
lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building,
praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB EROSI
Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya erosi diantaranya adalah:
1.Iklim
Iklim dapat mempengaruhi erosi oleh karena menentukan indeks erosifitas hujan. Selain
itu, komponen iklim yaitu curah hujan dapat mempengaruhi laju erosifitas secara terus
menerus sesuai intensitas hujan yang terjadi.
2.Tanah
4. Sedang tanah dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan
(erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah terhadap erosi
atau ketahanan tanah terhadap adanya erosi).
3.Topografi
Kemampuan tanah terbawa air erosi dipengaruhi oleh topografi suatu wilayah. Kondisi
wilayah yang dapat menghanyutkan tanah sebagai sedimen erosi secara cepat adalah
wilayah yang memiliki kemiringan lereng yang cukup besar. Sedangkan pada wilayah
yang landai akan kurang intensif laju erosifitasnya, karena lebih cenderung untuk terjadi
penggenangan.
4. Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih aman dari
percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah. Selain
melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk memperbaiki
susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.
5. Manusia
Manusia dapat berperan sebagai penyebab cepatnya laju erosi maupun menekan laju erosi.
Dalam proses mempercepat erosi, manusia banyak melakukan kesalahan dalam
pengelolaan lingkungan, seperti penambangan, eksploitasi hutan, pengerukan tanah, dan
lain sebagainya. Sedangkan dalam penanggulangan laju erosi, manusia dapat melakukan
evaluasi konservasi lahan dengan cara reboisasi, pembuatan terasering pada areal
pertanian,dan lain-lain.
2. JENIS-JENIS EROSI
5. Dilihat dari penyebabnya ada empat jenis erosi, yaitu :
a. Erosi air sungai
Air yang mengalir menimbulkan gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Gesekan itu
besar kalau kecepatan dan jumlah airnya besar. Gesekan air ini menimbulkan
pengikisan, sebab air itu banyak mengangkut benda-benda padat. Air yang tenang
tidak mengadakan gesekan dan tidak menimbulkan pengiksan. Jadi, syarat pengikisan
adalah bahwa air itu harus mengalir dan mengangkut benda-benda padat.
Akibatnya, terjadilah lembah-lembah, ngarai, dan jurang yang dalam. Misalnya
Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon dengan Sungai Colorado di
Amerika Serikat.
b. Erosi air laut (abrasi)
Abrasi merupakan perusakan/pengikisan pantai oleh pukulan gelombang laut yang
terus menerus terhadap dinding pantai. Contoh : Pantai Parangtritis di Yogyakarta.
c. Erosi es (gletser)
Gletser merupakan pengikisan yang dilakukan oleh gerakan lapisan es atau karena
pencairannya menuruni pegunungan. Hasil pengikisan batuan terseret ke bawah dan
ketika tenaga pengangkut melemah, maka material-material akan terendapkan oleh
erosi es disebut Moraine. Contoh : Pantai Fyord di Skandinavia.
d. Erosi angin (korasi)
Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Pasir-pasir tersebut
diendapkan di tempat lain dan membentuk bukit pasir dan gelombang-gelombang
pasir. Jika angin bersama pasir mengikis batu-batuan yang dilaluinya, maka akan
membentuk batu cendawan di guru pasir. Contoh : Tanah Lȍ ss di Cina Utara setebal
600 meter adalah hasil erosi angin dari Gurun Gobi.
Bentuk-bentuk erosi ini merujuk pada erosi yang terjadi secara accelerated. Seperti
pada bagian awal, erosi semacam ini banyak dipengaruhi oleh iklim dan faktor
manusia. Kartasapoetra dalam bukunya “Tekhnologi Konservasi Tanah dan Air”
menyebutkan bentuk-bentuk erosinya adalah:
1. Sheet Erosion (erosi lembaran)
Adalah erosi dalam bentuk lembaran-lembaran pada permukaan tanah. Tejadi
6. pengangkatan dan pemindahan tanah demikian merata pada bagian permukaan tanah.
2. Rill Erosion (erosi alur)
Daya aliran air dengan mudah terus akan melakukan pengikisan kebagian bawahnya,
dengan demikian pengikisan terus merambat kebagian bawahnya lagi dan
terbentuklah alur-alur pada permukaan tanah dari atas memanjang kebawah, alur ini
adalah dangkal.
3. Gully Erosion (erosi parit)
Erosi parit sangat erat hubungannya dengan erosi alur, karena memang erosi parit
melanjutkan aktivitas daya pengikisan partikel tanah pada alur-alur yang sudah
terbentuk.
Penggunaan intensif jalan setapak dihutan dapat menyebabkan pemadatan tanah,
peningkatan aliran pemukaan, dan kemudian pembentukan parit-parit erosi (Laurence
& Peter,1988:16)
4. Stream Bank Erosion (erosi tebing sungai)
Umumnya terjadi pada sungai sungai yang berbelok-belok tergantung dari derasnya
arus sungai. Sungai yang lurus jarang sekali menimbulkan erosi tebing.
Menurut Hudson dalam tulisannya, besarnya erosi maksimal yang dapat dibiarkan
adalah berkisar antara 2,5 – 12,5 ton per hektar per tahun. Laju erosi diberbagai DAS
saat ini relatif tinggi. Misalnya sub-DAS Ciliwung Hulu, secara kumulatif laju erosi
yang terjadi adalah 19,3 ton/ha/th dengan indeks erosi sebesar 1,29 (>1) yang berarti
bahwa ditinjau dari segi erosi DAS tersebut dalam kondisi jelek (Arief Guritno
dkk,2003). Kita hanya bisa menghambat berlangsungnya erosi tetapi tidak bisa
mencegah sama sekali terjadinya erosi tersebut. Penghambatan tersebut adalah sangat
tergantung pada aktivitas dan kebijaksanaan kita pula (G Kartasapoetra dkk,1991:60).
7. 3. DAMPAK EROSI
Dampak erosi dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Dampak ditempat asal terjadinya erosi (on site)
Dampak erosi tanah di tapak (on-site) merupakan dampak yang dapat terlihat langsung
kepada pengelola lahan yaitu berupa penurunan produktifitas. Hal ini berdampak pada
kehilangan produksi peningkatan penggunaan pupuk dan kehilangan lapisan olah tanah
yang akhirnya menimbulkan terjadinya tanah kritis.
Pengaruh erosi pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan
partikel-partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan
penampungan, serta perubahan profil tanah. Sedangkan pengaruh pada kesuburan kimia
tanah menurut Goeswono Soepardi dalam bukunya “Sifat dan Ciri Tanah” adalah
kehilangan unsur hara karena erosi selama rata-rata 2 tahun yang diperoleh dari
percobaan di Missouri yaitu N 66 kg per hektar, kemudian P2O5 41 kg per hektar,K2O
729 kg per hektar, MgO 145 per kg per hektar,dan SO4 sebanyak 42 kg per hektar per
tahun.
Tanah yang dikatakan rusak kalau lapisan bagian atasnya atau top soil (ketebalan 15 -
35 cm) memang telah banyak terkikis dan atau dihanyutkan oleh arus air hujan,
sehingga lapisan tersebut menjadi tipis atau bahkan hilang (A.G
Kartasapoetra,1986:45).
Sementara itu, Jung L sekitar tahun 1953 telah melakukan penelitian yang telah
membuktikan adanya penghanyutan bahan organik yang diakibatkan erosi, seperti
halnya pada table berikut:
Bagian lereng P2O5
(mg/100g tanah) K2O
(mg/100g tanah) Humus (%)
8. puncak 10,0 14,3 1,69
tengah 4,7 9,8 1,58
bawah 7,2 16,8 1,71
b) Dampak pada daerah diluarnya (off site).
Dampak erosi tanah diluar lahan pertanian (off-site) merupakan dampak sangt besar
pengaruhnya. Sedimen hasil erosi tanah dan kontaminan yang terbawa bersama
sedimen menimbulkan kerugian dan biaya yang sangat besar dalam kehidupan.
Arsyad (1989) mengemukakan bentuk dampak off-site antara lain:
1. Pelumpuran dan pendangkalan waduk
2. Tertimbunnya lahan pertanian dan bangunan
3. Memburuknya kualitas air, dan
4. Kerugian ekosistem perairan
4. UPAYA PENANGGULANGAN EROSI
A. sebagai manusia harus sadar akan permasalahan erosi dan dampak yang akan
timbul dan menyerang kita sendir.
B. janganlah merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat
berpengaruh dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di
hutan segera diganti dengan pohon baru.
5.
lakukan segera pengolahan tanah pertanian secara bijak dengan cara membuat
sengkedan-sengkedan ataupun terasering untuk menahan laju erosi agar tidak terlalu
besar.
9. Keempat, Hijaukan kembali (reboisasi) dan lakukan konservasi hutan-hutan yang
telah gundul akibat keserakahan kita sebagai manusia.
a. Membuat tanah di lereng gunung atau tanah yang miring menjadi bertingkat-tingkat,
yang disebut terasering.
b. Menjalankan strip-cropping, yaitu mengadakan tanaman selang-seling yang waktu
panennya tidak sama.
c. Menanami daerah-daerah hutan yang gundul (reboisasi).
d. Mengadakan contour-plowing, yaitu melakukan pembajakan yang searah dengan
kontur.
e. Tidak merusak ekosistem hutan karena hutan adalah tempat yang sangat berpengaruh
dalam terjadinya erosi disekitarnya. Jika menebangi pohon di hutan segera diganti
dengan pohon baru.
Rhett A Butler mengemukakan bahwa akar-akar dari pepohonan kayu keras dan
vegetasi hujan membantu menahan tanah. Saat pohon kita tebangi maka tak akan ada
lagi penahan apapun yang dapat melindungi tanah dan material tanahpun akan cepat
terbawa/hanyut oleh air hujan. Oleh sebab itu alangkah baiknya mulai dari sekarang
kita pikirkan secara matang akan dampak dari erosi yang yang telah menimpa kita
saat ini dan jangan sampai lagi terulang dimasa yang akan datang. Dengan kesadaran
tinggi akan hal tersebut kita harus segera berupaya untuk melakukan kegiatan yang
dapat mengurangi terjadinya erosi tanah.
10. A.G Kartasapoetra. 1986.Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Jakarta:Bumi
Aksara
Ahmad Basyir dkk. 2006. Jurnal Ekologi Perubahan Perilaku Daerah Aliran Sungai
Citarum Hulu dengan Pemodelan Spasial.Bandung: www.ftsl.itb.ac.id
Arief Guritno dkk. 2003. Konsep Penerapan Teknologi Tepat Guna Sebagai Alternatif Upaya
Mengatasi Dampak Sumberdaya Air. Bogor: IPB
G Kartasapoetra. 1991. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta: PT Rineka Cipta
Lawrence dan Peter. 1988. Daerah Aliran Sungai Hutan Tropika. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Diposkan oleh Alex di 09:04