1. Tanah Sawah: Sifat & Pengelolaan
Program Studi Magister
Agroekoteknologi
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
Oleh :
Dr. Ir. Halim Akbar, M.Si
Sabtu, Nopember 2023
Pertemuan Ke - 9
4. Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik
terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.
Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan
istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan dan sebagainya.
Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian
disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat
saluran-saluran drainase
Ciri khas tanah sawah atau paddy soils dan yang membedakan dengan tanah
tergenang lainnya, adalah lapisan oksidasi di bawah permukaan air akibat
difusi O2 setebal 0,8-1,0 cm, selanjutnya lapisan reduksi setebal 25-30 cm dan
diikuti oleh lapisan tapak bajak yang kedap air.
Selain itu selama pertumbuhannya tanaman padi akan terjadi sekresi O2 oleh
akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan yang khas pada tanah
sawah.
U l a s a n
:
01
5. L a n j u t a n .. .
02
Pengelolaan tahan sawah berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci
keberhasilan peningkatan produksi padi.
Teknik pengelolahan sawah, intensitas penggunaan sawah, serta perbedaan bahan
induk tanah dapat menyebabkan terjadinya perbedaan sifat fisik dan kimia tanah
(Michael, 1978).
Tanah sawah beririgasi umumnya diolah dengan cara pelumpuran (pudding).
Pengaruh pelumpuran terhadap sifat fisik tanah menjadi sangat spesifik pada lahan
sawah dan sekaligus memberikan indikasi perbedaan perubahan sifat fisik tanah
antara tanah yang disawahkan dengan tanah yang tidak disawahkan (Prasetyo dkk.,
2004).
6. Kesuburan tanah
02
Tingkat kesuburan tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain keanekaragaman mikroba tanah, faktor iklim seperti suhu,
curah hujan, kelembapan, faktor nutrisi dan lingkungan serta
populasi mikroba yang merupakan indikator tingkat kesuburan
tanah (Purwaningsih, 2004).
Tanah yang kandungan bahan organiknya rendah, akan berkurang
daya sangganya terhadap segala aktivitas sifat fisik, kimia dan
biologis tanahnya
Bahan organik berperan sebagai penyangga biologi sehingga tanah
dapat menyediakan hara dalam jumlah berimbang untuk tanaman
7. Mikroorganisme Tanah
02
Tanah merupakan tempat hidup berbagai kehidupan tumbuhan, hewan, dan
jasad renik. Jasad renik dan mikrooganisme disebut sebagai mikroba bukan
hanya karena ukurannya yang kecil sehingga sukar dilihat dengan mata, tetapi
juga karena pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana dibandingkan
dengan jasad tingkat tinggi.
Berbagai jenis mikroorganisme tanah yang menguntungkan bagi tanaman,
mikroorganisme penambat N, pelarut P, dan pemantap agregat tanah, dapat
dikemas sebagai salah satu pilar nutrisi tanaman melalui pupuk hayati
Peranan terpenting mikroorganisme tanah ialah fungsinya yang membawa
perubahan kimiawi pada substansisubstansi didalam tanah, terutama
pengubahan persenyawaan organik yang mengandung karbon, nitrogen, sulfur
dan fosfor menjadi persenyawaan anorganik atau disebut mineralisasi. F
8. Fungsi mikroba di dalam tanah digolongkan menjadi empat, yaitu
- sebagai penyedia unsur hara dalam tanah,
- perombak bahan organik dan mineralisasi organik,
- memacu pertumbuhan tanaman, dan
- sebagai agen hayati pengendali hama dan penyakit tanaman,
dengan demikian peranan mikroba juga berpengaruh terhadap sifat kimia dan
fisik tanah serta pertumbuhan tanaman
Apa Fungsi Mikroba . . . . . ?
9. SIFAT TANAH SAWAH DAN METODA PENGELOLAANNYA
Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah kering dan tanah basah atau
tanah rawa
Sudah pasti karakterisasi tanah sawah-sawah tersebut akan
dipengaruhi oleh bahan pembentuk tanahnya.
Tanah sawah dari tanah kering (di dataran rendah, dataran tinggi,
awalnya tanah kering tidak pernah jenuh air, sehingga morfologinya
akan sangat berbeda dengan tanah sawah dari tanah rawa yang
awalnya sudah jenuh air.
Proses reduksi dan oksidasi merupakan proses yang mengakibatkan
perubahan sifat mineral, kimia, fisika dan biologi tanah sawah.
10. Sifat Fisik Tanah Sawah
Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan untuk dijadikan lahan
sawah.
Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah memberikan informasi untuk penilaian
kesesuaian lahan.
Ini terkait hubungannya dengan efisiensi penggunaan air.
sifat fisik tanah yang sangat penting untuk dinilai adalah tekstur, struktur, drainase,
permeabilitas dan tinggi muka air tanah
Sifat fisik ini berhubungan erat dengan pelumpuran (puddling) dan efisiensi
penggunaan air irigasi
Tanah sawah beririgasi umumnya diolah dengan cara pelumpuran (puddling).
Ini memberikan indikasi perbedaan perubahan sifat fisik tanah antara tanah yang
disawahkan dengan tanah yang tidak disawahkan.
11. • Tanah yang bertekstur halus bila terdispersi akan mampu menutup pori di
bawah lapisan olah.
• Kondisi ini akan mempercepat terbentuknya lapisan tapak bajak (plowpan)
yang berpermebilitas lambat.
• Kemampuan membentuk lapisan tapak bajak ini penting untuk tanah-tanah
dengan rezim kelembapan Udic dan Ustic.
• Lapisan tapak bajak ini sangat penting terutama untuk sawah beririgasi, agar
air irigasi tidak mudah hilang melalui perkolasi ke lapisan bawah sehingga
penggunaan air irigasi menjadi efisien.
• Tekstur tanah sedang sampai agak halus sesuai untuk tanaman lahan kering
karena tanah tersebut mudah diolah, memiliki kapasitas menahan air (water
holding capacity) yang relatif tinggi
• Tanah dengan tekstur agak berat seperti lempung halus, debu halus, dan liat
halus sangat cocok untuk disawahkan.
• Tanah-tanah dengan kandungan liat 25-50% pada lapisan tanah atas (top
soil) dan tekstur yang sama atau lebih tinggi pada lapisan bawah (subsoil)
sangat mendukung peningkatan hasil padi (Grant dalam Prihar et al., 1985).
Tekstur tanah
12. Tanah bertekstur kasar pada lapisan tanah atas kurang sesuai untuk tanaman padi
karena tanah tersebut memiliki laju perkolasi yang cepat, tidak efisien dalam
penggunaan air, dan kehilangan hara pada tanah ini tergolong tinggi.
Demikian halnya jika tanah-tanah ini digunakan untuk tanaman yang lain karena
umumnya tanah ini memiliki KTK yang rendah, kandungan hara rendah dan
kemampuan menahan air yang juga rendah. Namun demikian jika tanah lapisan
bawah bertekstur halus, maka tanah-tanah tersebut masih memungkinkan untuk
disawahkan (Prihar et al., 1985).
13. Struktur tanah
Pengolahan tanah dengan cara pelumpuran menghancurkan agregat tanah.
Pada kondisi tergenang agregat tanah akan terdispersi dan penghancuran agregat
akan semakin intensif pada saat tanah dibajak, digaru dan dilumpurkan.
Jika tanah dilumpurkan, tiap lapisan pada zona pelumpuran memiliki karakteristik
yang berbeda dengan lapisan yang lainnya.
Menurut Chaudhary dan Ghildyal (1969), pelumpuran mengurangi diameter rata-rata
agregat dari 1,70 mm menjadi 0,36 mm.
14. Bobot isi (bulk density)
Lahan sawah beririgasi, pengolahan tanahnya dilakukan dengan cara dilumpurkan,
dan ini akan berpengaruh pada bobot isi tanah.
Intensitas pelumpuran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap bobot isi
tanah.
Hasil penelitian pada tanah sawah bukaan baru, Subagyono et al. (2001) pelumpuran
menurunkan bobot isi tanah bertekstur liat, liat berdebu dan lempung berliat
dengan 11%, 16%, 10% dan 27%, 23%,12% berturut-turut pada tanah yang
dilumpuran sekali dan dua kali.
Pelumpuran dua kali pada tanah bertekstur lempung liat berpasir menurunkan
bobot isi hingga 26% (Tabel 9).
Meningkat dan menurunnya bobot isi dapat terjadi tergantung pada agregat tanah
sebelum tanah dilumpurkan.
tanah yang disawahkan bobot isi tanah cenderung menurun dibanding jika tanah
tidak disawahkan.
15. Ketahanan Tanah (soil strength)
Tanah sawah beririgasi umumnya memiliki
ketahanan penetrasi yang relatif rendah di
lapisan tanah atas dan meningkat pada
lapisan tanah yang lebih dalam.
Subagyono et al. (2001) melaporkan bahwa
tanah yang dilumpurkan memiliki
ketahanan penetrasi yang lebih rendah
hingga kedalaman kurang lebih 25 cm
dibanding jika tanah tidak diolah
Penurunan ketahanan tanah terhadap
penetrasi pada tanah yang dilumpurkan
disebabkan oleh kandungan air yang lebih
tinggi dibanding tanah yang tidak diolah
16. Permeabilita
s
Akibat agregat tanah yang hancur oleh pengolahan tanah dengan
pelumpuran, porositas dan distribusi pori juga berubah
Hal ini berakibat pada menurunnya kemampuan tanah melalukan air
Pelumpuran dua kali menurunkan permeabilitas tanah relatif lebih tinggi
dibanding pelumpuran sekali.
Tingkat kehancuran agregat tanah dan porositas serta distribusi pori
sangat ditentukan oleh intensitas pengolahan tanah dengan cara
pelumpuran.
Intensitas pelumpuran juga berpengaruh pada perubahan permeabilitas
tanah
17. Porositas tanah
Pengolahan dengan pelumpuran pada
tanah sawah menurunkan total porositas
tanah.
Ini menunjukkan bahwa tanah yang
disawahkan akan menurun ruang pori
totalnya dan relatif lebih rendah dibanding
jika tanah tidak disawahkan.
Penurunan porositas total ini sangat
ditentukan oleh struktur tanah sebelum
dilumpurkan.
18. Pelumpuran sebagai suatu cara pengolahan
tanah yang spesifik untuk tanah sawah tidak
saja memberikan pengaruh positif dalam
menekan laju perkolasi karena lapisan tapak
bajak yang terbentuk......
Tetapi juga harus diperhatikan pengaruh
negatifnya. Dengan demikian beberapa
integrasi komponen teknologi yang mampu
mengurangi akibat buruk pelumpuran bisa
dilakukan, sebagai contoh pemberian bahan
organik.