SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Tohun XlV, Juli 1995 117
MEMELIHARA LINGKUNGAN DENGAN PENGATURAN
TATA RUANG PENGGUNAAN LAHAN
OIeh
Sunar Rochmadi
Abstrak
Kepentingan uotuk memelihara lingkungan sering berbenturan
dengan kebutuhan untuk mcmbangun. Pengaturan tata ruang
pengunaan lahan dapat dip~kai untuk menengahi konflik antara
dua kepentingan tersebut. Dengan demikian pembangunan yang
berkesinambungan (sustainable development) dapat berjalan.
Beberapa aspek yang perlu diperhitungkan dalam pcngaturan
tata ruang antara lain aspek topografi. hidrolgi. geologi. tanah,
vegctasi dan penggunaan Jahan. Masing-masing aspek tersebut
perlu ditinjau kesesuaiannya terhadap berbagai jenis penggunaan
1ahan. Dalam studi kelayakan. kesesuaian tcrsebut dapat dituang-
kan dalum bentuk peta-peta kesesuaian untuk kemudian dibuat
peta kcsesuaian gabungan yang mencakup semua aspek. HasH
sudi kelayakan ini dapat digunakan untuk penyusunan rencana tata
ruang penggunaan lahan.
Pendahuluan
Hasrat untuk memelihara lingkungan sering berbenturan dengan
kebutuhan untuk membangun. Beberapa contoh berikut dikemukakan
sebagai ilustrasi adanya benturan antara dua kepentingan tersebut. Tanah
pek,!rangan atau persawahan yang dirubah menjadi pemukiman akan
mengakibatkan berkurangnya air hujan yang dapat meresap ke dalam
tanah. Air hujan yang tadinya leluasa meresap akan tergenang di permu-
kaan bumi. Apabila dibuatkan saluran untuk menghilangkan genangan
tersebut, makaai'r limpasan tersebut akan mengalir ke hilir dan mengge-
nangi daerah hilir. Dengan demikian yang terjadi adalah pemindahan
masalah genangan dari tempat turunnya hujan menjadi banjir di daerah
hilir.
Apabila pada sebuah atau beberapa kampung kemudian di dekat-
nya dibangun jaian bebas hambatan, maka akan terjadi peningkatankebi·
singan dan pencemaran udara. Begitu pula bila suatu industri yan~
berpotensi mencemari air atau udara dibangun di dekat daerah pell1ukim·
an, maka akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk d
pemukiman tersebut. ;,,;
118 Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Ta/tun XlV, Juli 1995
.-
Pekerjaari pra-konstruksi yang berupa kegiatan pengubaban bentuk
laban dan menghilangkan vegetasi, yang meliputi: Perataan, penggalian
dan penimbunan tanah, dapat memicu terjadinya erosi tanah. Erosi ini
akan lebih parab pada daerah dengan kemiringan permukaan tanab yang
curam. Apabila hujan turun, tanah.yang tererosi akan hanyut ke hilir
berupa banjir lumpur yang akan berdampak negatif terhadap lingkungan,
misalnya: tertimbunnya tanaman dan penuhnya saluran irigasi oleh
sedimen.
Hutan bakau di daerah rawa (wetland) apabiia direklamasi atau
ditimbun untuk daerab pemukiman atau industri, akan berakibat punah-
nya habibat udang, ikan dan binatang air lainnya. Apabila hal ini di-
biarkan tanpa diupayakan adanya habibat pengganti, misalnya dengan
pmbuatan hutan bakau buatan, akan menurunkan penghasilan nelayan
atau petani ikan.
Konflik antara dua kepentingan ini sebenarnya dapat diatasi
dengan pengaturan tata ruang sehingga pembangunan dapat dilaksanakan
dengan memilih lokasi yang diperkirakan memiliki resiko lingkungan
yang sekecil mungkin. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam pengaturan tata ruang ini akan ditinjau yaitu aspek topografi,
hidrologi, geologi, tanab,' vegetasi dan penggunaan lahan. Setiap aspek
dapat ditinjau dari sudutpeluang (opportunity) maupun kendala (con-
straint) yang ada padanya terhadap pembangunan dengan resiko ling-
kungan yang minimal.
Setiap aspek akan ditinjau bagaimana peranannya pada pengaturan
tata ruang pengunaan lahan untuk mengatasi konflik antara dua kepen-
tingan tersebut. Pertimbangan tata ruang berdasarkan aspek-aspek terse-
but diimplementasikan dalam studi kelayakan pada penyiapan areal
pembangunan, misalnya: pemukiman, industri, jalur jalan bebas hambat-
an dan peternakan. Hasil studi tersebut dapat pula dituangkan dalam
bel)luk rencana tata ruang pengunaan laban, yang selanjutnya dapat pula
diimpleme.ntasikan dalam beberapa lembaga perijinan seperti: 1MB' (Ijin
Mendirikan Bangunan) oleh Kantor Departemen Pekerjaan Umum dan
pemberian HGB (Hak Guna Bangunan), HGU (Hak Guna Usaba), Hak
Pakai oleh BPN (Badan'Pertanaban Nasional).
Untuk pengaturan tata ruang tersebut, telab diundangkan Undang-
undang Nomor 24 tabun 1992 tentang Penataan Ruang (UUPR). Menu-
rut UndangcUndang ini, wilayah negara kita dapat dikelompokkan
berdasarkan .fungsi. utaIlla kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan
,
MemeJihara Lingkullgan pengan Pengaluran
Tala Ruang Penggunaan Lahan
119
budidaya (Pasal 7.). Pada penjelasan Pasal 7 tersebut kawasan budidaya
disebutkan meliputi kawasan pemukiman, pertanian, industri, dan seba-
gainya. Kawasan lindung disebutkan meliputi:
1. KawasaIi. hutan lindung
2. Kawasan bergambut
3. Kawasan resapan air
4. Sempadan pantai
5. Sempadan sungai
6. Kawasan sekitar danau/waduk
7. Kawasan sekitar mata air
8. Kawasan suaka alam
9. Kawasan suaka alam laut dan perairan lain
10. Kawasan pantai berhutan bakau
II. Taman nasional
12. Taman hutan raya
13. Taman wisata alam
14. Kawasan eagar budaya dan i1mu pengatahuan
15. Kawasan waran beeana alamo
Oi dalam undang-undang tersebut tidak dijelaskan seeara terperin-
ci jangkauan masing-masing jenis kawasan 1indung. Penjelasan yang
lebih terperinei dapat ditemukan dalam peraturan perudang-udangan
yang lebih khusus. Sebagai eontoh adalah bahwa lebar sempadan sungai
tidak disebutkan. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991
tentang Sungai disebutkan garis sempadan sungai yang bertanggul ber-
jarak lima meter dari luar kaki tanggul. Sedangkan untuk sungai yang
tidak bertanggullebarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis
dan sosio-ekonomis oleh pejabat yang berwenang.
Oalam daftar tersebut tidak tercantum daerah berlereng euram.
Akan tetapi daerah seperti ini dapat dimasukan ke dalam kawasan rawan
bencana alam misalnya berupa tanah longsor, meskipun bahaya longsor-
nya.tanah dlpengaruhi juga oleh vegetasi dan jenis tanah.
Aspek Topografi
Topografi yang relatif datar mmberikan peluang untuk dibangun
dengan grading (urugan dan galian) yang minimal. Oaerah seperti ini
akan coeok untuk pembangunan yang membutuhkan areal yang luas
misalnya kompleks industri. Akan tetapi daerah yang terlalu datar juga,
lflengandung kendala misalnya kesulitan penyaluran air hujan, sehingga
120 Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Ta/llm XlV, Juli 1995
':'-
,J:
daerah yang sedikit miring (misalnya sekitar 2%) akan mempunyai
kelayakan yang optimal.,
Daerah yang beriereng curam, misalnya lebih besar dari 15%,
apabila dibangun misalnya untuk, pemukiman, akan mengandung resiko
antara lain berupa bahaya tariah longsor dan bahaya pencemaran dari
peresapan limbah rumah tangga. Lahan miring ini biasanya berada di
kaki dan lereng perbukitan atau pegunungan, dan di tepi atau tebing
lembah sungaL
Daerah yang lebih curam bahkan tidak boleh untuk pertanian
dengan mengolah tanah (mencangkul), membajak dan sebagainya)
karena rentan erosi. Lereng yang lebih curam lagi tidak boleh untuk
padang penggembalaan dan bila sangat curam bahkan harus dipertahan-
kan tetap penuh tertutup oleh vegetasi, sehingga pohon tidak boleh dite-
bang. _ ,., ,
Puncak bukit atau leren¥ atas igir perbukitan bila dipertahankan
tetap hijau dengan pepohonari akan memberikan keindahan atau daya
tarik visual bila dilihat dari kejauhan. Oleh karena itu mendirikan rumah
atau bangunan di sana akan menimbulkan polusi pandangan.
Aspek Hidrologi
Daerah rawan banjir (flood-prone area) sebaiknya tidak digunakan
untuk mendirikan bangunan, peternakan atau pertanian. Daerah ini
sebaiknya tetap berumput atau berpohon yang akan berfungsi menyerap
air lebih banyak dan dapat untuk tempat rekreasi (di luar musim banjir)
apabila disertai pengamanan seperlunya. Daerah sepanjang lembah
sungai pada umumnya masuk kriteria inL
Daerah sekitar mata air adalah rentan terhadap pencemaran karena
pencemar dapat tersebar sangat jauh. Daerah ini sebaiknya dijaga agar
tetap bervegetasi, karena apabila tanah kedap air terlalu banyak karena
kep'adatan bangunan yang tinggi, maka debit mata air akan turun.
Sempadan sungai juga berkendala rawan 'terhadap pencelJlaran selain
banjir. Daerah sepanjang sungai, garis pantai atau perairan lain sebaik-
nya tidak dibangun pada jarak tertentu disesuaikan dengan kemiringan
garis tepi sungai atau pantai tersebut. Daerahiniapabila dibiarkan
bervegetasi misalnya rerumputan atati pepohonan akan memberikan
peluang untuk, pembangunan sarana rekreasi, asalkan fasilitas yang
dibangun tidak mencemari.
Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan
Tata Ruang Penggunaan Lahan
121
Daerah dengan muka air tanah yang tinggi biasanya rawan banjir
dan peresapan air hujan maupun alir Iimbah akan lambat atau suIit.
Daerah rawa atau "wetland" biasanya kaya akan flora dan fauna dan
sangat baik sebagai habibat burung dan hewan lainnya. Daerah ini juga
berfungsi sebagai penjaga keseimbangan tata air (water balance), sehing-
ga harus dipertahankan.
Aspek Geologi
Jenis batuan yang berbeda dapat mempunyai permeabilitas yang
bervariasi. Batuan yang memiliki permeabilitas tinggi misalnya granit,
batuan volkanik (basalt dan andesit), dan batu kapur (limestone) atau
batuan karbonat yang lain (Fell et ai, 1993 : 265). Sedangkan batuan
dengan permeabilitas rendah misalnya batu lempung (claystone) dan
batupasir (sandstone). Batiian dengan permeabilitas tinggi akan rentan
terhadap pencemaran sehingga tidak cocok untuk lokasi pembuangan
sampah atau limbah. Meskipun permeabilitas dapat diturunkan misalnya
dengan pemadatan, akan tetapi biaya yang hams dikeluarkan akan tinggi.
Daerah berbatu kapur selain rentan terhadap pencemaran juga
rentan terhadap amblesan (subsidence). Daerah karst (berbatu kapur)
rentah terhadap pencemaran karena sangat porus (berongga), sehingga
daya dukung lingkungannya relatif rendah. Bakteri patogen maupun zat
kimia beracun akan lebih jauh menyebar di daerah seperti ini. Bila
daerah seperti ini digunakan untuk pemukiman, maka kepadatannya
harus lebih rendah dibanding daerah dengan jenis batuan yang lain.
Selain faktor daya dukung tersebut, perlunya cadangan bahan
galian untuk masa yang akan datang perlu juga dipertimbangkan. Daerah
yang kaya akan bahan galian atau bahan tambang termasuk pasir, keri-
kil, dan batu, perlu dipertahankan tidak digunakan untuk penggunaan
lahan yang permanen seperti pemukiman dan industri. Dengan demikian
peluang untuk mengambil bahan tambang tersebut tetap terbuka.
Aspek Tanah
Aspek tanah yang perlu dipertimbangkan yaitu tekstur, kedalaman
dan kelembaban (Crawford, 1979: 14-16). Jenis-jenis tanah yang renlan
terhadap resiko (dampak negatif) lingkungan aIitara lain: tanah lembab
yang berkaitan dengan permukaan air tanah yang tinggi, tanah organik,
tanah liat yang lunak tanah berbatu dan tanah bekas timbunan (Linch,
1962 : 60). Lapisan tanah yang dangkal atau tipis dan berpasir atau
122 Cakrawala Pendidikan'Nomor 2, Tahun XlV, Juli 1995
porus akan rentan terhadap peneemaran. Limbah rumah tangga akan
sulit meresap dan tersaring. Tanah debu (silt atau loam) yang dalam akan
bagusuntuk peresapan. Tanah lembab akan menyulitkan pembangunan
.fasilitas peilyaluran air hujan. Tanah organik selain subur sehingga perlu
dikonse.rvaSi juga tidak eukup stabil untuk mendukung bangunan.
Tanah bertekstur kasar (berpasir) bersifat porus sehingga rentan
terhadap peneemaran, tetapi memberikan peluang karena air eepat
meresap sehingga tidak tergenang. Tanah bertekstur halus atau berlem-
pung (tanah liat) memiliki kendala karena air Iambat meresap tetapi
memberikan peluang sebagai isolator sehingga peneemaran akan mini-
mal. Ditengah-tengah antara dua jenis tanah tersebut yaitu debu (loam)
yang bertekstur sedang memiliki sifat moderat.
Tekstur tanah dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk
membatasCkepadatan bangunan atau rumah. Pada tanah yang sangat
porus, misalnya sangat berpasir,jair limbah dari rumah tangga akan lebih
jauh meresap, sehingga kepadatan rumah harus lebih rendah dibanding-
kan dengan tanah berlempung.
Aspek V~elasi
Tanah berumput atau tanah sawah memberikan kemudahan bila
dibangun k!lrena tidak memerlukan penebangan. Rutan lebat dengan
pepohonan yang tinggi atau besar akan memerlukan biaya penebangan
(land clearing) yang mahal, selain merupakan aneaman terhadap keane-
karagaman hayati (biodiversity).
Daerah hutan bakau biasanya berfungsi sebagai sarang burung dan
aneka satwa lain, di samping sebagai peneegah abrasi (erosi oleh air
'laut). Daerah seperti ini, dan daerah lain di mana burung biasanya ber-
sarang atau singgah dalam perjalanan terbangnya, sebaiknya dipertahan-
kan agar tetap berpohon. Begitu pula daerah dengan flora dan fauna
yang beraneka, terutama yang langka; Daerah seperti ini biasanya sudah
dimasukkan ke dalam eagar alam atau suaka margasatwa.
Vegetasi terutama rerumputan di sepanjang tepi sungai dapat ber-
fungsi sebag"i penyaring (filter) ,beraneka peneemar baik biologis, fisik
(sedim~Il);n),aIlPun kimiawi (fosfor dan nitrogen) (Marsh, 1991 : 164).
Sehingg,~,a.f1anya penetapan kawasan lindung di sempadan sungai akan
sangatMrmanfaat. Meskipun jenis penggunaan lahamiya berupa perta-
nian ataupeterqakan.; penyangga vegetasi (vegetative buffer) ini tetap
diperlukan.
Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan
Tata Ruang Penggllnaan Lahan
123
Pepohonan .dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap terik sinar
matahari, anginkencang dan debu, serta peredam bising.Akar pohon
dapat menstabilkan tanah sehingga dapat mencegah erosi. Pepohonan
juga berguna untuk h<ibibat burung dan hewan lainnya. Lereng perbukit- .
an yang tertutup oleh pepohonan memiliki daya tarik visual yang tinggi.
Aspek Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang sudah ada (existing) perlu dipertimbang-
kan dalam menentukan penggunaan lahan yang baru. Pemukiman baru
yang berdampingan dengan daerah peternakan akan rentan terhadap
pencemaran udara (berupa bau) dan air. Oleh karena itu diperlukan
daerah penyangga (buffer) antara keduanya misalnya berupa daerah
per.tanian, bila berdampingan dengan lahan yang intensitas kegiatan
.,c manusianya tinggi, misalnya pemukiman atau industri. •..
Perlu juga dipertimbangkan kemungkihan perubahan'penggunaan
lahan pada masa yang akan dadng (asas "reversibility"). Penggunaan
lahan dengan intensitas yang lebih tinggi hampir tidak mungkin dirubah
ke penggunaan lahan dengan intensitas yang lebih rendah, misalnya dari
industri ke perumahan dan dari perumahan ke pertanian, karena akan
makan biaya yang besar.
Daerah pemukiman akan memberi peluang jenis penggunaan lahan
yang berkaitan dengannya misalnya pendidikan, perdagangan (pasar) dan
rekreasi. Akan tetapi jenis penggunaan lahan ini merupakan kendala
terhadap industri atau peternakan yag memiliki kebisingan tinggi atau
banyak mengeluarkan limbah.
Studi Kelayakan
Dalam studi kelayakan tata ruang penggunaan lahan, aspek-aspek
yang perlu dipertimbangkan tersebut .masing-masing dibuat petanya.
Dalam peta-peta tersebut masing-masing aspek diklasifikasikan menjadi
sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai untuk keperluan.penggunaan lahan
tertentu, misalnya: pemukiman, industri makanan, industri kimia, jalan
raya dan sebagainya. Kemudian dilakukan pelapisan (overlay) terhadap
peta-peta kesesuaian ini untuk mendapatkan peta kesesuaian yang
mencakup semua aspek tersbut. Pelapisan ini dapat dilakukan dengan
cara yang sederhana, yaitu dengan peta pada kertas transparan maupun
dengan cara modern, yaitu dengan peta digital menggunakan operasi SIG
(Sistem Informasi Geografis). Cara pertama mempunyai kelemahan yaitu
124 Cakrawala Pendidikan Nomar 2, Tahun XlV. Juli 1995
akan terasa rumit untuk jumlah lembar peta yang lebih dari tiga. Cara
kedua mempunyai kelebihan, antara lain dapat mudah dilakukan pembo-
botan yang berbeda untuk masing-masing aspek, misalnya aspek topo-
grafi diberi bobot tiga, penggunaan lahan diberi bobot tiga, hidrologi
diberi bobot dua dan geologi diberi bobot satu.
Studi kelayakan yang memadai dan menampung aspirasi masyara-
kat terutama dari kalangan lembaga-Iembaga penelitian dan perguruan
tinggi dapat dipakai untuk penyusunan rencana tata ruang. Pengaturan
tata ruang penggunaan lahan dapat diimplementasikan antara lain dengan
mengefektifkan lembaga 1MB (ljin Mendirikan Bangunan) dan pemberi-
an hak-hak penggunaan tanah, misalnya HGB (Hak Guna Bangunan),
HGU (Hak Guna Usaha) dan Hak Pakai.
Kesimpulan
Pengaturan tata ruang penggunaan lahan dapat berperan dalam
memelihara lingkungan dalam rangka pembangunan yang berkesinam-
bungan (sustainable development). Undang-undang Noinor 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang telah memberikan pondasi pelaksa-
naaannya, antara lain dengan pembedaan fungsi utama kawasan sebagai
kawasan budidaya dan kawasan lindung.
Aspek-aspek keruangan yang perlu dipertimbangkan antara lain
topografi, hidrologi, geologi, tanag, vegetasi dan penggunaan lahan.
Masing-masing aspek dapat ditinjau peluang dan kendala yang ada
padanya.
Studi kelayakan dapat dilakukan dengan menilai kesesuaian
masing-masing aspek, dan kemudian digabungkan. Berdasarkan studi
kelayakan penggunaan lahan dapat disusun pengaturan tata ruang.
DaftilI" Pustaka
Anonim.199J. Peraturan Pemerintah, Nomor 35 Tahun 1991 tentang
Sungai.
Anonim. 1992.' Undang-undnag Republik Indonesia Nomar 24 Tahun
1992 tentang Penataan Ruang (UUPR).
Crawford, Doug. 1978. Guidelines/or Siting Rural Dwellings in Coastal
Areas. Technical Bulletin II, New South Wales Department of
Planning and Environment, Sydney.
Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan
Tata Ruang Penggunaan Lahan
125
Fell, Robin, Stuart Miller, and Laurie de Ambrosis. 1993. Seepage and
contaminationfrom mine waste. In Fell, Robin, Tony Phillips,
and Charles Gerrard (ed), Geotechnical Management of Waste
and Contamination. Rotterdam: A.A.··Balkema, pp.253-311.
Linch, Kevin. 1962. Site Planning. Second edition. Cambridge, Mas-
sachusetts: MIT Press.
Mars, William M. 1991. Lanscape Planning: environmental application.
New York: John Wiley and Sons, Inc.

More Related Content

What's hot

Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
cietera
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
Operator Warnet Vast Raha
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
denotsudiana
 
Kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkunganKerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan
Zulfah Alfina
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Posma Andri Octavia Siagian
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
rizky hadi
 
Modul penuh IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
Modul penuh   IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYAModul penuh   IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
Modul penuh IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
Asmawi Abdullah
 

What's hot (20)

Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
Metode konservasi secara mekanis (teknik sipil)
 
Bab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan airBab v konservasi tanah dan air
Bab v konservasi tanah dan air
 
Lahan pasang surut
Lahan pasang surutLahan pasang surut
Lahan pasang surut
 
KONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIRKONSERVASI TANAH DAN AIR
KONSERVASI TANAH DAN AIR
 
Makalah eca
Makalah ecaMakalah eca
Makalah eca
 
Pelestarian tanah
Pelestarian tanahPelestarian tanah
Pelestarian tanah
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Konservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan airKonservasi tanah dan air
Konservasi tanah dan air
 
Makalah konservasi
Makalah konservasiMakalah konservasi
Makalah konservasi
 
Bab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanahBab iv bahan organik tanah
Bab iv bahan organik tanah
 
4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air4. metode konservasi tanah & air
4. metode konservasi tanah & air
 
Kerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan hidupKerusakan lingkungan hidup
Kerusakan lingkungan hidup
 
Kerusakan lingkungan
Kerusakan lingkunganKerusakan lingkungan
Kerusakan lingkungan
 
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuanEvaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
Evaluasi lahan dan_klasifikasi_kemampuan
 
Surjan 01
Surjan 01Surjan 01
Surjan 01
 
Presentasi iis
Presentasi iisPresentasi iis
Presentasi iis
 
Pasut lwmtl
Pasut lwmtlPasut lwmtl
Pasut lwmtl
 
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surutLaporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
Laporan kunjungan lapangan lahan rawa lebak dan pasang surut
 
Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)Pertanian pd lahan lebak (3)
Pertanian pd lahan lebak (3)
 
Modul penuh IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
Modul penuh   IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYAModul penuh   IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
Modul penuh IMPAK ALAMSEKITARDAN PENGURUSANNYA
 

Similar to Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan lahan

Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupanErosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
Nidya Milano
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
Abhy Taridala
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
Wayan Susanto
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
Ary Ajo
 
03 evaluasi kemampuan_lahan
03 evaluasi kemampuan_lahan03 evaluasi kemampuan_lahan
03 evaluasi kemampuan_lahan
Khairu Din
 

Similar to Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan lahan (20)

Penerapan Konservasi Tanah Pada Lahan Pasir
Penerapan Konservasi Tanah Pada Lahan PasirPenerapan Konservasi Tanah Pada Lahan Pasir
Penerapan Konservasi Tanah Pada Lahan Pasir
 
River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)River basin (Daerah Aliran Sungai)
River basin (Daerah Aliran Sungai)
 
Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupanErosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
Erosi tanah dan dampaknya terhadap kehidupan
 
Daerah aliran sungai
Daerah aliran sungaiDaerah aliran sungai
Daerah aliran sungai
 
Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam Dan Daya Tampung Lingkungan HidupKondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Kondisi Daya Dukung Sumber Daya Alam Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
 
Mita
MitaMita
Mita
 
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah StudiStudi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
Studi Kesesuaian Lahan di Wilayah Studi
 
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan KawasanReklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan
Reklamasi Pantai Sebagai Alternatif Pengembangan Kawasan
 
Usle
UsleUsle
Usle
 
Tugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayanTugas presentasi wayan
Tugas presentasi wayan
 
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan LautDasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
Dasar-Dasar Pengelolaan Pesisir Dan Laut
 
Agroforestri
AgroforestriAgroforestri
Agroforestri
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 
Bab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruangBab 4 rencana pola ruang
Bab 4 rencana pola ruang
 
Isi menjaga , melestarikan setetes sumber mata air,
Isi menjaga , melestarikan setetes sumber mata air,Isi menjaga , melestarikan setetes sumber mata air,
Isi menjaga , melestarikan setetes sumber mata air,
 
Karakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawaKarakteristik lahan rawa
Karakteristik lahan rawa
 
03 evaluasi kemampuan_lahan
03 evaluasi kemampuan_lahan03 evaluasi kemampuan_lahan
03 evaluasi kemampuan_lahan
 
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivationManagement of coastal marginal areas into agricultural cultivation
Management of coastal marginal areas into agricultural cultivation
 
Review pesisir dan laut
Review pesisir dan lautReview pesisir dan laut
Review pesisir dan laut
 
Bahan 17 feb 2016 rzwp3 k
Bahan 17 feb 2016 rzwp3 kBahan 17 feb 2016 rzwp3 k
Bahan 17 feb 2016 rzwp3 k
 

More from Andrew Hidayat

More from Andrew Hidayat (20)

Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syarafAndrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
Andrew hidayat prestasi membanggakan di bidang bedah syaraf
 
Andrew hidayat penyakit jantung &amp; pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung &amp; pembuluh darahAndrew hidayat penyakit jantung &amp; pembuluh darah
Andrew hidayat penyakit jantung &amp; pembuluh darah
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapanAndrew hidayat tetap sehat di usia mapan
Andrew hidayat tetap sehat di usia mapan
 
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelangAndrew hidayat bugar hingga senja menjelang
Andrew hidayat bugar hingga senja menjelang
 
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usiaAndrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
Andrew hidayat kesehatan perempuan di segala usia
 
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasienAndrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
Andrew hidayat dukungan keluarga mempercepat kesembuhan pasien
 
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatanAndrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
Andrew hidayat imunisasi meningkatkan derajat kesehatan
 
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilanAndrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
Andrew hidayat mencapai keserasian dalam penampilan
 
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjutAndrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
Andrew hidayat tetap sehat di usia lanjut
 
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anakAndrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
Andrew hidayat antisipasi pada gangguan tumbuh kembang anak
 
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasienAndrew hidayat bedah minimal invasif   prosedur bersahabat pilihan pasien
Andrew hidayat bedah minimal invasif prosedur bersahabat pilihan pasien
 
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanitaAndrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
Andrew hidayat memahami fase kehidupan wanita
 
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidupAndrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
Andrew hidayat cegah pjk dengan modifikasi gaya hidup
 
Andrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasaAndrew hidayat lebih sehat saat puasa
Andrew hidayat lebih sehat saat puasa
 
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehatAndrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
Andrew hidayat mencetak bayi bayi yang sehat
 
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepatAndrew hidayat batu empedu   diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
Andrew hidayat batu empedu diagnosa cermat dengan penanganan yang cepat
 
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannyaAndrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
Andrew hidayat organ kesehatan wanita dan permasalahannya
 
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegahAndrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
Andrew hidayat penyakit ginjal kronik (pgk) masih bisa dicegah
 
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyamanAndrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
Andrew hidayat diabetes mellitus tetap bisa hidup dengan nyaman
 
Andrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehatAndrew hidayat menjadi lansia sehat
Andrew hidayat menjadi lansia sehat
 

Andrew hidayat memelihara lingkungan dengan pengaturan tata ruang penggunaan lahan

  • 1. Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Tohun XlV, Juli 1995 117 MEMELIHARA LINGKUNGAN DENGAN PENGATURAN TATA RUANG PENGGUNAAN LAHAN OIeh Sunar Rochmadi Abstrak Kepentingan uotuk memelihara lingkungan sering berbenturan dengan kebutuhan untuk mcmbangun. Pengaturan tata ruang pengunaan lahan dapat dip~kai untuk menengahi konflik antara dua kepentingan tersebut. Dengan demikian pembangunan yang berkesinambungan (sustainable development) dapat berjalan. Beberapa aspek yang perlu diperhitungkan dalam pcngaturan tata ruang antara lain aspek topografi. hidrolgi. geologi. tanah, vegctasi dan penggunaan Jahan. Masing-masing aspek tersebut perlu ditinjau kesesuaiannya terhadap berbagai jenis penggunaan 1ahan. Dalam studi kelayakan. kesesuaian tcrsebut dapat dituang- kan dalum bentuk peta-peta kesesuaian untuk kemudian dibuat peta kcsesuaian gabungan yang mencakup semua aspek. HasH sudi kelayakan ini dapat digunakan untuk penyusunan rencana tata ruang penggunaan lahan. Pendahuluan Hasrat untuk memelihara lingkungan sering berbenturan dengan kebutuhan untuk membangun. Beberapa contoh berikut dikemukakan sebagai ilustrasi adanya benturan antara dua kepentingan tersebut. Tanah pek,!rangan atau persawahan yang dirubah menjadi pemukiman akan mengakibatkan berkurangnya air hujan yang dapat meresap ke dalam tanah. Air hujan yang tadinya leluasa meresap akan tergenang di permu- kaan bumi. Apabila dibuatkan saluran untuk menghilangkan genangan tersebut, makaai'r limpasan tersebut akan mengalir ke hilir dan mengge- nangi daerah hilir. Dengan demikian yang terjadi adalah pemindahan masalah genangan dari tempat turunnya hujan menjadi banjir di daerah hilir. Apabila pada sebuah atau beberapa kampung kemudian di dekat- nya dibangun jaian bebas hambatan, maka akan terjadi peningkatankebi· singan dan pencemaran udara. Begitu pula bila suatu industri yan~ berpotensi mencemari air atau udara dibangun di dekat daerah pell1ukim· an, maka akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan penduduk d pemukiman tersebut. ;,,;
  • 2. 118 Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Ta/tun XlV, Juli 1995 .- Pekerjaari pra-konstruksi yang berupa kegiatan pengubaban bentuk laban dan menghilangkan vegetasi, yang meliputi: Perataan, penggalian dan penimbunan tanah, dapat memicu terjadinya erosi tanah. Erosi ini akan lebih parab pada daerah dengan kemiringan permukaan tanab yang curam. Apabila hujan turun, tanah.yang tererosi akan hanyut ke hilir berupa banjir lumpur yang akan berdampak negatif terhadap lingkungan, misalnya: tertimbunnya tanaman dan penuhnya saluran irigasi oleh sedimen. Hutan bakau di daerah rawa (wetland) apabiia direklamasi atau ditimbun untuk daerab pemukiman atau industri, akan berakibat punah- nya habibat udang, ikan dan binatang air lainnya. Apabila hal ini di- biarkan tanpa diupayakan adanya habibat pengganti, misalnya dengan pmbuatan hutan bakau buatan, akan menurunkan penghasilan nelayan atau petani ikan. Konflik antara dua kepentingan ini sebenarnya dapat diatasi dengan pengaturan tata ruang sehingga pembangunan dapat dilaksanakan dengan memilih lokasi yang diperkirakan memiliki resiko lingkungan yang sekecil mungkin. Beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pengaturan tata ruang ini akan ditinjau yaitu aspek topografi, hidrologi, geologi, tanab,' vegetasi dan penggunaan lahan. Setiap aspek dapat ditinjau dari sudutpeluang (opportunity) maupun kendala (con- straint) yang ada padanya terhadap pembangunan dengan resiko ling- kungan yang minimal. Setiap aspek akan ditinjau bagaimana peranannya pada pengaturan tata ruang pengunaan lahan untuk mengatasi konflik antara dua kepen- tingan tersebut. Pertimbangan tata ruang berdasarkan aspek-aspek terse- but diimplementasikan dalam studi kelayakan pada penyiapan areal pembangunan, misalnya: pemukiman, industri, jalur jalan bebas hambat- an dan peternakan. Hasil studi tersebut dapat pula dituangkan dalam bel)luk rencana tata ruang pengunaan laban, yang selanjutnya dapat pula diimpleme.ntasikan dalam beberapa lembaga perijinan seperti: 1MB' (Ijin Mendirikan Bangunan) oleh Kantor Departemen Pekerjaan Umum dan pemberian HGB (Hak Guna Bangunan), HGU (Hak Guna Usaba), Hak Pakai oleh BPN (Badan'Pertanaban Nasional). Untuk pengaturan tata ruang tersebut, telab diundangkan Undang- undang Nomor 24 tabun 1992 tentang Penataan Ruang (UUPR). Menu- rut UndangcUndang ini, wilayah negara kita dapat dikelompokkan berdasarkan .fungsi. utaIlla kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan ,
  • 3. MemeJihara Lingkullgan pengan Pengaluran Tala Ruang Penggunaan Lahan 119 budidaya (Pasal 7.). Pada penjelasan Pasal 7 tersebut kawasan budidaya disebutkan meliputi kawasan pemukiman, pertanian, industri, dan seba- gainya. Kawasan lindung disebutkan meliputi: 1. KawasaIi. hutan lindung 2. Kawasan bergambut 3. Kawasan resapan air 4. Sempadan pantai 5. Sempadan sungai 6. Kawasan sekitar danau/waduk 7. Kawasan sekitar mata air 8. Kawasan suaka alam 9. Kawasan suaka alam laut dan perairan lain 10. Kawasan pantai berhutan bakau II. Taman nasional 12. Taman hutan raya 13. Taman wisata alam 14. Kawasan eagar budaya dan i1mu pengatahuan 15. Kawasan waran beeana alamo Oi dalam undang-undang tersebut tidak dijelaskan seeara terperin- ci jangkauan masing-masing jenis kawasan 1indung. Penjelasan yang lebih terperinei dapat ditemukan dalam peraturan perudang-udangan yang lebih khusus. Sebagai eontoh adalah bahwa lebar sempadan sungai tidak disebutkan. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai disebutkan garis sempadan sungai yang bertanggul ber- jarak lima meter dari luar kaki tanggul. Sedangkan untuk sungai yang tidak bertanggullebarnya ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis dan sosio-ekonomis oleh pejabat yang berwenang. Oalam daftar tersebut tidak tercantum daerah berlereng euram. Akan tetapi daerah seperti ini dapat dimasukan ke dalam kawasan rawan bencana alam misalnya berupa tanah longsor, meskipun bahaya longsor- nya.tanah dlpengaruhi juga oleh vegetasi dan jenis tanah. Aspek Topografi Topografi yang relatif datar mmberikan peluang untuk dibangun dengan grading (urugan dan galian) yang minimal. Oaerah seperti ini akan coeok untuk pembangunan yang membutuhkan areal yang luas misalnya kompleks industri. Akan tetapi daerah yang terlalu datar juga, lflengandung kendala misalnya kesulitan penyaluran air hujan, sehingga
  • 4. 120 Cakrawala Pendidikan Nomor 2, Ta/llm XlV, Juli 1995 ':'- ,J: daerah yang sedikit miring (misalnya sekitar 2%) akan mempunyai kelayakan yang optimal., Daerah yang beriereng curam, misalnya lebih besar dari 15%, apabila dibangun misalnya untuk, pemukiman, akan mengandung resiko antara lain berupa bahaya tariah longsor dan bahaya pencemaran dari peresapan limbah rumah tangga. Lahan miring ini biasanya berada di kaki dan lereng perbukitan atau pegunungan, dan di tepi atau tebing lembah sungaL Daerah yang lebih curam bahkan tidak boleh untuk pertanian dengan mengolah tanah (mencangkul), membajak dan sebagainya) karena rentan erosi. Lereng yang lebih curam lagi tidak boleh untuk padang penggembalaan dan bila sangat curam bahkan harus dipertahan- kan tetap penuh tertutup oleh vegetasi, sehingga pohon tidak boleh dite- bang. _ ,., , Puncak bukit atau leren¥ atas igir perbukitan bila dipertahankan tetap hijau dengan pepohonari akan memberikan keindahan atau daya tarik visual bila dilihat dari kejauhan. Oleh karena itu mendirikan rumah atau bangunan di sana akan menimbulkan polusi pandangan. Aspek Hidrologi Daerah rawan banjir (flood-prone area) sebaiknya tidak digunakan untuk mendirikan bangunan, peternakan atau pertanian. Daerah ini sebaiknya tetap berumput atau berpohon yang akan berfungsi menyerap air lebih banyak dan dapat untuk tempat rekreasi (di luar musim banjir) apabila disertai pengamanan seperlunya. Daerah sepanjang lembah sungai pada umumnya masuk kriteria inL Daerah sekitar mata air adalah rentan terhadap pencemaran karena pencemar dapat tersebar sangat jauh. Daerah ini sebaiknya dijaga agar tetap bervegetasi, karena apabila tanah kedap air terlalu banyak karena kep'adatan bangunan yang tinggi, maka debit mata air akan turun. Sempadan sungai juga berkendala rawan 'terhadap pencelJlaran selain banjir. Daerah sepanjang sungai, garis pantai atau perairan lain sebaik- nya tidak dibangun pada jarak tertentu disesuaikan dengan kemiringan garis tepi sungai atau pantai tersebut. Daerahiniapabila dibiarkan bervegetasi misalnya rerumputan atati pepohonan akan memberikan peluang untuk, pembangunan sarana rekreasi, asalkan fasilitas yang dibangun tidak mencemari.
  • 5. Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan Tata Ruang Penggunaan Lahan 121 Daerah dengan muka air tanah yang tinggi biasanya rawan banjir dan peresapan air hujan maupun alir Iimbah akan lambat atau suIit. Daerah rawa atau "wetland" biasanya kaya akan flora dan fauna dan sangat baik sebagai habibat burung dan hewan lainnya. Daerah ini juga berfungsi sebagai penjaga keseimbangan tata air (water balance), sehing- ga harus dipertahankan. Aspek Geologi Jenis batuan yang berbeda dapat mempunyai permeabilitas yang bervariasi. Batuan yang memiliki permeabilitas tinggi misalnya granit, batuan volkanik (basalt dan andesit), dan batu kapur (limestone) atau batuan karbonat yang lain (Fell et ai, 1993 : 265). Sedangkan batuan dengan permeabilitas rendah misalnya batu lempung (claystone) dan batupasir (sandstone). Batiian dengan permeabilitas tinggi akan rentan terhadap pencemaran sehingga tidak cocok untuk lokasi pembuangan sampah atau limbah. Meskipun permeabilitas dapat diturunkan misalnya dengan pemadatan, akan tetapi biaya yang hams dikeluarkan akan tinggi. Daerah berbatu kapur selain rentan terhadap pencemaran juga rentan terhadap amblesan (subsidence). Daerah karst (berbatu kapur) rentah terhadap pencemaran karena sangat porus (berongga), sehingga daya dukung lingkungannya relatif rendah. Bakteri patogen maupun zat kimia beracun akan lebih jauh menyebar di daerah seperti ini. Bila daerah seperti ini digunakan untuk pemukiman, maka kepadatannya harus lebih rendah dibanding daerah dengan jenis batuan yang lain. Selain faktor daya dukung tersebut, perlunya cadangan bahan galian untuk masa yang akan datang perlu juga dipertimbangkan. Daerah yang kaya akan bahan galian atau bahan tambang termasuk pasir, keri- kil, dan batu, perlu dipertahankan tidak digunakan untuk penggunaan lahan yang permanen seperti pemukiman dan industri. Dengan demikian peluang untuk mengambil bahan tambang tersebut tetap terbuka. Aspek Tanah Aspek tanah yang perlu dipertimbangkan yaitu tekstur, kedalaman dan kelembaban (Crawford, 1979: 14-16). Jenis-jenis tanah yang renlan terhadap resiko (dampak negatif) lingkungan aIitara lain: tanah lembab yang berkaitan dengan permukaan air tanah yang tinggi, tanah organik, tanah liat yang lunak tanah berbatu dan tanah bekas timbunan (Linch, 1962 : 60). Lapisan tanah yang dangkal atau tipis dan berpasir atau
  • 6. 122 Cakrawala Pendidikan'Nomor 2, Tahun XlV, Juli 1995 porus akan rentan terhadap peneemaran. Limbah rumah tangga akan sulit meresap dan tersaring. Tanah debu (silt atau loam) yang dalam akan bagusuntuk peresapan. Tanah lembab akan menyulitkan pembangunan .fasilitas peilyaluran air hujan. Tanah organik selain subur sehingga perlu dikonse.rvaSi juga tidak eukup stabil untuk mendukung bangunan. Tanah bertekstur kasar (berpasir) bersifat porus sehingga rentan terhadap peneemaran, tetapi memberikan peluang karena air eepat meresap sehingga tidak tergenang. Tanah bertekstur halus atau berlem- pung (tanah liat) memiliki kendala karena air Iambat meresap tetapi memberikan peluang sebagai isolator sehingga peneemaran akan mini- mal. Ditengah-tengah antara dua jenis tanah tersebut yaitu debu (loam) yang bertekstur sedang memiliki sifat moderat. Tekstur tanah dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk membatasCkepadatan bangunan atau rumah. Pada tanah yang sangat porus, misalnya sangat berpasir,jair limbah dari rumah tangga akan lebih jauh meresap, sehingga kepadatan rumah harus lebih rendah dibanding- kan dengan tanah berlempung. Aspek V~elasi Tanah berumput atau tanah sawah memberikan kemudahan bila dibangun k!lrena tidak memerlukan penebangan. Rutan lebat dengan pepohonan yang tinggi atau besar akan memerlukan biaya penebangan (land clearing) yang mahal, selain merupakan aneaman terhadap keane- karagaman hayati (biodiversity). Daerah hutan bakau biasanya berfungsi sebagai sarang burung dan aneka satwa lain, di samping sebagai peneegah abrasi (erosi oleh air 'laut). Daerah seperti ini, dan daerah lain di mana burung biasanya ber- sarang atau singgah dalam perjalanan terbangnya, sebaiknya dipertahan- kan agar tetap berpohon. Begitu pula daerah dengan flora dan fauna yang beraneka, terutama yang langka; Daerah seperti ini biasanya sudah dimasukkan ke dalam eagar alam atau suaka margasatwa. Vegetasi terutama rerumputan di sepanjang tepi sungai dapat ber- fungsi sebag"i penyaring (filter) ,beraneka peneemar baik biologis, fisik (sedim~Il);n),aIlPun kimiawi (fosfor dan nitrogen) (Marsh, 1991 : 164). Sehingg,~,a.f1anya penetapan kawasan lindung di sempadan sungai akan sangatMrmanfaat. Meskipun jenis penggunaan lahamiya berupa perta- nian ataupeterqakan.; penyangga vegetasi (vegetative buffer) ini tetap diperlukan.
  • 7. Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan Tata Ruang Penggllnaan Lahan 123 Pepohonan .dapat berfungsi sebagai pelindung terhadap terik sinar matahari, anginkencang dan debu, serta peredam bising.Akar pohon dapat menstabilkan tanah sehingga dapat mencegah erosi. Pepohonan juga berguna untuk h<ibibat burung dan hewan lainnya. Lereng perbukit- . an yang tertutup oleh pepohonan memiliki daya tarik visual yang tinggi. Aspek Penggunaan Lahan Penggunaan lahan yang sudah ada (existing) perlu dipertimbang- kan dalam menentukan penggunaan lahan yang baru. Pemukiman baru yang berdampingan dengan daerah peternakan akan rentan terhadap pencemaran udara (berupa bau) dan air. Oleh karena itu diperlukan daerah penyangga (buffer) antara keduanya misalnya berupa daerah per.tanian, bila berdampingan dengan lahan yang intensitas kegiatan .,c manusianya tinggi, misalnya pemukiman atau industri. •.. Perlu juga dipertimbangkan kemungkihan perubahan'penggunaan lahan pada masa yang akan dadng (asas "reversibility"). Penggunaan lahan dengan intensitas yang lebih tinggi hampir tidak mungkin dirubah ke penggunaan lahan dengan intensitas yang lebih rendah, misalnya dari industri ke perumahan dan dari perumahan ke pertanian, karena akan makan biaya yang besar. Daerah pemukiman akan memberi peluang jenis penggunaan lahan yang berkaitan dengannya misalnya pendidikan, perdagangan (pasar) dan rekreasi. Akan tetapi jenis penggunaan lahan ini merupakan kendala terhadap industri atau peternakan yag memiliki kebisingan tinggi atau banyak mengeluarkan limbah. Studi Kelayakan Dalam studi kelayakan tata ruang penggunaan lahan, aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan tersebut .masing-masing dibuat petanya. Dalam peta-peta tersebut masing-masing aspek diklasifikasikan menjadi sesuai, kurang sesuai dan tidak sesuai untuk keperluan.penggunaan lahan tertentu, misalnya: pemukiman, industri makanan, industri kimia, jalan raya dan sebagainya. Kemudian dilakukan pelapisan (overlay) terhadap peta-peta kesesuaian ini untuk mendapatkan peta kesesuaian yang mencakup semua aspek tersbut. Pelapisan ini dapat dilakukan dengan cara yang sederhana, yaitu dengan peta pada kertas transparan maupun dengan cara modern, yaitu dengan peta digital menggunakan operasi SIG (Sistem Informasi Geografis). Cara pertama mempunyai kelemahan yaitu
  • 8. 124 Cakrawala Pendidikan Nomar 2, Tahun XlV. Juli 1995 akan terasa rumit untuk jumlah lembar peta yang lebih dari tiga. Cara kedua mempunyai kelebihan, antara lain dapat mudah dilakukan pembo- botan yang berbeda untuk masing-masing aspek, misalnya aspek topo- grafi diberi bobot tiga, penggunaan lahan diberi bobot tiga, hidrologi diberi bobot dua dan geologi diberi bobot satu. Studi kelayakan yang memadai dan menampung aspirasi masyara- kat terutama dari kalangan lembaga-Iembaga penelitian dan perguruan tinggi dapat dipakai untuk penyusunan rencana tata ruang. Pengaturan tata ruang penggunaan lahan dapat diimplementasikan antara lain dengan mengefektifkan lembaga 1MB (ljin Mendirikan Bangunan) dan pemberi- an hak-hak penggunaan tanah, misalnya HGB (Hak Guna Bangunan), HGU (Hak Guna Usaha) dan Hak Pakai. Kesimpulan Pengaturan tata ruang penggunaan lahan dapat berperan dalam memelihara lingkungan dalam rangka pembangunan yang berkesinam- bungan (sustainable development). Undang-undang Noinor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang telah memberikan pondasi pelaksa- naaannya, antara lain dengan pembedaan fungsi utama kawasan sebagai kawasan budidaya dan kawasan lindung. Aspek-aspek keruangan yang perlu dipertimbangkan antara lain topografi, hidrologi, geologi, tanag, vegetasi dan penggunaan lahan. Masing-masing aspek dapat ditinjau peluang dan kendala yang ada padanya. Studi kelayakan dapat dilakukan dengan menilai kesesuaian masing-masing aspek, dan kemudian digabungkan. Berdasarkan studi kelayakan penggunaan lahan dapat disusun pengaturan tata ruang. DaftilI" Pustaka Anonim.199J. Peraturan Pemerintah, Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai. Anonim. 1992.' Undang-undnag Republik Indonesia Nomar 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (UUPR). Crawford, Doug. 1978. Guidelines/or Siting Rural Dwellings in Coastal Areas. Technical Bulletin II, New South Wales Department of Planning and Environment, Sydney.
  • 9. Memelihara Lingkungan Dengan Pengaturan Tata Ruang Penggunaan Lahan 125 Fell, Robin, Stuart Miller, and Laurie de Ambrosis. 1993. Seepage and contaminationfrom mine waste. In Fell, Robin, Tony Phillips, and Charles Gerrard (ed), Geotechnical Management of Waste and Contamination. Rotterdam: A.A.··Balkema, pp.253-311. Linch, Kevin. 1962. Site Planning. Second edition. Cambridge, Mas- sachusetts: MIT Press. Mars, William M. 1991. Lanscape Planning: environmental application. New York: John Wiley and Sons, Inc.