Bentuk lahan asal denudasional terbentuk dari proses pelapukan, erosi, gerakan massa batuan, dan sedimentasi. Terdapat beberapa satuan bentuk lahan hasil proses ini seperti pegunungan denudasional, perbukitan denudasional, dataran nyaris, dan lereng kaki.
ESTIMASI BIAYA PEMELIHARAAN BANGUNAN BERDASARKAN PEDOMAN PEMELIHARAAN DAN.pptx
adoc.pub_bentuk-asal-denudasional.pdf
1. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 1
BENTUK ASAL DENUDASIONAL
A. Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi
berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional
dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses
pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang
terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses
degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan
agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
B. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk
merinci satuan bentuk lahan
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
C. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan
proses pengendapan/sedimentasi.
1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti
cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan
perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca.
Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh
tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian
kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
2. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 2
Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuning-
coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini
berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama
maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-
daerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal
ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang
bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil
pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan
retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal
sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten
sebaliknya. Contoh :
- Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim
basah.
- Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
b. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi
pelapukan.Contoh :
- Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
- Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
- Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik
c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar
terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
- Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah
panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah.
- Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat
kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang,
daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena
pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia
yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan.
Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah
sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-
tumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
3. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 3
d. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar
matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
2. Gerakan massa batuan (mass wasting)
Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh
pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang
menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang
memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan
secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja.
Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari
pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya
berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya
sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan
adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh
adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
4. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 4
Gambar. MassWasting
3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya
material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau
gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan,
kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan
kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian
merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:
a. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin,temperatur,
kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan,intensitas dan
distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan
aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen
5. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 5
transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur,
kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga
mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah
yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
b. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan
arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad
atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan
memperbesar kecepatan aliran permukaan,sehingga dengan demikian
memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin
curamnya lereng.
c. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis
tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut:
Sumber: Arsyad (1989)
6. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 6
d. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur
tanah.
e. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi
tergantung bagaimana manusia mengelolanya.Setiap proses erosi merupakan
gabungan dari beberapa subproses,yaitu dimulai dengan pengambilan hasil
pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara
bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling bergesekan
satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada
yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya.
4. Sedimentasi atau Pengendapan
Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-
bahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi
Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material
hasil erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi
dari proses erosi. Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media
pengangkutnya berkurang(melambat). Berdasarkan tenaga alam yang
mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air sungai (floodplain dan
delta), air laut, angin,dan geltsyer.
D. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat
curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief)
> 500 m. Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena
proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
7. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 7
Gambar. Pegunungan Denudasional di Daerah Wonogiri
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara
15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang
hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim,vegetasi penutup daik alami
maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54
persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan
yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang
yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lereng-
lereng yang sangat curam.
Gambar. Bukit yang terbentuk dari proses denudasional di P. Berhala
3.Dataran Nyaris (Peneplain)
Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus,
maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan
8. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 8
membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris
(peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai
struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai
permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi.
Gambar. Dataran Nyaris
Terjadi karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang menyebabkan erosi
sehingga membentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada puncak-
puncaknya yang kemudian membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti
Kawah Condrodimuko,Kawah Kombang, Kawah Kendang dan Kawah
Sambernyowo.
Gambar. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses denudasional yang
bekerja pada pegunungan atau perbukitan
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses
denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan
9. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 9
meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah
atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak
singkapan batuan (outcrop).
Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada
sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila
bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock.
Gambar. Inselberg di skotlandia
5 Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van) Mempunyai
topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada
besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada
bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan
terendapkan di bagian bawah kerucut talus.
10. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 10
Gambar. Kerucut talus sebagai akibat pelapukan pada lereng
pegunungan yang sangat curam.
Gambar. Talus Cones in Banff National Park, Alberta.
6. Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu
pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng
kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin).
Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok).
Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
11. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 11
Gambar. Lereng Kaki
7. Lahan Rusak (Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat
curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang
dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses
erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul
ke permukaan (rock outcrops).
Gambar. Badland di Bahia Brazil
8. Pedimen
Komponen kaki lereng dari lereng erosi secara geomorfis adalah permukaan erosi
yang terletak di permukaan kaki lereng yang mundur dengan batuan atau sedimen
12. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 12
yang terletak dibawah nya yang juga terletak di bawah daerah tinggi yang tertutup
mantel oleh sedimen dan secara normal mempunyai profil cekung ke atas
Gambar pedimen
9. Gawir
Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit
dimana salah satu lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar
biasanya dicirikan oleh bukit yang memanjang dengan perbedaan tinggi yang
cukup ekstrim antara bagian yang datar dan bagian bukit. Pada umumnya bagian
lereng yang merupakan bidang sesar diendapkan material hasil erosi (talus)
membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Pada sesar mendatar,
pergeseran memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atas terhadap bagian
lainnya yang kemudian membentuk gawir.
14. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 14
Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan.
Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di
permukaan bumi. Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah
dijelaskan di atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses
tersebut juga membawa dampak lain.
1.Dampak Erosi
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, diantaranya :
1. Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang
terkandung di dalam tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan
utama penentu kesuburan tanah.
2. Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan
kapasitas infiltrasi tanah.
3. Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau,
dan bendungan sehingga terjadi pendangkalan.
4. Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan.
5. Memperluas daratan di bumi.
Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut
dan mengendap di dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan
tahun lamanya sehingga endapan yang terbentuk semakin lama semakin
luas dan tebal yang akhirnya membentuk daratan.
6. Pembalikan lapisan tanah
2. Dampak Pelapukan
1. Pemicu gerak massa batuan
2. Terjadinya Degradasi permukaan lahan
3. Memunculkan habitat
Dengan adanya pelapukan terhadap batuan, terbentuklah tanah sehingga
memunngkinkan tumbuh-tumbuhan hidup di atas tanah tersebut
4. Rusaknya struktur batuan sehingga terbentuk bentukan baru pada
permukaan bumi. Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh pelapukan, yaitu :
15. Laboratorium Geomorfologi 2012
Plug : 1 15
a. Differential Watering
Istilah ini digunakan bagi semua jenis pelapukan yang melubangi bagian-
bagian yang lunak dari massa batuan. Hasilnya dapat berupa cekungan
atau jalur torehan atau menimbulkan relief yang kuat pada berkas-berkas
endapan yang terdiri dari materi yang tahan terhadap desintegrasi dan
dekomposisi.
b. Demoiselles
Bentuk yang dihasilkan kadang-kadang terdapat pada glacial till, materi-
materi yang kecil dihilangkan karena materi tersebut tertutup oleh batuan
resisten yang selanjutnya akan berupa pilar-pilar yang bagian atasnya
mendapat penutup batuan yang keras tersebut.
c. Boulders
Kadang-kadang batuan mempunyai pola beririsan sehingga berbentuk
blok-blok yang berbentuk romboedris. Retakan-retakan itu demikian
sempit sehingga sukar dilihat sepintas lalu, tetapi hal ini bukan suatu
halangan untuk terjadi pelapukan. Sudut-sudut atau rusuk-rusuk lebih
cepat mengalami penumpukan sehingga terjadi tumpukan-tumpukan
batuan yang berbentuk oval, batuan yang berbentuk oval tersebut yang
disebut Boulders.
3. Dampak Mass Wasting
1. Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana tanah
longsor apabila didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah.
2. Pengendapan atau sedimentasi di daerah bagian bawah.
3. Pembalikan lapisan tanah
4. Dampak Sedimentasi
1. Terjadi pendangkalan di DAS, danau, dan bendungan
2. Banjir akibat pendangkalan di daerah hilir sungai
3. Pengendapan secara terus menerus menyebabkan terbentuknya beberapa
bentukan alam antara lain : kipas alluvial, meander, dataran banjir, delta,
gosong, nehrung, haff, tombolo, gurun pasir, dan lain-lain.