Al-Quran, Hadits Dan Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Islam.ppt
1. Al-Quran, Hadits dan Ijtihad
Sebagai Sumber Ajaran
Islam
Oleh;
Jimatul Arrobi, S.Pd.I, M.Pd
Institut Madani Nusantara
2. Pengertian Al-Quran (1)
Kata al-Quran merupakan bentuk mashdar, yang
berasal dari akar kata, qaraa, yaqrau, quranan, yang
berarti bacaan. Al-Quran memang merupakan bacaan
yang sempurna. Kata qaraa memiliki arti
mengumpulkan dan menghimpun. Qiraah berarti
menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
yang lainnya dalam suatu ucapan yang tersusun rapih
AL-Quran isinya terbebas dari keraguan, kecurangan,
pertentangan, kejahilan, ia merupakan penjelmaan dari
kebenaran, keseimbangan dan karunia
Al-Quran bukan hasil pemikiran dan bukan buatan Nabi
Muhamad
3. Pengertian Al-Quran (2)
Al-Jurjani mengatakan, al-Quran adalah, (kitab)
yang diturunkan kepada Rasulullah, yang ditulis di
dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir
tanpa ada keraguan;
Abu Syahbah, berkata al-Quran adalah, kitab Allah
yang diturunkan, baik lafadz maupun maknanya,
kepada Nabi Terakhir, Muhammad SAW, yang
diriwayatkan secara mutawatir, penuh dengan
kepastian dan keyakinan (akan kesesuaiannya
dengan yang diturunkan kepada Muhammad) yang
ditulis dalam mushaf, mulai dari awal shurah al-
Fatihah [1] sampai dengan surah al-Nas [114]
Al-Qathan, al-Quran adalah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad yang jika
4. Proses Turunnya Al-Quran (1)
Para ulama menyepakati, bahwa al-
Quran diturunkan secara berangsur (al-
tadaruj), yaitu dalam tempo 22 tahun, 2
bulan 22 hari.
Turunya al-Quran yang pertama kali pada
malam 17 Ramadhan tahun 41 kenabian
sampai dengan 9 Djulhijjah, Haji Wada’
(haji terakhir Rasulullah), pada tahun ke-
63 dari kelahiran Nabi, atau tahun 10
Hijriyah.
5. Proses Turunnya Al-Quran (2)
Subhi al-Shalih; turunnya al-Quran melalui tiga
tahapan:
1. Al-Quran diturunkan secara sekaligus dari Allah ke
Lauh al-Mahfudz, yaitu suatu tempat yang
merupakan catatan, tentang segaala ketentuan dan
kepastian Allah. (Qs. Al-Buruj, ayat 21-22. Dan Qs.
Al-Waqiah, ayat 77-80)
2. Al-Quran diturunkan dari Lauh al-Mahfudz ke Bait
al-Izzah. Proses yang kedua ini diisyarkan dlm
(Qs. Al-Qadar ayat 1 dan Qs. Al-Dukhan, ayat 3)
3. Al-Quran diturunkan dari Bait al-Izzah ke Nabi
Muhammad secara berangsur-angsur, yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Terkadang satu
ayat saja, dua ayat atau bahkan satu surat. (Qs. Al-
6. Hikmah dibalik Al-Quran Diturunkan
Secara Berangsur
Al-Qathan: Hikmah diturunkanya al-Quran
Beransur
1) Memantapkan Hati Muhammad;
2) Menentang dan melemahkan para penentang
al-Quran;
3) Memudahkan untuk dihafal dan difahami;
4) Mengikuti setiap kejadian (yang karenanya
ayat-ayat al-Quran ditrunkan) dan melakukan
penahapan dalam menetapkan syari’at;
5) Membuktikan dengan pasti bahwa al-Quran
diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana.
7. Fungsi Al-Quran
Al-Hudan, Petunjuk bagi manusia secara
umum, (Qs. Al-Baqarah ayat 185), al-Quran
berfungsi sebagai petunjuk bagi orang-orang yg
bertaqwa, (Qs. Al-Baqarag ayat 2), petunjuk
bagi orang-orang yang beriman (Qs. Fusilat
ayat 44);
AL-Furqan, al-Quran menjadi pembeda antara
yang hak dan yang batil, Qs. Al-Baqarah ayat
185
Al-Syifa, bagi penyakit-penyakit yang ada
dalam dada manusia (psikologis), (Qs. Yunus
ayat 57)
Al-Mauidzah, bagi orang-orang yang bertaqwa,
8. Pokok-Pokok Kandungan Al-Quran
1. Aqidah; Berisi tentang konsep keyakinan
kepada Allah swt
2. Ibadah; Berisi tentang konsep beribadah
kepada Allah
3. Muamalah; Berisi tentang tata pergaulan dan
interkasi dengan sesama manusia, dan
kegiatan2 lainnya
4. Hukum; Berisi tentang hukum-hukum yang
wajib dipatuhi oleh semua
5. Akhlak; Berisi tentang bagaimana cara
berprilaku bagi manusia dalam kehidupan baik
dengan sesama, degan Allah mupun degn
lingkungan
9. Pengertian Hadits
Makna etimologi, disebut al-Sunnah, al-
Khabar, al-Atsar. Bermakna al-Jadid, al-
Khabar dan al-Qarib;
Makna Terminologi, Segala sesuatu yang
disandarkan kepada Nabi baik ucapan,
perbuatan, ketetapan (taqrir), maupun
sifat.
Sunnah, Segala sesuatu yang bersumber
dari Rasulullah, baik berupa ucapan,
perbuatan, taqrir, sifat khalaqiyah atau
khuluqiyah, mapun perjalanan hidupnya
10. Posisi dan Fungsi Hadits (1)
Sumber ajaran ke-2 setelah al-Quran;
berdasarkan pada nas, hadits, maupun
pendapat Muad bin Jabal yang menyatakan
bahwa ia akan menetapkan hukum
berdasarkan hadits jika dalam al-Quran tidak
ditemukan dan Nabi menyetujuinya.
Hadits berfungsi sebagai al-Bayan atau
penjelas al-Quran.
Bayan Taqrir, (penjelasan yang mengokohkan)
misal, hadits yang mengatakan berpuasalah
kamu karena melihat hilal (liru’yatihi)… ini
mengokohkan Qs. Al-Baqarah ayat 185.
11. Posisi dan Fungsi Hadits (2)
Bayan Tafsir, (penjelasan yang mujmal)
misal, hadits yang menyatakan Shallu
kama raitumuni Ushali menjelaskan
kemujmalan perintah shalat.
Bayan Tasyri’, (penjelasan yang
mewujudkan suatu hukum yang tidka
disebutkan dalam al-Quran), spt larangan
menikah saudara susu. Sebagaimana
hadits, haram lantaran radha’ apa yang
haram lantaran nasab.
12. Unsur-Unsur Hadits
Secara Formal Hadits Terdiri atas tiga
unsur, yakni Sanad, Matan dan Rawi
Sanad adalah sandaran hadits, hingga
hadits sampai kepada Rasulullah
Matan adalah isi hadits
Rawi adalah yang meriwayatkan hadits
sehingga hadist sampai kepada kita
(definisi ini belum final) banyak salahnya…
13. Ijtihad
Dari kata jahada, pekerjaan yang dilakukan
lebih dari biasa, sulit dilakukan.
Al-Fayumi, Ijtihad menurut bahasa, suatu
pengerahan kesanggupan dan kekuatan
mujtahid dalam pencarian suatu supaya sampai
pada ujung yang ditujunya.
Abu Zahrah, Ijtihad adalah upaya seorang oleh
ahli fiqih dalam kemampuannya dalam
mewujudkan hukum-hukum amaliyah yang
diambil dari dalil-dalil yang rinci
Al-Amidi, Ijtihad adh, pengerahan segala
kemampuan untuk menentukan sesuatu yang
dzanni dari hukum-hukum syara’
14. Metode dan Hasil Ijtihad
Manquli, berdasarkan dari al-Quran dan
al-Sunnah mengikuti metode Rasulullah
SAW yang selalu menunggu wahyu dalam
menyelesaikan setiap persoalan;
Ma’quli, berdasarkan ra’yu dan akal,
metode ini berdasarkan pada asumsi
bahwa Rasulullah diperintahkan untuk
berijtihad
Hasilnya, berupa hukum yang dzani dan
berkisar pada hukum taklifi yaitu hukum
yang berkenaan dengan amaliyah ibadah;
15. Dasar-Dasar Ijtihad
Al-Quran, Qs. Al-Nisa ayat 105 dan Al-
Rum ayat 21
Al-Sunnah, “Apabila seorang hakim
menetapkan hukum dengan berijtihad,
kemudian ia benar, maka ia mendapatkan
dua pahala. Akan tetapi jika ia
menetapkan hukum dalam ijtihad itu
salah, maka ia mendapatkan satu pahala.”
(HR. Bukhori dan Muslim).
Juga hadits tentang Muadz yang diutus
Nabi ke Yaman sebagai hakim
16. Rukun IJtihad
Al-Waqie, Kasus yang terjadi atau diduga
akan terjadi yang tidak diterangkan oleh
Nash al-Quran atau Hadits
Mujtahid, orang yang melakukan ijtihad
dengan syarat2 tertentu
Mujtahid Fih, hukum-hukum syari’ah yang
bersifat amali (taklifi)
Dalil Syara’ untuk menentukan suatu
hukum bagi mujtahid fih
17. Syarat Mujtahid (1)
Menurut al-Razi
Mukalaf
Mengetahui makna-makna lafadz dan
rahasianya
Mengetahui keadaan mukhotob, yang
merupakan sebab pertama terjadinya
perintah dan larangan
Mengetahui keadaan lafadz, apakah
memiliki qarinah atau tidak
18. Syarat Mujtahid (2)
Menurut Al-Syaitibi
Mengetahui tujuan-tujuan syara’
(maqashidusy syariah)
Mampu melakukan penetapan hukum
Memahami bahasa Arab dan ilmu-ilmu
yang berhubungan dengannya
19. Syarat Mujtahid (3)
Menurut Al-Syaukani
Mengetahui al-Quran dan al-Sunnah
Mengetahui ijmak ulama, sehingga
tidak bertentangan
Mengetahui bahasa Arab
Mengetahui ilmu ushul fiqih
Mengetahui nasikh dan mansukh
20. Syarat Mujtahid (4)
Menurut Abu Zahrah
Mengetahui bahasa Arab
Mengetahui nasikh dan mansukh
Mengetahui Sunah
Mengetahui ijmak dan ikhtilaf
Mengetahui qiyas
Mengetahui Maqashid al-Syariah
Pemhamahan terhadap ilmu mantiq
Memiliki niat yang baik dan akidah
yang selamat
21. Lapangan Ijtihad
Menurut al-Ghazali
Setiap hukum syara yang tidak
memiliki dalil yang qathi’
Menurut Wahbah al-Zuhaili
Segala sesuatau yang belum
dijelaskan dalam al-Quran dan al-
hadits
Sesuatu yang ditetapkan berdasarkan
dalil yang dzanni al-Tsubut wa al-
Dilalah.