Teori perkembangan moral Kohlberg dan Piaget menyatakan bahwa perkembangan moral berkorelasi dengan perkembangan kognitif seseorang. Menurut Piaget terdapat dua tahapan perkembangan moral, yaitu tahap realisme moral dan moralitas dengan analisis. Sedangkan menurut Kohlberg terdapat enam tahapan perkembangan moral yang berkaitan dengan pemikiran moral seseorang.
2. Tahap perkembangan kognitif Piaget
Tahap-
tahap
Usia Kemampuan
Sensori
motorik
0-1.5 tahun Belum memiliki konsep permanensi objek
(kecakapan psikis untuk mengerti bahwa
suatu objek masih tetap ada walaupun pada
suatu waktu tidak terlihat).
Pra-
operasio
nal
1.5-7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan
simbol-simbol yang menggambarkan objek
yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih
nal yang ada di sekitarnya. Berpikirnya masih
egosentris dan berpusat.
Operasional
kongkrit
7-11 tahun Mampu berpikir logis. Mampu memperhatikan
lebih dari satu aspek sekaligus dan juga
dapat menghubungkan aspek satu dengan
yang lain. Kurang egosentris. Belum bisa
berpikir abstrak.
Operasional
formal
11 tahun
dewasa
Mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis
masalah secara ilmiah dan kemudian
menyelesaikan masalah.
3. Pendidikan sesuai tahapan kognitif
Sensori motorik:
• Memberikan berbagai macam objek dengan
berbagai bentuk, ukuran, dan warna untuk
digunakan oleh bayi
• Bayi harus dibebaskan untuk terlibat secara
• Bayi harus dibebaskan untuk terlibat secara
aktif dengan lingkungan, misalnya
menjatuhkan benda-benda, meremas
mainan, melempar, meraba, ataupun menarik
benda-benda di sekitar mereka, sebab bayi
memang belajar dengan cara ini (sensori dan
motorik).
4. 1. Pemusatan (centering) yang diartikan sebagai
kecenderungan anak untuk memusatkan pikiran
pada satu bagian tertentu dari objek ataupun
aktivitas.
2. Egosentrisme, merupakan karakter utama baik
dalam tahap sensori motorik maupun tahap pra-
Kemampuan Kognitif Masa Pra-operasional
dalam tahap sensori motorik maupun tahap pra-
operasional. Bagi anak-anak usia ini, segala
sesuatu berjalan menurut kehendak mereka dan
pendapat orang lain tidak berarti.
3. Anak-anak pada tahap ini tidak dapat membalik
proses berpikir (irreversibility). Mereka mungkin
dapat diajari bahwa 2+2=4, tetapi mereka tidak
dapat memahami bahwa 4-2=2.
5. Centering
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
● ● ● ● ● ● ● ● ● ●
Gambar : Eksperimen pada anak-anak pra-operasional
Pada gambar (kiri) anak-anak usia 5 tahun dapat
mengatakan dengan benar bahwa jumlah titik
mengatakan dengan benar bahwa jumlah titik
dalam kedua kotak tersebut sama.
Tetapi ketika titik-titik itu disebar, seperti pada
gambar (kanan), anak-anak usia 5 tahun akan
cenderung mengatakan bahwa titik-titik pada baris
atas lebih banyak jumlahnya daripada baris yang
bawah.
6. Pendidikan Pada Pra-operasional
• Imitasi; anak-anak dapat menirukan objek atau aktivitas yang
baru disaksikannya.
• Permainan simbolis; misalnya berpura-pura sebagai orang lain,
atau berpura-pura sedang tidur, dan lain sebagainya.
• Menggambar; kegiatan ini menjadi sarana proyeksi bagi
keadaan mental mereka. Karya seni mereka merupakan
gambaran atau refleksi kemampuan berpikir dan apa yang
gambaran atau refleksi kemampuan berpikir dan apa yang
sedang mereka pikirkan.
• Kesan mental; anak-anak usia ini dapat secara mental
menghadirkan objek dan kejadian, tetapi tidak dapat mengubah
atau mengantisipasi perubahan dalam pikiran mereka.
• Bahasa; merupakan ‘kendaraan’ bagi pikiran. Jadi orang-orang
di sekitar mereka harus memberikan kebebasan pada mereka
untuk berbicara, baik dengan orang dewasa maupun anak-anak
seusianya.
7. Kemampuan Kognitif
Tahapan operasional konkrit
• Decentering: kebalikan dari centering
• Reversibility: memahami jika 2+2=4 maka 4-2=2
• Klasifikasi: mengerti bahwa bunga mawar adalah
• Klasifikasi: mengerti bahwa bunga mawar adalah
bunga dan bunga adalah suatu tanaman.
• Konservasi: mengerti bahwa air dalam gelas
yang pendek jika dituang ke dalam gelas yang
lebih kecil tapi tinggi akan tetap sama isinya.
8. Kemampuan kognitif operasional formal;
1. Mampu memisahkan antara kenyataan dengan
kemungkinan. Mereka berusaha melihat semua
kemungkinan hubungan dalam berbagai situasi atau
masalah dan kemudian, melalui percobaan mental
dan analisis logis berusaha menemukan mana yang
benar
2. mereka berpikir dengan gagasan-gagasan; artinya
2. mereka berpikir dengan gagasan-gagasan; artinya
mereka tidak hanya menggunakan fakta-fakta tapi
juga pernyataan-pernyataan atau gagasan-gagasan
yang berisi data kongkrit. Mereka dapat
menggunakan konsep-konsep abstrak dengan
mudah,mereka mengumpulkan sebanyak mungkin
informasi dan membuat kombinasi antar variabel
sebanyak mungkin.
10. Tahap perkembangan sosial & kepribadian:
Infacy (0-1 thn) Trust vs Mistrust
Early childhood (2-3 thn)
Preschool age (4-5 thn)
Autonomy vs Shame, Doubt
Initiative vs Guilt
School age (6-11 thn)
Adolescence (12-20 thn)
Young adulthood ( 21-40 thn)
Adulthood (41-65 thn)
Senescence (+65 thn)
Industry vs Inferiority
Identity vs Identity Confusion
Intimacy vs Isolation
Generativity vs Stagnation
Ego Integrity vs Despair
11. Perkembangan psikososial (sosial-emosi)
Tahap Krisis psikososial Relasi signifikan
Bayi
Bayi Trust >< mistrust Ibu
Ibu
Awal
Awal kanak2
kanak2 Otonomi >< malu & ragu Orangtua
Orangtua
Usia
Usia bermain
bermain Inisiatif >< Rasa bersalah Keluarga
Keluarga inti
inti
Usia
Usia sekolah
sekolah Industri >< inferioritas Tetangga
Tetangga;
; sekolah
sekolah
Remaja
Remaja Identitas >< kekacauan
identitas
Kelompok
Kelompok sebaya
sebaya,
,
kelompok
kelompok lain; model2
lain; model2
kepemimpinan
kepemimpinan
Dewasa
Dewasa awal
awal Keintiman >< isolasi Sahabat
Sahabat,
, pasangan
pasangan,
,
saingan
saingan &
& rekanan
rekanan
Dewasa
Dewasa Generativitas >< stagnan Anak
Anak-
-anak
anak
Tua
Tua Integritas >< keputusasaan Diri
Diri sendiri
sendiri
12. Fase-fase Tujuan Akibat negatif
Fase Bayi ( 0-1 tahun )
Kepercayaan vs Kecurigaan
Pengharapan &
kepercayaan
rasa curiga, distorsi indrawi dan
penakut
Fase anak-anak ( 2-3 th )
Otonomi vs malu, ragu-ragu
Kehendak dan
kemandirian
tergantung, harga diri rendah,
merasa malu atau ragu-ragu
Fase Pra sekolah(4-6 th)
Inisiatif vs Rasa bersalah
tujuan dan
keberanian
curiga, berdiam diri, tidak
peduli, takut mengambil resiko
Usia Sekolah ( 6 -11 tahun )
Ketekunan vs Inferioritas
kompetensi Rendah diri, keahlian sempit dan
lamban.
Ketekunan vs Inferioritas lamban.
Remaja ( 12 – 20 tahun)
Identitas vs Kekacauan Identitas
kesetiaan dan
loyalitas
kejahatan, diskriminasi
kelompok, fanatisme, penolakan.
Dewasa Awal (21-40 th)
Keintiman vs Isolasi
cinta merasa terisolasi (cenderung
menutup diri)
Dewasa ( 41-65 tahun )
Generativitas vs Stagnasi
kepedulian mandeg dan tidak produktif,
penolakan.
Usia tua ( >65 tahun )
Integritas vs Keputusasaan
kebijaksanaan depresi dan keputusasaan.
16. TENTANG MORAL
• Moral berasal dari kata Latin “mores”
yang berarti: Tata cara, kebiasaan dan
adat.
• Perilaku moral berarti perilaku yg
• Perilaku moral berarti perilaku yg
sesuai dengan kode moral kelompok
social.
• Perilaku moral dikendalikan konsep-
konsep moral
17. MORAL DAN PERILAKU
• Perilaku amoral atau non moral adalah
perilaku yang tidak sesuai dengan harapan
social yang disebabkan oleh ketidakacuhan
terhadap harapan social (pelanggaran secara
tidak sengaja terhadap standar kelompok).
tidak sengaja terhadap standar kelompok).
• Perilaku tak bermoral yaitu perilaku yang
tidak sesuai dengan harapan social, karena
tidak setuju dengan standar social atau
kurang memiliki rasa wajib menyesuaikan
diri dengan harapan social.
18. Konsep-konsep Moral
• peraturan perilaku yang telah menjadi
kebiasaan anggota kelompok atau
anggota suatu budaya
• Peraturan perilaku yang menentukan
• Peraturan perilaku yang menentukan
pola perilaku yang diharapkan dari
seluruh anggota kelompok.
19. POLA PERKEMBANGAN
MORAL
• Bayi yang baru lahir tidak membawa
aspek moral, sehingga dianggap
AMORAL ATAU NON-MORAL.
• Aspek moral merupakan sesuatu yang
• Aspek moral merupakan sesuatu yang
berkembang dan dikembangkan (TEORI
PSIKOANALISA DAN TEORI BELAJAR).
20. Menurut Teori Psikoanalisa
• Perkembangan moral adalah proses internalisasi
norma-norma masyarakat dan kematangan organic-
biologik.
• Seseorang telah mengembangkan aspek moral bila
telah menginternalisasikan aturan2 or kaidah2
kehidupan di dalam masyarakat, dan dapat
kehidupan di dalam masyarakat, dan dapat
mengaktualisasikan dalam perilaku yang terus
menerus, atau dengan kata lain telah menetap.
• Menurut teori psikoanalisa perkembangan moral
dipandang sebagai proses internalisasi norma-norma
masyarakat.dan sebagai kematangan dari sudut
organic-biologik.
21. Menurut teori Psikologi
Belajar
• perkembangan moral dipandang
sebagai hasil rangkaian stimulus-
respons yang dipelajari oleh anak,
respons yang dipelajari oleh anak,
antara lain berupa hukuman
(punishment) dan pujian (reward)
yang sering dialami oleh anak.
22. Konsep Teori Psikoanalisa dan
Teori Belajar
• Konsep ke dua teori (psikoanalisa dan
psikologi belajar), tentang proses
perkembangan moral adalah bahwa seseorang
telah mengalami perkembangan moral apabila
ia memperlihatkan adanya perilaku yang sesuai
ia memperlihatkan adanya perilaku yang sesuai
dengan aturan-aturan yang ada di dalam
masyarakatnya. Dengan kata lain
perkembangan moral berkorelasi dengan
kemampuan penyesuaian diri individu.
23. Menurut Piaget dan Kohlberg
• Menurut Piaget dan Kohlberg
perkembangan moral berkorelasi dengan
perkembangan kecerdasan individu,
sehingga seharusnya bila perkembangan
sehingga seharusnya bila perkembangan
kecerdasan telah mencapai kematangan,
maka perkembangan moral juga harus
mencapai tingkat kematangan.
24. TEORI PIAGET tentang
PERKEMBANGAN MORAL
• Perkembangan moral berlangsung dalam 2 (dua)
tahap, yaitu:
1. Tahap Realisme Moral Moralitas oleh pembatasan
(<12thn):
- Usia 0 – 5 tahun: HETERONOMOUS
- Usia 0 – 5 tahun: HETERONOMOUS
pada tahap ini perilaku anak ditentukan oleh ketaatan
otomatis terhadap peraturan tanpa penalaran /
penilaian. Anak menilai tindakan berdasar
konsekuensinya.
25. • Usia 7/8 – 12 tahun: AUTONOMOUS pada
tahap ini anak menilai perilaku atas dasar
tujuan. Konsep tentang benar/salah mulai
dimodifikasi (lebih luwes / fleksibel). Konsep
tentang keadilan mulai berubah.
tentang keadilan mulai berubah.
• Dengan berinteraksi dan bekerjasama terus
menerus dengan orang lain, pikiran tentang
moral mulai berubah. Anak menilai perilaku atas
dasar tujuan yang mendasarinya.
26. Tahap
Operasional Formal
2. Moralitas dengan analisis (> 12th):
Autonomous
– Anak mampu mempertimbangkan segala cara
untuk memecahkan masalah.
untuk memecahkan masalah.
– Anak bernalar atas dasar hipotesis dan dalil
melihat masalah dari berbagai sudut pandang.
28. TENTANG
LAWRENCE KOHLBERG
• Lahir th 1927, dan dibesarkan di Brouxmille, New
York.
• Menamatkan Sekolah Menengah di Andover
Academy di Massachusetts
• Th 1948 Masuk Universitas Chicago, setahun
kemudian Bachelor diraih, ia mengambil bidang
• Th 1948 Masuk Universitas Chicago, setahun
kemudian Bachelor diraih, ia mengambil bidang
Psikologi, dan tertarik dengan Teori Piaget.
• Tahun 1958 lulus S3 dg Disertasi: The
Development of Modes of Thinking and Choice in
the year 10 to 16 (merupakan landasan teori
perkembangan moralnya)
29. TENTANG
LAWRENCE KOHLBERG
• Th 1962 – 1968 mengajar di Universitas
Chicago (almamaternya).
• Sejak th 1968 mengajar di Harvard.
• Menurut Kholberg Ketika dilahirkan, anak
• Menurut Kholberg Ketika dilahirkan, anak
belum dan tidak membawa aspek moral.
• Kohlberg juga berpendapat, bahwa aspek
moral merupakan sesuatu yang berkembang
dan dikembangkan
30.
31. Teori Perkembangan Moral
(Lawrence Kohlberg)
Keenam tahapan perkembangan moral dari
Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan:
Tingkat 1:
Pra-Konvensional
(sekitar 4-10 tahun)
1. Orientasi kepatuhan dan hukuman
Tingkat 3:
Pasca-Konvensional
(13 tahun ke atas)
Tingkat 2:
Konvensional
(sekitar 10-13 tahun)
(sekitar 4-10 tahun) 2. Orientasi kepentingan pribadi
3. Orientasi keserasian interpersonal dan
konformitas
4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan
aturan sosial
5. Orientasi hukum dan legalitas
6. Prinsip etika universal
32. Level I. Pra-konvensional (sekitar 4-10 tahun)
• Anak-anak terutama hanya memperhatikan kontrol
budaya atau kultural untuk menghindari hukuman dan
memperoleh kepuasan. Terdapat 2 tahap, yaitu:
• Tahap 1. Hukuman dan kepatuhan.
Anak-anak mematuhi peraturan semata-mata untuk
Anak-anak mematuhi peraturan semata-mata untuk
menghindari hukuman; tidak ada pertimbangan moral.
• Tahap 2. Orientasi pada kepentingan pribadi.
Anak-anak bertindak semata-mata karena keinginan dan
kepuasan pribadi, tanpa mempertimbangkan keadilan
bagi orang lain.
33. Level II. Konvensional (sekitar 10-13 tahun)
• Pada tahap ini anak-anak mencari persetujuan dari
orang-orang di sekitar mereka. Mereka tidak hanya
patuh, tapi juga secara aktif mendukung standar
masyarakat. Ada 2 tahapan, yaitu:
• Tahap 3. Konformitas dan keserasian. Anak-anak
mencari persetujuan dari orang lain untuk
mencari persetujuan dari orang lain untuk
memutuskan suatu tindakan;
• Tahap 4. Mentalitas otoritas dan aturan. Anak-anak
tertarik pada otoritas dan kegiatan untuk
mempertahankan keteraturan sosial. Perilaku yang
baik adalah ‘melakukan apa yang menjadi tugasnya’.
34. Level III. Post-konvensional (13 tahun ke atas)
• Jika moralitas yang sebenarnya (kode moral internal) dapat
berkembang, maka perkembangan itu terjadi pada masa ini.
Individu tidak lagi menilai orang lain berdasarkan
pertimbangan moral, melainkan melalui “nurani yang
tercerahkan” (enlightened conscience). Ada dua tahap, yaitu:
• Tahap 5. Individu membuat keputusan moral berdasarkan
hukum atau legalitas, artinya, nilai-nilai yang terbaik adalah
nilai-nilai yang didukung oleh hukum sebab itu artinya nilai-
nilai-nilai yang didukung oleh hukum sebab itu artinya nilai-
nilai tersebut telah diterima oleh seluruh masyarakat. Jika ada
konflik antara kebutuhan manusia dan hukum yang ada,
maka hukum itu harus diubah.
• Tahap 6. Prinsip Etika Universal. Manusia bertindak, bukan
akibat rasa takut, hukum, atau mencari persetujuan,
melainkan berdasarkan standar yang mereka tanamkan
dalam diri mereka sendiri mengenai apa yang benar atau
salah. Kata hati atau nurani menentukan apa yang benar