Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Lp Halusinasi.docx
1. LAPORAN INDIVIDU
PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Guna Memperoleh Gelar Ners
Program Studi Profesi Ners
Oleh :
DELI KRISTINA
214118130
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
JENDERAL ACHMAD YANI
CIMAHI
2018
2. NAMA : DELI KRISTINA
NPM : 214118130
Pembimbing Akademik : Ns. Khrisna Wisnusakti, M.Kep
Ruang : Cendrawasih
3. HALUSINASI
1. DEFINISI
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan, perubahan atau penghiduan, klien
merasakan stimulus yang sebelumnya tidak ada. (Stuart, 2007)
Halusinasi adalah persepsi yang tanpa dijumpai adanya rangsangan
dari luar, walaupun tampak sebagai sesuatu yang khayal, halusinasi
sebenarnya merupakan bagian dari kehidupan mental penderita yang
teresepsi. (Yosep, 2011)
2. FAKTOR PREDIPOSISI
Menurut Yosep (2011), faktor predisposisi terjadinya halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendanya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih
rentan terhadap stres.
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
c. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
d. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
4. menujukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini.
3. FAKTOR PRESIPITASI
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Menurut Stuart (2007), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
4. MACAM-MACAM HALUSINASI
Menurut Yosep (2011) halusinasi terdiri dari delapan jenis :
a.Pendengaran (auditory)
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara
orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
b.Penglihatan (visual)
5. Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar
geometris,gambar kartun,bayangan yang rumit atau kompleks.
Bayangan bias menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster.
c. Penciuman (olfactory)
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan
feses umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
f. Cenesthetic
Merasakan badannya bergerak–gerak dalam suatu ruang
atau anggota badannya.
g.Halusinasi hypnagogic, dan hypnopompic
Halusinasi yang terjadi antara tidur dan terjaga
5. MANIFESTASI KLINIK
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata
c. Sulit untuk konsentrasi
d. Curiga, sering merusak (diri sendiri)/orang lain, takut
e. Ekspresi muka : tegang, mudah tersinggung
f. Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghidu,
dan merasakan sesuatu yang tidak nyata.
g. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal
h. Sulit membuat keputusan
6. 6. FASE DALAM HALUSINASI MELALU EMPAT FASE
a. Fase Pertama / comforting / menyenangkan
Pada fase ini klien mengalami kecemasan, stress, perasaan gelisah,
kesepian. Klien mungkin melamun atau memfokukan pikiran pada hal
yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan dan stress.
Cara ini menolong untuk sementara. Klien masih mampu mengontrol
kesadarannya dan mengenal pikirannya, namun intensitas persepsi
meningkat.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai,
menggerakkan bibir tanpa bersuara, pergerakan mata cepat, respon
verbal yang lambat jika sedang asyik dengan halusinasinya dan suka
menyendiri.
b. Fase Kedua / comdemming
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
internal dan eksternal, klien berada pada tingkat “listening” pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi menonjol, gambaran suara dan
sensasi halusinasi dapat berupa bisikan yang tidak jelas klien takut
apabila orang lain mendengar dan klien merasa tak mampu
mengontrolnya. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasi
dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang
lain.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan dengan realitas.
c. Fase Ketiga / controlling
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol klien menjadi
terbiasa dan tak berdaya pada halusinasinya. Termasuk dalam
gangguan psikotik. Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin
menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
7. Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian
hanya beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien
berkeringat, tremor dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase Keempat / conquering/ panik
Klien merasa terpaku dan tak berdaya melepaskan diri dari kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien tidak dapat
berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan
halusinasinya klien berada dalam dunia yang menakutkan dalam
waktu singkat, beberapa jam atau selamanya. Proses ini menjadi
kronik jika tidak dilakukan intervensi.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katatonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari satu
orang.
7. RENTANG RESPON HALUSINASI
Respon Adaptif Respon Maladaptif
1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang
menyimpang
1. Waham
2. Persepsi akurat 2. ilusi 2. Halusinasi
3. Emosi koasisten
pengalaman
3. Reaksi
emosional
berlebihan/
kurang
3. Perilaku
disorganisasi
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku ganjil 4. Ketidakteraturan
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
8. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA FOKUS PENGKAJIAN
1. Masalah Keperawatan
8. a. Perubahan sensori perceptual, halusinasi
2. Data Fokus Pengkajian
a. Data Subjektif
1) klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan
dengan stimulus nyata
2) klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang
nyata
3) klien mengatakan mencuium bau tanpa stimulus
4) klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
5) klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
6) klien ingin memukul/melempar barang – barang
b. Data Objektif
1) klien berbicara dan tertawa sendiri
2) klien bersikap seperti mendengar / melihat sesuatu
3) klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan
sesuatu
4) diorientasi
9. 3. Diagnosa Keperawatan
Perubahan sensori persepsi : halusinasi
Diagnosa : Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Pasien
mampu :
- mengenali
halusinasi
yang
dialaminya
- mengontrol
halusinasinya
- mengikuti
program
pengobatan
Setelah....x
pertemuan, pasien
dapat menyebutkan :
- isi, waktum
frekuensi, situasi,
pencetus, perasaan
- mampu
memperagakan cara
dalam mengontrol
halusinasi
SP 1
- Bantu pasien mengenal
halusinasi (isi, waktu terjadinya
frekuensi, situasi pencetus,
perasaan saat terjadi halusinasi)
- latih mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik
Tahapan tindakannya meliputi :
- jelaskan cara menghardik
halusinasi
- peragakan cara menghardik
- minta pasien memperagakan
ulang
- pantau penerapan cara ini, beri
penguatan perilaku pasien
- masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
Setelah....x
pertemuan, pasien
mampu :
- menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
- memperagakan
cara bercakap –
cakap dengan orang
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1)
- Latih berbicara / bercakap
dengan orang lain saat
halusinasi
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
10. lain
Setelah.....x
pertemuan pasien
mampu :
- menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan dan
- membuat jadwal
kegiatan sehari –
hari dan mampu
mempergerakannya
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu
(SP 1 dan 2)
- Latih kegiatan agar halusinasi
tidak muncul
Tahapannya :
- Jelaskan pentingnya aktivitas
yang teratur untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas yang biasa
dilakukan oleh pasien
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal sehari – hari
sesuai dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari bangun pagi
sampai tidur malam)
Setelah.....x
pertemuan pasien
mampu :
- menyebutkan
kegiatan yang sudah
dilakukan
- menyebutkan
manfaat dari
program pengobatan
SP 4
- Tanyakan program pengobatan
- Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila tidak
digunakan sesuai program
- Jelaskan bila putus obat
- Jelaskan cara mendapatkan
obat / berobat
- Jelaskan pengobatan (5B)
- Latih pasien minum obat
11. - Masukkan dalam jadwal harian
pasien.
Keluarga
mampu :
Merawat
pasien di
rumah dan
menjadi
sistem
pendukung
yang efektif
untuk pasien
Setelah....x
pertemuan
keluarga mampu
menjelaskan
tentang halusinasi
SP 1
- identifikasi masalah keluarga dalam
merawat pasien
- jelaskan tentang halusinasi
- pengertian halusinasi
- jenis halusinasi yang dialami pasien
- tanda dan gejala halusinasi
- cara merawat pasien halusinasi
(cara berkomunikasi, pemberian obat
dan pemberian aktivitas kepada
pasien)
- sumber – sumber pelayanan
kesehatang yang bisa dijangkau
- bermain peran cara merawat
- rencana tidak lanjut keluarga,
jadwal keluarga untuk merawat
pasien
Setelah....x
pertemuan
keluarga mampu :
- menyelesaikan
kegiatan yang
sudah dilakukan
- memperagakan
cara merawat
pasien
SP 2
- evaluasi kemampuan keluarga (SP
1)
- latih keluarga merawat pasien
- RTL keluarga / jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah....x
pertemuan
SP 3
- evaluasi kemampuan keluarga (SP
12. keluarga mampu :
- menyebutkan
kegiatan yang
sudah dilakukan
- memperagakan
cara merawat
pasien serta
mampu membuat
RTL
2)
- Latih keluarga merawat pasien
- RTL keluarga / jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Setelah....x
pertemuan
keluarga mampu :
- menyebutkan
kegiatan yang
sudah dilakukan
SP 4
- evaluasi kemampuan keluarga
- evaluasi kemampuan pasien
- RTL keluarga