Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai dan merespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan eksternal. Tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu memberikan respon secara akurat. Sehingga tampak perilaku yang sukar dimengerti dan mungkin menakutkan.
Toko Jual Alat Bantu Penis Ikat Pinggang 081388333722 Cod Surabaya
Optimasi Halusinasi
1. Halusinasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan klien menilai dan
merespon pada realita. Klien tidak dapat membedakan rangsang internal dan
eksternal. Tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien tidak mampu
memberikan respon secara akurat. Sehingga tampak perilaku yang sukar
dimengerti dan mungkin menakutkan. Gangguan orientasi realita disebabkan
fungsi otak yang terganggu, yaitu fungsi kognitif dan proses fikir, fungsi persepsi,
fungsi memori, fungsi motorik dan fungsi sosial. Gangguan pada fungsi kognitif
dan persepsi mengakibatkan kemampuan menilai dan menilik terganggu.(1)
Persepsi adalah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman
stimulus fisik menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat
diterima secara sadar.(2)
Pernakah anda merasa seseorang memanggil nama anda lalu tidak
menemukan seorang pun di sekitar anda? Pernahkah anda melihat sesuatu yang
bergerak disamping anda, padahal tidak ada apa-apa? Kita semua pernah
mengalami saat-saat yang hanya berlangsung sekilas bahwa kita merasa atau
mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi dapat melibatkan indra
mana saja, meskipun mendengar sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau auditory
hallucination (halusinasi pendengaran).(3)
Halusinasi ditemukan pada pasien gangguan jiwa, seperti skizofrenia,
orang-orang yang mengalami depresi, mania, dan kondisi yang berhubungan
2. Halusinasi
2
dengan penggunaan alkohol atau obat-obatan. Namun halusinasi tidak selalu
merupakan tanda dari psikopatologi. Bukti-bukti lintas budaya menunjukkan
halusinasi merupakan hal yang umum dan diharga secara sosial di beberapa
negara sedang berkembang (Bentall, 1990). Bahkan di negara yang sudah maju
seperti Amerika Serikat, sekitar 5% dari responden yang menjadi sampel non
pasien menyatakan mengalami halusinasi, kebanyakan halusinasi auditoris (Honig
dkk,1996).(4)
3. Halusinasi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada
rangsang yang menimbulkannya atau tidak ada objek.(1)
Halusinasi adalah distorsi persepsi yang terjadi pada respon
neurobiological yang maladaptif.
Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi dimana terjadi
pengalaman panca indra tanpa adanya rangsangan (persepsi indra yang
salah).
Halusinasi adalah gangguan persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat terjadi pada sistem pengindraan dimana pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
halusinasi adalah gangguan persepsi sensorik tentang suatu objek atau
gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat meliputi semua sistem pengindraan.(1)
2.2 KLASIFIKASI
Ada beberapa jenis halusinasi sebagai berikut : (2)
1. Halusinasi hipnogogik : Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai
jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis.
4. Halusinasi
4
2. Halusinasi hipnapompik : Persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika
seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena
patologis.
3. Halusinasi auditorik : Persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara
orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis
halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri.
4. Halusinasi visual : Persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk
jelas (orang) ataupun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), seringkali terjadi
pada gangguan medis umum.
5. Halusinasi penciuman : Persepsi penghidu keliru yang seringkali terjadi
pada gangguan medis umum.
6. Halusinasi pengecapan : Persepsi pengecapan keliru, seolah-olah merasa
mengecap sesuatu. Misalnya penderita yang sangat ketakutan, ia
merasakan lidahnya selalu pahit.
7. Halusinasi taktil : Persepsi perabaan keliru, seperti phantom libs (sensasi
anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap dibawah
kulit).
8. Halusinasi somatik : Sensari keliru yang terjadi pada atau di dalam
tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai
cenesthesic hallucination).
9. Halusinasi liliput : Persepsi keliru yang mengakibatkan objek terlihat lebih
kecil (micropsia).
5. Halusinasi
5
2.3 PSEUDODINAMIKA
a. Etiologi
Gangguan otak karena keracunan, obat halusinogenik, gangguan
jiwa seperti emosi tertentu yang dapat mengakibatkan ilusi, psikosis yang
dapat menimbulkan halusinasi dan pengaruh sosial budaya. (1)
b. Proses
Halusinasi terjadi apabila yang bersangkutan mempunyai kesan
tertentu tentang sesuatu, padahal dalam kenyataan tidak terdapat
rangsangan apapun atau bentuk kesalahan pengamatan tanpa objektivitas
pengindraan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.(1)
2.4 TAHAP HALUSINASI
Menurut tim kesehatan jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, tahap-tahap halusinasi, karakteristik, dan perilaku yang
ditampilkan oleh klien yang mengalami halusinasi adalah :(1)
Tahap 1
• Memberi nyaman tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan.
Karakteristik (non verbal)
• Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
• Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan
ansietas.
6. Halusinasi
6
• Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
kesadaran.
Perilaku Klien
• Tersenyum atau tertawa sendiri
• Menggerakkan bibir tanpa suara
• Pergerakan mata yang cepat
• Respon verbal yang lambat
• Diam dan berkonsentrasi
Tahap 2
• Menyalahkan
• Tingkat kecemasan berat secara umum halusinasi menyebabkan
rasa antisipasi.
Karakteristik (non verbal)
• Pengalaman sensori menakutkan
• Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut
• Mulai merasa kehilangan kontrol
• Menarik diri dari orang lain
Perilaku Klien
• Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
• Perhatian dengan lingkungan berkurang
• Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya
• Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas
7. Halusinasi
7
Tahap 3
• Mengontrol
• Tingkat kecemasan berat
• Pengalaman sensori (halusinasi) tidak dapat ditolak
Karakteristik (non verbal)
• Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi)
• Isi halusinasi menjadi atraktif
• Kesepian bila pengalaman sensori berakhir
Perilaku Klien
• Perintah halusinasi ditandai
• Sulit berhubungan dengan orang lain
• Perhatian dengan lingkungan kurang atau hanya beberapa detik
• Tidak mampu mengikuti perintah, tampak tremor dan berkeringat.
Tahap 4
• Menguasai tingkat kecerdasan, panik secara umum, diatur dan
dipengaruhi oleh halusinasi.
Karakteristik (non verbal)
• Pengalaman sensori menjadi mengancam
• Halusinasi dapat menjadi beberapa jam atau beberapa hari
Perilaku Klien
• Perilaku panik
• Potensial untuk bunuh diri atau membunuh
• Tindakan kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
8. Halusinasi
8
2.5 MANIFESTASI KLINIS
Pada gangguan persepsi sensori halusinasi, adapun perilaku yang
dapat teramati adalah sebagai berikut : (1)
a. Halusinasi penglihatan
1. Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang dibicarakan.
2. Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
tidak berbicara atau pada benda seperti mebel
3. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang
tidak tampak
4. Menggerak-gerakkan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara
b. Halusinasi pendengaran
1. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak
2. Tiba-tiba berlari ke ruangan lain
c. Halusinasi penciuman
1. Hidung yang dikerutkan, seperti mencium bau yang tidak enak
2. Mencium bau tubuh
3. Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain
4. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau
darah
5. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api
9. Halusinasi
9
d. Halusinasi pengecapan
1. Meludahkan makanan atau minuman
2. Menolak untuk makan, minum, minum obat
3. Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi
pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada pasien skizofrenia
adalah obat-obatan anti psikosis.(5)
KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN
Fenotiazin Asetofenazin (Tidal)
Klopromazin (Thorazine)
Flufenazine (Prolixine, Permiti)
Mesoridazin (Serentil)
Perfenazin (Trilafon)
Proklorperazin (Compazine)
Promazin (Sparine)
Tioridazin (Mellaril)
Trifluoperazin (Stelazine)
Trifluopromazine (Vesprin)
60-120 mg
30-800 mg
1-40 mg
30-400 mg
12-64 mg
15-150 mg
40-1200 mg
1500-800 mg
2-40 mg
60-150 mg
Tioxantin Kloprotiksen (Tarctan)
Tiotiksen (Navane)
75-600 mg
8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
11. Halusinasi
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Dalami E, Suliswati, Rochimah Ns, Suryati K.R, Lestari W. Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Orientasi Realita. Jakarta : CV.
Trans Info Media. 2009.
2. Elvira S.D, Hadisukanto G. Tanda dan Gejala Klinis Psikiatrik Dalam
Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit FK UI. 2010.
3. Durand V.M, Barlow D.H. Skizofrenia dan Gangguan – Gangguan
Psikotik Lainnya dalam Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta :
Penerbit Pustaka Belajar. 2007.
4. Nevid J.S, Rathus S.A, Greene B. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik
Lainnya dalam buku Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga.
2003.
5. Oldson J. Sistem Saraf Pusat dalam buku Belajar Mudah Farmakologi.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2003.