2. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Budidaya jagung pendekatan
pengelolaan dan sumberdaya terpadu
(PTT) mampu memberikan produktivitas
dan pendapatan petani yang optimal
Penerapan PTT jagung:
Petani mampu mengelola sumberdaya yang
tersedia (varietas, tanah, air, dan sarana
produksi) secara terpadu dalam melakukan
budidaya di lahan usahataninya
3. Teknologi PTT jagung terdiri
:
1) Komponen teknologi dasar
2) Komponen teknologi pilihan
1) Komponen teknologi dasar yaitu:
• Varietas unggul baru, hibrida atau
non hibrida (komposit/bersari
bebas)
• Benih bermutu dan berlabel
(bersertifikat)
• Populasi 66.000 - 75.000 tanaman
per hektar
• Pemupukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status
hara tanah
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
4. 2) Komponen teknologi pilihan:
Penyiapan lahan
Pemberian pupuk organik
Pembuatan saluran drainase pada lahan
kering, atau saluran irigasi pada lahan
sawah
Pembumbunan
Pengendalian gulma secara mekanis atau
dengan herbisida kontak
Pengendalian hama dan penyakit
Panen tepat waktu dan pengeringan
segera.
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
5. VARIETAS UNGGUL
BARU
Tabel 1. Beberapa varietas jagung komposit (bersari bebas) dan hibrida yang tahan penyakit bulai
No. Varietas
Potensi Hasil
(t/ha)
Rata-rata Hasil
(t/ha)
Umur Panen (hari)
Ketahanan Penyakit
Bulai
Daerah Adaptasi
Komposit/ bersari
bebas
1. Lagaligo 7,50 5,10 90 Tahan Dataran rendah
2. Srikandi 8,00 6,00 97 Tahan Dataran rendah, sedang
Hibrida
1. A (Andalas) 4 12,30 10,9 118 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
2. Pioneer 15 11,00 8,10 125 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
3. Pioneer 18 11,00 7,30 118 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
4. Pioneer 19 12,00 7,70 122 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
5. Bisi-2 13,00 8,90 103 Toleran Dataran rendah s/d tinggi
6. Bisi-4 11,00 7,50 98 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
7. Bisi-5 11,70 8,30 97 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
8. Bisi-6 11,20 7,70 100 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
9. Bisi-7 10,40 8,30 97 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
10. Bisi-8 11,00 8,00 97 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
11. Bisi-9 12,60 7,70 99 Sangat tahan Dataran rendah s/d tinggi
12. Bisi-10 11,80 7,80 100 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
13. Bisi-11 12,80 7,80 100 Tahan Dataran rendah s/d tinggi
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
6. No. Varietas Potensi Hasil (t/ha) Rata-rata Hasil (t/ha) Umur Panen (hari)
Ketahanan Penyakit
Bulai
Daerah Adaptasi
14. Bisi-12 12,40 8,00 99 Sangat tahan Dataran rendah
15. Bisi-13 11,80 8,00 101 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
16. Bisi-14 14,20 8,20 102 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
17. Bisi-15 12,80 8,20 99 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
18. SHS-11 11,14 9,63 97 Tahan Dataran rendah, sedang
19. SHS-12 11,49 9,39 96 Tahan Dataran rendah, sedang
20. Jaya 1 15,5 9,00 104 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
21. Jaya 2 12,80 7,90 104 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
22. NKRI 14,00 8,50 105 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
23. N 35 12,54 10,21 97 Tahan Dataran rendah s/d
tinggi
24. NK 66 9,67 7,56 100 Tahan Dataran rendah, sedang
25. NK 88 11,63 9,67 95 Tahan Dataran rendah, sedang
26. NK 99 12,89 9,89 96 Tahan Dataran rendah, sedang
27. R-01 10,59 8,77 95 Sangat tahan Dataran rendah, sedang
28. P 31 13,90 9,40 109 Tahan Dataran rendah, sedang
29. JK 7 14,00 12,40 100 Tahan Dataran rendah, sedang
30. JK 8 14,10 12,40 100 Tahan Dataran rendah, sedang
31. PAC 224 12,80 9,90 107 Tahan Dataran rendah, sedang
32. Bima-9 13,40 11,20 95 Tahan Dataran rendah, sedang
33. Bima-14 Batara 12,90 10,10 95 Tahan Dataran rendah, sedang
Lanjutan
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
7. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Lanjutan
No. Varietas Potensi Hasil (t/ha)
Rata-rata Hasil
(t/ha)
Umur Panen (hari)
Ketahanan
Penyakit Bulai
Daerah Adaptasi
Komposit/ bersari
bebas
34. Gumarang 8,0 85 Agak tahan Dataran sedang
35. Lamuru 7,5 95 Dataran sedang
36. Sukmaraga 9,0 97 Dataran tinggi
Hibrida
37. Bima-10 13.09 100 peka
38. Biima-11 13,24 Sangat peka
39. Bima-14 Batara 12,90 10,10 95 Tahan Dataran rendah, sedang
40. Bima-16 12,40 10,90 Tahan
41. Bima-18 13,6 11,8 95 Tahan lingkungan sub optimal
42. Bima-19 12,5 10,6 102 Tahan tanam pada musim kemarau di
lahan sawah atau
lahan kering.
43. Bima-20 12,8 11 102 Tahan sesuai dikembangkan pada
lahan kering di musim
Kemarau
44 JH-29 13,6 11,7 111 Tahan Dataran menengah dan tinggi
45 NASA 29 13,5 11,93 100 Tahan Dataran rendah-dataran tinggi
8. Pemilihan varietas jagung unggul baru yang sesuai kondisi
lingkungan setempat
Penggunaan benih bermutu
Sebelum tanam benih jagung perlu dilakukan pengujian daya
tumbuh benih
Benih yang bermutu baik, jika ditanam akan tumbuh serentak
atau seragam pada waktu 4 hari setelah tanam dalam kondisi
normal
Perlakuan benih (seed treatment) sebelum tanam
Perlakuan benih yaitu dengan cara diberikan Ridomil atau Saromil
dengan takaran 2 gram per 1 kg benih jagung yang dilarutkan
dalam 7,5 - 10 ml air dan diaduk hingga merata
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
9. Populasi yang dianjurkan untuk budidaya jagung
minimal 66.600 tanaman/ha.
Jarak tanam pada musim hujan: 75 cm x 20 cm, 1
tanaman/lubang atau 75 cm x 40 cm sebanyak 2
tanaman/lubang penanaman 1 tanaman/lubang
relatif lebih baik pertumbuhannya dibandingkan 2
tanaman/lubang
Penanaman pada musim kemarau menggunakan
jarak tanam lebih rapat yaitu 70 cm x 20 cm
sebanyak 1 tanaman/lubang atau 70 cm x 40 cm
sebanyak 2 tanaman/lubang.
Tanam varietas berumur genjah dapat lebih rapat
yaitu 65 cm x 40 cm sebanyak 2 tanaman/lubang
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
11. Penanaman tanaman jagung
Penanaman jagung dilaksanakan pada awal atau
akhir musim hujan, sehingga pada masa
pertumbuhan tanaman jagung masih tersedia air
dari curahan hujan.
Kebutuhan benih jagung adalah 20-25 kg/ha.
Penanaman dilakukan dengan cara mengisi lubang
tanam dengan satu benih jagung disertai dengan
furadan 1 g tiap lubang. Tak lupa pada setiap lubang
tanam ditutupi dengan jerami kering terlebih dahulu
baru ditutup kembali dengan tanah.
12. Cara Menanam Jagung
• Membuat lubang
dengan tugal, biasanya
dengan kedalaman 2,5-
5cm.
• Masukan benih kedalam
lubang
13. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Diberikan pada saat tanam yang berfungsi sebagai penutup lubang
tanaman
Takaran yang diberikan sekitar 1,50 hingga 2,00 t/ha atau 40 sampai 50
gram per lubang tanaman
Sisa jerami padi dapat dihamparkan di antara barisan tanaman jagung
sebagai mulsa yang diaplikasikan setelah tanam.
PENGELOLAAN AIR
Setiap 4 - 5 baris tanaman jagung perlu
dibuatkan satu saluran drainase
14. Untuk mengetahui kadar hara di lahan sawah dapat
menggunakan alat PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah)
atau di lahan kering menggunakan alat PUTK
(Perangkat Uji Tanah Kering)
Tabel 2. Kadar hara, takaran dan waktu pemberian pupuk anorganik pada tanaman jagung
Kadar Hara Kategori
Takaran Pupuk
(kg/ha)
Waktu Pemberian
7 - 10 HST 28 - 30 HST 40 - 45 HST
N Rendah 350 Urea 30% 70% BWD
N Sedang 300 Urea 30% 70% BWD
N Tinggi 250 Urea 30% 70% BWD
P Rendah 250 SP-36 100% - -
P Sedang 175 SP-36 100% - -
P Tinggi 100 SP-36 100% - -
K Rendah 100 KCl 75% 25% -
K Sedang 75 KCl 75% 25% -
K Tinggi 50 KCl 75% 25% -
15. Pemupukan
• Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
• Pemupukan diberikan sebanyak 2-3 kali, dimana pada setiap aplikasi perlu disesuaikan
dengan stadia pertumbuhan tanaman. Pupuk diberikan dengan cara menugal ± 5 cm
dari pangkal akar tanaman, kemudian lubang ditutup kembali setelah pupuk diberikan.
Rekomendasi umum pemupukan sebagai berikut:
• Pupuk dasar pada umur 7-10 hst menggunakan NPKS (15:15:15:15) dengan dosisi 400
kg/ha diberikan pada saat tanaman berumur.
• Pupuk kedua pada umur 28-30 hst menggunakan NPKS (15:15:15:15) dengan dosis
100 kg/ha + Urea dengan dosis 250 kg/ha
• Pupuk ketiga pada umur 40 - 45 hari setelah tanam (tergantung umur varietas)
dilakukan pemantauan warna daun menggunakan BWD. Jika berdasarkan pemantauan
daun unsur nitrogen menunjukkan kekurangan hara nitrogen, maka segera dilakukan
penambahan pupuk urea dan sebaliknya jika telah cukup maka tidak perlu
ditambahkan. Dengan demikian maka pemberian nitrogen (urea) dapat diefisienkan
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Dosis penambahan pupuk urea berdasarkan skala
warna daun yaitu pada skala BWD: < 4,0 dipelukan tambahan pupuk urea 150 kg;
skala 4,0 diberi tamabahan 100 kg urea sengakan pada skala 5 hanya perlu tamanahn
urea sebesar 50 kg.
16. Penggunaan BWD (Bagan Warna Daun) pada jagung diterapkan saat tanaman
berumur 40 - 45 HST (hari setelah tanam) setelah aplikasi pemupukan kedua.
Penggunaan BWD bertujuan untuk memantau keseimbangan hara yang ada dalam
tanaman terutama hara nitrogen (N).
Pemberian N (urea) disesuaikan dengan kebutuhan tanaman
Tabel 3. Nilai skala berdasarkan pemantauan dengan BWD pada umur 40 - 45 HST dan takaran pupuk
yang perlu ditambahkan baik untuk jagung jenis hibrida maupun komposit atau bersari bebas
Skala
Takaran Pupuk Urea (kg/ha)
Hibrida Komposit
< 4,0 150 50
4,0 - 4,5 125 25
> 4,5 100 0
Pembacaan BWD dilakukan pada umur 40 - 45 HST tergantung umur varietas jagung yang ditanam.
Sampel daun yang dipakai adalah daun yang telah terbuka sempurna (daun ke-3 dari atas).
Pilih 10 tanaman secara acak pada setiap petakan lahan (1,00 ha).
Lindungi daun yang akan dipantau warnanya dengan cara membelakangi matahari, sehingga daun
atau alat BWD tidak terkena cahaya matahari langsung agar penglihatan tidak silau.
Prosedur Pemantauan BWD
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
17. Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah 1/3 dari
ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala
yang paling sesuai dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2 - 5. Jika warna
daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5; di antara 3 dan 4
gunakan nilai 3,5; dan di antara 4 dan 5 gunakan 4,5.
Rata-ratakan nilai skala dari 10 daun yang dipantau. Nilai rata-rata skala
digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea.
Tambahan pupuk urea berdasarkan hasil pemantauan dapat dilakukan
sesuai dengan takaran
Lanjutan
Penggunaan BWD pada tanaman jagung
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
18. Kahat Nitrogen (N)
Gejala kahat N nampak pada daun bagian bawah dan
berangsur-angsur akan merambah ke daun-daun di atasnya.
Daun tua akan mati dan tanaman menjadi tumbuh kerdil,
pembungaan terlambat, dan pertumbuhan akar terbatas
sehingga produksi rendah
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Daun menjadi lebat dan pertumbuhan vegetatif
memanjang (lambat panen), mudah rebah dan
mudah terserang hama dan penyakit tanaman.
Kelebihan N
20. Kahat Posfor (P)
Daun yang berwarna ungu kemerahan
Defisiensi Magnesium sehingga daun tua menguning.
Defisiensi Magnesium ditandai dengan terjadinya bercak
kuning pada daun tua tetapi urat daun tetap hijau, timbul
garis-garis kuning/putih sejajar dengan tulang daun.
Kekurangan P juga menyebabkan hasil tongkol kecil
dengan ujung janggel melengkung.
Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Kelebihan P
23. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Kahat K dimulai dengan warna kuning atau kecoklatan sepanjang
pinggir daun pada daun tua Kahat Kalium (K)
Warna tersebut akan berkembang ke arah tulang daun utama dan daun-
daun di atasnya
warna coklat tua pada buku batang bagian dalam dan dapat diketahui
dengan mengiris batang secara memanjang
ujung tongkol tidak berbiji penuh, berbiji jarang, dan tidak sempurna.
Kahat Kalium (K)
Kelebihan K
Daun cepat menua dan aktivitas
fotosintesa terganggu.
26. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Tanaman jagung di lahan sawah:
Pemberian air sebanyak 6 kali yaitu pada saat sebelum tanam, 15
HST, 30 HST, 45 HST, 60 HST, dan 75 HST. Sumber air dapat
berasal dari jaringan irigasi permukaan atau sumur buatan dengan
dipompa.
PEMBUMBUNAN
Pembumbunan jagung dilakukan pada
penyiangan kedua sekitar umur 25 - 30 HST
27. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
PENGENDALIAN GULMA
Penyiangan atau pengendalian gulma tahap pertama pada pertanaman jagung
dilakukan pada umur 15 HST.
Penyiangan kedua dilakukan tergantung pada kondisi gulma yang tumbuh.
PENGENDALIAN HAMA DAN
PENYAKIT
Hama penggerek ini dapat dikendalikan dengan pemberian
insektisida Furadan 3G melalui pucuk tanaman. Takaran yang
diberikan sebanyak 3 - 4 butir per tanaman jagung.
28. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Penyakit bulai (Peronoscelospora maydis) Pertumbuhan muda
hingga 25 HST pada pertanaman musim hujan
Tanda-tanda penyakit bulai:
Pada permukaandaun terdapat garis-garis sejajar klorotik sampai coklat
apabila terinfeksi makin lanjut.
Di bawah permukaan daun yang terinfeksi, dapat dilihat banyak
terbentuk tepung putih yang merupakan spora pathogen tersebut.
Penyakit bulai dipengaruhi oleh kelembaban di atas 80%, suhu udara 28
- 30oC, dan adanya embun yang dapat mendorong perkembangan
penyakit bulai
Penyakit ini merupakan penyakit jagung yang paling berbahaya karena
dapat mengakibatkan kehilangan hasil sampai 90%
29. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
Penyebab penyakit bulai:
Penanaman varietas jagung rentan bulai, penanaman jagung
berkesinambungan,
Efektivitas fungisida rendah,
Tidak adanya tindakan eradikasi,
Adanya resistensi bulai terhadap fungisida metalaksil,
Peningkatan virulensi bulai terhadap tanaman inang jagung
Teknologi pengendalian penyakit bulai :
Penggunaan varietas tahan bulai,
Pemusnahan tanaman terinfeksi,
Pencegahan dengan fungisida sistemik berbahan aktif
metalaksil (Ridomil atau Saromil)
Pengaturan waktu tanam agar serempak, dan pergiliran
tanaman.
30. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
PANEN DAN PROSESING HASIL
Panen jagung harus dilakukan tepat waktu agar menghasilkan kualitas biji
jagung yang baik.
Sebelum panen sebaiknya dilakukan pemangkasan bagian tanaman di atas
tongkol pada saat biji telah mencapai masak fisiologis atau kelobot mulai
mengering (berwarna coklat muda).
Jagung dapat dipanen jika biji mengkilap atau apabila ditekan dengan kuku
tidak membekas.
Panen dilakukan pada saat cuaca cerah dengan kadar air biji ± 30%. Tongkol
jagung hasil panen selanjutnya dikupas dan segera dijemur.
Kadar air biji telah mencapai ± 20% selanjutnya tongkol
jagung dipipil dengan alat pemipil. Setelah dipipil, hasil biji
jagung kemudian dijemur lagi hingga kadar air mendekati ±
14% dan siap untuk dipasarkan.
31. Science .Innovation.Networks
www.litbang.deptan.go.id
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JAGUNG
Analisis Finansial Usahatani Jagung Komposit per ha di Lahan Sawah
No. Uraian Jumlah Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Talaga Maja Majalengka
1. Sarana Produksi 2.302.500 Sarana Produksi 2.202.500 Sarana Produksi 2.475.000
2. Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja
Lamuru 7.176.100 Lamuru 7.043.600 Lamuru 6.370.000
3. Jumlah Total (1 + 2) Jumlah Total (1 + 2) Jumlah Total (1 + 2)
Lamuru 9.478.600 Lamuru 9.246.100 Lamuru 8.845.000
3. Produksi Produksi Produksi
Lamuru 7.810 kg Lamuru 9.170 kg Lamuru 7.000 kg
Benih 2.890 kg Sukmaraga 8.810 kg Sukmaraga 7.810 kg
Konsumsi 4.920 kg Gumarang 7.190 kg Gumarang 7.250 kg
Konsumsi 4.360 kg
4. Pendapatan
Lamuru 44.644.000
5. Keuntungan Keuntungan Keuntungan
Lamuru 35.165.400 Lamuru 18.263.900 Lamuru 15.655.000
6. R/C R/C R/C
Lamuru 4,71 Lamuru 2,98 Lamuru 2,77
7. BEP BEP BEP
Lamuru 1.214 Lamuru 1.008 Lamuru 1.264
32. No.
Uraian Jumlah Uraian Jumlah Uraian Jumlah
Talaga Maja Majalengka
1. Sarana Produksi 3.227.500 Sarana Produksi 3.127.500 Sarana Produksi 3.400.000
2. Tenaga Kerja Tenaga Kerja Tenaga Kerja
Bima-18 6.600.000 Bima-18 8.734.000 Bima-18 7.608.400
3. Jumlah Total (1 + 2) Jumlah Total (1 + 2) Jumlah Total (1 + 2)
Bima-18 9.827.500 Bima-18 11.861.500 Bima-18 11.008.400
4. Produksi Produksi Produksi
Bima-18 9.250 kg Bima-18 11.050 kg Bima-18 9.250 kg
5. Pendapatan Pendapatan Pendapatan 32.375.000
Bima-18 29.600.000 Bima-18 33.150.000 Bima-18 21.595.000
6. Keuntungan Keuntungan Keuntungan
Bima-18 19.772.500 Bima-18 21.288.500 Bima-18 21.366.600
7. R/C R/C R/C
Bima-18 3,01 Bima-18 2,79 Bima-18 2,94
8. BEP BEP BEP
Bima-18 1.062 Bima-18 1.073 Bima-18 1.190
Analisis Finansial Usahatani Jagung Hibrida per ha di Lahan Sawah