Makalah ini membahas tentang perencanaan kondisi darurat dengan membahas 5 poin utama yaitu: 1) pengertian manajemen krisis, 2) jenis-jenis krisis, 3) tahapan jika terjadi krisis, 4) cara menangani krisis melalui media, 5) dampak jika terjadi krisis.
1. PERENCANAAN KONDISI DARURAT
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah manajeman resiko
Di Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada, Jakarta
Dosen Pengampun :
Mudji Sabar,Dr.
Disusun Oleh :
Haryati (2014410102)
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada
Jakarta
2016
2. Daftar Isi
Cover........................................................................................................................................ i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
kata pengantar........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pengertian Manajeman Krisis ........................................................................ 3
2.2 Jenis/Macam-Macam Krisis Diberbagai Situasi .............................................................. 4
2.3 Tahapan-Tahapan Jika Terjadi Krisis............................................................................... 5
2.4 Cara Menangani Jika Krisis Terjadi Melalui Media ........................................................ 6
2.5 akibat dampak jika terjadinya krisis ................................................................................. 7
BAB III PENUTUP....................................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 9
3. KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha kuasa, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami semua. Makalah ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya yang diharapkan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Resiko.
Dalam penulisan makalah ini pembuat menyadari masih banyak kesalahan yang perlu di
perbaiki bersama, untuk itu kritik dan sarannya perlu untuk disampaikan kepada kami. Agar
penulisan makalah selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai upaya perbaikan dan
penyempurnaan dimasa yang akan datang. akhirnya kurang dan lebihnya kami ucapkan banyak
terima kasih, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi penulis sendiri lebih-lebih kepada
seluruh pembaca pada umumnya.
Jakarta ,16 Desember 2016
Penyusun
4. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Keadaan darurat bisa diartikan dalam beberapa definisi yang berbeda-beda tergantung
pada latar belakang dan konteks kejadiannya. Akan tetapi pada dasarnya semua
mengandung pengertian yang sama, yaitu suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak
diharapkan yang dapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk
hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda dan lain-lain.
Seseorang yang terkena serangan jantung, stroke atau demam yang tinggi bisa
dikategorikan ke dalam keadaan darurat. Demikian juga dengan kecelakaan kerja,
kebakaran, peledakan atau pencemaran bahan kimia beracun di tempat kerja adalah
beberapa contoh keadaan darurat yang sering terjadi, yang semuanya itu tidak dapat
diperkirakan kapan dan di mana akan terjadi.
Meskipun berbagai usaha pencegahan sudah dilakukan, diorganisasi dan dikelola
secara baik, akan tetapi keadaan darurat masih saja bisa terjadi. Krisis adalah situasi yang
telah mencapai titik yang sangat sulit atau berbahaya. Sehingga, harus ditangani dan dikelola
melalui rencana yang tepat, agar krisis tersebut dapat dipulihkan kembali ke situasi normal.
Bila krisis telah terjadi, maka seharusnya pimpinan perusahaan tidak perlu panik
dan mencari kambing hitam atas keadaan. Tapi, mulai bekerja dengan penuh ketenangan
dalam kecerdasan emosional, untuk menemukan fakta-fakta kunci penyebab krisis yang
sedang dihadapi. Lalu, membuat perencanaan recovery yang cerdas, serta bereaksi dengan
urgensi untuk secepatnya keluar dari badai krisis.
Hal terpenting dalam menyelesaikan krisis adalah tidak membohongi diri sendiri,
dengan membenarkan perilaku dan keputusan diri yang keliru. Saat krisis sudah menguras
energi perusahaan, maka secepatnya buatlah keputusan cerdas, lalu investasikan waktu dan
sumber daya untuk mengembangkan rencana manajemen krisis.
5. 1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan manajeman krisis?
2 apa Apa Saja Jenis/macam-macam krisis?
3.Apa tahapan-tahapan jika terjadi krisis?
4. bagaimana cara menangani media jika terjadi krisis?
5. Apa saja dampak jika terjadi?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui Pengertian manajeman krisis.
2. Mengetahui . Jenis-Jenisnya krisis.
3. Mengetahui tahapan-tahapan jika terjadi krisis.
4. Mengetahui cara menangani jika krisis terjadi melalui media.
5. Mengetahui akibat dampak jika terjadinya krisis.
6. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MANAJEMAN KRISIS
Manajemen krisis adalah proses yang membahas organisasi dengan sebuah peristiwa besar yang
mengancam merugikan organisasi, stakeholders, atau masyarakat umum. Ada tiga elemen yang paling
umum untuk mendefinisi krisis: ancaman bagi organisasi, unsur kejutan, dan keputusan waktu singkat.
Berbeda dengan manajemen risiko, yang melibatkan menilai potensi ancaman dan menemukan cara terbaik
untuk menghindari ancaman. Sementara manajemen krisis berurusan dengan ancaman yang telah terjadi.
Jadi manajemen krisis dalam pengertian yang lebih luas merupakan sebuah keterampilan teknis yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi, menilai, memahami, dan mengatasi situasi yang serius, terutama dari
saat pertama kali terjadi sampai ke titik pemulihan kembali.
krisis adalah suatu emergency, namun tidak setiap emergency adalah suatu krisis. Krisis
ditangani oleh manajemen terhadap krisis. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang bergerak kearah
suatu titik balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan. Sedangkan keadaan
darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan terjadinya dan menuntut
penanganan segera.
Jadi esensi manajemen krisis adalah upaya untuk menekan faktor ketidakpastian dan faktor risiko
hingga tingkat serendah mungkin, dengan demikian akan lebih mampu menampilkan sebanyak
mungkin faktor kepastiannya. Sebenarnya yang disebut manajemen krisis itu diawali dengan
langkah mengupayakan sebanyak mungkin informasi mengenai alternatif-alternatif, maupun
mengenai probabilitas, bahkan jika mungkin mengenai kepastian tentang terjadinya, sehingga
pengambilan keputusanan mengenai langkah-langkah yang direncanakan untuk ditempuh, dapat
lebih didasarkan pada sebanyak mungkin dan selengkap mungkin serta setajam (setepat) mungkin
informasinya. Tentu saja diupayakan dari sumber yang dapat diandalkan (reliable), sedangkan
materinya juga menyandang bobot nalar yang cukup.
7. 2.2 JENIS KRISIS DALAM BERBAGAI SITUASI YANG BERBEDA-BEDA
proses penyusunan manajemen krisis, sangat penting untuk mampu mengidentifikasi jenis krisis dalam
berbagai situasi yang berbeda-beda dan menggunakan berbagai macam strategi manajemen krisis yang
berbeda. Perlu diketahui memprediksi krisis memang sangat sulit, tapi mengidetifikasi macam-macam
krisis sangatlah mudah dan bisa dikelompokkan. Lerbinger [2] mengkategorikan ada tujuh jenis/tipe krisis :
1. Bencana alam atau Krisis alam yang sering dianggap sebagai tindakan dan kehendak
Tuhan (the act of God) merupakan fenomena lingkungan seperti gempa bumi, letusan
gunung berapi, tornado, badai, banjir, tanah longsor, tsunami yang mengancam kehidupan,
harta, dan lingkungan itu sendiri.
2. Krisis Teknologi merupakan krisis yang timbul atau terjadi akibat aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi (application of science). Bencana tehnologi biasanya terjadi
apabila terjadi kesalahan satu sistem yang mengakibatkan gangguan pada sistem yang lain
sehingga merusak keseluruhan tehnologi. Krisis teknologi sering terjadi karena kesalahan
manusia (human error) mengingat semakin kompleksnya jalinan antar sistem tehnologi.
Ketika terjadi bencana tehnologi, orang selalu mudah dan cenderung menyalahkan
tehnologi karena adanya kegagalan dalam sistem sebagai alasan pembenaran untuk
menghindari pertanggungjawaban atas bencana terjadi.
3. Krisis konfrontasi terjadi ketika ada usaha perlawanan oleh individu atau beberapa
individu kepada pemerintah dan atau kepada berbagai kelompok kepentingan untuk
memenuhi tuntutan dan harapan mereka. Jenis umum krisis konfrontasi adalah berupa
boikot, sabotase, pendudukan, ultimatum, blokade atas pembangunan pekerjaan dan
demontrasi.
4. krisis kedengkian kalau ada pihak atau lawan saingan menggunakan cara-cara kriminal
atau tindakan-tindakan ekstrem lainnya seperti berbuat represif dan mengancam untuk
mengekspresikan permusuhan, kemarahan dan ketidaksukaan dengan tujuan membuat
situasi menjadi tidak stabil baik kepada negara, organisasi, perusahaan, atau sistem
ekonomi supaya sistem tidak berjalan. Contoh krisis yang termasuk dalam kategori ini
adalah tindakan terorisme, premanisme, perusakan produk, penculikan, menyebarkan
rumor, dan aksi spionase.
5. krisis karena kelakuan buruk organisasi. Krisis ini terjadi ketika manajemen mengambil
tindakan yang sengaja akan merugikan stakeholder tanpa memperdulikan risiko atas
8. tindakan yang dilakukannya. Lerbinger membagi ada tiga jenis krisis kelakuan buruk
organisasi, yaitu krisis nilai manajemen yang miring (skewed of management value), krisis
penipuan (deception), dan krisis kesalahan manajemen (misconduct)[3].
6. Pertama, Krisis nilai-nilai manajemen yang miring muncul saat manajer membuat
kebijakan demi keuntungan ekonomi jangka pendek dan mengabaikan nilai-nilai sosial
yang lebih luas seperti investor dan para stakeholder.Kedua, Krisis penipuan terjadi
ketika manajemen menyembunyikan atau salah mengartikan informasi tentang dirinya
sendiri dan produknya kepada para konsumennya.
7. Ketiga, Beberapa krisis tidak hanya disebabkan karena adanya nilai-nilai miring
manajemen dan penipuan melainkan juga karena adanya perbuatan melawan hukum yang
disengaja dilakukan atau bertindak ilegal.
2.3 TAHAPAN PADA KRISIS
Tahapan pada krisis dibagi menjadi 4 yaitu sebagai berikut:
1. Krisis pada tahap prodromal dapat dikategorikan sebagai gejala krisis. Pada tahap ini
biasanya segala kejadian yang bisa berpotensi menjadi krisis sering tidak dianggap bahkan
dilupakan, karena organisasi tampak masih bisa beroperasi dan bergerak lincah seakan
akan tidak ada masalah. Padahal pada tahap ini krisis sudah mulai muncul sehingga dapat
dikatakan tahap prodromal sebagai sebuah early warning bagi organisasi karena sinyal-
sinyal akan terjadinya bahaya sudah nampak dan harus segera diatasi. Kegagalan
manajemen dalam menangkap sinyal ini akan berdampak pada pergeseran ke tahap
berikutnya yakni akut. Sebagai contohnya adalah muncul selebaran gelap, karyawan
datang pada manajemen untuk minta kenaikan upah atau terjadi perbedaan pendapat antar
manjemen, ada peraturan pemerintah (regulasi dan deregulasi), munculnya pesaing baru
dalam bidang yang sama.
2. Tahap berikutnya adalah tahap akut. Krisis pada tahap ini meskipun tidak dikategorikan
sebagai awal mulanya krisis, namun dianggap suatu krisis dimulai dari sini karena gejala
yang samar-samar atau sama sekali tidak jelas itu mulai kelihatan jelas. Dalam banyak hal,
krisis akut ini sering disebut sebagai the point of no return, artinya, sudah tidak ada
9. kesempatan lagi untuk kembali memperbaiki keadaan mengingat sinyal-sinyal yang
muncul pada tahap peringatan (prodromal) tidak digubris atau diindahkan, sehingga tidak
bisa kembali lagi. Indikator munculnya krisis pada tahap ini adalah kerusakan sudah mulai
bermunculan, reaksi mulai berdatangan, isu menyebar luas. Salah satu kesulitan besar
dalam menghadapi krisis tahap akut ini adalah intensitas dan kecepatan serangan yang
datang dari berbagai pihak. Kegagalan dalam menangani krisis juga akan terus berlanjut
pada tahap kronis.
3. Krisis tahap kronis. Pada tahap ini, organisasi sudah merasakan dampak atau akibat dari
krisis tahap akut, bahkan dampak dari segi waktu tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya.
Organisasi mulai melakukan intropeksi diri besar-besaran, sehingga biasanya dilakukan
analisis internal secara menyeluruh terhadap gejala maupun sumber masalah baik secara
struktural dan non struktural serta melakukan upaya-upaya perbaikan total (reformasi)
dengan membuat kebijakan-kebijakan strategis untuk memperbaiki keadaan sehingga pada
tahap ini sering disebut sebagai tahap recovery atau self analysis.
4. Setelah dilakukan analisis internal dan dilakukan upaya-upaya perbaikan maka akan masuk
ke tahap resolusi (Penyembuhan). Tahap ini adalah tahap penyembuhan (recovery) dan
tahap terakhir dari 4 tahap krisis. Masa ini adalah masa perusahaan sehat kembali seperti
keadaan sediakala. Pada fase ini perusahaan akan semakin sadar bahwa krisis dapat terjadi
sewaktu-waktu dan lebih mempersiapkan diri untuk menghadapinya
2.4 CARA MENANGANI MEDIA JIKA TERJADI KRISIS
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang berkaitan dengan pers/media pada saat
penanganan krisis.Public Relations melakukan beberapa kegiatan antara lain:
Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara bersamaan oleh pihak
instansi atau perusahaan swasta
Press "brefing yaitu dilaksanakan secara regular oleh seorang pejabat humas?PR Dalam
kegiatan ini disampaikan informasi/informasi yang lebih rinci dibanding kegiatan lainnya.
Special event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan PR yang penting dan
melibatkan banyak orang di dalamnya.
10. Press Lunched yaitu pejabat PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil dari
media, sehingga dalam kesempatan ini dapat melakukan komunikasi antar personal yang lebih
efektif.
Kunjugan media yaitu wartawan acapkali diundang guna mengunjungi sebuah pabrik,
menghadiri acara pembukaan kantor baru yang disusul dengan peninjauan bersama, atau
acara demonstrasi produk baru.
wawancara Persyaitu sifatnya lebih pribadi karena hanya melibatkan dua orang yaitu pihak media
dengan pihak perusahaan.( Ardianto dan Soemirat, “2014:128-129”)
Bentuk hubungan media (wartawan/pers) menurut frank Cefkins adalah sebagai berikut :
A. Kontak pribadi Padadasarnya, keberhasilan pelaksanaan hubungan dengan media tergantung
“apa dan bagaimana” kontak pribadi antara kedua belah pihak yang dijalin melalui
informal seperti adanya kejujuran, saling pengertian dan menghormati serta kerja sama
yang baik demi tercapainya tujuan atau publikasi yang positif.
B. Pelayanan informasi atau media (news service) Pelayanan yang sebaik/baiknya diberikan
oleh pihak humas perusahaan kepada pihak media dalam bentuk pemberian informasi,
publikasi dan berita baik tertulis, tercetak ( press release, news letter, photo press)maupun
terekam (videorelease, cassets recorded, slide film).
C. Mengantisipasi kemungkinan hal darurat (contingencyplan) untuk mengantisipasi
kemungkinan permintaan bersifat mendadak dari pihak wartawan atau media mengenai
wawancara,konfirmasi, dan sebagainya. Pihak pejabat humas harus siap melayaninya,demi
menjaga hubungan baik yang selama ini telah terbina, dan nama baik bagi narasumbernya
(Ruslan, 2005:163)
2.5 Dampak dari krisis jika dipandang menurut bisnis
Menurut Djamaluddin Ancok, jika dipandang dari kaca mata bisnis suatu krisis akan
menimbulkan hal-hal seperti berikut :
1. Intensitas permasalahan akan bertambah.
2. Masalah akan dibawah sorotan publik baik melalui media masa, atau informasi dari
mulut ke mulut.
3. Masalah akan menganggu kelancaran bisnis sehari-hari.
11. 4. Masalah menganggu nama baik perusahaan.
5. Masalah dapat merusak sistim kerja dan menggoncangkan perusahaan secara
keseluruhan.
6. Masalah yang dihadapi disamping membuat perusahaan menjadi panik, juga tidak
jarang membuat masyarakat menjadi panik.
7. Masalah akan membuat pemerintah ikut melakukan intervensi[1]
Kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh krisis sekaligus lemahnya dalam
mengantisipasi datangnya sebuah krisis, menjadikan perlunya langkah-langkah antisipatif
dalam sebuah kerangka kerja yang disebut manajemen krisis.
Tiga pilar utama dalam manajemen keadaan darurat adalah:
1. Pencegahan (emergency prevention)
2. Persiapan (emergency preparation)
3. Respon/Tanggap Darurat (emergency response)
yaitu persiapan KTD(keadaan tanggap darurat) baru muncul beberapa tahun kemudian
setelah melalui pengalaman yang cukup panjang bahwa emergency response harus juga
dipertimbangkan sebagai upaya kuratif, sedangkan persiapan KTD mencakup promotif dan
preventif. Pada perkembangan terakhir mengindikasikan bahwa emergency management tidak
mungkin berhasil tanpa menyentuh penyebab inti dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Untuk itu maka dikembangkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang merupakan interaksi dari berbagai elemen dalam menetapkan kebijakan dan
tujuan K3 serta bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Dalam SMK3 pada tingkat organisasi, pencegahan, persiapan dan respon terhadap keadaan
darurat merupakan komponen aktivitas yang harus direncanakan dan diimplementasikan.
Aktivitas tersebut dilakukan pertama dengan cara mengidentifikasi potensi kecelakaan dan
keadaan darurat. Setelah itu dilakukan penilaian terhadap risiko dan kemungkinan terjadinya
keadaan darurat sesuai dengan besar dan jenis pekerjaan yang ada. Yang terakhir adalah
dilakukan evaluasi terhadap hasil penilaian risiko guna menentukan prioritas penanganan sesuai
dengan tingkat keseriusan atau derajat keparahan dampak yang mungkin ditimbulkan.
12. BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setiap krisis adalah suatu emergency, namun tidak setiap emeergency adalah suatu krisis.
Krisis dditangani oleh manajemen terhadap krisis. Krisis adalah kondisi tidak stabil, yang
bergerak kearah suatu titik balik, dan menyandang potensi perubahan yang menentukan.
Sedangkan keadaan darurat (emergency) adalah kejadian tiba-tiba, yang tidak diharapkan
terjadinya dan menuntut penanganan segera.
Oleh karena itu maka butuh pencegahan dan antisipasi supaya tidak terjadi krisis pada suatu
organisasi itu sendiri maupun perusahaan tersebut.walaupun krisis suatu
kelompok,organisasi,maupun perusahaan tidak bisa diperkirakan kapan akan terjadi bencana atau
keadaan yang sangat krisis,setidaknya kita dapat mengurangi jumlah resiko yang didapat.
Tiga pilar utama dalam manajemen keadaan darurat adalah:
1. Pencegahan (emergency prevention)
2. Persiapan (emergency preparation)
3. Respon/Tanggap Darurat (emergency response)
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_Krisis
https://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/15/manajemen-tanggap-darurat/
https://amrisyarf.wordpress.com/2011/05/20/media-dan-krisis-perencanaan-manajemen-krisisdengan-
pendekatan-manajemen-strategis/#_ftn1
http://fungsiumum.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-manajemen-krisis.html
http://www.academia.edu/18174969/Peran_Media_Relations_Ketika_Krisis
http://www.ikomutb.tk/2015/12/makalah-manajemen-krisis-dan-prilaku_15.html