Manajemen krisis melibatkan tiga tahapan yaitu pra-krisis untuk pencegahan dan persiapan, respons krisis untuk menangani krisi secara langsung, dan pasca-krisis untuk pemulihan dan persiapan masa depan. Krisis dapat berdampak buruk pada bisnis dan keuangan perusahaan, seperti yang sering terjadi di Indonesia akibat bencana alam.
2. Manajemen Krisis
Pengertian Manajemen Krisis
Krisis merupakan keadaan, kejadian atau dugaan yang bisa
mengancam secara tidak terduga dan tidak diharapkan,
berdampak dramatis, merusak reputasi serta mengganggu.
Keberlangsungan individu atau organisasi yang mendorong
organisasi pada suatu kekacauan (chaos) yang berdampak
pada karyawan, produk, jasa dan kondisi keuangan.
Krisis juga merupakan, suatu masa yang kritis berkaitan
dengan suatu peristiwa yang kemungkinan pengaruhnya
negatif terhadap organisasi.
Karena itu, keputusan cepat dan tepat perlu dilakukan agar
tidak mempengaruhi keseluruhan operasional organisasi.
3. Model
Model Manajemen Krisis
Berikut adalah beberapa model manajemen krisis:
•Pra krisis (Signal detection, prevention, preparation)
Merupakan suatu tindakan membentuk pengetahuan
tentang krisis (lebih bersifat internal), menyamakan
persepsi diantara anggota organisasi.
•Krisis (Mengetahui peristiwa-peristiwa pemicu dan
respon, damage containment)
Merupakan suatu tindakan memengaruhi persepsi publik
tentang krisis, persepsi tentang organisasi dan segala
upaya organisasi mengatasi krisis.
•Pasca krisis (Recovery, learning, follow up informasi
dengan publik, kerjasama untuk investigasi, berupaya
kembali normal)
Merupakan suatu tindakan memulihkan reputasi dan
mengembalikan reputasi yang sempat hilang akibat krisis.
4. Tahapan Pengelolaan Manajemen Krisis
Pre-Crisis
Fase ini menitikberatkan pada pencegahan dan persiapan. Pencegahan termasuk mencari cara untuk mengurangi risiko yang dapat
berujung pada krisis.
Sedangkan persiapan di antaranya ialah membuat rencana manajemen krisis, memilih anggota tim krisis manajemen, serta melatih
anggota tim agar dapat beradaptasi dengan krisis nantinya.
Laurence Barton menerangkan dengan lengkap apa saja yang harus dilakukan sebagai bentuk manajemen krisis pada bukunya yang
berjudul Crisis in Organizations II.
Crisis Response
Di fase ini, para manajemen harus bertindak langsung untuk merespon krisis terkait.
Respon krisis merupakan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh manajemen saat krisis terjadi.
Public relation atau PR memegang peranan penting dalam merespon krisis tersebut.
Salah satunya dengan membantu dan mendampingi proses pengembangan pesan yang dikirim atau disampaikan ke instansi-instansi
terkait.
5. Post Crisis
Setelah krisis, perusahaan atau organisasi dapat
kembali menjalankan bisnisnya seperti semula.
Meski krisis bukan lagi menjadi poin utama dalam
perhatian manajemen, tapi perhatian lebih lanjut
tetap dibutuhkan.
Perusahaan diharapkan dapat memenuhi
komitmen yang dibuat saat krisis terjadi.
Saat ini dilakukan, pemberitahuan informasi lebih
lanjut dibutuhkan untuk disebarkan ke masyarakat
atau pihak terkait.
Selain itu, sebuah organisasi atau perusahaan
diharapkan dapat mencari cara untuk persiapan
yang lebih baik pada krisis di masa depan.
6. KASUS
Indonesia rentan terhadap bencana alam dan peristiwa-peristiwa di luar kendali, yang berpengaruh negatif pada bisnis dan hasil
usaha Banyak daerah di Indonesia, termasuk daerah yang beroperasi, rentan terhadap bencana alam seperti banjir, petir, angin
ribut, gempa bumi, tsunami, letusan gunung berapi, kebakaran dan juga kekeringan.Pemadaman listrik dan peristiwa lainnya yang
berada di luar kendali. Kepulauan Indonesia adalah salah satu daerah vulkanik paling aktif di dunia karena berada di zona
konvergensi dari tiga lempeng litosfer utama,
Sehingga mengalami aktivitas seismik yang dapat menyebabkan gempa bumi, tsunami atau gelombang pasang yang merusak.Dari
waktu ke waktu, bencana alam telah menelan korban jiwa, merugikan atau membuat sejumlah besar masyarakat mengungsi dan
merusak peralatan.Peristiwa-peristiwa seperti ini telah terjadi di masa lalu, dan dapat terjadi lagi di masa depan,
Mengganggu kegiatan usaha, menyebabkan kerusakan pada peralatan dan memberikan pengaruh buruk terhadap kinerja finansial
dan keuntungan.