[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi kepala, jenis-jenis cedera kepala, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Cedera kepala dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan GCS, dan dapat disebabkan oleh benturan langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan CT scan dan tindakan bedah sering dibutuhkan untuk menangani komplikasi seperti perdarahan intrakranial. Pengelolaan tekanan darah juga penting
6. Cedera Kepala
• Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik
yang secara langsung atau tidak langsung mengenai
kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak dan kerusakan
jaringan otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan
neurologis
9/3/20XX Presentation Title 6
7. Etiologi
• Penyebab cedera kepala dibagi menjadi cedera primer yaitu
cedera yang terjadi akibat benturan langsung maupun tidak
langsung, dan cedera sekunder yaitu cedera yang terjadi
akibat cedera saraf melalui akson meluas, hipertensi
intrakranial, hipoksia, hiperkapnea / hipotensi sistemik.
• Cedera sekunder merupakan cedera yang terjadi akibat
berbagai proses patologis yang timbul sebagai tahap lanjutan
dari kerusakan otak primer, berupa perdarahan, edema otak,
kerusakan neuron berkelanjutan, iskemia, peningkatan
tekanan intrakranial dan perubahan neurokimiawi
9/3/20XX Presentation Title 7
9. Mekanisme Cedera Kepala
Berdasarkan Advenced Trauma Life Support (ATLS) tahun
2004, klasifikasi berdasarkan mekanismenya, cedera
kepala dibagi menjadi:
1. Cedera kepala tumpul, biasanya disebabkan oleh
kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh ataupun terkena
pukulan benda tumpul.
2. Cedera kepala tembus, biasanya disebabkan oleh luka
tusukan, atau luka tembak
9/3/20XX Presentation Title 9
10. KlasifikasiCedera Kepala
Cedera kepala diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berdasarkan nilai
GCS yaitu:
1. Cedera Kepala Ringan (CKR) dengan GCS > 13, tidak terdapat
kelainan berdasarkan CT scan otak, tidak memerlukan tindakan
operasi, lama dirawat di rumah sakit < 48 jam.
2. Cedera Kepala Sedang (CKS) dengan GCS 9-13, ditemukan
kelainan pada CT scan otak, memerlukan tindakan operasi untuk
lesi intrakranial, dirawat di rumah sakit setidaknya 48 jam.
3. Cedera Kepala Berat (CKB) bila dalam waktu > 48 jam setelah
trauma, score GCS < 9 (George, 2009).
9/3/20XX Presentation Title 10
11. Gejala Klinis
• Menurut Reisner (2009), gejala klinis cedera kepala yang
dapat membantu mendiagnosis adalah battle sign (warna
biru atau ekhimosis dibelakang telinga di atas os
mastoid), hemotipanum (perdarahan di daerah membrane
timpani telinga), periorbital ekhimosis (mata warna hitam
tanpa trauma langsung), rhinorrhoe (cairan serebrospinal
keluar dari hidung), otorrhoe (cairan serebrospinal keluar
dari telinga)..
9/3/20XX Presentation Title 11
12. Diagnosis
• Anamnesis
Diagnosis cedera kepala didapatkan dengan anamnesis
yang rinci untuk mengetahui adanya riwayat cedera kepala
serta mekanisme cedera kepala, gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis informasi penting
yang harus ditanyakan adalah mekanismenya.
9/3/20XX Presentation Title 12
13. • Pemeriksaan fisik
Komponen utama pemeriksaan neurologis pada pasien cedera
kepala sebagai berikut:
1. Bukti eksternal trauma: laserasi dan memar.
2. Tanda fraktur basis cranii: hematom periorbital bilateral,
hematom pada mastoid (tanda Battle), hematom subkonjungtiva
(darah di bawah konjungtiva tanpa adanya batas posterior, yang
menunjukkan darah dari orbita yang mengalir ke depan),
keluarnya cairan serebrospinal dari hidung atau telinga (cairan
jernih tidak berwarna, positif mengandung glukosa), perdarahan
dari telinga.
3. Tingkat kesadaran (GCS)
4. Pemeriksaan neurologis menyeluruh, terutama reflek pupil,
untuk melihat tanda–tanda ancaman herniasi tentorial
(Ginsberg, 2007).
9/3/20XX Presentation Title 13
14. • Pemeriksaan penunjang
1. Radiografi kranium: untuk mencari adanya fraktur, jika pasien
mengalami gangguan kesadaran sementara atau persisten
setelah cedera, adanya tanda fisik eksternal yang menunjukkan
fraktur pada basis cranii fraktur fasialis, atau tanda neurologis
fokal lainnya. Fraktur kranium pada regio temporoparietal pada
pasien yang tidak sadar menunjukkan kemungkinan hematom
ekstradural, yang disebabkan oleh robekan arteri meningea
media (Ginsberg, 2007).
2. CT scan kranial: segera dilakukan jika terjadi penurunan tingkat
kesadaran atau jika terdapat fraktur kranium yang disertai
kebingungan, kejang, atau tanda neurologis fokal (Ginsberg,
2007). CT scan dapat digunakan untuk melihat letak lesi, dan
kemungkinan komplikasi jangka pendek seperti hematom
epidural dan hematom subdural (Pierce & Neil, 2014).
9/3/20XX Presentation Title 14
15. Tatalaksana
Aspek spesifik terapi cedera kepala dibagi menjadi dua kategori:
1. Bedah
a. Intrakranial: evakuasi bedah saraf segera pada hematom yang
mendesak ruang.
b. Ekstrakranial: inspeksi untuk komponen fraktur kranium yang
menekan pada laserasi kulit kepala. Jika ada, maka hal ini
membutuhkan terapi bedah segera dengan debridement luka dan
menaikkan fragmen tulang untuk mencegah infeksi lanjut pada
meningen dan otak.
9/3/20XX Presentation Title 15
16. 2. Medikamentosa
a. Bolus manitol (20%, 100 ml) intravena jika terjadi
peningkatan tekanan intrakranial. Hal ini dibutuhkan pada
tindakan darurat sebelum evakuasi hematom intrakranial
pada pasien dengan penurunan kesadaran.
b. Antibiotik profilaksis untuk fraktur basis cranii.
c. Antikonvulsan untuk kejang.
d. Sedatif dan obat-obat narkotik dikontraindikasikan, karena
dapat memperburuk penurunan kesadaran (Ginsberg,
2007).
9/3/20XX Presentation Title 16
17. Komplikasi
1. Gejala sisa cedera kepala berat
2. Kebocoran cairan serebrospinal
3. Epilepsi pascatrauma
4. Hematom subdural kronik.
5. Sindrom pasca concusio
9/3/20XX Presentation Title 17
18. Jenis perdarahan Intrakranial
1. Perdarahan Epidural
Perdarahan ekstradural (EDH), juga dikenal sebagai
hematoma epidural, adalah kumpulan darah yang terbentuk
antara permukaan dalam tengkorak dan lapisan luar
duramater. Umumnya terkait dengan riwayat trauma dan
terkait patah tulang tengkorak. Sumber perdarahan
biasanya arteri meningeal robek (paling sering, arteri
meningeal media). EDH biasanya bikonveks dalam bentuk
dan dapat menyebabkan efek massa dengan herniasi.7
9/3/20XX Presentation Title 18
19. 2. Perdarahan subdural
Sebuah hematoma subdural (SDH) adalah kumpulan
darah di bawahlapisan dalam dari duramater tetapi
eksternal untuk otak dan membranarachnoid. Subdural
hematoma adalah jenis yang paling umum daritrauma
lesi massa intrakranial.
3. Perdarahan subarachnoid
Perdarahan subarachnoid ( SAH ) adalah salah satu
jenis perdarahanintrakranial ekstra-aksial dan
menunjukkan adanya darah dalam ruangsubarachnoid.
9/3/20XX Presentation Title 19
20. 4. Perdarahan intraventricular
Perdarahan intraventrikular ( IVH ) hanya menunjukkan
adanya darahdalam sistem ventrikel otak, dan bertanggung
jawab untuk morbiditasyang signifikan karena perkembangan
hidrosefalus obstruktif pada banyak pasien.
5. Perdarahan intracerebral
Biasanya terjadi karena cedera kepala berat, cirri khasnya
adalahhilangnya kesadaran dan nyeri kepala setelah sadar
kembali. perdarahanintracerebral biasanya disebabkan oleh
trauma terhadap pembuluh darah,timbul hematoma
intraparenkim dalam waktu 30 menit - 6 jam
setelahterjadinya trauma. hematoma timbul pada daerah
9/3/20XX Presentation Title 20
22. Fraktur Basis Cranii
• Fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasat
tengkorak
• Terbagi atas : fossa anterion, fosa media dan fosa
posterior
• Fraktur pada masing masing fossa akan memberikan
manifestasi yang berbeda
23. Fc. Basis Cranii (fossa anterior)
• Dibatasi oleh : os. Spenoid, procesus clinoidalis anterior
dan jagum spenoidalis
• Manifestasi/ tanda gejalanya terjadi perlahan 12-24 jam
Manifestasi klinis
• Ekimosis periorbital ( racoon eyes/brill hematom)
• Tidak disertasi cidera lokal
24. Fc. Basis Cranii (fossa media)
• Dibatasi oleh : os. Temporalis, proc clinoidalis posterior
dan dorsum sella
• Manifestasi : echymosis mastiod (battle sign), othorrea,
hematompanum, sakit ekpala, ggn visus dan gerak bola
mata
• 25% ggn nervus vii dan viii
25. Fc. Basis Cranii (fossa posterior)
• Merupakan dasar kompartemen infratentorial
• Sering tidak disertai tanda yang jelas namun segara
menilbukan kematian -> penekanan batang otak
• Tampak warna kebiru-biruan di atas mastoid. Getaran
fraktur dapat melintas foramen magnum dan merusak
medula oblongata sehingga penderita dapat mati
seketika (Ngoerah, 1991)
26. Lucid Interval
• Lucid interval adalah perbaikan sementara pada kondisi
pasien setelah cedera otak traumatis, setelah itu kondisi
memburuk. Lucid interval juga didefinisikan sebagai
periode sementara rasionalitas atau normalitas neurologis
(seperti di antara periode demensia atau segera setelah
cedera kepala fatal). Kondisi ini menunjukkan adanya
hematoma ekstradural. Diperkirakan 20-50% pasien
dengan hematoma ekstradural mengalami lucid interval.
9/3/20XX Presentation Title 26
27. • Lucid interval terjadi setelah pasien mengalami trauma
kepala, kemudian masuk ke dalam kondisi tidak sadar lagi
setelah sadar saat pendarahan menyebabkan hematoma
berkembang melampaui batas dimana tubuh dapat
mengimbanginya. Setelah cedera, pasien linglung sejenak,
dan kemudian menjadi relatif sadar untuk jangka waktu
tertentu yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam.
Setelah itu terjadi penurunan yang cepat saat darah
terkumpul di dalam tengkorak, menyebabkan kenaikan
tekanan intrakranial, yang merusak jaringan otak.
Kemudian, dapat berkembang menjadi
"pseudoaneurysms" setelah trauma yang pada akhirnya
dapat pecah dan terjadi perdarahan. Hal ini merupakan
faktor yang mungkin menyebabkan penundaan hilangnya
kesadaran.1
9/3/20XX Presentation Title 27
28. Tekanan Tinggi Intrakranial
Tekanan intrakranial (TIK) adalah tekanan yang timbul karena
adanya volume massa otak, cairan cerebrospinal (LCS), dan
darah yang mensuplai otak dalam suatu ruang intrakranial yang
tertutup. TIK ini bisa meningkat yang disebabkan oleh adanya
perdarahan intrakranial ( EDH, SDH, kontusio otak, PSA, ICH ),
edema otak, tumor otak, dan hidrosefalus.
Akibat dari adanya peningkatan TIK akan menyebabkan
terjadinya penurunan aliran darah ke otak (CBF= Cerebral
Blood Flow) sehingga timbul iskemia otak.
TIK dapat diukur dengan satuan cmH2O atau mmHg, dan
memiliki nilai normal 50 sampai 200 mmH2O atau 5 – 20
mmHg.
9/3/20XX Presentation Title 28
29. Sebuah konsep tentang TIK ini dikenal dengan doktrin
Monroe Kelly Teori ini menyatakan bahwa rongga intra
kranial pada dasarnya merupakan rongga yang kaku, tidak
mungkin mekar, sehingga bila salah satu dari ketiga
komponennya membesar, dua komponen lainnya harus
mengkompensasi dengan mengurangi volumenya ( bila TIK
masih konstan).
Mekanisme kompensasi intra kranial ini terbatas, tetapi
terhentinya fungsi neural dapat menjadi parah bila
mekanisme ini gagal. Kompensasi terdiri dari meningkatnya
aliran cairan serebrospinal ke dalam kanalis spinalis dan
adaptasi otak terhadap peningkatan tekanan tanpa
meningkatkan TIK.
Segera setelah cedera otak, suatu massa seperti perdarahan
dapat terus bertambah dengan TIK masih tetap normal.
Namun, sewaktu batas pemindahan/pengeluaran CSS dan
9/3/20XX Presentation Title 29