SlideShare a Scribd company logo
1 of 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma capitis adalah suatu gangguaan traumatik dari fungsi otak disertai perdarahan
interstitial dalam substansi otak tanpa terputusnya kontinuitas dari otak (Purnama Junadi dkk,
1992). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal
yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi
fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, Wahyu, 2008).
Trauma capitis atau cedera kepala diakibatkan karena benturan pada kepala, kecelakaan lalu
lintas, berupa tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh dari ketinggian (misalnya pohon,
gedung, dan rumah), tertimpa benda (misalnya: alat-alat berat, batang pohon, kayu, dan
sebagainya), olahraga, trauma kelahiran, dan korban kekerasan (misalnya senjata api, golok,
parang, balik, palu dan sebagainya).
Insiden trauma kapitis karena kecelakaan di Indonesia adalah 30% meninggal dalam satu
minggu perawatan, 40% meninggal dalam satu hari perawatan dan 50% meninggal sebelum
tiba di rumah sakit (Sidharta, 2003).
Menurut data Medical Record Rumah Sakit Stella Maris Makassar pasien yang dirawat
dengan trauma kapitis sepanjang tahun 2009 berjumlah 31 orang ( 0,36%) dari 8574 pasien di
Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Kasus terbanyak pada usia dewasa muda-tua sebanyak
16 orang (0,19%) disusul kemudian pada kelompok usia remaja 12 orang (0,14%) dan kassus
terendah pada kelompok usia lanjut yaitu 3 orang (0,03%). Berdasarkan jenis kelamin,
ditentukan kasus trauma kapitis lebih banyak di alami oleh Laki-laki yaitu 19 jiwa (0,22%)
sedangkan perempuan sebanyak 12 jiwa (0,14%). Tercatat pula angka kematian pad kasus ini
sebanyak 1 pasien (0,01%).
Penyebab kematian pada pasien trauma kapitis yaitu adanya penekanan pada otak
menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga menyebabkan hematoma. Efek utama sering
lambat sampai hematoma tersebut cukup besar dan akan menimbulkan edema otak. Edema
otak ini dapat menyebabkan peningkatan intracranial yang dapat menyebabkan herniasi dan
penekanan batang otak. Herniasi ini dapat menibulkan iskemik, infark, kerusakan otak
irreversible dan kematian (Selekta Kapita, 2007).
Kasus cedera kepala mempunyai beberapa aspek khusus penyembuhan, antara lain
kemampuan regenerasi sel otak yang sangat terbatas, kemungkinan komplikasi yang
mengancam jiwa atau menyebabkan kecacatan, juga karena terutama mengenai pria dalam
usia produktif yang biasanya merupakan kepala keluarga. Adanya tingkat kesulitan dalam
pengobatan dan penanganan menyebabkan tingginya angka kematian sehingga pragnosa
pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan system neurology. Di ruangan ICU-ICCU Rumah Sakit Stella Maris
Makassar pada tanggal 19-21 Maret 2010.
2. Tujuan Khusus
1) Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan proses pengkajian dan analisis data
pada pasien dengan Trauma Capitis.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Trauma Capitis.
3) Menetapkan perencanaan terhadap pasien Trauma Capitis.
4) Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada
pasien dengan Trauma Capitis.
5) Menyusun dokumentasi keperawatan terhadap pasien dengan Trauma Capitis.
6) Memperoleh pengalaman nyata dalam penilaian terhadap pasien dengan Trauma Capitis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Trauma capitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial atau sebagai gangguan
traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada fungsi otak. (Black, 1997)
Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau
otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala.
(Suriadi, 2003
B. Etiologi
1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil.
2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan.
3. Cedera akibat kekerasan
C. Patofisiologi :
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan Glukosa dapat terpenuhi.
Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar
akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai
bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan
koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga
bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – gejala permulaan disfungsi
cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui
proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio
berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme
anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.Dalam keadaan normal cerebal blood
flow (CBF) adalah 50–60 ml/menit/100gr jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac
output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical-
myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi
ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel,
takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan
tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh
persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak
begitu besar (Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998)
D. Manifestasi Klinis
1. Cedera Kepala Ringan
1) cedera kepala sekunder yang ditandai dengan nyeri kepala, tadak pingsan, tidak muntah,
tidak ada tanda-tanda neurology.
2) Komusio serebri ditandai denga tidak sadar kurang dari 10 menit, muntah, nyeri kepala,
tidak ada tanda-tanda neurology.
2. Cedera Kepala Sedang
Ditandai dengan pingsan lebih dari 10 menit, muntah, amnesia, dan tanda-tanda neurology.
3. Cedera Kepala Berat
1) laserasi serebri ditandai dengan pingsan berhari-hari atau berbulan-bulan, kelumpuhan
anggota gerak, biasanya disertai fraktur basis kranii.
2) Perdarahan epidural ditandai dengan pingsan sebentar-sebentar kemudian sadar lagi
namun beberapa saat pingsan lagi, mata sembab, pupil anisokor, bradikardi, tekanan darah
dan suhu meningkat.
3) Perdarahan subdural ditandai dengan perubahan subdural, nyeri kepala, TIK meningkat,
lumpuh
E. Pemeriksaan Penunjang
1. CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel
pergeseran cairan otak.
2. MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks.
3. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.EEG : memperlihatkan keberadaan/
perkembangan gelombang.
4. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan
garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang).
5. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak..
6. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak.
7. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid.
8. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam
peningkatan TIK.
9. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang
akan dapat meningkatkan TIK.
10. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap
penurunan kesadaran.
11. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang
cukup efektif untuk mengatasi kejang.
F. Penatalaksanaan
1. Penaganan terhadap 5B yaitu :
1) Breathing : Bebaskan obstruksi, suction, intubasi, trakeostomi
2) Blood : Monitor TD, pemeriksaan Hb, leukosit
3) Brain : Ukur GCS
4) Bladder : Kosongkan bladder karena urine yang penuh dan merangsang mengedan.
5) Bower : Kosongkan dengan alasan dapat meningkatkan TIK
2. Penatalaksanaan Medik
1) Konservatif
a) Istirahat baring di tempat tidur.
b) Analgetik untuk mengurangi rasa sakit.
c) Pemberian obat penenang
d) Pemberian obat gol osmotic diuretic ( manitol). Untuk mengatasi edema serebral.
e) Setelah keluhan-keluhan hilang, maka mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap,
dimulai dengan duduk di tempat tidur, berdiri lalu berjalan.
2) Operatif
Operasi hanya dapat dilakukan pada kasus tertentu seperti pada perdarahan epidural dan
perdarahan subdural dengan maksud menghentikan perdarahan dan memperbaiki fraktur
terbuka jaringan otak yang menonjol keluar, atau pada fraktur dimana fragmen-fragmen
tulang masuk ke jaringan otak
G. Komplikasi
1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau
dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal.
2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu
pertama) atau lanjut (setelah satu minggu).
3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis
meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian:
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda : Perubahan kesehatan, letargi, Hemiparase, quadrepelgia, Ataksia cara berjalan tak
tegap, Masalah dalam keseimbangan, Cedera (trauma) ortopedi, Kehilangan tonus otot, otot
spastic.
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan darah atau normal (hipertensi), Perubahan frekuensi jantung
(bradikardia, takikardia yang diselingi bradikardia disritmia).
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis)
Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung depresi dan impulsif.
4. Eliminasi
Gejala : Inkontenensia kandung kemih/ usus atau mengalami gngguan fungsi.
5. Makanan/ cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : Muntah (mungkin proyektil), Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia).
6. Neurosensoris
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope,
tinitus kehilangan pendengaran, fingking, baal pada ekstremitas.
Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, Perubahan status mental, Perubahan
pupil (respon terhadap cahaya, simetri, Wajah tidak simetris, Genggaman lemah, tidak
seimbang, Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah, Apraksia, hemiparese, Quadreplegia
7. Nyeri/ Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma.
Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat, gelisah
tidak bisa beristirahat, merintih.
8. Keamanan
Gejala : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan
Tanda : Fraktur/ dislokasi, Gangguan penglihatan, Gangguan kognitif, Gangguan rentang
gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum mengalami paralisis, Demam, gangguan
dalam regulasi suhu tubuh
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
2. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera
pada pusat pernafasan otak).
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit
neurologis.
4. Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis
C. Intervensi dan Rasional
DX I :
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/ perbaikan, kognisi dan fungsi motorik/ sensori.
Intervensi :
1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang
menyebabkan koma/ penurunan perfusi jaringan otak.
Rasional: Menentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda dan gejala neurologis atau
kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal mungkin menunjukkan bahwa pasien
itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif.
2) Pantau/ catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar
Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan perkembangan
kerusakan sistem saraf pusat.
3) Evaluasi kemampuan membuka mata.
Rasional: Menentukan tingkat kesadaran.
4) Kaji respon verbal: catat apakah pasien sadar, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu
baik/ malah bingung, menggunakan kata-kata yang tidak sesuai.
Rasional: Mengukur kesesuaian dalam berbicara dan menunjukkan tingkat kesadaran.
5) Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana, catat gerakan anggota tubuh dan
catat sisi kiri dan kanan suara terpisah.
Rasional: Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk berespon terhadap
rangsangan eksternal dan merupakan petunjuk keadaan kesadaran terbaik pada pasien yang
matanya tertutup sebagai akibat dari trauma atau pasien afasia.
DX II :
Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat pernafasan otak).
Tujuan :
Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan normal/ efektif,
Intervensi :
1) Pantau frekuensi, irama kedalaman perbafasan. Catat ketidak teraturan pernafasan.
Rasional: Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal umumnya mengikuti
cedera otak.
2) Catat kompetensi refleks menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan nafas
sendiri. Pasang jalan nafas sesuai indikasi.
Rasional: Kemampuan mobilisasi atau membersihkan sekresi penting untuk memelihara jalan
nafas. Kehilangan refleks menelan atau batuk menandakan perlunya jalan nafas buatan atau
intubasi.
3) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi.
Rasional: Untuk memudahkan ekspansi paru/ ventilasi paru dan menurunkan adanya
kemungkinan lidah batu yang menyumbat jalan nafas.
4) Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika pasien sadar.
Rasional: Mencegah atau menurunkan atelektasis.
5) Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan
yang tidak normal (seperti ronchi, mengi).
Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis, kongesti atau
obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral dan menandakan terjadinya
infeksi paru (umumnya merupakan komplikasi dari cedera kepala).
DX III :
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit
neurologis.
Tujuan :
Pasien melakukan kembali/ mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi.
Intervensi :
1) Evaluasi/ pantau secara teratur perubahan orientasi kemampuan berbicara. Dalam
perasaan efektif sensorik dan proses pikir.
Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan
sirkulasi, oksigenasi kerusakan dapat terjadi saat trauma awal akibat dari pembengkakan atau
pendarahan.
2) Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan panas, dingin, benda tajam/ tumpul
terhadap gerakan dan letak tubuh. Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang
lain.
Rasional: Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua sistem sensorik dapat
terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan
sensivitas atau kehilangan sensasi/ kemampuan untuk menerima dan merespons sesuai pada
simulasi.
3) Hilangkan suara bising/ stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhan.
Rasional: Menurunkan asientasi, respon emosi yang berlebihan/ bingung yang berhubungan
dengan sensorik yang berlebihan.
4) Bicara dengan suara lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana.
Perhatikan kontak mata.
Rasional: Pasien mungkin mengalami keterbataasan perhatian pemahaman selama fase akut
dan penyembuhan dan tindakan ini dapat membantu pasien untuk memunculkan komunikasi.
5) Berikan simulasi yang bermanfaat verbal (berbincang-bincang dengan pasien), dan
pendengaran (dengan tape, televisi, radio, pengunjung dan sebagainya).
Rasional: Pilihan masukan sensorik secara cermat bermanfaat untuk menstimulasi pasien
koma dengan baik selama melatih kembali fungsi kognitifnya.
DX IV :
Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis
Tujuan :
Dapat mempertahankan /melakukan kembali orientasi mental dan realitas biasanya,
berpartisipasi dalam aturan terpeutik.
Intervensi:
1) Kaji rentang perhatian, kebingunan, dan catat tingkat ansientas pasien.
Rasional: rentang perhatian/ kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara
tajam yang menyebabkan dan mempengaruhi proses pikir pasien.
2) Pastikan dengan orang terdekat untuk membandingkan kepribadian/ tingkah laku pasien
sebelum mengalami trauma dengan respons pasien sekarang.
Rasional: Masa pemulihan cedera kepala meliputi fase agitasi respons marah, dan berbicara
proses pikir yang kacau. Munculnya halusinasi dan perubahan pada interpretasi simulus dapat
berkembang tergantung dari keadaan trauma atau tergantung dari berkembangnya bagian
tertentu dari otak yang mengalami trauma tersebut.
3) Usahakan untuk menghadirkan realitas secara konsisten dan jelas, hindari pikiran-pikiran
yang tidak masuk akal.
Rasional: Pasien mungkin tidak menyadari adanya trauma secara total (ammnesia) atau dari
perluasaan trauma dan karena itu pasien perlu dihadapkan pada kenyataan terhadap terjadinya
cidera pada dirinya.
4) Berikan penjelasan mengenai prosedur-prosedur dan tekankan kembali penjelasan yang
diberikan itu oleh sejawat lain. Berikan informasi tentang proses penyakit yang ada
hubungannya dengan gejala yang muncul.
Rasional: Kehilangan struktur internal (perubahan dalam memori alasan dan kemampuan
untuk membuat konseptual) menimbulkan ketakutan baik terhadap pengaruh proses yang
tidak diketahui manapun retensi terhadap informasi, ansietas yang kompleks, kebingunan,
dan disorientasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Trauma kepala terdiri dari trauma kulit kepala, tulang kranial dan otak. Klasifikasi cedera
kepala meliputi trauma kepala tertutup dan trauma kepala terbuka yang diakibatkan oleh
mekanisme cedera yaitu cedera percepatan (aselerasi) dan cedera perlambatan (deselerasi).
Cedera kepala primer pada trauma kepala menyebabkan edema serebral, laserasi atau
hemorragi. Sedangkan cedera kepala sekunder pada trauma kepala menyebabkan
berkurangnya kemampuan autoregulasi pang pada akhirnya menyebabkan terjadinya
hiperemia (peningkatan volume darah dan PTIK). Selain itu juga dapat menyebabkan
terjadinya cedera fokal serta cedera otak menyebar yang berkaitan dengan kerusakan otak
menyeluruh.
Komplikasi dari trauma kepala adalah hemorragi, infeksi, odema dan herniasi.
Penatalaksanaan pada pasien dengan trauma kepala adalah dilakukan observasi dalam 24 jam,
tirah baring, jika pasien muntah harus dipuasakan terlebih dahulu dan kolaborasi untuk
pemberian program terapi serta tindakan pembedahan.
Pengkajian :
1. Aktivitas/ Istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas Ego dan Eliminasi
4. Makanan/ cairan
5. Neurosensoris
6. Nyeri/ Kenyamanan
7. Keamanan
Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah
2. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera
pada pusat pernafasan otak).
3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit
neurologis.
4. Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan medical bedah edisi 8. vol 2. EGC Jakarta.
Boughman Diane. E (2001). Buku saku keperawatan medical bedah. EGC : Jakarta.
Evelyn C. Peace (1998). Anatomo fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia: Jakarta.
Marlyn Doenges (1993). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian pasien. EGC :Jakarta.
Syaifudin (1997). Anatomi fisiologi. EGC : Jakarta.
Guyton& hall (1997). Buku ajar fisiologi kedoteran . EGC : Jakarta.
TUGAS : ILMU PENYAKIT DALAM
MAKALAH
TRAUMA KAPITIS
(NEUROLOGI)
BY
NAMA : NURLENA
NIM : 12.12.1028
KELAS : II’B
AKPER PEMKAB MUNA
2014

More Related Content

What's hot

Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisFransiska Oktafiani
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOWawan Akibu
 
05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratanmif al-huda
 
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer an...
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer   an...Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer   an...
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer an...Taruna Ikrar
 
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeHerianto Elbcome 300
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepalafienndhut
 
Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Stiawan Akbar
 

What's hot (18)

lp Trauma kepala 1
lp Trauma kepala 1lp Trauma kepala 1
lp Trauma kepala 1
 
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla SpinalisAsuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
Asuhan Keperawatan Trauma Medulla Spinalis
 
Asuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan StrokeAsuhan Keperawatan Stroke
Asuhan Keperawatan Stroke
 
Askep cidera kepala
Askep cidera kepalaAskep cidera kepala
Askep cidera kepala
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODOASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
ASKEP SOL DI RSUP. Dr. WAHIDDIN SUDIROHUODO
 
05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan05 193penatalaksanaan kedaruratan
05 193penatalaksanaan kedaruratan
 
Cedera kepala
Cedera kepala Cedera kepala
Cedera kepala
 
makalah
makalahmakalah
makalah
 
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer an...
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer   an...Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer   an...
Ilmuwan indonesia buktikan regenerasi sel otak jadi pengobatan alzheimer an...
 
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien StrokeAsuhan Keperawatan pada pasien Stroke
Asuhan Keperawatan pada pasien Stroke
 
Askep cedera kepala
Askep cedera kepalaAskep cedera kepala
Askep cedera kepala
 
Askep tumor otak
Askep tumor otakAskep tumor otak
Askep tumor otak
 
Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1Laporan pendahulua1
Laporan pendahulua1
 
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUNAskep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
Askep tumor otak yani 44444 AKPER PEMDA MUN
 
Mkla trauma in
Mkla trauma inMkla trauma in
Mkla trauma in
 
Cidera kepala
Cidera kepalaCidera kepala
Cidera kepala
 
Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )Askep space occupying lession ( sol )
Askep space occupying lession ( sol )
 

Viewers also liked

Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasar
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasarMakalah faktor faktor yang mempengaruhi pasar
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasarSeptian Muna Barakati
 
Makalah pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...
Makalah  pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...Makalah  pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...
Makalah pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...Septian Muna Barakati
 
Makalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramataMakalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramataSeptian Muna Barakati
 
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Kantar
 

Viewers also liked (20)

Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasar
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasarMakalah faktor faktor yang mempengaruhi pasar
Makalah faktor faktor yang mempengaruhi pasar
 
Makalah agama tentang asi (3)
Makalah agama tentang asi (3)Makalah agama tentang asi (3)
Makalah agama tentang asi (3)
 
Makalah asfeksia
Makalah asfeksiaMakalah asfeksia
Makalah asfeksia
 
Limbah
LimbahLimbah
Limbah
 
Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)Makalah hukum tata negara (2)
Makalah hukum tata negara (2)
 
Bab ii1 ican
Bab ii1 icanBab ii1 ican
Bab ii1 ican
 
Makalah alat indra
Makalah alat indraMakalah alat indra
Makalah alat indra
 
Makalah azan
Makalah azanMakalah azan
Makalah azan
 
Makalah pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...
Makalah  pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...Makalah  pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...
Makalah pengelolaan sumber daya alam berdasarkan prinsip berwawasan lingkung...
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Makalah ipa
Makalah ipaMakalah ipa
Makalah ipa
 
Makalah perubahan uud
Makalah  perubahan uudMakalah  perubahan uud
Makalah perubahan uud
 
Makalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesiaMakalah bahasa indonesia
Makalah bahasa indonesia
 
Makalah asertifitas
Makalah asertifitasMakalah asertifitas
Makalah asertifitas
 
Makalah analisa manajemen
Makalah analisa manajemenMakalah analisa manajemen
Makalah analisa manajemen
 
Makalah hukum zakat di indonesia,,,
Makalah hukum zakat di indonesia,,,Makalah hukum zakat di indonesia,,,
Makalah hukum zakat di indonesia,,,
 
Makalah aik 2 thaharah
Makalah aik 2 thaharahMakalah aik 2 thaharah
Makalah aik 2 thaharah
 
Makalah aik 2 thaharah (2)
Makalah aik 2 thaharah (2)Makalah aik 2 thaharah (2)
Makalah aik 2 thaharah (2)
 
Makalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramataMakalah identitas nasional akbid paramata
Makalah identitas nasional akbid paramata
 
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
Super Bowl - Oscars : qui sont les gagnants sur les médias sociaux ?
 

Similar to Makalah trauma kapitis (20)

Bab ii fix
Bab ii fixBab ii fix
Bab ii fix
 
Cidera Kepala
Cidera KepalaCidera Kepala
Cidera Kepala
 
Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)Ways the brain is injured (autosaved)
Ways the brain is injured (autosaved)
 
Trauma kapitis indry
Trauma kapitis indryTrauma kapitis indry
Trauma kapitis indry
 
Askep ckr
Askep ckrAskep ckr
Askep ckr
 
TRAUMA_KEPALA.ppt
TRAUMA_KEPALA.pptTRAUMA_KEPALA.ppt
TRAUMA_KEPALA.ppt
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Diagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaranDiagnosa gangguan kesadaran
Diagnosa gangguan kesadaran
 
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cederaKegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cedera
Kegawatdaruratan pada sistem persyarafan trauma kepala & cedera
 
Askep cva
Askep cvaAskep cva
Askep cva
 
Lp ckr
Lp ckrLp ckr
Lp ckr
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
ppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptxppt gadar kel 2.pptx
ppt gadar kel 2.pptx
 
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakangAskep cidera kepala n cidera tulang belakang
Askep cidera kepala n cidera tulang belakang
 
Hemiparesis
HemiparesisHemiparesis
Hemiparesis
 
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdfLaporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
Laporan Pendahuluan Tentang Stroke Iskemik.pdf
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.pptNURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
NURSING MANAGEMENT BRAIN INJURY FOR PATIEN.ppt
 
Kelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem sarafKelainan pada sistem saraf
Kelainan pada sistem saraf
 
Makalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan strokeMakalah asuhan keperawatan stroke
Makalah asuhan keperawatan stroke
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah trauma kapitis

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Trauma capitis adalah suatu gangguaan traumatik dari fungsi otak disertai perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa terputusnya kontinuitas dari otak (Purnama Junadi dkk, 1992). Cedera kepala adalah trauma yang mengenai otak disebabkan oleh kekuatan eksternal yang menimbulkan perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kemampuan kognitif, fungsi fisik, fungsi tingkah laku dan emosional (Widagdo, Wahyu, 2008). Trauma capitis atau cedera kepala diakibatkan karena benturan pada kepala, kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan kendaraan bermotor, terjatuh dari ketinggian (misalnya pohon, gedung, dan rumah), tertimpa benda (misalnya: alat-alat berat, batang pohon, kayu, dan sebagainya), olahraga, trauma kelahiran, dan korban kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, balik, palu dan sebagainya). Insiden trauma kapitis karena kecelakaan di Indonesia adalah 30% meninggal dalam satu minggu perawatan, 40% meninggal dalam satu hari perawatan dan 50% meninggal sebelum tiba di rumah sakit (Sidharta, 2003). Menurut data Medical Record Rumah Sakit Stella Maris Makassar pasien yang dirawat dengan trauma kapitis sepanjang tahun 2009 berjumlah 31 orang ( 0,36%) dari 8574 pasien di Rumah Sakit Stella Maris Makassar. Kasus terbanyak pada usia dewasa muda-tua sebanyak 16 orang (0,19%) disusul kemudian pada kelompok usia remaja 12 orang (0,14%) dan kassus terendah pada kelompok usia lanjut yaitu 3 orang (0,03%). Berdasarkan jenis kelamin, ditentukan kasus trauma kapitis lebih banyak di alami oleh Laki-laki yaitu 19 jiwa (0,22%) sedangkan perempuan sebanyak 12 jiwa (0,14%). Tercatat pula angka kematian pad kasus ini sebanyak 1 pasien (0,01%). Penyebab kematian pada pasien trauma kapitis yaitu adanya penekanan pada otak menyebabkan pembuluh darah pecah sehingga menyebabkan hematoma. Efek utama sering lambat sampai hematoma tersebut cukup besar dan akan menimbulkan edema otak. Edema otak ini dapat menyebabkan peningkatan intracranial yang dapat menyebabkan herniasi dan penekanan batang otak. Herniasi ini dapat menibulkan iskemik, infark, kerusakan otak irreversible dan kematian (Selekta Kapita, 2007). Kasus cedera kepala mempunyai beberapa aspek khusus penyembuhan, antara lain kemampuan regenerasi sel otak yang sangat terbatas, kemungkinan komplikasi yang mengancam jiwa atau menyebabkan kecacatan, juga karena terutama mengenai pria dalam usia produktif yang biasanya merupakan kepala keluarga. Adanya tingkat kesulitan dalam pengobatan dan penanganan menyebabkan tingginya angka kematian sehingga pragnosa pasien cedera kepala akan lebih baik bila penatalaksanaan dilakukan secara tepat dan cepat.
  • 2. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk memperoleh pengalaman nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system neurology. Di ruangan ICU-ICCU Rumah Sakit Stella Maris Makassar pada tanggal 19-21 Maret 2010. 2. Tujuan Khusus 1) Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan proses pengkajian dan analisis data pada pasien dengan Trauma Capitis. 2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Trauma Capitis. 3) Menetapkan perencanaan terhadap pasien Trauma Capitis. 4) Memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan Trauma Capitis. 5) Menyusun dokumentasi keperawatan terhadap pasien dengan Trauma Capitis. 6) Memperoleh pengalaman nyata dalam penilaian terhadap pasien dengan Trauma Capitis
  • 3. BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Trauma capitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial atau sebagai gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada fungsi otak. (Black, 1997) Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala. (Suriadi, 2003 B. Etiologi 1. Kecelakaan, jatuh, kecelakaan kendaraan bermotor atau sepeda, dan mobil. 2. Kecelakaan pada saat olah raga, anak dengan ketergantungan. 3. Cedera akibat kekerasan C. Patofisiologi : Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan Oksigen dan Glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala – gejala permulaan disfungsi cerebral. Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.Dalam keadaan normal cerebal blood flow (CBF) adalah 50–60 ml/menit/100gr jaringan otak, yang merupakan 15 % dari cardiac output. Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas atypical- myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan disritmia, fibrilasi atrium dan ventrikel, takikardia. Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol akan berkontraksi. Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar (Sjamsuhidajat, R. dan Wim de Jong. 1998)
  • 4. D. Manifestasi Klinis 1. Cedera Kepala Ringan 1) cedera kepala sekunder yang ditandai dengan nyeri kepala, tadak pingsan, tidak muntah, tidak ada tanda-tanda neurology. 2) Komusio serebri ditandai denga tidak sadar kurang dari 10 menit, muntah, nyeri kepala, tidak ada tanda-tanda neurology. 2. Cedera Kepala Sedang Ditandai dengan pingsan lebih dari 10 menit, muntah, amnesia, dan tanda-tanda neurology. 3. Cedera Kepala Berat 1) laserasi serebri ditandai dengan pingsan berhari-hari atau berbulan-bulan, kelumpuhan anggota gerak, biasanya disertai fraktur basis kranii. 2) Perdarahan epidural ditandai dengan pingsan sebentar-sebentar kemudian sadar lagi namun beberapa saat pingsan lagi, mata sembab, pupil anisokor, bradikardi, tekanan darah dan suhu meningkat. 3) Perdarahan subdural ditandai dengan perubahan subdural, nyeri kepala, TIK meningkat, lumpuh E. Pemeriksaan Penunjang 1. CT –Scan : mengidentifikasi adanya sol, hemoragi menentukan ukuran ventrikel pergeseran cairan otak. 2. MRI : sama dengan CT –Scan dengan atau tanpa kontraks. 3. Angiografi Serebral : menunjukkan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran jaringan otak akibat edema, perdarahan dan trauma.EEG : memperlihatkan keberadaan/ perkembangan gelombang. 4. Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur pergeseran struktur dan garis tengah (karena perdarahan edema dan adanya frakmen tulang). 5. BAER (Brain Eauditory Evoked) : menentukan fungsi dari kortek dan batang otak.. 6. PET (Pesikon Emission Tomografi) : menunjukkan aktivitas metabolisme pada otak. 7. Pungsi Lumbal CSS : dapat menduga adanya perdarahan subaractinoid. 8. Kimia/elektrolit darah : mengetahui ketidakseimbangan yang berpengaruh dalam peningkatan TIK. 9. GDA (Gas Darah Arteri) : mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatkan TIK. 10. Pemeriksaan toksitologi : mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran. 11. Kadar antikonvulsan darah : dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi kejang.
  • 5. F. Penatalaksanaan 1. Penaganan terhadap 5B yaitu : 1) Breathing : Bebaskan obstruksi, suction, intubasi, trakeostomi 2) Blood : Monitor TD, pemeriksaan Hb, leukosit 3) Brain : Ukur GCS 4) Bladder : Kosongkan bladder karena urine yang penuh dan merangsang mengedan. 5) Bower : Kosongkan dengan alasan dapat meningkatkan TIK 2. Penatalaksanaan Medik 1) Konservatif a) Istirahat baring di tempat tidur. b) Analgetik untuk mengurangi rasa sakit. c) Pemberian obat penenang d) Pemberian obat gol osmotic diuretic ( manitol). Untuk mengatasi edema serebral. e) Setelah keluhan-keluhan hilang, maka mobilisasi dapat dilakukan secara bertahap, dimulai dengan duduk di tempat tidur, berdiri lalu berjalan. 2) Operatif Operasi hanya dapat dilakukan pada kasus tertentu seperti pada perdarahan epidural dan perdarahan subdural dengan maksud menghentikan perdarahan dan memperbaiki fraktur terbuka jaringan otak yang menonjol keluar, atau pada fraktur dimana fragmen-fragmen tulang masuk ke jaringan otak G. Komplikasi 1. Kebocoran cairan serebrospinal akibat fraktur pada fossa anterior dekat sinus frontal atau dari fraktur tengkorak bagian petrous dari tulang temporal. 2. Kejang. Kejang pasca trauma dapat terjadi segera (dalam 24 jam pertama dini, minggu pertama) atau lanjut (setelah satu minggu). 3. Diabetes Insipidus, disebabkan oleh kerusakan traumatic pada rangkai hipofisis meyulitkan penghentian sekresi hormone antidiupetik
  • 6. BAB III KONSEP DASAR KEPERAWATAN A. Pengkajian: 1. Aktivitas/ Istirahat Gejala : Merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan. Tanda : Perubahan kesehatan, letargi, Hemiparase, quadrepelgia, Ataksia cara berjalan tak tegap, Masalah dalam keseimbangan, Cedera (trauma) ortopedi, Kehilangan tonus otot, otot spastic. 2. Sirkulasi Gejala : Perubahan darah atau normal (hipertensi), Perubahan frekuensi jantung (bradikardia, takikardia yang diselingi bradikardia disritmia). 3. Integritas Ego Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian (tenang atau dramatis) Tanda : Cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung depresi dan impulsif. 4. Eliminasi Gejala : Inkontenensia kandung kemih/ usus atau mengalami gngguan fungsi. 5. Makanan/ cairan Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera. Tanda : Muntah (mungkin proyektil), Gangguan menelan (batuk, air liur keluar, disfagia). 6. Neurosensoris Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo, sinkope, tinitus kehilangan pendengaran, fingking, baal pada ekstremitas. Tanda : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, Perubahan status mental, Perubahan pupil (respon terhadap cahaya, simetri, Wajah tidak simetris, Genggaman lemah, tidak seimbang, Refleks tendon dalam tidak ada atau lemah, Apraksia, hemiparese, Quadreplegia 7. Nyeri/ Kenyamanan Gejala : Sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda biasanya koma. Tanda : Wajah menyeringai, respon menarik pada rangangan nyeri yang hebat, gelisah tidak bisa beristirahat, merintih. 8. Keamanan Gejala : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan Tanda : Fraktur/ dislokasi, Gangguan penglihatan, Gangguan kognitif, Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekutan secara umum mengalami paralisis, Demam, gangguan dalam regulasi suhu tubuh
  • 7. B. Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah 2. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan otak). 3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit neurologis. 4. Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis C. Intervensi dan Rasional DX I : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah Tujuan : Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/ perbaikan, kognisi dan fungsi motorik/ sensori. Intervensi : 1) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan tertentu atau yang menyebabkan koma/ penurunan perfusi jaringan otak. Rasional: Menentukan pilihan intervensi. Penurunan tanda dan gejala neurologis atau kegagalan dalam pemulihannya setelah serangan awal mungkin menunjukkan bahwa pasien itu perlu dipindahkan ke perawatan intensif. 2) Pantau/ catat status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar Rasional: Mengkaji adanya kecenderungan pada tingkat kesadaran dan perkembangan kerusakan sistem saraf pusat. 3) Evaluasi kemampuan membuka mata. Rasional: Menentukan tingkat kesadaran. 4) Kaji respon verbal: catat apakah pasien sadar, orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik/ malah bingung, menggunakan kata-kata yang tidak sesuai. Rasional: Mengukur kesesuaian dalam berbicara dan menunjukkan tingkat kesadaran. 5) Kaji respon motorik terhadap perintah yang sederhana, catat gerakan anggota tubuh dan catat sisi kiri dan kanan suara terpisah. Rasional: Mengukur kesadaran secara keseluruhan dan kemampuan untuk berespon terhadap rangsangan eksternal dan merupakan petunjuk keadaan kesadaran terbaik pada pasien yang matanya tertutup sebagai akibat dari trauma atau pasien afasia. DX II : Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan otak). Tujuan : Pasien dapat mempertahankan pola pernapasan normal/ efektif,
  • 8. Intervensi : 1) Pantau frekuensi, irama kedalaman perbafasan. Catat ketidak teraturan pernafasan. Rasional: Perubahan dapat menandakan awitan komplikasi pulmonal umumnya mengikuti cedera otak. 2) Catat kompetensi refleks menelan dan kemampuan pasien untuk melindungi jalan nafas sendiri. Pasang jalan nafas sesuai indikasi. Rasional: Kemampuan mobilisasi atau membersihkan sekresi penting untuk memelihara jalan nafas. Kehilangan refleks menelan atau batuk menandakan perlunya jalan nafas buatan atau intubasi. 3) Angkat kepala tempat tidur sesuai aturannya, posisi miring sesuai indikasi. Rasional: Untuk memudahkan ekspansi paru/ ventilasi paru dan menurunkan adanya kemungkinan lidah batu yang menyumbat jalan nafas. 4) Anjurkan pasien untuk melakukan nafas dalam yang efektif jika pasien sadar. Rasional: Mencegah atau menurunkan atelektasis. 5) Auskultasi suara nafas, perhatikan daerah hipoventilasi dan adanya suara-suara tambahan yang tidak normal (seperti ronchi, mengi). Rasional: Untuk mengidentifikasi adanya masalah paru seperti atelektasis, kongesti atau obstruksi jalan nafas yang membahayakan oksigenasi serebral dan menandakan terjadinya infeksi paru (umumnya merupakan komplikasi dari cedera kepala). DX III : Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit neurologis. Tujuan : Pasien melakukan kembali/ mempertahankan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi. Intervensi : 1) Evaluasi/ pantau secara teratur perubahan orientasi kemampuan berbicara. Dalam perasaan efektif sensorik dan proses pikir. Rasional: Fungsi serebral bagian atas biasanya terpengaruh lebih dulu oleh adanya gangguan sirkulasi, oksigenasi kerusakan dapat terjadi saat trauma awal akibat dari pembengkakan atau pendarahan. 2) Kaji kesadaran sensorik seperti respon sentuhan panas, dingin, benda tajam/ tumpul terhadap gerakan dan letak tubuh. Perhatikan adanya masalah penglihatan atau sensasi yang lain. Rasional: Informasi penting untuk keamanan pasien. Semua sistem sensorik dapat terpengaruh dengan adanya perubahan yang melibatkan peningkatan atau penurunan sensivitas atau kehilangan sensasi/ kemampuan untuk menerima dan merespons sesuai pada simulasi.
  • 9. 3) Hilangkan suara bising/ stimulus yang berlebihan sesuai kebutuhan. Rasional: Menurunkan asientasi, respon emosi yang berlebihan/ bingung yang berhubungan dengan sensorik yang berlebihan. 4) Bicara dengan suara lembut dan pelan. Gunakan kalimat yang pendek dan sederhana. Perhatikan kontak mata. Rasional: Pasien mungkin mengalami keterbataasan perhatian pemahaman selama fase akut dan penyembuhan dan tindakan ini dapat membantu pasien untuk memunculkan komunikasi. 5) Berikan simulasi yang bermanfaat verbal (berbincang-bincang dengan pasien), dan pendengaran (dengan tape, televisi, radio, pengunjung dan sebagainya). Rasional: Pilihan masukan sensorik secara cermat bermanfaat untuk menstimulasi pasien koma dengan baik selama melatih kembali fungsi kognitifnya. DX IV : Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis Tujuan : Dapat mempertahankan /melakukan kembali orientasi mental dan realitas biasanya, berpartisipasi dalam aturan terpeutik. Intervensi: 1) Kaji rentang perhatian, kebingunan, dan catat tingkat ansientas pasien. Rasional: rentang perhatian/ kemampuan untuk berkonsentrasi mungkin memendek secara tajam yang menyebabkan dan mempengaruhi proses pikir pasien. 2) Pastikan dengan orang terdekat untuk membandingkan kepribadian/ tingkah laku pasien sebelum mengalami trauma dengan respons pasien sekarang. Rasional: Masa pemulihan cedera kepala meliputi fase agitasi respons marah, dan berbicara proses pikir yang kacau. Munculnya halusinasi dan perubahan pada interpretasi simulus dapat berkembang tergantung dari keadaan trauma atau tergantung dari berkembangnya bagian tertentu dari otak yang mengalami trauma tersebut. 3) Usahakan untuk menghadirkan realitas secara konsisten dan jelas, hindari pikiran-pikiran yang tidak masuk akal. Rasional: Pasien mungkin tidak menyadari adanya trauma secara total (ammnesia) atau dari perluasaan trauma dan karena itu pasien perlu dihadapkan pada kenyataan terhadap terjadinya cidera pada dirinya. 4) Berikan penjelasan mengenai prosedur-prosedur dan tekankan kembali penjelasan yang diberikan itu oleh sejawat lain. Berikan informasi tentang proses penyakit yang ada hubungannya dengan gejala yang muncul. Rasional: Kehilangan struktur internal (perubahan dalam memori alasan dan kemampuan untuk membuat konseptual) menimbulkan ketakutan baik terhadap pengaruh proses yang tidak diketahui manapun retensi terhadap informasi, ansietas yang kompleks, kebingunan, dan disorientasi.
  • 10. BAB IV KESIMPULAN Trauma kepala terdiri dari trauma kulit kepala, tulang kranial dan otak. Klasifikasi cedera kepala meliputi trauma kepala tertutup dan trauma kepala terbuka yang diakibatkan oleh mekanisme cedera yaitu cedera percepatan (aselerasi) dan cedera perlambatan (deselerasi). Cedera kepala primer pada trauma kepala menyebabkan edema serebral, laserasi atau hemorragi. Sedangkan cedera kepala sekunder pada trauma kepala menyebabkan berkurangnya kemampuan autoregulasi pang pada akhirnya menyebabkan terjadinya hiperemia (peningkatan volume darah dan PTIK). Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya cedera fokal serta cedera otak menyebar yang berkaitan dengan kerusakan otak menyeluruh. Komplikasi dari trauma kepala adalah hemorragi, infeksi, odema dan herniasi. Penatalaksanaan pada pasien dengan trauma kepala adalah dilakukan observasi dalam 24 jam, tirah baring, jika pasien muntah harus dipuasakan terlebih dahulu dan kolaborasi untuk pemberian program terapi serta tindakan pembedahan. Pengkajian : 1. Aktivitas/ Istirahat 2. Sirkulasi 3. Integritas Ego dan Eliminasi 4. Makanan/ cairan 5. Neurosensoris 6. Nyeri/ Kenyamanan 7. Keamanan Diagnosa Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran darah 2. Resiko pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler (cedera pada pusat pernafasan otak). 3. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan transmisi/ interpasi trauma atau defisit neurologis. 4. Perubahan Proses Pikir Berhubungan Dengan Perubahan Fisiologis
  • 11. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth (2001). Keperawatan medical bedah edisi 8. vol 2. EGC Jakarta. Boughman Diane. E (2001). Buku saku keperawatan medical bedah. EGC : Jakarta. Evelyn C. Peace (1998). Anatomo fisiologi untuk paramedic. PT Gramedia: Jakarta. Marlyn Doenges (1993). Rencana asuhan keperawatan, pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. EGC :Jakarta. Syaifudin (1997). Anatomi fisiologi. EGC : Jakarta. Guyton& hall (1997). Buku ajar fisiologi kedoteran . EGC : Jakarta.
  • 12. TUGAS : ILMU PENYAKIT DALAM MAKALAH TRAUMA KAPITIS (NEUROLOGI) BY NAMA : NURLENA NIM : 12.12.1028 KELAS : II’B AKPER PEMKAB MUNA 2014