Dokumen tersebut membahas tentang cedera kepala, meliputi definisi, anatomi, mekanisme, klasifikasi, gejala, penatalaksanaan awal, dan tindakan keperawatan untuk cedera kepala. Topik utama yang dibahas adalah anatomi otak dan kepala, jenis-jenis cedera kepala beserta penyebabnya, penilaian awal korban cedera kepala, serta langkah-langkah dasar dalam menangani korban ced
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan patofisiologi sistem saraf pusat. Secara ringkas:
1. Mekanisme muntah proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang pusat muntah.
2. Anatomi meninges terdiri atas tiga lapisan dan menerima vaskularisasi dari arteri meninges.
3. Mekanisme cedera kepala dibedakan menjadi cedera tumpul dan penetrasi, serta ditandai
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang cedera kepala dan penanganannya di gawat darurat. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga jalur nafas dan ventilasi pasien, menstabilkan sirkulasi darah, melakukan pemeriksaan neurologis seperti GCS dan pupil, mencegah terjadinya cedera otak sekunder, mencari kemungkinan cedera lain, dan melakukan penilaian lanjut serta konsultasi spesialis jika
Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke dapat terjadi akibat penyumbatan atau perdarahan pembuluh darah di otak. Gejalanya bervariasi mulai dari kelumpuhan separuh tubuh hingga gangguan kognitif dan bahasa. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan CT scan atau MRI, sedangkan pengobatannya meliputi terapi fisik dan rehabilitasi.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Dokumen tersebut membahas tentang cedera kepala, meliputi definisi, anatomi, mekanisme, klasifikasi, gejala, penatalaksanaan awal, dan tindakan keperawatan untuk cedera kepala. Topik utama yang dibahas adalah anatomi otak dan kepala, jenis-jenis cedera kepala beserta penyebabnya, penilaian awal korban cedera kepala, serta langkah-langkah dasar dalam menangani korban ced
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi dan patofisiologi sistem saraf pusat. Secara ringkas:
1. Mekanisme muntah proyektil akibat peningkatan tekanan intrakranial yang merangsang pusat muntah.
2. Anatomi meninges terdiri atas tiga lapisan dan menerima vaskularisasi dari arteri meninges.
3. Mekanisme cedera kepala dibedakan menjadi cedera tumpul dan penetrasi, serta ditandai
Dokumen tersebut memberikan ringkasan tentang cedera kepala dan penanganannya di gawat darurat. Beberapa poin pentingnya adalah menjaga jalur nafas dan ventilasi pasien, menstabilkan sirkulasi darah, melakukan pemeriksaan neurologis seperti GCS dan pupil, mencegah terjadinya cedera otak sekunder, mencari kemungkinan cedera lain, dan melakukan penilaian lanjut serta konsultasi spesialis jika
Stroke disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak yang menyebabkan kerusakan jaringan otak. Stroke dapat terjadi akibat penyumbatan atau perdarahan pembuluh darah di otak. Gejalanya bervariasi mulai dari kelumpuhan separuh tubuh hingga gangguan kognitif dan bahasa. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan CT scan atau MRI, sedangkan pengobatannya meliputi terapi fisik dan rehabilitasi.
Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial meliputi gejala klinis seperti sakit kepala, muntah, dan gangguan kesadaran. Peningkatan tekanan dapat disebabkan oleh edema otak, perdarahan, atau tumor dan dapat menyebabkan komplikasi seperti herniasi otak. Diagnosis didukung dengan pemeriksaan CT scan dan pemantauan tekanan intrakranial secara terus-menerus. Pengobatan meliputi mannitol, hiper
Luka bakar merupakan trauma yang disebabkan oleh panas dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit secara lokal maupun sistemik. Penanganannya meliputi pencegahan shock, pemberian cairan infus, debridemen luka, dan perawatan luka secara terbuka atau tertutup untuk mencegah komplikasi seperti infeksi dan kontraktur. Prognosa tergantung pada lokasi, luas, dan derajat luka bakar serta keadaan pas
Retinopati hipertensi merupakan kelainan retina akibat tekanan darah tinggi yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah retina seperti arteri yang tidak teratur dan eksudat serta perdarahan pada retina. Patogenesisnya meliputi spasme pembuluh darah retina, peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan, serta perubahan pada dinding pembuluh darah seperti penebalan intima, hiperplasia tunika media, dan hialinisasi yang dapat men
Buku ini membahasi manajemen syok pada anak, termasuk patofisiologi, klasifikasi, tanda-tanda, dan pengobatan syok pada anak. Syok dibagi menjadi beberapa jenis seperti hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, distributif, dan disosiatif. Buku ini juga membahas pendekatan terapi seperti resusitasi cairan, pemberian obat, dan monitoring pasien.
Tarsal Tunnel Syndrome (TTS) adalah kondisi yang menyebabkan nyeri pada kaki akibat penekanan saraf tibialis posterior di terowongan tulang di kaki. Gejala utamanya adalah nyeri dan kesemutan di telapak kaki dan tumit. Penyebabnya dapat berupa faktor anatomi, trauma, atau penyakit seperti diabetes. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan EMG, sedangkan pengobatannya meliputi istirahat, splint
Pasien mengalami malunion pada fraktur radius dan ulna setelah kecelakaan 6 tahun lalu. Pasien mengeluh nyeri yang membatasi aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan menunjukkan malunion pada radius dan ulna bagian tengah kanan. Pasien menjalani osteotomy dan pemasangan paku untuk memperbaiki malunion. Hasil pasca operasi menunjukkan posisi dan aposisi yang baik.
Dokumen tersebut membahas tentang wawancara psikiatri dan pemeriksaan status mental pasien, meliputi tujuan, fokus, jenis pemeriksaan, anamnesis psikiatri, prinsip wawancara, dan checklist keterampilan wawancara psikiatrik.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, tujuan, indikasi, kontraindikasi, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan Water Seal Drainage (WSD). WSD digunakan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan lain dari rongga dada dengan mencegah masuknya udara, dan terdapat 3 jenis WSD berdasarkan sistem botol yang digunakan.
Teks tersebut membahas tentang trauma kepala atau cedera otak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan komplikasi. Secara khusus membahas tentang pengkajian keperawatan dan diagnosa awal untuk pasien dengan cedera kepala.
Teks tersebut membahas tentang trauma capitis atau cedera kepala. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi dari trauma capitis.
Luka bakar merupakan trauma yang disebabkan oleh panas dan dapat menyebabkan kerusakan jaringan kulit secara lokal maupun sistemik. Penanganannya meliputi pencegahan shock, pemberian cairan infus, debridemen luka, dan perawatan luka secara terbuka atau tertutup untuk mencegah komplikasi seperti infeksi dan kontraktur. Prognosa tergantung pada lokasi, luas, dan derajat luka bakar serta keadaan pas
Retinopati hipertensi merupakan kelainan retina akibat tekanan darah tinggi yang ditandai dengan perubahan pada pembuluh darah retina seperti arteri yang tidak teratur dan eksudat serta perdarahan pada retina. Patogenesisnya meliputi spasme pembuluh darah retina, peningkatan tekanan darah yang berkepanjangan, serta perubahan pada dinding pembuluh darah seperti penebalan intima, hiperplasia tunika media, dan hialinisasi yang dapat men
Buku ini membahasi manajemen syok pada anak, termasuk patofisiologi, klasifikasi, tanda-tanda, dan pengobatan syok pada anak. Syok dibagi menjadi beberapa jenis seperti hipovolemik, kardiogenik, obstruktif, distributif, dan disosiatif. Buku ini juga membahas pendekatan terapi seperti resusitasi cairan, pemberian obat, dan monitoring pasien.
Tarsal Tunnel Syndrome (TTS) adalah kondisi yang menyebabkan nyeri pada kaki akibat penekanan saraf tibialis posterior di terowongan tulang di kaki. Gejala utamanya adalah nyeri dan kesemutan di telapak kaki dan tumit. Penyebabnya dapat berupa faktor anatomi, trauma, atau penyakit seperti diabetes. Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik dan EMG, sedangkan pengobatannya meliputi istirahat, splint
Pasien mengalami malunion pada fraktur radius dan ulna setelah kecelakaan 6 tahun lalu. Pasien mengeluh nyeri yang membatasi aktivitas sehari-hari. Pemeriksaan menunjukkan malunion pada radius dan ulna bagian tengah kanan. Pasien menjalani osteotomy dan pemasangan paku untuk memperbaiki malunion. Hasil pasca operasi menunjukkan posisi dan aposisi yang baik.
Dokumen tersebut membahas tentang wawancara psikiatri dan pemeriksaan status mental pasien, meliputi tujuan, fokus, jenis pemeriksaan, anamnesis psikiatri, prinsip wawancara, dan checklist keterampilan wawancara psikiatrik.
Dokumen ini membahas 12 saraf kranial dan fungsi serta cara pemeriksaannya. Saraf-saraf kranial tersebut adalah saraf olfaktori (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotorius (gerakan mata), trochlearis (gerakan mata), trigeminus (wajah dan gigi), abdusen (deviasi mata), fasialis (ekspresi wajah), vestibulocochlearis (pendengaran dan keseimbangan), glosofaringeus (rasa), vagus
Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Trauma medulla spinalis adalah cedera pada tulang belakang yang menyebabkan lesi di medulla spinalis dan gangguan neurologis; (2) Penatalaksanaan meliputi pemeriksaan penunjang seperti X-Ray dan MRI, penatalaksanaan medis seperti operasi, terapi, dan imobilisasi, serta pengelolaan komplikasi seperti sistem pernafasan dan genitourinaria; (3) Tujuannya adalah memp
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, jenis, tujuan, indikasi, kontraindikasi, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan Water Seal Drainage (WSD). WSD digunakan untuk mengeluarkan gas, cairan darah, atau cairan lain dari rongga dada dengan mencegah masuknya udara, dan terdapat 3 jenis WSD berdasarkan sistem botol yang digunakan.
Teks tersebut membahas tentang trauma kepala atau cedera otak, termasuk definisi, etiologi, patofisiologi, gejala klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan komplikasi. Secara khusus membahas tentang pengkajian keperawatan dan diagnosa awal untuk pasien dengan cedera kepala.
Teks tersebut membahas tentang trauma capitis atau cedera kepala. Secara ringkas, dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, dan komplikasi dari trauma capitis.
Trauma kepala dapat menyebabkan berbagai cedera seperti luka kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, perdarahan intrakranial, dan cedera otak. Diagnosis didasarkan pada mekanisme kecelakaan, gejala klinis, dan hasil pemeriksaan seperti CT scan. Penanganannya meliputi tindakan darurat, pemantauan neurologis, dan operasi jika diperlukan seperti pada hematoma epidural besar atau subdural lu
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan di otak yang dapat terjadi secara intraserebral atau subarakhnoid. Gejala klinisnya bervariasi tergantung lokasi perdarahan namun umumnya meliputi nyeri kepala hebat dan penurunan kesadaran. CT-Scan digunakan untuk mendiagnosis jenis stroke hemoragik.
Cidera kepala dapat menyebabkan kerusakan otak primer langsung akibat trauma atau sekunder akibat gangguan metabolisme dan sirkulasi darah. Gejala yang muncul antara lain gangguan kesadaran, pernapasan, tekanan darah, dan fungsi organ vital lainnya yang dapat memburukkan kondisi pasien. Prioritas penatalaksanaannya adalah memaksimalkan perfusi otak, mencegah komplikasi, dan memulihkan fungsi organ secara optimal.
Cedera otak dapat terjadi secara primer akibat benturan langsung ke kepala atau sekunder pasca kejadian awal. Cedera otak primer dapat menyebabkan gegar otak, pembengkakan, atau kerusakan serat saraf secara luas, sementara cedera otak sekunder disebabkan oleh pelepasan zat toksik yang menyebabkan hipotensi, gangguan aliran darah, hipoksia, dan peningkatan tekanan intrakranial. Manajemen ut
[Ringkasan]
Dokumen tersebut membahas tentang anatomi kepala, jenis-jenis cedera kepala, diagnosis, dan penatalaksanaannya. Cedera kepala dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan GCS, dan dapat disebabkan oleh benturan langsung maupun tidak langsung. Pemeriksaan CT scan dan tindakan bedah sering dibutuhkan untuk menangani komplikasi seperti perdarahan intrakranial. Pengelolaan tekanan darah juga penting
Dokumen tersebut membahas tentang pengertian, etiologi, tipe, pemeriksaan, dan penatalaksanaan cedera kepala. Termasuk di dalamnya adalah penjelasan mengenai skala koma Glasgow dan penanganan awal pasien cedera kepala."
Menurut Pery dan Potter, 2005, berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Menurut Bandman (1988), berpikir kritis adalah pengujian secara rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran,masalah, kepercayaan, dan tindakan.
Dokumen tersebut membahas tentang rujukan dan transportasi pasien trauma. Prinsip utama adalah tidak boleh melukai pasien lebih lanjut (do no further harm). Rujukan hanya dilakukan jika RS tidak mampu menangani pasien, setelah stabilisasi. Transportasi harus diantisipasi masalahnya, dengan petugas terlatih dan peralatan memadai. Komunikasi antar RS sangat penting.
Dokumen tersebut membahas tentang pengelolaan pasien dalam keadaan syok. Secara garis besar dibahas tentang definisi syok, gejala klinis, penyebab, prinsip penanganan dengan menghentikan perdarahan dan memperbaiki volume cairan tubuh, serta asuhan keperawatan yang meliputi monitoring respon pasien.
Pelatihan ini membahas penatalaksanaan pasien dengan cedera gawat darurat seperti multiple trauma, luka, perdarahan, dan fraktur, termasuk teknik penanganan awal, diagnosa, tata laksana definitif, dan pencegahan komplikasi.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai definisi keracunan, penyebab keracunan (makanan, obat-obatan, bahan kimia), gejala awal, dan tindakan pertolongan dasar pada kasus keracunan."
Dokumen tersebut membahas tentang etika dan hukum dalam keperawatan gawat darurat yang mencakup kode etik profesi kesehatan dan hukum kesehatan serta implikasinya terhadap asuhan keperawatan gawat darurat."
Dokumen ini membahas tentang biomekanika cedera trauma akibat kecelakaan. Terdapat penjelasan mengenai jenis-jenis tabrakan yang dapat menyebabkan cedera tertentu pada organ tubuh, seperti tabrakan depan, samping, dari belakang, atau terbalik. Dokumen ini juga menjelaskan mekanisme cedera sekunder, tersier, serta cedera akibat benturan langsung maupun percepatan dan perlambatan yang terjadi pada saat
Materi kursus ini membahas pengelolaan airway dan pernapasan yang merupakan hal kritis dalam menyelamatkan pasien. Topik utama meliputi anatomi dan fisiologi pernapasan, penilaian gangguan airway dan pernapasan, teknik pembukaan airway, ventilasi tambahan, serta pemberian oksigen. Tujuannya agar peserta memahami konsep dasar dan mampu menangani gangguan airway serta menjaga ventilasi dan oksigenasi yang baik pada pasien.
Dokumen tersebut membahas tentang triage dalam keadaan bencana. Triage digunakan untuk mengklasifikasikan korban berdasarkan tingkat kegawatan menjadi merah, kuning, hijau, dan hitam. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan prioritas pertolongan dengan merah sebagai yang paling darurat. Contoh kasus triase pada kecelakaan bis 10 penumpang yang bertabrakan dengan mobil 5 penumpang dijelaskan beserta hasil klasifikasi tri
PRESENTASI LAPORAN TUGAS AKHIR ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIFratnawulokt
Peningkatan status kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu hal prioritas di Indonesia. Status derajat kesehatan ibu dan anak sendiri dapat dinilai dari jumlah AKI dan AKB. Pemerintah berupaya menerapkan program Sustainable Development Goals (SDGs) dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB, tetapi kenyataannya masih tinggi sehingga tujuan dari penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari ibu hamil trimester III sampai KB.
Metode penelitian menggunakan Continuity of Care dengan pendokumentasian SOAP Notes. Subjek penelitian Ny. “H” usia 34 tahun masa kehamilan Trimester III hingga KB di PMB E Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung.
Hasil asuhan selama masa kehamilan trimester III tidak ada komplikasi pada Ny. “E”. Masa persalinan berjalan lancar meskipun terdapat kesenjangan dimana IMD dilakukan kurang dari 1 jam. Kunjungan neonatus hingga nifas normal tidak ada komplikasi, metode kontrasepsi memilih KB implant.
Kesimpulan asuhan pada Ny. “H” ditemukan kesenjangan antara kenyataan dan teori di penatalaksanaan, tetapi dalam pemberian asuhan ini kesenjangan masih dalam batas normal. Asuhan kebidanan ini diberikan untuk membantu mengurangi kemungkinan terjadi komplikasi pada saat masa kehamilan hingga KB.
2. DEFINISI
Adalah trauma yang
mengenai kulit kepala,
tengkorak, dan otak yang
disebabkan oleh trauma
tumpul atau trauma
tembus. ( Mansjoer, 2000;
Brunner & Soddarth, 2002 )
4. KLASIFIKASI
BERDASARKAN PATOFISIOLOGI
1. Komosio Serebri : Tidak ada jaringan otak
yang rusak tp hanya kehilangan fungsi otak
sesaat. (pingsan < 10 mnt) atau amnesia
pasca cedera kepala.
2. Kontusio Serebri : Kerusakan jar. Otak +
pingsan > 10 mnt atau terdapat lesi
neurologik yg jelas.
3. Laserasi Serebri : kerusakan otak yg luas +
robekan duramater + fraktur tl. Tengkorak
terbuka.
5. Lanjutan
BERDASARKAN GCS:
1. GCS 13-15 :
Cedera Kepala Ringan
2. GCS 9-12 :
Cedera Kepala Sedang
3. GCS 3-8 :
Cedera Kepala Berat
6. TANDA DAN GEJALA
Ggn Kesadaran
Abnormalitas Pupil
Defisit Neurologi
Perubahan TTV
Ggn Penglihatan
Ggn Pendengaran
Disfungsi sensory
Kejang otot
Sakit kepala
Vertigo
Ggn pergerakan
Kejang
Dll
7. PERDARAHAN YANG SERING DITEMUKAN
Epidural Hematom :
• Terdapat pengumpulan darah diantara
tulang tengkorak dan duramater akibat
pecahnya pembuluh darah.
Subdural Hematoma
• Terkumpulnya darah antara duramater
dan jaringan otak.
8. Lanjutan
Perdarahan Intraserebral :
• Perdarahan di jaringan otak
karena pecahnya pembuluh
darah arteri, kapiler, vena.
Perdarahan Subarachnoid :
• Robeknya pembuluh darah dan
permukaan otak, hampir selalu
ada pada cedera kepala yang
hebat.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
CT Scan dan Rontgen mengidentifikasi adanya
hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler, pergeseran
jaringan otak
Angiografi serebral menjukan kelainan sirkulasi serebral,
seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan, trauma.
X-Ray mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur),
perubahan struktur garis (perdarahan/edema.
Analisa gas darah mendeteksi ventilasi atau masalah
pernapasan (oksigenasi) jika peningkatan TIK
Elektrolit untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit
sebagai akibat peningkatan TIK
10. PENATALAKSANAAN
1. Observasi selama 24 jam
2. Sementara di puasakan dulu apabila pasien masih
muntah.
3. Bila ada indikasi beri terapi IV
4. Tirah baring
5. Beri obat-obat untuk vaskularisasi
6. Beri obat-obat analgesic, antibiotic
7. Pembedahan
11. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang biasanya muncul adalah:
1) Tidak efektifnya pola napas sehubungan dengan
depresi pada pusat napas di otak.
2) Tidakefektifnya kebersihan jalan napas sehubungan
dengan penumpukan sputum.
3) Gangguan perfusi jaringan otak sehubungan dengan
udem otak
4) Keterbatasan aktifitas sehubungan dengan penurunan
kesadaran (soporos - coma)
5) Resiko tinggi gangguan integritas kulit sehubungan
dengan immobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi perifer.